Anda di halaman 1dari 23

BAB I

KONSEP DASAR MEDIS


1.

Pengertian
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada
bayi dan lebih dari 3 kali pada anak; konsistensi feces encer, dapat
berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja
(Ngastiyah, 1997).
Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan
suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan
dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang
terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk
encer atau cair.
Hal ini biasanya dihubungkan dengan dorongan ketidak nyamanan
perianal, inkontinensia, atau kombinasi dari kedua faktor ini. Adanya
kondisi yang menyebabkan perubahan pada sekresi usus, absorpsi mukosa
atau motilitas dapat menimbulkan diare.

2.
a.

Anatomi Dan Fisiologi


Anatomi
Saluran gastrointestinal adalah jalur panjang (panjang totalnya 23 26
kaki) yang berjalan dari mulut, melalui esofagus lambung, dan usus
sampai anus.
Gambar 1. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

1) Mulut
Merupakan bagian pertama dari saluran pencernaan. Dinding dari
kavum oris mempunyai struktur yang melayani fungsi mastikasi,

salivasi, menelan, dan berkecap. Mulut dibatasi pada ke-2 sisi pipi
yang dibentuk oleh muskulus buksinatorius. Terdapat tiga pasang
glandula salivarius mensekresikan saliva melalui duktus ke dalam
mulut. Saliva mengandung air, musin (yang bertindak sebagai
lubrikan), dan ptialin
2) Lidah
Tunas kecap ditemukan pada papila dan respon menghisap
meningkat dengan adanya rasa bahan yang manis. Lidah menempati
kavum oris dan melekat secara langsung pada epiglotis dalam laring.
Tiga ruang mirip celah membentuk struktur dalam mulut yang
memungkinkan cairan untuk melintas ke dalam faring.
3) Gigi
Manusia dilengkapi dengan dua set gigi yang tampak pada masa
kehidupan yang berbeda. Set pertama adalah gigi susu yang bersifat
sementara dan tumbuh melalui gusi selama tahun pertama dan kedua.
Set kedua atau sel permanen menggantikan gigi primer. Terdapat 20
gigi susu dan 32 gigi permanen.
4) Esofagus
Terletak di mediastinum rongga torakal, anterior terhadap tulang
punggung dan posterior terhadap trakhea dan jantung. Selang yang
dapat mengempis ini, yang panjangnya 25 cm (inci) menjadi
distensi bila makanan melewati. (Sacharin, Rosa M, 1993).
5) Lambung
Ditempatkan di bagian atas abdomen sebelah kiri dan garis tengah
tubuh, tepat di bawah diafragma kiri, lambung merupakan kantung
yang dapat berdistensi dengan kapasitas kira-kira 1500 ml.
6) Usus halus
Merupakan segmen paling panjang dari saluran gastrointestinal yang
jumlah panjangnya kira-kira dua pertiga dari panjang total saluran.
Usus halus dibagi ke dalam tiga bagian anatomik : bagian atas
disebut duodenum, bagian tengah disebut jejenum, dan bagian bawah
disebut ileum. Duktus koledukus yang memungkinkan pasase baik
empedu dan sekresi pankreas, mengosongkan diri ke dalam

duodenum pada ampula vater. Pertemuan antara usus halus dan usus
besar terletak di bagian bawah kanan duodenum disebut sekum.
7) Usus besar
Terdiri dari segmen asenden pada sisi kanan abdomen, segmen transversum yang memanjang dari abdomen kanan atas ke kiri dan
segmen desenden pada sisi kiri abdomen. Bagian ujung dari usus
besar terdiri dari kolon sigmoid dan rektum berlanjut pada anus
(Smeltzer, 2001).
b.
Fisiologi saluran pencernaan
Fungsi utama pencernaan dari saluran gastrointestinal yaitu :
1) Memecahkan partikel makanan ke dalam bentuk molekul untuk
dicerna.
2) Mengeleminasi makanan yang tidak tercerna dan terabsorbsi dan
produk sisa lain dari tubuh.
3) Proses pencernaan mulai dengan mengunyah, dimana makanan
diperoleh ke dalam partikel kecil-kecil yang dapat ditelan dan
dicampur dengan enzim pencernaan. Saliva merupakan sekresi
pertama yang kontak dengan makanan yang membantu melumasi
makanan saat dikunyah sehingga memudahkan menelan.
4) Menelan sebagai aktivitas volunter yang diatur oleh pusat menelan
di medula oblongata di sistem saraf pusat. Saat makanan ditelan,
epiglotis bergerak menutup lubang trakhea. Otot halus di dinding
esofagus berkontraksi dalam urutan irama dari esofagus ke arah
lambung untuk mendorong bolus makanan sepanjang saluran.
5) Lambung mensekresi cairan yang sangat asam dalam berespon atau
sebagai antisipasi terhadap pencernaan makanan. Kontraksi
peristaltik di dalam lambung mendorong isi lambungnya ke arah
pilorus. Karena partikel makanan besar tidak dapat melewati
sfingter pilorus, partikel ini diaduk kembali ke korpus lambung.
Dengan cara ini makanan di dalam lambung secara mekanis
dicampur dan dihancurkan menjadi partikel lebih kecil dan
memungkinkan makanan dicerna sebagian untuk masuk ke usus
halus pada kecepatan yang memungkinkan absorbsi nutrien efisien.

6) Sekresi di dalam duodenum datang dari pankreas, hepar dan


kelenjar di dinding usus halus. Pankreas mensekresi enzim
pencernaan (tripsin, amilase dan lipase). Empedu membantu
mengemulsikan lemak yang dicerna sehingga mudah dicerna dan
diabsorbsi. Sekresi kelenjar usus terdiri dari mukus yang
menyelimuti sel-sel dan melindungi mukosa dari serangan oleh
asam hidroklorida, hormon, elektrolit dan enzim.
7) Usus besar mensekresi mukus yang mempermudah jalannya faeces
dan mengeluarkan fraksi zat yang tidak terserap zat besi, kalsium
dan fospat yang ditelan. Absorbsi air, garam dan glukosa terjadi
dalam usus besar.
3.

Etiologi

Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor :


a.

Faktor Infeksi
1)

Infeksi enteral; infeksi


saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut:

Infeksi bakteri; Vibrin, E. coli, Salmonella, Shigella,


Campylobakter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.

Infeksi virus; Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie,


Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Antrovirus dan lainlain.

Infeksi parasit; Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,


Strongyloides), Protozoa (Entamoeba histolitika, Giardia
lambia, Trichomonas hominis), Jamur (Candida albicans).

2)

Infeksi

Parenteral

ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti; otitis media


akut

(OMA),

tonsilitis/tonsilofaringitis,

bronchopneumonia,

enchefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada


b.

bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.


Faktor Malabsorpsi

1)

Malabsorpsi
karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa):
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada
bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi
laktosa.

2)
3)

Malabsorpsi lemak
Malabsorpsi protein

c.

Faktor Makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d.
Faktor Psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih
besar)
4.

Klasifikasi Diare
a.

Diare ringan : frekuensi BAB 2-3 x/hari, feses


encer, demam kemungkinan vomiting, tidak terganggu, rewel,
kehilangan cairan sampai 3 % dari BAB.

b.

Diare sedang : kejadian secara perlahan-lahan


dengan ciri-ciri seperti dehidrasi ringan, kehilangan cairan 5-10 % dari
BAB.

c.

Diare berat : kejadian secara tiba-tiba, resiko


kematian tinggi pada bayi dan anak, diare berat ini ditandai dengan
frekuensi BAB sampai 12 x/hari, warna feses kehijauan dan encer,
terdapat mukosa darah

5.
a.

Patofisiologi
Gangguan osmotik
Makanan atau zat yang tidak dapat diserap menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air
dan elektrolit kedalam rongga usus, hal ini menyebabkan isi rongga

usus berlebihan sehingga merangsang usus mengeluarkannya (diare).


b.
Gangguan sekresi
Toxin pada dinding usus meningkatkan sekresi air dan lektrolit
kedalam usus, peningkatan isi rongga usus merangsang usus untuk
mengeluarkannya.

c.

Gangguan motalitas usus

Hyperperistaltik menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk


menyerap makanan. Atau peristaltik yang menurun menyebabkan
bakteri tumbuh berlebihan menyebabkan peradangan pada rongga usus
sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat hal ini menyebabkan
absorsi rongga usus menurun sehingga terjadilah diare.
6.

Manifestasi Klinik
Frekuensi defekasi meningkat bersama dengan meningkatnya
kandungan cairan dalam faces, pasien mengeluh kram perut, distensi
gemuruh usus (toborigimus anorexia, dan haus. Mula-mual pasien dengan
gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak
ada, kemudian timbul diare, tinja cair mungkin disertai lendir dan darah.
Anus dan daerah sekulernya, timbul lecet karena seringnya defekasi.
Gejala yang terkait langsung dengan diare, diantaranya adalah
dehidrasi dan kelemahan gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah
diare. Adapun derajat dehidrasi :
a.

Dehidrasi ringan

: BB turun < 5% (rata-rata

Dehidrasi sedang

: BB turun 5-10% (rata-rata

Dehidrasi berat

: BB turun 7-10% (rata-rata

4%)
b.
8%)
c.
11%)
Kriteria

penentuan

derajat

dehidrasi

menurut

Naroen

Neorasid

(Modifikas);
a. Dehidrasi ringan : Rasa haus, oliguri, ringan
b. Dehidrasi sedang : Rasa haus, oliguri ringan dan keadaan jaringan
seperti turgor kulit turun, ubun-ubun besar, mata cekung.
c. Dehidrasi berat

: Rasa haus, oliguri, turgor jelek/turun, ubun-ubun

besar cekung, mata cekung, TTV, SSP, Sumnolen, Stupor, Koma,


Pulmokardiovaskuler, Kussmaul, renjatan.

7.

Pemeriksaan penunjang
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan
fisik.
a.

Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui


kadar elektrolit dan jumlah sel darah putih.Untuk mengetahui
organisme penyebabnya, dilakukan pembiakan terhadap contoh tinja.

b.

Pemeriksaan laboratorium.

c.

Pemeriksaan tinja

d.

Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa


dalam darah astrup,bila memungkinkan dengan menentukan PH
keseimbangan analisa gas darah atau astrup,bila memungkinkan.

e.

Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk


mengetahui pungsi ginjal. pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum
untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif,terutama
dilakukan pada penderita diare kronik.

8.

Penatalaksanaan
Dasar pengobatan diare adalah:
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah
pemberiannya.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan
peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan
glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan
kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan
dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula
lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin
disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung
NaCl dan sukrosa.
2) Cairan parentral

Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat,


dengan rincian sebagai berikut :
a) Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg

1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus


set berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus
1 ml=20 tetes).

7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt


(infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set
infus 1 ml=20 tetes).

16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit

b) Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg

1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1


ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

c) Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg

1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1


ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1


ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.

d) Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg

Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250


ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% +
1 bagian NaHCO3 1 %.

Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6


tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).

e) Untuk bayi berat badan lahir rendah


Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4
bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1 %).
b. Pengobatan dietetik

Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan


berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:
-

Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan


lemak tak jenuh

Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)

Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan


misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak
yang berantai sedang atau tak jenuh.

c. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan
cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.
9.

Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada anak yang menderita diare adalah :
a. Dehidrasi
b. Hipokalemi.
c. Hipokalsemi
d. Cardiac disrythmias
e. Hiponatremi.
f. Syok hipovolemik
g. Asidosis.

BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
Pengkajian
b.
Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah. Insomnia, tidak
tidur semalaman karena diare. Merasa gelisah dan ansietas.
Pembatasan aktivitas/kerja s/d efek proses penyakit.
c.
Sirkulasi
Tanda : Takhikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses
imflamasi dan nyeri). Kemerahan, area ekimosis (kekurangan vitamin
K). Hipotensi termasuk postural. Kulit/membran mukosa : turgor
d.

buruk, kering, lidah pecah-pecah (dehidrasi/malnutrisi).


Integritas Ego
Gejala : Ansietas, ketakutan, emosi kesal, mis. Perasaan tidak
berdaya/tidak ada harapan. Faktor stress akut/kronis mis. Hubungan
dengan keluarga/pekerjaan, pengobatan yang mahal. Faktor budaya
peningkatan prevalensi.
Tanda : Menolak, perhatian menyempit, depresi.

e.
Gejala :

Eliminasi
Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai bau atau

berair. Episode diare berdarah tidak dapat diperkirakan, hilang timbul,


sering tidak dapat dikontrol, perasaan dorongan/kram (tenesmus).
Defakasi berdarah/pus/mukosa dengan atau tanpa keluar feces.
Peradarahan perektal.
Tanda :
Menurunnya bising usus, tidak ada peristaltik atau adanya
peristaltik yang dapat dilihat. Haemoroid, oliguria.
f.
Makanan/Cairan
Gejala : Anoreksia, mual/muntah. Penurunan BB. Tidak toleran
terhadap diet/sensitive mis. Buah segar/sayur, produk susu, makanan
berlemak.
Tanda :
Penurunan lemak subkutan/massa otot. Kelemahan, tonus
otot dan turgor kulit buruk. Membran mukosa pucat, luka, inflamasi
rongga mulut.
g.
Tanda :
h.

Higiene
Ketidakmampuan

mempertahankan

perawatan

diri.

Stomatitis menunjukkan kekurangan vitamin. Bau badan.


Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri/nyeri tekan pada kuadran kanan bawah (mungkin
hilang dengan defakasi). Titik nyeri berpindah, nyeri tekan, nyeri mata,

foofobia.
Tanda : Nyeri tekan abdomen/distensi.
i.
Keamanan
Gejala : Anemia hemolitik, vaskulitis, arthritis, peningkatan suhu
(eksaserbasi akut), penglihatan kabur. Alergi terhadap makanan/produk
susu.
Tanda :

Lesi kulit mungkin ada, ankilosa spondilitis, uveitis,

konjungtivitis/iritis.
j.
Interaksi Sosial
Gejala : Masalah hubungan/peran s/d kondisi, ketidakmampuan
aktif dalam sosial.
1 Diagnosa Keperawatan

k.

Diare b/d inflamasi, iritasi dan malabsorpsi usus,


adanya toksin dan penyempitan segemental usus.

l.

Resiko kurang volume cairan


banyak

melalui

rute

normal

(diare

berat,

b/d Kehilangan
muntah),

status

hipermetabolik dan pemasukan terbatas.


m.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ganguan
absorbsi nutrien, status hipermetabolik, secara medik masukan
dibatasi.
n.
o.

Nyeri

b/d

Hiperperistaltik,diare

lama,

iritasi

kulit/jaringan, ekskoriasi fisura perirektal.


Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang

pengetahuan tentang kondisi dan penanganan.


p.
Kurang pengetahun orang tua (kebutuhan belajar)
tentang kondisi, prognosis kebutuhan pengobatan b/d kesalahan
interpretasi informasi, kurang mengingat dan tidak mengenal sumber
informasi.
10.

Intervensi Dan Rasional


a.

Diare b/d imflamasi, iritasi dan malabsorpsi usus,


adanya toksin dan penyempitan segemental usus ditandai dengan :
-

Peningkatan bunyi usus/peristaltik.

Defakasi sering dan berair (fase akut)

Perubahan warna feses.

Nyeri abdomen tiba-tiba, kram.

Tujuan :
-

Keluarga

akan

melaporkan

penurunan

frekuensi

defakasi,

konsistensi kembali normal.


-

Keluarga
pemberat.

Intervensi :

akan

mampu

mengidentifikasi/menghindari

faktor

a. Observasi dan catat ferkuensi defakasi, karekteristik, jumlah dan


faktor pencetus.
R/ : Membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji
beratnya episode.
b. Tingkatkan tirah baring, berikan alat-alat disamping tempat tidur.
R/ : Istirahat menurunkan motalitas usus juga menurunkan laju
metabolisme bila infeksi atau perdarahan sebagai komplikasi.
c. Buang feses dengan cepat dan berikan pengharum ruangan.
R/ : Menurunkan bau tak sedap untuk menghindari rasa malu
klien.
d. Identifikasi makanan/cairan yang mencetuskan diare.
R/ : Menghindari iritan dan meningkatkan istirahat usus.
e. Observasi demam, takhikardi, lethargi, leukositosis/leukopeni,
penurunan protein serum, ansietas dan kelesuan.
R/ :

Tanda toksik megakolon atau perforasi dan peritonitis akan

terjadi/telah terjadi memerlukan intervensi medik segera.


f. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian :
-

Antikolinergik.
R/ : Menurunkan motalitas/peristaltik GI dan menurunkan
sekresi digestif untuk menghilangkan kram dan diare.

Steroid
R/ : Diberikan untuk menurunkan proses inflamasi.

Antasida
R/

: Menurunkan iritasi gaster, mencegah inflamasi dan

menurunkan resiko infeksi pada kolitis.


-

Antibiotik
R/ : Mengobati infeksi supuratif lokal.

g. Bantu/siapkan intervensi bedah.


R/ : Mungkin perlu bila perforasi atau obstruksi usus terjadi atau
penyakit tidak berespon terhadap pengobatan medik.
2. Resiko kurang volume cairan b/d Kehilangan banyak melalui rute
normal (diare berat, muntah), status hipermetabolik dan pemasukan
terbatas.

Tujuan :
Klien akan menampakkan volume cairan adekuat/mempertahankan
cairan adekuat dibuktikan oleh membran mukosa lembab, turgor kulit
baik dan pengisian kapiler baik, TTV stabil, keseimbangan masukan
dan haluaran dengan urine normal dalam konsentrasi/jumlah.
Intervensi :
a. Awasi masukan dan haluaran urine, karakter dan jumlah feces,
perkirakan IWL dan hitung SWL.
R/ :

Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi

ginjal dan kontrol penyakit usus juga merupakan pedoman untuk


penggantian cairan.
b. Observasi TTV.
R/ :

Hipotensi (termasuk postural), takikardi, demam dapat

menunjukkan respon terhadap dan/atau efek kehilangan cairan.


c. Observasi adanya kulit kering berlebihan dan membran mukosa,
penurunan turgor kulit, prngisisan kapiler lambat.
R/ : Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan/dehidrasi.
d. Ukur BB tiap hari.
R/ : Indikator cairan dan status nutrisi.

e. Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring dan hindari kerja.


R/ : Kolon

diistirahatkan

untuk

penyembuhan

dan

untuk

menurunkan
kehilangan cairan usus.
f. Catat kelemahan otot umum dan disritmia jantung
R/ :

Kehilangan cairan berlebihan dapat menyebabkan ketidak

seimbangan elektrolit. Gangguan minor pada kadar serum dapat


mengakibatkan adanya dan/atau gejala ancaman hidup.
g. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian :
1) Cairan parenteral, transfusi darah sesuai indikasi.
R/ : Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan
penggatntian cairan untuk memperbaiki kehilangan/anemia.
2) Anti diare.
R/ : Menurunkan kehilangan cairan dari usus.
3) Antiemetik
R/ : Digunakan

untuk

mengontrol

mual/muntah

pada

eksaserbasi akut.
4) Antipiretik
R/ : Mengontrol demam. Menurunkan IWL.
5) Elektrolit tambahan
R/ : Mengganti kehilangan cairan melalui oral dan diare.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ganguan absorbsi nutrien,
status hipermetabolik, secara medik masukan dibatasi ditandai
dengan :
-

Penurunan BB, penurunan lemak subkutan/massa otot, tonus otot


buruk.

Bunyi usus hiperaktif.

Konjungtiva dan membran mukosa pucat.

Menolak untuk makan.

Tujuan :
Klien akan menunjukkan/menampakkan BB stabil atau peningkatan
BB sesuai sasaran dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
Intervensi :
a. Timbang BB setiap hari atau sesuai indikasi.
R/ : Memberikan informasi tentang kebutuhan diet/keefektifan
terapi.
b. Dorong tirah baring dan/atau pembatasan aktifitas selama fase sakit
akut.
R/ : Menurunkan

kebutuhan

metabolik

untuk

mencegah

penurunan kalori
dan simpanan energi.
c. Anjurkan istirahat sebelum makan.
R/ : Menenangkan peristaltik dan meningkatkan energi untuk
makan.
d. Berikan kebersihan mulut terutama sebelum makan.
R/ : Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan.
e. Ciptakan lingkungan yang nyaman.
R/ : Lingkungan yang nyaman menurunkan stress dan lebih
kondusif untuk makan.
f. Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen, flatus.
R/ : Mencegah serangan akut/eksaserbasi gejala.
g. Dorong klien untuk menyatakan perasaan masalah mulai
makanan/diet.

R/ : Keragu-raguan untuk makan mungkin diakibatkan oleh takut


makan akan menyebabkan eksaserbasi gejala.
h. Kolaborasi dengan tim gizi/ahli diet sesuai indikasi, mis : cairan
jernih berubah menjadi makanan yang dihancurkan, rendah sisa,
protein tinggi, tinggi kalori dan rendah serat.
R/ : Memungkinkan saluran usus untuk mematikan kembali proses
pencernaan. Protein perlu untuk penyembuhan integritas jaringan.
Rendah serat menurunkan respon peristaltik terhadap makanan.
h. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian :
-

Preparat Besi
R/ : Mencegah/mengobati anemi.

Vitamin B12
R/ : Penggantian mengatasi depresi sumsum tulang karena
proses

inflamasi

lama,

Meningkatkan

produksi

SDM/memperbaiki anemia.
-

Asam folat.
R/ : Kehilangan folat umum terjadi akibat penurunan
masukan/absopsi.
-

Nutrisi parenteral total, terapi IV sesuai indikasi.


R/ : Program ini mengistirahatkan GI sementara memberikan
nutrisi penting.

4. Nyeri

b/d

Hiperperistaltik,diare

lama,

iritasi

ekskoriasi fisura perirektal ditandai dengan :


- Laporan nyeri abdomen kolik/kram/nyeri menyebar.
- Perilaku distraksi, gelisah.
- Ekspresi wajah meringis

kulit/jaringan,

- Perhatian pada diri sendiri.


Tujuan :
- Klien akan melaporkan nyeri hialng/terkontrol.
- Klien akan menampakkan perilaku rileks dan mampu tidur/istirahat
dengan tepat.
Intervensi :
a. Dorong klien/keluarga untuk melaporkan nyeri yang dialami oleh
klien.
R/ : Mencoba untuk mentoleransi nyeri daripada meminta
analgesik.
b. Observasi laporan kram abdomen atau nyeri, catat lokasi, lamanya,
intensitas (skala 0 10), selidiki dan laporkan perubahan
karakteristik nyeri.
R/ : Nyeri sebelum defakasi sering terjadi dengan tiba-tiba
dimana dapat berat dan terus menerus. Perubahan pada karakterisik
nyeri

dapat

menunjukkan

penyebaran

penyakit/terjadinya

komplikasi.
c. Amati adanya petunjuk nonverbal , selidiki perbedaan petunjuk
verbal dan nonverbal.
R/ : Bahasa tubuh/petunjuk nonverbal dapat secara psikologis dan
fisiologis dapat digunakan pada hubungan petunjuk verbal untuk
untuk mengidentifikasi luas/beratnya masalah.
d. Kaji

ulang

faktor-faktor

yang

menyebabkan

meningkatnya/menghilangnya nyeri
R/

: Dapat menunjukkan dengan tepat pencetus atau faktor

pemberat atau mengidentifikasi terjadinya komplikasi.

e. Berikan tindakan nyaman seperti pijatan punggung, ubah posisi dan


aktifitas senggang.
R/ : Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dan
meningkatkan kemampuan koping.
f. Observasi/catat adanya distensi abdomen dan TTV.
R/ : Dapat menunjukkan terjadinya obstruksi usus karena
inflamasi, edema dan jaringan parut.
g. Kolaborasi dengan timgizi/ahli diet dalam melakukan modifikasi
diet dengan memberikan cairan dan meningkatkan makanan padat
sesuai toleransi.
R/ : Istirahat usus penuh dapat menurunkan nyeri/kram.
h. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian :
-

Analgesik
R/

: Nyeri bervariasi dari ringan sampai berat dan perlu

penanganan untuk memudahkan istirahat secara adekuat dan


prose penyembuhan
-

Antikolinergiz
R/ :

Menghilangkan spasme saluran GI dan berlanjutnya nyeri

kolik.
-

Anodin supp
R/ : Merilekskan otot rectal dan menurunkan nyeri spasme.

5. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan


tentang kondisi dan penanganan ditandai dengan :
-

Eksaserbasi penyakit tahap akut.

Peningkatan ketegangan, distress, ketakutan.

Menunjukkan masalah tentang perubahan hidup.

Perhatian pada diri sendiri.

Tujuan :
-

Orang tua akan menampakkan perilaku rileks dan melaporkan


penurunan kecemasan sampai tingkat mudah ditangani

Orang tua akan menyatakan kesadaran perasaan kecemasan dan


cara sehat menerimanya

Intervensi :
a. Amati petunjuk perilaku mis : gelisah, peka rangsang, menolak,
kurang kontak mata, perilaku menarik perhatian.
R/ :

Indikator derajat kecemasan/stress. Hal ini dap terjadi

akibat gejala fisik kondisi juga reaksi lain.


b. Dorong orang tua untuk mengeksplorasi perasaan dan berikan
umpan balik.
R/ :

Membuat hubungan teraupetik. Membantu klien/orang

terdekat dalammengidentifikasi masalah yang menyebabkan


stress. Klien dengan diare berat/konstipasi dapat ragu-ragu untuk
meminta bantuan karena takut terhadap staf.
c. Berikan informasi nyata/akurat tentang apa yang dilakukan mis :
tirah baring, pembatasan masukan peroral dan posedur.
R/ :

Keterlibatan

klien

dalam

perencanaan

perawatan

memberikan rasa kontrol dan membantu menurunkan kecemasan.


d. Berikan lingkungan tenang dan istitahat.
R/ : Memindahkan klien dari stress luar meningkatkan relaksasi
dan membantu menurunkan kecemasan.
e. Dorong orang tua untuk menyatakan perhatian, perilaku perhatian.

R/ : Tindakan dukungan dapat membantu klien merasa stress


berkurang,

memungkinkan

energi

dapat

ditujukan

pada

penyembuhan/perbaikan.
f. Bantu orang tua untuk mengidentifikasi/memerlukan perilaku
koping yang digunakan pada masa lalu.
R/ :

Perilaku yang berhasil dapat dikuatkan pada penerimaan

masalah/stress saat ini, meningktkan rasa kontrol diri klien.


g. Bantu orang tua belajar mekanisme koping baru mis : teknik
mengatasi stress, keterampilan organisasi.
R/ :

Belajar cara baru untuk mengatasi masalah dapat

membantu

dalam

menurunkan

stress

dan

kecemasan,

meningkatkan kontrol penyakit.


6. Kurang pengetahun orang tua (kebutuhan belajar) tentang kondisi,
prognosis kebutuhan pengobatan b/d kesalahan interpretasi
informasi, kurang mengingat dan tidak mengenal sumber informai
ditandai dengan :
-

Pertanyaan, meminta informasi, pernyataan salah konsep.

Tidak akurat mengikuti instruksi.

Terjadi komplikasi/eksaserbasi yang dapat dicegah.

Tujuan :
-

Orang tua akan menyatakan pemahaman tentang proses penyakit


dan pengobatan.

Orang tua akan dapat mengidentifikasi situasi stress dan tindakan


khusus untuk menerimanya.

Orang tua akan berpartisipai dalam program pengobatan.

Orang tua akan melakukan perubahan pola hidup tertentu.

Intervensi :
a. Kaji persepsi orang tua tentang proses penyakit yang diderita
anaknya.
R/

: Membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadaran

kebutuhan belajar individu.


b. Dorong orang tua untuk mengajukan pertanyaan.
R/

: Pengetahuan dasar yang akurat memberikan orang tua

kesempatan untuk membuat keputusan informasi/pilihan tentang


masa depan dan kontrol penyakit kronis.
c. Jelaskan tentang obat yang diberikan, tujuan, frekuensi, dosis dan
kemungkinan efek samping.
R/

: Meningkatkan pemahaman dan dapat meningkatkan

kerjasama dalam program.


d. Tekankan pentingnya perawatan kulit mis : teknik cuci tangan
dengan baik dan perawatan perineal yang baik.
R/

: Menurunkan penyebran bakteri dan risiko iritasi

kulit/kerusakan, infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer, 2002, Kapita Salekta Kedoktern, Edisi 3 Jilid 2, EGC, Jakarta.
Brunner & Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2, EGC,
Jakarta.
Doenges, moorhouse & Burley, 2001, Penerapan Proses Keperawatan dan
Diagnosa Keperawatan, Edisi 2, EGC, Jakarta.
Yusuf M., 2004, Diktat Kebutuhan Dasar Manusia I, Makassar.
Nursalam, 2001, Proses dan Dokumentasi Keperawatan; konsep dan Praktik
Edisi I, Salemba Medika, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai