Anda di halaman 1dari 27

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

Budaya Masyarakat
Pedesaan dan Perkotaan

Disusun Oleh

Kelompok 5

Anggota

Mela Prihandina

(06121408003)
Sri Yanuarti

(06121408009)

Novelia Citra Resmi


(06121408020)
Sherly Oktaviani
(06121408021)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU


PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013/2014

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i
BAB I

PENDAHULUAN 1

1.1

Latar Belakang............................................................................................1

1.2

Rumusan masalah.......................................................................................1

BAB 2

PEMBAHASAN 2

2.1

Pengertian Masyarakat................................................................................2

2.3

Pengertian Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan.........................................6

2.3

Ciri ciri masyarakat pedesaan dan perkotaan...........................................9

2.4

Pola Kebudayaan Masyarakat Desa dan Kota...........................................13

2.5 Hubungan Desa Kota, hubungan Pedesaan Perkotaan.........................18


BAB III
3.1

PENUTUP

20

Kesimpulan................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA 21
LAMPIRAN 22

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai banyak daerah-daerah
yang tersebar didalamnya. Sekelompok manusia yang menempati suatu daerah
disebut masyarakat. Dalam arti sempit, masyarakat merupakan sekelompok
manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu, misal teritorial, bangsa,
golongan dan sebagainya. Ada 2 tipe masyarakat yaitu masyarakat perkotaan dan
perdesaan. Seperti yang dikemukakan oleh para ahli atau sumber bahwa
masyarakat Indonesia lebih dari 80% tinggal dipedesaan.
Disetiap daerah di Indonesia mempunyai budaya masing-masing sehingga di
setiap daerah mempunyai ciri-ciri dan sifat-sifat yang berbeda-beda dan menjadi
ciri khas daerah tersebut. Oleh karena itu, pada makalah ini kami akan membahas
mengenai Budaya Masyarakat Perkotaan dan Perkotaan.

1.2

Rumusan masalah
1.
2.
3.
4.
5.

Apa pengertian masyarakat?


Apa pengertian masyarakat perkotaan dan perdesaan?
Apa ciri-ciri masyarakat perkotaan dan perdesaan?
Bagaimana Pola kebudayaan Masyarakat pedesaan dan perkotaan?
Bagaimana hubungan desa kota, hubungan pedesaan perkotaan?

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Masyarakat


Definisi adalah uraian ringkas untuk memberikan batasan batasan
mengenai sesuatu persoalan atau pengertian ditinjau daripada analisis. Analisis
Inilah yang memberikan arti yang jernih dan kokoh dari sesuatu pengertian.
Mengenai arti masyarakat, ada beberapa definisi mengenai masyarakat dari
para sarjana, seperti misalnya :
1) R. Linton : Seorang ahli antropologi mengemukakan, bahwa masyarakat
adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan
bekerjasama, sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan dirinya
berpikir tentang dirinya dalam satu kesatuan sosial dengan batas batas
tertentu.
2) M.J. Herskovits : Mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok
individu yang diorganisasikan dan mengikuti satu cara hidup tertentu.
3) J.L. Gillin dan J.P. Gillin : Mengatakan bahwa masyarakat adalah
kelompok manusia yang terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap
dan perasaan persatuan yang sama.
Masyarakat itu meliputi pengelompokan pengelompokan yang lebih
kecil.
4) S.R. Steinmetz : Seorang sosiolog bangsa Belanda mengatakan, bahwa
masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar, yang meliputi
pengelompokan pengelompokan manusia yang lebih kecil, yang
memounyai perhubungan yang erat ada teratur.
5) Hasan Shadily : mendefinisikan masyarakat adalah golongan besar atau
kecil dari beberapa manusia, yang dengan pengaruh bertalian secara
golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satusama lain.
Jika mengikuti definisi Linton, maka masyarakat itu timbul dari setiap
kumpulan individu, yang telah lama hidup dan bekerja sama dalam waktu yang
cukup

lama.

Kelompok

manusia

yang

dimaksud

diatas

yang

belum

Sherly Oktaviani

terorganisasikan mengalami proses yang fundamental, yaitu :


2

a) Adaptasi dan organisasi dari tingkah laku para anggota.


b) Timbul perasaan berkelompok secara lambat laun atau I esprit de cerpa.
Proses ini biasanya tanpa disadari dan diikuti oleh semua anggota kelompok
dalam suasana trial and error. Dari uraian tersebut diatas dapat dilihat bahwa
masyarakat dapat mempunyai arti yang luas dan arti yang sempit. Dalam arti luas
masyarakat dimaksud keseluruhan hubungan hubungan dalam hidup bersama
dan tidak dibatasi oleh lingkungan, bangsa dan sebagainya. Atau dengan kata lain:
kebulatan dari semua perhubungan dalam hidup bermasyarakat. Dalam arti sempit
maksyarakat dimaksud sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek aspek
tertentu, misalnya teritorial, bangsa, golongan dan sebagainya.
Umpama : ada masyarakat Jawa, ada masyarakat Sunda, masyarakat Minang,
masyarakat mahasiswa, masyarakat petani, dan sebagainya, dipakailah kata
masyarakat itu dalam arti sempit. (Drs. Abu Ahmadi,2009:225 226)
Masyarakat merupakan kesatuan yang lebih luas daripada keluarga.
Masyarakat terdiri dari keluarga keluarga yang berdiri sendiri (independent).
Namun, keluarga bukanlah masyarakat. Masyarakat merupakan suatu kesatuan
yang terbentuk atas dasar adanya pembagian pekerjaan sosial (division of labor),
sedangkan keluarga terbentuk melalui insting dan afeksi.
Pembagian pekerjaan dalam keluarga tidak begitu terlihat karena jumlah
anggotanya relatif sedikit. Hal ini berbeda dengan kondisi masyarakat yang
mempunyai jumlah anggota relatif banyak. Semakin besar jumlah anggota
masyarakat cenderung akan semakin banyak pula spesialisasi pekerjaan yang
berbeda satu dengan yang lainnya. Didalam kehidupan masyarakat juga terdapat
suatu kondisi yang sifatnya saling ketergantungan dari para anggota mansyarakat.
Hal ini memperlihatkan bahwa dalam suatu masyarakat terdapat saling
ketergantunan dalam fungsi (independent of function) (Budhi Oetoyo : 2005).
Mengingat definisi definisi masyarakat tersebut diatas maka dapat diambil
kesimpulan, bahwa masyarakat harus mempunyai syarat syarat sebaai berikut :
Sherly Oktaviani

a) Harus ada pengumpulan manusia, dan harus banyak, bukan pengumpulan


binatang;
3

b) Telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama disuatu daerah tertentu;
c) Adanya aturan aturan atau undang undang yang mengatur mereka
untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama.
Dipandang dari cara terbentuknya, masyarakat dapat dibagi dalam :
1) Masyarakat paksaan, misalnya : negara, masyarakat tawanan dan lain
lain.
2) Masyarakat merdeka, yang terbagi dalam :
a) Masyarakat natuur, yaitu masyarakat yang terjadi dengan
sendirinya, seperti gerombolan (horde), suku (stam), yang bertalian
karena hubungan darah atau keturunan.
Dan biasanya masih sederhana sekali kebudayaannya.
b) Masyarakat kultur, yaitu masyarakat yang terjadi

karena

kepentingan keduaniaan atau kepercayaan, misalnya : koperasi,


kongsi perekonomian, gereja dan sebagainya.
Apabila berbicara tentang masyarakat, terutama jika mengemukakannya
dari sudut antropologi, maka terdapat kecenderungan untuk melihat 2 tipe
masyarakat:
Pertama, satu masyarakat kecil yang belum begitu kompleks, yang belum
mengenal pembagian kerja, belum mengenal struktur dan aspek aspeknya masih
dapat dipelajari sebagai satu kesatuan.
Kedua, masyarakat yang sudah kompleks, yang sudah jauh menjalankan
spesialisasi dalam segala bidang. Karena ilmu pengetahuan modern sudah maju,
teknologi maju, sudah mengenal tulisan, satu masyarakat yang sukar diselidiki
dengan baik dan didekati sebagian saja.
Sebenarnya pembagian masyarakat dalam 2 tipe itu hanya untuk keperluan
penyelidikan saja. Dalam satu masa sejarah antropologi, masyarakat yang
Sherly Oktaviani

sederhana itu menjadi obyek penyelidikan dari antropologi, khususnya


antropologi sosial. Sedang masyarakat yang kompleks, adalah terjadi obyek
penyelidikan sosiologi.
Sekarang ruang lingkup penyelidikan antropologi dan sosiologi tidak
mempunyai batas batas yang jelas. Hanya pada metode metode penyelidikan
4

ada beberapa perbedaan. Antropologi sosial mengarah penyelidikannya kearah


perkotaan. Sedang sosiologi melebarkan studinya kedaerah pedesaan. Sebenarnya
dua tipe masyarakat itu berbeda secara gradual saja, bukan secara prinsipil.
(Drs. Abu Ahmadi,2009:226 228)

2.3 Pengertian Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan


Sherly Oktaviani

a. Masyarakat Pedesaan
Kamus Besar Bahas Indonesia Edisi II, Balai Pustaka, 1994, Jakarta :
Desa adalah kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang
mempunyai sistem pemerintahan sendiriUU No.5 tahun 1979
Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai
kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat dan


berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan dengan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. (Reza Andreawan : 19 april, sabtu jam 20:00)
Menurut Sutardjo Kartohadikusuma Desa adalah suatu kesatuan hukum di
mana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan sendiri.
Menurut Bintarto Desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografi, sosial,
ekonomi, politik dan kultural yang terdapat di situ ( suatu daerah ) dalam
hubungannya dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain.
Sedangkan menurut Paul H. Landis Desa adalah penduduknya kurang dari 2.500
jiwa.
Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan yang kuat sesama warga
desa, yaitu perasaan setiap warga atau anggota masyarakat yang amat kuat yang
hakikatnya, bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari masyarakat dimana ia hidup dicintainya serta mempunyai
perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi masyarakat atau anggotaanggota masyarakat, karena beranggapan sama-sama sebagai anggota masyarakat
yang saling mencintai, menghormati, mempunyai hak tanggung jawab yang sam
terhadap keselamatan dan kebahagian bersama di dalam masyarakat. (Drs. Abu
Ahmadi, 2009 : 241)
b. Masyarakat Perkotaan
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi II, Balai Pustaka, 1994, Jakarta :
Novelia
Citradaerah
Resmi pemukiman yang terdiri atas bangunan rumah yang merupakan
Kota
adalah
kesatuan tempat tinggal dari berbagai lapisan masyarakat;daerah ang merupakan pusat
kegiatan pemerintahan, ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya.

Prof Bintarto, Geografi SMU, 1995, Jakarta :


Kota adalah Sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan
yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen dan
coraknya materialistis, atau sebagai benteng budaya yang ditimbulkan oleh unsur
alami dan non-alami dan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukulp besar
dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibanding
dengan daerah di belakangnya

Menurut UU No. 5 1979, Kota adalah :


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Ibu kota seluruh Indonesia ( Jakarta)


Ibu kota propinsi
Ibu kota kabupaten
Ibu kota madya
Kota administratif
Ibu kota kecamatan yang mempunyai penduduk lebih dari 20.000 jiwa, secara
teknis untuk keperluan statistik dapat disebut kota. (Reza Andreawan : 19 april,
sabtu jam 20:00)

Masyarakat perkotaan sering disebut juga urban community. Pergertian


masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat-sifat kehidupannya serta ciri-ciri
kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. (Drs. Abu Ahmadi,
2009 : 228)
Mobilitas sosial di kota jauh lebih besar daripada di desa. Di kota seseorang
memiliki kesempatan lebih besar untuk mengalami mobilitas sosial baik vertical
maupun horizontal, pola-pola interaksi sosial pada suatu masyarakat ditentukan
oleh struktur sosial masyarakat yang bersangkutan, sedangkan struktur sosial
sangat deipengaruhi oleh lembaga-lembaga sosial yang ada pada masyarakat
tersebut.
Untuk menunjang aktivitas warganya serta untuk memberikan suasana aman,
Novelia Citra Resmi
tentram
dan nyaman pada warganya, kota diharapkan pada keharusan

menyediakan berbagai fasilitas kehidupan dan keharusan untuk mengatasi


berbagai masalah yang timbul sebagai akibat warganya, dengan kata lain kota
harus berkembang. (Rasyid Risnanto : 19 april, sabtu jam 12:41)
Perhatian khusus

masyarakat kota tidak terbatas pada aspek-aspek seperti

pakaian, makanan dan perumahan, tetapi mempunyai perhatian lebih luas lagi.
Oarang-orang kota sudah memandang penggunaan kebutuhan hidup, artinya oleh
hanya sekadarnya atau apa adanya. Hal tersebut disebabkan oleh karena
pandangan warga kota sekitarnya. Kalau menghidangkan makanan misalnya, yang
lebih diutamakan adalah bahwa yang menghindangkannya mempunyai kedudukan
sosial yang tinggi. Bila ada tamu, diusahakan menghidangkan makanan-makanan
yang ada dalam kaleng. Pada orang-orang desa ada kesan, bahwa mereka masak
makanan itu sendiri tanpa memperdulikan apakah tmu-tamunya suka atau tidak.
7

Disini terlihat perbedaan penilaian antara masyarakat kota dan desa. Orang desa
memandang makanan suatu alat untuk memenuhi biologis, sedangkan pada orang
kota, makanan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan sosial. (Drs. Abu Ahmadi,
2009 : 228)

2.3 Ciri ciri masyarakat pedesaan dan perkotaan


Novelia Citra Resmi

Ciri Ciri Masyarakat Pedesaan sebagai berikut :


1. Di dalam masyarakat pedesaan di antara warganya mempunyai hubungan
yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat
pedesaan lainnya diluar batas-batas wilayah.
2. Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan.
3. Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian. Pekerjaanpekerjaan yang bukan pertanian merupakan pekerjaan sambilan (part time)
yang biasanya sebagai pengisi waktu luang.
4. Masyarakat termasuk homogen, seperti dalam hal mata pencarian, agama,
adat-istiadatdan sebagainya.(Drs Abu Ahmadi,2009:242)
5. Warganya masih sulit untuk menerima hal baru atau mereka tertutup dengan
hal-hal yang baru. Masyarakat desa yang masih hidup dengan berbagai macam
adat yang masih kuat mengikat dan membatasi diri dari pengaruh luar, maka
akan sulit menerima hal-hal baru yang ada di luar untuk masuk di daerahnya.
Contohnya, suku Badui di Banten.
6. Fasilitas-fasilitas masih sulit ditemukan dipedesaan. Adanya fasilitas atau
sarana pra sarana yang ada di pedesaan tergantung pada aksesibilitas yang ada
di lingkungan desa tersebut. Jika aksesibilitas bagus, maka akan sangat

mungkin untuk memperbaiki fasilitas di pedesaan. Namun, jika akses sulit,


maka fasilitas juga akan sulit terpenuhi. (Rasyid Risnanto, sabtu, 12:41)
Ciri-ciri desa di Indonesia

Masyarakatnya sangat dekat dengan alam

Kehidupan petani sangat bergantung dengan musim

Merupakan kesatuan social dan kesatuan kerja

Jumlah penduduk relative kecil dan wilayah relatif luas

Struktur ekonomi masyarakat dominant agraris

Ikatan kekeluargaan erat

Sosial control ditentukan oleh nilai moral dan hukum internal/ hk. Adapt

Proses social berjalan lambat

Penduduk berpendidikan rendah

Ciri-ciri masyarakat pedesaan di Indonesia pada umumnya dapat disimpulkan :


Sri Yanuarti

1. Homogenitas Soaial
Masyarakat desa pada umumnya terdiri dari satu atau beberapa kekerabatan
saja, sehingga pola hidup tingkah laku maupun kebudayaan sama/homogen.
Oleh karna itu hidup didesa biasanya terasa tenteram, aman, dan tenang.
2. Hubungan Primer
Pada masyarakat desa hubungan kekeluargaan dilakukan secara musyawarah.
Mulai masalah-masalah umum atau masalah bersama sampai masalah pribadi.
Pada masyarakat desa masalah kebersamaan dan gotong royong sangat
diutamakan.
3. Kontrol Sosial yang Ketat
Hubungan pada masyarakat pedesaan sangat intim dan diutamakan, sehingga
setiap

anggota

masyarakatnya

saling

mengetahui

masalah

yang

dihadapianggota yang lain.


4. Gotong Royong
Semua masalah kehidupan dilaksanakan secara gotong royong
5. Ikatan Sosial
Setiap anggota masyarakat desa diikat dengan nilai-nilai adat dan kebudayaan
secara ketat. Bagi anggota yang tidak memenuhi norma dan kaidah yang telah
disepakati, akan dihukum dan dikeluarkan dari ikatan sosial dengan cara
dikucilkan.
6. Religius

Kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa bagi masyarakat desa sangat
mendalam.
7. Pola Kehidupan
Masyarakat desa bemata pencaharian dibidang agraris, baik pertanian,
perkebunan, perikanan dan pertenakan.

Ciri Ciri Masyarakat Perkotaan sebagai berikut :


1.

Sri Yanuarti

Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan

dengan kehidupan keagamaan di desa. Kegiatan-kegiatan keagamaan hanya


tampakditempat-tempat peribadatan seperti : di Mesjid, Gereja. Sedangkan
diluar itu, kehidupan masyarakat berada dalam lingkungan ekonomi,
perdagangan. Cara kehidupan demikian mempunyai kecenderungan ke arah
keduniawian, bila dibandingkan dengan kehidupan warga masyarakat desa
yang cenderung ke arah keagamaan.
2.

Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya


sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Manusia individual
(perorangan). Di kota kota kehidupan keluarga sering sukar untuk
disatukan , sebab perbedaan kepentingan paham politik , perbedaan agama dan
sebagainya .

3.

Jalan pikiran rasional, menyebabkan interaksi


interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor
pribadi.

4.

pembagian kerja di antara warga-warga kota juga


lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata. Misalnya seorang pegawai
negeri lebih banyak bergaul dengan rekan-rekannya dari pada dengan tukangtukang becak, tukang kelontong atau pedagang kaki lima lainnya. Seorang
sarjana Ekonomi akan lebih banya bergaul dengan rekannya dengan latar
belakang pendidikan dalam Ilmu Ekonomi dari pada dengan sarjana-sarjana
Ilmu lainnya. Begitu pula dalam lingkungan Mahasiswa mereka lebih senang

10

bergaul dengan sesamanya daripada dengan mahasiswa yang tingkatnya lebih


tinggi atau rendah.
5.

kemungkinan-kemungkinan

untuk

mendapatkan

pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa.
Pekerjaan para warga desa lebih bersifat seragam, terutama dalam bidang
bertani. Oleh karna itu, pada masyarakat desa tidak banyak dijumpai
pembagian kerja berdasarkan keahlian. Lain halnya dikota, pembagian kerja
sudah meluas, sudah ada macam-macam kegiatan industri, sehingga tidak
hanya terbatas pada satu sektor pekerjaan. Di kota banyak jenis-jenis
pekerjaan yang dapat dikerjakan oleh warga-warga kota, mulai dari pekerjaan
yang sederhana sampai pada yang bersifat teknologi.
6.

Jalan

kehidupan

yang

cepat

dikota-kota,

mengakibatkan pentingnya faktor waktu bagi warga kota, sehingga penting,


Sriuntuk
Yanuarti
dapat mengejar

kebutuhan-kebutuhan seorang individu.

7.

perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di


kota-kota, sebab kota-kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruhpengaruh dari luar. Hal ini sering menimbulkan pertentangan antara golongan
tua dengan golongan muda. Oleh karna itu golongan muda yang belum
sepenuhnya terwujud kepribadiannya, lebih senang mengikuti pola-pola baru
dalam kehidupannya.
(Drs Abu Ahmadi,2009:229-230)

Ada beberapa ciri-ciri yang membedakan antara desa dan kota :


1. Jumlah dan kepadatan penduduk;
2. Lingkungan hidup;
3. Mata pencaharian;
4. Corak kehidupan sosial;
5. Statifikasi sosial;
6. Mobilitas sosial;
7. Pola interaksi sosial;
8. Solidaritas sosial; dan

11

9. Kedudukan dalam hirarki sistem administrasi nasional.


(Drs Abu Ahmadi,2009:229-230)

2.4 Pola
Kebudayaan Masyarakat Desa dan Kota
Sri Yanuarti

A. Pola Kebudayaan Masyarakat Desa


Untuk melihat pola kebudayaan masyarakat pedesaan, dapat dilihat dari aspek :
a.

Bahasa : Penggunaan bahasa daerah umumnya lebih banyak digunakan,


sedangkan untuk bahasa asing agak sulit diterima.

b.

Teknologi : Teknologi masih bersifat tradisional, dalam hal cara-cara


memproduksi,

memakai

dan

memelihara

peralatan

hidup

dalam

kebudayaan suatu suku bangsa.


c.

Sisitem relegi (kepercayaan) : Umumnya masih dipertahankan, seperti


ulama/kyai sangat dihormati. Disampin itu ada yang mempunyai
kepercayaan dan keyakinan terhadap ilmu gaib/dukun.

d. Kesenian : Masih mempertahankan nilai-nilai seni yang terkandung ada di


wilayahnya atau didesanya. (Reza Andreawan:20.13)

Jika dilihat dari aspek kehidupan, pola kebudayaan masyarakat desa yaitu :
1. Lembaga Sosial
Dalam masyarakat terdapat seperangkat peraturan yang mengatur
kehidupan bermasyarakat, dan peraturan ini bersifat mengikat, contohnya
seperti adat istiadat atau custom. Adat di desa merupakan sebuah norma yang

12

harus ditaati oleh para warganya, dan setiap desa atau daerah memiliki adat
yang mempunyai ciri khasnya masing-masing, jadi antar desa memiliki adat
yang berbeda-beda itu wajar.
2. Lembaga Kepemimpinan
Tentang kepemimpinan umumnya kita mengenal tiga konsep pokok
sebagaimana dikemukakan oleh Max Weber yaitu:
a. Pimpinan Charismatis, pimpinan ini memiliki kesaktian yang tidak ada pada
orang lain. Yang kesaktiannya ini didapat dari dewa-dewa/Tuhan.
b. Pimpinan Tradisional, pimpinan ini didasarkan pada pengakuan akan tradisi,
yaitu yang didasarkan pada keturunan. Atau pewarisan kekuasaan.
c. Pimpinan Rasional (legalistik), pimpinan ini didasarkan pada pendidikan
formal atau dengan kata lain melalui pendidikan formal.
3. Lembaga Keluarga
Lembaga keluarga di desa tidak hanya berfungsi semata-mata hanya
Mela Prihandina

melahirkan keturunan, tetapi juga sebagai salah satu unit ekonomi. Maksudnya
disini adalah terlihat adanya hubungan antar anggota keluarga, dalam mana
satu sama lain (suami, istri, anak-anak yang sudah mampu bekerja) bersamasama terlibat dalam kegiatan pertanian.
4. Lembaga Ketetanggaan dan Keagamaan
Ketetanggaan dalam masyarakat desa, khususnya desa-desa di Indonesia
masih memperlihatkan sifat-sifatnya sebagai kelompok primer. Hal ini
terutama disebabkan karena masih adanya sistem pertukaran barang dan jasa
(barter tenaga sesam mereka). Oleh karena adanya ikatan atau hubungan
semacam ini, tentunya efeknya menyangkut pada aspek lain. Misalnya efek
terhadap pengawasan sosial, yang mana dalam pembicaraan ini, dalam
prosesnya merupakan pendisiplinan anggota-anggota masyarakat, terhadap
standar dan tingkah laku masyarakat umumnya.
Efek pada pengawasan sosial ini, karena tetangga lebih merupakan
perluasan dari keluarga, (dalam arti sebagai unit produksi), maka pada tingkat
pertama pengawasan sosial yang diperankan oleh kelurga, di sisi ini menurut
Dwight Sanderson, diistilahkan sebagai Family Control yang meluas juga ke
seluruh masyarakat desa setempat.
Tentang lembaga keagamaan ini juga merupakan peranan yang cukup
penting bagi masyarakat desa, terutama oleh suatu kenyataan bahwa mereka
senantiasa terlibat dalam bidang pertanian yang masih tergantung pada alam.

13

Hal ini mnejadikan orang desa atau masyarakat desa, sangat patuh dan tunduk
terhadap kekuatan kekuatan alam (supernatural).
Kepatuhan-kepatuhan mereka terhadap kekuatan-kekuatan alam ini,
diekspresikan melalui upacara-upacara yang tidak saja hanya berhubungan
dengan kegiatan pertanian, akan tetapi lebih dari itu menyangkut pula pada
berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat desa.
5. Stratifikasi Sosial pada Masyarakat Desa
Pada umumnya negara kita yang kebanyakan penduduknya memperoleh
penghidupan dari bidang pertanian, maka dengan sendirinya tanah merupakan
Mela Prihandina

sumber usaha pertanian.Dilihat dari ini, maka untuk kebanyakan desa-desa di


Jawa melalui berbagai penelitian (Siahan, 1980:11) di Jawa Timur melihat
bahwa tanah sebagai sumber kekayaan terpenting di dalam masyarakat.
Jika seseorang menambah kekayaan tanahnya, berarti pula akan
menambah pendapatannya yang juga akan meningkatkan keduduknnya dalam
masyarakat, sehingga struktur sosial masyarakat semakin bersifat piramida
dalam stratifikasinya.Hubungan yang sama juga terjadi pada masyarakat desa
nelayan. Di mana mereka yang memiliki alat-alat penangkapan ikan
(jaring/pukat, jumlah perahu mesin), menempati lapisan atas di dalam
masyarakat nelayan ini (Mubyarto dkk, 1984).

B. Pola Kebudayaan Masyarakat kota


Seperti halnya dengan pola kebudayaan masyarakat pedesaan, pola
masyarakat kota ditinjau dari segi bahasa, teknologi, sistem relegi dan kesenian :
a. Bahasa : Bahasa yang sering digunakan adalah bahasa Indonesia,
penggunaan bahasa daerah hanya oleh masyarakat atau kelompok tertentu.
b. Teknologi : Teknologi yang digunakan sudah lebih maju modern, karena
pengaruh dari era globalisasi.
c. Sisitem relegi (kepercayaan) : Kehidupan beragama pada masyarakat
perkotaan mulai berkurang, karena pola pikir masyarakat sudah mengarah
lebih percaya kepada hal-hal yang bersifat pasti dan nyata, sehingga sukar
untuk mempercayai hal-hal yang bersifat gaib.
d. Kesenian : Kesenian yang dikembangkan umumnya yang bersifat modern
dan merupakan kreasi dari seniman-seniman kota. Pengembangan kreasi
kesenian masyarakat kota biasanya mengikuti perkembangan teknologi.
(Reza Andreawan:20.13)

14

Jika dilihat dari aspek kehidupan, pola kebudayaan masyarakat kota sebagai
berikut
: Prihandina
Mela
1. Lembaga Sosial
Di perkotaan lembaga sosial yang ada semakin banyak dan semakin
kompleks, hal ini dikarenakan dikota terdapat macam-macam kehidupan baik
dari segi ekonomi, sosial, budaya sehingga membutuhkan suatu lembaga sosial
yang banyak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
2. Lembaga Kepemimpinan
Tentang kepemimpinan umumnya kita mengenal tiga konsep pokok
sebagaimana dikemukakan oleh Max Weber yaitu:
a. Pimpinan Charismatis, pimpinan ini memiliki kesaktian yang tidak ada pada
orang lain. Yang kesaktiannya ini didapat dari dewa-dewa/Tuhan.
b. Pimpinan Tradisional, pimpinan ini didasarkan pada pengakuan akan tradisi,
yaitu yang didasarkan pada keturunan. Atau pewarisan kekuasaan.
c. Pimpinan Rasional (legalistik), pimpinan ini didasarkan pada pendidikan
formal atau dengan kata lain melalui pendidikan formal.
Dari tiga konsep di atas yang paling sering digunakan di kota yaitu
konsepan yang ketiga, artinya masyarakat kota akan memilih pimpinan
rasional, hal ini karena memang masyarakat kota sudah berpikiran yang lebih
maju dan rasional daripada masyarakat desa.
3. Lembaga Keluarga
Lembaga keluarga di kota biasanya berfungsi hanya melahirkan keturunan,
walaupun tidak semuanya hanya sebagai proses reproduksi, tapi sebagian kecil
juga ada yang bersifat seperti unit ekonomi seperti yang ada di desa.
4. Lembaga Ketetanggaan dan Keagamaan
Di masyarakat kota lembaga ketetanggaan agak sedikit pudar, artinya
sudah tidak seintim yang ada di desa. Di kota lembaga ketetanggaan hanya
sebatas tetangga artinya tidak sampai pada tetangga sebagai family
control.Sedangkan keagamaannya dikota tidak se-religius yang ada di desa,
masyarakat kota tetap menjalankan ibadahnya masing-masing sesuai tuntunan
yang diajarkan. Tidak ada upacara-upacara terhadap dewa-dewa atau roh, hal
ini karena dikota juga sudah jauh dari alam bebas seperti yang ada di desa.
Lalu juga di kota tidak terlalu bergantung pada alam.
Mela Prihandina

15

5. Stratifikasi pada Masyarakat Kota


Stratifikasi pada masyarakat kota, berbeda dengan yang di desa, jika yang
didesa yang memiliki lahan pertanian yang paling banyak maka stratifikasinya
tinggi. Tetapi berbeda apa yang ada di kota, dikota unsurnya yaitu siapa yang
memiliki harta/materi paling banyak dia termasuk di dalam lapisan yang
tinggi, begitu pula dengan pangkat, jabatan dan wewenang yang paling tinggi
maka lapisannya juga paling tinggi.(Rasyid risnanto:12.41)

2.5 Hubungan Desa Kota, hubungan Pedesaan Perkotaan.


Mela Prihandina

Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komunitas yang

terpisah sama sekali satu sama lain. Bahkan dalam keadaan yang wajar diantara
16

keduanya terdapat hubungan yang erat, bersifat ketergantungan, karena diantara


mereka saling membtuhkan. Kota tergantung pada desa dalam memenuhi
kebutuhan warganya akan bahan bahan pangan seperti beras, sayur mayur,
daging dan ikan. Desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi jenis jenis
pekerjaan tertentu dikota, misalnya saja buruh bangunan dalam proyek proyek
perumahan, proyek pembangunan atau perbaikan jalan raya atau jembatan dan
tukang becak. Mereka ini biasanya adalah pekerja pekerja musiman. Pada saat
musim tanam mereka, sibuk bekerja disawah. Bila pekerjaan dibidang pertanian
mulai menyurut, sementara menunggu masa panen mereka merantau kekota
terdekat untuk melakukan pekerjaan apa saja yang tersedia.
Sebaliknya, kota menghasilkan barang barang yang juga diperlukan oleh
oreng desa seperti bahan bahan pakaian, alat dan obat obatan pembasmi hama
pertanian, minyak tanah, obat obatan untuk memelihara kesehatan dan alat
transportasi. Kota juga menyediakan tenaga tenaga yang melayani bidang
bidang jasa yang dibutuhkan oleh orang desa tetapi tidak dapat dilakukannya
sendiri, misalnya saja tenaga tenaga dibidang medis atau kesehatan, montir
montir, elektronika dan alat transportasi serta tenaga yang mampu memberikan
bimbingan dalam upaya peningkatan hasil budi daya pertanian, peternakan
ataupun perikanan darat.
Dalam kenyataannya hal ideal tersebut kadang kadang tidak terwujud
karena adanya beberapa pembatas. Jumlah penduduk semakin meningkat, tidak
terkecuali di pedesaan. Padahal, luas lahan pertanian sulit bertambah terutama
didaerah yang sudah lama berkembang seperti pulau Jawa. Peningkatan hasil
pertanian hanya dapat diusahakan melalui intensifikasi budi daya dibidang ini.
Akan tetapi, pertambahan hasil pangan yang diperoleh melalui upaya intensifikasi
ini, tidak sebanding dengan pertambahan jumlah penduduk, sehingga pada suatu
saat hasil pertanian suatu daerah pedesaan hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan pendudunya saja, tidak kelebihan yang dapat dijual lagi.
Dalam
Sherly Oktaviani

keadaan semacam ini, kota terpaksa memenuhi kebutuhan

pangannya dari daerah lain, bahkan kadang kadang terpaksa mengimpor dari
luar

negeri.

Peningkatan

jumlah

penduduk

tanpa

diimbangi

dengan
17

perluasankesempatan kesempatan kerja ini pada akhirnya berakibat bahwa di


pedesaan terdapat banyak orang yang tidak mempunyai mata pencaharian tetap.
Mereka ini merupakan kelompok pengangguran, baik sebagai pengangguran
penuh maupun setenah pengangguran. (Drs. Abu Ahmadi,2009:236 337)
Interface dapat diartikan adanya kawasan perkotaan yang tumpang tindih
dengan kawasan pedesaan, nampaknya persolaan tersebut sederhana. Bukankan
telah ada alat transportasi, pelayanan kesehatan, fasilitas pendidikan, pasar, dan
rumah makan dan lain sebagainya yang mempertemukan kebutuhan serta sifat
kedesaan dan kekotaan.
Hubungan kota-desa cenderung terjadi secara alami yaitu yang kuat akan
menang, karena itu dalam hubungan desa-kota, makin besar suatu kota makin
berpengaruh dan makin menentukan kehidupan perdesaan.
Secara teoristik, kota merubah atau paling mempengaruhi desa melalui beberapa
cara seperti: (i) Ekspansi kota ke desa, atau boleh dibilang perluasan kawasan
perkotaan dengan merubah atau mengambil kawasan perdesaan. Ini terjadi di
semua kawasan perkotaan dengan besaran dan kecepatan yang beraneka ragam;
(ii) Invasi kota , pembangunan kota baru seperti misalnya Batam dan banyak kota
baru sekitar Jakarta merubah perdesaan menjadi perkotaan. Sifat kedesaan lenyap
atau hilang dan sepenuhnya diganti dengan perkotaan; (iii) Penetrasi kota ke desa,
masuknya produk, prilaku dan nilai kekotaan ke desa. Proses ini yang
sesungguhnya banyak terjadi; (iv) ko-operasi kota-desa, pada umumnya berupa
pengangkatan produk yang bersifat kedesaan ke kota. Dari keempat hubungan
desa-kota tersebut kesemuanya diprakarsai pihak dan orang kota. Proses
sebaliknya hampir tidak pernah terjadi, oleh karena itulah berbagai permasalahan
dan gagasan yang dikembangkan pada umumnya dikaitkan dalam kehidupan
dunia yang memang akan mengkota.
(Wawan Junaidi;20 april 2014,minggu 14:00)

BAB III
Sherly Oktaviani

PENUTUP

18

3.1 Kesimpulan
Masyarakat merupakan kesatuan yang lebih luas daripada keluarga.
Masyarakat terdiri dari keluarga keluarga yang berdiri sendiri (independent).
Namun, keluarga bukanlah masyarakat. Masyarakat merupakan suatu kesatuan
yang terbentuk atas dasar adanya pembagian pekerjaan sosial (division of labor),
sedangkan keluarga terbentuk melalui insting dan afeksi. Ada 2 tipe masyarakat
yaitu masyarakat perkotaan dan Masyarakat pedesaan. Masyarakat kota lebih
ditekankan pada sifat-sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang
berbeda dengan masyarakat pedesaan.
Beberapa ciri-ciri yang membedakan antara desa dan kota :
1.

Jumlah dan kepadatan penduduk;


2.

Lingkungan hidup;

3.

Mata pencaharian;

4.

Corak kehidupan sosial;

5.

Statifikasi sosial;

6.

Mobilitas sosial;

7.

Pola interaksi sosial;

8.

Solidaritas sosial; dan

9.

Kedudukan dalam hirarki sistem administrasi nasional.

Pola masyarakat kota maupun Desa ditinjau dari segi bahasa, teknologi, sistem
relegi dan kesenian. Di dalam hubungan Pedesaan Perkotaan, Masyarakat
pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komunitas yang terpisah sama sekali satu
sama lain. Bahkan dalam keadaan yang wajar diantara keduanya terdapat
hubungan yang erat, bersifat ketergantungan, karena diantara mereka saling
membutuhkan.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, Drs. 2009. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineke Cipta.

19

Andreawan, Reza.(2010), Masyarakat kota dan masyarakat desa, [omlime],


(http://narutolike.blogspot.com/2010/10/masyarakat-kota-dan- masyarakatdesa.html , diakses sabtu, 20:00)

Djahir, yulia, dkk. (2010), Ilmu sosial Budaya Dasar.Palembang: Universitas


Sriwijaya.
Junaidi,wawan.(2009), Hubungan Desa kota, hubungan pedesaan perkotaan,
[online],(http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/06/hubungan-desa-kotahubungan-pedesaan.html, diakses tanggal 20 April 2014)
Risnanto, Rasyid.(2013), Batasan pengertian, Ciri ciri, Pola Kebudayaan
Masyarakat Desa dan Kota, [online],
(http://mappingmapras.blogspot.com/2013/11/batasan-pengertian-ciri-ciripola.html#pages/2, diakses sabtu, 12:41)

LAMPIRAN

Nama

: Mela Prihandina

20

Nim

: 06121408003

Program Study

: Pendidikan Matematika

TTL

: Rantau Kadam, 20 November 1994

Agama

: Islam

Hobby

: Nonton, Baca, Jalan-jalan.

Riwayat Pendidikan
SD

: SD Negeri 1 Rantau Kadam (Lulus tahun 2006)

SMP

: SMP Negeri Karangdapo (Lulus tahun 2009)

SMA

: SMA Negeri Karangdapo (Lulus tahun 2012)

Nama

Sri Yanuarti

Nim

06121408009

21

Program Study

Pendidikan Matematika

Tempat, tanggal lahir :

Palembang, 30 Januari 1994

Agama

Islam

Alamat

JL.SMB II No 2285 KM 11 Palembang 30154

SD

SD Negeri 156 Palembang (Lulus tahun 2006)

SMP

SMP Negeri 11 Palembang (Lulus tahun 2009)

SMA

SMA Muhammadiyah 1 Palembang (Lulus tahun

Riwayat Pendidikan

2012)

Nama

: Novelia Citra Resmi

Nim

: 06121408020

22

Program Study

: Pendidikan Matematika

Tempat, tanggal lahir : Maur, 06 November 1994


Agama

: Islam

Hobby

: Nonton, Baca, Jalan-jalan.

Riwayat Pendidikan
Pendidikan sekolah dasar (SD) diselesaikan di SDN 1 Maur Baru dan lulus tahun
2006, lalu setelah itu dilanjutkan dengan pendidikan sekolah menengah pertama
(SMP) diselesaikan di SMP Negeri Maur pada tahun 2009, kemudian pendidikan
sekolah menengah pertama (SMA) diselesaikan di SMA Negeri 14 Bandar
Lampung pada tahun 2012, dan sekarang masih dalam perjalanan menyelesaikan
Program Study Pendidikan Matematika di Universitas Sriwijaya.

Nama

Sherly Oktaviani

Nim

06121408021

Program Study

Pendidikan Matematika

Tempat, tanggal lahir :

Palembang, 08 Oktober 1994

23

Agama

Islam

SD

SD Negeri 2 Ulak Kerbau Baru (Lulus tahun 2006)

SMP

SMP Negeri 2 Tanjung Raja (Lulus tahun 2009)

SMA

SMA Negeri 1 Tanjung Raja (Lulus tahun 2012)

Riwayat Pendidikan

24

Anda mungkin juga menyukai