Budaya Masyarakat
Pedesaan dan Perkotaan
Disusun Oleh
Kelompok 5
Anggota
Mela Prihandina
(06121408003)
Sri Yanuarti
(06121408009)
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
BAB I
PENDAHULUAN 1
1.1
Latar Belakang............................................................................................1
1.2
Rumusan masalah.......................................................................................1
BAB 2
PEMBAHASAN 2
2.1
Pengertian Masyarakat................................................................................2
2.3
2.3
2.4
PENUTUP
20
Kesimpulan................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA 21
LAMPIRAN 22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai banyak daerah-daerah
yang tersebar didalamnya. Sekelompok manusia yang menempati suatu daerah
disebut masyarakat. Dalam arti sempit, masyarakat merupakan sekelompok
manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu, misal teritorial, bangsa,
golongan dan sebagainya. Ada 2 tipe masyarakat yaitu masyarakat perkotaan dan
perdesaan. Seperti yang dikemukakan oleh para ahli atau sumber bahwa
masyarakat Indonesia lebih dari 80% tinggal dipedesaan.
Disetiap daerah di Indonesia mempunyai budaya masing-masing sehingga di
setiap daerah mempunyai ciri-ciri dan sifat-sifat yang berbeda-beda dan menjadi
ciri khas daerah tersebut. Oleh karena itu, pada makalah ini kami akan membahas
mengenai Budaya Masyarakat Perkotaan dan Perkotaan.
1.2
Rumusan masalah
1.
2.
3.
4.
5.
BAB 2
PEMBAHASAN
lama.
Kelompok
manusia
yang
dimaksud
diatas
yang
belum
Sherly Oktaviani
b) Telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama disuatu daerah tertentu;
c) Adanya aturan aturan atau undang undang yang mengatur mereka
untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama.
Dipandang dari cara terbentuknya, masyarakat dapat dibagi dalam :
1) Masyarakat paksaan, misalnya : negara, masyarakat tawanan dan lain
lain.
2) Masyarakat merdeka, yang terbagi dalam :
a) Masyarakat natuur, yaitu masyarakat yang terjadi dengan
sendirinya, seperti gerombolan (horde), suku (stam), yang bertalian
karena hubungan darah atau keturunan.
Dan biasanya masih sederhana sekali kebudayaannya.
b) Masyarakat kultur, yaitu masyarakat yang terjadi
karena
a. Masyarakat Pedesaan
Kamus Besar Bahas Indonesia Edisi II, Balai Pustaka, 1994, Jakarta :
Desa adalah kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang
mempunyai sistem pemerintahan sendiriUU No.5 tahun 1979
Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai
kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang
pakaian, makanan dan perumahan, tetapi mempunyai perhatian lebih luas lagi.
Oarang-orang kota sudah memandang penggunaan kebutuhan hidup, artinya oleh
hanya sekadarnya atau apa adanya. Hal tersebut disebabkan oleh karena
pandangan warga kota sekitarnya. Kalau menghidangkan makanan misalnya, yang
lebih diutamakan adalah bahwa yang menghindangkannya mempunyai kedudukan
sosial yang tinggi. Bila ada tamu, diusahakan menghidangkan makanan-makanan
yang ada dalam kaleng. Pada orang-orang desa ada kesan, bahwa mereka masak
makanan itu sendiri tanpa memperdulikan apakah tmu-tamunya suka atau tidak.
7
Disini terlihat perbedaan penilaian antara masyarakat kota dan desa. Orang desa
memandang makanan suatu alat untuk memenuhi biologis, sedangkan pada orang
kota, makanan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan sosial. (Drs. Abu Ahmadi,
2009 : 228)
Sosial control ditentukan oleh nilai moral dan hukum internal/ hk. Adapt
1. Homogenitas Soaial
Masyarakat desa pada umumnya terdiri dari satu atau beberapa kekerabatan
saja, sehingga pola hidup tingkah laku maupun kebudayaan sama/homogen.
Oleh karna itu hidup didesa biasanya terasa tenteram, aman, dan tenang.
2. Hubungan Primer
Pada masyarakat desa hubungan kekeluargaan dilakukan secara musyawarah.
Mulai masalah-masalah umum atau masalah bersama sampai masalah pribadi.
Pada masyarakat desa masalah kebersamaan dan gotong royong sangat
diutamakan.
3. Kontrol Sosial yang Ketat
Hubungan pada masyarakat pedesaan sangat intim dan diutamakan, sehingga
setiap
anggota
masyarakatnya
saling
mengetahui
masalah
yang
Kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa bagi masyarakat desa sangat
mendalam.
7. Pola Kehidupan
Masyarakat desa bemata pencaharian dibidang agraris, baik pertanian,
perkebunan, perikanan dan pertenakan.
Sri Yanuarti
3.
4.
10
kemungkinan-kemungkinan
untuk
mendapatkan
pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa.
Pekerjaan para warga desa lebih bersifat seragam, terutama dalam bidang
bertani. Oleh karna itu, pada masyarakat desa tidak banyak dijumpai
pembagian kerja berdasarkan keahlian. Lain halnya dikota, pembagian kerja
sudah meluas, sudah ada macam-macam kegiatan industri, sehingga tidak
hanya terbatas pada satu sektor pekerjaan. Di kota banyak jenis-jenis
pekerjaan yang dapat dikerjakan oleh warga-warga kota, mulai dari pekerjaan
yang sederhana sampai pada yang bersifat teknologi.
6.
Jalan
kehidupan
yang
cepat
dikota-kota,
7.
11
2.4 Pola
Kebudayaan Masyarakat Desa dan Kota
Sri Yanuarti
b.
memakai
dan
memelihara
peralatan
hidup
dalam
Jika dilihat dari aspek kehidupan, pola kebudayaan masyarakat desa yaitu :
1. Lembaga Sosial
Dalam masyarakat terdapat seperangkat peraturan yang mengatur
kehidupan bermasyarakat, dan peraturan ini bersifat mengikat, contohnya
seperti adat istiadat atau custom. Adat di desa merupakan sebuah norma yang
12
harus ditaati oleh para warganya, dan setiap desa atau daerah memiliki adat
yang mempunyai ciri khasnya masing-masing, jadi antar desa memiliki adat
yang berbeda-beda itu wajar.
2. Lembaga Kepemimpinan
Tentang kepemimpinan umumnya kita mengenal tiga konsep pokok
sebagaimana dikemukakan oleh Max Weber yaitu:
a. Pimpinan Charismatis, pimpinan ini memiliki kesaktian yang tidak ada pada
orang lain. Yang kesaktiannya ini didapat dari dewa-dewa/Tuhan.
b. Pimpinan Tradisional, pimpinan ini didasarkan pada pengakuan akan tradisi,
yaitu yang didasarkan pada keturunan. Atau pewarisan kekuasaan.
c. Pimpinan Rasional (legalistik), pimpinan ini didasarkan pada pendidikan
formal atau dengan kata lain melalui pendidikan formal.
3. Lembaga Keluarga
Lembaga keluarga di desa tidak hanya berfungsi semata-mata hanya
Mela Prihandina
melahirkan keturunan, tetapi juga sebagai salah satu unit ekonomi. Maksudnya
disini adalah terlihat adanya hubungan antar anggota keluarga, dalam mana
satu sama lain (suami, istri, anak-anak yang sudah mampu bekerja) bersamasama terlibat dalam kegiatan pertanian.
4. Lembaga Ketetanggaan dan Keagamaan
Ketetanggaan dalam masyarakat desa, khususnya desa-desa di Indonesia
masih memperlihatkan sifat-sifatnya sebagai kelompok primer. Hal ini
terutama disebabkan karena masih adanya sistem pertukaran barang dan jasa
(barter tenaga sesam mereka). Oleh karena adanya ikatan atau hubungan
semacam ini, tentunya efeknya menyangkut pada aspek lain. Misalnya efek
terhadap pengawasan sosial, yang mana dalam pembicaraan ini, dalam
prosesnya merupakan pendisiplinan anggota-anggota masyarakat, terhadap
standar dan tingkah laku masyarakat umumnya.
Efek pada pengawasan sosial ini, karena tetangga lebih merupakan
perluasan dari keluarga, (dalam arti sebagai unit produksi), maka pada tingkat
pertama pengawasan sosial yang diperankan oleh kelurga, di sisi ini menurut
Dwight Sanderson, diistilahkan sebagai Family Control yang meluas juga ke
seluruh masyarakat desa setempat.
Tentang lembaga keagamaan ini juga merupakan peranan yang cukup
penting bagi masyarakat desa, terutama oleh suatu kenyataan bahwa mereka
senantiasa terlibat dalam bidang pertanian yang masih tergantung pada alam.
13
Hal ini mnejadikan orang desa atau masyarakat desa, sangat patuh dan tunduk
terhadap kekuatan kekuatan alam (supernatural).
Kepatuhan-kepatuhan mereka terhadap kekuatan-kekuatan alam ini,
diekspresikan melalui upacara-upacara yang tidak saja hanya berhubungan
dengan kegiatan pertanian, akan tetapi lebih dari itu menyangkut pula pada
berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat desa.
5. Stratifikasi Sosial pada Masyarakat Desa
Pada umumnya negara kita yang kebanyakan penduduknya memperoleh
penghidupan dari bidang pertanian, maka dengan sendirinya tanah merupakan
Mela Prihandina
14
Jika dilihat dari aspek kehidupan, pola kebudayaan masyarakat kota sebagai
berikut
: Prihandina
Mela
1. Lembaga Sosial
Di perkotaan lembaga sosial yang ada semakin banyak dan semakin
kompleks, hal ini dikarenakan dikota terdapat macam-macam kehidupan baik
dari segi ekonomi, sosial, budaya sehingga membutuhkan suatu lembaga sosial
yang banyak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
2. Lembaga Kepemimpinan
Tentang kepemimpinan umumnya kita mengenal tiga konsep pokok
sebagaimana dikemukakan oleh Max Weber yaitu:
a. Pimpinan Charismatis, pimpinan ini memiliki kesaktian yang tidak ada pada
orang lain. Yang kesaktiannya ini didapat dari dewa-dewa/Tuhan.
b. Pimpinan Tradisional, pimpinan ini didasarkan pada pengakuan akan tradisi,
yaitu yang didasarkan pada keturunan. Atau pewarisan kekuasaan.
c. Pimpinan Rasional (legalistik), pimpinan ini didasarkan pada pendidikan
formal atau dengan kata lain melalui pendidikan formal.
Dari tiga konsep di atas yang paling sering digunakan di kota yaitu
konsepan yang ketiga, artinya masyarakat kota akan memilih pimpinan
rasional, hal ini karena memang masyarakat kota sudah berpikiran yang lebih
maju dan rasional daripada masyarakat desa.
3. Lembaga Keluarga
Lembaga keluarga di kota biasanya berfungsi hanya melahirkan keturunan,
walaupun tidak semuanya hanya sebagai proses reproduksi, tapi sebagian kecil
juga ada yang bersifat seperti unit ekonomi seperti yang ada di desa.
4. Lembaga Ketetanggaan dan Keagamaan
Di masyarakat kota lembaga ketetanggaan agak sedikit pudar, artinya
sudah tidak seintim yang ada di desa. Di kota lembaga ketetanggaan hanya
sebatas tetangga artinya tidak sampai pada tetangga sebagai family
control.Sedangkan keagamaannya dikota tidak se-religius yang ada di desa,
masyarakat kota tetap menjalankan ibadahnya masing-masing sesuai tuntunan
yang diajarkan. Tidak ada upacara-upacara terhadap dewa-dewa atau roh, hal
ini karena dikota juga sudah jauh dari alam bebas seperti yang ada di desa.
Lalu juga di kota tidak terlalu bergantung pada alam.
Mela Prihandina
15
terpisah sama sekali satu sama lain. Bahkan dalam keadaan yang wajar diantara
16
pangannya dari daerah lain, bahkan kadang kadang terpaksa mengimpor dari
luar
negeri.
Peningkatan
jumlah
penduduk
tanpa
diimbangi
dengan
17
BAB III
Sherly Oktaviani
PENUTUP
18
3.1 Kesimpulan
Masyarakat merupakan kesatuan yang lebih luas daripada keluarga.
Masyarakat terdiri dari keluarga keluarga yang berdiri sendiri (independent).
Namun, keluarga bukanlah masyarakat. Masyarakat merupakan suatu kesatuan
yang terbentuk atas dasar adanya pembagian pekerjaan sosial (division of labor),
sedangkan keluarga terbentuk melalui insting dan afeksi. Ada 2 tipe masyarakat
yaitu masyarakat perkotaan dan Masyarakat pedesaan. Masyarakat kota lebih
ditekankan pada sifat-sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang
berbeda dengan masyarakat pedesaan.
Beberapa ciri-ciri yang membedakan antara desa dan kota :
1.
Lingkungan hidup;
3.
Mata pencaharian;
4.
5.
Statifikasi sosial;
6.
Mobilitas sosial;
7.
8.
9.
Pola masyarakat kota maupun Desa ditinjau dari segi bahasa, teknologi, sistem
relegi dan kesenian. Di dalam hubungan Pedesaan Perkotaan, Masyarakat
pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komunitas yang terpisah sama sekali satu
sama lain. Bahkan dalam keadaan yang wajar diantara keduanya terdapat
hubungan yang erat, bersifat ketergantungan, karena diantara mereka saling
membutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, Drs. 2009. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineke Cipta.
19
LAMPIRAN
Nama
: Mela Prihandina
20
Nim
: 06121408003
Program Study
: Pendidikan Matematika
TTL
Agama
: Islam
Hobby
Riwayat Pendidikan
SD
SMP
SMA
Nama
Sri Yanuarti
Nim
06121408009
21
Program Study
Pendidikan Matematika
Agama
Islam
Alamat
SD
SMP
SMA
Riwayat Pendidikan
2012)
Nama
Nim
: 06121408020
22
Program Study
: Pendidikan Matematika
: Islam
Hobby
Riwayat Pendidikan
Pendidikan sekolah dasar (SD) diselesaikan di SDN 1 Maur Baru dan lulus tahun
2006, lalu setelah itu dilanjutkan dengan pendidikan sekolah menengah pertama
(SMP) diselesaikan di SMP Negeri Maur pada tahun 2009, kemudian pendidikan
sekolah menengah pertama (SMA) diselesaikan di SMA Negeri 14 Bandar
Lampung pada tahun 2012, dan sekarang masih dalam perjalanan menyelesaikan
Program Study Pendidikan Matematika di Universitas Sriwijaya.
Nama
Sherly Oktaviani
Nim
06121408021
Program Study
Pendidikan Matematika
23
Agama
Islam
SD
SMP
SMA
Riwayat Pendidikan
24