Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan merupakan tugas utama yang hakiki dari sosok aparatur, sebagai abdi
negara dan abdi masyarakat. Tugas ini telah jelas digariskan dalam pembukaan UUD 1945
alenia keempat, yang meliputi 4 (empat) aspek pelayanan pokok aparatur terhadap
masyarakat, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
Ruang lingkup pelayanan dan jasa-jasa publik (public services) meliputi aspek
kehidupan masyarakat yang sangat luas. Pelayanan dan jasa publik bahkan dimulai sejak
seseorang dalam kandungan ketika diperiksa oleh dokter pemerintah atau dokter yang
dididik di universitas negeri, mengurus akta kelahiran, menempuh pendidikan di universitas
negeri, menikmati bahan makanan yang pasarnya dikelola oleh pemerintah, menempati
rumah yang disubsidi pemerintah, memperoleh macam-macam perijinan yang berkaitan
dengan dunia usaha yang digelutinya hingga seseorang meninggal dan memerlukan surat
pengantar dan surat kematian untuk mendapatkan kapling di tempat pemakaman umum
(TPU).
Luasnya ruang lingkup pelayanan dan jasa publik cenderung sangat tergantung
kepada ideologi dan sistem ekonomi suatu negara. Negara-negara yang menyatakan diri
sebagai negara sosialis cenderung memiliki ruang lingkup pelayanan lebih luas
1

dibandingkan negara-negara kapitalis. Tetapi luasnya cakupan pelayanan dan jasa-jasa


publik tidak identik dengan kualitas pelayanan itu sendiri. Karena pelayanan dan jasa publik
merupakan suatu cara pengalokasian sumber daya melalui mekanisme politik, bukannya
lewat pasar, maka kualitas pelayanan itu sangat tergantung kepada kualitas demokrasi.
Konsekuensi dari hal ini adalah negara-negara yang pilar-pilar demokrasinya tidak bekerja
secara optimal tidak memungkinkan pencapaian kualitas pelayanan publik yang lebih baik.
Bahkan sebaliknya, pelayanan publik tanpa proses politik yang demokratis cenderung
membuka ruang bagi praktek-praktek korupsi.
Sebagai bagian dari sistem kenegaraan dengan konstitusi yang pekat dengan norma
keadilan, ekonomi Indonesia dicirikan oleh ruang lingkup pelayanan publik yang sangat
luas. Sayangnya, pelayanan publik yang menyentuh hampir setiap sudut kehidupan
masyarakat tidak ditopang oleh mekanisme pengambilan keputusan yang terbuka serta
proses politik yang demokratis. Karena itu tidak mengherankan jika pelayanan publik di
Indonesia memiliki ciri yang cenderung korup, apalagi yang berkaitan dengan pengadaan
produk-produk pelayanan publik yang bersifat kewajiban seperti Kartu Tanda Penduduk
(KTP), Kartu Keluarga (KK), Surat Izin Mengemudi (SIM), Pasport, dan lain-lain.
Kendati mungkin fenomena korupsi yang berkaitan dengan jenis-jenis produk tadi
hanya melibatkan biaya transaksi (antara sektor publik dengan individu masyarakat) yang
relatif kecil (pretty corruption), tetapi biaya-biaya transaksi tersebut melibatkan porsi
populasi yang sangat besar. Karena itu pola korupsi dengan menggunakan instrumen
produk-produk pelayanan tersebut bisa jadi memiliki dampak yang sangat luas.

Masalahnya kemudian adalah bagaimana meminimalkan biaya-biaya transaksi


tersebut? Teramat sulit tentunya menjawab pertanyaan ini, kendati jawabannya merupakan
bagian terpenting dari strategi pemberantasan korupsi di sektor publik. Karena itu kajian
mengenai mekanisme pelayanan publik, berikut biaya-biaya transaksinya menjadi elemen
penting dari strategi pemberantasan korupsi.
Sejalan dengan itu, prinsip market oriented organisasi pemerintahan harus diartikan
bahwa pelayanan yang diberikan oleh pemerintah (aparatur) harus mengutamakan pelayanan
terhadap masyarakat. Demikian juga prinsip catalitic government, mengandung pengertian
bahwa aparatur pemerintah harus bertindak sebagai katalisator dan bukannya penghambat
dari kegiatan pembangunan, termasuk di dalamnya mempercepat pelayanan masyarakat.
Dalam konteks ini, fungsi pemerintah lebih dititikberatkan sebagai regulator dibanding
implementator

atau

aktor

pelayanan.

Sebagai

imbangannya,

pemerintah

perlu

memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat sendiri sebagai penyedia atau pelaksanaan


jasa pelayanan umum. Dengan kata lain, tugas pemerintah adalah membantu masyarakat
agar mampu membantu dirinya sendiri (helping people to help themselves). Inilah
sesungguhnya yang dimaksud dengan prinsip self-help atau steering rather than rowing.
Dinas Kependudukan Dan Penpencatatan Sipil Kabupaten Konawe Utara
merupakan salahsatu instansi yang memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat dan
memberikan pelayanan umum, namun berdasarkan fenomena yang terjadi di daerah tersebut
sangat berbanding terbalik dengan pelayanan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Konawe. Berdasarkan tinjauan peneliti bahwa kualitas pelayanan di Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Konawe Utara belum optimal dibanding

dengan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Konawe, ini dapat dilihat dari
kualitas pelayanannya seperti pegawainya selalu malas masuk kantor, dan sering datang
terlambut sehingga dalam pengurusan berkas menjadi terhambat. Sedangkan di Kabupaten
Konawe pelayanannya sudah cukup baik.
Oleh karena itu, diharapkan pelayanan di instansi Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Konawe Utara harus ditingkatkan sehingga dalam pengurusan berkas di
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil tidak mengalami hambatan.
B. Rumusan Masalah
Dalam penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan studi banding ini
adalah bagaimana perbandingan kualitas profesionalitas pelayanan publik di dinas Capil
Kab. Konawe Utara dengan dinas Capil Kab. Konawe ?

C. Tujuan Studi Banding


Berdasarkan perumusan masalah tersebut seperti yang telah diuraikan diatas, maka
tujuan dari studi banding ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana perbandingan kualitas pelayanan publik di Dinas Capil
Kab. Konawe Utara dengan dinas Capil Kab. Konawe.
2. Sebagai bahan pertimbangan Pemerintah Kab. Konawe Utara dalam meningkatkan
pelayanan publik di Dinas Capil Kab. Konawe Utara

BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Konsep dan Teori Pelayanan Publik
Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan
orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan
aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.
Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu bahwa pemerintahan pada hakekatnya
adalah pelayanan kepada masyarakat. Ia tidaklah diadakan untuk melayani dirinya sendiri,
tetapi untuk melayani masyarakat serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap
anggota masyaraakat mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi mencapai
tujuan bersama (Rasyid, 1998). Karenanya birokrasi publik berkewajiban dan bertanggung
jawab untuk memberikan layanan baik dan profesional.
Pelayanan publik (public services) oleh birokrasi publik tadi adalah merupakan
salah satu perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat di samping
sebagai abdi negara. Pelayanan publik (public services) oleh birokrasi publik dimaksudkan
untuk mensejahterakan masyarakat (warga negara) dari suatu negara kesejahteraan (welfare
state). Pelayanan umum oleh Lembaga Administrasi Negara (1998) diartikan sebagai segala
bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di
Daerah dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara/Daerah dalam bentuk barang dan atau
jasa baik dalam rangka upaya kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pelayanan publik dengan demikian dapat diartikan sebagai pemberian layanan


(melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi
itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.
Sementara itu, kondisi masyarakat saat ini telah terjadi suatu perkembangan yang
sangat dinamis, tingkat kehidupan masyarakat yang semakin baik, merupakan indikasi dari
empowering yang dialami oleh masyarakat (Thoha dalam Widodo, 2001). Hal ini berarti
masyarakat semakin sadar akan apa yang menjadi hak dan kewajibannya sebagai warga
negara dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Masyarakat semakin berani
untuk mengajukan tuntutan, keinginan dan aspirasinya kepada pemerintah. Masyarakat
semakin kritis dan semakin berani untuk melakukan kontrol terhadap apa yang dilakukan
oleh pemerintahnya.
Dalam kondisi masyarakat seperti digambarkan di atas, birokrasi publik harus dapat
memberikan layanan publik yang lebih profesional, efektif, sederhana, transparan, terbuka,
tepat waktu, responsif dan adaptif serta sekaligus dapat membangun kualitas manusia dalam
arti meningkatkan kapasitas individu dan masyarakat untuk secara aktif menentukan masa
depannya sendiri (Effendi dalam Widodo, 2001). Arah pembangunan kualitas manusia tadi
adalah memberdayakan kapasitas manusia dalam arti menciptakan kondisi yang
memungkinkan setiap anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan krativitasnya
untuk mengatur dan menentukan masa depannya sendiri.
Pelayanan publik yang profesional, artinya pelayanan publik yang dicirikan oleh
adanya akuntabilitas dan responsibilitas dari pemberi layanan (aparatur pemerintah). Dengan
ciri sebagai berikut :

1. Efektif, lebih mengutamakan pada pencapaian apa yang menjadi tujuan dan sasaran;
2. Sederhana, mengandung arti prosedur/tata cara pelayanan diselenggarakan secara
mudah, cepat, tepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan oleh
masyarakat yang meminta pelayanan;
3. Kejelasan dan kepastian (transparan), mengandung akan arti adanya kejelasan dan
kepastian mengenai :
a. Prosedur/tata cara pelayanan;
b. Persyaratan pelayanan, baik persyaratan teknis maupun persyaratan administratif;
c. Unit kerja dan atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam
memberikan pelayanan;
d. Rincian biaya/tarif pelayanan dan tata cara pembayarannya;
e. Jadwal waktu penyelesaian pelayanan.
4. Keterbukaan, mengandung arti prosedur/tata cara persyaratan, satuan kerja/pejabat
penanggungjawab pemberi pelayanan, waktu penyelesaian, rincian waktu/tarif serta halhal lain yang berkaitan dengan proses pelayanan wajib diinformasikan secara terbuka
agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak
diminta;
5. Efisiensi, mengandung arti :
a. Persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal berkaitan langsung dengan
pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara
persyaratan dengan produk pelayanan yang berkaitan;

b. Dicegah adanya pengulangan pemenuhan persyaratan, dalam hal proses pelayanan


masyarakat yang bersangkutan mempersyaratkan adanya kelengkapan persyaratan
dari satuan kerja/instansi pemerintah lain yang terkait.
6. Ketepatan waktu, kriteria ini mengandung arti pelaksanaan pelayanan masyarakat dapat
diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan;
7. Responsif, lebih mengarah pada daya tanggap dan cepat menanggapi apa yang menjadi
masalah, kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang dilayani;
8. Adaptif, cepat menyesuaikan terhadap apa yang menjadi tuntutan, keinginan dan aspirasi
masyarakat yang dilayani yang senantiasa mengalami tumbuh kembang.
Selain itu, dalam kondisi masyarakat yang semakin kritis di atas , birokrasi publik
dituntut harus dapat mengubah posisi dan peran (revitalisasi) dalam memberikan pelayanan
publik. Dari yang suka mengatur dan memerintah berubah menjadi suka melayanai, dari
yang suka menggunakan pendekatan kekuasaan, berubah menjadi suka menolong menuju ke
arah yang fleksibel kolaboratis dan dialogis dan dari cara-cara yang sloganis menuju caracara kerja yang realistik pragmatis (Thoha dalam Widodo, 2001). Dengan revitalitas
birokrasi publik (terutama aparatur pemerintah daerah) ini, pelayanan publik yang lebih baik
dan profesional dalam menjalankan apa yang menjadi tugas dan kewenagan yang diberikan
kepadanya dapat terwujud.
Secara teoritis sedikitnya ada tiga fungsi utama yang harus dijalankan oleh
pemerintah tanpa memandang tingkatannya, yaitu fungsi pelayan masyarakat (public service
function), fungsi pembangunan (development function) dan fungsi perlindungan (protection
function).

Hal yang terpenting kemudian adalah sejauh mana pemerintah dapat mengelola
fungsi-fungsi tersebut agar dapat menghasilkan barang dan jasa (pelayanan) yang ekonomis,
efektif, efisien dan akuntabel kepada seluruh masyarakat yang membutuhkannya. Selain itu,
pemerintah dituntut untuk menerapkan prinsip equity dalam menjalankan fungsi-fungsi tadi.
Artinya pelayanan pemerintah tidak boleh diberikan secara diskriminatif. Pelayanan
diberikan tanpa memandang status, pangkat, golongan dari masyarakat dan semua warga
masyarakat mempunyai hak yang sama atas pelayanan-pelayanan tersebut sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Meskipun pemerintah mempunyai fungsi-fungsi sebagaimana di atas, namun tidak
berarti bahwa pemerintah harus berperan sebagai monopolist dalam pelaksanaan seluruh
fungsi-fungsi tadi. Beberapa bagian dari fungsi tadi bisa menjadi bidang tugas yang
pelaksanaannya dapat dilimpahkan kepada pihak swasta ataupun dengan menggunakan pola
kemitraan (partnership), antara pemerintah dengan swasta untuk mengadakannya. Pola
kerjasama antara pemerintah dengan swasta dalam memberikan berbagai pelayanan kepada
masyarakat tersebut sejalan dengan gagasan reinventing government yang dikembangkan
Osborne dan Gaebler (1992).
Namun dalam kaitannya dengan sifat barang privat dan barang publik murni, maka
pemerintah adalah

satu-satunya pihak yang berkewajiban menyediakan barang publik

murni, khususnya barang publik yang bernama rules atau aturan (kebijakan publik). Barang
publik murni yang berupa aturan tersebut tidak pernah dan tidak boleh diserahkan
penyediaannya kepada swasta. Karena bila hal itu dilakukan maka di dalam aturan tersebut
akan melekat kepentingan-kepentingan swasta yang membuat aturan, sehingga aturan

menjadi penuh dengan vested interest dan menjadi tidak adil (unfair rule). Karena itu peran
pemerintah yang akan tetap melekat di sepanjang keberadaannya adalah sebagai penyedia
barang publik murni yang bernama aturan.
Pemberian pelayanan publik oleh aparatur pemerintah kepada masyarakat
sebenarnya merupakan implikasi dari fungsi aparat negara sebagai pelayan masyarakat.
Karena itu, kedudukan aparatur pemerintah dalam pelayanan umum (public services) sangat
strategis karena akan sangat menentukan sejauhmana pemerintah mampu memberikan
pelayanan yang sebaik-baiknya bagi masyarakat, yang dengan demikian akan menentukan
sejauhmana negara telah menjalankan perannya dengan baik sesuai dengan tujuan
pendiriannya.
Karakteristik pelayanan sebagaimana yang dikemukakan Gasperz tadi secara jelas
membedakan pelayanan dengan barang, meskipun sebenarnya kaduanya merupakan alat
pemuas kebutuhan. Sebagai suatu produk yang intangible, pelayanan memiliki dimensi yang
berbeda dengan barang yang bersifat tangible. Produk akhir pelayanan tidak memiliki
karakteristik fisik sebagaimana yang dimiliki oleh barang. Produk akhir pelayanan sangat
tergantung dari proses interaksi yang terjadi antara layanan dengan konsumen.
Dalam konteks pelayanan publik, dikemukakan bahwa pelayanan umum adalah
mendahulukan kepentingan umum, mempermudah urusan publik, mempersingkat waktu
pelaksanaan urusan publik dan memberikan kepuasan kepada publik (publik=umum).
Senada dengan itu, Moenir (1992) mengemukakan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan
yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material
melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam usaha memenuhi kepentingan orang lain

sesuai dengan haknya. Dalam versi pemerintah, definisi pelayanan publik dikemukakan
dalam Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 81 Tahun 1993,
yaitu segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di
daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD) dalam bentuk barang dan atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan
kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundangundangan.
Berangkat dari persoalan mempertanyakan kepuasan masyarakat terhadap apa yang
diberikan oleh pelayan dalam hal ini yaitu administrasi publik adalah pemerintah itu sendiri
dengan apa yang mereka inginkan, maksudnya yaitu sejauh mana publik berharap apa yang
akhirnya diterima mereka.
Dengan demikian dilakukan penilaian tentang sama tidaknya antara harapan dengan
kenyataan, apabila tidak sama maka pemerintah diharapkan dapat mengoreksi keadaan agar
lebih teliti untuk peningkatan kualitas pelayanan publik.

BAB III
METODE PERBANDINGAN

A. Objek Perbandingan
Objek perbandingan

yang

diangkat

pada

perbandingan

administrasi

negara/daerah adalah Pemerintah Kab. Konawe Utara perbandingan Pemerintah Kab.


Konawe dalam sektor pelayanan publik pada dinas Kependudukan dan Catatan sipil
B. Dimensi dan Indikator yang Dibandingkan
1. Pelayanan publik pemerintah Kab. Konawe Utara dengan pemerintah Kab. Konawe
dan Faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan publik
C. Tehnik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dapat digunakan sebagai berikut:
1. Observasi
Melalui tehnik ini penulis mengumpulkan data dengan turun langsung ke lokasi
penelitian untuk melihat fenomena yang ada
2. Wawancara
Wawancara jenis ini

dilaksanakan dengan struktur yang tepat tetapi dengan

melakukan pertanyaan yang memfokuskan pada permasalahan sehingga informasi


yang didapatkan cukup akurat. Sehingga mampu menggorek kejujuran informan
untuk memberikan informasi yang sebenarnya, terutama yang berkenaan dengan
perasaan, sikap, dan pandangan mereka terhadap pelaksanaan kerjanya. Teknik
wawancara seperti ini dilaksanakan semua informannya yang ada pada lokasi
penelitian terutama untuk mendapatkan data primer dari informan tersebut.

Wawancara ini kesemuanya dilakukan oleh peneliti di Kantor atau tempat bekerjanya
narasumber.
3. Data Sekunder
Data yang diperoleh melalui kajian pustaka yang relevan dengan masalah
yang diteliti.
D. Tehnik Analisis Data
Tehnik Analisis Data yang dilakukan dalam laporan ini adalah berpedomana pada
prinsip peneliti kualitatif, pengolahan data dan analisis data yang dilakukan secara
bersamaan pada proses penelitian. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh
data yang tersedia dan berbagai sumber, yaitu dari wawancara, yang sudah dituliskan
dalam catatan lapangan, dokumen dan sebagainya. Dan setelah dibaca, dipelajari ditelaah
kemudian mereduksi data dengan jalan membuat abstraksi, merupakan usaha membuat
rangkuman yang inti proses dari pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijaga sehingga tetap
berada didalamnya, langkah selanjutnya mengkategorikan data berdasarkan beberapa
tema disesuaikan dengan fokus penelitian.

BAB IV
PENYAJIAN DATA PERBANDINGAN

A. Kondisi Daerah Perbandingan

1. Deskripsi Dinas Kependudukan dan Pencatatatn Sipil Kabupaten Konawe


a. Visi Dan Misi
Mewujudkan sistem administrasi kependudukan berbasis SIAK (Sistem Informasi
Kependudukan) menunjang kesuksesannya PERMATA di Kab. Konawe.
Sementara misi dari Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipi Kabupaten
Konawe adalah:
1. Pelayanan pendaftaran penduduk
2. Pelayanan Pencatatan sipil
3. Sosialisasi SIAK dan peningkatan sumberdaya manusia
4. Penyajian data dan informasi kependudukan
5. Pengembangan sarana dan prasarana SIAK
b. Tugas dan Fungsi
Dinas kependudukan dan Pencatatan sipil kabupaten konawe berdiri sejak tanggal
13 desember 2007 sesuai peraturan pemerintah kabupaten konawe nomor : 12 tahun
2007, tanggal 31 desember 2007; tentang susunan organisasi dan tata kerja dinas daerah.
Sesuai keputusan bupati nomor. 233 tahun 2008 tanggal 3-3-2008 tentang tugas pokok
dan fungsi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Konawe.
Melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah Kab. Konawe dibidang
administarasi kependudukan meliputi penataan dan penertiban dalam penertiban
dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, Pencatatan sipil dan
pengelolaan informasi administarasi kependudukan.
Fungsi dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Konawe meliputi: 1)
Memeberikan rekomendasi persetujuan penetapan dan program kegiatan operasional
jangka pendek, menegah, dan tahunan dibidang adminstrasi kependudukan

dan

Pencatatan sipil yang dirumuskan oleh bidang-bidang dibawahnya. 2) Mengkoordinasi


pelaksanaan rencana dan program kegiatan operasional administrasi kependudukan
kepada bupati serta instansi/ lembaga lainnya yang terkait. 3) Melakukakn pengawasan
dan pembinaan umum dibidang administasi kependudukan, meliputi pendaftaran
penduduk, Pencatatan sipil, dan pengelolaan informasi administrasi kependudukan. 4)
melakukan evaluasi dan penilaian terhadap perkembangan pelaksanaan rencana dan
program kegiatan operasional dibidang administrasi kepenudukan. 5) Meningkatkan
kualitas sumber daya/ pegawai lingkup dinas kependudukan dan Pencatatan sipil melalui
diklat pegawai. 6) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh bupati.
c. Kepegawaian
Jumlah Pegawai Negeri Sipil Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Konawe berjumlah tiga puluh enam orang (36) terdiri dari:
Tabel 1: Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Tingkat Pendidikan Jumlah ( Orang )


Pasca Sarjana / S2
2
Sarjana / S1
15
Sarjana Muda
3
SLTA
16
SLTP
0
SD
0
Jumlah
36

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Konawe 2012

d. Struktur Organisasi.

e. Jenis pelayanan

Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Konawe dalam


pelaksanaan pelayanan administrasi kependudukan, ruang lingkup tugasnya meliputi
15 jenis pelayanan :
I. Pelayanan Pendaftaran Penduduk
a. Kartu Keluarga (KK);
b. Kartu Tanda Penduduk (KTP);
c. Surat Keteranga Tinggal Sementara (SKTS);
d. Surat Keterangan Tinggal Tetap (SKTT) WNA;
e. Surat Keterangan Pindah WNI;
f. SKPD Tinggal Tetap WNA;
g. SKPD Tinggal Terbatas WNA;
h. Surat Keterangan Pindah Luar Negeri (SKPLN);
i. Keterangan Pindah Luar Negeri (KPLN);
j. Surat Keterangan Datang Luar Negeri (SKDLN);
II. Pelayanan Pencatatan Sipil
a. Akta Kelahiran;
b. Akta Kematian;
c. Akta Perkawinan;
d. Akta Perceraian, Pengakuan/Pengesahan Anak serta Pengangkatan Anak;
e. Akta Perubahan Nama.
f. Fasilitas.
Guna mendukung efektifitas organisasi dan profesionalisme jajaran

Dinas

Kependudukan dan Pencatatatn Sipil Kabupaten Konawe dalam menjalankan tugas dan
fungsi, didukung dengan fasilitas-fasilitas sebagai berikut :
1.

1 (satu) Mobil Dinas.

2.

2 (dua) Sepeda Motor.

3.

8 (delapan) Perangkat Komputer.

4.

1 (satu) Televisi Berwarna.

5.

2 dispenser

2. Deskripsi Dinas Kependudukan dan Pencatatatn Sipil Kabupaten Konawe Utara.


a. Visi dan Misi.
Sebagai salah satu instansi yang langsung berhadapan dengan masyarakat dalam
hal pelayanan penerbitan dan Pencatatan akta pencatatan sipil, Dinas Kependudukan
dan Pencatatatn Sipil Kabupaten Konawe Utara memiliki Visi sebagai berikut:
1. Menciptakan pelayanan yang prima.
2. Menjalankan tugas dan fungsi secara profesional.
3. Membangun sistem administrasi pemerintahan yang baik.
4. Meningkatkan kesejahteraan aparatur.
Visi tersebut masih berbentuk abstrak dan sebagai upaya untuk mencapai visi
tersebut maka dirumuskan Misi

sebagai berikut sebagai langkah konkrit untuk

mencapai visi tersebut:


1. Memberikan pelayanan yang adil, murah, transparan dan berkualitas.
2. Mengadakan kegiatan tatap muka dengan masyarakat.
3. Mengadakan kegiatan pemberian akta kelahiran secara gratis.
4. Mengadakan pelatihan dan pendidikan (formal dan informal) bagi aparatur.
5. Mengadakan pembinaan organisasi dan tata laksana organisasi.
6. Memperbaiki dan menambah infrastruktur organisasi.
7. Memberikan insentif kepada aparatur dalam setiap tahunnya.
b. Kedudukan, Tugas dan fungsi.
Dinas Kependudukan dan Pencatatatn Sipil Kabupaten Konawe Utara secara
khusus menangani penerbitan dan Pencatatan akta-akta pencatatan sipil seperti akta
kelahiran, akta perkawinan, akta perceraian dan lainnya yang keberadaannya diatur
dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri No.54 Tahun 1983 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatatn Sipil Kabupaten
Kabupaten/Kotamadya dan Keputusan Menteri Dalam Negeri

Konawe Utara

No.50 Tahun 1985

tentang Peningkatan Dinas Kependudukan dan Pencatatatn Sipil Kabupaten Konawe


Utara Kabupaten/Kotamadya Tipe C menjadi Tipe B. Perubahan tipe Dinas
Kependudukan dan Pencatatatn Sipil Kabupaten

Konawe Utara tersebut bertujuan

untuk meningkatkan kinerja organisasi Dinas Kependudukan dan Pencatatatn Sipil


Kabupaten Konawe Utara dalam menyelenggarakan pelayanan publik.
Dinas Kependudukan dan Pencatatatn Sipil Kabupaten Konawe Utara dalam
menjalankan tugas dan fungsinya dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang mengatur
tentang tugas pokok Dinas Kependudukan dan Pencatatatn Sipil Kabupaten Konawe
Utara sebagai pembantu kepala daerah dalam melaksanakan kegiata-kegiatan
penyelenggaraan dan penyuluhan kegiatan-kegiatan di bidang pencatatan sipil. Untuk
menyelenggarakan tugas tersebut maka Dinas Kependudukan dan Pencatatatn Sipil
Kabupaten Konawe Utara berfungsi sebagai berikut :
a. Pencatatan dan penerbitan kutipan akta kelahiran.
b. Pencatatan dan penerbitan kutipan akta perkawinan.
c. Pencatatan dan penerbitan kutipan akta perceraian.
d. Pencatatan dan penerbitan kutipan akta pengakuan dan pengesahan anak.
e. Pencatatan dan penerbitan akta kematian.
f. Penyimpanan dan pemeliharaan akta kelahiran, perkawinan, perceraian, pengakuan
dan pengesahan anak, dan akta kematian.
g. Melakukan kegiatan penyuluhan pencatatan sipil.
h. Melakukan urusan tata usaha.

c. Kepegawaian.
Dalam menjalankan tugas dan fungsi organisasi, Dinas Kependudukan dan
Pencatatatn Sipil Kabupaten Konawe Utara didukung oleh 28 (duapuluh delapan)
orang PNS dengan rekapitulasi data sebagai berikut:

Tabel.2.
Rekapitulasi Pegawai Negeri Sipil Dinas Kependudukan dan Pencatatatn Sipil
Kabupaten Konawe Utara Tahun 2011
Sumber

Dinas

Pencatatatn

Sipil

Utara, 2012.

Kesimpulan
diambil
bahwa

dari
Dinas

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

dan Pencatatatn

Tingkat Pendidikan Jumlah ( Orang )


Pasca Sarjana / S2
1
Sarjana / S1
10
Sarjana Muda
2
SLTA
15
SLTP
0
SD
0
Jumlah
28

Kependudukan
Kabupaten

dan

Konawe

yang

dapat

tabel

tersebut

Kependudukan
Sipil

Kabupaten

Konawe Utara dalam menjalankan tugas dan fungsi sebagai penyelenggara pelayanan publik
terdiri dari dua puluh delapan orang (28) PNS yang sebagian besar berpendidikan S.1
sebanyak 15 (lima belas) orang, sedangkan yang berpendidikan S.2 berjumlah 1 (satu)
orang, dan yang berpendidikan SLTA berjumlah 11 orang.

d. Struktur Organisasi.
Untuk menjalankan tugas dan fungsi organisasi Dinas Kependudukan dan
Pencatatatn Sipil Kabupaten

Konawe Utara, maka berdasarkan Peraturan Daerah

Kabupaten Konawe Utara Tentang Perubahan Keempat Aatas Peraturan Daerah Nomor
3 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Konawe
Utara pasal 2 ayat (1), maka disusunlah struktur organisasi Dinas Kependudukan dan
Pencatatatn Sipil Kabupaten Konawe Utara adalah sebagai berikut:
Adapun susunan Organisasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Konawe Utara sebagai berikut :
1. Kepala Dinas
2. Sekretaris
3. Bidang Pendaftaran Penduduk
4. Bidang Pencatatan Sipil

5. Bidang Pengelolaan Informasi Adminduk


6. Bidang Perkembangan Kependudukan
Didukung dengan jumlah pegawai 28 (dua puluh delapan) orang.
Dinas kependudukan dan pencatatan sipil menjalankan tugas sebagai berikut:
a Melakukan tugas dan fungsi berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.
b Melakukan pembinaan terhadap karyawan.
c Mengikuti rapat bersama Pemerintah Kota dan Dewan.
d Melaksanakan pengawasan melekat.
e Memimpin rapat intern.
f

Melaksanakan diklat SDM aparatur.

g Melakukan kunjungan kerja dan memimpin studi banding.


h Melakukan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.
i

Menerima tim pemeriksa TK I/II maupun BPK.

Mengkoordinir penyusunan anggaran dan laporan tahunan.


Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatatn Sipil Kabupaten Konawe Utara

dalam menjalankan kegiatan seperti kegiatan administrasi dan teknis dibantu oleh Sub.
Bagian Tata Usaha terbagi 2 (dua) bagian yakni Sub Bagian Umum dan Sub Bagian
Keuangan. Sub.Bagian Tata Usaha mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan
administratif kepada seluruh satuan organisasi dalam lingkungan Dinas Kependudukan
dan Pencatatatn Sipil Kabupaten Konawe Utara serta urusan keuangan

Urusan Umum bertugas menyelenggarakan urusan surat-menyurat, kearsipan,


ekspedisi, kepegawaian, rumah-tangga, perjalanan dinas, dan pemeliharaan barangbarang inventaris, sedangkan Urusan Keuangan mengurus masalah keuangan organisasi
pencatatan sipil seperti gaji, anggaran, dan lainnya.
Bagian Pelayanan sebagai Gerbang Utama bagi Dinas Kependudukan dan
Pencatatatn Sipil Kabupaten

Konawe Utara dalam menyelenggarakan pelayanan

penerbitan

akta

dan

Pencatatan

pencatatan

sipil

kepada

publik.

Dalam

menyelenggarakan tugas dan fungsinya, Bagian Pelayanan bagian yang secara umum
mempunyai fungsi sebagai:
a. Pencatatan dan penerbitan kutipan akta kelahiran.
b. Pencatatan dan penerbitan kutipan akta perkawinan.
c. Pencatatan dan penerbitan kutipan akta perceraian.
d. Pencatatan dan penerbitan kutipan akta pengakuan dan pengesahan anak.
e. Pencatatan dan penerbitan kutipan akta kematian.
f. Penyelesaian terhadap pelaporan kelahiran, kematian, perkawinan, dan perceraian
yang terlambat pelaporannya.
Bagian

Data dan Penyuluhan dalam menjalankan tugas dan fungsinya juga

terbagi 2 (dua) bagian yakni Sub Bagian Penyimpanan dan Perubahan dan Sub Bagian
Penyuluhan dan Evaluasi. Bagian Data dan Penyuluhan mempunyai tugas menyimpan
dan memelihara dokumen pencatatan sipil dan melaksanakan pengiriman register akta
pencatatan sipil ke Pengadilan Negeri sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku, serta merencanakan dan menyelenggarakan kegiatan penyuluhan dan evaluasi
penyuluhan dan evaluasi pelaksanaan seluruh kegiatan Dinas Kependudukan dan
Pencatatatn Sipil Kabupaten Konawe Utara. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut,
Bagian Data dan Penyuluhan mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Penyusunan dan pemeliharaan register akta pencatatan sipil.
b. Melakukan pengiriman register akta pencatatan sipil ke Pengadilan Negeri.
c. Pelayanan terhadap masyarakat yang memerlukan salinan akta.
d. Pencatatan atas perubahan-perubahan (nama, status, dan karena peraturan
perundang-undangan)
e. Pemberian bantuan kepada masyarakat dan penyuluhan masalah pencatatan sipil.
f. Penyusunan rencana dan pelaksanan kegiatan pencatatan sipil.
e. Jenis-Jenis Pelayanan.
Dasar hukum dari penyelenggaraan pelayanan pencatatan sipil adalah
Keputusan Menteri Dalam negeri No. 131 Tahun 1997, tentang jenis dan proses
pelayanan sebanyak 13 (tiga belas) jenis pelayanan sebagai berikut:

1. Pencatatan dan penerbitan kutipan akta kelahiran belum terlambat maupun sudah
terlambat pelaporannya.
2. Pencatatan dan penerbitan kutipan akta perkawinan.
3. Pencatatan dan penerbitan kutipan akta perceraian.
4. Pencatatan dan penerbitan akta kematian yang belum terlambat maupun yang sudah
terlambat pelaporannya.
5. Pencatatan pengakuan dan pengesahan anak.
6. Penerbitan tanda bukti pelaporan mengenai kelahiran, kematian, perkawinan,
perceraian yang terjadi di Luar Negeri.
7. Pencatatan ganti nama.
8. Pencatatan pengangkatan anak.
9. Pencatatan perubahan status kewarganegaraan.
10. Pencatatan perubahan/pembatalan akta.
11. Penerbitan duplikat/salinan akta.
12. Penerbitan surat keterangan.
13. legalitas kutipan akta pencatatan sipil.
Waktu pemrosesan pelayanan Pencatatan dan penerbitan akta pencatatan sipil
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya permohonan secara lengkap,
kecuali pengurusan akta kelahiran yang terlambat pelaporannya dan mendapat
Dispensasi 1986 dimana waktu pemrosesan memakan waktu selambat-lambatnya
sekitar 15 (lima belas) hari terhitung sejak diterimanya permohonan secara lengkap.
f. Fasilitas.
Guna mendukung efektifitas organisasi dan profesionalisme jajaran

Dinas

Kependudukan dan Pencatatatn Sipil Kabupaten Konawe Utara dalam menjalankan


tugas dan fungsi, didukung dengan fasilitas-fasilitas sebagai berikut :
1.

1 unit Mobil Dinas

2.

2 unit Sepeda Motor

3.

2 unit Perangkat Komputer

4.

7 buah Mesin Tik

5.

1 buah Televisi Berwarna.

6.

2 buah Tape Recorder.

BAB V
ANALISIS PERBANDINGAN

A. Profesionalisme pelayanan Aparatur di Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Spil


Kabupaten Konawe
Profesionalisme Menurut Siagian, 2000 diukur

dari segi kecepatannya

dalam

menjalankan fungsi dan mengacu kepada prosedur yang telah disederhanakan. Menurut
pendapat tersebut, konsep profesionalisme dalam diri aparat dilihat dari segi; Kreatifitas,
Inovasi, Responsifitas.
Mengacu pada terori tersebut terlihat bahwa pada Dinas Kependudukan Dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Konawe dengan tingkat pendidikan dari para aparaturnya sudah
memadai, walaupun dalam setip pelaksananya masih tetap membutuhkan tenaga ahli yang
lebih mapan dalam hal proses pelayanan kepada masyarakat.
Untuk itu Dinas Kependudukan Dan Pencatata Sipil Kabupaten Konawe mempunyai
beberapa strategi guna lebih meningkatkan kemapuan aparaturnya dalam hal pelayanan,
diantara strategi tersebut meliputi :
1.

Mengelola program dan kegiatan dengan prinsip-prinsip good governance, hal ini
dicapai dengan cara :
a. Mengerjakan proses kegiatan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil serta
pengelolaan informasi secara transparan dan memenuhi standar akuntabilitas
b.

2.

kinerja.
Pengelolaan seluruh program dilaksanakan oleh tenaga yang memiliki integritas,

dedikasi dan kompetensi serta kemampuan yang profesional.


Mengirim staf untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan formal, diharapkan dengan
terlibatnya beberapa staf dalam program pelatihan dan pembinaan pelayan publik

3.

dapat lebih meningkatkan proses pelayan dan kepauasan masyarakat.


Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
a. Menyediakan peralatan dan perlengkapan kantor.
b. Menyediakan bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan.
c. Mengadakan Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke luar daerah.

B. Profesionalisme pelayanan Aparatur di Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Spil


Kabupaten Konawe Utara

Kabupaten konawe utara terbilang sebuah kabupaten baru, yang dimana sebelum
menjadi kabupten, konawe utara pada umumnya dan dinas kependudukan dan pencatatan
sipil pada khususnya masih sangat banyak memerlukan pembenahan dalam masalah proses
administrasi, apa lagi menyangkut mengenai pelayanan publik.
Keberadaan aparaturpun sangat terbatas pada kemampuan dan kualitas playanannya
ini disebabkan oleh beberapa factor yaitu keterbatasan dari fasilitas sarana dan prasarana
yang berhubugan dengan pelayanan langsung kemasyarakat selain itupula kondisi wilayah
kecamatan yang sangat berjauhan meyebabkan semakin sulitnya aparatur dalam melakukan
prses pelayanan langsung kepada masyarakat.
Dalam prosesnya guna lebih meningkatkan pelayanan dinas kependudukan dan
pencatatan sipil dituntut lebih responsive dalam menanggapi masalah tersebut dan juga
aparatur yang berada di dinas ini dituntut juga lebih inovatif dalam hal menjalankan tugas
dan fungsihnya. Berbagai langkah telah di tempuh guna meningkatkan profesionalisme
aparatur antara lain:
1. Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur. (Pendidikan dan pelatrihan
formal).
2. Penataan Administrasi Kependudukan. (Peningkatan pelayanan publik dalam bidang
kependudukan, Pengembangan data base kependudukan).
Dari kedua poin tersebut hal yang pling mendasar dilaksanakn yakni penataan
dministrasi kependudukan di kabupaten konawe utara yakni dengn mengadakan UPTDUPTD di masing-masing kecamatan, diharapkan dengan dengan danya UPTD tersebut dapat
lebih

meningkatkn

pelayanan

langsung

kemasyarakat,

pengembangan

data

base

kependudukan memerlukan studi khusus dari aparatur, yakni perlu adanya pelatihan dan
pengembangan dari aparatur dalam hal pengelolan data base agar lebih terarah dan
professional.
C. Kelemahan Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kabupaten Konawe
Adapun kelemahn dalam hal proses pelayanan publik guna terciptanya aparatur yang
profesional yaitu:
1. Masih perlunya pembinaan terhadap kemampuan aparatur gun lebih terciptanya
tenaga yang profesional baik secara kuantitas maupun kulitas

2. Membutuhkan pengawasan secara kontinyu dalam berbagai kegiatan langsung


kemasyrakatan.
3. Masih perlunya sosialisasi kepada masyarakat.
D. Kelemahan Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kabupaten Konawe Utara
Adapun kelemahn dalam hal proses pelayanan publik guna terciptanya aparatur yang
profesional yaitu:
1. Fasilitas yang ada saat ini masih sangat kurang
2. Pembinaan dan pelatihan masih sangat diperlukan guna lebih mengefektifkan
kinerja dari aparatur
3. Perlunya membangun UPTD di masing - masing kecamatan guna memperlancar
proses informasi dan pelayanan kepada masyarakat.
4. Sangat perlunya pengadaan SERVER sebagai bank data (sebuah perangkat
komputerisasi khusus yang memuat seluruh data-data kependudukan)
5. Perlunya pengoptimalan Jaringan listrik Voltase.
6. Masih terdapatnya proses pengurusan tidak melalui jalur pengurusan yang resmi.

BAB VI
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Setelah mencermati dan mengkaji tentang profesionalisme aparatur

Kependudukan dan Penpencatatan sipil maka ditarik kesimpulan:

Dinas

1. Konsistensi aparatur kepegawaian sebagai pengelola dan masyarakat yang


merupakan obyek dari kinerja aparatur dapat melaksanakan tugas masing-masing
secara professional dan konsisten sehingga dalam proses pelayanan dapat terlaksan
secara optimal.
2. Dengan adanya pusat data (server) yang berada di Dinas Kependudukan Dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Konawe sistem pengoladan data sudah tertata dengan
baik.
3. Dengan tersedianya fasilitas yang memadai aparatur dinas kependudukan dan
pencatatan sipil kabupaten konawe dapat melakukan tugas dan tanggung jawabnya
dengan efektif dan tentu saja selalu memperhatikan mengenai akan kebutuhan publik
menyangkut pengurusan legalitas kependudukan.
4. Dengan adanya rencana tingkat capaian atas sasaran-sasaran stratejik, dapat
ditentukan sasaran dan capaian yang diharapkan dapat menigkatkan proses pelayanan
kepa masyarakat dan tentu saja akan lebih meningkatkan profesionalitas kerja dari
aparatur.
B.

Rekomendasi
Berdasarkan analisa terhadap profesioalitas dari aparatur Dinas Kependudukan Dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Konawe dalam meningkatkan kualitas pelayan kepada


masyarakat, dan membandingkan dengan profesionalitas aparatur serta pelayanan yang
dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Konawe Utara, maka
selanjutnya dapat di ajukan rekomendasi agar Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Konawe Utara mesti melakukan pembenahan dalam hal penambahan fasilitas
yang ada guna kelancaran proses pelayanan, pengadaan server data guna memudahkan
aparatur dalam pengolaan dan penyimpanan data, peningkatan sosoalisasi dan pembangunan
UPTD di masing-masing kecamatan tentu sangat memudahkan dalam hal proses pelayan
langsung kepada masyarakat yang berada jauh dari ibu kota kabupaten. Perlunya melihat
dan mempertimbangkan mengenai proses peningkatan kualitas pelayan dan kemampuan
paratur yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Konawe.

Dengan demikian peningkatan profesionalisme dan pelayanan yang ada di Dinas


Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Konawe Utara dihrapkan dapat lebih maju
dari tahun ke-tahun dalam rangka pendataan dan pelayanan pada masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
(Rasyid, 1998). Birokrasi dan Administrasi Pembangunan : Beberapa Pemikiran
Pemecahan, Sinar Grafika, Jakarta.
(Thoha dalam Widodo, 2001). Deregulasi dan Debirokratisasi dalam Upaya Peningkatan
Mutu Pelayanan Masyarakat : dalam Pembangunan Administrasi di Indonesia,
LP3ES, Jakarta.
(Effendi dalam Widodo, 2001). Good Governance : Telaah dari Dimensi Akuntabilitas dan
Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah, Insan Cendekia,
Surabaya.
Osborne dan Gaebler (1992). Reinventing Government : How the Entrepreneurial Spirit is
Transforming the Public Sector, Addison-Wesley
Moenir (1992). Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta.

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................................4
C. Tujuan Studi Banding.........................................................................................5
BAB II KAJIAN TEORITIK
A. Konsep dan Teori Pelayanan Publik ..................................................................6
BAB III METODE PERBANDINGAN
A. Objek Perbandingan...........................................................................................14
B. Dimensi dan Indikator yang Dibandingkan ......................................................14
C. Tehnik Pengumpulan data...................................................................................14
D. Tehnik Analisis Data ..........................................................................................15
BAB IV PENYAJIAN DATA PERBANDINAGN
A. Kondisi daerah perbandingan ............................................................................16
1. Deskripsi Dinas Kependudukan dan Pencatatatn Sipil
Kabupaten Konawe.......................................................................................16
2. Deskripsi Dinas Kependudukan dan Pencatatatn Sipil
Kabupaten Konawe Utara.............................................................................20
BAB V ANALISIS PERBANDINGAN
A. Profesionalisme pelayanan Aparatur di Dinas Kependudukan Dan
Pencatatan Spil Kabupaten Konawe .................................................................27
B. Profesionalisme pelayanan Aparatur di Dinas Kependudukan Dan
Pencatatan Spil Kabupaten Konawe Utara ........................................................28
C. Kelemahan Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Konawe ..........................................................................................29
D. Kelemahan Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Konawe Utara.....................................................................................................29
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ........................................................................................................31
B. Rekomendasi .....................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................33

Anda mungkin juga menyukai