KONTRUKSI BETON I
PENULIS
PRATIKTO
NIP. 19610725 198903 1 002
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul
: Kontruksi Beton 1
2. Penulis
a. Nama
b. NIP
c. Jenis kelamin
: Laki-Laki
d. Golongan/pangkat
: IV a
e. Jabatan Fungsional
: Lektor
: Mekanika Teknik 5
: Kerja Proyek Perencanaan
Semester genap
: Kontruksi Beton 1
; Lab Uji Bahan
g. Jurusan/Program Studi : Teknik Sipil/Teknik Konstruksi Gedung
h. Alamat rumah
Alamat email
pratikto@ymail.com
3. Jumlah Anggota
:-
: 6 (Enam) bulan
6. Sumber dana
Mengetahui/Menyetujui,
Ketua Pelaksana
Mengetahui/Menyetujui,
Ketua Jurusan,
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
BETON BERTULANG
Beton bertulang merupakan material komposit yang terdiri dari beton
dan baja tulangan yang ditanam di dalam beton. Sifat utama beton adalah sangat
kuat di dalam menahan beban tekan (kuat tekan tinggi) tetapi lemah di dalam
menahan gaya tarik. Baja tulangan di dalam beton berfungsi menahan gaya tarik
yang bekerja dan sebagian gaya tekan.
Baja tulangan dan beton dapat bekerjasama dalam menahan beban atas
dasar beberapa alas an, yaitu : (1) lekatan (bond) antara baja dan beton dapat
berinteraksi mencegah selip pada beton keras, (2) Campuran beton yang baik
mempunyai sifat kedap air yang dapat mencegah korosi pada baja tulangan, (3)
angka kecepatan muai antara baja dan beton hamper sama yaitu antara 0,000010 0,000013 untuk beton per derajat Celcius sedangkan baja 0,000012 per derajat
Celcius.
Kekuatan beton tergantung dari beberapa faktor antara lain : proporsi
campuran, kondisi temperatur dan kelembaban tempat dimana beton akan
mengeras. Untuk memperoleh beton dengan kekuatan seperti yang diinginkan,
maka beton yang masih muda perlu dilakukan perawatan/curing, dengan tujuan
agar proses hidrasi pada semen berjalan dengan sempurna. Pada proses hidrasi
semen dibutuhkan kondisi dengan kelembaban tertentu. Apabila beton terlalu
cepat mongering, maka akan timbul retak-retak pada permukaannya. Retak-retak
ini akan menyebabkan kekuatan beton turun, juga akibat kegagalan mencapai
reaksi hidrasi kimiawi penuh. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
perawatan beton, antara lain :
1. Beton dibasahi air secara terus menerus
2. Beton direndam dalam air
3. Beton ditutup denmgan karung basah
4. Dengan menggunakan perawatan gabungan acuan membrane cair untuk
mempertahankan uap air semula dari beton basah.
Beton I
Bab I - 1
5. Perawatan uap untuk beton yang dihasilkan dari kondisi pabrik, seperti
balok pracetak, tiang , girder pratekan, dll. Temperatur perawatan sekitar
150F.
Lamanya perawatan biasanya dilakukan selama 1 hari untuk cara ke 5, dan 5
sampai 7 hari untuk cara perawatan yang lain.
Beton I
Bab I - 2
(5) Perawatan (curing) beton, setelah 1 jam beton dituang/ dicor maka di
sekeliling beton perlu di tutup dengan karung goni basah, agar air dalam
adukan beton tidak cepat menguap. Apabila tidak dilakukan perawatan ini,
maka kuat tekan beton akan turun.
Gambar 1.1. merupakan diagram tegangan-regangan beton untuk berbagai jenis
mutu beton. Dari diagram tersebut terlihat bahwa beton yang berkekuatan lebih
rendah mempunyai kemampuan deformasi (daktilitas) lebih tinggi dibandingkan
beton dengan kekuatan yang tinggi. Tegangan maksimum beton dicapai pada
regangan tekan 0,002-0,0025. Regangan ultimit pada saat beton hancur 0,003
0,008. Untuk perencanaan, ACI
maksimum beton sebesar 0,003 sedangkan PBI 71 sebesar 0,0035. Apa yang
dimaksud dengan tegangan dan apa yang dimaksud dengan regangan.
Gambar 1.1. Hubungan Diagram tegangan regangan beton untuk berbagai mutu beton
Beton I
Bab I - 3
2P
, dimana : P =
.l.d
My
. Di dalam SK-SNI, hubungan antara modulus runtuh
I
fr = 0,7 f ' c
MPa (untuk
perhitungan defleksi).
Beton I
Bab I - 4
Beton kuat di dalam menahan tekan tetapi lemah di dalam menahan tarik. Oleh
karena itu untuk menahan gaya tarik, diperlukan suatu baja tulangan. Bentukbentuk baja tulangan untuk beton adalah :
1. Besi/baja, terdiri dari
a.
b.
Beton I
Bab I - 5
fu
fy
fs
Regangan
Beton I
Bab I - 6
Beton I
Bab I - 7
elemen-elemen
struktur,
keruntuhan
progesiv
yang
batas
kemampuan
layanan
(serviceability)
yang
Beton I
Bab I - 8
berlebihan,
lebar
retak
berlebihan
khusus,
yang
vibrasi/getaran
yang
mengganggu.
c. Kondisi
batas
menyangkut
masalah
Kriteria desain
Geometri &
penulangan
Gambar konstruksi
dan spesifikasi
Beton I
Bab I - 9
Struktur yang memikul beban mati (dead load = DL) dan beban hidup
(live load = LL) maka beban untuk perencanaannya adalah :
U = 1,2 DL + 1,6 LL.
b. Struktur yang memikul beban mati (dead load = DL), beban hidup (live
load = LL) dan beban angin W maka beban untuk perencanaannya
adalah : U = 0,75 (1,2 DL + 1,6 LL+ 1,6 W), nilai ini dibandingkan
dengan kondisi tanpa beban hidup, U = 0,9 DL + 1,3 W. Dari kedua
nilai tersebut diambil nilai yang terbesar tetapi tidak boleh lebih kecil
dari 1,2 DL + 1,6 LL.
c. Struktur yang memikul beban mati (dead load = DL), beban hidup (live
load = LL) dan beban gempa E (earthquake load) maka beban untuk
perencanaannya adalah : U
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Faktor beban untuk W boleh dikurangi menjadi 1,3 bilamana beban angin W
belum direduksi oleh faktor arah. Faktor beban untuk L boleh direduksi menjadi
Beton I
Bab I - 10
0,5 kecuali untuk ruangan garasi, ruangan pertemuan, dan semua ruangan yang
beban hidup L-nya lebih besar daripada 500 kg/m2.
U = 0,9 D 1,0 E
(6)
........................................................... 0,80
(2) Beban aksial, dan beban aksial dengan lentur. (Untuk beban aksial dengan
lentur, kedua nilai kuat nominal dari beban aksial dan momen harus dikalikan
dengan nilai tunggal yang sesuai):
(a) Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur ........................ 0,80
(b) Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur:
Komponen struktur dengan tulangan spiral ....................... 0,70
Komponen struktur lainnya
.........................
0,65
Beton I
Bab I - 11
(a) Faktor reduksi untuk geser pada komponen struktur penahan gempa
yang kuat geser nominalnya lebih kecil dari pada gaya geser yang timbul
sehubungan dengan pengembangan kuat lentur
nominalnya.................................................................................. 0,55
(b) Faktor reduksi untuk geser pada diafragma tidak boleh melebihi
faktor reduksi minimum untuk geser yang digunakan pada komponen
vertikal dari sistem pemikul beban lateral.
(c) Geser pada hubungan balok-kolom dan pada balok perangkai yang
diberi tulangan diagonal ............................................................... 0,80
(4) Tumpuan pada beton kecuali untuk daerah pengangkuran pasca tarik 0,65
(5) Daerah pengangkuran pasca tarik................................................. 0,85
(6) Penampang lentur tanpa beban aksial pada komponen struktur pratarik dimana
panjang penanaman strand-nya kurang dari panjang penyaluran yang ditetapkan
14.9.1.1............................................................................... 0,75
3) Perhitungan panjang penyaluran sesuai dengan pasal 14 tidak memerlukan
faktor reduksi .
4) Faktor reduksi kekuatan untuk lentur, tekan, geser dan tumpu pada beton
polos struktural (Pasal 24) harus diambil sebesar................................ 0,55.
Gambar 1.6
Beton I
Bab I - 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
BETON BERTULANG
1.2.
1.3.
Baja Tulangan
1.4.
1.5.
Metode Perencanaan
1.6.
1.7.
1.8.
Kuat Rencana
Gambar 1.1.
Gambar 1.2.
Gambar 1.3.
Gambar 1.4.
Beton I
Bab I - 13
BAB II
BALOK BETON BERTULANG
Beton I
Bab II- 1
cu
cu
cu
s>y
s<y
s=y
(a)
(b)
(c)
(d)
Beton I
Bab II- 2
0,85.fc
C
Garis
h
a/2
Jd
As
s>y
b
a. Penampang
Balok
b. Diagram
Regangan
c. Diagram Tegangan
Aktual
d. Blok Tegangan
Tekan persegi Ekivalen
Keterangan Gambar :
b
: Lebar balok
: Tinggi balok
As
cu
1 = 0,85
1 = 0,85 - 0,008(fc-30)
1 = 0,65
Beton I
Bab II- 3
Jd
: d a
fy
: 0,85 x fc x b x a
: As x fy
penampang
adalah
menghitung
kapasitas/kekuatan
cu
0,85.fc
C
a/2
c
Garis Netral
h
Jd
As
s>y
b
a. Penampang Balok
bertul. Tunggal
c. Diagram Tegangan
Aktual
b. Diagram
Regangan
d. Blok Tegangan
Tekan persegi Ekivalen
C = 0,85 * f ' c * a * b
Dan gaya tarik pada baja (T) adalah :
T = As s * fy
Beton I
Bab II- 4
H = 0
T =C
As xfy = 0,85 xf ' cxaxb
a =
As * fy
0,85 * f ' c * b
Mn = T *d a
2
M n = As * fy * d a
2
M n = CxJd
atau
M n = Cx d a
2
Jadi momen ultimate (Mu) yang dapat dipikul oleh balok adalah :
M u < .M n
M u = 0,8 xM n
1,4
,
fy
b =
Beton I
Bab II- 5
Mulai
As
b.d
min =
1,4
fy
tidak
Ya
> min
Rubah Penampang,
Besarkan nilai
tidak
b =
0,75. b
Ya
a=
As . fy
0.85. f ' c.b
M n = As . fy. d
2
Beton I
Selesai
Bab II- 6
Contoh Soal
d = 450 mm
h=500
As=3D25
b = 250 mm
Solusi :
b = 250 mm
d = 450 mm
fc = 20 MPa
fy = 400 MPa
1
1
As = 3D 25 = 3x xxD 2 = 3x xx 25 2 = 1472,62mm 2
4
4
min =
1,4 1,4
=
= 0,0035
fy 400
As
1472,62
=
= 0,01309 > 0,0035 OK
b.d 250 x 450
b = 0,85
mak
a=
As . fy
1472,62 x 400
=
= 138,60mm
0,85. f ' c.b 0,85 x 20 x 250
Beton I
Bab II- 7
M n = TxJd
M n = Tx d
2
a
138,60
TUGAS I
L=5m
h=550
As=4D30
b = 300 mm
Kesimpulan:
1. Gaya luar harus sama dengan gaya dalam
2. Tegangan leleh terjadi pada saat baja baru akan meleleh tetapi belum leleh.
3. Rasio tulangan dan kondisi penampang
Beton I
Bab II- 8
Tabel 2.1. Tebal Minimum Balok dan Pelat Satu Arah Bila
Lendutan Tidak Dihitung
Tebal Minimum (h)
Komponen
Struktur
Dua
Tumpuan
Satu Ujung
Menerus
Kedua
Ujung
Menerus
Kantilever
L/20
L/24
L/28
L/10
Balok atau
pelat jalur
satu arah
L/16 L/21
L/18,5
L/21
L/8
M n M u dimana,
Mn
: Momen nominal
Beton I
Bab II- 9
Mu
Seperti telah dijelaskan bahwa proses perencanaan balok, salah satunya adalah
menentukan luas tulangan dengan momen terfaktor yang sudah dihitung
terlebih dahulu serta dengan asumsi dimensi yang ditetapkan. Dalam
penentuan luas tulangan dapat dilakukan sebagai berikut
(lihat Gambar
berikut ini ):
0,85.fc
a/2
Garis Netral
Mu
Jd=d-a/2
As=?
T
b
a. Penampang Balok
bertul. Tunggal
b. Blok Tegangan
Tekan persegi Ekivalen
= 0 ,8
= T . Jd
= A s . fy . Jd
= A s . fy . Jd
M
As =
fy . Jd
mm
Beton I
Bab II- 10
min mak
c. Kontrol terhadap momen nominal penampang
a=
As . fy
0,85. f ' c.b
M n = T . d
2
M n = As . fy. d
2
M
Mn u
Contoh Soal :
Ditanya :
Beton I
Bab II- 11
Mulai
Mu
Hitung As =
fy.Jd
Hitung , min
tidak
>min
Ya
Hitung b
Perbesar
tidak
<0,75b
Perbesar penampang
(nilai d atau h)
Ya
a=
As . fy
0,85. f ' c.b
M n = As . fy. d
2
M
Mn u
Beton I
Bab II- 12
ql & qd
L=9m
Gambar 2.8. contoh Analisa balok
Jawab :
Ln 9000
=
= 562,5mm ambil tinggi balok,
16
16
h=600
50
b = 300 mm
Momen ultimate, M u =
Syarat kekuatan, M n M u
atau minimum M n =
Mu
376,488
= 470,61KNm
0,8
Beton I
Bab II- 13
Mn
470,61x10 6
=
= 2431,53mm 2
jd . fy 467,5 x 414
Sehingga As =
b =
= 0,03098
fy
414
600 + 414
600 + fy
As . fy
2431,53x414
=
= 131,589mm
0,85. fc'.b 0,85x30x300
a
131,589
6
M n = As . fy d = 2431,53x414 550
= 487,43x10 Nmm = 487,43KNm
2
2
Mu
Mn
A 32 =
x32 2
4
= 803,8mm 2
n=
Asperlu
A 32
2431,53
= 3,03 4
803,8
buah
tulangan (4D32)
Beton I
Bab II- 14
TUGAS II
ql & qd
L=8m
Gambar 2.10. latihan rencanakan balok
Kesimpulan:
1. Tinggi minimum sesuai dengan SK SNI 2002 , lendutan tidak perlu dihitung
2. Pemilihan tulangan
3. Beban yang bekerja dari pelat atau berat sendiri
Beton I
Bab II- 15
Jika momen yang bekerja melebihi momen yang dapat dipikul oleh
balok persegi bertulangan tunggal, maka diperlukan tulangan rangkap/ganda,
yaitu terdiri dari tulangan tarik dan tulangan tekan.
Pada balok bertulangan tunggal (tanpa tulangan tekan), semua gaya
tekan yang terjadi ditahan oleh beton saja. Sedangkan pada tulangan ganda, gaya
tekan C ditahan secara bersama-sama oleh beton (Cc) dan tulangan tekan (Cs).
Karena sebagaian gaya tekan dipikul oleh tulangan tekan, maka nilai a pada
tulangan ganda lebih kecil dibandingkan dengan nilai apada tulangan tunggal.
Dengan demikian nilai C pada tulangan ganda lebih kecil dibandingkan nilai
C pada tulangan tunggal. Atau dengan kata lain daktilitas tulangan ganda lebih
besar dibandingkan pada tulangan tunggal.
Alasan-alasan digunakannya tulangan tekan (Iswandi, 2001) yaitu :
a. Mengurangi defleksi jangka panjang
b. meningkatkan daktilitas penampang
c. Mengubah jenis keruntuhan tekan menjadi keruntuhan tarik
d. Mempermudah pelaksanaan di lapangan.
0,85.fc
d
d
Mu
C1
Garis Netral
As
Jd=d-a/2
As1
T1
(1)
s
b
a. Penampang Balok
bertul. rangkap
C2
As
b. Diagram
Regangan
d-d
As2
Beton I
T2
(2)
Bab II- 16
As = As1 + As 2 As 2 = As'
As1 = As As'
o Sehingga
Mn1 = T1 . d
2
Dimana, a =
( A As'). fy
As1 . fy
= s
0.85. fc'.b
0,85. fc'.b
sehingga,
Mn2 = C 2 .(d d ')
Mn = Mn1 + Mn2
a
M u = .Mn
M u = 0,8 xMn
Persamaan di atas adalah untuk kondisi tulangan tekan leleh. Untuk mengetahui
tulangan tekan leleh atau tidak perlu dilakukan pemeriksaan kompatibilitas
Regangan. Tulangan tekan leleh (As) apabila s ' > y y =
fy
fy
=
E s 2x10 5
Beton I
Bab II- 17
c=0,003
c-d
c
c
=
s ' (c d ')
.(c d ') 0,003(c d ')
s' = c
=
c
Karena c =
( As As'). fy
1 .0,85. fc'.b
s ' = 0,0031
Maka
( '). fy
1 .0,85. fc'.b
( ').d . fy Es
600
600 fy
s' < y
600
600 fy
Beton I
Bab II- 18
fs ' fy
fs ' = E s . s '
Maka
( '). fy.d
0,85. 1 . fc'.d '
fs ' = 600 1
( '). fy.d
Jadi momen nominal untuk kondisi tulangan tekan belum leleh adalah :
a
fs '
, dim ana
fy
As '
b.d
0,85. fc'. 1 .600
b =
(600 + fy ). fy
'=
Beton I
Bab II- 19
Mulai
Data : b,d,d,As,As,fc,fy
min =
Perkecil
penampang
1 .4
fy
tidak
As
bd
min
mak
As'
bd
Ya
tidak
'
fy .d
600
600 fy
Tul. tekan
belum leleh
Tul. tekan
sudah leleh
f's = fy
f 's
fy
1.0,85 f ' c 600
b =
fy.
600 fy
tidak
maks
Ya
tidak
f's1 = f ' s
a=
c=
f's1 = f ' s
Ya
Fs=fy
Ya
a=
c d'
.0,003
c
fs ' 2 = E s . s
s ' =
f 's
tidak
Ya
fs2=fs1
f's = f ' s 2
Beton I
Bab II- 20
Contoh Soal :
As
d
Mu
h
As
: 30 MPa
Fy
: 400 MPa
As
: 3920 mm2
As
: 1960 mm2
: 350 mm ; d = 590 mm ; d = 50 mm
Penyelesaian :
a. Menghitung
As
3920
=
= 0,01898
b.d 350 x590
1,4 1,4
min =
=
= 0,0035 > min (OK )
fy 400
As'
1960
'=
=
= 0,009491
b.d 350 x590
k = 1 .
c. Karena tul. Tekan belum leleh maka fs<fy. Menentukan fs dan mak.
fs ' = 600.1
= 600.1
= 309,633MPa
0,009498 x 400 x590
( '). fy.d
Beton I
Bab II- 21
fs(MPa)
a=
c=
(mm)
s' =
c d'
.0,003
c
fs ' 2 = s ' .E s
Es=200000
(mm)
(MPa)
309,633
107,69
126,694
0,00182
364
336,82
101,72
119,67
0,00175
350
343,41
100,27
117,96
0,00173
346
fy
fy
600 + fy
mak = 0,75.
Tugas:
Data-data penampang balok bertulangan rangkap :
As
d
Mu
h
As
Fc
: 25 MPa
Fy
: 400 MPa
As
: 4D32
As
: 2D22
b /h
: 300 mm / 600 mm
: 50 mm
Beton I
Bab II- 22
1 .0,85. fc'
fy
600
600 + fy
e. Hitung a =
As1 . fy
0,85. fc'.b
f. Bila Mn1 < M u .rencana maka penampang cukup bertulangan tunggal atau
penampang diperkecil sehingga penampang tetap dipasang tulangan
rangkap.
g. Hitung Mn 2 =
Mu
Mn1 > 0
'
dimana
' = 1 = 0,5. b .
Bila
tulangan tekan sudah leleh, maka fs= fy. Bila tulangan tekan belum leleh
'<
Beton I
Bab II- 23
Mn2
fs '.(d d ')
i. Hitung As ' = As 2
As ' =
As = As1 + As 2
fs '
,
fy
As
b.d
Beton I
Bab II- 24
Mulai
Perkirakan : h,b,d,d
Tentukan :fc,fy
Hitung : Mu
min =
Perkecil
penampang
tidak
1 .4
fy
min
Ya
' = = 0,5. b
1.0,85 f ' c 600
b =
600 + fy
fy.
f 's
As1 = .b.d
a=
As1 . fy
0,85. fc'.b
Perkecil
penampang
Mn 1 < Mu
tidak
Ya
tidak
'
Tul. tekan
belum leleh
Ya
600
600 fy
Tul. tekan
sudah leleh
Mn2 =
Mu
f's = fy
Mn1
Mn2
fs '.(d d ')
As
As = As1 + As 2 , =
b.d
As ' = As 2 =
Beton I
Bab II- 25
f 's
fy
1.0,85 f ' c 600
b =
fy.
600 fy
tidak
maks
Ya
a=
tidak
Mu<0,8Mn
Stop
Contoh Soal :
ql & qd
L=6m
Jawab :
Beton I
Bab II- 26
Ln 6000
=
= 375mm ambil tinggi balok, h
16
16
h=500
50
b = 250 mm
Momen ultimate, M u =
Hitung
min =
b =
1
1
xqu xL2 = x83,6 x6 2 = 376,2 KNm
8
8
1,4 1,4
=
= 0,0033816
fy 414
= 0,03098
fy
414
600 + 414
600 + fy
Hitung
Beton I
Bab II- 27
As1 . fy
1742,625 x 414
=
= 113,17 mm
0,85. fc'.b 0,85 x30 x 250
a
113,17
Mu
376,2
283,83 = 186,42 KNm 470,0,8
Hitung Mn2 =
Mn1 =
'
2943,785
= 0,0261669
250 x 450
1201,16
= 0,010677
250 x 450
Beton I
Bab II- 28
0,75. b + '.
fs '
fy
388
414
Mu rencana .Mn
a=
118,07
Mn = 480,691KNm
Mu rencana = 376,2 KNm < 0,8 xMn = 0,8 x 480,691 = 384,55KNM OK
x32 2
4
= 803,8mm 2
Asperlu
A 32
2943,785
= 3,66 4 buah
803,8
As ' perlu
A 32
1201,16
= 1,49 2 buah
803,8
tulangan (2D32).
TUGAS
Beton I
Bab II- 29
Ditanya :
ql & qd
L=8m
Gambar 2.18. latihan rencanakan balok tulangan rangkap
Distribusi beban pada plat dapat dilihat dari fenomena pembebanan plat.
Bila suatu plat persegi dengan tumpuan sederhana di empat sisinya dan dibebani
hingga retak dan akhirnya runtuh maka dapat ditarik beberapa kesimpulan:
1. Retak yang pertama terjadi tegak lurus bentang pendek
2. Retak berlajut hingga pertemuan tumpuan dengan sudut 45.
3. Pola retak ( bentuk amplop) identik dengan pembagian beban plat ke
balok ( metode garis leleh ; metode amplop )
Bentuk beban plat dapat segitiga atau trapezium. Beban ini diteruskan ke balok
yang selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk mencari gaya dalam balok.
Perhitungan gaya dalam balok bila menggunakan table seperti tertulis pada SNI ,
harus mengikuti aturan seperti beban harus terbagi merata. Salah satu cara
pendekatan dan umum adalah dengan merubah beban segi-3 atau trapezium
kedalam beban merata berdasarkan Momen maximum yang terjadi ditengah
balok.
Beton I
Bab II- 30
Lx
45
Ly
Untuk beban segitiga
Qx=Qp Lx/2
Qe
Mx=1/8 QeLx^2
Mx=VaLx/2 - R1 Lx/6
Mx=1/12 Qx Lx^2
Qe =2/3 Qx
Mx=VaLx/2 - R1 Lx/6
Mx=1/8 QeLx^2
Qe =1/3 Qx ( 1 - (Lx/Ly)^2 )
Beton I
Bab II- 31
Fc = 25 MPa
Fy = 400 MPa
Wdl = 80 Kg/m2
Wll = 400 Kg/m2
1,2M
D
6M
Rencanakan
Penulangan
BALOK Lantai
C
3M
4 As Melintang
A,B,C,D
6 As Memanjang
1,2,3,4,5,6
6M
A
1,2M
5M
5M
5M
1,2M
5M
Beton I
Bab II- 32
Conto jawaban :
BJ bet =
dimensi balok
24 kn/m3
Wu = 1,2DL+1,6LL=
h=
400 mm
26,64 kN/m
b =
brt sendiri =
250 mm
2,4 kN/m'
Beta 1 =
Rho bal =
0,85
0,0244
Fc' =
Fy =
Fy =
22,5 Mpa
400 lentur
240 geser
R min =
R max =
0,0035
0,0183
0,0035
0,0183
d' =
d=
40 mm
360 mm
Fc' =
22,5
Fy =
400
As mm2 a mm
Mn kNm
Mu kNm
315 26,3529 43,69976
34,96
1645,95
137,7 191,6868 153,35
2 GAYA DALAM
LAP
TUMP
14,35%
75,00%
3,0625
Mu kNm
Vu Kn
118,66909
1/11
130,536
93,24 1/10
3 PERHITUNGAN TULANGAN
assumsi
50,00%
Rho 1 =
0,0121922
As1 =
1097,2969 mm2
a=
91,8 mm
Mn 1 =
137,86438 kn m
Mn kNm
Vn Kn
148,3364
0
163,17
155,4
377,7778 Mpa
209,3296 mm2
Mn 2 =
25,305621 kN-m
As 2 =
As =
As' =
1306,6265 mm2
209,32958 mm2
digunakan tulangan=>
digunakan tulangan=>
As
3D19+2D16
2D16
Beton I
1245
402
843
0,0093667
70,52549
109,5014
310,74288
39,973964
149,47537
Bab II- 33
pelat lantai (mutu beton sama antara balok dan pelat) dan terjadi interaksi
anatara balok dan pelat di dalam menahan momen-momen yang terjadi, maka
balok tersebut dikatakan sebagai balok T. Pada kondisi ini, pelat beton akan
berfungsi sebagai sayap atas dari balok
o Pada dasarnya balok ini berperilaku sebagai balok T pada saat menahan
momen positif dab berperilaku sebagai balok persegi biasa pada saat menahan
momen negative (lihat Gambar3. )
M+
M-
Zona tekan T
Akibat M+
lebar efektif balok T (be). Menurut pasal 3.1.10 lebar efektif balok T adalah :
be
hf.ka
hf.ka
bw
be
hf.
bw
Gambar 2.19. Type Balok bersayap
Beton I
Bab II- 34
0,85.fc
be
Cc
Garis Netral
hf
Jd=d-a/2
d
As
s
bw
a. Penampang Balok
T
b. Diagram
Regangan
H = 0
T = Cc
As. fy = 0,85. fc'.a.be
a=
c=
As. fy
0,85. fc'.be
a
Jika c < hf maka garis netral terletak di dalam sayap (flens), sehingga
a
a
Mn = Cc. d atauMn = T . d
2
2
a
a
Mu = .Mn = 0,8.Mn
Untuk kontrol daktilitas tulangan, caranya sama dengan balok persegi
bertulangan tunggal.
Beton I
Bab II- 35
b. Kondisi 2, bila garis netral memotong badan, c > hf, maka balok
diperlakukan sebagai balok T murni.
be
Mu
hf
d
As
Garis Netral
Asf
Asw
bw
0,85.fc
0,85.fc
Cw
Cf
hf
d-hf/2
d-a/2
Tf=Asf.Fy
Tw=Asw.Fy
Gb. (1)
Gb. (2)
H = 0
Tf = Cf
Sehingga ,
Beton I
Bab II- 36
hf
hf
Mnf = Cf . d atauTf . d
2
2
hf
hf
H = 0
C w = Tw
0,85. fc'.bw .a = As w . fy
a=
As w . fy
0,85. fc'.bw
Sehingga,
a
a
Mn w = C w . d atauTw . d
2
2
a
a
Mn = Mn f + Mn w
hf
Mn = As f . fy. d
2
+ As w . fy. d
2
> min
=
Astot
bw .d
min =
1,4
fy
Beton I
Bab II- 37
< mak
< 0,75. b
0,85. fc'. 1
600
.
+f
fy
600 + fy
b =
f =
As f
bw .d
Contoh Soal :
125
125
700
As = 3000 mm2.
As
250
Jawab :
be 4.bw
Lebar efektif, be 4 x 250
500mm 1000mm OK
Penampang T di atas memenuhi syarat sehingga be = 500 mm.
b. Menghitung a, zona tekan diasumsikan berbentuk persegi
Beton I
Bab II- 38
a=
As. fy
0,85. fc'.be
a=
3000 x 400
= 141mm
0,85 x 20 x500
Ternyata a = 141 mm > hf = 125 mm, sehingga balok dianalisis sebagai balok
T.
c. Analisis balok T
balok sayap
Luas zona tekan = (be bw).hf
Syarat keseimbangan,
H = 0
Tf = Cf
Asf . fy = 0,85. fc' (be bw ).hf
Asf =
Sehingga ,
hf
hf
Mnf = Cf . d atauTf . d
2
2
hf
hf
125
Balok badan
As w = Astotal As f
As w = 3000 1330 = 1670mm 2
H = 0
C w = Tw
0,85. fc'.bw .a = As w . fy
a=
As w . fy
1670 x 400
=
= 157 mm
0,85. fc'.bw 0,85 x 20 x 250
Sehingga,
Beton I
Bab II- 39
a
a
Mn w = C w . d atauTw . d
2
2
a
157
> min
=
Astot
3000
=
= 0,01967
bw .d 250 x610
min =
1,4 1,4
=
= 0,0035
fy 400
< mak
< 0,75. b
0,85. fc'.1
600
.
+f
600 + fy
fy
b =
600
1330
0,85 x 20 x0,85
.
+
= 0,030396
400
600 + 400 250 x610
= 0,75 x b = 0,022797
b =
mak
Tugas :
300mm
120mm
480mm
6m
8m
Gambar 2.23. Latihan analisa Balok bersayap
Hitung berapa momen ultimate yang dapat dipikul oleh balok T bagian tengah
seperti gambar di atas, bila : fc = 28 MPa, fy = 414 MPa, As = 4D32, d=50 mm.
Beton I
Bab II- 40
Perilaku balok beton bertulang pada keadaan runtuh karena geser sangat
berbeda dengan keruntuhan karena lentur. Balok dengan keruntuhan geser,
umumnya tanpa peringatan terlebih dahulu. Perilaku keruntuhan geser bersifat
getas/brittle, oleh karena itu perlu dirancang penampang yang cukup kuat untuk
memikul gaya geser.
Tulangan geser diperlukan karena pada dasarnya ada tiga jenis retak
pada struktur, yaitu :
1. Retak lentur murni (flexural crack), retak yang terjadi di daerah yang
mempunyai momen lentur besar. Arah retak hamper tegak lurus sumbu
balok.
2. Retak geser lentur (flexural shear crack), Retak yang terjadi pada bagian
balok yang sebelumnya telah terjadi keretakan lentur. Jadi retak geser
lentur merupakan perambatan retak miring dari retak yang sudah terjadi
sebelumnya.
3. Retak geser murni (shear crack), retak yang terjadi pada daerah dimana
gaya geser maksimum bekerja dan tegangan normal sangat kecil.
1
2
Geser lentur
Geser murni
retak lentur
Geser murni
Beton I
Bab II- 41
Vu Vn
Dimana :
Dimana
Kuat geser beton adalah kekuatan geser yang dapat ditahan oleh balok beton
sampai batas timbulnya retak pertama kali. Sesuai dengan sifat beban yang
bekerja pada struktur, maka kuat geser yang disumbangkan oleh beton (Vc)
adalah :
Untuk struktur yang dibebani geser dan lentur, maka :
1
1
Vu.d
Vc = . fc'.bw .d atau Vc = . fc' + 120. w .
.bw .d
6
Mu
7
Beton I
Bab II- 42
w =
As
< 0,3.bw .d . fc '
bw .d
Vu.d
<1
Mu
o Jika Vu Vc ( merupakan factor reduksi kekuatan untuk geser, sebesar =
0,6) maka secara teoritis tidak memerlukan tulangan geser. Tetapi menurut
SK-SNI ps. 3.4.5.5 (1) bila Vu >
Vc
2
minimum sebesar :
Av =
bw .s
3. fy
Bila gaya geser terfaktor Vu > Vc , maka kelebihan gaya geser ditahan oleh
tulangan geser,
Vu
Vs = Vc .
Av. fy.d
(sin + cos )
s
Av. fy.d
s
Catatan :
a. Tegangan leleh baja untuk tulangan geser, fy 400MPa (ps.3.4.5.2.
SKSNI91).
b. Gaya geser maksimum yang bisa dipikul tulangan dibatasi sebesar
Vs
2
. fc' .bw .atau......4Vc .
3
Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi lebar retak yang berlebihan pada
balok.
Beton I
Bab II- 43
c. Pada balok yang dibebani pada tepi atasnya dan ditumpu pada tepi
bawahnya, retak miring yang mungkin terjadi terbentuk pada daerah
perletakan membentuk sudut 45. Oleh karena itu SKSNI 91 menetapkan
bahwa penampang balok yang berada dalam jarak d dari perletakan
dapat direncanakan terhadap gaya geser Vu yang bekerja pada jarak d
dari perletakan, dengan syarat :
-
Contoh Soal :
L=6m
qu.l 110 x6
=
= 330 KN
2
2
Beton I
Bab II- 44
Mulai
Data : bw,d,d,,fc,fy,Vu
= 0 , 75
fc'
.b .d
Vc =
6 w
tidak
Vs =
2
Vc . fc' .bw .d = 4Vc
Vu
Ya
Perbesar
penampang
tidak
Tidak perlu
tul. geser
Vu
>
Vc
2
tidak
Ya
Vu>Vc
tul. Geser
minimum
Ya
tidak
Vu
Vc
fc '
.b w .d
3
Vs > 2 Vc
bw .s
3. fy
S d / 2 600mm
Av =
Vu
Vc .S
Av =
fy.d
d
S 600mm
4
Vu
Vc .S
Av =
fy.d
d
S 600mm
2
Selesai
Gambar 2.26. Diagram Perencanaan Tulangan Geser Balok
Beton I
Bab II- 45
275
2
111,81 = 254,86 4 *Vc = x 20 x 300 x500
0,75
3
254,86 KN < 447,213KN OK
Vud
Jadi penampang kuat memikul gaya geser rencana, tidak perlu diperbesar.
4. Cek apakah perlu tulangan geser atau tidak
Vu d
Vc
2
275 111,81
>
0,75
2
254,86 KN > 55,91KN OK
>
Vu
Vc .S
Vs * s
Av =
=
=
fy.d
fy * d
Vu
1
Vc . fc' .bw .d = 2 xVc
3
346,52 KN 223,61KN
d 500
=
= 125mm
4
4
Beton I
Bab II- 46
1
Dicoba digunakan tulangan 10, Av = 2 x xx10 2 = 157mm 2
4
Vs =
S=
Av. fy.d
157 x 400 x500
=
= 90,61mm diambil 90 mm
346,52 x10 3
Vu
Vc
Jadi jarak pada penampang kritis sejauh d = 500mm dari muka tumpuan
adalah sebesar 90, mm sampai dengan gaya lintang dengan Vs = 251,52 kN
.
Pada soal ini, gaya geser untuk beban terdistribusi berkurang secara linier dari
tumpuan ke tengah bentang balok. Oleh karena itu jarak sengkang dapat
dikurangi sampai pada daerah yang memerlukan tulangan sengkang minimum.
o Pada daerah kritis sejauh d = 500mm dari muka tumpuan,
Vn =
Vu d
275
= 458,3KN , diperoleh S = 90,61 mm
0,6
d 500
=
= 125mm
4
4
Av. fy.d
Vs
157 x 400 x500
125 =
Vs1 = 251200 N
Vs
Vn1 = Vc + Vs1 = 111,81 + 251,2 = 363,01KN
S=
363,01
= 1980mm
458,3
d 500
=
= 250mm
2
2
Beton I
Bab II- 47
Av. fy.d
Vs
157 x 400 x500
250 =
Vs 2 = 125600 N
Vs 2
S=
237,41
= 1295mm
458,3
d 500
=
= 250mm
2
2
X3 dari tengah bentang, X 3 = 2500 x
111,81
= 609mm
458,3
Vn1
Vn2
Vs
Vnd
Vc
Vc
X3=609
X2=1295
X1=1980
Xd=2500
d=500
3000
10
6, S=90
5, S=125
6, S=250
3000
Beton I
Bab II- 48
Tugas
Diketahui balok persegi seperti tergambar. Bila digunakan mutu beton fc =
25 MPa, mutu baja fy = 400MPa, selimut beton 50 mm. Beban hidup sebesar
35 KN/m, beban mati sebesar 40 KN/m ,lebar balok 250 mm, tinggi balok 500
mm.
Ditanya :
L=5,5
Gambar 2.28. Latihan Penulangan geser
Jawab :
Beton I
Bab II- 49
BAB III
PELAT BETON BERTULANG
Beton I
Bab III - 1
Komponen
Struktur
Satu Ujung
Menerus
Kedua
Ujung
Menerus
Kantilever
Pelat solid
satu arah
L/20
L/24
L/28
L/10
Balok atau
pelat jalur
satu arah
L/16 L/21
L/18,5
L/21
L/8
M n M u dimana,
Mn
: Momen nominal
Mu
(lihat
a/2
Garis Netral
Mu
0,85.fc
d
Jd=d-a/2
As=?
T
b
a. Penampang Balok
bertul. Tunggal
Gambat 3.2
Balok Tulangan
Tunggal
Beton I
b. Blok Tegangan
Tekan persegi Ekivalen
Bab III - 2
Seperti telah dijelaskan bahwa proses perencanaan balok, salah satunya adalah
menentukan luas tulangan dengan momen terfaktor yang sudah dihitung terlebih
dahulu serta dengan asumsi dimensi yang ditetapkan.
a. Dengan mengasumsikan nilai Jd = 0,85 d s/d 0,9 d.trial error
M n M u
Mn
Mu
= 0,8
M n = T .Jd
M n = As . fy.Jd
Mu
= As . fy.Jd
Mu
As =
fy.Jd
mm 2
As
bxd
1,4
min =
fy
mak = 0,75. b
min mak
c. Kontrol terhadap momen nominal penampang
a=
As . fy
0,85. f ' c.b
M n = T . d
2
M n = As . fy. d
2
M
Mn u
Beton I
Bab III - 3
Beton I
Bab III - 4
Mulai
Mu
Hitung As =
fy.Jd
Hitung , min
tidak
>min
Ya
Hitung b
Perbesar
tidak
<0,75b
Perbesar penampang
(nilai d atau h)
Ya
a=
As . fy
0,85. f ' c.b
M n = As . fy. d
2
M
Mn u
Beton I
Bab III - 5
Pelat satu arah adalah pelat beton bertulang yang mempunyai angka
perbandingan antara bentang yang panjang dengan bentang yang pendek lebih
besar atau sama dengan 3,0 . Pada pelat satu arah, momen yang diperhitungkan
dalam satu arah.
Ly
3,0 pelat satu arah, dimana
Lx
Ly
Lx
: Bentang pendek
Beban pada pelat pada umumnya dinyatakan dalam satuan kg/m2 atau
KN/m2. Distribusi gaya-gaya dalam pelat satu arah dapat dianggap sebagai
gelagar di atas beberapa tumpuan. Pada SKSNI T 15-1991-03 pasal 3.6.6.
mengijinkan untuk menentukan distribusi gaya dengan menggunakan koefisien
momen . Koefisien tersebut dapat digunakan dengan beberapa persyaratan sebagai
berikut (Gideon K, 1993) :
a. Jumlah bentang paling sedikit harus dua.
b. Panjang bentang bersebelahan yang paling besar di bagian sebelah kiri dan
kanan tumpuan tidak boleh lebih dari 1,2 kali lipat lebih besar dari panjang
bentang bersebelahan yang lebih pendek.
c. Beban harus merupakan beban terbagi rata.
d. Beban hidup harus tiga kali lebih kecil dibandingkan dengan beban mati.
Koefisien momen yang ditetapkan SKSNI T-15-1991-03 disajikan pada
Tabel 3. 2 sebagai berikut :
1/24
1/10
1/11
1/10
1/16
1/24
1/11
Beton I
Bab III - 6
Tabel 3. 2. Koefisien Momen Untk Pelat Satu Arah Dikalikan dengan Wu.Lx2.
Beton I
Bab III - 7
Mu
fy
As = .b.d
Penulangan pada pelat harus memenuhi syarat min mak , dimana :
min = 0,0018 untuk fy = 400 MPa dan min = 0,0025 untuk fy = 240 MPa.
mak = 0,75. b
Pada pelat, geser tidak diperhitungkan. Sedangkan untuk menahan susut
dan tegangan akibat perubahan suhu, maka perlu dipasang tulangan susut/tulangan
bagi dalam arah tegak lurus tulangan utama. Besarnya tulangan susut/tulangan
bagi menurut SKSNI T15-1991-03 pasal 3.16.12 adalah :
Untuk fy 400 MPa, As =
0,18.b.h
100
0,25.b.h
100
Urutan perencanaan pelat dapat dilihat pada diagram alir sebgai berikut :
Beton I
Bab III - 8
Hitung Momen-momen
fy
Mu
As = .b.d
min mak
tidak
Ya
Pilih tulangan
Selesai
Ly
< 3,0 pelat dua arah, dimana
Lx
Beton I
Bab III - 9
Ly
Lx
: Bentang pendek
Beton I
Bab III - 10
Beton I
Bab III - 11
Beton I
Bab III - 12
Beton I
Bab III - 13
( 8+
Beton I
Bab III - 14
A=
B=
C=
D=
Beton I
Bab III - 15
E=
F=
G=
H=
K;L =
Tulangan Pembagi
M; N =
Tulangan Pembagi
Beton I
Bab III - 16
Fc = 25 MPa
Fy = 400 MPa
Wdl = 80 Kg/m2
Wll = 400 Kg/m2
1,2M
D
6M
Rencanakan
Penulangan Plat
Lantai
C
3M
B
6M
A
1,2M
5M
5M
5M
1,2M
5M
Beton I
Bab III - 17
mm
dx =
mm
BS =
kN/m2
d rata2 =
mm
Wu =
kN/m2
DL =
balance
As mm2
a mm Mn kN
Mu kNm
min
max
(2) G
Gaya Dalam Plat dan tulangan terpasang
ly/lx =
type plat
Mlx
Mly
Wulx2=
Mtx
Mty
Mtix
Mtiy
Mtix
Mtiy
Coefisien
Mn
an
used
As mm2
tul terpsg
type plat
ly/lx =
Mlx
Mly
Wulx2=
Mtx
Mty
Coefisien
Mn
an
used
As mm2
tul terpsg
Beton I
Bab III - 18
CANTILEVER PLAT
L(m)
Mu kNm
Mn kNm
an
As mm2
=
=
=
=
=
Panjang
Jumlah
Diameter
Batang
Beton I
Bab III - 19
BAB IV KOLOM
4.1
Pendahuluan
Kolom adalah komponen struktur vertical yang meneruskan beban dari balok
atau plat sehingga sampai pada pondasi. Pada komponen balok beban yang
dominan adalah Lentur dan lintang dan penulangan dapat ditinjau secara
terpisah. Berbeda dengan balok pada kolom beban Aksial dan lentur tidak
dapat dipisahkan sehingga perlu ditinjau interaksi antara kedua besaran gaya
dalam tersebut.
Keruntuhan pada suatu kolom merupakan penyebab utama keruntuhan total
struktur ybs. Oleh karena itu dalam perencanaan kolom harus diberikan
kekuatan yang lebih tinggi dari pada balok atau komponen struktur mendatar
lainnya atau yang lebih dikenal dengan Strong colomn weak beam Kolom
kuat balok lemah.
4. 2
Tujuan
2.
3.
4.
4. 3
Materi Pembahasan
1.
Jenis2 kolom
2.
Kelangsingan kolom
3.
Keruntuhan kolom
4.
5.
6.
Beton I
Bab IV - 1
= L/ r . Kelangsingan dapat
Beton I
Bab IV - 2
4. 3. 3 Keruntuhan kolom
Seperti halnya balok , maka pada kolom dikenal pula istilah seperti
Keaadaan Seimbang-Batas Balanced Conditions
terjadi bila tulangan bajanya mengalami leleh terlebih dahulu akibat tarik ,
tension control ( Under
1% Ag
8% Ag
( 4% untuk
Beton I
Bab IV - 3
.85 fc
Cs
c
H
Cc
NA
+
Ts
B
Gbr. 4.1 ANALISA PENAMPANG KOLOM
4. 3. 5 Analisa Penampang kolom
4. 3.5.1 Analisisa Kekuatan Kolom Pendek
1. Kekuatan kolom pendek dengan beban sentries ( e = 0 )
Kapasitas beban sentris maksimum P dapat dinyatakan sebagai :
Po =0,85 fc ( Ag Ast) + Ast fy
.......(1)
. . . . . . . ( 2a )
Pn (maks) =0,80 Po
Beban nominal ini masih harus direduksi lagi dengan menggunakan factor
reduksi kekuatan . Untuk desain besarnya (Ag Ast ) dapat dianggap sama
Beton I
Bab IV - 4
As
.85fc
Cs
Cc
T
As
B
Gambar 3.2 Gaya nominal Pn bekerja pada eksentrisitas e
Gaya nominal memanjang Pn bekerja pada keadaan runtuh dan
mempunyai eksentrisitas e dari sumbu lentur kolom.
Persamaan keseimbang gaya dan momen pada kolom pendek dapat
dinyatakan melalui syarat keseimbangan gaya dinyatakan sebagai
Pn =Cc + Cs Ts
.......(3)
= Pn e = Cc (X a/2) + Cs ( X-d ) + T ( d X )
= 0,85 fc ab ( X-a/2) + As Fs (X-d) + As Fs ( d X)
.......(4)
Dalam persamaan ini tinggi sumbu netral dianggap kurang daripada tinggi
efektif d penampang dan juga baja pada sisi yang tertarik memang
mengalami tarik.
Perlu ditekankan disini bahwa gaya aksial Pn tidak boleh melebihi kuat tekan
aksial maksimum Pn (maks) .
Beton I
Bab IV - 5
. . . . . . . ( 5a )
. . . . . . . ( 5b )
Apabila Pn adalah beban aksial dan Pnb adalah beban aksial pada
kondisi balanced maka :
Pn < Pnb
Pn = Pnb
Pn > Pnb
.......(6)
Beton I
Bab IV - 6
(( h 2 e ) / 2 d ) + 2 m (1 d ' / d )
......(8)
e merupakan jarak antara sumbu lentur kolom dengan titik tangkap gaya.
Sedangkan apabila tulangan tekan belum leleh maka selain memerlukan
persamaan dasar keseimbangan dan juga diperlukan prosedur coba coba
dan penyesuaian.
Untuk suatu geometri penampang dan eksentrisitas e yang diberikan asumsi
besarnya jarak sumbu netral Xc. Dengan harga Xc ini dapat dihitung tinggi
blok tegangan ekuivalent a, dengan a = 1. Xc
Beton I
Bab IV - 7
.......(9)
0,85 fc ab + As Fs + As Fs
. . . . . . . ( 10 )
keruntuhan
tekan
diawali
dengan
hancurnya
beton.
. . . . . . ( 12 )
Cc = 0,85 fc ab
Bila tekan menentukan , untuk tulangan tekan biasanya sudah leleh , jika
regangan 0.003 terjadi pada serat tekan ekstrim. Dengan mengabaikan
beton yang dipindahkan maka : Cs = As fy
tegangan baja tekan dan tarik yaitu ;
fs = Es s = Es 0.003 ( X d)/ X < fy
fs = Es s = Es 0.003 ( d - X )/ X < fy
Beton I
Bab IV - 8
0,85 fc ab + As Fy + As Fs
untuk
komponen
struktur
tekan
yang
kondisi
secukupnya maka jarak Antara titik-titik balik diperlihatkan dalam Gambar 3.7.
Untuk semua hal yang demikian diperoleh panjang ujung sendi ekivalen (k lu)
yang lebih dari panjang tak tertumpu (lu) atau k lebih kecil dari 1.
KlU=lU
Gambar 3.3 Panjang ujung sendi ekivalen tanpa translasi titik buhul (Wang ,1986)
Beton I
Bab IV - 9
Jika goyangan kesamping atau translasi ujung mungkin terjadi seperti dalam
hal portal tanpa pengaku panjang ujung sendi ekivalen melebihi panjang tak
tertumpu ( k > 1)
P
Lu
kLu=Lu
P
kLu=2Lu
P
Gambar 3.4. Panjang ujung sendi ekivalen translasi titik buhul (Wang 1986)
Oleh karena kolom umumnya merupakan bagian dari portal maka perlu
dimengerti konsep dari portal pengaku (dimana translasi titik ujung dicegah
oleh pengaku seperti dinding geser ) dan portal tanpa pengaku (dimana
stabilitas tekuk tergantung pada kekakuan balok balok dan kolom- kolom
yang membentuk portal ). Seperti terlihat dalam Gambar
Stabilitas dapat
faktor panjang efektif kolom k ,sehingga untuk bahan rujukan diambil dari ACI .
Beton I
Bab IV - 10
Gambar 3.5. Panjang ujung sendi ekivalen untuk Portal (Wang 1986)
Faktor panjang efektif merupakan fungsi dari faktor kekangan ujung
B
A dan
sebagai :
( / Lu ) kolom
=
( / Ln ) balok
sendi tanpa gesekan tidak ada dalam praktek ,harus diambil sebesar 10 untuk
ujung yang dalam analisa dimisalkan sebagai sendi (Wang 1986 ).
Nomogram atau grafik alignmen dalam Gambar grafik adalah untuk
portal dengan pengaku di mana goyangan ke samping
(translasi ujung )
dicegah dan yang lain adalah untuk portal tanpa- pengaku di mana goyangan
ke samping dimungkinkan/ terjadi .
Beton I
Bab IV - 11
Grafik alignment ini dapat dipakai untuk semua system satuan karena
harga-harga faktor panjang efektif k tersebut disusun berdasarkan nilai-nilai
dari faktor kekangan ujung
Prosedur untuk mendapatkan faktor panjang efektif ini telah diakui oleh ACI 10 .11 di dalam perhitungan pendekatan dari pengaruh kelangsingan . Dan
grafik alignment untuk menghitung faktor k secara eksplisit diakui dengan
pencamtumnya didalam ACI commentary.
Sehingga dengan demikian grafik alignment ini dapat dipakai guna
mencari faktor k untuk semua kolom prismatis didalam suatu portal bertingkat
dan berbentang banyak .
Untuk menentukan jari-jari girasi r, dapat ditentukan sebagai berikut :
1.
2.
b M2b + s M2s
Beton I
Bab IV - 12
Dimana :
b
= [ Cm / (
s =
Pc =
1 /
1 - Pu / ( Pc) ) ] > 1
( 1 - ( Pu / Pc )) ] > 1
2 EI / ( k Lu ) 2
Pu dan Pc adalah jumlah gaya tekan semua kolom dalam satu tingkat
atau level yang sama.
a) Untuk rangka yang ditahan terhadap goyangan kesamping maka nilai
Braced Frame s = 0 , serta nilai k harus lebih kecil dari 1.
b) Sedangkan untuk rangka yang tidak ditahan terhadap goyangan ke
samping Unbraced frame, nilai s dan b harus dihitung dan nilai k lebih
besar dari 1.
c) Untuk komponen struktur yang ditahan terhadap goyangan ke samping
dan tanpa beban tranversal di antara tumpuannya, Cm boleh diambil
sebagai :
Beton I
Bab IV - 13
samping tidak terdapat momen atau eksentrisitas ujung yang diperoleh dari
perhitungan kurang dari (15 + 0,03h) mm , maka harus diambil eksentrisitas
minimum (15 + 0,03h) mm.
Untuk memperoleh nilai EI , digunakan nilai yang konservatif yaitu :
EI = ( Ec Ig ) / 2.5
1 + d
dimana :
4.4
Ec = 4700 ( fc )
Es = 200 000 MPa
Ig = (1/12) bh3
d = 1.2 MD / ( 1.2 MD + 1.6 ML ) < 1
Po
Pn max
Pn(-)
e tekan
Pnb
ebal
Pn(+)
e tarik
Mn Mn Mn Mnb
(-) (+)
Mn( kNm)
Gambar 3.6
Beton I
Bab IV - 14
Diagram interaksi ini merupakan penyajian dua dimensi dimana pada sumbu
x menyatakan Momen lentur Mn dan pada sumbu y menyatakan gaya aksial
Pn gaya normal. Bila pada penampang hanya bekerja beban aksial (momen
= 0), maka
= Pn e = Cc (X a/2) + Cs ( X-d ) + T ( d X )
= 0,85 fc ab ( X-a/2) + As Fs (X-d) + As Fs ( d X)
Akibat kombinasi beban aksial dan momen lentur yang bekerja, pada suatu
saat penampang mengalami kondisi balanced. Pada keadaan ini regangan
tekan beton pada serat tepi terluar yang tertekan mencapai regangan batas,
c = 0,003 dan secara bersamaan regangan tarik baja tulangan mencapai
titik leleh t = fy /Es. Dalam kondisi balanced ini penampang mempunyai
nilai nominal untuk gaya aksial dan momen lenturnya yang masing-masing
dapat dinyatakan pada Persamaan 6. antara lain :
Pnb = Cc + Cs - T
Mnb = Pnb eb
yang sudah dijelaskan pada Bab terdahulu , mengenai kekuatan kolom
pendek akibat eban uniaksial.
Beton I
Bab IV - 15
Beton I
Bab IV - 16
Nilai-nilai ini merupakan suatu besaran yang tidak berdimensi dan ditentukan
oleh faktor reduksi kekuatan mutu beton maupun ukuran penampang.
Dalam et, telah diperhitungkan eksentrisitas e = Mu/Pu beserta faktor
pembesaran momen yang berkaitan dengan gejala tekuk atau kelangsingan
kolom.
Besaran pada kedua sumbu diagram interaksi tanpa dimensi dapat dihitung
dan ditentukan kemudian suatu nilai r dapat dibaca. Penulangan yang
diperlukan adalah r dengan bergantung pada mutu beton. Dari tulangan
yang dipakai dengan bantuan diagram interaksi tanpa dimensi juga dapat
diperiksa apakah penampang dan tulangan yang dipakai sudah memenuhi
atau belum.
Beton I
Bab IV - 17
4.5
Conto Soal
Fc'(Mpa)=
25
Es =
Fy'(Mpa)=
400
cu = 0.003
B (mm) =
300
y =
H (mm) =
500
d (mm) =
440
h/2 = 250
d' (mm) =
60
As = As'=
1140.85 mm2
200000Mpa
0.002
mm
1. e = 0
Po = 0.85Fc'(Ag-Ast) + AstFy
Po =
4051.699286 kN
Pn max = 0.8* Po
T
Cc
=3241.36 kN
Cs
Gambar 3.7a
2. SEIMBANG
d-x / x = y/cu
e = eb
264mm
s' = .003*(x-d')/x
0.0023 >0.002
Cc
Cs=456.34
As*Fy
gambar 3.7.b
370.54 kNm
eb =
0.2590 m = 259.0 mm
Pb = 1430.55
kN
Mb = 370.54
kNm
Beton I
Bab IV - 18
3. BALOK ; e =
X
T=
456.3428571 ; Cs = f ( x);
Cc =
5.41875 X
s'*200000*As' =Cs
(x-60)/x*684.51 =Cs
Cc
T
684.5142857 - 41070.85714 /X
Cs
T - Cs-Cc = P = 0
456.34X -5.4187X2 - 684.51 X+ 41070.86 =0
gambar 3.7.c
=0
0.22
82.01
85.07482688 = Cs
0.19
16.16
456.3428571 = Cc - Cs = T
0.19
86.71
Mn = 184.88 kNm
4. Pu =800
456.34
Cs (kN) =
456.34
Cc (kN) =
5.41875 X
P = 0
Pn + T - Cs - Cc = 0
5.4187 X = 1230.77
T
Cc
X = 227.13 mm
;a =
193.06 mm
Cs
gambar 3.7.d
Mn = 362.295kNm
en = 0.294 m
Pn =
Beton I
1230.77 kN
Bab IV - 19
T = As*Fs = As*s*Es ;
X
s = ( d-X ) /X *(0.003)
s * Es = ( d-X ) /X *(600)
= 264000/X - 600
Cc
T
T = 301186.2857/X - 684.51
Cs
Cs (kN) = 456.34 kN
Cc (kN) =
gambar 3.7.e
5.4187 X
P = 0
Pn + T - Cs - Cc = 0
2307.69 + (301186.29/X - 684.51 )- 456.34 -5.42 X= 0
-55582.24
- 215.33 X
X=
366.85 mm ; a =
=0
311.82 mm
T (kN) =
136.50
xcs = 0.19 m
Cs (kN) =
456.34
xcs = 0.19 m
Cc (kN) =
2307.69 kN
en =
0.130 m
Beton I
Bab IV - 20
TEKAN
T f(x)
T f(x)
Xt ( mm) =
Cs leleh
Xcs (mm) =
Cc f(x)
Xcc (mm) =
-290
(d-x)/x*0.003*Es*As =
(440-x)/x*600*1140 =
301186.29 1/x
-290
273.81 kN
-90
5.4188 X
0.425 X
e =
e
100
-684.514
-150
mm
Pn
198509.143
-24642.514
x
h/2
2.303
(x2)
Cs
-812.813
(x)
1X3
-87344022.857
(1/x)
-352.941X2
75496.738X
-37926707.8
=0
T
Cc
Coba2 x =
400
300
500
425
430
401
Gambar 3.7.f
Y=
-198,601
-20,042,392
36,586,367
7,175,031
8,785,066
75,391
Ts =
koreksi
X=
Ts =
2.30X2
1X2
Cs =
Cc =
Pn =
Mn =
Beton I
66.57
-812.81X
-352.941X
X1 =
X2 =
273.81
2170.65
2377.88
237.788
66.57
273.81
401
kN
mm
Kn
-24642.51
-19083.5806
400.58
-47.64
-19306.38
=0
ok
not ok
kN
kNm
Bab IV - 21
=0
Cs =
273.81
Ts f(x) =
2615.38
2461.54
2307.69
2076.92
1846.15
273.81
273.81
273.81
273.81
273.81
(d-x)/x*0.003*Es*As
Cc =(x)
5.42
(440-x)/x*600*1140
301186.29
1/x
a (X2) =
5.42
5.42
5.42
5.42
5.42
b ( X1) =
-1657.06
-1503.22
-1349.37
-1118.60
-887.83
-301186.29
301186.29
301186.29
-301186.29
-301186.29
X (mm)=
433.90
412.24
391.13
360.58
331.51
0.07
0.08
X - a/2 (mm)=
0.19
-684.51
0.07
Ts = (440-x)/x*600*1140
Cc =(x)
M kNm =
e (m) =
Mn kNm =
Cs =
684.51
Cc =
5.41875
Ts =
-273.81
Cs+Cc - Ts - Pn =
VARIABEL P
Pn =
1230.77
Ts f(x) =
273.81
X^1
-820.06
X (mm)=
Cs f(x) =
Cs =
Cc f(x) =
Xc
M kNm =
e (m) =
191.02
469.50
273.81
1035.07
168.82
278.78
0.23
0.10
0.11
9.62
46.09
85.53
150.77
224.02
2351.20
2233.83
2119.42
1953.89
1796.36
208.07
227.87
245.82
269.72
290.59
0.08
0.09
0.11
0.13
0.16
208.07
227.87
245.82
269.72
290.59
-41070.86/X
X
5.42X2
0.19
410.71X
923.08
273.81
-512.37
615.38
273.81
-204.68
230.77
273.81
179.94
76.92
273.81
333.79
146.35
403.87
273.81
793.01
187.80
252.98
0.27
107.97
304.12
273.81
585.07
204.11
223.47
0.36
72.03
114.29
114.29
390.29
219.39
159.36
0.69
61.55
17.22
17.22
333.51
223.84
129.95
1.69
Beton I
m
-Pn
-41070.86
Bab IV - 22
TARIK
Pn
e
e ( mm )
400
T leleh
Xt (mm) =
Cs f(x) =
Xcs (mm) =
Cc f(x)
Xc (mm) =
Cs
T
Cc
Gambar 3.7.g
-2.3029688
x3
1
-1137.9375
x2
494.11765
100
80
87.2
HASIL =
Beton I
X =
T=
Cs =
Cc =
Pn =
e =
Mn =
273.81
590
(x-60)/x*
684.514
210
5.41875
210
161545.3714
-143748
-1137.9375
x
17797.37143
x
-7728.01256
1423261.435
-689001.844
1249.902
87.2
-273.81
213.52
472.52
412.23
0.40
164.89
684.5142857
-41070.857
1/x
X
0.425
8624880
-2.30296875
x2
8624880
/x
-3745113.78
kN
m
kNm
Bab IV - 23
1700
1600
1500
1350
1200
e bal
800
600
400
150
50
Interaksi Diagram
e(mm)
Pn(kN)
0.00
2949.3
0.08
2615.38
0.09
2461.54
0.11
2307.69
0.13
2076.92
0.16
1846.15
0.18
1703.04
0.23
1230.77
0.27
923.08
0.36
615.38
0.69
230.77
1.69
76.92
1000.00
0.00
Mn(knM)
0
208.07
227.87
245.82
269.72
290.59
302.33
278.78
252.98
223.47
159.36
129.95
115.10
Interaksi Diagram
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
0
50
100
150
200
250
300
350
Gambar 3.7.g
Beton I
Bab IV - 24
4. 6
Soal Latihan
NAMA =
NOMOR=
0.00%
RHO
karakter
B =mm
numerik
300
H=
d' =
H/2 =
d=
H/2-d' =
300
50
150
250
100
fc' (Mpa)=
25
Fy(Mpa)=
y =
Ast =
As1=As'=
400
0.0020
0.00
0.00
mm2
mm2
0.0020
e=0
Po = .85*fc'*(B*H-Ast)+Ast*fy =
0
0
0
Pn max =
N
kN
kN
Xb
2
e balance
s'
0.003
(d - X) / X = y / .003 =
X=
0 Mm
s' =
fs ' = fy =
T
As*Fy
( X-d' ) / X *.003 =
>
400 Mpa
0
0.0020
Cs
Cc
T=
Cs =
Cc =
=.85fc'ab=
P = 0
Pb = Cc
Pb =
0
0
0
0.0000
kN
kN
kN
X
h/2-d' =
h/2-d' =
h/2-a/2 =
kN
a/2
Gambarr 3.8.a
Beton I
Cs* 168.6
0
Cc*112.98
0
mm
0
0.0000
0
kN
m
kNm
Bab IV - 25
SOAL LATIHAN :
Beton I
Bab IV - 26
BAB V
5.1
PONDASI
Pendahuluan
Pondasi yang akan dibahas adalah pondasi dangkal yang merupakan
kelanjutan mata kuliah Pondasi dengan pembahasan khusus adalah
penulangan dari plat pondasi.
5.2
Dasar Teori
Perilaku pondasi dapat dilihat dari mekanisme keruntuhan yang terjadi
seperti pada gambar :
penampang
kritis
Crack 45
Beton I
Bab V - 1
Retak miring dapat terjadi pada daerah sekitar beban terpusat atau
daerah kolom, disebabkan karena momen lentur yang terjadi pada daerah
muka kolom. Hal ini memperjelas akan adanya penampang kritis ( SK SNI
3.8.4.2 ) dari muka kolom :
q = P/A
P
M
e= M / P
B
e < 1/6 B
e=
1/6 B
e > 1/6 B
Beton I
Bab V - 2
Perencanaan Pondasi
H/ B
Beton I
Bab V - 3
H
Gambar 5.3 Pondasi persegi
5.3.2 Design terhadap geser
Kekuatan geser dari plat pondasi telapak terhadap beban terpusat
ditentukan oleh kondisi seperti :
>
Vn ~ Vu /
= tinggi efektif
Beton I
Bab V - 4
angker
pasak
H
B
Gambar 5.4 Pemindahan gaya Pondasi
Beton I
Bab V - 5
0,04 db fy
>
Vn ~ Vu /
Beton I
Bab V - 6
Dimensi kolom =
b/h = 356 / 356 ( mm )
Fc( kolom) = 37.91MPa
Fc( pons) = 20.68 MPa
Fy = 413.7 MPa
915
600
Beton I
Bab V - 7
2 ,714 kN
Beban Slab
= .6 x 2 x 23.4
56 ,600 kN
Beban tanah
75,000 kN
133,000 kN
Beton I
Bab V - 8
1 = .0835 ; 2 = 0.0015
use min = 0.0018 ; As = (1000 x 600 ) = 1080 mm2
digunakan D19 250 , tulangan tekan D14 250 ( 616 mm2 )
0,06 db fy
db
Beton I
Bab V - 9
g. Penjangkaran
As min = 0.005 Ag = .005 3562 = 634 mm2
Digunakan 4 D19 ( 4 * 284 = 1134 mm2 )
KOLOM
db = (db fy ) / (4 fc) =
= 19 x 413.7 / ( 4x 37.91) = 319 mm
>
0,04 db fy
PONDASI
db = (db fy ) / (4 fc) =
= 19 x 413.7 / ( 4x .20.68 ) = 455 mm
>
0,04 db fy
OK
Beton I
OK
Bab V - 10
600
D14-250
4D19
670
D19-250
2000
Gambar 5.6 Contoh Penulangan Pondasi Bujur Sangkar
Beton I
Bab V - 11
5.5
Pu
Pu klm = 3425 kN
Dimensi kolom =
b/h = 350 / 450 ( mm )
Fc( kolom) = 37.91MPa
Fc( pons) = 20.68 MPa
Fy = 413.7 MPa
d/2
3000
450
4500
Gambar 5.7 Contoh Pondasi (2)
a.
Ukuran pondasi
Beton I
Bab V - 12
c.
Contact pressure
Pu = 3425 kN , Af = 13.5 m2
qu =
254,- kN/m2
e.
Beton I
..
OK
Bab V - 13
f.
1 = .0031
.. OK
Distribusi tulangan
Tulangan arah pendek 3000 mm ;
c = 4.5/3 = 1.5 ; As1 / As = 2/ (c +1) = 2 / 2.5
total = 2160*4.5 = 9720 mm2
As1 = 2 / 2.5 * 9720 = 7776 mm2 / 3m = 2592 mm2
Untuk bentang 3m panjang
0,06 db fy
db
Beton I
Bab V - 14
Penjangkaran
As min = 0.005 Ag = .005 350 450 = 708 mm2
Digunakan 4 D19 ( 4 * 284 = 1134 mm2 )
KOLOM
db = (db fy ) / (4 fc) =
= 19 x 413.7 / ( 4x 37.91) = 319 mm
>
0,04 db fy
PONDASI
db = (db fy ) / (4 fc) =
= 19 x 413.7 / ( 4x .20.68 ) = 455 mm
>
i.
0,04 db fy
OK
Beton I
OK
Bab V - 15
800
D14-250
4D19
D19-100
D19-250
D19-125
2000
Gambar 5.7 Contoh Penulangan Pondasi Persegi
Beton I
Bab V - 16
DAFTAR PUSTAKA
Beton I
Bab III - 20