Anda di halaman 1dari 3

Khotbah 1 Korintus 8:1-13, Minggu 29 Januari 2012 (Ephipanias IV)

Introitus :
Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan (Amsal
1:7)
Bacaan : Mazmur 111 : 1-10; Khotbah : 1 Korintus 8 : 1-13
Thema : Hanya satu Tuhan yang harus disembah (Sada ngenca Dibata si man sembahen).

Pendahuluan
Kota Korintus adalah sebuah kota yang terkemuka di negara Yunani. Secara geografis, kota ini terletak
dipertengahan

segala

arus

perdagangan

antara

daerah-daerah

Timur

dan

Barat.

Kota yang kaya dan indah. Penduduknya bangga atas pengetahuan dan kebijaksanaanya (1 Korintus 1: 18-2:5).
Sekolah-sekolah banyak mementingkan bahasa asing, kesusilaan dan filsafat-filsafat dunia. Sayangnya
kekayaan dan keindahan itu merosot karena penyelewengan, korupsi, dan kebebasan dalam nafsu berahi (1 Kor
5:1-2). Rumah-rumah sembayang mereka sudah biasa menjadi pusat segala kejahatan dan kemesuman.
Masyarakat kota Korintus serba majemuk termasuk juga dibidang agama. Segala macam agama, aliran dan
kepercayaan mendapat pendukung dan penganut di kota itu. Agama-agama yang berasal dari kota Roma dan
Yunani, juga agama-agama yang berasal dari kawasan Timur, khususnya dari Mesir. Dewi yang paling laku dan
paling dipuja di Korintus ialah Aphrodite (Latin : Venu ), ialah dewi cinta berahi. Kuilnya banyak dikunjungi
orang. Di kota Korintus dahulu dewi itu juga dipuja melalui sundal suci, sehingga kuilnya tersedia ribuan
pelacur.

Pendalaman Nats
Masalah yang dihadapi jemaat Korintus adalah bagaimana sikap dan kelakuan yang tepat sehubungan dengan
bahan makanan yang sebagai korban dipersembahkan kepada dewa-dewi. Masalah itu tentu hangat dan actual
bagi jemaat. Oleh tetangga, sanak saudara, handai taulan mereka diundang untuk ikut serta dalam selamatan,
perjamuan suci, tempat daging korban dihidangkan kalau ada acara-acara resmi mereka. Daging yang dijual
dipasar juga sering kali berasal dari korban sehingga tidak diketahui lagi yang mana telah dipersembahkan
kepada berhala dan yang mana tidak. Persoalan lain lagi ialah, dimana orang yang percaya ikut dalam suatu
perayaan orang yang belum percaya. Apa yang disajikan mungkin juga diambil dari sisa-sisa daging yang
dipersembahkan kepada berhala. Persoalan semacam ini banyak menyinggung perasaan orang yang lemah
imannya, maupun mereka yang belum percaya. Jadi bagaimana sikap yang tepat ?
1 Korintus 8 : 1-13 : Dijemaat Korintus pengatahuan tentang daging persembahan berhala ada yang bersikap
lunak menganggap bahwa boleh saja/merasa diri bebas sama sekali. Oleh karena dewa dewi tidak ada, maka

makan minum dalam selamatan suci, bahkan dikuil dewa dewi tidak mengapa ( 8:8 ). Namun Paulus menilai
pengetahuan belaka yang tidak disertai kasih kepada sesama adalah pengatahuan gadungan. Menurut Paulus
pengetahuan sejati yakni yang disertai kasih dan tidak memberikan kebebasan untuk bertidak begitu saja
( 8:9 ). Sebab ada sementara orang Kristen yang dalam lubuk hati yakin bahwa ada dewa dewi ( 8:7 ). Dan
orang berpengetahuan yang ikut serta dalam perjamuan korban menjadi batu sandungan oleh karena dengan
teladannya membujuk saudara yang lemah untuk ikut juga sehingga berdosa ( 8: 9-11 ). Dan dengan
demikian orang yang berpengetahuan sebenarnya berdosa kepada Kristus ( 8:12 ). Maka demi kasih orang
mesti rela melepas hak dan kebebasannya ( 8:13 ). Janganlah kebebasan kita menjadi batu sandungan bagi
mereka yang lemah . Paulus punya sikap yang jelas Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan
bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan daging lagi, supaya aku jangan menjadi
batu sandungan bagi saudaraku ( 8:13 )

Penutup
1.

Tubuh kita adalah hasil pekerjaan Tuhan. Tubuh kita adalah kepunyaan Tuhan. Orang yang bijak akan
bijak-bijak pula makan. Pola makan yang sehat dapat membuat tubuh yang sehat. Tubuh kita adalah
bait Roh Kudus (1 Kor 6: 19) Tubuh yang sehat dapat membuat kita menyembah Tuhan dengan baik.

2.

Berpengetahuan dapat membuat hidup kita bijak, termasuk bijak untuk tidak menjadi batu sandungan
kepada orang lain tentang makanan. Karena saat ini disekitar kita ada juga orang, suku, agama
tertentu yang berpantang pada jenis makanan tertentu, mungkin karena alasan kesehatan, aturan
budaya atau ketentuan agamanya. Bagi orang Kristen bukan makanan minuman menjadi jaminan
keselamatan hidup kita tetapi hanya oleh kasih Yesus Kristus. Namun Paulus dijemaat Korintus
bersikap memilih tidak makan daging supaya jangan menjadi batu sandungan bagi orang lain.

3.

Mari belajar membatasi diri dengan sadar demi kepentingan orang lain. Karena itu adalah sesuatu
yang Kristen. Disekitar kita ada orang yang mungkin punya kebebasan hak untuk minum Alkohol, dan
baginya mungkin merupakan kesenangan dan tidak berbahaya. Tetapi bagaimana jika hal itu dicontoh
anak kecil, bukankah hal itu akan membahayakannya? Bukankah lebih baik tidak memakai
kebebasan/membatasi diri untuk kepentingan/kebaikan orang lain?

4.

Persekutuan Kristen harus ditandai dengan saling memperhatikan diantara anggotanya, saling
memikirkan. Dengan toleransi memenangkan orang dengan kasih itu lebih baik daripada menyerang
orang dengan kritikan-kritikan yang tajam. Yesus Kristus hidup bukan untuk menyenangkan dirinya

sendiri. Aku telah menjadi orang luar bagi saudara-saudaraku, orang asing bagi anak-anak ibuku
(Mazmur 69:9). Tuhan memilih untuk melayani orang-orang lain, bukan diriNya sendiri, maka dengan
itu Ia memberi contoh yang harus diterima oleh setiap orang yang mau mengikut dan menyembah Dia.
Hanya Tuhan Yesus saja yang harus disembah
Pdt Karvintaria br Ginting, STh
GBKP Rg. Cijantung

Anda mungkin juga menyukai