Pengertian
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada
bayi dan lebih dari 3 kali pada anak; konsistensi feces encer, dapat
berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja
(Ngastiyah, 1997).
Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan
suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan
dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang
terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk
encer atau cair.
Hal ini biasanya dihubungkan dengan dorongan ketidak nyamanan
perianal, inkontinensia, atau kombinasi dari kedua faktor ini. Adanya
kondisi yang menyebabkan perubahan pada sekresi usus, absorpsi mukosa
atau motilitas dapat menimbulkan diare.
2.
a.
1) Mulut
Merupakan bagian pertama dari saluran pencernaan. Dinding dari
kavum oris mempunyai struktur yang melayani fungsi mastikasi,
salivasi, menelan, dan berkecap. Mulut dibatasi pada ke-2 sisi pipi
yang dibentuk oleh muskulus buksinatorius. Terdapat tiga pasang
glandula salivarius mensekresikan saliva melalui duktus ke dalam
mulut. Saliva mengandung air, musin (yang bertindak sebagai
lubrikan), dan ptialin
2) Lidah
Tunas kecap ditemukan pada papila dan respon menghisap
meningkat dengan adanya rasa bahan yang manis. Lidah menempati
kavum oris dan melekat secara langsung pada epiglotis dalam laring.
Tiga ruang mirip celah membentuk struktur dalam mulut yang
memungkinkan cairan untuk melintas ke dalam faring.
3) Gigi
Manusia dilengkapi dengan dua set gigi yang tampak pada masa
kehidupan yang berbeda. Set pertama adalah gigi susu yang bersifat
sementara dan tumbuh melalui gusi selama tahun pertama dan kedua.
Set kedua atau sel permanen menggantikan gigi primer. Terdapat 20
gigi susu dan 32 gigi permanen.
4) Esofagus
Terletak di mediastinum rongga torakal, anterior terhadap tulang
punggung dan posterior terhadap trakhea dan jantung. Selang yang
dapat mengempis ini, yang panjangnya 25 cm (inci) menjadi
distensi bila makanan melewati. (Sacharin, Rosa M, 1993).
5) Lambung
Ditempatkan di bagian atas abdomen sebelah kiri dan garis tengah
tubuh, tepat di bawah diafragma kiri, lambung merupakan kantung
yang dapat berdistensi dengan kapasitas kira-kira 1500 ml.
6) Usus halus
Merupakan segmen paling panjang dari saluran gastrointestinal yang
jumlah panjangnya kira-kira dua pertiga dari panjang total saluran.
Usus halus dibagi ke dalam tiga bagian anatomik : bagian atas
disebut duodenum, bagian tengah disebut jejenum, dan bagian bawah
disebut ileum. Duktus koledukus yang memungkinkan pasase baik
empedu dan sekresi pankreas, mengosongkan diri ke dalam
duodenum pada ampula vater. Pertemuan antara usus halus dan usus
besar terletak di bagian bawah kanan duodenum disebut sekum.
7) Usus besar
Terdiri dari segmen asenden pada sisi kanan abdomen, segmen transversum yang memanjang dari abdomen kanan atas ke kiri dan
segmen desenden pada sisi kiri abdomen. Bagian ujung dari usus
besar terdiri dari kolon sigmoid dan rektum berlanjut pada anus
(Smeltzer, 2001).
b.
Fisiologi saluran pencernaan
Fungsi utama pencernaan dari saluran gastrointestinal yaitu :
1) Memecahkan partikel makanan ke dalam bentuk molekul untuk
dicerna.
2) Mengeleminasi makanan yang tidak tercerna dan terabsorbsi dan
produk sisa lain dari tubuh.
3) Proses pencernaan mulai dengan mengunyah, dimana makanan
diperoleh ke dalam partikel kecil-kecil yang dapat ditelan dan
dicampur dengan enzim pencernaan. Saliva merupakan sekresi
pertama yang kontak dengan makanan yang membantu melumasi
makanan saat dikunyah sehingga memudahkan menelan.
4) Menelan sebagai aktivitas volunter yang diatur oleh pusat menelan
di medula oblongata di sistem saraf pusat. Saat makanan ditelan,
epiglotis bergerak menutup lubang trakhea. Otot halus di dinding
esofagus berkontraksi dalam urutan irama dari esofagus ke arah
lambung untuk mendorong bolus makanan sepanjang saluran.
5) Lambung mensekresi cairan yang sangat asam dalam berespon atau
sebagai antisipasi terhadap pencernaan makanan. Kontraksi
peristaltik di dalam lambung mendorong isi lambungnya ke arah
pilorus. Karena partikel makanan besar tidak dapat melewati
sfingter pilorus, partikel ini diaduk kembali ke korpus lambung.
Dengan cara ini makanan di dalam lambung secara mekanis
dicampur dan dihancurkan menjadi partikel lebih kecil dan
memungkinkan makanan dicerna sebagian untuk masuk ke usus
halus pada kecepatan yang memungkinkan absorbsi nutrien efisien.
Etiologi
Faktor Infeksi
1)
2)
Infeksi
Parenteral
(OMA),
tonsilitis/tonsilofaringitis,
bronchopneumonia,
1)
Malabsorpsi
karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa):
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada
bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi
laktosa.
2)
3)
Malabsorpsi lemak
Malabsorpsi protein
c.
Faktor Makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d.
Faktor Psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih
besar)
4.
Klasifikasi Diare
a.
b.
c.
5.
a.
Patofisiologi
Gangguan osmotik
Makanan atau zat yang tidak dapat diserap menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air
dan elektrolit kedalam rongga usus, hal ini menyebabkan isi rongga
c.
Manifestasi Klinik
Frekuensi defekasi meningkat bersama dengan meningkatnya
kandungan cairan dalam faces, pasien mengeluh kram perut, distensi
gemuruh usus (toborigimus anorexia, dan haus. Mula-mual pasien dengan
gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak
ada, kemudian timbul diare, tinja cair mungkin disertai lendir dan darah.
Anus dan daerah sekulernya, timbul lecet karena seringnya defekasi.
Gejala yang terkait langsung dengan diare, diantaranya adalah
dehidrasi dan kelemahan gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah
diare. Adapun derajat dehidrasi :
a.
Dehidrasi ringan
Dehidrasi sedang
Dehidrasi berat
4%)
b.
8%)
c.
11%)
Kriteria
penentuan
derajat
dehidrasi
menurut
Naroen
Neorasid
(Modifikas);
a. Dehidrasi ringan : Rasa haus, oliguri, ringan
b. Dehidrasi sedang : Rasa haus, oliguri ringan dan keadaan jaringan
seperti turgor kulit turun, ubun-ubun besar, mata cekung.
c. Dehidrasi berat
7.
Pemeriksaan penunjang
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan
fisik.
a.
b.
Pemeriksaan laboratorium.
c.
Pemeriksaan tinja
d.
e.
8.
Penatalaksanaan
Dasar pengobatan diare adalah:
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah
pemberiannya.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan
peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan
glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan
kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan
dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula
lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin
disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung
NaCl dan sukrosa.
2) Cairan parentral
b) Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
c) Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
c. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan
cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.
9.
Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada anak yang menderita diare adalah :
a. Dehidrasi
b. Hipokalemi.
c. Hipokalsemi
d. Cardiac disrythmias
e. Hiponatremi.
f. Syok hipovolemik
g. Asidosis.
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
Pengkajian
b.
Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah. Insomnia, tidak
tidur semalaman karena diare. Merasa gelisah dan ansietas.
Pembatasan aktivitas/kerja s/d efek proses penyakit.
c.
Sirkulasi
Tanda : Takhikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses
imflamasi dan nyeri). Kemerahan, area ekimosis (kekurangan vitamin
K). Hipotensi termasuk postural. Kulit/membran mukosa : turgor
d.
e.
Gejala :
Eliminasi
Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai bau atau
Higiene
Ketidakmampuan
mempertahankan
perawatan
diri.
foofobia.
Tanda : Nyeri tekan abdomen/distensi.
i.
Keamanan
Gejala : Anemia hemolitik, vaskulitis, arthritis, peningkatan suhu
(eksaserbasi akut), penglihatan kabur. Alergi terhadap makanan/produk
susu.
Tanda :
konjungtivitis/iritis.
j.
Interaksi Sosial
Gejala : Masalah hubungan/peran s/d kondisi, ketidakmampuan
aktif dalam sosial.
1 Diagnosa Keperawatan
k.
l.
melalui
rute
normal
(diare
berat,
b/d Kehilangan
muntah),
status
Nyeri
b/d
Hiperperistaltik,diare
lama,
iritasi
Tujuan :
-
Keluarga
akan
melaporkan
penurunan
frekuensi
defakasi,
Keluarga
pemberat.
Intervensi :
akan
mampu
mengidentifikasi/menghindari
faktor
Antikolinergik.
R/ : Menurunkan motalitas/peristaltik GI dan menurunkan
sekresi digestif untuk menghilangkan kram dan diare.
Steroid
R/ : Diberikan untuk menurunkan proses inflamasi.
Antasida
R/
Antibiotik
R/ : Mengobati infeksi supuratif lokal.
Tujuan :
Klien akan menampakkan volume cairan adekuat/mempertahankan
cairan adekuat dibuktikan oleh membran mukosa lembab, turgor kulit
baik dan pengisian kapiler baik, TTV stabil, keseimbangan masukan
dan haluaran dengan urine normal dalam konsentrasi/jumlah.
Intervensi :
a. Awasi masukan dan haluaran urine, karakter dan jumlah feces,
perkirakan IWL dan hitung SWL.
R/ :
diistirahatkan
untuk
penyembuhan
dan
untuk
menurunkan
kehilangan cairan usus.
f. Catat kelemahan otot umum dan disritmia jantung
R/ :
untuk
mengontrol
mual/muntah
pada
eksaserbasi akut.
4) Antipiretik
R/ : Mengontrol demam. Menurunkan IWL.
5) Elektrolit tambahan
R/ : Mengganti kehilangan cairan melalui oral dan diare.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ganguan absorbsi nutrien,
status hipermetabolik, secara medik masukan dibatasi ditandai
dengan :
-
Tujuan :
Klien akan menunjukkan/menampakkan BB stabil atau peningkatan
BB sesuai sasaran dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
Intervensi :
a. Timbang BB setiap hari atau sesuai indikasi.
R/ : Memberikan informasi tentang kebutuhan diet/keefektifan
terapi.
b. Dorong tirah baring dan/atau pembatasan aktifitas selama fase sakit
akut.
R/ : Menurunkan
kebutuhan
metabolik
untuk
mencegah
penurunan kalori
dan simpanan energi.
c. Anjurkan istirahat sebelum makan.
R/ : Menenangkan peristaltik dan meningkatkan energi untuk
makan.
d. Berikan kebersihan mulut terutama sebelum makan.
R/ : Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan.
e. Ciptakan lingkungan yang nyaman.
R/ : Lingkungan yang nyaman menurunkan stress dan lebih
kondusif untuk makan.
f. Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen, flatus.
R/ : Mencegah serangan akut/eksaserbasi gejala.
g. Dorong klien untuk menyatakan perasaan masalah mulai
makanan/diet.
Preparat Besi
R/ : Mencegah/mengobati anemi.
Vitamin B12
R/ : Penggantian mengatasi depresi sumsum tulang karena
proses
inflamasi
lama,
Meningkatkan
produksi
SDM/memperbaiki anemia.
-
Asam folat.
R/ : Kehilangan folat umum terjadi akibat penurunan
masukan/absopsi.
-
4. Nyeri
b/d
Hiperperistaltik,diare
lama,
iritasi
kulit/jaringan,
dapat
menunjukkan
penyebaran
penyakit/terjadinya
komplikasi.
c. Amati adanya petunjuk nonverbal , selidiki perbedaan petunjuk
verbal dan nonverbal.
R/ : Bahasa tubuh/petunjuk nonverbal dapat secara psikologis dan
fisiologis dapat digunakan pada hubungan petunjuk verbal untuk
untuk mengidentifikasi luas/beratnya masalah.
d. Kaji
ulang
faktor-faktor
yang
menyebabkan
meningkatnya/menghilangnya nyeri
R/
Analgesik
R/
Antikolinergiz
R/ :
kolik.
-
Anodin supp
R/ : Merilekskan otot rectal dan menurunkan nyeri spasme.
Tujuan :
-
Intervensi :
a. Amati petunjuk perilaku mis : gelisah, peka rangsang, menolak,
kurang kontak mata, perilaku menarik perhatian.
R/ :
Keterlibatan
klien
dalam
perencanaan
perawatan
memungkinkan
energi
dapat
ditujukan
pada
penyembuhan/perbaikan.
f. Bantu orang tua untuk mengidentifikasi/memerlukan perilaku
koping yang digunakan pada masa lalu.
R/ :
membantu
dalam
menurunkan
stress
dan
kecemasan,
Tujuan :
-
Intervensi :
a. Kaji persepsi orang tua tentang proses penyakit yang diderita
anaknya.
R/
kulit/kerusakan, infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer, 2002, Kapita Salekta Kedoktern, Edisi 3 Jilid 2, EGC, Jakarta.
Brunner & Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2, EGC,
Jakarta.
Doenges, moorhouse & Burley, 2001, Penerapan Proses Keperawatan dan
Diagnosa Keperawatan, Edisi 2, EGC, Jakarta.
Yusuf M., 2004, Diktat Kebutuhan Dasar Manusia I, Makassar.
Nursalam, 2001, Proses dan Dokumentasi Keperawatan; konsep dan Praktik
Edisi I, Salemba Medika, Jakarta.