Tugas Individu Prof Wempy
Tugas Individu Prof Wempy
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan merupakan tugas utama yang hakiki dari sosok aparatur, sebagai abdi
negara dan abdi masyarakat. Tugas ini telah jelas digariskan dalam pembukaan UUD 1945
alenia keempat, yang meliputi 4 (empat) aspek pelayanan pokok aparatur terhadap
masyarakat, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
Ruang lingkup pelayanan dan jasa-jasa publik (public services) meliputi aspek
kehidupan masyarakat yang sangat luas. Pelayanan dan jasa publik bahkan dimulai sejak
seseorang dalam kandungan ketika diperiksa oleh dokter pemerintah atau dokter yang
dididik di universitas negeri, mengurus akta kelahiran, menempuh pendidikan di universitas
negeri, menikmati bahan makanan yang pasarnya dikelola oleh pemerintah, menempati
rumah yang disubsidi pemerintah, memperoleh macam-macam perijinan yang berkaitan
dengan dunia usaha yang digelutinya hingga seseorang meninggal dan memerlukan surat
pengantar dan surat kematian untuk mendapatkan kapling di tempat pemakaman umum
(TPU).
Luasnya ruang lingkup pelayanan dan jasa publik cenderung sangat tergantung
kepada ideologi dan sistem ekonomi suatu negara. Negara-negara yang menyatakan diri
sebagai negara sosialis cenderung memiliki ruang lingkup pelayanan lebih luas
1
atau
aktor
pelayanan.
Sebagai
imbangannya,
pemerintah
perlu
dengan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Konawe, ini dapat dilihat dari
kualitas pelayanannya seperti pegawainya selalu malas masuk kantor, dan sering datang
terlambut sehingga dalam pengurusan berkas menjadi terhambat. Sedangkan di Kabupaten
Konawe pelayanannya sudah cukup baik.
Oleh karena itu, diharapkan pelayanan di instansi Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Konawe Utara harus ditingkatkan sehingga dalam pengurusan berkas di
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil tidak mengalami hambatan.
B. Rumusan Masalah
Dalam penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan studi banding ini
adalah bagaimana perbandingan kualitas profesionalitas pelayanan publik di dinas Capil
Kab. Konawe Utara dengan dinas Capil Kab. Konawe ?
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Konsep dan Teori Pelayanan Publik
Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan
orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan
aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.
Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu bahwa pemerintahan pada hakekatnya
adalah pelayanan kepada masyarakat. Ia tidaklah diadakan untuk melayani dirinya sendiri,
tetapi untuk melayani masyarakat serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap
anggota masyaraakat mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi mencapai
tujuan bersama (Rasyid, 1998). Karenanya birokrasi publik berkewajiban dan bertanggung
jawab untuk memberikan layanan baik dan profesional.
Pelayanan publik (public services) oleh birokrasi publik tadi adalah merupakan
salah satu perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat di samping
sebagai abdi negara. Pelayanan publik (public services) oleh birokrasi publik dimaksudkan
untuk mensejahterakan masyarakat (warga negara) dari suatu negara kesejahteraan (welfare
state). Pelayanan umum oleh Lembaga Administrasi Negara (1998) diartikan sebagai segala
bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di
Daerah dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara/Daerah dalam bentuk barang dan atau
jasa baik dalam rangka upaya kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
1. Efektif, lebih mengutamakan pada pencapaian apa yang menjadi tujuan dan sasaran;
2. Sederhana, mengandung arti prosedur/tata cara pelayanan diselenggarakan secara
mudah, cepat, tepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan oleh
masyarakat yang meminta pelayanan;
3. Kejelasan dan kepastian (transparan), mengandung akan arti adanya kejelasan dan
kepastian mengenai :
a. Prosedur/tata cara pelayanan;
b. Persyaratan pelayanan, baik persyaratan teknis maupun persyaratan administratif;
c. Unit kerja dan atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam
memberikan pelayanan;
d. Rincian biaya/tarif pelayanan dan tata cara pembayarannya;
e. Jadwal waktu penyelesaian pelayanan.
4. Keterbukaan, mengandung arti prosedur/tata cara persyaratan, satuan kerja/pejabat
penanggungjawab pemberi pelayanan, waktu penyelesaian, rincian waktu/tarif serta halhal lain yang berkaitan dengan proses pelayanan wajib diinformasikan secara terbuka
agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak
diminta;
5. Efisiensi, mengandung arti :
a. Persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal berkaitan langsung dengan
pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara
persyaratan dengan produk pelayanan yang berkaitan;
Hal yang terpenting kemudian adalah sejauh mana pemerintah dapat mengelola
fungsi-fungsi tersebut agar dapat menghasilkan barang dan jasa (pelayanan) yang ekonomis,
efektif, efisien dan akuntabel kepada seluruh masyarakat yang membutuhkannya. Selain itu,
pemerintah dituntut untuk menerapkan prinsip equity dalam menjalankan fungsi-fungsi tadi.
Artinya pelayanan pemerintah tidak boleh diberikan secara diskriminatif. Pelayanan
diberikan tanpa memandang status, pangkat, golongan dari masyarakat dan semua warga
masyarakat mempunyai hak yang sama atas pelayanan-pelayanan tersebut sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Meskipun pemerintah mempunyai fungsi-fungsi sebagaimana di atas, namun tidak
berarti bahwa pemerintah harus berperan sebagai monopolist dalam pelaksanaan seluruh
fungsi-fungsi tadi. Beberapa bagian dari fungsi tadi bisa menjadi bidang tugas yang
pelaksanaannya dapat dilimpahkan kepada pihak swasta ataupun dengan menggunakan pola
kemitraan (partnership), antara pemerintah dengan swasta untuk mengadakannya. Pola
kerjasama antara pemerintah dengan swasta dalam memberikan berbagai pelayanan kepada
masyarakat tersebut sejalan dengan gagasan reinventing government yang dikembangkan
Osborne dan Gaebler (1992).
Namun dalam kaitannya dengan sifat barang privat dan barang publik murni, maka
pemerintah adalah
murni, khususnya barang publik yang bernama rules atau aturan (kebijakan publik). Barang
publik murni yang berupa aturan tersebut tidak pernah dan tidak boleh diserahkan
penyediaannya kepada swasta. Karena bila hal itu dilakukan maka di dalam aturan tersebut
akan melekat kepentingan-kepentingan swasta yang membuat aturan, sehingga aturan
menjadi penuh dengan vested interest dan menjadi tidak adil (unfair rule). Karena itu peran
pemerintah yang akan tetap melekat di sepanjang keberadaannya adalah sebagai penyedia
barang publik murni yang bernama aturan.
Pemberian pelayanan publik oleh aparatur pemerintah kepada masyarakat
sebenarnya merupakan implikasi dari fungsi aparat negara sebagai pelayan masyarakat.
Karena itu, kedudukan aparatur pemerintah dalam pelayanan umum (public services) sangat
strategis karena akan sangat menentukan sejauhmana pemerintah mampu memberikan
pelayanan yang sebaik-baiknya bagi masyarakat, yang dengan demikian akan menentukan
sejauhmana negara telah menjalankan perannya dengan baik sesuai dengan tujuan
pendiriannya.
Karakteristik pelayanan sebagaimana yang dikemukakan Gasperz tadi secara jelas
membedakan pelayanan dengan barang, meskipun sebenarnya kaduanya merupakan alat
pemuas kebutuhan. Sebagai suatu produk yang intangible, pelayanan memiliki dimensi yang
berbeda dengan barang yang bersifat tangible. Produk akhir pelayanan tidak memiliki
karakteristik fisik sebagaimana yang dimiliki oleh barang. Produk akhir pelayanan sangat
tergantung dari proses interaksi yang terjadi antara layanan dengan konsumen.
Dalam konteks pelayanan publik, dikemukakan bahwa pelayanan umum adalah
mendahulukan kepentingan umum, mempermudah urusan publik, mempersingkat waktu
pelaksanaan urusan publik dan memberikan kepuasan kepada publik (publik=umum).
Senada dengan itu, Moenir (1992) mengemukakan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan
yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material
melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam usaha memenuhi kepentingan orang lain
sesuai dengan haknya. Dalam versi pemerintah, definisi pelayanan publik dikemukakan
dalam Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 81 Tahun 1993,
yaitu segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di
daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD) dalam bentuk barang dan atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan
kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundangundangan.
Berangkat dari persoalan mempertanyakan kepuasan masyarakat terhadap apa yang
diberikan oleh pelayan dalam hal ini yaitu administrasi publik adalah pemerintah itu sendiri
dengan apa yang mereka inginkan, maksudnya yaitu sejauh mana publik berharap apa yang
akhirnya diterima mereka.
Dengan demikian dilakukan penilaian tentang sama tidaknya antara harapan dengan
kenyataan, apabila tidak sama maka pemerintah diharapkan dapat mengoreksi keadaan agar
lebih teliti untuk peningkatan kualitas pelayanan publik.
BAB III
METODE PERBANDINGAN
A. Objek Perbandingan
Objek perbandingan
yang
diangkat
pada
perbandingan
administrasi
Wawancara ini kesemuanya dilakukan oleh peneliti di Kantor atau tempat bekerjanya
narasumber.
3. Data Sekunder
Data yang diperoleh melalui kajian pustaka yang relevan dengan masalah
yang diteliti.
D. Tehnik Analisis Data
Tehnik Analisis Data yang dilakukan dalam laporan ini adalah berpedomana pada
prinsip peneliti kualitatif, pengolahan data dan analisis data yang dilakukan secara
bersamaan pada proses penelitian. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh
data yang tersedia dan berbagai sumber, yaitu dari wawancara, yang sudah dituliskan
dalam catatan lapangan, dokumen dan sebagainya. Dan setelah dibaca, dipelajari ditelaah
kemudian mereduksi data dengan jalan membuat abstraksi, merupakan usaha membuat
rangkuman yang inti proses dari pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijaga sehingga tetap
berada didalamnya, langkah selanjutnya mengkategorikan data berdasarkan beberapa
tema disesuaikan dengan fokus penelitian.
BAB IV
PENYAJIAN DATA PERBANDINGAN
dan
d. Struktur Organisasi.
e. Jenis pelayanan
Dinas
Kependudukan dan Pencatatatn Sipil Kabupaten Konawe dalam menjalankan tugas dan
fungsi, didukung dengan fasilitas-fasilitas sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
2 dispenser
Konawe Utara
c. Kepegawaian.
Dalam menjalankan tugas dan fungsi organisasi, Dinas Kependudukan dan
Pencatatatn Sipil Kabupaten Konawe Utara didukung oleh 28 (duapuluh delapan)
orang PNS dengan rekapitulasi data sebagai berikut:
Tabel.2.
Rekapitulasi Pegawai Negeri Sipil Dinas Kependudukan dan Pencatatatn Sipil
Kabupaten Konawe Utara Tahun 2011
Sumber
Dinas
Pencatatatn
Sipil
Utara, 2012.
Kesimpulan
diambil
bahwa
dari
Dinas
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
dan Pencatatatn
Kependudukan
Kabupaten
dan
Konawe
yang
dapat
tabel
tersebut
Kependudukan
Sipil
Kabupaten
Konawe Utara dalam menjalankan tugas dan fungsi sebagai penyelenggara pelayanan publik
terdiri dari dua puluh delapan orang (28) PNS yang sebagian besar berpendidikan S.1
sebanyak 15 (lima belas) orang, sedangkan yang berpendidikan S.2 berjumlah 1 (satu)
orang, dan yang berpendidikan SLTA berjumlah 11 orang.
d. Struktur Organisasi.
Untuk menjalankan tugas dan fungsi organisasi Dinas Kependudukan dan
Pencatatatn Sipil Kabupaten
Kabupaten Konawe Utara Tentang Perubahan Keempat Aatas Peraturan Daerah Nomor
3 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Konawe
Utara pasal 2 ayat (1), maka disusunlah struktur organisasi Dinas Kependudukan dan
Pencatatatn Sipil Kabupaten Konawe Utara adalah sebagai berikut:
Adapun susunan Organisasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Konawe Utara sebagai berikut :
1. Kepala Dinas
2. Sekretaris
3. Bidang Pendaftaran Penduduk
4. Bidang Pencatatan Sipil
dalam menjalankan kegiatan seperti kegiatan administrasi dan teknis dibantu oleh Sub.
Bagian Tata Usaha terbagi 2 (dua) bagian yakni Sub Bagian Umum dan Sub Bagian
Keuangan. Sub.Bagian Tata Usaha mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan
administratif kepada seluruh satuan organisasi dalam lingkungan Dinas Kependudukan
dan Pencatatatn Sipil Kabupaten Konawe Utara serta urusan keuangan
penerbitan
akta
dan
Pencatatan
pencatatan
sipil
kepada
publik.
Dalam
menyelenggarakan tugas dan fungsinya, Bagian Pelayanan bagian yang secara umum
mempunyai fungsi sebagai:
a. Pencatatan dan penerbitan kutipan akta kelahiran.
b. Pencatatan dan penerbitan kutipan akta perkawinan.
c. Pencatatan dan penerbitan kutipan akta perceraian.
d. Pencatatan dan penerbitan kutipan akta pengakuan dan pengesahan anak.
e. Pencatatan dan penerbitan kutipan akta kematian.
f. Penyelesaian terhadap pelaporan kelahiran, kematian, perkawinan, dan perceraian
yang terlambat pelaporannya.
Bagian
terbagi 2 (dua) bagian yakni Sub Bagian Penyimpanan dan Perubahan dan Sub Bagian
Penyuluhan dan Evaluasi. Bagian Data dan Penyuluhan mempunyai tugas menyimpan
dan memelihara dokumen pencatatan sipil dan melaksanakan pengiriman register akta
pencatatan sipil ke Pengadilan Negeri sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku, serta merencanakan dan menyelenggarakan kegiatan penyuluhan dan evaluasi
penyuluhan dan evaluasi pelaksanaan seluruh kegiatan Dinas Kependudukan dan
Pencatatatn Sipil Kabupaten Konawe Utara. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut,
Bagian Data dan Penyuluhan mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Penyusunan dan pemeliharaan register akta pencatatan sipil.
b. Melakukan pengiriman register akta pencatatan sipil ke Pengadilan Negeri.
c. Pelayanan terhadap masyarakat yang memerlukan salinan akta.
d. Pencatatan atas perubahan-perubahan (nama, status, dan karena peraturan
perundang-undangan)
e. Pemberian bantuan kepada masyarakat dan penyuluhan masalah pencatatan sipil.
f. Penyusunan rencana dan pelaksanan kegiatan pencatatan sipil.
e. Jenis-Jenis Pelayanan.
Dasar hukum dari penyelenggaraan pelayanan pencatatan sipil adalah
Keputusan Menteri Dalam negeri No. 131 Tahun 1997, tentang jenis dan proses
pelayanan sebanyak 13 (tiga belas) jenis pelayanan sebagai berikut:
1. Pencatatan dan penerbitan kutipan akta kelahiran belum terlambat maupun sudah
terlambat pelaporannya.
2. Pencatatan dan penerbitan kutipan akta perkawinan.
3. Pencatatan dan penerbitan kutipan akta perceraian.
4. Pencatatan dan penerbitan akta kematian yang belum terlambat maupun yang sudah
terlambat pelaporannya.
5. Pencatatan pengakuan dan pengesahan anak.
6. Penerbitan tanda bukti pelaporan mengenai kelahiran, kematian, perkawinan,
perceraian yang terjadi di Luar Negeri.
7. Pencatatan ganti nama.
8. Pencatatan pengangkatan anak.
9. Pencatatan perubahan status kewarganegaraan.
10. Pencatatan perubahan/pembatalan akta.
11. Penerbitan duplikat/salinan akta.
12. Penerbitan surat keterangan.
13. legalitas kutipan akta pencatatan sipil.
Waktu pemrosesan pelayanan Pencatatan dan penerbitan akta pencatatan sipil
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya permohonan secara lengkap,
kecuali pengurusan akta kelahiran yang terlambat pelaporannya dan mendapat
Dispensasi 1986 dimana waktu pemrosesan memakan waktu selambat-lambatnya
sekitar 15 (lima belas) hari terhitung sejak diterimanya permohonan secara lengkap.
f. Fasilitas.
Guna mendukung efektifitas organisasi dan profesionalisme jajaran
Dinas
2.
3.
4.
5.
6.
BAB V
ANALISIS PERBANDINGAN
dalam
menjalankan fungsi dan mengacu kepada prosedur yang telah disederhanakan. Menurut
pendapat tersebut, konsep profesionalisme dalam diri aparat dilihat dari segi; Kreatifitas,
Inovasi, Responsifitas.
Mengacu pada terori tersebut terlihat bahwa pada Dinas Kependudukan Dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Konawe dengan tingkat pendidikan dari para aparaturnya sudah
memadai, walaupun dalam setip pelaksananya masih tetap membutuhkan tenaga ahli yang
lebih mapan dalam hal proses pelayanan kepada masyarakat.
Untuk itu Dinas Kependudukan Dan Pencatata Sipil Kabupaten Konawe mempunyai
beberapa strategi guna lebih meningkatkan kemapuan aparaturnya dalam hal pelayanan,
diantara strategi tersebut meliputi :
1.
Mengelola program dan kegiatan dengan prinsip-prinsip good governance, hal ini
dicapai dengan cara :
a. Mengerjakan proses kegiatan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil serta
pengelolaan informasi secara transparan dan memenuhi standar akuntabilitas
b.
2.
kinerja.
Pengelolaan seluruh program dilaksanakan oleh tenaga yang memiliki integritas,
3.
Kabupaten konawe utara terbilang sebuah kabupaten baru, yang dimana sebelum
menjadi kabupten, konawe utara pada umumnya dan dinas kependudukan dan pencatatan
sipil pada khususnya masih sangat banyak memerlukan pembenahan dalam masalah proses
administrasi, apa lagi menyangkut mengenai pelayanan publik.
Keberadaan aparaturpun sangat terbatas pada kemampuan dan kualitas playanannya
ini disebabkan oleh beberapa factor yaitu keterbatasan dari fasilitas sarana dan prasarana
yang berhubugan dengan pelayanan langsung kemasyarakat selain itupula kondisi wilayah
kecamatan yang sangat berjauhan meyebabkan semakin sulitnya aparatur dalam melakukan
prses pelayanan langsung kepada masyarakat.
Dalam prosesnya guna lebih meningkatkan pelayanan dinas kependudukan dan
pencatatan sipil dituntut lebih responsive dalam menanggapi masalah tersebut dan juga
aparatur yang berada di dinas ini dituntut juga lebih inovatif dalam hal menjalankan tugas
dan fungsihnya. Berbagai langkah telah di tempuh guna meningkatkan profesionalisme
aparatur antara lain:
1. Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur. (Pendidikan dan pelatrihan
formal).
2. Penataan Administrasi Kependudukan. (Peningkatan pelayanan publik dalam bidang
kependudukan, Pengembangan data base kependudukan).
Dari kedua poin tersebut hal yang pling mendasar dilaksanakn yakni penataan
dministrasi kependudukan di kabupaten konawe utara yakni dengn mengadakan UPTDUPTD di masing-masing kecamatan, diharapkan dengan dengan danya UPTD tersebut dapat
lebih
meningkatkn
pelayanan
langsung
kemasyarakat,
pengembangan
data
base
kependudukan memerlukan studi khusus dari aparatur, yakni perlu adanya pelatihan dan
pengembangan dari aparatur dalam hal pengelolan data base agar lebih terarah dan
professional.
C. Kelemahan Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kabupaten Konawe
Adapun kelemahn dalam hal proses pelayanan publik guna terciptanya aparatur yang
profesional yaitu:
1. Masih perlunya pembinaan terhadap kemampuan aparatur gun lebih terciptanya
tenaga yang profesional baik secara kuantitas maupun kulitas
BAB VI
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setelah mencermati dan mengkaji tentang profesionalisme aparatur
Dinas
Rekomendasi
Berdasarkan analisa terhadap profesioalitas dari aparatur Dinas Kependudukan Dan
DAFTAR PUSTAKA
(Rasyid, 1998). Birokrasi dan Administrasi Pembangunan : Beberapa Pemikiran
Pemecahan, Sinar Grafika, Jakarta.
(Thoha dalam Widodo, 2001). Deregulasi dan Debirokratisasi dalam Upaya Peningkatan
Mutu Pelayanan Masyarakat : dalam Pembangunan Administrasi di Indonesia,
LP3ES, Jakarta.
(Effendi dalam Widodo, 2001). Good Governance : Telaah dari Dimensi Akuntabilitas dan
Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah, Insan Cendekia,
Surabaya.
Osborne dan Gaebler (1992). Reinventing Government : How the Entrepreneurial Spirit is
Transforming the Public Sector, Addison-Wesley
Moenir (1992). Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................................4
C. Tujuan Studi Banding.........................................................................................5
BAB II KAJIAN TEORITIK
A. Konsep dan Teori Pelayanan Publik ..................................................................6
BAB III METODE PERBANDINGAN
A. Objek Perbandingan...........................................................................................14
B. Dimensi dan Indikator yang Dibandingkan ......................................................14
C. Tehnik Pengumpulan data...................................................................................14
D. Tehnik Analisis Data ..........................................................................................15
BAB IV PENYAJIAN DATA PERBANDINAGN
A. Kondisi daerah perbandingan ............................................................................16
1. Deskripsi Dinas Kependudukan dan Pencatatatn Sipil
Kabupaten Konawe.......................................................................................16
2. Deskripsi Dinas Kependudukan dan Pencatatatn Sipil
Kabupaten Konawe Utara.............................................................................20
BAB V ANALISIS PERBANDINGAN
A. Profesionalisme pelayanan Aparatur di Dinas Kependudukan Dan
Pencatatan Spil Kabupaten Konawe .................................................................27
B. Profesionalisme pelayanan Aparatur di Dinas Kependudukan Dan
Pencatatan Spil Kabupaten Konawe Utara ........................................................28
C. Kelemahan Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Konawe ..........................................................................................29
D. Kelemahan Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Konawe Utara.....................................................................................................29
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ........................................................................................................31
B. Rekomendasi .....................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................33