PENDAHULUAN
Antimikroba peptida (AMP) adalah polipeptida endogen yang dihasilkan oleh
organisme multisel untuk melindungi host dari mikroba patogen. Antimikroba
peptida (AMP) didefinisikan sebagai pertahanan peptida host karena memiliki
peranan penting dalam sistem kekebalan tubuh. AMP umumnya terdiri kurang dari
50 asam amino dan ditandai dengan kationik amphipathic (Seo et al, 2012).
Antimikroba peptida terdiri dari 10-50 asam amino dan bekerja melawan organisme
patogen dengan mekanisme yang berbeda dengan berinterasi dan mengganggu
dinding sel bakteri pada dinding sel, membran sel dan bagian intraselular secara
langsung atau tidak langsung (Kotra et al, 2014).
Antimikroba peptida dianggap sebagai potensi sumber terapeutik dari
antibiotik masa depan karena memilik aktivitas spektrum yang luas dan mekanisme
yang berbeda dalam melawan infeksi dibandingkan dengan antibiotik konvensional.
Antimikroba peptida AMP memberikan manfaat yang besar seperti generasi baru
antibiotik, namun secara klinis dan komersial masih memiliki beberapa keterbatasan,
seperti toksisitas potensial, kerentanan terhadap protease, dan tingginya biaya
produksi antimikroba peptida (Seo et al, 2012). Maka dilakukan produksi dengan
menggunakan rekombinan hosts. Umumnya hosts yang digunakan adalah
Escherichia coli karena mudah dipahami sistem genetik dan produksi yang efektif.
Tetapi terdapat kendala yaitu dapat terjadi proteolisis, absorpsi yang rendah, biaya
produksi yang mahal dan sifak toksik. Untuk menghindari hambatan pada produksi
peptida, dirancang dan di kloning ke dalam hosts eukariotik yang memproduksi
peptida yang tidak memiliki efek samping. Hosts eukariotik seperti Pichia pastoris
merupakan hosts yang tepat untuk memproduksi terapi rekombinan. Saat ini telah
dilakukan desain untuk menghasilkan antimikrobial peptida kationik menggunakan
peralatan in silico kemudian dilakukan cloning dan ekspresi dengan menggunakan
Pichia pastoris. Pemurnian dilakukan dengan menggunakan 6X histidine dan analisis
peptida menggunakan mikroorganisme patogen pada bakteri gram positif dan gram
negatif (Kotra et al, 2014).
Pichia
pastoris
sering
digunakan
sebagai
platform
industri
untuk
memproduksi protein. Host Pichia pastoris dalam kombinasi dengan vektor dapat
dengan mudah terjadi sehingga mengekspersi gen dan menghasilkan protein. Garam
mineral sederhana dan lingkungan bioreaktor yang dikontrol membuat
Pichia
pastoris dapat dengan mudah tumbuh hingga kepadatan sel yang tinggi. Efisiensi dan
promoter
yang
diatur
(AOX1)
memungkinkan
untuk
memisahkan
antara
BAB II
METODE
2.1.
Perangkat Komputasi
Sintesis antimikroba kationik peptida dirancang menggunakan perangkat
Antimicrobial
Peptide
Database
(AMPD B)
2.3.
Amplifikasi PCR
Gen antimikroba kationik peptida dirancang menggunakan overlapping PCR
dengan komponen primer yang diperoleh dari pusat studi di India. Komponen
sequence
primer
(72
mer)
dimulai
dari
CCGGAATTCATGGACGATGACGATAAGATGTGCCTTAAAGTCCGT'ATTTGG
TTTAAAATGGAGGCGGAGGAC
3 dan
kebalikan
primer
(77
mer)
TGCTCTAGAGCCGTTCATCTTGAAGCAGATGCGCACCTTCAGGCACATGTC
CTCCGCCTCCATTTTAAACCAAATAC 3). Tempat pembelahan Enterokinasi
(EK) tergabung dari akhir 5 primer dengan sisi perlekatan hidroksilamin
hidroklorida (Asn-Gly) di akhir 5 kebalikan primer. Reaksi PCR diatur dengan
denaturasi mula-mula pada suhu 95C selama 5 menit, diikuti dengan 25 siklus pada
95C selama 30 menit, 60C selama 45 detik dan 72C selama 45 detik dan terakhir
perpanjangan pada 72C selama 10 menit. Kemudian produk dibaca dan dipurifikasi
oleh PCR menggunakan Gen Elute PCR clean-up kit (Qiagen).
2.4.
langkah
kloning
molekular
dilakukan
sebagaimana
yang
dideksripsikan dalam Sambrook et al., 1989 (14). Produk PCR murni kemudian
secara ganda digunakan oleh EcoRI dan XbaI. Kemudian produk dihubungkan
dengan vektor pPICZ-B pada rasio 1:3. Kemudian campuran ligasi dikenalkan ke
dalam sel-sel E. coli DH5 dan konsentrasi paling tinggi dari resisten antibiotik
(zeocin) yang dilihat untuk keberadaan gen kationik sintetik antimikroba peptida. Di
lain pihak, koloni PCR telah digunakan gen spesifik primer dan rekombinan vektor
diambil untuk mengkonfirmasi keberadaan ligan, diikuti dengan sequencing DNA.
2.5.
ditranformasi ke dalam P. pastoris oleh elektroporasi pada 2000 V dengan kuvet 0,2
cm. Setelah elektroporasi secara langsung 1 mL bekuan 1M sorbitol ditambahkan ke
dalam kuvet dan dibolehkan untuk diinkubasi selama 1 jam pada 30 C. kemudian
sel-sel ditanam dalam media agar RDB dengan konsentrasi berbeda (konsentrasi
menaik) dari Zeocin dan diinkubasi pada 30C selama 2-3 hari sampai terbentuk
koloni. Genomik DNA diisolasi dari bentukan menggunakan Qiagen Genomic DNA
Isolation Kit dan penerjemahan gen dikonfirmasi menggunakan gen primer pesifik.
2.6.
Terjemahan escAMP
Koloni resisten tertinggi Zeocin dipilih dan diinokulasi ke dalam baffled
shake flask mengandung 25 mL BMGY dan ditumbuhkan pada 30C selama 18-24
jam sampai kultur OD mencapai 600 antara 26. Kemudian, sel-sel dipanen dengan
sentrifugasi pada 2,000 X g selama 5 menit dan disuspensikan ke dalam BMMY
dengan metanol sebagai suatu inducer. 100% metanol ditambahkan ke konsentrasi
akhir 0.5% tiap 12 jam untuk memelihara induksi. Untuk mencegahglikosilasi dari
escAMP, eksprasikan di chamber terpisah dengan 20 g tunicamycin/mL dalam
medium induksi seperti yang dijelaskan dalam Sebban-Kreuzer et al., 2006 [15].
Hasil dianalisis pada 18% TricineSDSPAGE. Setelah sonikasi, konsentrasi
escAMP dihitung menggunakan metode Lowry.
2.7.
Pemurnian escAMP
Peptida yang dihasilkan mengandung suatu Cterminal 6X kemudian
dalam
12
mL
cleavage
dan kemudian dialisa sampel pada Q Sepharose column matrix sama dengan larutan
penyangga. Ikatan peptida dielusi dengan gradien linear dari NaCl (01 M) pada
buffer yang sama. Elusi mengandung escAMP yang dialisa melawan 100 volume
20mM sodium acetate buffer, pH 4.5 dan melewati SP-Sepharose column matrix.
Ikatan escAMP dielusi menggunakan gradien linier NaCl (01 M) pada buffer yang
sama. Peptida yang murni dianalisis menggunakan 18 % Tricine SDS PAGE.
2.8.
menggunakan difusi agar dengan bakteri E. coli. Di lain pihak minimal konsentrasi
penghambatan (MIC) dari pemurnian dan yang tidak dimurnikan escAMP ditentukan
melawan mikroba Gram negatif dan Gram positif yaitu Klebsiella pneumoniae,
Haemophilus influenza, Staphylococcus aureus, Micrococcus luteus dan Bacillus
subtilis dari penentuan penghambatan pertumbuhan.
BAB III
HASIL
3. 1.
Sintesis of escAMP
Panjang DNA yang disintesis sepanjang 102 bp dengan menggunakan PCR
overlapping. Hasil metode PCR dianalisis dan dikonfirmasi dengan produk dalam
2% gel agarose terhadap 100 bp DNA ladder. Gen digunakan sebagai tempat untuk
memperkuat escAMP dengan sisi pemotongan yang berbeda pada 5 akhir dan
produk yang diinginkan berukuran 120 bp DNA yang dikonfirmasi pada 2 %
agarose.
Ekspresi escAMP
Studi ekspresi genetik, menggunakan metanol sebagi penginduksi Pichia
pastoris GS115. Sistem ekspresi ini dipilih karena dirasa sederhana (simple). Semua
ekespresi peptida dianalisis dengan menggunakan 18% Tricine-SDS-PAGE terhadap
standar penanda protein dan hasil sangat jelas terlihat pada 6,1 kDa band yang
diidentifikasi sebagai protein dengan berat molekul rendah. Hasil diamati dengan
penyelidikan bersamaan dengan ekspersi pada E. coli.
Pemurnian Peptida
Pemurnian intraselular peptida menggunakan 6X histidina kolom dengan
melewatkan supernatan setelah disonikasi dan pembelahan secara enzimatik, TricineSDS-PAGE analisis kemurnian sampel ditunjukan dengan single band tipis pada 3
kDA yang konsisten sebagai berat molekul escAMP dan juga dikonfirmasi oleh
analisis western blot. Pada kuantifikasi, 580 mg / L peptida murni yang didapat.
3. 5.
yang murni dan tidak murni. Gambar 5 menunjukan zona bening disekitar daerah
pemberian konsentrasi escAMP yang dimurnikan dan tidak dimurnikan.
MIC dari escAMP terhadap mikroorganisme dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Mikroorganiseme
Peptida Murni
Klebsiella pneumoniae
Haemophilus influenzae
Bacillus subtilis
Micrococcus luteus
Streptococcus aureus
(g/mL)
25
20
40
30
35
(g/mL)
4
3
5
4
3
Efek dari aktivitas antimikrobial yang berbeda konsentrasi dari escAMP pada
pertumbuhan bakteri patogen seperti Staphylococcus aureus dan Pseudomonas
aeruginosa dapat terlihat pada grafik, dimana 25 g/mL escAMP yang tidak
dimurnikan dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dan 20 g/mL
escAMP yang tidak dimurnikan dapat menghambat pertumbuhan Pseudomonas
aeruginosa. Hasil murni rekayasa sintesis kationik AMP tidak menunjukan adanya
aktivitas hemolitik pada konsentrasi tertinggi (50 g/mL) pada malam hari
menunjukan kationik antimikrobial peptida tidak toksik pada RBC.
BAB IV
PENUTUP
4. 1.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari isi makalah ini adalah:
1. Antimikroba peptida terdiri dari 10-50 asam amino dan bekerja melawan
organisme patogen dengan mekanisme yang berbeda dengan berinterasi dan
mengganggu dinding sel bakteri pada dinding sel, membran sel dan bagian
intraselular secara langsung atau tidak langsung.
2. Antimikrobial peptida dapat digunakan untuk mengobati beberapa penyakit
infeksi yang ditimbulkan oleh bakteri Klebsiella pneumoniae, Haemophilus
influenzae Bacillus subtilis, Micrococcus luteus, Streptococcus aureus,
Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.
3. Antimikrobial peptida dapat diproduksi menggunakan teknologi rekombinan
DNA untuk memperbaiki sifat hipersensitifitas dan penyerapan yang rendah.
4. Rekayasa sintesis dan sistem rekombinan dapat digunakan untuk meningkatkan
produksi dari escAMP dengan menggunakan ekspresi vektor pPICZ-B dan
menggunakan hosts bakteri Pichia pastoris.
4. 2.
Saran
Diharapkan pembaca dapat memberikan saran dan kritik dalam makalah ini
DAFTAR PUSTAKA
in
Pichia
pastoris
Purification
and
Partial