A.
PEKERJAAN JALAN
a. Pekerjaan LPB kelas C
1.
Persyaratan
a. Standar Rujukan
SNI 03-1743-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Berat Untuk Tanah.
SNI 03-1744-1989 : Metode Pengujian CBR Laboratorium.
SNI 03-1966-1990 : Metode Pengujian Batas Plastis.
SNI 03-1967-1990 : Metode Pengujian Batas Cair dengan Alat
Cassagrande.
SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin
Abrasi Los Angeles.
SNI 03-2828-1992 : Metode Pengujian Kepadatan Lapangan dengan Alat
Konus Pasir
SNI 03-4141-1996 : Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-butir
Mudah Pecah dalam Agregat.
b. Toleransi Dimensi
Elevasi permukaan
Elevasi permukaan lapis akhir harus sesuai dengan Gambar Rencana,
dengan toleransi dibawah ini :
Tebal total minimum tidak boleh kurang satu sentimeter dari tebal
yang disyaratkan.
Tebal minimum tidak boleh kurang satu sentimeter dari tebal yang
disyaratkan.
Pelaksanaan
a. Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada perkerasan atau
bahu jalan lama, semua kerusakan yang terjadi pada perkerasan atau bahu
jalan lama harus diperbaiki terlebih dahulu.
b. Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada suatu lapisan
perkerasan lama atau tanah dasar baru yang disiapkan atau lapis pondasi
yang disiapkan, maka lapisan ini harus diselesaikan sepenuhnya
c. Sebelum pekerjaan Lapisan Pondasi Agregat akan dilaksanakan, maka
lapisan dasar yang akan dilapisi harus telah dipersiapkan memenuhi
persyaratan dan telah ditangani sesuai dengan butir (a) dan (b) di atas, dan
mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas, Panitia
Penerima Hasil Pekerjaan Pekerjaan Dan Direksi Teknis dengan panjang
paling sedikit 100 meter secara menerus. Untuk penyiapan tempat - tempat
yang hanya kurang dari 100 meter panjangnya, seluruh daerah itu harus
disiapkan dan disetujui sebelum lapis pondasi agregat dihampar.
lapis
harus
dihampar
menghasilkan
tebal
padat
pada
yang
ketebalan
diperlukan
yang
dalam
merata
agar
toleransi
yang
disyaratkan. Bilamana akan dihampar lebih dari satu lapis, maka lapisanlapisan tersebut harus diusahakan sama tebalnya.
f.
g. Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali
ukuran terbesar agregat lapis pondasi. Tebal padat maksimum tidak boleh
melebihi 20 cm, kecuali diperintahkan lain oleh Konsultan Pengawas,
Panitia Penerima Hasil Pekerjaan Pekerjaan dan Direksi Teknis.
h. Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, setiap lapis harus
dipadatkan menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan memadai
dan disetujui oleh Konsultan Pengawas, Panitia Penerima Hasil Pekerjaan
dan Direksi Teknis, hingga kepadatan paling sedikit 100 % dari kepadatan
kering maksimum modifikasi (modified) seperti yang ditentukan oleh SNI
03-1743-1989, metode D.
i.
akhir,
bila
mesin
gilas
statis
beroda
baja
dianggap
Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam
rentang 1,5 % di bawah kadar air optimum sampai 1,5 % di atas kadar air
optimum, dimana kadar air optimum adalah seperti yang ditetapkan oleh
kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) yang ditentukan oleh
SNI 03-1743-1989, metode D.
k. Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit
demi sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada bagian
yang bersuper elevasi, penggilasan harus dimulai dari bagian yang
rendah dan bergerak sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih tinggi.
Operasi penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh bekas roda mesin
gilas hilang dan lapis tersebut terpadatkan secara merata.
l.
3.
Pengendalian mutu
a. Jumlah
data
pendukung
pengujian
bahan
yang
diperlukan
untuk
dan Direksi
Teknis atas mutu bahan Lapis Pondasi Agregat yang diusulkan, bila
menurut pendapat Konsultan Pengawas, Panitia Penerima Hasil Pekerjaan
dan Direksi Teknis, terdapat perubahan mutu bahan atau metode
produksinya maka seluruh jenis pengujian bahan akan diulangi lagi.
c. Suatu
program
pengujian
rutin
pengendalian
mutu
bahan
harus
pelaksanaan,
permukaan
tersebut
harus
dan
diperbaiki
mengurangi
dengan
atau
membongkar
menambahkan
lapis
bahan
b. Pekerj
Pekerjaan
aan Bond Breaker (Plastik)
Adapun pelaksanaan pekerjaanya sebagai berikut :
1.
2.
3.
c. Pekerjaan Begesting
Adapun pelaksanaan pekerjaanya sebagai berikut :
1.
Bekisting harus terbuat dari triplek uk 3 mm dan rangka yang kokoh terbuat
dari kayu keras, sama sekali tidak diijinkan memakai bambu sebagai rangka
bekisting.
2.
Bekisting harus rapat dan kedap air, terutama pada sambungan sambungan. Pada saat pengecoran beton, tidak boleh ada cairan atau
adukan beton yang mengalir keluar karena bocor.
3.
Untuk permukaan luar beton yang tidak akan diplester (semi exposed),
permukaan dalam bekisting/ multiplex sebaiknya dilapisi bahan sejenis
minyak yang disetujui oleh Direksi/ Pengawas untuk memudahkan
pembongkaran bekisting itu kelak. Penggunaan olie bekas tidak bisa
dibenarkan.
4.
Penggunaan ulang dari (bahan) bekisting yang sudah pernah dipakai harus
atas seijin Direksi/ Pengawas.
5.
10
d. Pekerjaan Beton K 2
250
50
Adapun pelaksanaan pekerjaanya sebagai berikut :
1.
Bila tidak ditentukan lain, adukan beton harus dibuat dengan menggunakan
mesin pengaduk beton. Penentuan jenis dan ukuran beton molen harus
sepengetahuan Direksi.
2.
3.
4.
Waktu Pengadukan
a.
b.
5.
b.
c.
11
6.
Pengecoran Beton
a.
Pelaksanaan
pengecoran
beton
harus
disaksikan
oleh
Direksi/Pengawas.
b.
c.
Adukan beton yang tidak memenuhi syarat tidak boleh dipakai dan
harus dikeluarkan dari tempat pekerjaan.
d.
e.
f.
g.
h.
12
7.
b.
c.
d.
8.
Beton yang telah dicor harus dijaga tetap basah sekurang kurangnya selama 14 (empat belas) hari setelah dicor, dengan cara
disirami air, atau ditutup dengan karung goni yang dibasahi atau
dengan cara lain yang dapat dibenarkan.
b.
c.
9.
Pembukaan Bekisting
a.
b.
13
14