Pisa
Pisa
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abad ke-21 disebut sebagai era-nya teknologi. Perubahan cepat terjadi dan
seseorang harus dapat beradaptasi dengan hal tersebut dengan memiliki kemampuan
untuk mendukung keadaan tersebut. ACTS (n.d) menyatakan kemampuan abad ke -21
dikategorikan ke dalam 4 kategori besar, yaitu: pertama, cara berpikir, yaitu kreativitas,
berpikir kritis, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan belajar. Kedua, cara
kerja, yaitu komunikasi dan kolaborasi. Ketiga, alat untuk bekerja, yaitu teknologi
informasi dan komunikasi (ICT) dan literasi informasi. Keempat, keterampilan untuk
hidup di dunia, yaitu kewarganegaraan, kehidupan dan karir, dan tanggung jawab pribadi
dan sosial. Kemampuan-kemampuan tersebut menuntut manusia untuk dapat
berkolaborasi dan berhubungan dengan cepat dengan sesama.
Kemampuan yang disebutkan di atas merupakan bekal orang dewasa dalam
menghadapi kehidupan nyata. Banyaknya keterampilan yang diperlukan, maka
seyogyanya sekolah sebagai penyelenggara pendidikan formal melatihkan peserta didik
keterampilan-keterampilan tersebut. Tidak berarti kemampuan dalam tingkatan
kompleks, tetapi tingkat dasar yang kuat. Karena peserta didik tingkat dasar dan
menengah tidak dengan sendirinya berkembang tetapi perlu dilatihkan agar siap
menghadapi situas kehidupan nyata di masa yang akan datang. Oleha karena itu, para
stakeholders (orang tua, guru, pemerintah) perlu untuk mengetahui seberapa jauh sistem
pendidikan mereka dalam mempersiapkan siswanya untuk situasi kehidupan nyata. Salah
satu kemampuan yang memang mewakili kemampuan-kemampuan diabad 21 adalah
kemampuan literasi sains, selain itu literasi sains juga merupakan kemampuan yang
dibutuhkan oleh orang dewasa untuk mengembangkan diri dan mendapatkan perkerjaan.
Seperti yang diungkapkan oleh NSES (NRC,1996) literasi sains merupakan kemampuan
esensial yang diperlukan orang dewasa untuk memberdayakan pribadi; memperoleh &
melaksanakan pekerjaan; berpartisipasi dalam kehidupan sos-bud-pol. Sehingga
pengetahuan dan keterampilan yang harus diberikan dari kecil agar menjadi orang yang
melek sains, dimana keterampilannya dapat digunakan, dan perlu dikembangkan untuk
kebutuhan sendiri. Sehingga dapat kita sadari apabila literasi sains ini merupakan
keterampilan yang menjadi salah satu fokus yang diukur dalam TIMSS dan PISA adalah
keterampilan literasi sains. Literasi sains memang diharapkan dapat dimiliki oleh siswasiswi dizaman sekarang. Selain itu alasan yang melatarbelakangi hal tersebut yaitu:
1
1
1. Negara-negara berkembang yang sekarang maju baik dari segi teknologi, ekonomi,
dan pendidikannya telah menggunakan literasi sains seudah sejak lama. Seperti di
Amerika, melalui projek 2061 (For All American: 1989) yang merupakan hasil riset
untuk membuat standar pendidikan sains di Amerika. Membelajarkan literasi sains di
Amerika yang berfokus pada pencapaian literasi sains. Kemudian di Australia literasi
sains dijadikan tujuan pendidikan sains di Australia. Sedangkan di Cina sudah
diberlakukan sejak 5 tahun silam dengan tujuan 15 tahun kedepan jumlah penduduk
yang melek sains meningkat pesat.
2. Faktor-faktor yang berkembang di negara tertentu:
a. Pemahaman IPA menawarkan pemenuhan personal dan kegembiraan,
keuntungan nuntuk dibagikan dengan siapapun.
b. Negara-negara dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan dikehidupannya yang
memerlukan informasi ilmiah.
c. Cara berpikir ilmiah yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan yang
berpengaruh terhadap kepentingan orang banyak.
d. Pemahaman dalm IPA dan kemampuan dalam IPA yang diperlukan untuk
perkembangan siswa dalam memegang peranan penting dan produktif dimasa
depan.
e. Masyarakat membutuhkan pekerja pemula yang siap kerja.
Saat ini, mutu pendidikan Indonesia paling lemah dibandingkan negara tetangga,
seperti Singapura, dan Malaysia. Parameter umum sering yang digunakan adalah HDI
(Human Index Development), PISA, dan TIMSS (Rahiem, 2012). HDI ini melihat empat
komponen, yaitu pendidikan, harapan hidup, dan satuan harapan hidup. Indonesia pada
2013 berada di urutan 121 dari 185 negara (HDI Indonessia Naik Tiga Peringkat, 2013).
Capaian dalam HDI ini berada di bawah Negara tetangga seperit Malaysia, Singapura,
dan Thailand. Namun, hasil yang lebih khusus menilai mutu pendidikan adalah hasil
PISA dan TIMSS.
Berdasarkan pemaparan di atas, perlu kiranya mengetahui capaian siswa
Indonesia pada PISA dan TIMSS untuk melihat mutu pendidikan Indonesia dalam acuan
internasional.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana capaian Indonesia dalam keikutsertaannya di PISA?
2. Bagaimana capaian Indonesia dalam keikutsertaannya di TIMSS?
2
2
BAB II
ISI
A. PISA
1. Sekilas tentang PISA
15 tahun dalam literasi membaca, matematika, dan sains. Umur 15 tahun dipilih,
karena pada umur ini sebagian besar siswa di berbagai negara mendekati akhir
program wajib belajar.(OECD, 2003)
Asesmen PISA mengambil pendekatan luas dalam prioritas sekolah dan di
luar sekolah. PISA berfokus menilai apa yang mereka (siswa 15 tahun) bisa
hubungkan dengan apa yang telah mereka pelajari - mencerminkan kemampuan siswa
untuk terus belajar sepanjang hidup dengan menerapkan apa yang mereka pelajari di
sekolah dengan lingkungan di luar sekolah, mengevaluasi pilihan dan membuat
keputusan. Jadi, PISA menilai kemampuan mereka untuk mencerminkan, menerapkan
pengetahuan dan pengalaman mereka terhadap isu-isu kehidupan nyata.(OECD,
2012)
2. Kerangka Kerja PISA
Kerangka kerja PISA berdasarkan konsep literasi yang meliputi kapasitas siswa
mengekstrapolasi dari apa yang telah mereka pelajari, dan menerapkan pengetahuan
mereka dalam keadaan yang baru, dan kapasitas siswa dalam menganalisis,bernalar,
dan berkomunikasi secara efektif, memecahkan dan menafsirkan masalah dalam
berbagai situasi.
3. Kemampuan yang diukur dalam PISA
a. Literasi membaca didefinisikan sebagai kemampuan memahami, menggunakan,
dan merefleksi dalam bentuk tulisan (OECD, 2003).
b. Literasi matematika dalam PISA didefiniskan sebagai kemampuan
mengidentifikasi, memahami, dan terlibat dalam matematika sekaligus membuat
penilaian bahwa matematika berperan dalam kehidupan sekarang, dan masa depan
seseorang sebagai warga negara yang konstruktif, terlibat, dan reflektif. Terlibat
dalam matematika disini maksudnya tidak hanya perhitungan sederhana tetapi
penggunaannya lebih luas, termasuk mengambil sudut pandang serta menghargai
hal-hal yang dinyatakan secara numeric (contohnya pendapat tentang pengeluaran
anggaran pemerintah) (OECD, 2003).
c. Literasi Sains dalam PISA didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan
pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan, menarik kesimpulan yang
berdasarkan bukti untuk memahami dan membantu membuat keputusan tentang
alam, manusia dan interaksinya (OECD, 2003).
Tabel 2.1
Dimensi Literasi Sains dalam PISA (OECD, 2006)
Dimensi
Melibatkan
4
4
Knowledge
explanation).
Menunjukkan minat dalam ilmu pengetahuan, dukungan untuk
Attitude
Konteks
teknologi.
Areanya
meliputi:
Health,
Natural
resource,
Kompetensi
prediksi
Using scientific evidence
Menginterpretasi bukti
ilmiah
dan
membuat,
serta
mengkomunikasikan kesimpulan.
Mengidentifikasi asumsi, bukti
kesimpulan
Merefleksikan pada implikasi sosial dari ilmu pengetahuan
dan
alasan
tentang
4. Penyelengggaraan PISA
Jumlah Negara
2000
43
Mayor
Literasi Membaca
Minor
Literasi Matematika dan
5
5
Literasi Sains
2003
41
2006
57
2009
65
2012
64
Sains
Literasi Sains
Literasi Membaca
Pemecahan masalah
Indonesia mengikuti PISA dari tahun 2000, dan berlanjut di tiga tahun berikutnya.
Capaian Indonesia dalam PISA pada liteasi sains disajikan dalam Tabel 3.3
Tabel 2.3
Capaian Siswa Indonesia di PISA
Tahun
Literasi
Membaca
Sains
Matematika
2000
371
393
367
2003
382
395
360
2006
393
395
391
2009
402
383
371
2012
Dari capaian di atas kita peroleh informasi bahwa pendidikan Indonesia belum
membekali siswa secara keseluruhan kemampuan untuk menghadapi situasi nyata.
Hal ini terlihat bahwa profil siswa Indonesia hanya dapat menerapkan ilmu yang
yang diperolehnya pada kasus yang biasa mereka temui. Siswa belum dapat
merefleksikan ilmu yang telah mereka peroleh. Padahal kemampuan tersebut
merupakan kemampuan yang diperlukan pada abad ke-21. Oleh karena itu, perlu
kiranya perubahan dalam sistem pendidikan yang dapat melatihkan siswa terhadap
kemampuan-kemampuan yang sesuai kebutuhan hidupnya mendatang.
Salah satu studi internasional untuk mengevaluasi pendidikan khusus untuk hasil
belajar peserta didik yang berusia 14 tahun pada jenjang sekolah menengah
pertama (SMP)yang diikuti oleh Indonesia adalah Trends in International
Mathematics and Science Study (TIMSS). TIMMS adalah studi yang berlangsung
selama empat tahun sekali, dan pertama kali dilakukan oleh IEA ( The
International Association For The Evaluation of Educational) yang merupakan
organisasi yang bergerak dibidang penilaian dan pengukuran pendidikan dan
berkedudukan di Belanda. Level yang dinilai dalam TIMSS adalah siswa kelas 4
dan 8. Di setiap level menilai sekitar 4.000 siswa dari setiap negara peserta.
TIMSS dirancang untuk meneliti pengetahuan dan kemampuan matematika dan
sains anak-anak berusia 14 tahun beserta informasi yang berasal dari peserta
didik, guru, dan kepala sekolah. Indonesia menjadi salah satu peserta pada tahun
1999. Keikutsertaan indonesia untuk mengetahui kemampuan peserta didik
Indonesia di bidang matematika dan sains berdasarkan benckmark internasional
2. Tujuan TIMSS
Tujuan dilakukannya TIMSS adalah untuk mengukur kemampuan matematika
dan sains peseta didik kelas 4 dan 8. Hasil capain TIMSS dapat digunakan untuk
mengevaluasi proses pendidikan negara peserta TIMSS.Tujuan Indonesia menjadi
peserta adalah untuk mendapatkan informasi tentang kemampuan peserta didik
pada kelas 8 di bidang matematika dan sain berdasarkan bencmark internasional.
Hasil studi TIMSS diharapkan dapat digunakan dalam perumusan kebijakan
untuk peningkatan mutu pendidikan khususnya Matematika dan Sains
3. Kerangka Penilaian Bidang Matematika
7
7
Kerangka penilaian bidang matematika pada TIMSS 2007 dan 2011 memiliki
kesamaan terbagi menjadi dua dimensi yaitu dimensi content Domain dan
cognitive domain dengan memperhatikan kurikulum yang berlaku dinegara
peserta.
a. Content Domain
1. Kelas 4
: Bilangan, Bentuk geometri dan pengukuran, dat
2. Kelas 8
: Bilangan, aljabar, geometri, dan data
b. Cognitive Domain
1. Knowing
: Recall/ Recognize, Define, Describe, Illustrate with
Example, Use Tools and Procedures
2. Aplying
: Compare/ Contrast, Classify, Use Model, Relate, Interpret
Information, Find Solution
3. Reasoning : Analyze/ Solve Problems, Integrete/ Synthesize,
Hypothesize/Predict, Design/ Plan, Draw Conclusion,
Generalize, Evaluate, Justify
4. Kerangka Penilaian Bidang Sains
Kerangka penilaian bidang sains pada TIMSS 2007 dan 2011 memiliki kesamaan
terbagi menjadi dua dimensi yaitu dimensi content Domain dan cognitive domain.
a. Content Domain
1. Kelas 4
: Biologi, Olahraga, Ilmu Bumi
2. Kelas 8
: Biologi, Kimia, Fisika, Ilmu Bumi
b. Cognitive Domain
1. Knowing
: Recall/ Recognize, Define, Describe, Illustrate with
Example, Use Tools and Procedures
2. Aplying
: Compare/ Contrast, Classify, Use Model, Relate, Interpret
Information, Find Solution
3. Reasoning : Analyze/ Solve Problems, Integrete/ Synthesize,
Hypothesize/ predict, Design/ Plan, Draw Conclusion,
Generalize, Evaluate, Justify
5. Hasil Capaian
Indonesia sudah 4 kali menjadi peserta Indonesia sudah empat kali menjadi
peserta yaitu pada tahun 1999, 2003, 2007, 2011. Namun selama keikutsertaannya
indonesia masih berada dalam papan bawah dibandingkan dengan negara lain.
Hasil capaian Indonesia dalam keikutsertaan dalam TIMSS terdapat Tabel 3.4
8
8
Content
Sains
Cognitive
Know- Applying
ing
Cognitive
Con-
Applying
Reason-ing
1999
403
435
2003
411
420
2007
400
397
398
405
427
426
425
438
2011
386
378
384
388
406
402
398
413
seharusnya mengacu pada soal-soal yang dirilis oleh TIMSS sehingga siswa
sudah terbiasa memecahkan persoalan yang cukup kompleks. Guru yang
memberikan pelajaran juga harus dievaluasi apakah sesuai lulusan sesuai dengan
mata pelajaran yang sama. Jika lulusan dari bidang lain memberikan pelajaran
pasti kemampuannya jauh berbeda dengan lulusan yang sebidang.
tersebut.
c. Siswa menyusun langkah-langkah logis untuk menyelesaikan masalah.
d. Siswa melaksanakan langkah-langkah yang telah direncanakan.
e. Siswa melakukan evaluasi terhadap penyelesaian masalah.
Masalah dalam problem solving bersifat terbuka, artinya jawabannya belum
pasti dan masih bisa dikembangkan. Tujuan problem solving adalah kemampuan
siswa berpikir kritis, analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif
pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam menumbuhkan
sikap ilmiah (Sanjaya, 2009).
2. Asesmen Alternatif
a. Definisi Asesmen Alternatif
Asesmen terdiri dari asesmen tes dan asesmen non tes. Asesmen tes
merupakan asesmen tertulis yang dilakukan untuk mengukur kemampuan seseorang.
Sedangkan asesmen non tes merupakan satu instilah yang sama dengan asesmen
alternative. Asesmen itu sendiri menurut Overton, Terry (2008) asessment adalah
suatu proses pengumpulan informasi untuk memonitor kemajuan dan bila diperlukan
pengambilan keputusan dalam bidang pendidikan. Sebagaimana disebutkan dalam
definisi saya tentang tes, suatu asesmen bisa saja terdiri dari tes, atau bisa juga terdiri
dari berbagai metode seperti observasi, wawancara, monitoring tingkah laku, dan
11
11
sebagainya. Jadi asesmen itu adalah proses pengumpulan informasi bisa berupa tes
dan non tes. Asesmen non tes inilah yang disebut dengan asesmen alternatif.
Asesmen alternatif menurut Stigin (1993) adalah suatu proses pengumpulan
informasi untuk memonitor kemajuan dan bila diperlukan pengambilan keputusan
dalam bidang pendidikan. Sebagaimana disebutkan dalam definisi saya tentang tes,
suatu asesmen bisa saja terdiri dari tes, atau bisa juga terdiri dari berbagai metode
seperti observasi, wawancara, monitoring tingkah laku, dan sebagainya.
b. Jenis-Jenis Asesmen Alternatif
Asesmen alternatif adalah penilaian yang dilakukan secara nontes. Terdapat
beberapa penilaian yang termasuk kedalam jenis Asesmen alaternatif. Menurut Heru
Kuswanto (2008) salah satu guru SMA Negeri 3 Bandung dalam work shop evaluasi
dan penilaian pendidikan beberapa penilaian yang termasuk asesment alternatif
yaitu:
1) Penilaian kinerja (performance asesment)
Penilaian kinerja dilakukan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang
menuntut peserta didik menunjukkan kinerjanya. Penilaian ini dilakukan dengan
mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian kinerja ini
dapat dilakukan dengan daftar ceklis dan skala rentang.
2) Penilaian Projek
Penilaian projek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Penilaian bentuk ini dilakukan sejak
perencanaan, proses selama pengerjaan tugas, sampai hasil akhir projek.
3) Penilaian Produk
Penilaian sikap dalam mata pelajaran IPA dapat dilakukan berkaitan dengan
berbagai objek sikap antara lain: sikap terhadap mata pelajaran, guru mata
pelajaran, proses pembelajaran, materi pembelajaran, dan sikap-sikap yang
berhubungan nilai-nilai yang ingin ditanamkan dalam diri peserta didik melalui
materi tertentu. Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan berbagai cara di
antaranya observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan penggunaan skala sikap.
5) Penilaian Portofolio
Portofolio adalah alat penilaian yang berupa kumpulan dokumen dan hasil karya
beserta catatan perkembangan belajar peserta didik yang disusun secara
sistematis, yang bertujuan untuk mendukung belajar tuntas. Hasil karya yang
dimasukkan ke dalam bundel portofolio dipilih yang benar-benar dapat menjadi
bukti pencapaian suatu kompetensi.
c. Contoh Penerapan Strategi Problem Solving dalam Pembelajaran
Melakukan demonstrasi mengenai refleksi yaitu hukum Snellius tentang pemantulan
(menggunakan cermin dan 3 orang siswa).
1. Dihadapkan pada permasalahan.
Permasalahan:
Di sebuah supermarket akan menyediakan barang- barang berharga seperti
perhiasan. Sebuah cermin datar akan digunakan untuk mengawasi barang tersebut.
Ia menempatkan barang-barang berharga tersebut seperti ditunjukkan oleh gambar.
Kalian adalah seorang ahli fisika diminta untuk membantu membuat sketsanya.
Sifat cahaya apakah yang dipakai? Dimanakah cermin datar tersebut ditempatkan
agar dapat terus diawasi oleh penjaga kasir?
2. Menerapkan konsep yang sesuai dengan permasalahan.
Prediksi
Guru meminta siswa untuk menggambarkan sketsa penempatan cermin.
Dimanakah cermin tersebut ditempatkan?. Guru meminta beberapa siswa untuk
menggambarkannya di papan tulis.
3. Menyusun langkah-langkah logis untuk menyusun masalah.
Alat dan Bahan:
Guru meminta siswa untuk menyebutkan alat dan bahan yang digunakan untuk
menentukan posisi cermin datar yang tepat terhadap barang.
Apa alat dan bahan yang dibutuhkan untuk menentukan posisi cermin datar yang
tepat terhadap barang?
13
13
Siswa dibantu oleh guru melaksanakan apa yangg sudah direncanakan oleh
masing-masing kelompoknya.
5. Melakukan evaluasi berdasarkan masalah.
Siswa mulai menyimpulkan dari percobaan diantaranya apakah sifat-sifat cahaya
yang terdapat dalam fenomena tersebut?apakah itu sinar datang?dan apakah itu
sinar pantul?
6. Hubungan antara Strategi Problem Solving dengan Literasi Sains Beserta Asesmen
Alternatifnya
Tabel 2.6
Hubungan antara strategi problem solving dan literasi sains beserta asesmen alternatifnya
Tahapan
Asesmen
Strategi Problem
Kemampuan
Aspek
Alternatif
Solving
Tahap
1
PISA
:Dihadapkan
Mengidentifikasi isuMengenali
isu/permasalahan
yangObservasi,
pada
sains
memungkinkan untuk dinvestigasi secara ilmiah assasmen
permasalahan
autentik
Mengidentifikasi kata kunci untuk mencari
informasi sains.
Sikap
TIMSSS
Knowing
Recall/Recognize
Describe
Tahap
2
:
PISA
Menerapkan
konsep
yangExplaining
sesuai
denganphenomena
permasalahan scientifically
Sikap
Observasi,
assasmen
autentik
ilmiah
TIMSSS
Knowing
Reasoning
Tahap
3
PISA
:Menyusun
langkah-langkah Explaining
logis
untukphenomena
menyelesaikan scientifically
masalah
Sikap
TIMSSS
Applying
Find Solutions
Reasoning
Design
Observasi,
assasmen
autentik
Analyze
Tahap
4
:
PISA
Melaksanakan
Sikap
Menunjukkan kesediaan untuk memperolehObservasi,
langkah-langkah
pengetahuan ilmiah dan keterampilan tambahan, asesmen
yang
telah
menggunakan varietas sumber daya dan metode autentik
dilaksanakan
Tahap
5
:
PISA
Melakukan
Using
scientific Mengiterpretasikan fakta-fakta sains, membuat Observasi,
evaluasi
evidence
dan mengkomunikasikan kesimpulan.
performan
berdasarkan
Mengidentifikasi asumsi, fakta-fakta dan asesmen
masalah
memberi alsan latarbelakang kesimpulan.
Sikap
Mendukung penggunaan informasi faktual dan Observasi,
penjelasan rasional
asesmen
Menyatakan kebutuhan untuk proses logis danautentik
berhati-hati dalam penarikan kesimpulan
TIMSSS
Applying
Compare /Contrast/Classify
Explain
Reasoning
Menggambarkan kesimpulan
Observasi,
assasmen
autentik,
performan
asesmen
Justify
Evaluasi
15
15
Setelah melihat pemaparan diatas, literasi sains amat begitu penting bagi seorang
individu dalam mengambil keputusan dengan menggunakan kemampuan ilmiahnya
dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dari penjelasan sebelumnya, hasil evaluasi
TIMSS dan PISA menunjukan bahwa negara Indonesia selalu saja diperingkat bawah,
dari pertama mengikuti hingga pelaksanaan TIMSS dan PISA yang paling terakhir. Ini
memperlihatkan bahwa ketidak merataan pendidikan yang ada di Indonesia masih
kurang baik. Bukti kongkritnya adalah keikutsertaan Indonesia di Olimpiade yang
patut kita banggakan, karena sering memenangkan emas. Tapi amat disayangkan
olimpiade ini hanya memberikan pengaruh pada beberapa siswa-siswi saja. Padahal
suatu pendidikan yang dapat mengembangkan negaranya dalam segi apapun adalah
suatu pendidikan yang memang memberikan pengaruh yang baik bagi seluruh siswasiswinya, sehingga kelak pada saat mereka dewasa dapat memberikan dampak positif
bagi negaranya.
Strategi Problem Solving merupakan suau alternatif pembelajaran yang bisa
digunakan untuk melatih kemampuan litarasi sain. Dari tahapan-tahapan problem
solving yang sudah dipaparkan sebelumnya diharapkan dapat melatihkan kemampuan
literasi sains siswa. Beberapa jenis asesmen alternative bisa digunakan untuk
mengukur sejauh mana siswa dapat memiliki bahkan mengembangkan literasi sains
yang ada pada dirinya masing-masing. Dalam proses pembelajaran seharusnya seluruh
guru dan elemen didalamnya semestinya bisa mendukung kegiatan pembelajaran
tersebut sehingga terjadi proses pengembangan seluruh kemampuan diri siswa secara
maksimal. Ketika proses pembelajaran baik diharapkan memberi pengaruh yang baik
pula terhadap siswa salah satunya dapat mengembangkan kemampuan literasi sains
siswa yang memang penting baik bagi dirinya sekarang dan di masa depan.
16
16
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil capaian nilai TIMSS dan PISA maka dapat disimpulkan sebagai
berikut
1. Pembelajaran strategi prombelm solving dapat digunakan sebagai alternatif untuk
melatih literasi sains, karena merujuk pada negara-negara yang memiliki
peringkat atas di TIMSS telah menggunakan strategi problem solving.
17
17
Saran
Berdasarkan analisis dan simpulan maka penulis memberikan saran sebagai berikut
1. Indonesia sebagai negara yang mendapatkan nilai rendah, seharusnya melakukan
evalusi terhadap pelaksanaan implementasi kurikulum, dimana kurikulum tersebut
sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran.
2. Mendistribusikan sarana dan prasaran yang ada di setiap sekolah yang ada di
Indonesia.
3. Merubah paradigma mengenai proses pembelajaran dimana guru hanya
menyampaikan informasi kepada siswa menjadi pembelajaran yang
mengutamakan siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya sendiri dari
pengalaman belajar.
4. Seharusnya alat evaluasi seperti asesmen alternatif digunakan dalam proses
pembelajaran, sehingga guru bisa mengenal perkembangan yang dialami
siswanya dan juga bisa menjadikan bahan evaluasi dalam pembelajaran yang
dilakukan.
5. Penilaian tes tertulis bentuknya bisa disesuaikan dengan penilaian tes tertulis
untuk mengukur literasi sain dalam TIMSS dan PISA, sehingga siswa terbiasa
menghadapi bentuk tes tertulis literasi sains dengan berbagai tingkat kesulitannya.
18
18
DAFTAR PUSTAKA
DeBoer, George E. (2000). Scientic Literacy: Another Look at Its Historical and
Contemporary Meanings and Its Relationship to Science Education Reform.
JOURNAL OF RESEARCH IN SCIENCE TEACHING VOL. 37, NO. 6, PP.582601(2000).[Online].Tersedia:
http://web.nmsu.edu/~susanbro/eced440/docs/scientific_literacy_another_look.pdf(1
6 September 2013)
Depdiknas. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:
Depdiknas.
19
19
Frey, Barbara A., and Susan W. Alman. (2003). Formative Evaluation Through Online
Focus Groups, in Developing Faculty to use Technology, David G. Brown (ed.),
Anker Publishing Company: Bolton, MA.
Gk, T, dkk. (2010). TheEffect of Problem solving Strategies on Students Achievement,
Attitude and Motivation. Kolorado: Edvcatio Physicrum. [Online]. Tersedia: LAJPE
(12 Oktober 2010).
HDI Indonesia Naik tiga Peringkat. 2013.
Retrieved
Oktober,
9,
2013.
http://www.satunews.com/read/20034/2013/03/20/maret-2013--hdi-indonesia-naiktiga-peringkat--html
Heller & Heller. (1995). Cooperative Group Problem solving in Physics. [Online]. Tersedia:
http://groups.physics.umn.edu/physed/Research/CGPS/GreenBook.html
(23
maret
2010).
http://timss.bc.edu/timss2011/international-results-mathematics.html
Retrieved 29
september 20013
OECD. 2003. The PISA 2003 Assessment Framework Mathematics, Reading, Science and
problem Solving Knowledge and Skills. Paris: OECD
OECD. 2006. PISA 2006: Science Competencies for Tommorows World Volume I: Analysis.
Paris: OECD
OECD. 2012. PISA 2012 Assessment and Analytical Framework Mathematics, Reading,
Science, Problem Solving and Financial Literacy. Paris: OECD
20
20
Project 2061: Science fo All Americans. (1989). America: A Publication of the American
Physicological
Society
Vol.
32
No.
5.
[Online].
Tersedia:
http://www.iiep.unesco.orgfileadminuser_uploadCap_Dev_TrainingTraining_Materia
lsQualityQu_Mod1.pdf (13 September 2013).
Rahiem, Husni. 2012. Pemerataan dan Akses Peningkatan Mutu Pendidikan. (2009, Maret
2012) retrieved Oktober, 5,
2013,
http://www.bit.lipi.go.id/masyarakatliterasi/index.php/membangun-citra-pustakawan-indonesia/644?
joscclean=1&comment_id=355
Rustam, Nuryani R dan Tim. Analisis Konten dan Capaian Sains Siswa Indonesia.2009. UPI:
Bandung
Sanajaya, Wina. (2009). Strategi Pembelajaan Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Seluk, Gamze Sezgin. Et al. (2008). The Effects of Problem Solving Instruction on Physics
Achievement, Problem Solving Performance and Strategy Use. Latin American Journal
Physics Education volume 2 No. 3 September 2008.
Winkel, W. S. (2009). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi
21
21