Anda di halaman 1dari 7

Diktat Metode Numerik PHK A-2 2005

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Umum
Metode numerik adalah teknik untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahn yang diformulasikan
secara matematis dengan cara operasi hitungan (aritmatic). Dalam metode numerik dilakukan operasi
hitungan dalam jumlah yang samngat banyak dan berulang-ulang. Oleh karena itu diperluklan bantuan
komputer untuk melaksanakan operasai hitungan tersebut. Tanpa bantuan komputer metrode numerik tidak
banyak memberikan manfaat.

1.2 Kesalahan (error)


Penyelesaian secara numerik dari persamaan matematis hanya memberikan nilai perkiraan yang mendekati
nilai eksak dari penyelesaian analitis. Berarti dalam penyelesaian numerik tersebut terdapat kesalahan
terhadap nilai eksak. Ada tiga macam kesalahan yaitu :
a.

Kesalahan bawaan
Kesalahan bawaan adalah kesalahan dari nilai data, kesalahan tersebut dapat terjadi karena
kesalahan dalam menyalin data, salah membaca skala atau kesalahan karena kurang mnegerti
terhadap hukum-hukum fisik dari data yang diukur.

b.

Kesalahan Pembulatan
Kesalahan pembulatan terjadi karena kurang memperhitungkannya angka terakhir dari suatu
bialangan. Kesalahan ini terjadi apabila bilangan perkiraan digunakan untuk menggantikan bilangan
eksak.
Contoh :

c.

4632574

dapat dibulatkan menjadi

4633000

3,1415926

dapat dibulatkan menjadi

3,14

Kesalahan Pemotongan
Kesalahan pemotongan terjadi karena tidalk dilakukanya hitungan sesuai dengan prosedur matematis
sesuai dengan prosedur matematik yang benar. Sebagai contoh proses takterhingga menjadi proses
hingga. Didalam suatui matematika , suatu fungsi dapat dipresentasikan dalam bentuk deret tak
terhingga , misalkan :

ex = 1 + x + ( x2/2!) + ( x3/3!) + ( x4/4!) + ............................


Nilai eksak dari ex diperoleh apabila semua suku dari deret tersebut diperhitungkan. Dalam praktek,
sulit memperhitungkan semua suku sampai tekterhingga. Apabila diperhitungkan beberapa suku
pertama saja , maka hasilnya tidak sama dengan nilai eksak . Kesalahan karena hanya
diperhitungkanya beberapa suku pertama disebut dengan kesalhan pemotongan. Kesalahan
pemotongan ini akan dijelaskan lebih dalampada sub bab 1.4 tentang deret Taylor.

Nova R. Ismail, ST.


Dosen Teknik Jurusan Teknik Mesin Univ. Widyagama Malang

Diktat Metode Numerik PHK A-2 2005

1.3 Kesalahan Absolut dan Relatif


Hubungan antara nilai eksak, nilai perkiraan dan kesal;ahan dapat diberikan dalam bentuk berikut ini:

p = p* + Ee
dengan :

: Nilai eksak

p*

: Nilai perkiraan

Ee

: Kesalahan terhadap nilai eksak

Indeks e menunjukan bahwa kesalahan dibandingkan terhadap nilai eksakl. Dari bentuk persamaan diatas
maka didapat bahwa kesalahan adalahperbedaan antara nilai eksak dan perkiraan merupakan kesalahan
absolut, namun tidak menunjukan besarnya tingkat kesalahan dengan ;

Ee = p - p* ( disebut kesalahan Absolut )


Sedangkan kesalahan relatif merupakan kesalahan yang menunjukan besarnya tingkat kesalahan dengan
cara membandingkan kesalahan yang terjadi dengan nilai eksak.

e = Ee/p
jika kesalahan relattif diberikan dalam persen maka;

e = (Ee/p) x 100 %
Persamaan diatas dapat digunakan jika dibandingkan terhadap nilai eksak. Nilai eksak tersebut hanya
dapat diketahui apabila suatu fungsi bisa diselesaikan secara analitis. Dalam metode numerik biasanya
nilai tersebut tidak diketahui. Untuk itu kesalahan dinyatakan berdasarkan pada nilai perkiraan terbaik dari
nilai eksak, sehingga kesalahan mempunyai bentuk berikut ini;

a = (/p*) x 100 %
dengan :

: Kesalahan terhadap nilai perkiraan terbaik

p*

: Nilai perkiraan terbaik

Indekls a menunjukan bahwa kesalahan dibandingkan terhadap nilai perkiraan (approximate value).
Seringkali metode numerik menggunakan pendekatan secara iteratif. Dalam hal ini, kesalahan
adalahperbedaan antara perkliraan sebelumnya dan perkiraan sekarang, dan kesalahamn relatif diberikan
oleh bentuk berikut ;

a = [(p*n+1- p* n) /p*n+1 ] x 100 %


dengan ;
p*n : nilai perkiraan pada iterasi ke n
p*n+1 : nilai perkiraan pada iterasi ke n+1
Contoh 1.1
Pengukuran panjang jembatan dan pensil memberikan hasil 9999 cm dan 9 cm. Apabila panjang yang
benar (eksak) adalah 10.000 cm dan 10 cm, hitung kesalahan absolut dan relatif
Penyelesaian

Nova R. Ismail, ST.


Dosen Teknik Jurusan Teknik Mesin Univ. Widyagama Malang

Diktat Metode Numerik PHK A-2 2005

a.

Kesalahan absolut
Jembatan

Ee = 10.000 9999 = 1 cm
Pensil

Ee = 10 9 = 1 cm
b.

Kesalahan relatif
Jembatan

e = (Ee/p) x 100 %
= (1/10.000) x 100 % = 0.01 %
Pensil

e = (Ee/p) x 100 %
= (1/10) x 100 % = 10 %
Contoh 1.2
Hitung kesalahan yang terjadi dari nilai ex dengan x = 0,5 apabila hanya diperhitungkan beberapa suku
pertama saja. Nilai eksak dari ex = 1,648721271
Penyelesaian
Nilai ex dapat dihitung berdasarkan deret berikut :
ex = 1 + x + (x2/2!) + (x3/3!) + (x4/4!) + ........
a.

diperhitungkan satu suku pertama


ex 1
kesalahan relatif terhadap nilai eksak dapat dihitung dengan menggunakan persamaan;
e = (Ee/p) x 100 % = (1,648721271-1/1,648721271) x 100 % = 39,35 %

b.

diperhitungkan dua suku pertama


ex 1 + x
untuk x = 0,5;
e0,5 = 1 + 0,5 = 1,5
kesalahan,
e = (Ee/p) x 100 % = [(1,648721271-1,5)/1,648721271] x 100 % = 9,02 %
kesalahan berdasarkan perkiraan terbaik dihitung dengan;
a = (/p*) x 100 % =[(1,5-1)/1,5] x 100 % = 33,33 %

c.

diperhitungkan tiga suku pertama


ex 1 + x + (x2/2!) =
untuk x = 0,5;
e0,5 = 1 + 0,5 + (0,52/2) = 1,625
kesalahan,
e = (Ee/p) x 100 % = [(1,648721271-1,625)/1,648721271] x 100 % = 1,44 %
kesalahan berdasarkan perkiraan terbaik dihitung dengan;

Nova R. Ismail, ST.


Dosen Teknik Jurusan Teknik Mesin Univ. Widyagama Malang

Diktat Metode Numerik PHK A-2 2005

a = (/p*) x 100 % =[(1,625 - 1) / 1,625] x 100 % = 7,69 %


Hitungan dilanjutkan hingga 6 suku pertama dan hasilnya dalam tabel dibawah ini ;
Suku
1
2
3
4
5
6

Hasil
1
1,5
1,625
1,645833333
1,648437500
1,648697919

a
39,3
9,02
1,44
0,175
0,0172
0,00142

0
33,33
7,69
1,27
0,158
0,0158

1.4 Deret Taylor


1.4.1 Persamaan deret Taylor
Deret taylor merupakan dasar untuk menyelesaikan masalah dalam metode numerik, terutama
penyelesaian persamaan deferensial. Jika suatu fungsi f (x) diketahui dititik x i dan semua turunan dari f
terhadap x diketahui pada titik tersebut, maka dengan deret taylor dapat dinyatakan nilai f pada titik x i+1
yang terletak pada jarak x dari titik xi.

f(xi+1) = f(xi)+ f(xi) (x /1!) + f(xi) (x2 /2!) + f(xi) (x3 /3!)+.......+ fn (xi) (xn /n!)+Rn
Rn = fn+1 (xi) (xn+1 /n+1!)+ fn+2 (xi) (xn+2 /n+2!)+.......................
dengan;

1.

f(xi)

: fungsi dititik xi

f(xi+1)

: fungsi dititik xi+1

f, f, f....fn

: Turunan pertama,kedua,ketiga,......,ke-n dari fungsi

: Jarak antara xi dan xi+1

Rn

: Kesalahan pemotongan

: Operator faktorial, misalkan 3! = 1 x 2 x 3; 4! = 1 x 2 x 3 x 4.

Memperhitungkan satu suku pertama (orde nol)


Apabila hanya diperhitungkan satu suku pertama dari ruas kanan, maka dapat dituliskan :

f(xi+1) f(xi)
2.

Memperhitungkan dua suku pertama (orde 1)


Bentuk deret taylor orde satu, yang memperhitungkan dua suku pertama, dapat ditulis dalam bentuk :

f(xi+1) = f(xi)+ f(xi) (x /1!)


3.

Memperhitungkan tiga suku pertama (orde 2)


Bentuk deret taylor orde dua, yang memperhitungkan tiga suku pertama, dapat ditulis dalam bentuk :

f(xi+1) = f(xi)+ f(xi) (x /1!) + f(xi) (x2 /2!)

Nova R. Ismail, ST.


Dosen Teknik Jurusan Teknik Mesin Univ. Widyagama Malang

Diktat Metode Numerik PHK A-2 2005

F(x)
Order 2
Order 1
Order nol

i+1

Gambar 1.1 Perkiraan suatu fungsi dengan deret Taylor


1.4.2 Kesalahan Pemotongan (truncation Error)
Deret Taylor akan memberikan perkiraan suatu fungsi dengan benar jika semua suku dari deret tersebut
diperhitungkan, karena kadangkala tidak semua suku dimasukkan dalam perhitungan, maka sering terjadi
kesalahan dan kesalahan yang terjadi disebut kesalahan pemotongan.

Rn = 0 (xn+1)
Indeks n menunjukan bahwa deret yang diperhitungkan adalah sampai suku ke-n, sedang indeks n+1
menunjukan bahwa kesalahan pemotongan mempunyai order n+1.
Kesalahan pemotongan ini kecil apabila :
1. Interval x adalah kecil
2. Memeperhitungkan lebih banyak suku deret taylor
Pada perkiraan order satu, besarnya kesalahan pemotongan adalah :

0 (x2 )= f(xi) (x2 /2!) + f(xi) (x3 /3!)+...................


1.4.3 Deferensial numerik
Hal ini digunakan untuk memperkirakan bentuk deferensial kontinyu menjadi bentuk diskrit. Deret taylor
dapat dituliskan dalam bentuk :

f(xi+1) = f(xi)+ f(xi) x + 0 x2 atau (f/x) = f(xi) = {[f(xi+1)- f(xi)]/ x} - 0 x2


Seperti yang ditunjukan pada gambar 1.2 dan persamaan diatas , deferensial pertama fungsi f terhadap x
dititik xi atau turunan pertama f dititik xi didekati oleh keniringan garis yang melalui titik B (xi, f (xi)) dan titik
C (xi+1, f (xi+1)).

Nova R. Ismail, ST.


Dosen Teknik Jurusan Teknik Mesin Univ. Widyagama Malang

Diktat Metode Numerik PHK A-2 2005

y
F(x)

Maju
Terpusat

Garis singgung di i

i-1

Mundur

i+1

Gambar 1.2 Perkiraan garis singgung suatu fungsi


Bentuk deferensial dari persamaan diatas disebut deferensial maju karena menggunakan data pada titik xi
dan xi-1 untuk memperhitungkan deferensial. Jika data yang digunakan adalah di titik xi dan xi-1 , maka
disebut deferensial mundur, dan deret taylor menjadi :

f(xi-1) = f(xi) - f(xi) (x /1!) + f(xi) (x2 /2!) - f(xi) (x3 /3!) +.......
atau

f(xi-1) = f(xi) - f(xi) x + 0 x2 atau (f/x) = f(xi) = {[f(xi) - f(xi+1)]/ x} +0 x2


Apabila data yang digunakan untuk memperkirakan deferensial dari fungsi adalah pada titik xi-1 dan xi+1,
maka perkiraannya disebut diferensial terpusat.

f(xi+1) - f(xi-1) = 2f(xi) x f(xi) (x3 /3!) atau


(f/x) = f(xi) = {[ f(xi+1) - f(xi-1)]/ 2x} - f(xi) (x3 /3!) atau
(f/x) = f(xi) = {[ f(xi+1) - f(xi-1)]/ 2x} 0 (x2 )
Dari persamaan diatas terlihat bahwa kesalahan pemotongan berorder x2 ; sedang pada deferensial
maju dan mundur berorder x. unbtuk interval x kecil, nilai kesalahan pemotongan berorder 2(x2) lebih
kecil dari order 1 (x). Hal ini menunjukan bahwa perkiraan deferensial terpusat lebih teliti dibanding
deferensi maju atau mundur. Keadaan ini juga dapat dilihat pada gambar 1.2. Kemiringan garis yang
melalui titik A dan C (deferensial terpusat) hampir sama dengan garis singgung fungsi dititik xi dibanding
dengan garis singgung yang melalui titik A dan B (diferensial mundur) atau titik B dan C (deferensial maju).
Dengan menggunakan rumus diatas maka didapat :

f(xi+1) + f(xi-1) = 2f(xi) + 2 f(xi) (x2 /2!) + 2 f(xi) (x4 /4!) +....... atau
f(xi) =[( f(xi+1) - 2f(xi) + f(xi-1))/ x2] - f(xi) (x2 /12) -......... atau
(2f/x2) = f(xi) =[( f(xi+1) - 2f(xi) + f(xi-1))/ x2] 0 (x2)
Nova R. Ismail, ST.
Dosen Teknik Jurusan Teknik Mesin Univ. Widyagama Malang

Diktat Metode Numerik PHK A-2 2005

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bentuk deferensial (parsial atau biasa) dapat dirubah dalam bentuk
defernsial numerik (beda hingga). Suatu fungsi f yang mempunyai variabel bebas x dan t misalnya,
turunan pertama dan kedua dari f terhadap x dan t dapat ditulis :

(f/x) = f(xi) [( f(xi+1) - f(xi)) / x] [(f(xi) - f(xi-1)) / x] [( f(xi+1) - f(xi-1)) / x]


(2f/x2) = f(xi) [( f(xi+1) - 2f(xi) + f(xi-1))/ x2]
Demikian juga deferensial fungsi f terhadap t ,

(f/t) = f(tn) [( f(tn+1) - f(tn)) / t]


(2f/t2) = f(tn) [( f(tn+1) - 2f(tn) + f(tn-1))/ t2]
Gambar dibawah merupakan kisi hitungan yang digunakan untuk memperkirakan deferensial parsiil fungsi
f terhadap x dan t.
t

n+1
t
n
n-1
i-1

i+1

i
x

Gambar 1.3 Kisi hitungan

Nova R. Ismail, ST.


Dosen Teknik Jurusan Teknik Mesin Univ. Widyagama Malang

Anda mungkin juga menyukai