Anda di halaman 1dari 12

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Mata pada kucing mempunyai karakteristik khusus yang berbeda dengan hewan lainnya.
Anjing mempunyai kombinasi antara penglihatan, pendengaran, dan penciuman untuk
menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, sedangkan kucing lebih banyak
mengandalkan penglihatan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kucing
mempunyai mata yang berukuran besar, hal ini dapat dilihat pada kornea mata kucing
yang merupakan bagian mata terdepan mempunyai ukuran yang cukup besar. Bola
mata terletak pada bantalan lemak yang melindungi bola mata dalam tulang orbita mata.
Mata kucing mempunyai pergerakan yang terbatas, hal ini disebabkan oleh letak bola
mata yang dalam dalam orbita mata (Eldredge et al. 2008).
Kucing tidak dapat melihat objek yang dekat dengan matanya, tetapi dapat melihat objek
yang terletak jauh, yaitu sekitat 20/100. Kondisi ini disebabkan oleh adanya kelemahan
otot yang berfungsi untuk merubah bentuk lensa mata, sehingga kucing mempunyai
daya akomodasi yang buruk. Pupil kucing mempunyai kemiripan dengan pupil pada
reptil nokturnal yang mempunyai bentuk elips. Bentuk elips pada pupil ini dapat
memantu mata untuk membuka dan menutup dengan cepat, serta dapat membuka
penuh (Eldredge et al. 2008).
Retina pada kucing merupakan membran yang sensitif terhadap cahaya dan terletak di
bagian belakang bola mata. Retina mengandung dua tipe sel fotoreseptor yaitu sel
batang (rods) dan sel kerucut (cones). Sel batang bereaksi terhadap intensitas cahaya,
sehingga kucing dapat membedakan warna hitam, putih, dan bayangan abu-abu.
Sedangkan Sel kerucut menyediakan warna. Namun, mata kucing mengandung lebih
banyak sel batang (rods) daripada sel kerucut, maka kucing mampu melihat dalam
kondisi cahaya yang redup (hitam, putih, dan abu-abu) dan kucing mempunyai
keterbatasan dalam melihat warna (Eldredge et al.2008).
Kekhususan pada mata kucing lainnya adalah kucing mempunyai mata yang dapat
bercahaya di tempat yang gelap, hal ini disebabkan oleh tapetum lucidum (sel-sel
lapisan khusus yang terletak di belakang retina. Sel-sel tapetum lucidum dapat
merefleksikan cahaya kembali ke retina. Kondisi ini merupakan proses refleksi dan
dengan jumlah sel batang yang banyak pada retina maka kucing dapat melihat objek
pada kondisi gelap. Namun, kucing tidak dapat melihat pada kondisi gelap total, kucing
hanya dapat melihat pada kondisi cahaya suram atau area yang hampir gelap
(Eldredge et al. 2008).
Kucing mempunyai tambahan struktur pada kelopak mata, yaitu membran nictitan.
Membran nictitan pada kucing dan hewan karnivora liar secara normal tidak terlihat
karena membran nictitan tersembunyi pada bagian sudut mata. Struktur lain dari kelopak
mata kucing adalah Third eyelid. Struktur ini berfungsi untuk membersihkan dan lubrikasi

permukaan mata sehingga kucing jarang sekali untuk berkedip. Third eyelid juga
membantu melindungi permukaan mata dari luka. Third eyelid akan terlihat pada kucing
yang mempunyai gangguan mata atau gangguan saraf, dan kucing yang sakit. Selain
itu, melalui penutupan kelopak mata atas dan kelopak mata bawah, serta penonjolan
membran nictitan dapat membantu melindungi mata dari pengaruh benda asing seperti
rumput-rumputan (Eldredge et al. 2008).
Kelopak mata kucing merupakan suatu bagian yang dapat melipat rapat dan membantu
bola mata bagian depan. Kelopak mata tidak berhubungan langsung dengan permukaan
bola mata karena terdapat suatu lapisan tipis air mata diantara kelopak mata dan
permukaan mata. Tepi dari kelopak mata atas dan kelopak mata bawah akan bertemu
ketika kelopak mata tertutup. Apabila kelopak mata tidak menutup maka dapat
menyebabkan kekeringan pada kornea dan akan menyebabkan iritasi pada mata. Selain
itu, kucing tidak mempunyai bulu mata, tetapi apabila kucing mempunyai bulu mata
dengan arah yang salah maka dapat menyebabkan iritasi pada permukaan mata. Air
mata dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar air mata yang ada di kelopak mata, membran
nictitan, dan konjunctiva. Fungsi dari kelenjar air mata adalah untuk membersihkan,
memelihara dan lubrikasi permukaan mata, serta mengandung zat-zat kimia yang dapat
membantu untuk mencegah bakteri yang menimbulkan infeksi mata. akumulasi air mata
secara normal akan dibuang melalui evaporasi, apabila terjadi kelebihan produksi air
mata maka air mata akan disalurkan melalui sistem drainase menuju hidung. Mata yang
berair berlebihan mengindikasikan terjadinya penyakit pada mata, iritasi oleh benda
asing di mata, atau terjadinya penyumbatan pada sistem drainase (Eldredge et al. 2008).
Mata kucing mempunyai warna yang beragam, yang dihasilkan dari pigmen di iris dan
secara genetik terkait dengan warna rambut. Warna iris secara umum adalah kuning
kehijauan. Selain itu, kucing juga mempunyai warna biru, hijau, emas, atau tembaga
pada iris. Abnormalitas yang sering ditemukan pada kelopak mata adalah entropion
(melekuknya tepi palpebrae ke arah bola mata), ektropion (melekuknya tepi palpebrae
bawah ke arah luar), trichiasis (penyimpangan abnormal dari silia sehingga akan
bergesekan dengan kornea atau konjunctiva), distichiasis, dan tidak adanya kelopak
mata (coloboma). Entropion kemungkinan dapat disebabkan secara kongenital atau
dapatan selama hidup. Entropion secara kongenital dicirikan oleh terjadinya entropion
secara bilateral tetapi tingkat keparahannya berbeda pada kedua matanya (Eldredge et
al. 2008).
Abnormalitas pada bola mata dapat dihasilkan oleh pengaruh lokal ataupun pengaruh
sistemik. Perubahan/kelainan bola mata diawali oleh kelainan secara unilateral,
kemudian dapat berubah menjadi bilateral. Microphthalmia merupakan suatu kelainan
pada mata yang berkaitan dengan kelainan beberapa struktur mata. Microphthalmia
biasanya disebabkan oleh faktor genetik atau nutrisi. Selain itu, kelainan lain yang sering
ditemukan adalah keratitis yang derjatnya bervariasi dari kekaburan penglihatan ringan

pada kasus ringan ataupun kasus akut, sampai perubahan warna putih pada fase lanjut
dengan derajat vaskularisasi yang bervariasi sebagai hasil dari perkembangan
pembuluh darah dari conjunctiva bulbar, kondisi ini sering berkaitan dengan
konjunctivitis (Eldredge et al. 2008).
Enukleasi merupakan operasi untuk pengambilan atau pengangkatan dan pembuangan
bola mata. Enukleasi lebih sering digunakan untuk membuang mata yang buta dan sakit
yang tidak dapat disembuhkan melalui pengobatan. Enukleasi pada kondisi yang tepat
biasanya digunakan sebagai alternatif untuk menhilangkan rasa sakit pada mata dan
untuk menghilangkan metastasis neoplasia.
Indikasi dari enukleasi adalah terjadinya peningkatan tekanan intraokular yang
dihasilkan oleh glaukoma (kucing merasa kesakitan dan buta) yang tidak dapat
disembuhkan dengan pengobatan, neoplasia intraocular yang berpotensi menyebabkan
kesakitan intraokular atau metastasis, trauma yang parah yang dihasilkan oleh luka
perforasi pada mata atau kerusakan paa lensa (sering disebabkan oleh cakaran kucing,
gigitan anjing, atau kecelakaan), infeksi intraokuler/endophthalmitis, phthisis bulbi,
proptosis (kesakitan pada otot ekstraokuler), dan retrobulbar disease.
Tujuan
Operasi enukleasi bertujuan untuk melatih ketrampilan mahasiswa dalam mendiagnosa
kelainan pada mata dan melatih ketrampilan mahasiswa dalam melakukan tindakan
operasi enukleasi, serta penanganan post operasi.
ALAT DAN BAHAN
Alat-alat yang digunakan dalam operasi enukleasi antara lain adalah seperangkat alat
bedah minor yang terdiri dari 4 buah towel clamp, 1 buah gagang scalpel dan mata
pisaunya, 2 buah pinset anatomis dan sirurgis, 3 buah gunting ( runcing runcing,
runcing tumpul, dan tumpul tumpul), 4 buah arteri clamp anatomis lurus, 2 buah tang
arteri anatomis bengkok, 2 buah tang arteri lurus sirurgis dan needle holder, meja
operasi, spoit, lampu operasi, timbangan, termometer, stetoskop, Pisau cukur, kain
penutup atau duk, jarum jahit dengan ujung segitiga, perlengkapan operator yang terdiri
dari baju operasi, masker, tutup kepala, sarung tangan, sikat, dan handuk kecil; tali
restrain hewan, tampon serta kasa.
Bahan-bahan yang digunakan antara lain adalah kucing yang mempunyai kelainan pada
mata dengan bobot badan 1,4 kg, benang jahit cat gut ukuran 2-0, kain kassa, perban,
iodium tincture 3% (topikal), alkohol 70%, vitamin K, anastetikum terdiri dari ketamine
HCl 10 %, dosis 10 mg/kgBB, Xylazine HCl 2 %, dosis 2 mg/kgBB (untuk dosis
maintenance diunakan setengah dosis), premedikasi anastetikum yaitu Atrofin sulfat
dosis 0,025 mg/kgBB; Antibiotik post operasi (selama perawatan) yaitu Amoxicillin dosis
20 mg/kgBB dengan konsentrasi 125 mg/5 ml (IM), diberikan selama 5 hari, Antibiotik
post operasi (sesaat setelah operasi) yaitu Oxytetracyclin dosis 14 mg/kgBB (IM)

konsentrasi 200 mg/ml; dan cairan infus (NaCl fisiologis 10-20 ml/kgBB, subkutan) jika
diperlukan.
TEKNIK OPERASI
Teknik operasi enukleasi diawali dengan tindakan anesthesi kepada hewan (kucing)
dimana obat yang dipakai adalah ketamine HCl 10 %, Xylazine 2 % dan atropin sulfat
sebagai premedikasi. Pemberian anesthesi dan prmedikasi ini disesuaikan dengan
bobot badan hewan (kucing). Setelah hewan diberi anasthesi, bulu di sekitar mata kiri
dicukur. Kemudian daerah yang telah dicukur dibersihkan dengan air dan diberi sabun
lalu dibilas hingga bersih, diusap dengan kapas beralkohol 70% dan didesinfeksi dengan
Iodium Tincture 3% dengan arah dari dalam keluar. Setelah itu hewan diletakan di meja
operasi dengan posisi ventrodorsal/posisi dorsal recumbency, fiksasi hewan dengan
cara mengikat keempat kakinya menggunakan tali. Setelah hewan memasuki stadium
operasi maka operasi enukleasi dapat dilakukan.
Operasi enukleasi diawali dengan penjahitan sederhana antara kelopak mata atas dan
kelopak mata bawah sehingga kelopak mata dapat tertutup. Setelah itu dilakukan
penyayatan pada kulit sepanjang margin/batas kelopak mata dengan arah
360O mengelilingi kelopak mata. Penyayatan dapat dilakukan dengan menggunakan
sayatan tajam, setelah itu dilanjutkan dengan penyayatan pada otot-otot ekstraokuler.
Kemudian dilakukan pemotongan pada otot-otot ekstraokuler yang melekat pada sclera.
Nervus opticus dan pembuluh darah ke mata dijepit dengan clamp dan diikat dengan
benang jahit absorbable berukuran 3-0 atau 4-0, kemudian nervus opticus dan
pembuluh darah tersebut dapat dipotong. Langkah terakhir adalah penutupan otot-otot
ekstraokuler, periorbita, jaringan subkutan, dan kulit dengan jahitan sederhana serta
dilakukan penutupan ruang orbita dan jaringan subkutan dengan menggunakan jahitan
continuous dengan benang jahit absorbable berukuran 4-0, dan penjahitan kulit dengan
menggunakan benang jahit noabsorbable berukuran 5-0 atau 6-0 dengan menggunakan
jahitan continuous.
HASIL
1. Anamnesis

: Kucing pada mata kirinya terlihat tidak bisa

membuka (terlihat menutup) dan kotor.


2.

Pemeriksaan hewan :
Signalemen

nama hewan

: -

jenis/ ras

: Kucing / domestik

jenis kelamin

: betina

umur

: 6 bulan

bobot badan

: 1,4 kg

warna rambut
Status present

: putih coklat

frekuensi napas

: 44 kali/menit

frekuensi nadi

: 140 kali/menit

suhu badan
Keadaan umum

: 38,4 C

Gizi

: sedang

Habitus

: Jinak

Perawatan

: sedang

- Kulit dan keadaan rambut

: Normal

- Selaput lendir

: Rose/normal

- Kelenjar pertahanan
: Tidak ada pembengkakan

Palpasi pada mata kiri


-

Mata dan orbita kiri

- Palpebrae

: menutup, tidak dapat membuka

- Cilia

: melengkung ke dalam (ke arah kornea)

- Konjunctiva

: merah

- Membrana nictitans

: menyembul ke luar dan berwarna merah

- Bola mata kiri


- Sclera

: putih

- Cornea

: keruh keputih-putihan

- Iris

: kuning

- Limbus

: rata

- Pupil

: mengecil

- Refleks pupil

: tidak ada

- Vasa injectio

: ada

3. Diagnosa

: entropion, konjunctivitis, dan keratitis

4. Differential diagnosa

: cherry eye

5. Prognosa

: infausta

6. Terapi

: enukleasi

7.

Perhitungan Anasthetikum :

BB kucing = 1,4 kg

Premedikasi (Atrofin sulfat) :


Dosis 0,025 mg/kgBB, Konsentrasi 0,25 mg/ml
Pemberian = 0,025 mg/kg x 1,4 kg/0,25 mg/ml
= 0,14 ml

Ketamine HCl 10 % :
Dosis 10 mg/kgBB, Konsentrasi 100 mg/ml
Pemberian = 10 mg/kg x 1,4 kg/100 mg/ml
= 0,14 ml

Xylazine 2 % :

Dosis 2 mg/kgBB, Konsentrasi 20 mg/ml


Pemberian = 2 mg/kg x 1,4 kg/20 mg/ml
= 0,14 ml
8. Perhitungan antibiotik :

Oxytetracycline secara intramuskuler (sesaat post operasi)


Dosis 14 mg/kgBB, Konsentrasi 50 mg/ml.
= . (14 mg/kgBB x 1,4 Kg)/50 mg/ml = 0,39 ml.

Amoxicillin peroral (post operasi selama 5 hari)


Dosis 15 mg/kg BB, Konsentrasi 125 mg/5ml (25 mg/ml)
= (15 mg.kgBB x 1,4 kg)/25mg/ml = 0,84 ml per hari (satu kali pemberian).
9. Pengamatan Operasi
Tabel 1. Pemberian obat preanestesi dan anesthesi
Menit keStatus
0
15
30
45
Preanesthes
i:
Atropin sulfas 0,14 ml
Anesthesi :
Ketamin
0,18 ml
Xylazin
0,18 ml

60

75

Tabel 2.

0,09 ml

Pengamatan

0,09 ml 0,09 ml 0,09 ml

kondisi
fisiologis saat

operasi

Menit keStatus
0
15
Temperatur 38,4 C 36,5 C
Frekuensi
jantung
140
112
Frekuensi
nadi
140
112
Frekuensi
nafas
44
24
Refleks
palpebrae ada
ada
Capilary rate
test (CRT) 1 detik
1 detik

30
45
60
75
36,0 C 35,0 C 35,2 C 35,2 C
132

124

140

132

132

124

140

132

20

24

20

20

ada

ada

ada

ada

1 detik

1 detik

1 detik

2 detik

Tabel 3.
Pengamatan
Kondisi
Fisiologis
post operasi

Hari ke1

Status
Frekuensi
jantung 148
Frekuensi
nadi
148
Frekuensi
nafas
40
Temperat
ur
39,4
Releks
palpebra
e
ada

152

120

128

128

136

132

152

120

128

128

136

132

40

32

32

28

32

32

39,0

38,0

38,4

38,3

38,6

38,4

ada

ada

ada

ada

ada

ada
Amoxicilli
Amoxicilli n dan
n dan
multivita
multivitammin
in (univit) (univit)

Amoxicilli Amoxicilli Amoxicilli Amoxicilli Amoxicilli


Terapi
n dan
n dan
n dan
n dan
n dan
post
multivitammultivitammultivitammultivitammultivitam
operatif
in (univit) in (univit) in (univit) in (univit) in (univit)
PEMBAHASAN
Operasi enukleasi pada kucing umumnya dilakukan untuk pengambilan bola mata yang
sudah tidak dapat berfungsi secara normal. Kucing yang digunakan untuk operasi
enukleasi mempunyai kelainan pada mata kiri berupa entropion, konjunctivitis, keratitis
dan dengan diagnosa banding cherry eye (third eyelid protrusion). Sedangkan pada
mata kanan kucing juga terdapat kelainan berupa keratitis tetapi tidak terjadi entropion.
Kelainan pada mata kiri tersebut sudah bersifat kronis dan sekitar orbita mata terlihat
kotor sehingga untuk alasan estetika dilakukan operasi enukleasi pada kiri.
Penyakit pada mata biasanya menyebabkan perubahan di sekitar kulit, misalnya
dermatitis periorbital, yang disebabkan oleh adanya discharge pada kondisi
konjunctivitis, keratokonjunctivitis, atau rhinitis.
Beberapa gejala yang menyertai kelainan pada mata adalah discharge pada mata,
kesakitan pada mata, lapisan di atas mata, mata berkabut, mata keras atau lunak, iritasi
pada kelopak mata, mata menonjol atau terbenam, pergerakan mata abnormal, dan
perubahan warna pada mata (Eldredge et al. 2008).
Tipe discharge pada mata dapat digunakan untuk membantu menentukan penyebabnya.
Discharge jernih tanpa adanya kemerahan dan kesakitan mengindkasikan terjadinya
masalah pada sistem drainase air mata, sedangkan discharge jernih dengan kemerahan
pada mata mengindikasikan terjadinya konjunctivitis, serta termasuk infeksi virus.
Discharge seperti nanah, mukus, tebal, dan lengket dengan disertai peradangan pada
mata mengindikasikan terjadinya konjunctivitis, termasuk infeksi Chlamydophila.

Kesakitan pada mata biasanya berkaitan dengan sekresi air mata yang berlebihan dan
penglihatan yang terganggu. Kondisi ini menyebabkan kucing cenderung menggaruk
pada bagian mata yang sakit. Kondisi lain adalah dicirikan oleh adanya penonjolan
membran nictitan yang merupakan respon terhadap kesakitan. Penyebab umum dari
kesakitan pada mata adalah perlukaan di kornea dan penyakit-penyakit di bagian mata
yang lebih dalam, termasuk masalah gangguan penglihatan seperti glaucoma dan
uveitis. Lapisan di atas permukaan mata biasanya berbentuk opaque atau lapisan putih.
Mata berkabut merupakan suatu penyakit yang dapat mengubah kejernihan mata serta
dapat menyebabkan kucing mengalami kebutaan. Kabut pada mata mempunyai ukuran
dan bentuk yang beragam dari ukuran kecil, kabut terlokalisir sampai opasitas seluruh
permukaan mata. Kehilangan kejernihan atau transparansi pada mata mengindikasikan
terjadinya penyakit mata bagian dalam. Kehilangan kejernihan dan transparansi pada
umumnya disertai dengan kesakitan, keratitis, glaucoma, atau uveitis. Edema kornea
dapat menyebabkan penampakan biru keabu-abuan pada mata.
Penonjolan pada mata biasanya disebabkan oleh glaucoma, tumor, dan abses di
belakang bola mata. Sedangkan terbenamnya bola mata disebabkan oleh dehidrasi,
kehilangan bobot badan, kesakitan pada mata, dan tetanus. Perubahan warna pada
mata dapat mengindikasikan terjadinya kanker seperti melanoma. Warna kekuningan
pada sclera mengindikasikan terjadinya jaundice atau ikterus.
Menurut Narfstrm (1999), entropion merupakan pelekukan kelopak mata ke arah dalam
yang dapat menyebabkan rambut dari sekitar kelopak mata akan menggesek kornea.
Kerusakan yang disebabkan oleh entropion dapat berupa kerusakan primer atau
kerusakan sekunder. Kerusakan primer pada umumnya terjadi pada umur muda serta
melibatkan sebagian atau seluruh bagian kelopak mata bawah dan sering terjadi secara
bilateral. Sedangkan kerusakan sekunder sebagian besar merupakan tipe spastik atau
tipe cicatrichal, dan sebagian besar ras kucing dapat mengalami entropion tipe
sekunder.
konjunctivitis merupakan peradangan pada konjunctiva. Secara umum, konjunctiva yang
mengalami peradangan akan memperlihatkan gejala seperti edema, pembendungan
vaskuler, dan terjadinya eksudat encer sampai purulen. Selan itu, konjunctivitis dapat
bersifat akut dan kronis serta dapat terjadi pada sebelah mata atau kedua-duanya.
Konjunctivitis dapat disebabkan oeh infeksi virus, bakteri, rickettsia, jamur, iritasi kokal
atau berkaitan dengan reaksi alergi atau disebabkan oleh penyakit immune mediated.
Penyakit sistemik lainnya yang merupakan penyebab konjunctivitis adalah leptospirosis,
ehrlichiosis, mikosis sistemik (misalnya blastomikosis dan koksidioidomikosis),
prototekosis, dan penyakit parasitik seperti (Dirofilaria immitis). Eksudat mukopurulen
yang terlihat pada kucing yang mengalami konjunctivitis umumnya disebabkan oleh
infeksi sekunder oleh bakteri yang kemudian akan membentuk koloni-koloni.

Menurut Andrew (2001), kelainan pada mata kucing seperti keratitis dan konjunctivitis
pada kucing sering disebabkan oleh infeksi herpesvirus (Feline Herpesvirus Virus-1).
Kucing yang terserang oleh FHV-1 akan menunjukkan gejala pada kornea dan
konjunctiva, atau kombinasi antara kornea dan konjunctiva. Selain itu, kucing juga dapat
menunjukkan gejala sistemik dan gejala pada saluran respirasi atas. FHV-1 dapat
menginduksi terjadinya ulkus kornea yang pada umumnya terjadi pada kucing-kucing
dewasa dan kemungkinan besar terjadi oleh adanya reaktivasi virus laten. Reaktivasi
virus laten ini berkaitan dengan imunosupresi secara sistemik (infeksi feline leukimia
virus atau feline immunodeficiency virus), stress terhadap lingkungan atau pemberian
preparat kortikosteroid sistemik. Gejala klinis pada mata dari infeksi FHV-1 tergantung
pada kedalaman infeksi pada kornea dan sifat kronis dari infeksi. Secara akut dapat
terjadi konjunctivitis ringan, blepharospasmus, dan discharge pada mata, serta keratitis
dapat terjadi secara unilateral atau bilateral. Secara kronis ditandai dengan adanya
edema stroma dan peningkatan vaskularisasi, serta dapat menyebabkan ulkus stroma.
Kemungkinan besar FHV-1 dapat menyebabkan corneal stromal melting.
Penyakit kelopak mata ke-3 (Third eyelod protrusion) dapat terjadi unilateral atau
bilateral. Penyebab dari Third eyelid protrusion adalah pada mata tersebut atau penyakit
sistemik lain. Pada umumnya, Third Eyelid protrussion atau disebut Horners syndrome
mempunyai gejala-gejala klinis yang berupa miosis, ptosis, dan enofthalmos.
Kemungkinan terjadinya kelainan mata pada kucing yang dioperasi enukleasi adalah
diawali oleh terjadinya entropion, kemudian entropion dengan cilia yang masuk ke arah
dalam akan mengiritasi kornea dan menyebabkan terjadinya keratitis serta konjunctivitis.
Kondisi seperti ini yang berlangsung lama dapat menyebabkan kondisi kronis yang
menyebabkan mata kucing sebelah kiri kehilangan fungsi normalnya.
Operasi enukleasi dapat dilakukan melalui dua prosedur, yaitu pendekatan
subkonjunctival dan pendekatan transpalpebral. Objek utama dalam pendekatan
subkonjunctival adalah pembuangan bola mata, membran nictitan, dan sedikit kelopak
mata, dengan meminimalkan pengangkatan jaringan otot supaya kantung mata tidak
menjadi kososng sehingga faktor estetika akan tetap terjaga. Keunggulan dari
pendekatan subkonjunctival adalah pencapaian saraf opticus dan pembuluh darah lebih
mudah sehingga akan menurunkan kerusakan dari optic chiasm. Operasi enukleasi
pada pendekatan subkonjunctival dilakukan pembuangan semua kelenjar air mata
karena apabila tidak dibuang maka kelenjar yang tersisa akan memproduksi air mata
dan air mata tersebut tidak bisa dibuang, sehingga air mata tersebut akan mencari jalan
lain sehingga membentuk suatu fistula yang menghubungkan antara rongga mata dan
hidung.
Operasi enukleasi dengan pendekatan transpalpebral pada umumnya digunakan untuk
mengurangi terjadinya kontak infeksi dari permukaan kornea dan metode pendekatan
transpalpebral ini lebih sederhana untuk digunakan. Kerugian dari pendekatan

transpalpebral adalah terdapat banyak perdarahan dan post operasi mata dengan
metode pendekatan transpalpebral menghasilkan mata yang cekung.
Sebelum dilakukan pembiusan, dilakukan penyuntikan atropin secara IM yang bertujuan
untuk tachicardia, untuk mencegah terjadinya muntah dan mencegah terjadinya aspirasi.
Setelah 10 menit maka dilakukan penyuntikan xylazin dan ketamin sebagai obat untuk
anesthesi. Dosis ketamin xylazin untuk maintenance adalah separuh dari dosis xylazin
dan ketamin, dan dosis maintenance diberikan sampai menit ke 75. Pengambilan xylazin
dan ketamin dilebihkan sedikit (0,18 ml yang seharusnya 0,14 ml) yang bertujuan untuk
menghindari xylazin dan ketamin tertinggal di dalam spoit. Dapat dilihat bahwa setiap 15
menit sekali sampai menit ke-75 dilakukan penyuntikan dosis maintenance, hal ini
kemungkinan kucing masih berumur muda sehingga fungsi hati dalam mendetoksikasi
obat bius semakin besar.
Ketamin digunakan untuk menginduksi anesthesi pada hewan (kucing) selama operasi.
Menurut Martin (1989), ketamin merupakan anestesi disosiatif dan bekerja pada cortex
frontal dan ketamin mempunyai kerja yang rendah terhadap formasi reticular. Ketamin
mempunyai onset yang cepat dan ketamin dapat menghasilkan tahapan catalepsy
dengan penghilangan kesadaran, analgesik tetapi sedikit bersifat muscle relaxan. Mata
akan tetap terbuka dan dengan refleks faringeal dan laryngeal pada dosis tinggi. Dosis
ketamin yang berlebih dapat menyebabkan depresi respirasi yang dicirikan oleh
cyanosis dan depresi ventilasi. Convulsi myoclonis dapat terjadi ketika kucing diberikan
stimulasi suara atau handling selama periode recovery. Mata yang tetap terbuka akibat
pengaruh xylazin dapat dapat diberikan salep mata untuk mencegah terjadinya
konjunctivitis dan peradangan pada mata.
Pemeriksaan kondisi fisik kucing selama operasi menunjukkan tidak adanya
penyimpangan karena frekuensi jantung, nadi dan pernapasan masih dalam rentang
normal. Namun, suhu tubuh mengalami penurunan pada menit ke -45, hal ini
kemungkinan disebabkan oleh adanya efek dari obat bius yang digunakan. Selama
operasi terjadi perdarahan yang banyak sehingga digunakan epinefrin yang berfungsi
sebagai vasokonstriktor sehingga darah tidak akan keluar dalam jumlah yang banyak.
Selain itu juga dilakukan penyuntikan vitamin K secara IM, vitamin K tersebut berfungsi
sebgai agen hemostatikum. Penutupan mata dilakukan dengan jahitan sederhana pada
kulit dan dengan mengambil sebagian otot yang tersisa, serta penjahitan dilakukan
dengan menggunakan cat gut berukuran 2-0.
Perawatan kucing post operasi dilakukan dengan pemberian amoxicillin sebanyak 0,84
ml dua kali sehari dengan durasi sampai 5 hari. hari ke-1 dan hari ke-2 post operasi
menunjukkan terjadinya peradangan yang ditandai dengan adanya peningkatan suhu,
peningkatan frekuensi jantung dan nadi, serta peningkatan frekuensi nafas. selain itu,
pada hari ke-1 post operasi, nafsu makan kucing menunjukkan penurunan, sedangkan
pada hari ke-2 sampai hari ke-7 menunjukkan nafsu makan kucing mengalami

peningkatan. Frekuensi defekasi dan urinasi post operasi menunjukkan tidak adanya
kelainan, hal ini ditandai dengan adanya feses dan urin setiap hari dari hari ke-1 sampai
hari ke-7. Perawatan operasi pada hari ke-1 dan ke-2 dilakukan dengan penekanan
pada daerah mata yang dioperasi, hal ini bertujuan untuk mengurangi terjadinya
akumulasi cairan yang dapat menghambat persembuhan.
Pengamatan kondisi fisik kucing tujuh hari post operasi menunjukkan kucing tidak
mengalami kelainan pada mata sebelah kanan atau kelainan pada tubuh kucing. Namun
menurut Khan (2005), enukleasi mata secara eksperimental dapat mengisolasi sel-sel
ganglion retina dari akson. Kondisi ini dapat mengawali degenerasi akson yang
terkandung dalam nervus opticus dan saluran optic sampai nucleus geniculate lateral.
Nucleus geniculate lateral merupakan posisi yang sangat penting pada jalur visual
diantara retina dan cortex visual. Nucleus geniculate lateral ini berfungsi dalam
penerimaan input dari retina, cortex visual, dan pusat-pusat subcortical lainnya. Input
dari retina ke nucleus geniculate lateral yang utama berasal dari retina kontralateral.
KESIMPULAN
Enukleasi dapat dilakukan pada bola mata yang sudah mengalami kerusakan kronis
serta enukleasi dapat dilakukan dengan alasan estetika. Indikasi dari enukleasi adalah
kelainan pada mata yang bersifat kronis dan tidak dapat disembuhkan dengan
pengobatan lokal atau sistemik. Beberapa kelainan yang menjadi indikasi enukleasi
adalah entropion, keratitis, dan konjunctivitis yang menjadikan mata kehilangan
fungsinya,
DAFTAR PUSTAKA
Andrew SE. 2001. Ocular manifestations of feline herpesvirus. Journal of Feline
Medicine and Surgery 3:9-16.
Birchard SJ dan Sherding RG. 2000. Saunders Manual of Small Animal Practice,
2nd Edition. WB Saunders Company. hal 1360-1361.
Dharmojono H. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Veteriner. Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia.
Eldredge DM, Carlson DG, Carlson LD, Giffin JM. 2008. Cat Owners Home Veterinary
Handbook, 3rd Edition. New Jersey : Willey Publishing, Inc.
Fossum TW, et al. 2002. Small Animal Surgery, 2nd Edition. USA : Mosby. hal 225-226.
Khan AA. 2005. Effects of monocular enucleation on the lateral geniculate nucleus
(LGN) of rabbit : a qualitative light and electron microscopic study. Biomedical
Research 16(1):1-5.
Martin RJ. 1989. Small Animal Therapeutics. UK : Wright. hal 102-103.
Narfstrm K. 1999. Review hereditary and congenital ocular disease in the cat.Journal
of Feline Medicine and Surgery 1:135-141.

Anda mungkin juga menyukai