Anda di halaman 1dari 10

DUALISME GELOMBANG PARTIKEL

A. Teori Kuantum Planck


Dari kehidupan sehari-hari telah kita ketahui, bahwa jika kita memanaskan sebuah logam,
maka makin lama logam dipanaskan, logam tersebut akan berpijar memancarkan cahaya
(gelombang elektromagnetik), jika terus dipanaskan, maka warnanya pun akan berubah, dari
merah sampai putih. Pancaran energi oleh suatu benda karena suhunya, disebut radiasi termal.
Dari fenomena itu, para fisikawan tertarik untuk mencari landasan teoritis yang
menghubungkan antara suhu dan besaran-besaran pada gelombang elektromagnetik (panjang
gelombang, frekwensi, energi) yang dipancarkan oleh suatu benda.
l. Benda Hitam
Radiasi yang dipancarkan benda ketika dipanaskan tidak hanya bergantung pada suhu benda
saja, akan tetapi bergantung pada sifat permukaan benda dan jenis bahan benda, Radiasi yang
dipancarkan juga bergantung pada apakah ia memantulkan radiasi atau tidak ke lingkungan
sekitar. Walaupun demikian ada satu kelas benda yang akan memiliki radiasi termal yang relatif
sama walaupun memiliki komposisi yang berbeda, yaitu benda yang berwarna hitam. Benda
berwarna hitam dapat menyerap seluruh warna cahaya atau radiasi dari lingkungan sekitar,
sehingga efek pemantulan radiasi dapat diabaikan.
Akan tetapi dialam ini tidak ada benda yang hitam sempurna (menyerap semua warna
cahaya) oleh karena itu benda hitam tidak lagi didefinisikan sebagai benda berwarna hitam, akan
tetapi benda hitam dianalogikan sebagai sebuah rongga dari sebuah benda, dan jika ada cahaya
yang masuk ke rongga tersebut, maka cahaya akan dipantulkan berulang-ulang didalam ronga
dan tidak akan pernah keluar dari rongga.

Fakta empiris yang menghubungkan antara suhu benda hitam dengan besaran-besaran
gelombang elektromagnetik (spektrum radiasi)
Hubungan teoritis yang antara suhu benda hitam dengan besaran-besaran gelombang
elektromagnetis seperti panjang gelombang dan frekwensi masih belum ditemukan pada waktu itu,
walaupun demikian, terdapat sejumlah fakta empiris yang telah ditemukan oleh beberapa ilmuwan
diantaranya :
1. Hukum Stefan
Josef Stefan menemukan bahwa Intensitas radiasi total dari seluruh panjang-gelombang
cahaya yang dipancarkan oleh benda hitam yang dipanaskan, hanya bergantung pada suhu.
I = T 4
Intensitas radiasi total yang dipancarkan oleh benda lain yang bukan benda hitam,
I = eT 4
e = koefisien emisi harganya antara 0 dan 1.

T = suhu mutlak benda (K).

Pada benda hitam, e = 1.

I = intensitas radiasi total seluruh panjang

gelombang (W/m ).

= tetapan Stefan-Boltzmann
= 5,67xl0-8Wm-2K-4.

2. Hukum Pergeseran Wien


Menyatakan bahwa ada hubungan antara suhu suatu benda hitam sempurna dengan panjang
gelombang. Wilhelm Wien melakukan pengukuran intensitas radiasi benda hitam (I) pada berbagai
nilai panjang gelombang (). Prinsip kerjanya adalah dengan mencatat perubahan intensitas yang
terjadi ketika panjang gelombang diubah-ubah akan tetapi pada suhu tetap. Hasil pengamatannya
dapat digambarkan melalui gafik sebagai berikut :
Intensitas radiasi

Panjang gelombang
Dari grafik terlihat bahwa Intensitas tersebut terlihat meningkat seiring dengan peningkatan
hingga mencapai nilai maksimum. Kemudian intensitas menurun kembali seiring penambahan .
Panjang gelombang energi radiasi pada saat intensitasnya maksimum dinamakan :

panjang

gelombang maksimum.
Pada pengukuran itu menemukan adanya pergeseran panjang gelombang maksimum saat
suhu benda hitam berubah. Kenaikan suhu benda hitam menyebabkan panjang gelombang
maksimum yang dipancarkan benda akan mengecil.
Pada intensitas radiasi maksimum panjang gelombang cahaya yang dihasilkan dikalikan
dengan suhu bernilai tetap yaitu sebesar 2,98 X 10
maks T = 2,98 X 10

mK

mK

Usaha untuk menjelaskan fakta empiris yang ditemukan oleh Stefan dan Wien
Serangkaian fakta empiris yang ditemukan oleh Stefan dan wien, belum mendapatkan
landasan teoritis. Oleh karenanya fisikawan berusaha untuk menjelaskan fakta-fakta empiris
tersebut.
Berikut adalah ilmuwan yang mencoba menjelaskan fakta-fakta empiris terseut :
1. Rayleigh dan Jeans
Dengan menggunakan teori ekipartisi energi fisika klasik, Rayleigh dan Jeans menjelaskan
hubungan antara intensitas radiasi dari benda hitam dengan panjang gelombang yang berupa
persamaan matematik. Akan tetapi jika persamaan tersebut diujicobakan dalam eksperimen, maka
persamaan yang diajukan hanya berlaku pada daerah panjang gelombang tertentu saja. Dengan
demikian teori rayleigh dan jean gagal menjelaskan pancaran radiasi oleh benda hitam.
2. Max Planck (1858 -1947)
Untuk memecahkan masalah ini. Max Planck (1858 -1947) seorang ahli fisika dari Jerman
pada tahun 1900, mengemukakan teori untuk menjelaskan radiasi cahaya yang dipancarkan oleh
benda hitam yang dipanaskan.
Planck beranggapan, bahwa ketika dipanaskan atom-atom logam permukaan bagian dalam
benda hitam, berperilaku sebagai osilator (sistem yang bergetar) yang menghasilkan gelombang
elektromagnetik. Pada satu saat gelombang elektromagnetik itu akan keluar lubang sehingga
terlihat sebagai radiasi (pijaran) pada benda.
Max planck juga dapat memecahkan persamaan matematis, sehingga dapat menjelaskan
grafik yang ditemukan oleh wilheim wein dalam percobaannya.

Walaupun demikian Plank menggunakan anggapan yang berbeda dengan anggapan fisika
sebelumnya yaitu bahwa gelombang elektromagnetik yang terpancar pada benda hitam (pijaran)
bersifat kontinu atau ters-menerus.
Max planck berasumsi bahwa radiasi yang dipancarkan oleh benda hitam bersifat diskrit
atau dalam jumlah tertentu dan sering disebut kuantum. Bila suatu osilator, mempunyai
frekuensi f, maka osilator itu akan memiliki energi sebesar hf, 2hf, 3hf, dan seterusnya, atau
sebesar nhf. Bilangan n disebut bilangan kuantum, dan h adalah suatu bilangan tetap disebut
tetapan Planck besar h = 6,626x10-34J.s.
Jadi, setiap osilator mempunyai energi sebesar,
E = nhf
Dengan kata lain, radiasi (pijaran cahaya) dari benda hitam yang dipanaskan tidaklah
kontinu, akan tetapi berupa paket-paket energi yang bersesuaian dengan frekwensinya.
Paket-paket energi ini sering disebut dengan foton
Menurut Planck, suatu osilator akan memancarkan energi sebesar hf, bila osilator itu
mengalami perubahan tingkat energi misalnya dari 2hf menjadi hf, atau dari 5 hf menjadi 4 hf.
Dengan teori kuantum Planck ini, gejala pancaran cahaya oleh benda hitam, dapat
dijelaskan dengan memuaskan.
Contoh
1. Berapakah panjang-gelombang cahaya yang dipancarkan benda hitam, pada suhu 2000 K, ketika intensitas
radiasiaya mencapai harga maksimum?
2. Suatu benda mempunyai koefisien emisi e = 0,41. Berapakah radiasi total yang dipancarkan oleh permukaan
benda itu, ketika dipanaskan sampai suhu 400 K?

B. Efek Foto Listrik


Di dalam sebuah tabung kaca yang hampa udara, terdapat dua buah keping logam konduktor P
dan C
P

C
G

Kedua keping itu dihubungkan dengan kutub-kutub sebuah sumber arus listrik E. Bila
keping C dihubungkan dengan kutub positif sumber arus listrik, maka potensial keping C lebih
tinggi daripada potensial keping P. Ketika itu elektron cenderung bergerak dari keping P ke
keping C. Untuk mengetahui adanya arus listrik yang mengalir, sebuah galvanometer G
dipasang pada rangkaian itu. Rangkaian arus listrik dapat diatur sehingga beda potensial
antara keping P dan C besarnya berubah-ubah.
Jika keadaan rangkaian dibuat seperti pada gambar maka tidak akan ada arus yang
mengalir, karena rangkaian terbuka, akan tetapi jika pada keping p diberi cahaya dengan
frekwensi tertentu, maka galvanometer akan menyimpang, artinya ada arus yang mengalir.
Ini artinya ada elektron yang lepas dari keping P dan pindah ke keping C. Peristiwa keluarnya
elektron dari permukaan logam karena cahaya jatuh ke atas permukaan logam itu disebut efek
foto listrik. Untuk setiap bahan yang berbeda, frekwensi cahaya yang diperlukan agar terjadi
efek foto listrik juga berbeda, Besar frekwensi ambang tidak bergantung pada intensitas
cahaya.
Efek foto listrik terjadi pada frekwensi tertentu, dimana dibawah frekwensi ini efek foto
listrik tidak akan terjadi, frekwensi ini disebut frekwensi ambang. Hal ini tidak dapat

dijelaskan dengan menggunakan anggapan fisika klasik yang memprediksi bahwa fek foto
listrik harus dapat terjadi pada frekwensi berapapun (tidak ada frekwensi ambang), asalkan
intensitas cahaya besar maka energi kinetik akan bertambah sehingga pada frekwensi berapapun
elektron dapat pindah dari keping P ke keping C
Dengan menggunakan konsep paket energi dari Plank, Einstein menjelaskan peristiwa efek foto
listrik sebagai berikut :
Telah diketahui bahwa Plank menyatakan energi radiasi itu tidaklah kontinu, akan tetapi berupa
paket-paket energi (kuanta) yang besarnya bersesuaian dengan frekwensi. E = n h f
Jika cahaya yang tidak lain adalah paket-paket energi mengenai sebuah logam, maka paket
energi tersebut akan diserap oleh elektron-elektron logam, akibatnya elektron memiliki energi untuk
melepaskan diri dari ikatannya dengan atom. Jika elektron masih memiliki energi sisa (setelah elektron
melepaskan diri), maka energi sisa ini akan dipergunakan sebagai energi kinetik untuk bergerak
kekeping yang lain. Pada keadaan ini berlaku : energi yang diserap sama dengan energi untuk
melepaskan diri (E0) ditambah energi untuk bergerak (Ek)
E = E0 + Ek
Besar energi kinetik maksimum elektron sama dengan energi listrik yang diperlukan
untuk menghentikan gerak elektron yaitu sebesar e V 0.
Ekmaks = e V0
Jika dimasukan ke persamaan sebelumnya akan diperoleh
hf = E0 + e V0
Dari persamaan ini jelas tidak ada hubungan antara energi kinetik dengan intensitas
Jika energi kinetik sama dengan nol artinya elektron hanya mampu keluar dari logam
tapi tidak mampu bergerak ke keping c, maka
Ekmaks = 0

e V0 = 0

Akibatnya persamaan diatas menjadi


hf0 = E0

f0 = frek pada Ek = 0

f0 adalah frekwensi yang diperlukan untuk melepaskan diri dari permukaan logam (frekwensi
ambang).
Karena konsep paket energi dari Plank dapat menyelesaikan gejala pancaran cahaya oleh benda
hitam dan efek fotolistrik, maka konsep ini memperkuat anggapan bahwa cahaya (gelombang
elektromagnetik) sebagai partikel
Contoh
1. Hitunglah energi ambang logam natrium dalam satuan eV untuk mengeluarkan elektron dari permukaannya bila
frekuensi f0 = 4,4x1014Hz.
2. Panjang-gelombang cahaya yang jatuh pada permukaan logam 6x10-5 cm dan potensial penghambat 0,5 volt.
Berapa energi ambang logam tersebut?
C. Efek Compton
Fakta eksperimen lain yang menguatkan bahwa cahaya (gelombang elektromagnetik) dapat
besifat sebagai partikel adalah efek compton.
Compton menembakkan sinar-X (gelombang elektromagnetik) pada sebuah keping grafit.

Dari hasil percobaan, Compton menemukan adanya perbedaan panjang gelombang antara sinar-X
yang ditembakkan dengan sinar-X yang dihamburkan oleh keping grafit, selisih antara panjang
gelombang yang dipancarkan dan yang dihamburkan itu memenuhi paersamaan

h
1 cos
mc

Persamaan diatas hanya diperoleh dengan anggapan bahwa sinar-x terdiri dari foton (paket energi).
Foton-foton ini akan bertumbukan dengan elektron-elektron dalam keping grafit. Pada peristiwa ini
belaku hukum kekekalan momentum, dimana momentum foton adalah

h
p

Dengan

h
hf

c
c
f

adanya

efek

compton

ini,

maka

mempertegas

sifat

mendua

dari

gelombang

elektromagnetik yaitu saat gelombang dan pada saat yang lain dapat dipandang sebagai partikel
D. Gelombang Partikel
Alam menyukai sifat simetris, jika gelombang dapat bersifat sebagai partikel, maka
mungkin partikel juga dapat bersifat sebagai gelombang. Bertolak dari foton gelombang
elektromagnetik bersifat sebagai partikel, maka Louis de Broglie beranggapan bahwa partikel
seperti elektron bersifat sebagai gelombang. Apabila sebuah elektron bergerak dengan
kecepatan v maka momentum elektron, mv. Dan panjang gelombang dari partikel

h
p
Setiap hipotesis harus dapat diuji melalui percobaan. Seandainya elektron yang bergerak

bersifat sebagai gelombang, maka elektron itu harus memperlihatkan gejala difraksi atau
interferensi. Gejala-gejala ini terjadi, kalau elektron bergerak melalui celah-celah sempit. Dan
ternyata hipotesis de Broglie pada tahun 1924 terbukti melalui percobaan yang dilakukan oleh
Davisson dan Germer pada tahun 1927

TEORI ATOM
Teori atom berasal dari pemikiran apakah jika suatu benda dibagi-bagi atau dipotong-potong
akan ditemukan bagian akhir yang tidak terpotong atau akan terus dapat dibagi tanpa ada akhirnya.
Seorang filosop bernama Demokritus beranggapan bahwa akan ditemukan bagian yang tidak dapat
dibai lagi yang dikenal dengan nama atom.
Model atom Dalton
Berdasarkan pengamatannya terhadap prilaku gas, John Dalton menyimpulkan bahwa
1. Setiap benda tersusun dari bagian-bagian kecil, yang kemudia dikenal dengan nama atom

2. Atom suatu unsur berbeda dengan atom unsur lain, akan tetapi dua atom dapat bergabung
membentuk satu molekul.
3. Pada reaksi kimia, atom-atom bergabung menurut perbandingan tertentu yang sederhana.
Model atom Thomson
Berawal dari penemuan sinar katoda, pada percobaan tabung sinar katoda, dimana sinar
sifat sinar katoda salah satunya adalah dibelokan oleh medan magnet dan medal listrik, sehingga
menimbulkan pertanyaan apakah sinar katoda berupa sinar biasa (gelombang elektromagnetik)
atau berupa partikel bermuatan. Penelaahan lebih lanjut mengungkapkan bahwa sinar katoda
adalah partikel-partikel bermuatan negatif. Kenyataan disekitar kita menunjukan bahwa kebanyakan
benda bersifat netral, sehingga dipastikan kebanyakan benda-benda tersebut tersusun dari atomatom netral. Fakta bahwa sinar katoda adalah partikel-partikel bermuatan negatif (kemudian dikenal
dengan nama elektron), maka diyakini bahwa partikel-partikel ini merupakan bagian dari atom.
Untuk mengimbangi muatan negatif ini maka dipastikan ada partikel lain yang bermuatan positif,
sehinggga sifat keseluruhan dari satu atom adalah netral. Pada tahun 1897, Thomson menemukan
nilai harga banding muatan per massa elektron(e/m) sebesar 1,758 803 X 10

11

C/Kg.

kemudian Thomson menyusun teori atomnya yang menyatakan bahwa atom seperti yang
dimodelkan oleh Dalton, masih tersusun dari partikel-partikel subatomik yang tersebar merata pada
seluruh bagian atom, dan terdiri dari dua jenis muatan yang berbeda, yaitu satu bermuatan positif
dan yang lain bermuatan negatif.

Model atom Rutherford


Pada tahun 1911 Ernest Rutherford dan rekannya melakukan percobaan menembakkan
partikel alpa yang bermuatan positif dari sebuah celah kotak pelat timbal pada keeping emas tipis,
kemudian sinar-sinar yang melewatinya diamati atau dihamburkan diteliti pada lempeng yang
berlapis seng sulpida
Layar berlaips seng sulpida

Layar berlaips seng sulpida

Lempeng emas

Fakta yang diperoleh adalah bahwa kebanyakan partikel alpa dapat menembus keeping emas,
sebagian kecil dipantulkan dan dibelokkan. Kesimpulan dari fakta ini adalah :
1. Sinar yang diteruskan artinya tidak mengenai penghalang atau menembus ruasng kosong.
2. Sinar yang dipantulkan artinya menumbuk partikel lain yang lebih besar.
3. Sinar yang dibelokkan artinya sinar mengenai ruang kosong akan tetapi masih dipengaruhi
gaya lain, karena partikel alpa adalah partikel bermuatan positif, maka diperkirakan partikel
yang dilewati oleh partikel alpa adalah partikel bermuatan positif.
Berdasarkan dari kesimpulan ini Rutherford menyusun teori atom yang menyatakan bahwa atom
adalah partikel yang tersusun oleh partikel-partikel subatomik dengan partikel bermuatan positif
terkonsentrasi ditengah, dan partikel bermuatan negatif berada disekelilingnya. Model ini mirip
dengan model tata surya, dengan matahari dianalogikan sebagai inti atom, dan partikel lain yang
mengelilingi dianalogikan sebagai planet-planet.

Walaupun demikian model atom ini tidak dapat menjelaskan dua hal :
1. Tidak bisa menjelaskan kestabilan atom
Kebanyakan benda di sekitar kita cenderung memiliki ukuran yang tetap, hal ini terjadi karena
benda-benda tersusun dari atom-atom yang stabil, artinya memiliki ukuran yang cenderung tetap.
Inti atom dan elektron memiliki muatan yang berbeda, sehingga akan timbul gaya tarik-menarik,
untuk mengimbanginya, maka elektron harus berputar mengelilingi inti atom dengan kecepatan
tertentu, dan hal ini memerlukan energi, sehingga dengan kata lain elektron akan terus-menerus
mengeluarkan energi, sehingga pada akhirnya energi tersebut akan berkurang, dan elektron akan
tertarik ke inti.
2. Tidak bisa menjelaskan spectrum atom hydrogen
Elektron yang berputar akan menghasilkan gelombang elektromagnetik, karena berupa partikel
yang mengalami percepatan. Jika putarannya tetap, maka radiasi gelombang elektromagnetiknya
akan tetap, akan tetapi jika lintasan elektron mengecil akibat tarikan inti atom, maka ukuran
lintasannya akan berubah, sehingga terjadi perubahan percepatan gerak elektron, akibatnya, radiasi
yang dipancarkan akan berbeda dan menghasilkan spektrum radiasi yang kontinu. Hal ini bertolak
belakang dari fakta eksperimen yang menunjukkan bahwa spektrum radiasi yang dipancarkan oleh
atom Hidrogen bersifat diskrit.
Model Atom Niels Bohr
Niels Bohr menggunakan rumus kuantum Planck-Einstein, menurunkan persamaan matematis
yang menjelaskan sifat diskrit dari spektrum radiasi atom hidrogen. Dalam menjelaskan teori
atomnya, Neils Bohr mengajukan asumsi sebagai berikut :
1. Elektron yang bermuatan negatif bergerak dalam orbit-orbit tertentu yang melingkar disekitar
inti yang bermuatan positif.

Orbit tertentu ini disebut dengan orbit stasioner. Pada orbit

stasioner, electron tidak memancarkan energi. Orbit-orbit tertentu yang diperkenankan dimiliki
oleh electron adalah orbit-orbit yang mengasilkan momentum sudut sebesar h/2
2. Electron dapat berpindah dari tingkat energy tinggi ke tingkat energy yang lebih rendah sambil
memancarkan radiasi foton. Tingkat energy terendah adalah pada keadaan electron dekat
dengan inti.
Berdasarkan asumsi tersebut, Neils Bohr dapat menghitung jari-jari atom hydrogen yaitu

n2 h2
r=
4. 2 . e 2 . k . m
Dengan memasukkan berbagai konstanta, diperoleh r = 5,3 X10 -9 cm, dan hasil ini sesuai
dengan penelaahan hasil eksperimen. Selain itu, juga diketahui bahwa energy yang dimiliki pada
tiap tingkat energy dipenuhi oleh persamaan

E n=

13,6
eV
n2

Walaupun demikian model atom bohr juga memiliki kelemahan, diantaranya :


1. Lintasan electron ternyata rumit, ada beberapa sub orbit yang tidak bias dijelaskan dengan
teori Bohr
2. Teori Bohr hanya baik dalam menerangkan atom hydrogen (satu electron) tapi tidak dapat
menjelaskan atom berelektron banyak

3. Tidak dapat menjelaskan pengaruh medan magnet terhadap spectrum atom

ATOM BERELEKTRON BANYAK


Dalam

mekanika

kuantum,

letak

electron

tidak

bisa

dipastikan,

hanya

bisa

dicari

kemungkinannya. Kemungkinan ini diwakili oleh empat bilangan kuantum utama.


1. Bilangan Kuantum Utama (n)
Bilangan kuantum utama menyatakan kemungkinan letak electron dari inti atom atau berkaitan
dengan jari-jari atom.seperti diketahui, bahwa electron bergerak dalam lintsan-lintasan tetap
(orbit stasioner), dimana tiap orbit diisi oleh electron dengan tingkat energy tertentu. Untuk
electron yang dekat dengan inti memiliki energy 13,6 eV. Electron pada lintasan berikutnya
memiliki energi
E = 13,6 n2
Tiap orbit disebut dengan kulit. Pada tingkat energi terendah n=1, disebut dengan kulit K, tingkat
energi ke dua n=2, disebut kulit L, tingkat energi ke tiga n=3, disebut kulit M, dan seterusnya.
2. Bilangan Kuantum Orbital (l)
Bilangan kuantum orbital berkaitan dengan jumlah kemungkinan bentuk orbit electron. Bilangan
kuantum orbital ini menjelaskan efek Zeeman, yaitu peristiwa terpecahnya spectrum garis akibat
l=0

medan magnet. Bilangan kuatum orbital (l) bergantung pada nilai n dengan hubungan
l=1
l = n-1
Hubungan ini memberikan jumlah kemungkinan sub orbital.
1. Jika l =0, akan
ditemukan sub orbital s (sharp /tajam).
l=2
2. Jika l =1, akan ditemukan sub orbital s (sharp /tajam) dan sub orbital p (principle/dasar).
3. Jika l =2, akan ditemukan sub orbital s (sharp /tajam), sub orbital p (principle/dasar), dan
sub orbital d (difuse/kabur)
l=0

4. Jika l =3, akan ditemukan sub orbital s (sharp /tajam), sub orbital p (principle/dasar), sub
l=1

orbital d (difuse/kabur), dan sub orbital f (fundamental)


5. Jika l= 4, 5, dst. Akan ditemukan Jika l =3, akan ditemukan sub orbital s (sharp /tajam),
sub orbital p (principle/dasar), sub orbital d (difuse/kabur), sub orbital f (fundamental) ,
dan sub kulit g, h, dst mengikuti alphabet
l=1

3. Bilangan Kuantum Magnetik (ml)


l= +1
l=0
l= -1

Bilangan kuantum magnetic (ml) menunjukkan arah orientasi orbit electron. Bilangan
kuantum magnetic (ml) terkait dengan bilangan kuantum orbital (l)
ml = -l,0,+l
l= +1
l=0

4. Bilangan Kuantum Spin (s)


l= -1

Bilangan kuantum spin menunjukkan arah putaran electron terhadap sumbunya. Dinyatakan
dengan bilangan () dan - ()

Contoh : tentukan jumlah kemungkinan keadaan electron pada kulit M


M n= 3 l = 3-1 =2 artinya maksimal sampai difuse l =0 (s), l = 1 (p), dan l =3(d)
l = 0 ml = 0 s = () dan - ()
l=1

3s

3p

ml = +1 s = () dan - ()
ml = 0 s = () dan - ()
ml = -1 s = () dan - ()

l=2

ml = +2 s = () dan - ()
ml = +1 s = () dan - ()

3 ds

10

ml =0 s = () dan - ()
ml = +1 s = () dan - ()
ml = +2 s = () dan - ()

INTI ATOM
Inti atom tersusun dari dua jenis partikel utama yaitu proton dan netron. Proton bermuatan
positif dan netron tidak bermuatan. Jumlah proton dalam inti disebut nomor atom (z) dan jumlah
seluruh partikel dalam inti (disebut juga nucleon) yang merupakan jumlah proton dan netron disebut
nomor massa (A). Dengan demikian jumlah netron adalah jumlah nukleon dikurangi nomor atom.
n = A-z
dalam penulisan symbol atom dinyatakan dengan ZXA

= proton
= netron

Massa atom terkonsentrasi di inti atom. Untuk menentukan massa partikel penyusun atom,
terlebih dahulu ditentukan standar pengukuran. Berdasarkan kesepakatan, ditetapkan sebagai
standar pengukuran adalah 1/12 dari massa isotop karbon 6C12 (tepat memiliki 6 netron dan enam
proton) yang memiliki massa 1,660559 X 10

-27

Kg. Angka ini kemudian ditetapkan sebagai satuan

massa atom (sma) atau atomic mass unit (amu) yang diberi simbol u.
1 u = 1,660559 X 10 -27 Kg

dalam bentuk energi

1 u = 931,5 MeV
Dalam satuan massa atom tersebut, keudian diketahui bahwa
Massa proton (mp)= 1, 007276 u

Massa netron (mn)= 1, 008665 u

Massa elektron (me) = 0, 000549 u


Massa total inti berdasarkan partikel penyusunnya :

mtotal= z mp + (A-z) mn

DEFEK MASSA
Defek massa adalah selisih antara massa total inti berdasarkan massa partikel penyusunnya
dengan massa gabungan ketika telah membentuk inti atom. Selisih ini (m) adalah :
m = m

total

inti

m = z mp + (A-z) mn m

inti

Defek massa ini diubah menjadi energi ikat. Energi ikat adalah energi yang menyatukan
antara partikel penyusun atom (nukleon). Energi ikat dapat diketahui dengan
E = m X 9,31 MeV

10

Anda mungkin juga menyukai