yang sampai saat ini masih terus menjadi sebuah fenomena sekaligus wabah yang besar
dalam Negara kita ini.
Nah, untuk hubungan antara Ilmu Pengetahuan Sosial dengan korupsi ditinjau dari
fakta sosial, mari kita ketahui dahulu tentang makna dari fakta sosial itu sendiri. Fakta sosial
dalam lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan sebuah aktivitas yang memiliki dampak
terhadap masyarakat, dan juga pada bidang ekonomi, hukum, politik, dan agama. Dikaitkan
dengan korupsi, fakta sosial yang ada di Indonesia ini sudah bisa dikatakan kalau wabah
korupsi sudah menggerogoti hampir seluruh Instansi yang ada di Indonesia. Fenomena ini
tidak bisa lepas dari keadaan sosial atas gaya hidup orang Indonesia sendiri yang mulai
kebarat-baratan atau malah bisa dikatakan adu gengsi.
Bahkan fenomena korupsi telah merongrong nilai-nilai kerja keras, kebersamaan,
tenggangrasa, dan belaskasih
di antara sesama warga bangsa Indonesia. Korupsi
menciptakan manusia Indonesia yang easy going, apatisme terhadap nasib dan penderitaan
sesama khususnya rakyat kecil yang tidak sempat untuk menikmati atau memiliki
kesempatan untuk korupsi. Meskipun korupsi bukanlah sebuah lapangan pekerjaan baru.
Singkatnya tindakan korupsi seolah-olah bukanlah sebuah lagi sebuah tindakan yang
diharamkan oleh agama manapun sebab kenderungan korupsi telah merasuki hati semua
orang.
Sedangkan ditinjau lebih lanjut dari keadaan sosial, hubungan antara korupsi dengan
Ilmu Pengetahuan Sosial ini setelah disimpulkan akan dapat diketahui kalau hal tersebut akan
memiliki dampak diantaranya akan dirasakan oleh diri sendiri adalah terkenanya pelaku
korupsi hukuman baik dari pemerintah ataupun masyarakat ataupun dari Alla SWT, perasaan
bersalah yang akan menghantui dalam kehidupan kelak, dan tentu dosa yang di timbulkan
dari tindakan korupsi itu sendiri.
Sedangkan dampak yang akan dirasakan oleh orang lain adalah timbulnya kerugian
baik secara materi atau non materi bagi korban tindakan korupsi, perasaan malu terhadap
orang lain yang terjadi pada keluarga pelaku tindakan korupsi. Dan dampak yang dirasakan
bangsa dan Negara Indonesia adalah kerugian secara financial atau berkurangnya pendapatan
Negara dan rusaknya struktur pemerintahan dan moral bangsa. Sudah banyak UndangUndang dan lembaga baru yang dibuat dan dibentuk, namun kenapa perjalanan pemerintahan
untuk keluar dari jeratan bencana bernama korupsi masih panjang dan sulit.
Nah, untuk hubungan antara IPS dengan korupsi ditinjau dari kesenjangan sosial,
dilatarbelakangi atas tingginya jumlah penduduk di Indonesia dan beraneka ragam suku
budaya membuat adanya jarak antar masyarakat atau yang biasa kita sebut dengan
kesenjangan sosial. Hal ini disebabkan karena perilaku tidak adil terhadap seseorang di dalam
bermasyarakat. Masalah kesenjangan sosial ini bisa terjadi karena beberapa faktor yaitu bisa
karena kedudukan, pendidikan, pendapatan dan faktor-faktor lain yang menyebabkan
terjadinya kesenjangan sosial. Hal ini harus menjadi perhatian bagi pemerintah, karena kalau
dibiarkan akan berdampak pada kehancuran negara ini sendiri.
Dari sini bisa sedikit memberi gambaran bahwa tindakan korupsi merupakan tindakan
yang bisa dilakukan oleh siapapun karena naluri bawaannya yang tidak pernah puas dengan
apa yang dimiliki dan cenderung memperkaya diri sendiri. Faktor genetik juga punya peranan
penting, karena naluri memperkaya diri antar orang yang satu dengan yang lain akan beda.
Demikian pula sebagian orang mungkin karena alasan-alasan genetik, lebih mempunyai nilai
egois untuk memperkaya diri sendiri dari pada yang lain bahkan yang dilakukan itu bisa
membuat orang sengsara seperti halnya korupsi. Dalam kasus diatas, Korupsi bisa saja para
pejabat memiliki genetic yang lebih dominan nilai egoisya sehingga selalu mementingkan
kepentingan pribadi dalam memenuhi kebutuhannya.
Hasil lain yang didapat melalui kajian psikologi sosial ini yaitu, hasil analisa yang
bisa diperoleh adalah bahwa para koruptor ini ada kemungkinan mereka beranggapan bahwa
tindakan mereka sah dilakukan karena orang-orang sebelum mereka juga melakukan hal yang
sama dan tidak mendapat hukuman yang terlalu berat ketika tertangkap.
Jadi kesimpulannya, sebenarnya praktek korupsi yang terjadi atau bahkan marak di
negeri ini semua dapat dianalisa atau bahkan diminimalisir dengan menggunakan tinjauan
dari fakta sosial, keadaan sosial, kesenjangan sosial, dan psikologi sosial yang tentunya hal
ini benar-benar berasal atau dikaji dalm disiplin Ilmu Pengetahuan Sosial. Sehingga, rakyat
akan lebih makmur dan sejahtera dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan berwarga
negara, entah itu dalam menjalankan kewajiban ataupun haknya.