Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1.1.
1.2.
I2
I2
I2
I2
I3
I3
I3
I3
1.3.
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
B- 1
DAFTAR ISI
1.4.
1.5.
I4
BAB II
METODOLOGI
2.1.
2.2.
2.3.
II 1
II 3
II 3
II 3
TAHAP ANALISIS...............................................................................................................
II 3
II 3
IV 5
II 6
II 7
2.3.5. Analisis Potensi Unggulan yang Mendukung Investasi di Kota Semarang ......
II 8
II 8
II 9
II 16
BAB III
STRATEGI DAN KEBIJAKAN
3.1.
II 1
II 8
3.1.1.
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
B- 2
DAFTAR ISI
III-3
III-6
III-8
III-10
3.1.6. Rencana Strategik Dan Kebijakan Sektor Perdagangan dan Jasa ....................
III-11
3.2.
MATRIK ..............................................................................................................................
III 11
3.3.
KESIMPULAN ....................................................................................................................
III 18
3.4.
REKOMENDASI .................................................................................................................
III-18
III 18
3.4.2. Perdagangan.........................................................................................................
III 19
III 20
III 20
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
B- 3
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL
1
Tabel II. 1
Tabel II. 2
Tabel II. 3
....................................................
II 7
Tabel II. 4
II 12
II 13
..................................................
II 14
.....................................................................................
II 15
Tabel II. 5
..................................
II 4
...........................................................
II 5
Tabel II. 6
Tabel II. 7
Matrike SWOT
Tabel II. 8
................................................................
II 16
Tabel III. 1
III 1
III 4
II 6
III 8
10
11
12
Tabel III. 2
Tabel III. 3
Tabel III. 4
EXECUTIVE SUMMARY
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
C-1
DAFTAR TABEL
13
14
Tabel III. 5
Tabel III. 6
III 10
III 12
EXECUTIVE SUMMARY
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
C-2
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT dengan telah selesainya Buku Executive Summary
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang.
Buku Executive Summary ini berisi tentang latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran serta dasar
hukum.Disamping itu menguraiakn mengenai metodologi, strategi dan kebijakan, kesimpulan serta
rekomendasi pengembangan perekonomian Kota Semarang.
Buku executive Summary ini tersusun berkat kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait.
Untuk itu sudah selayaknya pada kesempatan ini kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua
yang telah memberikan bantuan, saran dan masukan serta arahan.
Semarang,
Desember 2010
Penyusun
EXECUTIVE SUMMARY
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
A-1
BAB I- PENDAHULUAN
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Pertumbuhan ekonomi yang cepat pada saat ini sangat diperlukan bagi pembangunan kota,
pada umumnya masalah-masalah yang melekat dalam pembangunan kota seperti melimpahnya
angkatan kerja, sedikitnya lapangan kerja dan menjamurnya kemiskinan menjadi faktor pendorong bagi
percepatan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang mengandalkan potensi dan
sumberdaya yang berasal dari luar akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi.
Kota Semarang sebagai salah satu kota besar di Indonesia memiliki keragaman sektor usaha
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
I-1
BAB I- PENDAHULUAN
berusaha meningkatkan PADS serta perbaikan kesejahteraan ekonomi penduduk Kota Semarang
melalui pengembagan perekonomian.
Oleh karena itu perlu dilakukan kajian yang lebih mendalam untuk menindaklanjuti
perkembanagan perekonomian Kota Semarang pada saat ini sehingga dapat diperoleh pedoman
dalam penerapan kebijakan pengembangan perekonomian secara nyata. Pedoman tersebut
diharapkan mampu mengoptimalkan potensi perekonomian yang ada, dan mengatasi permasalahan
pengembangan perekonomian Kota Semarang. Atas dasar inilah kegiatan penyusunan Rencana Induk
Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang perlu untuk segera dilakukan.
1.2.
b.
c.
1.2.3. Sasaran
Sasaran yang hendak dicapai dalam Penyusunan Rencana Induk Pengembangan
Perekonomian Kota Semarang adalah sebagai berikut:
a.
Identifikasi Potensi perekonomian wilayah Kota Semarang secara kualitatif dan kuantitatif.
b.
c.
d.
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
I-2
BAB I- PENDAHULUAN
1.3.
Reviw atas kebijakan dan strategi pengembangan perekonomian Kota yang sudah ada
sebelumnya
2)
Analisa arah dan konsep pengembangan perekonmian visi, misi dan strategi Kota
Semarang
3)
4)
5)
6)
1.4.
DASAR HUKUM
Dalam penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
berpedoman pada peraturan perundang-undangan dan ketentuan lainnya yang berlaku sebagal
beikut :
a. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
b. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
I-3
BAB I- PENDAHULUAN
d. Undang-undang nomor 17 Tahun 200 tentang Rencana Program Jangka Panjang Naslonal;
e. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
f. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Menteri, Perturan Daerah (yang terkait dalam penyusunan RPJMD, Dan RPJMN)
1.5.
tahapan yang direncanakan, Namun menghadapi perubahan dinamika pembangunan global yang
begitu cepat, diperlukan antisipasi agar Kota Semarang mampu tumbuh dan berkembang sejajar
seperti kota Metropolitan lainnya di Indonesia. Dari rumusan prioritas pembangunan yang diamanatkan
oleh RPJPD Kota Semarang 2005 - 2025, untuk periode pembangunan 2010 - 2015, telah dipilih
pendekatan motivasi kepada seluruh pemangku kepentingan untuk membangkitkan komitmen bahwa
implementasi
visi dan Misi Kota Semarang 2010-2015. Waktunya Semarang Setara juga
dimaksudkan sebagai momentum kebangkitan seluruh masyarakat Kota Semarang agar mampu
sejajar dengan kota-kota metropolitan lainnya dalam segala aspek kehidupan guna mencapai
kesejahteraan bersama. Setara juga dimaknai sebagai akronim Semarang Kota Sejahtera yang
merupakan sasaran akhir pembangunan.
Langkah konkrit mewujudkan hal tersebut dilakukan dengan memprioritaskan program-progran
pembangunan yang diwujudkan dalam SAPTA PROGRAM yang terdiri dari Penanggulangan
Kemiskinan dan pengurangan pengangguran, Rob dan banjir, Pelayanan public, Tata ruang dan
infrastruktur, Kesetaraan dan keadilan gender, Pendidikan, Kesehatan. Melalui Sapta Program
tersebut, langkah konkrit untuk mendudukan Kota Semarang sejajar dengan Kota Metropolitan di
Indonesia akan lebih cepat tercapai. Rumusan motto tersebut kemudian di-ejawantah-kan dalam Visi,
Misi, Tujuan, Strategi dan Sasaran sebagai berikut :
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
I-4
BAB I- PENDAHULUAN
1.5.1. VISI
Visi adalah kondisi yang diinginkan pada akhir periode perencanaan yang
direpresentasikan dalam sejumlah sasaran hasil pembangunan yang dicapai melalui programprogram pembangunan dalam bentuk rencana kerja. Penentuan visi ini mendasarkan pada
Peraturan Daerah Nomor : 6 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJP) 2005 2025 dan penelusuran jejak aspek historis Kota Semarang sebagai kota
niaga dimana pada jaman dahulu pernah dinyatakan sebagai Kota Niaga terbesar kedua
sesudah Batavia. Berdasar sejarah sebagai kota niaga tersebut dan didukung oleh analisis
potensi, faktor-faktor strategis yang ada pada saat ini serta proyeksi pengembangan kedepan,
maka dirumuskan visi sebagai berikut :
TERWUJUDNYA SEMARANG KOTA PERDAGANGAN DAN JASA, YANG BERBUDAYA
MENUJU MASYARAKAT SEJAHTERA
Visi tersebut memiliki empat kunci pokok yakni Kota Perdagangan, Kota Jasa, Kota
Berbudaya, dan Sejahtera.
Kota Perdagangan, mengandung arti Kota yang mendasarkan bentuk aktivitas
Pusat kegiatan (Center Point) distribusi dan transaksi barang dan jasa.
Sesuai dengan letak geografisnya, Kota Semarang merupakan jalur distribusi barang dan jasa
untuk wilayah Jawa Tengah pada khususnya dan pulau Jawa pada umumnya, serta antara
pulau Jawa dengan Luar Jawa. Oleh karena itu pengembangan Kota Semarang sebagai Kota
Perdagangan mengedepankan konsep pembangunan yang mengarah pada terwujudnya Kota
Semarang sebagai pusat transaksi dan distribusi barang dan jasa. Sebagai salah satu
konsekuensi yang harus diemban adalah pelayanan yang memadai kepada seluruh pemangku
kepentingan yang menopang pengembangan kota.
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
I-5
BAB I- PENDAHULUAN
2.
Semarang akan dapat menjadi sentra aktivitas distribusi perdagangan barang dan jasa baik
dalam skala lokal, nasional, regional, maupun internasional.
3.
Membangun kota perdagangan tak terlepas dari pengembangan potensi ekonomi lokal. Untuk
menunjang terwujudnya Kota Semarang sebagai pusat transaksi dan distribusi, maka salah
satu faktor penting adalah bagaimana mengembangkan potensi lokal agar memiliki nilai
tambah ekonomi, yang diharapkan menjadi ikon Kota Semarang. Beberapa potensi dasar
yang dimiliki dan layak dikembangkan sebagai daya tarik kota Semarang adalah pada aspek
industri, dalam konteks ini adalah industri kecil dan menengah yang berorientasi pada ekonomi
kerakyatan, seperti batik, lumpia, bandeng, industri olahan, dan lain-lain. Disamping itu potensi
ini juga harus didukung dengan pengembangan pasar tradisional yang memiliki daya tarik dan
Pembangunan sarana dan prasarana penunjang dalam pembangunan sebuah kota merupakan
salah satu syarat yang mutlak harus dipenuhi. Disamping sarana prasarana fisik seperti jalan,
jembatan, pelabuhan laut, terminal peti kemas, bandar udara internasional, hotel, perbankan,
terminal, dan juga sarana penunjang yang sifatnya non fisik, seperti Sumber Daya Manusia
(SDM) dan regulasi/kebijakan. Pengembangan SDM secara memadai sangat diperlukan,
penataan SDM birokrasi dalam peningkatan pelayanan publik dan peningkatan kualitas SDM
dalam meningkatkan daya dukung pengembangan kota, termasuk dalamnya penyiapan tenaga
kerja yang sesuai dengan kebutuhan daerah.
Kota Jasa, sebutan sebagai kota jasa sebenarnya tidak lepas dari status kota
perdagangan, karena perdagangan akan selalu terkait dengan persoalan perniagaan atau
proses transaksi dan distribusi barang dan jasa. Kota Jasa lebih menekankan pada fungsi kota
dalam pelayanan publik di berbagai bidang. Sebagai kota jasa dengan demikian mencakup
kesiapan kota dalam melaksanakan berbagai fungsi, diantaranya :
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
I-6
BAB I- PENDAHULUAN
1.
Penyediaan jasa layanan publik secara memadai, baik mencakup standar pelayanan
sesuai kualitas yang diharapkan masyarakat, pengaturan / regulasi yang dapat
memberikan jaminan mutu pelayanan, maupun kualitas sumber daya manusia dalam
pelayanan.
2.
3.
4.
Mindset dan perilaku melayani bagi bagi masyarakat yang dapat mendorong terciptanya
budaya pelayanan
Kota Berbudaya, mengandung arti bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan senantiasa dilandasi seluruh aspek kebudayaan yang terdiri dari Cipta, Rasa
dan Karsa yang telah tumbuh menjadi kearifan masyarakat seperti pelaksanaan nilai-nilai
yang mengedepankan kehalusan budi dan perasaan, manusiawi, dan penghormatan terhadap
hak azazi manusia.
Percepatan pembangunan yang dilaksanakan tentunya tidak serta-merta melahirkan
kesejahteraan dan kemaslahatan bagi orang banyak. Namun kadangkala menimbulkan ekses
negatif terhadap tatanan sosial kemasyarakatan, khususnya menyangkut kesenjangan, konflik
sosial, kekerasan kolektif, dan materialisme tanpa hati nurani. Pendekatan budaya seyogyanya
menjadi aras utama berbagai upaya solusi persoalan tersebut karena pendekatan budaya pada
hakekatnya adalah pendekatan kemanusiaan dan sesungguhnya budaya itu memiliki sifat
kekinian dan aktif sebagai proses penataan sosial, ekonomi, politik, dan teknologi.
Sejahtera, Pemberian otonomi kepada daerah, pada hakekatnya merupakan proses
pemberdayaan kolektif bagi seluruh pemangku kepentingan yang terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan daerah, agar disatu sisi tercipta ruang lebih leluasa bagi
segenap jajaran birokrasi pemerintah daerah untuk memenuhi seluruh tugas dan tanggung
jawabnya dengan baik dan benar, sedangkan disisi yang lain terbuka peluang bagi warga
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
I-7
BAB I- PENDAHULUAN
masyarakat dan dunia usaha untuk meningkatkan keberdayaannya sehingga mampu dan mau
secara mandiri memenuhi segala kebutuhan hidup dan kehidupannya.
Sejahtera dalam visi ini, mengarah pada tujuan terlayani dan terpenuhinya kebutuhan dasar
hidup dan rasa aman dan tentram serta adil dalam segala bidang.
Dengan demikian, Visi tersebut mengandung pengertian bahwa Lima tahun kedepan
kota Semarang diharapkan menjadi Kota Perdagangan dan Jasa yang dapat melayani seluruh
aktivitas masyarakat kota dan daerah hinterlandnya, yang memiliki derajat kualitas budaya
masyarakat yang tinggi baik dari segi keimanan dan ketaqwaan, keunggulan dan berdaya
saing tinggi, berperadaban tinggi, profesional serta berwawasan ke depan dengan tetap
menjamin keberlanjutan pengelolaan sumberdaya manusia dan kearifan lokalnya secara
bertanggungjawab yang mendasarkan pada aspek perdagangan dan jasa sebagai tulang
punggung pembangunan dalam pencapaian kesejahteraan masyarakat.
1.5.2. MISI
Dalam mewujudkan Visi TERWUJUDNYA SEMARANG KOTA PERDAGANGAN
ditempuh
Mewujudkan
berkualitas.
Adalah pembangunan yang diarahkan pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia
yang memiliki tingkat pendidikan dan derajat kesehatan yang tinggi, berbudi luhur disertai
toleransi yang tinggi dengan didasari keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME.
2.
pemerintahan yang baik (Good Governance) dan pemerintah yang bersih (Clean
Governance) sehingga mampu memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat
yang disertai dengan penegakan supremasi hukum dan Hak Asasi Manusia. Perwujudan
pelayanan publik mencakup beberapa aspek, yaitu sumber daya aparatur, regulasi dan
kebijakan serta standar pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
I-8
BAB I- PENDAHULUAN
3.
4.
5.
b.
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
I-9
BAB I- PENDAHULUAN
c.
d.
e.
f.
g.
h.
b.
dan
dan persebarannya,
b.
c.
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
I - 10
BAB I- PENDAHULUAN
a.
b.
c.
d.
e.
wawasan kebangsaan dan cinta tanah air guna meningkatkan partisipasi dalam
pembangunan
a.
b.
b.
c.
cagar budaya dalam rangka memperkuat identitas dan jati diri masyarakat, dengan
sasaran pembangunan difokuskan pada :
a.
b.
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
I - 11
BAB I- PENDAHULUAN
c.
8. Peningkatan
pemahaman,
penghayatan,
dan
pengamalan
ajaran
Meningkatnya
pemahaman,
penghayatan
dan
pengamalan
ajaran
agama/kepercayaan;
b.
yang santun dan partisipasi politik yang didukung oleh infra dan supra struktur
politik yang sehat, dengan sasaran pembangunan difokuskan pada :
a.
b.
c.
d.
b.
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
I - 12
BAB I- PENDAHULUAN
b.
c.
d.
kelembagaan dan
b.
c.
d.
e.
f.
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
I - 13
BAB I- PENDAHULUAN
b.
c.
b.
c.
b.
c.
b.
c.
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
I - 14
BAB I- PENDAHULUAN
b.
c.
d.
b.
b.
c.
d.
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
I - 15
BAB I- PENDAHULUAN
a.
b.
c.
d.
e.
f.
b.
c.
b.
Meningkatnya daya saing dan daya jual destinasi wisata di Kota Semarang
20%;
c.
b.
c.
d.
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
I - 16
BAB I- PENDAHULUAN
e.
b.
c.
d.
Meningkatnya nilai ekspor komoditi non migas rata-rata 10% per tahun;
e.
f.
Meningkatnya kuantitas IKM dengan kinerja yang efisien dan kompetitif serta
memiliki ketergantungan rendah terhadap bahan baku impor 1%;
b.
b.
c.
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
I - 17
BAB I- PENDAHULUAN
d.
e.
f.
pengembangan
kegiatan
penanganan
sampah,
dengan
sasaran
b.
c.
Meningkatnya kualitas dan kuantitas pengelolaan limbah padat dan limbah cair
50%;
d.
dengan
b.
b.
c.
d.
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
I - 18
BAB I- PENDAHULUAN
b.
b.
b.
b.
b.
c.
d.
b.
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
I - 19
BAB I- PENDAHULUAN
a.
b.
12. Pengembangan ketersediaan air baku dan Pembentukan kelembagaan (Badan Air)
dan kerjasama antar wilayah, hulu hilir dan antara Pemerintah Pusat, Provinsi dan
Kota, dengan sasaran pembangunan difokuskan pada :
a.
b.
serta
teknologi,
kesehatan,lingkungan
hidup,
ekonomi,
c.
secara
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
I - 20
BAB I- PENDAHULUAN
b.
3. Pengembangan perlindungan dan pemenuhan hak dasar warga miskin secara adil,
merata, partisipatif,koordinatif, sinergis, dan saling percaya guna mempercepat
penurunan jumlah warga miskin, dengan sasaran pembangunan difokuskan pada :
a.
b.
c.
d.
e.
1.6.
SISTEMATIKA PENYUSUNAN
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini disajikan tentang; Kondisi umum, Latar Belakang, Dasar Hukum, Maksud Dan
Tujuan, Sasaran, Ruang Lingkup Kegiatan, Lingkup Materi, Lingkup Wilayah, Lokasi Kegiatan,
Visi dan Misi Kota Semarang dan Sistimatika Penyusunan.
BAB II
METODOLOGI PERENCANAAN
Pada bab ini dibahas mengenai kerangka pikir , pengumpulan data dan informasi, dan analisa
data yang dipakai dalam Penyususnan RIPE Kota Semarang.
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
I - 21
BAB I- PENDAHULUAN
BAB III
Dalam bab ini disajikan mengenai strategi dan kebijakan serta rekomendasi untuk masingmasing sektor yang mendukung pengembangan perekonomian di Kota Semarang. Beserta
Metrik RIPE Kota Semarang.
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
I - 22
BAB
2
METODOLOGI PERENCANAAN
2.1.
KERANGKA PIKIR
Secara umum penyusunan Pekerjaan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kota
Semarang adalah sebagai berikut
a.
b.
Analisis (mengelolah data-data menjadi suatu informasi yang dapat digunakan untuk
c.
d.
Urutan kegiatan-kegiatan di atas memiliki keterkaitan satu sama lainnya. Untuk lebih
jelasnya lihat pada Diagram 2.1.
II - 1
EXECUTIVE SUMMARY
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
Diagram 2.1
Kerangka Pikir
Data Kebijakan Pembangunan
Data Kondisi Fisik Alam/ SDA
Data Kondisi SDM
Perumusan
Rancangan
Kebutuhan Data
Gambaran Umum
Potensi Kota Semarang
Perumusan Tujuan
dan Sasaran
Pekerjaan
Penyusunan
Rencana
Pengembangan
Perekonomian Kota
Semarang
Perumusan
Rancangan
Kebutuhan Alat
Analisis
Analisis Kebijakan
Pembangunan
Rumusan Potensi
dan Masalah
Ekonomi Kota
Semarang
Kerangka Acuan
Kerja (KAK)
EXECUTIVE SUMMARY
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
II- 2
Rencana Induk
Pengembangan
Perekonomian Kota
Semarang
penyusunan
pekerjaan
Penyusunan
Rencana
Induk
Pengembangan
Perekonomian Kota Semarang, adalah Analisis terhadap Potensi Kota Semarang, yang
meliputi
Analisis Perekonomian
2.3.1
EXECUTIVE SUMMARY
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
II- 3
TABEL II.1
DESAIN ANALISIS ASPEK SUMBERDAYA MANUSIA
ANALISA
Analisa
Penduduk
DESKRIPSI
METODE ANALISA
Karakteristik Pengertian:
Analisa kuantitatif Deskripstif
Analisa mengenai jumlah dan komposisi penduduk
menurut
pengelompokan-pengelompokan
tertentu,
Produk Analisa:
Karakteristik penduduk di wilayah studi berdasarkan
kelompok penduduk
Indeks
Manusia
Pembangunan Pengertian
Analisis Kuantitatif Deskripstif
Suatu indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas
sumber daya manusia yang mencakup tiga aspek utama
yang terkait dengan kualitas sumber daya manusia, yaitu :
1. Aspek Pendidikan
2. Aspek Kesehatan
3. Aspek ketenagakerjaan
Produk:
Suatu angka yang menunjukkan suatu indeks yang
mendiskripsikan angka melek huruf, angka kematian bayi
waktu lahir dan angka kematian ibu melahirkan, serta
tingkat pengluaran konsumsi pertahun.
EXECUTIVE SUMMARY
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
II- 4
TABEL IV.2
DESAIN ANALISIS PEREKONOMIAN
ANALISA
DESKRIPSI
METODE ANALISA
Analisis
Laju Pengertian:
Analisa kuantitatif Deskriptif
Pertumbuhan Ekonomi,
Kontribusi dan Laju Analisa menganai besarnya laju pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan
Aspek
berdasarkan PDRB harga berlaku maupun harga konstan,
Kegiatan Ekonomi
serta kontribusi PDRB aspek-aspek kegiatan ekonomi dengan
berdasar PDRB keseluruhan kegiatan ekonomi pada wilayah
Analisis
Ekonomi
Komposisi Pengertian:
Adalah analisis terhadap sektor-sektor yang berpengaruh kuat
terhadap ekonomi di wilayah perencanaan.
EiRT / ERT
Tujuan:
Mengetahui pertumbuhan regional
Bahan yang Dianalisa:
EXECUTIVE SUMMARY
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
LQ =
EiRTproduksi/pendapatan
/ ENT
Jml
sektor i di kec R pd thn T
ERT :
Jml produksi/pendapatan
sektor di kec R pd thn T
EiNT :
Jml produksi/pendapatan
EiRT :
II- 5
ANALISA
DESKRIPSI
METODE ANALISA
ENT
Produk Analisa:
Leading sector
Base sector
Pengertian:
1.
2.3.3
Analisis prasarana wilayah ini meliputi analisis mengenai kondisi eksisting dan daya
dukung prasarana wilayah, serta analisis prioritas pengembangan pada wilayah
perencanaan. Selengkapnya mengenai analisis tersebut adalah seperti pada Tabel
IV.3 berikut:
EXECUTIVE SUMMARY
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
II- 6
Tabel II.3
Desain Analisis Prasarana Wilayah
ANALISA
Analisa Kondisi Eksisting
dan
Daya
Dukung
Prasarana Wilayah
DESKRIPSI
METODE ANALISA
Pengertian:
Analisa kondisi eksisting prasarana yang
Listrik
Drainase, limbah, penghijauan, air bersih
Perhubungan
Pengairan sawah
Telepon
Hasil Analisis:
Kinerja prasarana
Potensi prasarana
Permasalahan prasarana
pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. APBD
ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Tahun anggaran APBD meliputi masa satu tahun, mulai
dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.
EXECUTIVE SUMMARY
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
II- 7
Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah,
hasil pengelolaan kekayaan daerah, dan penerimaan lain-lain
Bagian dana perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi
Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus
Lain-lain pendapatan yang sah seperti dana hibah atau dana darurat.
2.3.6
Analisis SWOT
EXECUTIVE SUMMARY
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
II- 8
Berbagai
Kuadran 3
Kuadran1
Peluang
Kekuatan
Internal
Kelemahan
Internal
Kuadran 4
Kuadran 3
Berbagai
Ancaman
Kuadran
2 :
panjang
dengan
cara
strategi
diversifikasi
(produk/pasar)
Kuadran 3
EXECUTIVE SUMMARY
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
II- 9
tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analisis. Pada tahap
ini data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan data internal.
Data Eksternal adalah data yang diperoleh dari luar oyek wisata yang diidentifikasi
Analisis Pemerintah
Model yang dipakai pada tahap ini terdiri dari tiga, yaitu :
a.
EXECUTIVE SUMMARY
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
II- 10
Memberi bobot dari critical succes factors tadi dengan skala yang lebih tinggi
bagi yang berpretasi tinggi dan begitu pula sebaliknya. Jumlah seluruh bobot
harus sebesar 1,0. Nilai bobot dicari dan dihitung berdasarkan rata-rata
industrinya.
3)
pengaruh
faktor
tersebut
terhadap
4)
= di bawah rata-rata,
= rata-rata,
= di atas rata-rata,
= sangat bagus
5)
tertentu
dipilih
dan
bagaimana
skor
pembobotannya
EXECUTIVE SUMMARY
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
II- 11
Tabel II.4
Matriks External Factor Evaluation (EFE)
Pengembangan perekonomian/ Komoditas di Kota Semarang
Faktor-faktor
Bobot
Rating
Strategi Eksternal
Bobot x
Rating
Komentar
Peluang :
Permintaan terhadap
komoditas tinggi
Harga Produk prospektif
Produktivitas masih perlu
ditingkatkan.
Ancaman
b.
1,0
berkaitan dengan
untuk
EXECUTIVE SUMMARY
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
II- 12
Tabel II.5
Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
Potensi Pertanian (Temulawak & Kunyit) di Kota Semarang
Faktor-Faktor
Eksternal
Strategi
Bobot
Ranting
Bobot X
Ranting
Kode
Kekuatan
Posisi Komoditas
0.20
0.80
3.1
Tersedianya Lahan
0.10
0.20
3.2
Produktifitas
0.20
0.60
3.3
Kelembagaan
0.10
0.30
3.4
EXECUTIVE SUMMARY
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
II- 13
Faktor-Faktor
Eksternal
Strategi
Bobot
Ranting
Bobot X
Ranting
Kelemahan
Kode
0.00
Penggunnaan Tekhnologi
0.10
0.30
4.1
Sarana&Prasarana Pendukung
0.10
0.20
4.2
0.10
0.10
4.3
0.10
0.20
4.4
Jumlah
1.00
2.70
Bobot
Rating
Bobot x
Rating
Komentar
Kekuatan
Kelemahan
Penggunaan teknologi yang
masih terbatas
Fasilitas
(infrastruktur)
pendukung/
sarana
dan
prasarana,misalnya
akses
jalan, lahan parkir, dsb
Skala usaha masih kecil
Modal yang masih rendah
Total
1,0
4) Mengalikan bobot pada kolom 2, dengan rating pada kolom3, untuk memperoleh
faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk
EXECUTIVE SUMMARY
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
II- 14
2.
Tahap Analisis
Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap
Weaknesses (W)
EFE
Opportunities (O)
Strategi SO
Strategi WO
Strategi ST
Strategi WT
EXECUTIVE SUMMARY
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
II- 15
Sumber : Rangkuti,2006
a. Strategi SO
Strategi
ini
dibuat
berdasarkan
jalan
pikiran
perusahaan,
yaitu
dengan
Rata-rata
Lemah
3,0-4,0
2,0-2,99
1,0-1,99
EXECUTIVE SUMMARY
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
II- 16
4,0
3,0
2,0
1,0
3,0
II
III
Tinggi
3,0- 4,0
Sedang
2,0
IV
VI
2,0- 2,99
Rendah
1,0
VII
VIII
IX
1,0- 1,99
Harvest
Hold and
or Divest
Mountain
IE Matriks terdiri dari
dua dimensi yaitu total skor dari
Matriks IFE pada sumbu X dan
total skor dari EFE pada sumbu Y. Pada sumbu X dari matriks IE, skornya ada tiga,
yaitu: skor 1,0-1,99 menyatakan bahwa posisi internal adalah lemah, skor 2,00 -2,99
pada sumbu Y yang dipakai untuk matriks EFE, skor 1,0 1,99 ador 3,0 4,0 adalah
rendah, skor 2,0 -2,99 adalah sedang an skor 3,0 4,0 adalah tinggi.
Matrik IE mempunyai tiga implikasi strategi yang berbeda, yaitu :
SBU yang berada pada sel I, II atai IV dapat digambarkan sebagai Grow dan
Build. Strategi-strategi yang cocok bagi SBU ini adalah strategi intensif
SBU yang berada pada sel III,V atai VII paling baik dkendalikan dengan
strategi-strategi Hold dan Maintain. Strategi-strategi yang cocok bagi SBU ini
adalah Market Penetration dan Product Development
SBU yang berada pada sel VI, VIII atau IX dapat menggunakan strategi
Harvest atau Divestitur.
3.
EXECUTIVE SUMMARY
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
II- 17
EXECUTIVE SUMMARY
Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
II- 18
BAB
3
STRATEGI DAN KEBIJAKAN
3.1. RENCANA STRATEGI DAN KEBIJAKAN DALAM PENGEMBANGAN PEREKONOMIAN
KOTA SEMARANG
3.1.1.
dapat disusun rencana strategi dan keempat strategi diatas ditampilkan pada tabel V.1. berikut ini.
TABEL III.1.
RENCANA STATEGI DALAM ANALISIS SWOT
UNTUK PENGGEMBANGAN POTENSI PEREKONOMIAN KOTA SEMARANG
KOMODITAS PERTANIAN
Pembobotan
Nilai
Total
Prioritas
1.20+0.80+0.20+0.60+0.30
3.10
1.1+1.3+2.1+2.2+3.1+3.2
+3.3+3.4+4.2
1.20+0.40+0.30+0.20+0.80+
0.20+0.60+0.30+0.20
4.20
Kebijakan Harga
1.1+1.2+2.3+2.4+3.1
1.20+0.30+0.20+0.10+0.80
2.60
1.1+1.3+2.1+3.1+4.1+4.2
+4.3+4.4
1.20+0.40+0.30+0.80+0.30+
0.20+0.10+0.20
3.50
Peningkatan pemanfaatan
infrastruktur distribusi
1.1+1.3+4.2
1.20+0.40+0.20
1.80
Manarik bantuan
investor/investasi
1.1+1.3+2.3+2.4+4.3+4.4
1.20+0.40+0.20+0.10+0.10+
0.20
2.20
1.1+1.3+3.1+3.3
1.20+0.40+0.80+0.60
3.00
1.1+3.1+3.3
1.20+0.80+0.60
2.60
Strategi S-O
Strategi S-T
Strategi W-O
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
III - 1
Strategi
Pembobotan
Nilai
Total
Prioritas
2.3+4.3
0.20+0.10
0.30
12
Peningkatan penyediaan
infrastruktur usaha tani
1.1+4.2
1.20+0.20
1.40
11
1.1+2.3+2.4+4.3+4.4
1.20+0.20+0.10+0.10+0.20
1.80
1.1+2.3+2.4+4.3+4.4
1.20+0.20+0.10+0.10+0.20
1.80
10
Strategi W-T
Berdasarkan matrik SWOT diatas diperoleh ranking yang menunjukkan skala prioritas
strategi yang harus disiapkan dalam rencana pengembangan perekononomian di Kota
Semarang untuk sektor pertanian, adalah : Prioritas pertama adalah penguatan industri
pengolahan, prioritas kedua adalah peningkatan kualitas dan kuantitas produk, ketiga adalah
pemantapan sentra dan kelembagaan,dan keempat adalah peningkatan produksi mengacu
pada SOP dan GAP.
Matriks Internal Eksternal
Sumbu horizontal matriks IFE adalah skor total IFE 2.70 sedangkan sumbu vertikal adalah skor
total EFE yaitu 2,70 posisi yang tepat adalah berada pada sel V
Matrik Internal -Eksternal
Skor Total IFE
Kuat
3,0-4,0
Rata-rata
2,0-2,99
3,0
4,0
4,0
Lemah
1,0-1,99
2,0
II
III
1,0
Tinggi
3,0-4,0
3,0
2,0
IV
VII
VI
VIII
IX
Rata-rata
2,0-2,99
Rendah
1,0-1,99
1,0
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
III - 2
Sel I, II atau IV dapat digambarkan sebagai Grow dan Build. Strategi yang cocok
adalah strategi intensif seperti Market Penetration, Market Development, dan Product
Development atau strategi terintegrasi seperti Backward Integration, Forward
Integration dan Horizontal Integration.
b).
Sel III, V atau VII paling baik dikendalikan dengan strategi Hold dan Maintain. Strategi
umum yang dipakai adalah Market Penetration dan Product Development
c).
Sel VI, VII, atau IX dapat menggunakan strategi Harvest atau Divestiture.
Posisi potensi komoditas pertanian pada posisi V. Pada posisi ini kondisi internal sama dengan
kondisi eksternal. Dimana skor IFE dan EFE adalah sama, yaitu sebesar 2,60.
Berdasarkan posisi ini, strategi yang cocok untuk diterapkan adalah stategi yang hold dan
mantain. Dimana yang umum dipakai adalah strategi Market penetration dan product
development.
Strategi yang tepat adalah strategi yang hold dan mantain. Dimana yang umum
dipakai adalah strategi Market Penetration dan Product Development.
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
III - 3
TABEL III.2.
RENCANA STATEGI DALAM ANALISIS SWOT
UNTUK PENGGEMBANGAN POTENSI PEREKONOMIAN KOTA SEMARANG
SEKTOR PARIWISATA
Strategi
Strategi S-O
Peningkatan dan pengembangan
fasilitas dan infratruktur di tempat-tempat
wisata yang sudah ada
Kebijakan untuk memperkenalakan
tempat-tempat wisata yang ada supaya
lebih di kenal, dan semakin
meningkatnya jumlah wisatawan
Pembobotan
Nilai
Total
Prioritas
2.30
3.55
3.15
1.10
Strategi S-T
Perlu adanya kebijakan Pemerintah
sehingga wisata Kota Semarang mampu
bersaing dengan daerah lain
Perbaikan infrastruktur, supaya mampu
bersaing dengan daerah lain
Strategi W-O
Perlu adanya Biro wisata yang akan
memperkenalkan dan memandu wisata
di Kota Semarang.
2.20
2.95
1.1 + 4.2
0.80 + 0.40
1.20
3.15
0.80 + 0.40
1.20
Strategi W-T
Berdasarkan matrik SWOT diatas diperoleh ranking yang menunjukkan skala prioritas
startegi yang harus disiapkan dalam rencana pengembangan perekononomian di Kota
Semarang untuk sektor pariwisata.
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
III - 4
Prioritas pertama adalah Kebijakan untuk memperkenalkan tempat-tempat wisata agar lebih
dikenal oleh daerah lain, kedua adalah perlunya peranan pemerintah supaya pariwisata Kota
Semarang dikenal oleh daerah lain, ketiga adalah memperkenalkan wisata Kota Semarang
dengan kerjasama biro wisata di daerah lain, keempat adalah perlu adanya Biro wisata yang
akan memandu dan memperkenalkan wisata di Kota Semarang
Kuat
3,0-4,0
Rata-rata
2,0-2,99
3,0
4,0
Lemah
1,0-1,99
2,0
1,0
Tinggi
3,0-4,0
Rata-rata
2,0-2,99
Rendah
1,0-1,99
3,0
2,0
II
IV
VII
V
VIII
III
VI
IX
1,0
Posisi potensi sektor pariwisata di Kota Semarang, terletak pada posisi VIII. Berdasarkan
posisi ini, strategi yang cocok untuk diterapkan adalah stategi yang strategi Harvest atau
Divestiture. .
Strategi yang bisa direkomendasikan terkait dengan hasil studi ini adalah:
Strategi : strategi yang cocok untuk diterapkan adalah stategi yang strategi Harvest
atau Divestiture
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
III - 5
Pembobotan
Nilai
Total
Prioritas
1.00 + 0.75 +
0.20 + 1.00
2.95
0.45 + 0.05 +
0.20
0.7
0.60 + 0.05 +
0.20
0.85
0.45 + 0.75 +
0.20
1.4
0.45 + 0.05 +
0.20
0.7
0.45 + 0.05 +
0.20 + 0.60
1.3
0.45 + 0.20 +
0.75
1.4
0.45 + 1.00+
0.75 + 0.20
2.4
0.45 + 0.05 +
0.20 + 0.80 +
0.60
2.1
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
III - 6
Berdasarkan matrik SWOT diatas diperoleh ranking yang menunjukkan skala prioritas
startegi yang harus disiapkan dalam rencana pengembangan perekononomian di Kota
Semarang untuk sektor perindustian.
Prioritas pertama adalah pemeliharaan infastruktur secara terus menerus dan
memperbaiki kerusakan-kerusakan infrastruktur, kedua adalah penanganan maslah banjir,
Ketiga adalah mempermudah masalah birokrasi perizinan.
Matrik Internal-Eksternal
Skor Total IFE
Kuat
3,0-4,0
4,0
3,0
2,0
4,0
I
IV
VII
Rata-rata
2,0-2,99
3,0
II
V
VIII
Lemah
1,0-1,99
2,0
III
VI
IX
1,0
Tinggi
3,0-4,0
Rata-rata
2,0-2,99
Rendah
1,0-1,99
1,0
Strategi yang bisa direkomendasikan terkait dengan hasil studi ini adalah:
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
III - 7
Pembobotan
Nilai
Total
Prioritas
Strategi S-O
2.55
2.40
3.13
2.50
1.75
3.15
0.85
2.60
2.65
Strategi S-T
Stategi W-O
Strategi W-T
Peningkatan kemampuan SDM
dalam reproduksi
Peningkatan pelayanan
1.1 + 1.2 + 2.1 + 3.1 + 3.3 +
kesehatan hewan pakan dan
4.2
reproduksi
Sumber : Tim Penyusun,Tahun 2010
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
III - 8
Berdasarkan matrik SWOT diatas diperoleh ranking yang menunjukkan skala prioritas
startegi yang harus disiapkan dalam rencana pengembangan perekononomian di Kota
Semarang untuk bidang peternakan.
Prioritas pertama adalah peningkatan produk varietas melalui efisiensi reproduksi induk dan
produk anak, kedua adalah diversiifikasi jenis ternak, ketiga adalah peningkatan pelayanan
kesehatan hewan pakan dan reproduksi.
Rata-rata
2,0-2,99
Lemah
1,0-1,99
3,0
2,0
4,0
3,0
II
IV
VII
2,0
III
VI
V
VIII
IX
1,0
Tinggi
3,0-4,0
Rata-rata
2,0-2,99
Rendah
1,0-1,99
1,0
Strategi yang bisa direkomendasikan terkait dengan hasil studi ini adalah:
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
III - 9
Strategi
Pembobotan
Nilai
Total
Prioritas
Peningkatan produksi
3.25
3.55
Peningkatan pengoperasian
teknologi
2.70
Kemudahan memperoleh
pinjaman
1.55
1.55
10
2.75
1.95
Peningkatan Produksi
3.40
Peningkatan pengoperasian
teknologi
1.35
Diversifikasi usaha
1.95
1.80
0.75
11
Strategi S-O
Strategi W-O
Pemberian kemudahan
pinjaman untuk memperluas
usaha
Memperluas usaha dengan
investasi modal
Strategi W-T
Peningkatan sarana tekhnologi
di dalam usaha perikanan
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
III - 10
Berdasarkan matrik SWOT diatas diperoleh ranking yang menunjukkan skala prioritas
startegi yang harus disiapkan dalam rencana pengembangan perekononomian di Kota
Semarang untuk bidang perikanan.
Prioritas pertama adalah peningkatan efisiensi produksi, kedua adalah peningkatan produksi,
ketiga : pemberian kemudahan modal untuk memperluas usaha.
Matriks Internal Eksternal
Dengan menggunakan hasil evaluasi dari matriks IFE dan EFE, diperoleh bahwa sumbu
horizontal matriks IFE adalah skor total IFE 1.50, sedangkan sumbu vertical adalah skor total
EFE yaitu 2.40 posisi yang tepat adalah berada pada sel VI.
Gambar Matrik Internal-Eksternal
Skor Total IFE
Kuat
3,0-4,0
4,0
Rata-rata
2,0-2,99
4,0
3,0
II
Lemah
1,0-1,99
2,0
III
1,0
Tinggi
3,0-4,0
Rata-rata
2,0-2,99
Rendah
1,0-1,99
IV
VII
VI
VIII
IX
1,0
Strategi yang bisa direkomendasikan terkait dengan hasil studi ini adalah:
Strategi : strategi yang cocok untuk diterapkan adalah strategi intensif seperti Market
Penetration, Market Development, dan Product Development atau strategi terintegrasi
seperti Backward Integration, Forward Integration dan Horizontal Integration.
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
III - 11
TABEL III.6.
RENCANA STATEGI DALAM ANALISIS SWOT
UNTUK PENGGEMBANGAN POTENSI PEREKONOMIAN KOTA SEMARANG
SEKTOR PERDAGANGAN
No
I
1.1
1.2
1.3
II
Strategi
Pembobotan
Total
Prioritas
Strategi S-O
Meningkatkan peran pasar tradisional dengan
3.2+3.3+3.4+1.1+1.2=0,096+0,096+0,0
memperbaiki infrastruktur
5+0,09375+0,06875
1.2+3.3=0,06875+0,09688=0,16563
1.2+1.3+1.4+3.2=0,06875+0,1+0,08125
+0,09688=0,34688
0,4045
0,16563
13
0,34688
Strategi S T
2.1
3.3.+2.3=0,09688+0,09687=0,19375
0,19375
12
0,39375
0,38126
0,44375
0,34687
0,35
0,5995
0,25312
0,4375
10
zonasi
2.2
3.1+3.2+3.4+2.3=0,14375+0,09688+0,0
5625+0,009687=0,39375
2.3
III
Strategi W O
Meningkatkan kenyamanan dan keamanan serta
3.1.
3.2
3.3
IV
4.1
4.2
4.3
2.2+3.2+3.3+3.4=0,13125+0,09688+0,0
9688+0,05625=0,38126
4.1+4.3+1.1+1.2+1.4=0,10625+0,09375
+0,09375=0,06875+0,08125=0,44375
4.2+4.3+1.1+1.2=0,090620+0,09375+0,
09375+0,06875=0,34687
4.5+4.7+1.1+1.2+1.5=0,0625+0,05+0,0
9375+0,06875+0,075=0,35
Strategi W T
Meningkatkan kualitas pelayanan pada pasar
4.1+4.2+4.3+2.1+2.2=0,10625+0,09062
tradisional
+0,09375+0,17812+0,13125=0,5995
4.1+4.7+2.3=0,10625+0,05+0,09687=0,
25312
2.1+2.3+2.4+4.1=0,17812+0,09687+0,0
5625+0,10625=0,4375
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
III - 12
No
Strategi
Pembobotan
Total
Prioritas
tradisional
4.4.
2.4+2.5+4.5+4.6=0,05625+0,05+0,0625
+0,05=0,21875
0,21875
11
Berdasarkan matrik SWOT diatas diperoleh ranking yang menunjukkan skala prioritas
startegi yang harus disiapkan dalam rencana pengembangan perekononomian di Kota
Semarang untuk bidang perdagangan.
Berdasarkan matrik SWOT di atas diperoleh ranking yang menunjukkan skala
prioritas strategi yang harus disiapkan dalam pengelolaan pasar di Kota Semarang .
1.
2.
3.
4.
5.
6.
dan pelayanan
8.
Penyiapan regulasi untuk penataan zonasi antara pasar tradisional dan modern
Matriks Internal Eksternal
Dengan menggunakan hasil evaluasi dari matriks IFE dan EFE, matriks IE
dapat dikerjakan. Sumbu horisontal Matriks IE adalah skor total IFE 2,6125
sedangkan sumbu vertikal adalah skor total EFE yaitu 2,475
Kuat
Rata-rata
Lemah
3,0-4,0
2,0-2,99
1,0-1,99
3,0
2,0
1,0
II
III
3,0
Tinggi
3,0- 4,0
IV
VI
Sedang
Skor
Total EFE
4,0
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
III - 13
2,0
2,0- 2,99
VII
VIII
IX
1,0
Rendah
1,0- 1,99
Keterangan :
: Posisi
Sel I,II dan IV dapat digambarkan sebagai Grow dan Build. Strategi yang cocok adalah
strategi intensif, seperti Market Penetration, Market Development atau Strategi
terintegrasi seperti Backward Integration, Forward Integration dan Horizontal Integration.
2.
Sel III, V dan VII paling baik dikendalikan dengan Hold dan Maintain.Strategi umum yang
dipakai adalah Market Penetration dan Product Development
3.
Posisi Pasar sekarang adalah pada posisi V, strategi yang digunakan adalah market
penetration dan product development. .
Prioritas Kebijakan : menjaga fasilitas infratruktur yang ada agar kodisinya tetap baik,
Strategi : menjaga fasilitas infratruktur yang ada agar kodisinya tetap baik, kedua adalah
adanya penataan sentra-sentra perdagangan
3.2.
MATRIKS
Strategi yang bisa direkomendasikan terkait dengan hasil studi ini adalah:
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
III - 14
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
III - 15
NO
1
SEKTOR
Sektor Industri
Sektor
Perdagangan
KONDISI
POTENSI
Sektor
industri
merupakan Sektor industri yang menjadi andalan di Kota
sumbangan
terbesar
bagiSemarang adalah industri kerajinan dan barang
perekonomian kota Semarang,industry
setelah perdagangan
Kota Semarang memiliki 9
kawasan industri antara lain
kawasan
industri
Candi,
Kawasan Industri Tugu Wijaya
Kusuma,
Kawasan
Industri
Terboyo, Lingkungan Industri
Kecil (LIK) Bugangan Baru,
Kawasan Berikat Tanjung Emas
Processing
Zone,
Kawasan
Industri BSB, serta industri-industri
kecil sampai skala menengah
lainnya juga berkembang di
berbagai
wilayah
Kota
Semarang
Sektor
perdagangan
Kota Pertokoan Pekojan terkenal dengan toko
Semarang
semakin emasnya dan tekstil, Gang Baru terkenal dari
berkembang, dimana pada kualitas
barang
yang
dijual
dipasar
tahun 2008 jumlah perusahaan tradisional,
pertokoan/komplek
tersebut
perdagangan sebesar 49.178 semuanya
masuk
dalam
kawasan
unit usaha . Selain itu sektor perdagangan Johar Kecamatan Semarang
perdagangan di Kota Semarang tengah. Disamping kawasan perdagangan
sudah
didukung
dengan johar
masih
ada
kawasan-kawasan
adanya pasar, dan sentra atau perdagangan lain yang juga tidak kalah
kawasan perdagangan
terkenalnya seperti kawasan perdagangan
Simpang Lima dengan Citraland Mall dan
Matahari
Mall
merupakan
pusat
perbelanjaan modern di jantung kota
Semarang dengan konsep Mall dengan
produk belanja dan warung kuliner yang
lengkap, pertokoan jalan Pandanaran
terkenal dengan oleh-oleh khas Semarang,
seperti wingko babat, Bandeng presto dan
lumpia, kawasan- kawasan tersebut masuk
dalam wilayah Kecamatan Tengah. kawasan
mataram terkenal dengan otomotif, onderdil
baik
mobil
maupun
kendaraan
bermotor,elektronik, kompresor, keramik dan
kawasan PKL jalan barito merupakan
perdaganan barang-barang bekas dan baru
seperti onderdil mobil, onderdil sepeda
motor, sepeda ontel dan audio.
Berdasarkan
jenis Sektor pertanian yang menjadi komoditas
penggunaannya, kondisi lahan unggulan di kota Semarang adalah kunyit,
di kota Semarang terbagi atas temulawak,
rambutan,
durian,
dan
dua bagian besar, yaitu tanah mangga,dan lengkeng (potensi sesuai
basah (sawah) dan tanah renstra pertanian)
kering; dimana pada tahun 2008
tercatat luas tanah sawah seluas
3.990,00 Ha dan tanah kering
seluas 33.380,020 Ha
PERMASALAHAN
STRATEGI
KEBIJAKAN
Prioritas Kebijakan :
pemeliharaan
infastruktur
dan
memperbaiki
kerusakan-kerusakan
infrastruktur
Kurang optimalnya
asosiasi perdagangan yang
berperan aktif dalam membangun kerjasama
internasional
menjaga
fasilitas
infratruktur yang ada
agar kodisinya tetap
baik, kedua adalah
adanya
penataan
sentra-sentra
perdagangan
Prioritas Kebijakan :
pemantapan sentra
dan kelembagaan,
kedua
adalah
peningkatan kualitas
dan kuantitas produk
Sektor
Pertanian
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
III - 16
NO
SEKTOR
KONDISI
POTENSI
PERMASALAHAN
STRATEGI
KEBIJAKAN
Skala
usaha
terbatas,
sampingan
dan
tidak
terkonsentrasi (menyebar);
Sub.
Sektor
Perikanan
Sub.
Sektor
Peternakan
Sektor
Pariwisata
Permasalahan
dalam
pengembangan
sub
sector
perikanan adalah :
Masih
rendahnya
produktifitas
perikanan
Kota
Semarang bila dibandingkan dengan daerah lain
Permasalahan dalam pengembangan sektor peternakan
diantaranya adalah :
Prioritas Kebijakan :
peningkatan efisiensi
produksi
Prioritas Kebijakan :
peningkatan produk
varietas
melalui
efisiensi
reproduksi
induk dan produk
anak
Prioritas Kebijakan :
Kebijakan
untuk
memperkenalkan
tempat-tempat
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
III - 17
NO
SEKTOR
KONDISI
POTENSI
PERMASALAHAN
STRATEGI
KEBIJAKAN
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
III - 18
3.3.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pendataan, identifikasi dan analisis data yang terkait dengan kegiatan serta
mengkaji potensi, permasalahan dan kendala serta peluang, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1)
Sektor yang menjadi sektor basis di Kota Semarang adalah sektor listrik, gas, dan air bersih ;
sektor perdagangan, hotel dan restoran ; sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor
jasa
2)
Sektor pertanian yang menjadi komoditas unggulan di kota Semarang adalah kunyit,
temulawak, rambutan, durian, dan mangga,dan lengkeng (potensi sesuai renstra pertanian).
3)
Sektor perindustrian yang menjadi andalan adalah industri kerajinan dan hasil barang industry
4)
Sektor pariwisata, yang bisa dikembangkan untuk peningkatan perekonomian Kota Semarang
adalah Agrowisata Mijen dan Agrowisata Gunungpati
REKOMENDASI
3.4.1. Pertanian
Program Rencana Aksi Pengembangan potensi pertanian Kota Semarang yang dapat
dilaksanakan adalah :
1.
2.
Revitalisasi Balai Pelatihan Pertanian yang ada dalam penyediaan Bibit/benih unggul
dengan bioteknologi (kultur jaringan, embrio transfer, inseminasi buatan)
3.
4.
5.
6.
Penerapan sistem budidaya, panen dan pasca panen spesifik lokasi untuk
meningkatkan mutu produk, menekan kegagalan panen dan kehilangan hasil.
7.
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
III - 19
8.
9.
10.
3.4.2. Perdagangan
1)
2)
Dari segi komoditi, perdagangan dan jasa lebih diarahkan untuk menangani usaha
perdagangan komoditas hasil industri pengolahan/ manufaktur (khususnya di bidang
perdagangan yang modal investasinya tidak terlalu besar, seperti perdagangan eceran
untuk produk-produk makanan/ minuman, alat-alat rumah-tangga, produk sandang,
bahan bangunan, terutama untuk pasar lokal/domestik, dengan mendorong perluasan
3)
Peran UDKM dalam perdagangan komoditas hasil pertanian di pasaran domestik tetap
4)
5)
Dari segi prioritas institusi, kepedulian pembinaan diutamakan kepada lapisan pelaku
UDKM yang kemampuan dan profesionalismenya masih lemah, yaitu pedagang
pengecer, pedagang kaki lima, dan eksportir menengah.
6)
7)
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
III - 20
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Wisata melalui pengembangan dan pemanfaatan potensi-potensi wisata secara maksimal baik
wisata dagang maupun wisata religius, peningkatan manajemen pengelolaan pariwisata serta
peningkatan kualitas sumber daya manusia dibidang kepariwisataan.
Program-program pembangunan pada Urusan kepariwisataan yang dilaksanakan adalah
sebagai berikut :
1.
2.
3.
3.4.4. Industri
Kebijakan pada Urusan perindustrian diarahkan pada tewujudnya industri kecil/home
industri yang bertumpu pada mekenisme pasar melalui (1) pembinaan industri kecil /home
industri, (2) fasilitasi akses permodalan industri kecil/home industri; (3) pengembangan
sentra-sentra industri kecil/home industri; (4) peningkatan kemitraan usaha industri kecil/home
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
III - 21
2.
3.
4.
5.
EXECUTIVE SUMMARY
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Perekonomian (RIPE) Kota Semarang
III - 22
Lampiran
NO
JENIS
KOMODITAS
Produktifitas Komoditas
Produkti
% thdp
vitas>Jat Nilai
Jateng>10%
eng
Tanaman
Pangan
Tnm
Pangan
(10%)
Tanaman
Holtikultura
Tanaman
Perkebunan
Tnm
Tnm
Perkebu
Nilai Hortikult Nilai
nan
ura(10%)
(10%)
Nilai
Tanaman
Industri
Tnm
Industri
(10%)
Nilai
Tanaman Ternak
Ternak
(10%)
Nilai
Komoditas
Unggulan Studi
Internal
Produktifitas
% thdp
Jateng
>10%
Produkti
vitas
Nilai
>Jateng
(10%)
Hasil
Nilai
Produktifitas Komoditas
% thdp
Jateng
>10%
Produkti
vitas
Nilai
>Jateng
Sesuai
dengan
RTRW.
RPJMD
Hasil
Nilai
10%
memperhatika
n Daya Dukung
Eksisting
lahan dan
Agroindustri
kelestarian
lingkungan
Hasil
Nilai
5%
Hasil
Nilai
5%
Bernilai
Ekonomi
Tinggi dan
Prospek
Pemasaran
Luas
MERUPAKAN
KOMODITAS YANG
MEMPUNYAI
KETERSEDIAAN BAHAN
BAKU
Dalam
Di Luar
Wilayah Nilai
Wilayah
(Internal)
Nilai
MERUPAKAN
KOMODITAS
YANG
MEMPUNYAI
SARANA
PENDUKUNG &
KELEMBAGAAN
YANG KUAT
Hasil
NILAI
TOTAL
Nilai
Hasil Nilai
5%
5%
5%
10%
Padi Sawah
30,90
Tidak
Ya
10
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
30,90
Tidak
Ya
10
30,90
Tidak
ya
10
ya
tidak
tidak
ya
tidak
ya
10
50
Padi Gogo
0,61
Tidak
Ya
10
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
0,61
Tidak
Ya
10
0,61
Tidak
tidak
ya
tidak
tidak
tidak
ya
tidak
30
Jagung
Tidak
Ya
10
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
10
Tidak
ya
10
ya
ya
tidak
ya
tidak
ya
10
55
Ubi Jalar
Tidak
Ya
10
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
ya
10
tidak
tidak
tidak
tidak
ya
tidak
25
0,15
0,72
0,15
0,72
0,15
0,72
Ubi Kayu
0,48
Tidak
Ya
10
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
0,48
Tidak
Ya
10
0,48
Tidak
ya
10
tidak
ya
ya
ya
tidak
tidak
45
Kacang Hijau
0,16
Tidak
Ya
10
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
0,16
Tidak
Tidak
0,16
Tidak
ya
10
ya
ya
tidak
tidak
ya
ya
10
45
Kacang Tanah
0,41
Tidak
Ya
10
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
0,41
Tidak
Tidak
0,41
Tidak
ya
10
ya
ya
tidak
tidak
ya
tidak
35
Durian
6,80
Tidak
Tidak
Ya
10
Tidak
Tidak
Tidak
6,80
Tidak
Ya
10
6,80
Tidak
ya
10
ya
ya
ya
ya
tidak
ya
10
60
Mangga
1,15
Ya
10
Tidak
Ya
10
Tidak
Tidak
Tidak
1,15
Ya
10
Ya
10
1,15
Ya
10
ya
10
ya
ya
ya
ya
tidak
ya
10
90
10
Rambutan
25,76
Ya
10
Tidak
Ya
10
Tidak
Tidak
Tidak
25,76
Ya
10
Ya
10
25,76
Ya
10
ya
10
ya
ya
ya
ya
tidak
ya
10
90
11
Pisang
2,06
Tidak
Tidak
Ya
10
Tidak
Tidak
Tidak
2,06
Tidak
Ya
10
2,06
Tidak
ya
10
ya
ya
ya
ya
tidak
ya
10
60
12
Kunyit
50,70
Ya
10
Tidak
Tidak
Ya
10
Ya
10
Tidak
50,70
Ya
10
Ya
10
50,70
Ya
10
ya
10
ya
ya
ya
ya
tidak
ya
10
100
13
Temulawak
83.081,81
Ya
10
Tidak
Tidak
Ya
10
Ya
10
Tidak
83.081,81
Ya
10
Ya
10
83.081,81
Ya
10
ya
10
ya
ya
ya
ya
tidak
ya
10
100
14
Kelapa
0,09
Ya
10
Tidak
Tidak
Ya
10
Tidak
Tidak
0,09
Ya
10
Tidak
0,09
Ya
10
ya
10
ya
tidak
tidak
tidak
ya
tidak
60
15
Kopi
0,20
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
10
Ya
10
Tidak
0,20
Tidak
Tidak
0,20
Tidak
ya
10
ya
ya
ya
ya
tidak
ya
10
60
16
Cengkeh
0,47
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
10
Ya
10
Tidak
0,47
Tidak
Tidak
0,47
Tidak
ya
10
ya
tidak
tidak
tidak
ya
ya
10
50
17
Kapuk
0,06
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
10
Tidak
Tidak
0,06
Tidak
Tidak
0,06
Tidak
ya
10
ya
ya
tidak
tidak
ya
tidak
35
18
Ikan Tambak
0,50
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
10
0,50
Tidak
Ya
10
0,50
Tidak
ya
10
tidak
ya
tidak
tidak
ya
tidak
40
19
0,16
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
10
0,16
Tidak
Tidak
0,16
Tidak
ya
10
tidak
ya
tidak
tidak
ya
tidak
30
20
Ikan Kolam
0,04
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
10
0,04
Tidak
Tidak
0,04
Tidak
tidak
ya
ya
tidak
tidak
ya
tidak
25
21
Sapi Potong
0,25
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
10
0,25
Tidak
Tidak
0,25
Tidak
tidak
ya
ya
ya
ya
tidak
ya
10
40
22
Sapi Perah
1,99
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
10
1,99
Tidak
Tidak
1,99
Tidak
ya
10
ya
tidak
ya
ya
tidak
ya
10
45
23
Ayam Buras
0,43
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
10
0,43
Tidak
Tidak
0,43
Tidak
tidak
ya
tidak
tidak
tidak
ya
tidak
20
24
Ayam Petelur
3,95
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
10
3,95
Tidak
Tidak
3,95
Tidak
ya
10
tidak
ya
tidak
tidak
ya
tidak
30
25
Ayam Pedaging
1,04
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
10
1,04
Tidak
Ya
10
1,04
Tidak
ya
10
ya
ya
tidak
tidak
ya
tidak
45
26
Kambing
0,38
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
10
0,38
Tidak
Tidak
0,38
Tidak
tidak
ya
ya
ya
ya
tidak
ya
10
40
27
Bandeng Presto(industri)
Ya
10
ya
10
tidak
ya
ya
ya
tidak
ya
10
45
28
Wingko Babat
Ya
10
ya
10
tidak
ya
ya
ya
tidak
ya
10
45
29
Batik Semarang
Tidak
tidak
tidak
ya
ya
ya
ya
ya
10
30