Anda di halaman 1dari 38

I

REKREASI PUBLIK
Hari-hari nan indah pada masa lalu tidak pernah begitu indah, kecuali
untuk sebagian kecil orang yang beruntung. Bila tabir kehidupan masa lalu
diungkap, dapat diketahui bahwa bagi sebagian besar orang, hidup itu kejam dan
tidak pasti. Namun bila dibandingkan dengan masa sekarang, moralitas publik
tidak begitu jauh perbedaannya, kecuali dalam urusan derajat diperbolehkannya
mendapatkan sesuatu. Pada era Victoria, media massa memenuhi kabarnya
dengan skandal. Para pekerja hanya memiliki hiburan yang murah di rumahrumah yaitu berupa saling mengolok satu sama lain lalu bernyanyi dan menari
bersama. Kemewahan hidup orang-orang kaya terkadang dipertontonkan seperti
saat ini, yang mana cara mereka menunjukkannya adalah dengan menghadiri
opera, pertandingan, sepak bola, dan makan malam privat.
Revolusi Industri pada abad ke-19 membuat masyarakat berpindah dari
pedesaan ke perkotaan. Walau hidup masyarakat miskin masih sengsara, upah
non pertanian meningkat selama kuartal terakhir abad tersebut sedangkan biaya
hidup justru menurun. Jam kerja biasa sedikit berkurang ini membuat mereka
dapat menikmati libur pada hari Sabtu siang dan sepanjang hari pada hari
Minggu. Untuk para keluarga dari kalangan atas, liburan musim panas adalah
pilihan mereka.
Kemiskinan pada masa tersebut sudah didokumentasikan. Sayang, sedikit
sekali informasi yang diberikan mengenai rekreasi publiknya. Bagi mereka yang
terbiasa hidup di jalanan yang kejam di perkotaan, pergi kemanapun bukanlah
masalah. Pada awal abad berikutnya, lampu elektrik menghidupkan setiap sudut
jalanan, dan lampu yang berwarna-warni menerangi toko-toko dan kafe. Ini
membantu masyarakat untuk merasa lebih aman tinggal di jalanan yang mereka
biasa tinggali; yang mana dulu tersembunyi dalam kegelapan dengan lampu
remang-remang. Menyenangkannya jalan-jalan pada malam hari tidak lagi
dirasakan oleh masyarakat kelas menengah dan kelas atas, namun masih
dirasakan oleh masyarakat yang lebih miskin, terutama mereka yang tinggal di
kota-kota yang tidak memiliki fasilitas setara rumah-rumah Amerika dan
menginginkan untuk melarikan diri dari kebosanan, kepadatan penduduk, atau
perasaan sepi.
Menyalanya lampu merupakan pertanda waktu bekerja telah usai, dan
waktu untuk bersenang-senang sudah tiba
Adanya listrik tidak hanya membuat aktivitas keluar pada malam hari
terasa lebih aman dan menyenangkan, namun juga lebih mudah dan lebih
murah daripada sebelumnya. Di pusat kota perlahan dibangun pasar modern dan
tempat rekreasi.
Selama berabad-abad lamanya, pertokoan dan festival keagamaan telah
membawa orang-orang berkumpul untuk saling berbagi kesenangan. Eksposisi
nasional dan berbagai pameran tingkat dunia dimulai dari Pameran Centennial di
1

Philadelphia pada 1876 yang membahas mengenai perkembangan bisnis.


Dimulai dari menjadi pusat informasi mengenai dunia baru industri, Amerika
justru kemudian memberi fokus utama pada tempat-tempat rekreasi. Tamantaman dibangun dan kemudian dikenalkanlah permainan baseball.

Uang dari Kalangan Bawah

Pendapatan awal dari film proyeksi tidak didapatkan dari tempat


diadakannya konser, yang mana banyak orang dari kalangan atas dan kalangan
menengah mulai beralih dari teater ke film. Pendapatan mereka berasal dari
saku orang-orang miskin yang berada di perkotaan. Banyak diantara mereka
yang tinggal di gubuk dan rumah-rumah kumuh, serta bekerja di tempat yang
penerangannya dan sirkulasi udaranya minim. Mereka harus bergelut dengan
pabrik yang banyak membawa bahaya, untuk berjam-jam lamanya hanya untuk
upah yang minim. Atau mereka bekerja di rumah untuk mengerjakan pekerjaan
sewaan dengan upah yang lebih menyedihkan lagi.
Orang-orang miskin ini jelas hanya memiliki sedikit sekali uang untuk
dihabiskan demi hiburan, bahkan untuk berpakaian rapi ke teater sekalipun tak
terlintas di pikiran mereka. Namun jikalau anda mendapatkan upah satu dollar
tiap harinya, anda tentu akan ingin pada hari Sabtu malam menghabiskan
beberapa keping uang untuk menikmati indahnya pemandangan yang dihiasi
dengan lampu-lampu nan indah dan kerumunan nan ramai. Satu keping uang
dapat membawa mereka kepada mesin untuk menguji kemampuan ataupun
kekuatan mereka. Dengan sekeping uang itu juga mereka dapat mendengar
suara dari phonograph, menonton motion picture, atau duduk bersama teman
ataupun keluarga untuk menonton film yang di proyeksikan ke dinding.
Lloyd Morris menulis:
Di rumah-rumah kumuh, banyak sekali imigran yang tidak familiar dengan
bahasa Inggris. Mereka tidak bisa membaca koran, majalah, ataupun buku.
Namun gambar yang bergerak mengkomunikasikan makna yang tersirat
didalamnya dengan jelas dan dengan baik. Untuk menikmatinya, tidak perlu
mereka mempelajari bahasa baru. Hal ini membuat mereka merasa tidak terlalu
malu atas ketidakbisaan mereka dalam membaca dan menulis serta atas adat
istiadat Amerika. Mereka menjadi merasa tidak begitu diisolasi. Para pekerja
dapat melarikan diri sejenak dari kejenuhan dan kelelahan dengan sedikit uang
yang mereka punya untuk menonton film proyeksi tersebut sebagai bentuk
hiburan yang murah.
Seiring dengan bertambahnya kekuatan Revolusi Industri, tidak hanya ada
peningkatan pada media informasi massa, tapi juga hiburan massa. Karena
adanya perakitan dan teknologi, orang-orang dapat membeli kamera untuk
mengambil foto satu sama lain dan liburan tahunan mereka yang mereka
letakkan di ruang tamu mereka. Mereka membeli novel dan majalah. Di abad
yang baru ini, tiap minggunya mereka pergi ke pameran. Industri hiburan
2

tumbuh untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan kesenangan dan hiburan,


yang merupakan revolusi informasi dunia keempat.

II
KORAN SEBAGAI MEDIA HIBURAN
Ketika masyarakat mulai menyesalkan tergantikannya koran oleh televisi,
perlu diketahui bahwa koran pernah menjadi susuatu yang disesalkan dengan
alasan yang sama. Sosiologis Max Weber mengungkapkan pendapatnya di tahun
1910:
What is the effect if newspapers on the kind of reading habits of modern
man? On this all kinds of theories have been constructed. There was also
the argument that the book is being replaces by the newspaper
Tidak semua pembaca koran apalagi pemirsa televisi memberikan
perhatian penuh pada real news; laporan kejadian yang ada sekitar secara
signifikan, karenanya bila kita sadari, dua media yang bersangkutan tidak melulu
menghadirkan real news, namun juga menambahkan segmen lain yang biasa
disebut entertainment. Halaman-halaman entertainment berisi ulasan lifestyle,
horoskop, komik strip, kuis, TTS, ataupun kolom curhat. Lebih jauh, terdapat
bagian khusus sport atau gosip yang disajikan di samping berita-berita utama.
Koran lokal ditengarai tidak bisa bertahan kala menyajikan berita serius
melulu, tanpa mengikuti selera publik yang notabene menginginkan hiburan.
Maka wajar bila konten koran saat ini tak bisa lepas dari ketertarikan publik.

Penambahan Warna

Tentunya media hiburan dahulu tidak langsung tampil cerah berwarna.


Tren warna baru muncul di akhir abad 19, ketika William Randolph Hearst
menambahkan inovasi baru di korannya, New York Journal tahun 1896. Hanya
dengan menambahkan tinta kuning pada pakaian tokoh di strip Hogans Alley
buatan Richard F Outcault, tren warna ini langsung populer, menjadikan
tokohnya melejit menjadi Yellow Kid.
Kepopuleran Yellow Kid bukan hanya karena warna secara literal,
melainkan hubungannya dengan yellow journalism, istilah yang disematkan pada
dua koran besar New York saat itu, Journal milik Hearst dan World milik Pulitzer,
3

saat keduanya bersaing sengit menyajikan berita-berita sensasional dan penuh


kontroversi.
Perkembangan tak hanya terjadi di Amerika, di awal abad 20, muncul
media yang disebut tabloid di London. Tabloid dikemas sedemikian rupa bagi
mereka yang berada di kendaraan umum seperti subway dan tetap ingin
membaca koran. Ukuran Headline dan tulisan disesuaikan, sama halnya dengan
jumlah gambar yang disajikan. Cerita-cerita dibuat lebih menyenangkan dan
dalam beberapa kasus, nampak sensasional.

III
MAJALAH UNTUK AUDIENS YANG BERBEDA
Dibanding masa-masa sebelumnya, publik mulai terklasifikasikan menurut
ketertarikannya akan majalah. Jutaan pembaca membaca majalah yang
bidangnya bersifat umum, dimana disisi lain majalah dengan bidang yang lebih
spesifik hanya diikuti oleh ribuan pembaca saja masing-masing. Contoh dari
pengklasifikasian audiens ini adalah adanya majalah Pizza and Pasta dan Living
With Teenagers.
VCR (Video Cassette Recorder), radio, dan televisi kabel juga mulai
memberi banyak pilihan bagi para audiensnya untuk mendapatkan informasi
lebih mengenai bidang yang disukainya. Namun dari semua media yang ada,
tidak ada media yang pengklasifikasiannya sebanyak majalah.

Inggris dan Awal Kolonial

Pada awal abad ke-18, majalah lahir dari adanya koran, seperti seabad lalu
dimana koran lahir dari selebaran berita dan pamflet. Penerbit yang pertama
menerbitkan publikasinya tiap minggu, yaitu The Review, pada masa itu antara
masih ditahan atau baru saja bebas dari penjara Newgate. Beliau adalah Daniel
Defoe, yang lalu menjadi author dari Robinson Crusoe. The Review kemudian
diikuti oleh The Tatler dan The Spectator, yang berisikan esai-esai yang brilian
dan masih dibaca hingga sekarang.
Terbentuk setelah apa yang terjadi di Inggris, majalah pertama Amerika,
diterbitkan oleh Benjamin Franklin dan Andrew Bradford, muncul pada 1741.
Kebanyakan dari majalah yang awal-awal diterbitkan hanya bertahan sementara
karena dana yang tidak mencukupi untuk bertahan pada periode awal, tidak
memadainya fasilitas distribusi, dan peralatan percetakan yang kurang
memadai. Tidak seperti koran, tidak ada layanan pos yang dibuat untuk majalah,

yang berarti bukan hanya makin tingginya biaya yang dikeluarkan, namun juga
tidak tersampaikannya majalah yang dicetak.
Namun setidaknya ada seorang penerbit Massachusetts yang berulang
kali menawarkan untuk menerima upah berupa kayu, keju, daging babi, jagung,
dan produksi lainnya. Para editor, yang berhutang budi padanya untuk distribusi
majalah dan koran, memenuhi semua permintaannya sebagai bayaran atas
jasanya.
Sebagian masalah yang para penerbit majalah hadapi berada pada
kurangnya pemasaran berupa iklan dan konsekuensi akan tingginya
ketergantungan akan sirkulasi penerimaan pemasukan dan pengeluaran dana.
Intinya; majalah bukanlah untuk orang-orang yang tidak berkecukupan.
Bila diandaikan, koran Amerika adalah seorang pekerja keras yang sangat sibuk
dan selalu berkeringat. Disisi lain majalah Amerika adalah seorang pria mapan
yang serius, tenang, dan sentimental.
Majalah-majalah Amerika pada awalnya memiliki ukuran yang sama
dengan The Readers Digest pada masa kini yang terdiri akan 64 halaman yang
dicetak dengan kertas kaku, kasar, dan berbahan dasar kain perca. Terkadang
diterbitkan mingguan, bulanan, atau setiap kuarter tahun. Beberapa ilustrasi
terdiri dari beberapa potongan kayu, dan majalah yang lebih mahal menawarkan
ukiran dari baja atau perunggu, terlebih lagi jika penerbitnya sendiri merupakan
seorang pengukir. Sebuah ukiran bernilai sama dengan seluruh konten yang
membahas satu buah isu.
Majalah Amerika cenderung meniru majalah Eropa, utamanya majalah
Inggris. Dunia kekurangan banyak elemen untuk menempatkan majalah sebagai
media yang berkualitas, dengan seniman yang kompeten dan percetakan yang
dapat diandalkan. Sebagai hasilnya, apa yang dihasilkan dari penerbitan itu
sendiri seringkali merupakan hal-hal yang kasar, atau bahasa lainnya, belum
terpoles.

Umumnya Plagiarisme

Satu hal yang kurang adalah penulisan yang bersifat orisinil. Majalah awal
Amerika lebih mengapresiasi editor daripada penulis dimana para editor
tersebut dengan mudahnya mendapatkan bahan untuk majalahnya dari buku,
koran, artikel, lirik lagu, esai, dan fiksi yang diangkat oleh majalah yang lain,
utamanya majalah Inggris. Plagiarisme tidak hanya umum dan dilegalkan dua
abad sebelumnya, namun juga diharapkan, dimana mempulikasikan kembali
merupakan salah satu cara untuk menyebarkan informasi. Esai dan literatur
yang paling signifikan pada masa itu cepat atau lambat akan dipublikasikan
kembali di majalah Amerika. Literatur diangkat oleh majalah sebagai isunya
untuk menarik perhatian pembaca yang utamanya tidak dapat membeli buku
nan mahal. Kenyataannya, penerbit buku menjadi ragu untuk mempublikasikan
karya dari author yang memenangkan pengakuan publik melalui majalah.

Masalahnya adalah, para author tidak memiliki hak cipta akan karyanya, dan
karya-karyanya seringkali tidak mencantumkan sumber aslinya.
Pada abad ke-19, mulai ada penulis artikel khusus untuk majalah yang
memang bekerja utamanya untuk majalah. Majalah, pada abad ini, mulai rutin
diterbitkan bulanan. Lalu ada literatur yang diterbitkan mingguan, ada review
yang diterbitkan tiap kuarter tahun, ada majalah khusus wanita, dan ada
majalah yang fokus pada daerah tertentu dari sebuah negara.
Majalah pertama dengan pasar raksasa juga merupakan majalah pertama
yang menggunakan ukiran kayu dengan jumlah besar. The Penny Magazine,
diterbitkan di Inggris pada 1832 sampai 1845 dan ditujukan untuk para seniman
dan pekerja yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, pikiran, dan cara
berperilakunya.
Majalah wanita, yang mana yang paling ternama adalah Godeys Ladys
Book, diterbirkan oleh Amerika oleh seorang pria bernama Louis A. Godey yang
respek pada wanita dan menginginkan persamaan derajat antar gender.
Editornya adalah Sara Jocelyn Hale, yang bekerja untuknya selama 41 tahun.
Pembacanya mencapai 150.000 orang, jumlah yang sangat luar biasa pada masa
tersebut. Majalah Ladys Books ini terdiri dari cerita pendek, puisi, artikel, dan
saran untuk berbagai topik yang dianggap penting. Namun sayang, majalah ini
akhirnya kalah populer dengan majalah lainnya.
Pada 1900, setidaknya 50 majalah nasional meningkatkan distribusi
majalahnya hingga diatas 100.000 yang terbit tiap bulan seperti Century dan
Harpers yang ditujukan untuk para pembaca yang terdidik, hingga majalah
murah yang terbit tiap minggu dan terdiri dari cerita fiksi romantis dan berbagai
macam gambar.

Majalah-majalah Nickel

Penerbit Frank Munsey meningkatkan distribusi majalahnya


merupakan selera populer masyarakat dengan menjual majalahnya yang
harganya lebih rendah daripada biaya produksinya, namun meningkatkan
periklanan. Di saat yang bersamaan, ia juga memasuki dunia pasar yang
ada para pembaca yang sebelumnya seringkali diabaikan.

yang
mana
taktik
mana

Majalah dengan harga yang murah mengubah fokus para penerbit. Pada
awalnya, perhatian mereka tertuju pada datangnya keuntungan melalui
penjualan majalah saja. Namun dengan adanya periklanan, dengan target
pembaca yang merupakan konsumen produk maupun jasa tertentu, mereka
mendapatkan sumber keuntungan baru.

IV
NOVEL
Pada abad ke-18, muncul sebuah bentuk literatur baru di Inggris yang lalu
menyebar ke Eropa dan Amerika. Novel, yang berupakan hasil dari sensibilitas
dan moralitas masyarakat kelas menengah, menempatkan karakter-karakter fiksi
dalam berbagai kejadian nan kompleks dpada situasi sosial yang acap kali dilalui.
Elemen kunci dari novel Inggris adalah naiknya atau turunnya status sosial, topik
yang mencuri perhatian para pembaca yang merupakan masyarakat kelas
menegah. Dari awal muncilnya hingga abad ke-20, novel didominasi oleh
kesadaran akan posisi atau strata sosial.
Para penulis karya fiksi terkenal,contohnya Charles Dickens, membuat
ceritanya menjadi terpisah ke dalam berbagai seri pada koran atau majalah
mingguan sebelum akhirnya dicetak sendiri. Untuk membuat para membaca
terus membeli majalah, para penulis mengakhiri tiap bab ceritanya dengan

misteri. Di rumah, para keluarga membacakan cerita berseri ini dengan lantang
sebagai bentuk hiburan.
Sepanjang perjalanan, diketahui bahwa masyarakat haus akan novel yang
mudah dan ringan untuk dibaca, bukan yang membuat mereka berpikir terlalu
keras, dan dipenuhi oleh genre action, petualangan, dan roman. Ada persamaan
karakter pada tiap-tiap buku, yang jikalau tidak sangat jahat, karakter tersebut
merupakan tokoh yang sangat baik. Akhir ceritanya sangat mudah ditebak.
Mudah ditebaknya cerita-cerita ini adalah perihal yang sangat diinginkan publik,
yang walau dianggap tidak berkualitas, karyanya sangat menjual.
Pada 1840an, ada teknologi yang memungkinkan dicetaknya novel
dengan harga murah. Awalnya dibuat berbagai seri, namun kemudian disatukan
dalam bentuk koran. Sampul yang sebelumnya mahal kini dapat direduksi
harganya larema adanya teknologi yang menggantikan bahan dasarnya. Ini
membuat orang-orang dapat dengan mudah membeli buku tanpa perlu takut
tidak dapat membeli.
Pada 1875, dime novel mulai lahir di rumah percetakan di Chicago, yaitu
Donnelley, Lloyd & Co. Penerbit lain kemudian mulai mengikuti. Novel-novel
tersebut dicetak diatas kertas kasar dengan sampul yang diilustrasikan dengan
apik.

V
HIBURAN DALAM SAJIAN
Tiap negara, tiap suku bangsa, telah membuat musiknya tersendiri
dengan melodi dan instrumen yang berakar pada tradisi. Musik-musik ini datang
dari jiwa dan ada untuk menghibur sesama.
Kini, teknologi membawa musik-musik klasik hingga terbaru yang
memanjakan telinga. begitu mudah untuk mendapatkan, menikmati sendiri,
hingga kadang membuat kita terlupa dari hal-hal sesederhana menyanyi
bersama dengan keluarga.

Meski demikian, beberapa di antara kita, bisa jadi akan memilih jalan
menikmati secara pribadi di masa lalu. Bukan berarti musik saat itu tidak
terurus; piano, gitar, masih ada di sekitar, hanya saja, untuk dapat dinikmati
semudah sekarang, seolah hanya angan-angan. Maka kita patut berterima kasih,
mengapresiasi penemuan phonograph yang menyebarkan suara secara luas,
tidak hanya kata-kata penting dalam momen sejarah, namun juga ekspresi
pribadi.

Sejarah Perekaman Musik

Berikut adalah lini yang merangkum perkembangan alat perekam dari


masa ke masa:
1807 - Thomas Young dari Inggris menggunakan "vibrograph" yang biasa dipakai
untuk mengukur frekuensi bunyi (aka garpu tala) dan memodifikasi vibrasinya
menjadi permukaan silinder bersulang. Temuannya ini dapat merekam vibrasi
suara tak langsung, menjadi cikal bakal penemuan-penemuan selanjutnya.
1843 - Jean-Marie-Constant Duhamel secara independen mendesain "vibroscope"
yang memindahkan silinder lateral menggunakan sekrup bergerak. Bisa disebut
sebagai phonograph generasi pertama.
1857 - Leon Scott dari Perancis memperkenalkan pengembangan "vibrograph",
"phonautograph", yang menangkap suara langsung dari udara. Meski demikian,
Scott tidak menciptakannya untuk diproduksi.
1877 - Charles Cros, penyair dan peneliti dari Perancis mendesain voicereproducing device. Namun karena kurangnya biaya, ia meninggalkan idenya
dalam dua lembar dokumen yang sekarang masih tersimpan di Academie des
Sciences, Paris. Di tahun yang sama, Thomas Edison merealisasikan sebuah
voice-recording machine.
Trivia: Setahun sebelumnya, dua peneliti, Alexander Graham Bell dan Elisha Gray
mendesain dan merealisasi voice-transmitting machine, kemudian dipatenkan di
hari yang sama.
Edison yang tertarik untuk mempercepat transfer informasi pesan
telegraf, mendapat ide merekam suara di saat ia mendengar suara tak biasa
yang dihasilkan telegraf dalam kecepatan tinggi. Suatu hari ia menyadari
putaran cakram telegraf dalam kecepatan tertentu terdengar seperti not musik.
Ia pun bereksperimen dengan memasukkan selembar kertas dalam mesin dan
dalam prosesnya ia berteriak "Whooo". Ketika ia mengirim kertas kembali, ia
terkaget kaget mendengar suaranya sendiri.
I had built a toy which included a funnel (and a diaphragm)... A string... was
connected to a little cardboard figure of a man sawing wood. When someone
sang "Mary had a little lamb" into the funnel, the little man started sawing. I thus
reached the conclusion that if I could find a way of recording the movements of
the diaphragm I could make the recorder reproduce the original movements

imparted to the diaphragm by the person singing, and thus reproduce the
human voice. catatan Edison tentang apa yang terjadi kemudian
"Mary had a little lamb. It's fleece was white as snow." adalah kata yang
direkam untuk pertama kalinya.

Phonograph orisinal buatan


Edison.
Sumber:
http://soundbeat.org/2013/01/28
/phonograph-history-2/

Tiada yang Menyamai

Edison mengembangkan phonograph dan memberikan beberapa


demonstrasi, tapi menyadari adanya beberapa keterbatasan komersial, ia
memilih untuk fokus pada penemuan lain, tak lain dan tak bukan yakni lampu
listrik. Barulah satu dekade kemudian, bersamaan dengan perkembangan hard
wax-covered silinder, Edison kembali tertarik melanjutkan penemuan
terdahulunya. Setelah mempelajari pasar, ia berpendapat bahwa talking
machine bisa membantu proses pembelajaran, dengan merekam buku-buku
yang ada.
Edison membayangkan banyak hal; talking doll, mainan-mainan
sederhana seperti music box, ataupun phonograph yang menyimpan kata
terakhir seseorang. Ia melihat phonograph sebagai obyek penyimpan rekaman,
kata-kata penting, dan sumber musik. Ia tidak menduga publik akan begitu
tertarik menggunakannya untuk merekam dan memproduksi musik.
Adalah
Alexander
Graham
Bell,
yang
tertarik
berpartisipasi
mengembangkan phonograph. Pada 1880, Bell memenangkan $10000 dari
pemerintah Perancis untuk penemuan besarnya, telepon. Bell menggunakan
uang tersebut untuk membangun laboratorium di Washington DC dan selama
enam tahun, ia bersama asosiasinya bereksperimen dengan banyak penemuanpenemuan, hingga akhirnya ia menemukan desain Edison dan memilih untuk
mendukung pengembangannya.
Sayang proposal untuk bekerjasama dengan Edison secara langsung
ditolak, entah karena alasan profit, legasi, atau murni kompetisi. Edison memulai

10

lagi pengembangan phonograph dari awal, bersama Edison Phonograph


Company yang dibentuknya tahun 1887.
Setahun berikutnya, Edison memperkenalkan "improved", "perfected"
phonograph dengan bahan yang lebih dapat dijangkau. Alexander Graham Bell
sendiri akhirnya juga memproduksi talking machine yang disebut Graphophone.
Pada perkembangan berikutnya, dua stenografer menyetujui phonograph
dapat digunakan sebagai alat pengajaran secara resmi. Hal yang lebih besar
juga menunggu phonograph di tengah pameran besar perayaan seratus tahun
Revolusi Prancis. Edison rela menyebrangi samudra Atlantik bersama penemuanpenemuannya, dan membuka area khusus untuk menunjukannya pada dunia.

Parlor Phonograph

Cash reward secara signifikan datang dari ruang-ruang khusus


phonograph yang sudah dibuka di beberapa negara, menyanggupi permintaan
akan rekaman suara. Ruang khusus phonograph pertama, didekorasi cantik
dengan palem palem dalam pot dan permadani, mengundang siapa saja yang
berlalu lalang tanpa dikenakan biaya. Entah itu satu keluarga maupun pasangan
kekasih, tak perlu malu untuk masuk dan berbagi.

Parlor Phonograph kala itu.


Sumber:
http://soundbeat.org/2013/01/28/
phonograph-history-2/

Salah satu ruang khusus phonograph di Kolumbia, menjadi titik awal


home-recording, dengan slogan "That Baby's Voice in a Columbia Record". Fitur
yang ditawarkan saat itu begitu menarik, meskipun tidak sampai memberi
kesempatan untuk merekam karya-karya musisi profesional seperti sekarang.
Mendapatkan tempat di hati masyarakat, perkembangan teknologi
phonograph semakin melesat, mulai dari perbaikan kualitas suara, penambahan
alat pengatur kecepatan, dan ratusan impruvisasi lainnya. Edison mematenkan
tiap-tiap pengembangan, dan di sisi lain siap menghadapi resiko pelanggaran.
Emile Berliner, penemu mikrofon dan peneliti yang ikut berkontribusi
dalam pengembangan telepon - menambahkan tiga penemuan baru untuk
medium perekam yang lebih baik, salah satunya adalah mengganti silinder
11

dengan piring cakram. Upayanya tak lain bertujuan agar phonograph semakin
bisa dijangkau oleh semua kalangan. Keinginan bersama ini baru terwujud
dengan jalan yang ditemukan Berliner, seorang imigran Jerman.
Berliner membawa phonograph ke sebuah toko mesin di New Jersey milik
Eldridge Johnson, yang kemudian begitu antusias untuk membantu. Dalam
catatannya, ia lebih banyak berpendapat soal desain yang mempengaruhi hasil
suara. Pengembangan yang dilakukan Berliner dan Johnson melewati banyak
masalah pelanggaran paten, hingga akhirnya pihak mereka menang dan benar
saja, kualitas suara yang ditampilkan berkembang secara drastis. Bersama
perusahaan yang dibentuk Johnson, Victor Talking Machine Company, mereka
mendiskusikan pengemasan yang lebih baik, seperti ide menyusun alat perekam
dalam satu kabinet keci.
Di London, seorang pelukis, Francis Barraud, tergerak menunjukkan karyakaryanya pada perusahaan gramophone sebagai media periklanan. Karya yang
memuat Nipper, anjing keluarganya, kemudian menarik perhatian manajer
perusahaan. Barraud menambahkan phonograph silinder Edison dalam
karyanya, yang nanti terkenal dengan sebutan "His Master's Voice". Karya
tersebut menjadi ikon produksi phonograph secara masal, barangkali juga
menjadi gambar iklan yang paling banyak disebarluaskan saat itu.

Dansa dan Jazz

Di masa Perang Dunia I, perusahaan rekaman, terutama Victor dan


Columbia, menggerakkan sebuah fenomena sosial baru, dance craze. Adalah
saat di mana jenis dansa one-step, turkey trot, tango bersinar, dan awal mula
music-musik baru seperti jazz. Sebagian orang merasa bahwa di masa ini banyak
hal yang berubah terlalu cepat, seiring bergulirnya pergolakan nasional dan
kebudayaan.
Sementara itu, Edison tetap memproduksi dan menjual jutaan
hingga tahun 1930-an. Menyesuaikan dengan permintaan populer
perusahaannya pun akhirnya menjadi jasa perekaman juga. Edison
mengabdikan diri pada penemuan-penemuannya, hingga ia meninggal di
tahun.

silinder
pasar,
begitu
usia 84

Modernisasi zaman yang membuat industri perekaman menjadi banyak


menuai untung, menarik kompetitor-kompetitor di penjuru Eropa dan Ameika.
Pathe bersaudara, Charles dan Emile, menguji peruntungan dalam manufaktur
rekaman phonographmeski nama mereka lebih dikenal karena kontribusi di
dunia sinematorgrafi. Gianni Bettini dari Itali dan Henri Lioret dari Perancis juga
bergerak dalam manufaktur mesin sekaligus rekaman. Lioret-lah yang kemudian
merealisasi apa yang pernah terpikir oleh Edison, sebuah talking doll.
Sesuatu yang baru banyak terlahir dari imajinasi. Diawali dari boneka yang
dapat berbicara, kemudian berkembang menjadi microchip, coin-operated
phonograph, dan pelopor-pelopor jukebox. Phonograph pun tidak lagi terlihat
eksklusif dengan inovasi yang menjadikannya mainan-mainan unik.
12

Rekaman Berkualitas Tinggi

Pada 1920 vacuum tubes menjadi alat pengeras hasil rekaman dan awal
dari pencarian banyak aplikasi pendukung industri perekaman. Kemudian
penggunaan elektronik pada sound system mentransformasi teknologi suara,
dari garutan mekanikal menjadi suara berkualitas tinggi. Tekniksi elektrik dari
AT&T Labs milik Bell memusatkan perhatian pada desain mikrofon dan
loudspeaker, dan pergerakan jarum piringan phonograph. Stereo, yang juga
dikembangkan sejak tahun 1933, didemonstrasikan ke publik pada tahun 1940
melalui soundtrack Fantasia dari Walt Disney.
Ruang-ruang khusus phonograph terlahir kembali dengan penemuan
jukebox. Dalam waktu sepuluh tahun, seperempat juta jukebox berneon terlihat
di berbagai bar dan restoran. Lagu-lagu yang diputar dalam jukebox menjadi
teman minum yang menyenangkan, latar dari percakapan kala makan, dan ritme
dansa dadakan.
Selama ratusan tahun, manusia mengimpikan bagaimana menangkap dan
memutar ulang suara. Tidak ada realisasi secara teknis sebelum akhirnya mimpi
itu terwujud di abad 19 dan hingga kini, mimpi tersebut berkembang secara
tidak terbatas. Dengan membeli rekaman-rekaman yang dipoles sedemikian
rupa, publik dapat memilih dan menentukan arah musik ke depannya.
Tanpa bantuan phonograph, musik-musik tidak akan tersebar luas ke
seluruh penjuru dunia.
The phonograph brought democracy to music. It's the real meaning of
going gold or platinum.

13

VI
PEREKAM PORTABLE
Banyak orang menjadi pribadi yang kurang sadar dengan orang-orang
disekitarnya. Mereka memaksa berbagi genre musik favorit mereka dengan
orang lain dengan cara memutar lagu lewat kotak musik atau lewat speaker
mobil dengan volume yang sangat kencang saat berada di jalan atau keramaian.
Melihat hal ini, pemilik radio mengidentifikasi orang berdasarkan pilihan musik
mereka. Untuk beberapa orang pecinta musik tertentu akan mengundang respon
yang ramah kepada mereka yang berbagi selera musik yang ia suka.
Musik yang didengarkan orang lain lewat walkman mereka, juga dapat
mengganggu kita jika kita ingin berkomunikasi dengan orang tersebut. Beberapa
orang lebih memilih mendengarkan musik dari pada berkomunikasi dengan
sesamanya. Kita semua pernah melihat saat orang sedang lari-lari kecil, berjalan,
bermain skateboard sambil mendengarkan walkman, mereka seolah-seolah
menutup diri dan mempunyai dunia sendiri dengan walkman-nya.
Ketika seseorang melewati jalan dengan mendengarkan musik lewat
earphone, mereka sulit mendengarkan suara orang-orang disekitarnya. Hal ini
menandakan bahwa keinginan mereka untuk berkomunikasi dengan masyarakat
sekitar sangat rendah selama ada tape recorder dan earphone di genggaman
mereka.

Audiotape

Dua teknologi yang biasa digunakan untuk merekam suara antara lain
phonograph dan audiotape. Keduanya mempunyai kesamaan yang mendasar
dalam hal merekam dan meproduksi suara, yaitu masing-masing dikembangkan
untuk digunakan konsumen. Namun ada perbedaan yang jelas apabila keduanya
dibandingkan. Piringan hitam dan CD dipasarkan hanya sebagai alat pemutar
suara. Sedangkan audiotape dapat digunakan untuk merekam suara. Portabilitas
audiotape menjadikan alat tersebut jauh lebih fleksibel dibandingkan dengan CD
dan piringan hitam.
Teori mengenai rekaman di media magnetik dikembangkan pertama kali
oleh Oberlin Smith di Inggris. Ia mempublikasikan teori informasi tentang
14

rekaman magnetik di majalah Dunia Elektro pada tahun 1888. Pada artikel ini,
Smith menjelaskan teori dasar dari rekaman suara magnetik.
Smith melakukan percobaan dengan menggunakan sebuah string yang
diresapi dengan serbuk besi dan dilewatkan melalui kumparan kabel. Lalu
sebuah sirkuit telepon mengubah suara menjadi arus listrik termodulasi saat
string tersebut melewati kumparan. Ketika string memutar ulang dan melewati
kumparan lagi, parikel besi magnetik akan menghasilkan sinyal listrik yang dapat
mereproduksi suara asli. Namun, Smith tidak pernah membangun sebuah
perangkat yang berhubungan dengan teori ini dan teorinya tetap belum teruji.

Oberlin Smith dan


desain recorder
awalnya
Sumber:
http://www.aes.org/ae
shc/docs/r\ecording.te
chnology.history/tape.
html

Dibutuhkan waktu hingga sepuluh tahun untuk melahirkan pita magnetik


yang dapat digunakan untuk merekam. Pada tahun 1894, seorang teknisi telepon
Denmark bernama Valdemar Poulsen menemukan prinsip-prinsip perekaman
magnetik yang lebih baik dari Oberlin smith. Ia menyebut hasil karyanya dengan
nama telegrafon. Telegrafon menggunakan kawat piano yang dilapisi magnet.
Menurut Poulsen telegrafon bisa menjadi perangkat perekam suara yang dapat
digunakan dalam mesin penjawab telepon atau untuk merekam dan memutar
ulang musik di rumah.
Pada tahun 1900 Poulsen mengadakan pameran di Paris. Poulsen
memperoleh penghargaan grand prix pada pameran tersebut berkat telegrafon
buatannya. Telegrafon milik Poulsen menarik perhatian banyak orang, tapi tidak
ada orang yang mau membiayai penelitiannya.

15

Valdemar Poulsen dan desain telegrafon miliknya


Sumber: http://cs-exhibitions.uni-klu.ac.at/index.php?id=220,
http://en.wikipedia.org/wiki/Wire_recording

Pada tahun 1927 J.A. O'Neill dari amerika memperkenalkan sistem


perekaman magnetik yang menggunakan pita berlapis besi oksida. Satu tahun
kemudian, pada 1928, Fritz Pfleumer di Jerman membuat sistem kertas
berbentuk pita berdasarkan ide J.A O'Neill di atas. Pfleumer menjual idenya pada
perusahaan AEG Jerman, yang lalu menjualnya lagi pada perusahaan BASF. Oleh
BASF, pita kertas itu diganti dengan pita selulosa asetat.
Pada tahun 1932 BASF memproduksi pita rekaman magnetik dengan
bahan bakar plastik sebagaimana yang kita kenal sekarang ini. BASF pula yang
pertama kali melakukan perekaman musik secara komersial pada tahun 1936,
yang lalu ditiru oleh perusahaan-perusahaan lain, yang kemudian melahirkan
industri rekaman kaset. Suara yang direkam dengan menggunakan pita kaset
untuk tujuan komersial pertama di dunia adalah suara musik orkestra yang
dimainkan London Philarmonic Orchestra, yang dibuat di studio BASF di
Ludigshafen, Jerman. Rekaman itu dilakukan pada 19 November 1936.
Pada akhir Perang Dunia II, Magnetophon dapat merekam suara dengan
kualitas yang lebih baik daripada kebanyakan phonograph. Magnetophon sendiri
adalah merek atau nama perintis tape recorder yang dikembangkan oleh para
insinyur dari perusahaan elektronik Jerman AEG pada 1930-an. Magnetophon
dikembangkan berdasarkan pita magnetik penemuan Fritz Pfleumer.
Magnetophon pertama kali ditunjukkan di Jerman pada tahun 1935 di Berlin
Magnetic tape recorder buatan Fritz Pfleumer
Radio Show.
Sumber: http://www.telegraph.co.uk/

AEG Magnetophon

AEG K7 RRG modified stereo recorder

Pidato Adolf Hitler terekam pada audio tape dan didistribusikan stasiun
radio di berbagai wilayah di Jerman lewat saluran telepon berkualitas tinggi. Hal
ini membuat Sekutu di Jerman bingung bagaimana informasi dari Adolf Hitler bisa
berpindah dengan sangat cepat. Kemudian ketika para sekutu mendengar musik
16

dari Berlin Philharmonic dan orkestra lain di tengah-tengah malam, mereka


menyadari bahwa Jerman telah bergerak jauh ke depan dalam industri
perekaman suara.
Di sisi lain Sekutu perang membajak informasi menggunakan bahan yang
ada seperti pita baja dan kawat baja sebagai media perekaman. Memperbaiki
pita baja harus menggunakan obor solder. Kawat baja yang digunakan bisa diikat
dengan simpul mati dan dipanaskan untuk menyatukan ujungnya. Pada tahun
1943, perekam kawat portabel berada di tangan wartawan radio, tapi kualitas
audio mereka masih buruk, dan banyak yang harus diperbaiki.
GIS (Geographic Information System) yang berada di Jerman menemukan
stasiun radio yang dilengkapi dengan sesuatu hal dimana tampaknya tidak
ada Sekutu yang sadar. Merekam menggunakan pita magnetik membuat kualitas
audio jauh lebih baik dibandingkan menggunakan pita baja.
Setelah perang dunia II berakhir, seorang ilmuwan militer Amerika
bernama John T. Mullin menemukan sisa-sisa magnetophone dan pita magnetik
yang digunakan Jerman (NAZI). Dia meneliti proses pembuatan tape dan alat
perekam tersebut, kemudian mengadaptasi proses pembuatannya dan
menyebarkan teknologi tape plastik ke Amerika dan Inggris.

Penyanyi Bing Crosby, yang tidak suka melakukan siaran langsung,


meminta Mullin untuk merekam pertunjukkan di Radio Crosby untuk nantinya
bisa dilakukan pemutaran ulang. Mullin adalah salah satu insinyur yang nantinya
akan menemukan videotape sebagai sarana penyimpanan dan waktu pergeseran
program televisi. Baik audiotape (rekaman suara) dan videotape (rekaman video)
nantinya akan merubah dunia penyiaran menjadi lebih canggih dan modern.

Alat untuk Wartawan

Para wartawan radio menyukai alat audiotape karena mereka perlu


menangkap suara untuk sumber berita. Alat perekam suara dapat memperluas
informasi untuk penulisan berita mereka. Menggunakan alat perekam merupakan
salah satu cara untuk memastikan bahwa kutipan-kutipan yang dipakai adalah
akurat.
Awalnya musik direkam dengan alat phonograph, tetapi akhirnya
perekaman musik banyak menggunakan audio tape karena menghasilkan suara
yang lebih baik. Audio tape yang awalnya hanya digunakan di stasiun radio lama
kelamaan digunakan oleh banyak di rumahnya masing-masing. Orang-orang
yang bisa membeli audio tape ingin pemutar musik milik mereka sendiri dimana
ada daftar musik pada alat tersebut. Seiring dengan perkembangan jaman kaset
yang lebih sederhana dan memiliki daftar musik muncul dan mengambil alih
pasar.
Pada tahun 1981 muncul Sony Walkman sebagai media pemutar kaset
portable. Pita kaset dapat merekam lagu dengan durasi hingga 1 jam di setiap
17

sisinya. Kualitasnya cukup baik namun kerap kali terjadi penurunan kualitas
suara yang dihasilkan ketika pita kaset mengalami gangguan, kotor atau rusak.
Produk ini bersifat ringan, portabel atau mudah dibawa, menggunakan baterai
dan dapat dioperasikan dengan headphone.
Produk portabel lain juga dikembangkan pada masa itu tidak hanya
pemutar kaset tapi juga radio, disc player, bahkan televisi. Dengan menciptakan
ruang pribadi, pengguna seakan menutup diri dari lingkungan dan dari suarasuara di sekitar mereka. Pada saat itu 22 dari 100 juta stereo pribadi telah
terjual. Sementara itu, audiotaped books telah tersedia selama bertahun-tahun
dengan status pinjaman seperti di perpustakaan buku. Audiotaped books
biasanya digunakan untuk orang buta.

Format Baru

DAT (Digital Audio Tape) merupakan rekaman digital yang menggunakan


pita magnetik. Pada waktu kemunculannya dipasaran luas DAT didahului oleh
rekaman digital pada kepingan CD, hal ini membuat DAT tidak banyak dikenal
orang dan hanya dari kalangan tertentu saja yang memiliki. Pada waktu
peralihan dari rekaman analog ke rekaman digital, pihak produsen DAT kurang
berani melempar ke pasaran luas karena perekaman digital jika di-copy hasilnya
akan persis sama dengan yang asli yaitu distorsi suara tidak terdeteksi. Sedang
pihak dari rekaman CD berani spekulasi untuk memproduksi rekaman diatas
kepingan CD dan dipasarkan secara luas.

VII
PENYIARAN
Perang Dunia I berakhir. Angkatan Laut AS masih dikendalikan radio, yaitu
alat untuk berkomunikasi satu sama lain. Tapi radio sipil amatir telah tertarik
pada sesuatu yang lain. Dari Angkatan Laut telah datang kata penyiaran. Para
amatir menekan pemerintah untuk meninggalkan pembatasan
radio dan
memaksa Angkatan Laut untuk mengembalikan stasiun sebagai kepemilikan
pribadi. Ribuan amatir telah menjawab panggilan negara untuk menggunakan
keterampilan mereka sebagai operator radio untuk Angkatan Darat dan
Angkatan Laut. Sekarang, mereka ingin memulai stasiun baru, dan banyak yang
ingin menggunakan teknologi gelombang kontinyu baru untuk menyiarkan suara
dan musik. Di antara mereka bereksperimen dengan radio Frank Conrad, seorang
Insinyur di perusahaan Westinghouse yang telah memproduksi peralatan
portabel untuk Korps Sinyal.

18

Frank Conrad dengan Broadcast


Radio Set pertamanya.
Sumber:
http://explorepahistory.com/kora/
files/1/2/1-2-7CB-25ExplorePAHistory-a0h3c8a_349.jpg

Frank Conrad (1874-1941) adalah perintis siaran radio yang bekerja


sebagai Chief Assistent Engineer untuk Westinghouse Electric Corporation di
Pittsburgh , Pennsylvania. Dia mulai apa yang dianggap siaran radio reguler
pertama darinya Wilkinsburg , Pennsylvania , garasi pada tahun 1916 , dan
bertanggung jawab untuk pendirian pertama stasiun siaran berlisensi di dunia:
KDKA . Di garasi rumahnya di Pittsburgh, ia berbicara dengan amatir lain dan
broadcast musik dengan menempatkan mikrofon di sebelah Victrola. Conrad
meminta kartu pos dari siapa saja yang mendengarnya. Yang mengejutkan,
pendengar menulis dalam permintaan lagu. Begitu banyak ditulis, pada
kenyataannya, bahwa Conrad mencoba mewajibkan dengan mengirimkan siaran
sesuai dengan jadwal. Dia menambahkan skor olahraga dan beberapa penyanyi
dan memainkan instrumen.
Sebuah surat kabar Pittsburgh dicetak dan berisi informasi tentang konser
dan pendengarnya sangat banyak . Pemilik sebuah toko kaset setuju untuk
meminjamkan beberapa piringan hitam rekamannya sebagai imbalan karena
telah menyebutkan nama tokonya di siaran. Pemilik segera menemukan
rekaman Conrad diputar berada di lebih banyak permintaan daripada lain. Di
beberapa tempat lain, percobaan siaran akan keluar, tapi di Pittsburgh sesuatu
yang unik terjadi. setelah Rumah itu Department Store diiklankan nirkabel set
untuk dijual sehingga orang bisa mendengarkan Siaran Conrad, majikannya,
Westinghouse, memutuskan untuk memproduksi murah penerima radio.
Sebuah korporasi besar akhirnya mengakui bahwa pasar berada di luar
titik ke titik transmisi. Untuk memenangkan pelanggan, Westinghouse diikuti
Conrad utama dengan memberikan jadwal program biasa. Disini juga didirikan
pemancar di pabrik Westinghouse, yang kali ditayangkan dengan surat panggilan
KDKA pada tanggal 2 November 1920. Tanggal tersebut dipilih sehingga siaran
pertama bisa dari kembali dari Harding-Cox presiden pemilu. Beberapa ribu
orang didengarkan. Pada tahun 1923, penyiaran memiliki audiens lebih dari dua
juta orang dilayani oleh lebih dari 500 stasiun. Setengah juta set pada tahun
1923 diikuti oleh dua juta di 1925. Di tahun 1926, satu dari enam rumah
mempunyai radio.

Mengisolasi Pendengar
19

Pendengar bersemangat untuk membeli ke pemisahan dari orang lain bahwa


rumah dengan radio yang diberikan. Penulis menghargai surat stasiun radio dan
artikel majalah yang berbicara tentang senang dan nyamannya duduk di rumah
sendirian atau bersama anggota keluarga untuk mendengar konser atau siaran
yang berisi percakapan. Ketika pengeras suara digantikan oleh earphone,
informasi yang luas dan hiburan menyenangkan yang didengar melalui radio
akan terasa sangat menyenangkan untuk dibahas di dalam percakapan anggota
keluarga di meja makan.
Seorang penulis pada tahun 1923 merasa senang, betapa mudahnya
menutup mata dan membayangkan pendengar di setiap ruangan rumahnya
seperti di dapur, ruang makan, ruang tamu, di loteng, di garasi, kantor, kabin,
ruang mesin, bungalow, pondok, rumah-rumah mewah, hotel, apartemen; satu di
sini, dua di sana, serta perusahaan-perusahaan. Perusahaan mulai memandang
radio sebagai pemintal uang. General Electric, Westinghouse, RCA, dan American
Telephone Company saling berjuang untuk menyiarkan informasi, untuk
memproduksi perangkat radio, dan untuk memproduksi penyiaran dan
perlengkapan sinyal. Akhirnya dilakukan perjanjian bagi setiap perusahaan untuk
menggunakan paten masing-masing. Di sebagian besar negara di dunia, di mana
radio dikontrol secara ketat dan satu-satunya Stasiun yang diizinkan adalah
stasiun pemerintah. Ini merupakan pengembangan yang tertib dan masuk akal,
namun masih kaku. Situasi ini tidak terjadi di Iklan
Amerika
Serikat,
mana
stasiun
oleh salah
satudidari
ratusan
radio muncul dan meluas.
produsen set radio selama 1920an. Sumber:
Koleksi Pavek Museum, dari ebook Six Revolutions karya Iring
Fang

Para siswa sekolah menengah klub radio membentuk di stasiun mereka


sendiri. Universitas Jurusan Teknik membuat percobaan stasiun dengan para
dosen mereka. Para pengkhotbah menyiapkan pemancar; pengabar Injil Aimee
Semple McPherson memiliki setia, bahkan fanatik berikut. Seorang penerbit
koran mampu untuk membuat stasiun untuk menarik pelanggan dengan
membaca dengan suara keras cerita dari masing-masing terbitan hari itu.
Seorang pemilik toserba berharap bahwa petani yang mendengar siaran akan
membeli baju pada saat ia datang ke kota.
Sebagian besar stasiun adalah yang bertenaga rendah dengan sedikit
jangkauan. Tidak ada yang bisa membayangkan bahwa keingintahuan nirkabel
dan tabung vakum yang kurang dianggap, menguasai selama bertahun-tahun
20

untuk saluran AM, FM, dan lisensi TV, suatu hari akan bernilai lebih dari Seluruh
toserba atau koran.

Gerakan Radio 1927

Dalam beberapa tahun setelah Perang Dunia I, semua stasiun berbagi


frekuensi yang sama, dengan frekuensi kedua adalah informasi untuk melaporan
keadaan tanaman dan cuaca yang diterapkan untuk kapal, di mana pengirim dan
penerima hanya melakukan percakapan singkat, mengatakan apa yang mereka
katakan, dan kemudian terdiam. Sebuah stasiun siaran, bagaimanapun tidak
pernah mungkin diam. Sebagai stasiun radio tenggelam satu sama lain di tahun
1922, itu terlihat nyata bahwa dibutuhkan sesuatu yang lebih baik. Pemerintah
membuat frekuensi stasiun lain yang tersedia, tetapi stasiun yang baru itu
menampilkan lebih cepat. Beberapa siaran menyiarkan ocehan menyebalkan, ini
semakin memburuk karena beberapa penyiar meningkatkan daya output
mereka, yang lain beralih ke frekuensi baru atau pemancar baru.
Pemerintah menanggapi permohonan dari pemilik stasiun radio untuk
ketentuan dengan memanggil empat konferensi. Tapi ini adalah urusan besar,
dengan pemilik stasiun yang ingin membatasi persaingan, stasiun kecil yang
tidak percaya tentang stasiun perusahaan besar, pertentangan radio amatir
tentang pembatas kebebasan, dan tidak semua orang sangat yakin bagaimana
membiayai industri radio. Dengan berat hati, pemerintah dan industri beringsut
menuju ketentuan, tetapi dengan tujuan memperluas penyiaran, tidak
membatasi atau menyensor itu, sebagai salah satu harapkan ketika pemerintah
berusaha untuk mengatur.
Akhirnya, Kongres meloloskan Undang-Undang Radio 1927, memperluas
dalam Undang-Undang Komunikasi 1934, yang merupakan hukum dasar
penyiaran sampai dimodifikasi dengan Telekomunikasi yang Undang-undang
Reformasi 1996. Namun dengan dasar prinsip yang berlanjut. Pada intinya ini
adalah keyakinan bahwa siaran radio adalah milik publik. Lisensi diberikan hanya
untuk orang yang mempunyai keahlian yang setuju untuk mengoperasikan untuk
kepentingan umum, dan pemerintah memiliki kekuatan untuk mengatur
penyiaran, tetapi peran sensor dilarang, setidaknya dalam teori. Namun,
kekuasaan untuk mengeluarkan lisensi-melalui Komisi Komunikasi Federal sejak
1934. Efeknya, kekuasaan untuk menentukan siapa yang mendapatkan suara
tertinggi.

Iklan

Iklan di radio lahir. Iklan mulai berhati-hati. telepon pejabat perusahaan takut
bahwa pemerintah mungkin marah tentang penggunaan sebuah stasiun radio,
yang bergantung pada pemerintah lisensi, untuk menjual produk. mereka
khawatir pada awalnya pasta gigi yang mungkin terlalu intim produk untuk
beriklan. harga yang tidak disebutkan. Banyak pendengar yang tersinggung oleh
seluruh ide menggunakan radio untuk menjual barang, dan ada pembicaraan
tentang melewati hukum untuk melarang iklan. Tidak lain negara mengizinkan
mereka. AT & T berpegang teguh. Segera pengiklan lain mendaftar. meskipun
21

keberatan oleh AT & T bahwa itu eksklusif hak untuk menawarkan layanan ini,
stasiun radio lainnya, mengendus dolar, melompat.
Radio sekarang memiliki jawaban untuk pertanyaan dari mana uang akan
datang. Sebagai media bagi mereka yang berharap untuk mengontrol perilaku
massa, radio menawarkan banyak keunggulan dibandingkan media cetak.
seperti grafis tapi tidak seperti kata-kata yang dicetak, radio dapat membantu
orang yang buta aksara (6 persen orang dewasa AS di 1920) dan anak-anak
yang belum melek huruf. Tidak hanya bisa satu mendengarkan radio ketika
terlibat dalam kegiatan lainnya, termasuk membaca, orang bisa terus
mendengarkan ketika melakukan kegiatan lain-sehingga penyiaran yang
menjanjikan (atau terancam) untuk mengisi setiap momen day yang Sementara
AT & T melihat siaran radio sebagai jenis layanan telepon satu arah, RCA (Radio
Corporation of America), Umum Listrik, dan Westinghouse melihat siaran sebagai
layanan untuk menciptakan permintaan publik untuk radio set bahwa mereka
diproduksi. menempatkan cara lain, AT & T dan Western Electric, dikenal sebagai
kelompok telepon, terkonsentrasi pada pengirim pesan, yang kemudian disebut
sponsor. Perusahaan lain, yang dikenal sebagai kelompok radio, berkonsentrasi
pada penerima pesan, penonton yang akhirnya muncul kombinasi dari dua
pendekatan, salah satu yang mengarah ke iklan, yang lain untuk pemrograman.

Penyiaran Kebijakan Negara lain

Penyiaran di Amerika diikuti prinsip-prinsip pasar kompetititf untuk


menangkap kemungkinan terbesar penonton. Penyiaran pendidikan, muncul dari
awal, kemudian menjadi penyiaran komersial yang relatif miskin, tergantung
pada sumbangan untuk bertahan hidup. Pada tahun 1939, semua sudah diperas
untuk kepentingan komersial. Inggris, pada sisi lain, mendirikan pemerintah
untuk menjalankan British Broadcasting Corporation, yang diprogram oleh
mereka yang bertanggung jawab dan yang dipercaya. Itu masih finansial
didukung oleh biaya lisensi tahunan televisi.
Dimulai pada pertengahan 1950-an, BBC diizinkan sebuah komersial
independen layanan, ITV, beroperasi di bawah regulasi ketat. Banyak negara
mengikuti model Inggris. Selain iklan dan biaya lisensi, metode ketiga berevolusi
untuk mendukung sistem penyiaran nasional: pendanaan pemerintah dilakukan
secara langsung. Di negara-negara otoriter, stasiun radio dan televisi mendapat
dana dari hibah langsung, yang terus melekat erat di tangan para pemimpin
pemerintahan.

Jaringan

Pada awalnya, setiap stasiun radio AS ditransmisikan hanya program sendiri,


tapi keuntungan penyiaran program yang sama selama beberapa Stasiun yang
jelas dengan 1922. Jaringan akan memberikan operasi biaya lebih murah untuk
penyiaran, memberikan pengiklan audiens yang lebih besar, menawarkan
program-program yang lebih baik untuk pendengar yang tinggal jauh dari kotakota besar, dan membatasi persaingan yang efektif. Sebuah siaran pidato
presiden Amerika Serikat menuntut penonton terbesar mungkin. di 1922,
22

insinyur perusahaan telepon bereksperimen dengan stasiun untuk mengirimkan


program yang sama. Hal ini menyebabkan pada awalnya ke jaringan informal
sementara, namun dalam 1926 RCA menciptakan dua jaringan permanen,
Merah, yang saat ini radio NBC, dan Blue, yang akhirnya menjadi ABC. Setahun
kemudian, jaringan CBS dimasukkan bersama-sama. Reksa Broadcasting System,
dimulai pada tahun 1934, menjadi jaringan nasional, dan jaringan regional yang
dibentuk di New England, Midwest, dan Far West.

Keuntungan terbesar dari jaringan adalah kualitas yang lebih tinggi dari
program daripada setiap stasiun bisa mengelola. Uang dari iklan siaran nasional
dibayar untuk penulis, aktor, musisi, penyiar, jurnalis, produser, insinyur, dan
lain-lain yang mengumpulkan drama, komedi, variety show, acara anak-anak,
dan berita program yang dibuat radio di ruang tamu tempat favorit bagi keluarga
untuk mengumpulkan di malam hari. Pada tahun 1920, pengiklan diidentifikasi
produk mereka atas nama program itu sendiri, mengumpulkan tambahan
publisitas ketika log koran tercantum seperti program periklanan "The Eveready
Hour" iklan baterai, dan "The A & P Gypsies" rantai kelontong. Di rumah, set
radio yang didukung oleh baterai sampai 1926. Tidak bisa dihindari bahwa radio
juga akan masuk ke mobil. Sebuah baterai eliminator untuk mobil dikembangkan
pada tahun 1930. Mobil dan radio telah bersama-sama pernah sejak. Pemilik
mobil yang mampu itu custom-made AC bertenaga set radio diinstal.

23

VIII
KAMERA
Kamera, sudah bukan lagi barang baru bagi semua orang di seluruh dunia.
Dengan semakin berkembangnya teknologi, kamera menjadi lebih canggih
dengan hasil foto yang lebih berkualitas. Seiring dengan berjalannya waktu,
fotografi tidak hanya menjadi sumber informasi sejarah, namun juga menjadi
kesenangan pribadi. Masyarakat pun mulai menyadari bahwa kamera dapat
menjadi media berekspresi. Melalui berbagai pameran fotografi, kamera dikenal
tidak hanya sebagai alat mengabadikan momen, namun juga sebagai salah satu
cabang seni. Hingga akhirnya fotografi mulai merebak ke berbagai media
-seperti majalah- pada awal masanya.
Perkembangan kamera dari masa ke masa menjadikan fungsinya pun
bergeser seiring dengan kemajuan teknologi. Semakin lama, kamera muncul
dengan berbagai kemudahan serta penawaran kerja yang cepat, praktis, dan
mudah digunakan.
Kamera sendiri berawal dari sebuah alat serupa yang dikenal dengan
Kamera Obscura yang merupakan kotak kamera yang belum dilengkapi dengan
film untuk menangkap gambar atau bayangan. Pada abad ke 16 Girolamo
Cardano melengkapi kamera obscura dengan lensa pada bagian depan kamera
obscura tersebut. Meski demikian, bayangan yang dihasilkan ternyata tidak
tahan lama, sehingga penemuan Girolamo belum dianggap sebagai dunia
fotografi. Pada tahun 1727 Johann Scultze dalam penelitiannya menemukan
bahwa garam perak sangat peka terhadap cahaya namun beliau belum
menemukan konsep bagaimana langkah untuk meneruskan gagasannya.
Pada tahun 1826, Joseph Nicepore Niepce mempublikasikan gambar dari
bayangan yang dihasilkan kameranya, yang berupa gambaran kabur atap-atap
rumah pada sebuah lempengan campuran timah yang dipekakan yang kemudian
dikenal sebagai foto pertama. Kemudian, pada tahun 1839, Louis Daguerre
mempublikasikan temuannya berupa gambar yang dihasilkan dari bayangan
sebuah jalan di Paris pada sebuah pelat tembaga berlapis perak. Daguerre yang
mengadakan kongsi pada tahun 1829 dengan Niepce meneruskan program
pengembangan kamera, meski Niepce meninggal dunia pada 1833,
mengembangkan kamera yang dikenal sebagai kamera daguerreotype yang
dianggap praktis dalam dunia fotografi.
Kamera pertama muncul dengan menggunakan mekanisme awal untuk
memproyeksikan tampilan di mana suatu ruangan berfungsi seperti cara kerja
kamera fotografis yang modern, kecuali tidak ada cara pada waktu itu untuk
mencatat tampilan gambarnya selain secara manual mengikuti jejaknya. Dalam
24

dunia fotografi, kamera merupakan suatu peranti untuk membentuk dan


merekam suatu bayangan potret pada lembaran film. Pada kamera televisi,
sistem lensa membentuk gambar pada sebuah lempeng yang peka cahaya.
Lempeng ini akan memancarkan elektron ke lempeng sasaran bila terkena
cahaya. Selanjutnya, pancaran elektron itu diperlakukan secara elektronik.
Dikenal banyak jenis kamera potret.
Kemudian George Eastmen mengembangkan kamera yang dinamai Kodak.
Nama Kodak sendiri tidak bermakna, pertimbangan dipilihnya nama ini hanya
berdasarkan kesederhanaan dan mudah untuk diaplikasikan dan mudah diingat.
Hingga akhir sembilan puluhan, 50 tiper kamera berbeda telah ditemukan. Kodak
menawarkan kemudahan melalui kamera buatannya dengan hanya melakukan 3
step sederhana yang berbeda dari kamera pendahulunya yang berat, tidak
mudah dibawa, dan perlu perlakuan ekstra untuk menggunakannya.
Kamera Kodak pertama menawarkan hal menarik pada masyarakat. Selain
mudah digunakan, kamera Kodak pertama memiliki fitur yang cepat dalam
mengambil gambar tanpa perlu menunggu lama, dan memiliki lensa fokus. Pada
awal masanya, mencetak foto dikerjakan oleh perusahaan. Sehingga pengguna
kamera hanya membeli kamera dan menggunakannya saja tanpa bisa mencetak
secara mandiri. Karena pada masa itu mencetak foto merupakan hal rumit yang
hanya dapat dilakukan sebagian orang, sehingga meski harga kamera lebih
murah, namun keseluruhan biaya untuk mencetak foto menjadikannya barang
yang masih tetap mahal.
Kemudian kamera mulai dikembangkan kembali menjadi kamera
berwarna. Kodak kodachrome color film diedarkan pada tahun 1935. Pada tahun
1947 Kodak kembali berinovasi dengan menghadirkan kamera yang dapat
mencetak foto sekejap setelah kamera menangkap gambar, yang lebih dikenal
dengan kamera polaroid. Kamera ini jauh lebih murah disbanding kamera
sebelumnya. Sehingga pada masanya kamera menjadi sebuah barang yang
dapat dimiliki semua orang karena murah, mudah didapat, dan praktis. Kamera
polaroid berwarna pertama diedarkan pada tahun 1963, dan pada 1972 hadir
kembali dengan teknologi Jepang yakni efek zoom dan kamera-serba-otomatis,
dengan fokus yang menyesuaikan secara otomatis pula.
Teknologi kamera berkembag dengan pesat dan bertambah rumit seiring
dengan inovasi-inovasi yang muncul guna memudahkan dan menyederhanakan
penggunaannya. Kamera kemudian tidak hanya menjadi alat untuk mengambil
gambar, namun juga menjadi alat yang lebih kompleks dengan user manual
yang membutuhkan ketrampilan dan latihan.
Kemudian teknologi Jepang menghadirkan kamera yang lebih sederhana
dari pengembangan kamera sebelumnya dengan hanya menekan satu tombol
untuk menggunakannya. Kamera ini diusung tanpa menggunakan film dan sudah
mengarah ke era digital. Pada awal tahun 1980an, Sony Mavica CCD hadir
dengan penyimpanan gambar yang menggunakan teknologi digital yang
disimpan dalam memori tanpa proses kimiawi appaun dan dapat ditransfer
dengan mudah ke media lain. Dengan adanya compact disc sebagai media
25

penyimpanan, fotografer dapat lebih mudah mentransfer foto ke komputer dan


televisi serta mengedit foto tersebut dengan menambahkan efek zoom, efek
music atau narasi, teks, dan gambar lain. Kodak bergabung dengan teknologi
kamera dari Jepang untuk membuat dan mengenalkan Advanced Photo System
pada tahun 1996. Kamera ini memiliki teknologi jauh lebih lengkap dengan
menawarkan kemudahan pada penggunanya untuk memilih jenis lensa yang
diinginkan dengan penambahan keterangan tanggal, lokasi, dan judul (subject).
Pada awal masanya, foto dikenal sebagai objek yang tidak dapat
berbohong. Namun dalam perkembangannya, masyarakat mulai kreatif dalam
menggunakan kamera. Berbagai kreatifitas dituangkan melalui foto yang diedit,
ditambahi, atau dikurangi dengan menghadirkan kesan yang baru. Kini, semua
orang bisa berada dimana pun dan kapan pun dengan mengedit foto miliknya
dan menggabungkannya dengan foto tempat atau waktu di jaman yang berbeda
sekalipun. Hal ini pertama kali dilakukan pada tahun 1920an oleh beberapa
editor majalah yang menggabungkan beberapa foto untuk dijadikan cover.
Namun pada tahun 1950an, masyarakat mulai menggunakannya untuk
kepentingan politik yang tidak baik dengan memanipulasi foto yang merugikan
pihak tertentu.

Pada mulanya, fotografi hanyalah media yang mengandung informasi


sejarah, hiburan, dan seni. Sebagai seorang jurnalis, foto mengandung informasi
yang tidak dapat disampaikan kata-kata melalui rekam jejak gambar saat sebuah
peristiwa terjadi. Foto berfungsi juga di bidang medis dengan adanya foto x-ray.
Di bidang ilmu pengetahuan foto menjadi sebuah hal yang dapat mengabadikan
sesuatu yang tidak terlihat menjadi terlihat. Melalui fotografi semua orang dapat
membagikan kenangan pada kerabat dan sahabatnya melalui album foto yang
menangkap memori bahagia maupun sedih.

26

XI
FILM YANG BERCERITA
Pada awalnya, motion picture atau film hanya menampilkan potongan
kejadian nyata di kehidupan sekitar. Namun, seiring berjalannya waktu, penonton
film beralih ke film yang memiliki cerita atau film fiksi. Hal itu diprakarsai oleh
George Mellis, penyelenggara pertunjukan sulap yang kemudian membuat film
fiksi pertama berjudul A Trip To The Moon. Sejak saat itu, permintaan konsumen
film pun bergeser ke arah film fiksi.

Nickelodeon

Nickelodeon ialah teater film kecil yang populer di era Victorian. Nama
Nickelodeon diambil dari kata nickel, yakni nama koin berharga lima sen dan
juga kata odeion, yang dalam bahasa Yunani berarti teater beratap. Nickelodeon
pertama didirikan di Pittsburgh tahun 1904. Pada tahun 1907 popularitas
Nickelodeon telah memuncak. Setidaknya 2500 Nickelodeon telah dibuka. Tak
tanggung-tanggung, Nickelodeon pun mampu menjual 200 ribu tiket per harinya.
Bagi kaum era Victorian, terutama yang berasal dari kelas menengah,
Nickelodeon memiliki kemenarikan tersendiri. Kala itu, dunia hiburan dibatasi
bagi kaum wanita. Dengan hadirnya Nickelodeon, maka kaum wanita pun
memiliki akses mudah untuk menonton film setelah berbelanja atau
menyelesaikan urusan rumah tangga.
Nickelodeon membawa hiburan yang terjangkau bagi kaum miskin, baik
yang memiliki kesulitan ekonomi maupun keterbatasan waktu untuk hiburan
27

berbayar yang lain. Namun, Nickelodeon hanya terbatas pada kaum berkulit
putih di Amerika Serikat. Sebab, masyarakat berkulit hitam masih dalam era
rasisme sehingga mereka belum diperbolehkan memasuki Nickelodeon.

Salah satu
Nickelodeon di
California,
Amerika Serikat
pada tahun
1955.
Sumber:
hollywoodhistori
cphotos.ipower.c
om

Ketakutan Pada Ide Revolusi

Kaum berekonomi menengah ke atas di Amerika tidak sering mengunjungi


Nickelodeon. Namun, muncul ketakutan pada berbagai ide revolusioner yang
ditanamkan kepada masyarakat. Hal ini dikarenakan mereka yang datang ke
Nickelodeon biasanya berasal dari kaum tidak berpendidikan yang tentunya akan
lebih mudah dihasut.
Berbagai regulasi pun bermunculan. Regulasi baru ini mengakibatkan
konten yang ditayangkan di Nickelodeon dibatasi, disensor atau bahkan tidak
diperlihatkan sama sekali. Peraturan ini banyak digagas oleh para pemilik salon
yang kehilangan pelanggannya, pemilik penginapan hingga menteri yang
kehilangan pendukungnya dalam kongres.
Meski begitu, keadaan berubah satu dekade kemudian. Seiring
berjalannya waktu, nickelodeon tidak hanya dinikmati oleh kaum miskin saja,
namun juga oleh kaum menengah di Amerika Serikat. Di saat yang sama,
penikmat film pun lebih menyukai film feature yang berdurasi lebih panjang
daripada film pendek biasanya.
Solusinya ialah membangun teater yang lebih besar yang mampu
menampung ratusan, bahkan ribuan penonton. Istana film pertama yang
dibangun adalah The Strand Theater di Broadway, New York. Penyangan perdana
film di teater ini tahun 1914 meraup sukses yang luar biasa. Teater ini mampu
menampung hingga tiga ribu penonton dalam satu putaran film. Tiga tahun
28

kemudian, setidaknya 21 ribu teater baru telah selesai didirikan di Amerika


Serikat.
Seiring berjalannya waktu, siklus film pun berubah. Tidak hanya menjual film
kepada teater, kini produsen film juga menyewakannya. Teater pun mulai
bekerja sama dengan studio film sebagai produsen. Hal itu memicu kelahiran
Warner Bros, yang lahir di teater Warner Bros. Juga Paramount dan MGM yang
masing-masing lahir di teater Paramount dan teater Loews.

Pasar Untuk Cerita Sederhana

Para pencinta film memiliki masalah tersendiri. Mereka lebih gemar kabur
dalam dunia fantasi. Realitas yang ditampilkan dalam film bukanlah hal yang
ingin mereka tonton. Penonton lebih memilih film fiksi yang bersifat menghibur.
Pada tahun 1903 direktur fotografi Edwin Porter membuat film The Great
Train Robbery. Film berdurasi delapan menit ini menceritakan seorang bandit
yang kejar-kejaran dengan polisi. Untuk pertama kalinya, kamera ikut bergerak
seiring dengan aksi aktor, baik dalam ruangan maupun di luar ruangan.
Penonton yang sangat tertarik, pun kemudian meminta lebih. Movie maker
mendengarkan.
Salah satu
adegan Film The
Great Train
Robbery tahun
1903,
Disutradarai oleh
Edward S. Porter
Sumber:
http://www.brita
nnica.com/

Kebanyakan pembeli tiket datang dari kaum miskin dan tidak terdidik.
Diantara mereka juga ada kaum imigran yang bahkan tidak bisa berbahasa
inggris. Tradisi burlesque yang sebagian merupakan komodi laku laris di pasaran.
Begitu pula dengan kisah petualangan dan romansa yang bisa dinikmati oleh
semua orang. Orang-orang ini dengan suka rela menjajakan uang hasil jerih
payah mereka demi komedi visual dan cerita.
Namun, genre yang paling populer tetaplah genre komedi. Karakter Keystone
Kops dan The Tramp yang diperankan Charlie Chaplin pun mendapatkan banyak
cinta dari penikmat film. Bagi penonton, film merupakan sarana untuk kabur
sejenak dari rutinitas dan kepenatan dunia mereka.
29

Sang Aktor

Seiring dengan kepopuleran film di masyarakat, pemirsa pun memiliki


keterikatan kepada aktor yang memainkan film yang mereka tonton. Pada
awalnya, dalam film tidak ada pemeran utama maupun bintang film. Aktor dalam
film hanyalah orang yang datang dan pergi setelah memerankan sebuah
karakter.
Produser film pun tidak pernah memberikan publikasi kepada aktor. Hal ini
dikarenakan adanya ketakutan permintaan tambahan gaji dari para aktor.
Namun, situasi ini segera berubah. Para pemilik teater melaporkan banyak
penonton yang ingin melihat wajah familier dari sang aktor. Berita pun tersebar
bahwa penonton akan melihat aktor kesayangan mereka kembali. Hal itu berarti
tiket lain untuk dipasarkan.
Memasuki tahun 1915, gaji dan status para aktor pun melonjak tinggi.
Charlie Chaplin misalnya. Pemeran The Tramp in hanya digaji 125 dolar per
minggunya pada tahun 1914. Memasuki tahun 1915, gajinya telah melambung
hingga $10000 per minggu ditambah $150000 untuk penandatangan kontrak
kerja.

Charlie Chaplin dalam perannya, The Tramp.


Sumber:
Allstar Collection/Cinetext//Sportsphoto Ltd

Assembly Line Production

Tren melodrama dalam perindustrian film berkembang menjadi film


romantis sejak lahirnya film The Birth of a Nation tahun 1915. Film berdurasi 3
jam ini merupakan manipulasi dari potongan adegan panjangm pendek dan
medium. Serta adegan close up yang menimbulkan kontroversi.
D.W. Griffith, sang direktor bersikeras dengan adegan close up meskipun
eksekutif studio menentangnya. Saat itu, cara pengambilan gambar dengan
teknik close up belum menjadi hal yang lazim dalam industri film. Namun,
terobosan ini ternyata bisa sukses besar. Bahkan, The Birth of a Nation menjadi
standar baru dalam pengambilan gambar film di kemudian hari.

30

Namun, meski berhasil meraih kepopuleran tinggi, film ini juga dianggap film
yang rasis. Hal ini karena kaum kulit hitam digambarkan sebagai karakter yang
kejam dan inferior. Berbagai protes pun berdatangan dari masyarakat Amerika
Serikat. Namu ternyata hal ini hanya meningkatkan kepopularitasan film ini.
Masyarakat kulit hitam sendiri tidak terlalu memusingkan problema ini. Hal ini
karena pada zaman itu masyarakat kulit hitam masih belum diperbolehkan
memasuki teater film.

Motion Picture di Negara Lainnya

Selain di Amerika serikat, berbagai negara kecil maupun besar di belahan


dunia mana saja mulai menciptakan tren sinema mereka. Bersamaan dengan
industri penerbangan nasional yang berkembang, industri perfilman juga
menjadi poin dari kebanggan nasional negara.
Di era Perang Dunia I, Hollywood yang menjadi pusat perfilman Amerika
meraup keuntungan yang sangat besar. Hal ini dikarenakan hampir semua studio
film di Eropa ditutup karena perang. Sehingga cinema di Eropa pun mulai
mengimpor film Amerika demi memenuhi kebutuhan konsumen film. Setelah
masa tersebut, barulah muncul kembali bibit perkembangan era film baru di
berbagai negara.

Motion Picture di Prancis

Prancis, sebagai negara yang mengawali dunia motion picture


tertinggal jauh semasa perang. Namun, Prancis menawarkan pengalaman
menikmati bentuk tidak biasa dari ekspresi film, begitu juga dalam puisi
dan musik.
Selepas Perang Dunia II, sebuah tradisi baru menyapu industri
perfilman Prancis. Disebut sebagai New Wave, konsep film ini
memberontak dari moralitas dan kode etik yang berlaku. Dengan itu,
muncul tradisi ateur, yakni film yang dibuat hanya berdasarkan satu ide,
yakni ide dari produser film. Bukan gabungan dari pemusik, penulis
skenario dan sebagainya.
Motion Picture di Rusia
Semenjak Revolusi Bolshevik tahun 1917, dunia perfilman Rusia
digunakan sebagai media propaganda ideologi Marxisme. Digawangi oleh
Lenin, media massa merupakan media yang sangat efektif dalam
menyebarkan propaganda. Berbagai film yang digarap sineas brilian
seperti Sergei Eisenstein pun gencar tayang dan menyebarkan
komunisme.

31

Motion Picture di Jerman

Di Jerman, industri perfilman tumbuh dengan pesat selepas Perang


Dunia I. Kekalahan Jerman dalam PD I membuat film Jerman lebih
psikologikal daripada film Amerika yang bertema ringan. Sineas Jerman
mengeksplorasi sisi lebih gelap dari jiwa, mencerminkan keputusasaan
dan rasa pahit dari kekalahan Jerman di perang. Bahkan, banyak orang
menyebut perindustrian film Jerman mencapai titik tertingginya pada titik
terendah keadaan negara Jerman.
Namun sayang, semua berubah ketika Nazi mengambil alih
pemerintahan Jerman. Layaknya Rusia, film film Jerman juga mulai diisi
dengan propaganda. Hanya saja kali ini propagandanya ialah propagada
Nazi.

Motion Picture di Britania Raya

Di dataran Inggris, tema film sosial dokumentary film tetap populer


di era PD II dan era Depresi. Namun, tema komedi Inggris juga populer di
masyarakat. Bahkan film Passport to Pimlico dan Tight Little Island
mendapat apresiasi yang tinggi di USA.

Salah satu adegan


dalam film
Passport to
Pimlico.
Sumber:
http://www.thesai
nt-online.com/

Masuknya Suara dalam Film

Hingga tahun 1926, industri perfilman masih menggunakan film bisu


tanpa suara dialog aktornya. Terobosan film bersuara digagas oleh pemilik
Warner Bross, Henry M. Warner. Pada masa itu, Warner Bross hampir bangkrut
dan putus asa. Saat itu Henry bertanya apakah publik ingin mendengar aktor
bersuara. Dan publik mengiyakan pertanyaan itu.
32

Warner pun membuat terbosan dalam dunia perfilman. Tahun 1926,


Warner menghadirkan efek denting pedang saat berduel di film Don Juan. Namun
Warner tidak mencoba lyp-sync aktor. Setahun kemudian, Warner menghadirkan
lyp-sinc pada dialog film The Jazz Singer yang menjadi lyp-sync pertama dunia
perfilman.
Terobosan baru ini pun mendapat protes yang kuat dari produser film. Hal ini
karena para produser beranggapan Warner telah menggoncangkan perahu.
Namun, hadirnya inovasi ini menaikkan penjualan tiket dengan signifikan.
Bahkan tahun 1929, film Broadway Mellodyi mendapatkan Academy Awards untu
best picture.

Kedatangan Warna Dalam Film

Pada awalnya, beberapa film dilukis secara manual setiap framenya.


Namun kemudian cara itu diketahui tidak efektif. Pada proses lainnya, adegan
film diwarnai, setiap segmen film dicelupkan ke dalam tinta warna sesuai dengan
adegan yang ditampilkan.
Awal lahirnya teknik warna dalam film muncul pada tahun 1897 ketika film
pertama kali muncul. Namun, hanya technicolor temuan Herber Kalmus yang
sukses membuat proses film dua warna. Kemudian technicolor ini dikembangkan
menjadi 3 warna di kemudian hari.
Technicolor ini kemudian mengambilalih pasar Hollywood. Publik selalu
peduli dan mempengaruhi pasar. Antrian panjang film Gone With the Wind
tentunya membuktikan bahwa publik lebih suka cerita romantis yang diwarnai
technicolor.
Pada tahun 1980, saat film hitam putih mulai diwarnai untuk siaran
televisi, muncul protes karena pewarnaan film hitam putih dengan komputer
dianggap merusak keorisinilan karya sang sutradara. Namun tetap saja, publik
lebih menyukai film berwarna. Dan opini publik selalu menang. Maka dari itu
pewarnaan film hitam putih terus dilaksanakan tanpa peduli versi original
filmnya.

Sang Bintang dan Filmnya

Majalah untuk fans film, Photoplay muncul untuk pertama kalinya pada
tahun 1910. Saat Motion picture Story setahun kemudian menanyakan penonton
tentang film favorit mereka, ternyata banyak penggemar film yang menanyakan
tentang aktor dan aktris dalam film yang mereka tonton.
Sistem bintang film adalah salah satu cara bagi publik untuk menentukan
ke arah mana industri perfilman akan berjalan. Mereka menyukai affair antara
fans dan objek fantasi mereka dalam layar perak. Dalam dekade ke depan, aktor
dan aktris bermetamorfase menjadi ahli pemicu publikasi sebuah garapan film.

33

Sistem bintang film mencapai titik puncaknya pada tahun 1930, 1940 dan
1950 an. Dekade demi dekade artis dan aktor top menjadi nama dalam rumah
tangga. Musikal tahun 1930 an merupakan titik terterang Hollywood. Beberapa
studio memproduksi musikal, namun tidak ada yang sesukses MGM, yang
memiliki penampilan yang stabil dibawah kontrak.
Plot yang seringkali absurd dan mudah ditebak menambah pesona
tersendiri pada musikal garapan MGM. Selain itu, musikal MGM juga laku keras
karena MGM menuruti keinginan masyarakat. Yakni keinginan untuk kabur
sejenak dalam nyanyian, tarian dan dunia fantasi technicolor yang MGM
tawarkan.
Show MGM
sepanjang
masa: An
American in
Paris karya
Vincente Minelli,
1940.
Sumber:
http://www.cine
masonline.co.uk

Sensor

Sejarah tentang munculnya film tidak hanya terjadi di Amerika namun juga
hampir di seluruh dunia. Ditengah kebebasan membuat film yang semakin
meluas, perlu dibuat sebuah peraturan untuk mengkontrol isi dalam film-film
tersebut.
Sensor yang terdapat dalam film dimulai pada tahun 1909 yang ditegakkan di
New York oleh Badan Sensor Film Nasional. Badan Sensor Film Nasional atau
National board of Censorship of Motion Pictures dibuat oleh para anggota
perfilman itu sendiri. Pada tahun 1992, industri film membangun Hays Office.
Diberi nama demikian berdasarkan nama ketua yang pertama yaitu Will Hays.
Hays Office didirikan untuk melindungi penonton dari adegan kekerasan dan
tidak senonoh.
Pemimpin protestan dan katolik berpendapat bahwa peraturan sensor pada
film waktu itu terlalu lemah, sehingga bisa dilanggar. Hal ini berlangsung selama
beberapa dekade. Sensor yang awalnya berfokus pada adegan seks dan
kekerasan mulai bertambah pada hal-hal politik. Hal-hal yang dilarang seperti
perselisihan antara pekerja dan pimpinannya, pemerintah dan police corruption,
serta ketidakadilan.
Film-film yang gagal memenuhi standar akan di-blacklist dan diboikot.
Beberapa kota dan wilayah membangun peraturan tentang sensor unteuk
34

mengevaluasi film, tapi standar sensor yang diterapkan oleh masing-masing


daerah berbeda. Salah satu contohnya adalah peraturan di Kansas, scene film
yang disensor adalah adegan merokok atau minum-minuman keras dan mereka
membatasi adegan ciuman hanya untuk beberapa detik.
Film-film impor dan perkembangan televisi juga mempengaruhi peraturan
sensor pada akhirnya. Industri perfilman memutuskan standar tunggal manual
yang dapat dilihat atau didengar di dalam film, yaitu kontrol penonton
berdasarkan usia. Pada tahun 1968 diterapkan kode sensor seperti yang kita
ketahui sampai sekarang yaitu G, PG, R dan X.

Isu-Isu Politik

Selama masa-masa ekonomi yang menurun, masyarakat lebih menyukai film


komedi dan petualangan, karena film dengan genre tersebut bisa menghibur
masyarakat dan membantu mereka melupakan masalah sehari-hari. Pada waktu
itu masyarakat sangat menghindari jenis film yang sedih atau film-film serius,
sehingga Industri perfilman Hollywood tidak memproduksi genre film ini. Pada
tahun 1939 rata-rata delapan puluh lima juta tiket film terjual setiap minggu.
Selama perang dunia ke 2, Hollywood memproduksi film dengan tema
perang dengan semangat patriotik. Setelah perang, beberapa produser
mengumpulkan usaha mereka, dan untuk pertama kalinya industri film
memproduksi film dengan isu-isu sosial seperti racism dan anti-Semitsm seperti
Home of the Brave (1949), Pinky (1949), and Gentleman's Agreement (1947).
The Lost Weekend (1945) tentang kecanduan alkohol, Brute Force (1947) dengan
kekerasan di penjara dan The Snake Pit (1948) dengan cerita orang gila.
Setelah Perang Dingin yang akhirnya dilanjutkan oleh Perang Dunia II,
terjadi perpecahan politik di Hollywood. Aktor-aktor, penulis naskah, dan
sutradara yang dicurigai menganut ajaran komunis di-blacklist dan dilarang
bekerja. Studio perfilman mulai menghentikan film yang bertema perubahan
sosial. Film-film yang bertema hiburan lebih populer dimasa itu karena dianggap
tidak bermasalah dengan kehidupan sosial.
Hal ini berlangsung selama beberapa tahun, tapi untungnya kesakitan dan
kesedihan yang dirasakan masyarakat telah hilang, meskipun lukanya masih
tersisa sampai sekarang. Problem-problem sosial mulai diangkat kembali dalam
film dengan lebih jujur dan terus terang. Pada waktu tertentu, tema seperti
sebagai hubungan ras yang bermusuhan, homoseksualitas, kebrutalan polisi, dan
korupsi politik beredar luas dipasaran. Tidak lama kemudian, Spike Lee dipuji
oleh para kritikus melalui fimnya Do The Right Thing (1988), yang meneliti
hubungan ras kulit hitam dan putih.
Film-film bioskop bersaing secara nasional dan internasional untuk meraih
dolar penonton. Dimana adegan seks yang jelas dan kekerasan yang cukup
terdapat dalam film-film tersebut. Penonton jelas bersedia membayar untuk
melihat semua hal itu. Pada akhirnya penonton berhasil mendapatkan apa yang
mereka ingin lihat dalam film.

Drive-In

35

Tempat pemutaran film serta tempat teater segera gulung tikar ketika
televisi telah merambah semua kalangan, khususnya kalangan menengah
keatas. Hanya beberapa tempat pertunjukan saja yang masih bertahan diantara
persaingan. Dan muncullah drive-in (di Indonesia disebut juga dengan layar
tancap). Drive-in merupakan solusi orang-orang telah penat melihat televisi
seharian. Bersantai sore hingga menjelang malam dengan menonton
pertunjukan di layar besar bersama keluarga merupakan hal yang ditawarkan
oleh Drive-in. berbeda dengan teater yang merupakan tempat hiburan eksklusif
yang gemerlap dan mewah, Drive-in menjadi tempat favorit untuk mendapat
hiburan bagi semua kalangan tanpa perlu berpakaian resmi dan kelengkapan
serba resmi dan mewah lainnya.

Era Pertelevisian

Produser studio televisi di era tahun 1940an hingga 1950an menganggap


televisi sebagai fad, mode yang sedang hit. Lama-kelamaan, pertelevisian
menjadi semakin murah dan penghasilan yang mereka dapatkan tidak sebanding
dengan banyaknya pengeluaran. Tidak ada studio yang bertahan dengan
tingginya angka defisit yang semakin naik. Sehingga banyak diantaranya yang
memutus hubungan kerja dengan karyawan serta aktor-aktor dengan bayaran
mahal. Kemudian, beberapa mulai berinovasi untuk mengembangkan tempat
pemutaran film yang nyaman dan dengan layar yang besar, yakni bioskop.
Dengan adanya bioskop, masyarakat kemudia tergiur dengan fasilitas yang
ditawarkan. Dekat dengan pusat perbelanjaan dan dihadirkan dengan kursi yang
nyaman, dan fasilitas parkir yang besar membuat banyak orang beralih untuk
menonton film di bioskop daripada drive-in.

Jadwal Distribusi

Kemudian industri hiburan mulai berkembang dengan sangat pesat. Media


film menjadi bervariasi. Setelah hadir televisi, drive-in, dan bioskop, menyusul
kemudia video-tape yang menyimpan film dalam sebuah benda ringan praktis.
Untuk menontonnya tidak perlu jauh-jauh ke bioskop. Inovasi-inovasi kemudian
bermunculan. Media perfilman tak hanya melulu dalam gedung bisokop dan
televisi, namun juga merambah pada persewaan film, dan menonton film
menjadi lebih murah dari hari ke hari. Hingga akhirnya muncullah channel
televisi khusus yang memutar film seperti HBO dan Cinemax. Dengan semakin
canggihnya teknologi, televisi pun mampu menghadirkan sensasi yang hampir
sama dengan teater sesungguhnya, yakni dengan ditemukannya home-teather
yang memiliki fasilitas dengan kualitas gambar dan suara bak bioskop.

Membuat Film dengan Murah

Dengan ditemukannya kamera Kodak, film menjadi sesuatu hal yang dekat
dengan masyarakat. Semua orang dapat dengan mudah membuat film mereka
sendiri dengan kamera pribadi. Dan majunya teknologi membawa era baru bagi
industri perfilman dengan meningkatkan kualitas film serta menghadirkan film
dengan sentuhan baru yang modern.

36

PENUTUP
Kesimpulan
Perkembangan media massa secara keseluruhan tidak bisa lepas dari
perkembangan dunia hiburan. Masyarakat sendiri tidak bisa dikatakan menerima
seratus persen informasi yang berisi perpolitikan, ekonomi, atau kasus-kasus
yang tersebar di penjuru dunia, melainkan butuh sesuatu dengan bobot yang
lebih ringan sebagai pengiring kehidupan.
Hiburan yang diperuntukkan bagi masyarakat, tidak hanya diluncurkan
melalui koran, majalah, novel, dan media tertulis lain, entah dalam bentuk
komik, cerita, atau kuis-kuis penyegar suasana. Hiburan, seiring dengan
ditemukannya media-media baru yang masing-masing memiliki cerita panjang
hingga akhirnya bisa diproduksi secara luas dan dijangkau oleh masyarakat dari
berbagai golongan. Runtutan kisah yang melewati banyak suka duka tersebut
akhirnya yang membuat kita saat ini bisa menikmati hiburan dalam bentuk
musik, rekaman, foto, hingga film.

Saran
Perkembangan, perubahan zaman, hal-hal demikian tidak bisa kita hindari
atau abaikan. Perputaran masa dan penemuan hal-hal baru akan semakin
gencar, apalagi setelah datangnya era modern. Yang bisa kita lakukan kini, tidak
hanya menikmati romantisme sejarah, melainkan menjadikan sejarah sebagai
pelajaran dalam menghadapi permasalahan yang akan datang.
Menyadari sejarah panjang dunia hiburan tersebut, penyusun menyadari
masih banyak hal yang belum dibahas dalam makalah ini, terutama
perkembangannya di negara sendiri, Indonesia. Makalah juga belum memuat
poin-poin global secara terperinci, karenanya kritik dan saran yang bermanfaat
bagi penyusunan makalah berikutnya sangat diharapkan.

37

DAFTAR PUSTAKA

E-Book:
A History of Mass Communication - Six Information Revolutions by Irving Fang
Websites:
http://en.wikipedia.org/wiki/Phonograph
http://soundbeat.org/2013/01/28/phonograph-history-2/
http://amoztolakis.blogspot.com/2010_10_01_archive.html
http://belajar-sampai-mati.blogspot.com/2012/06/kapan-rekaman-kaset-pertamadilakukan.html
https://en.wikipedia.org/wiki/Magnetophon
http://id.wikipedia.org/wiki/Audio_digital
http://obenkz.blogspot.com/2013/09/magnetic-recording-tape-perekamsejarah.html
http://www.theregister.co.uk/Print/2013/09/09/history_of_magnetic_tape_part_one
/

38

Anda mungkin juga menyukai