Anda di halaman 1dari 6

Miracle

Kamis, 09 Mei 2013

Laporan Praktikum Reaksi Redoks dan Sel Elektrokimia

PERCOBAAN VII
Judul
: Reaksi Redoks dan Sel Elektrokimia
Tujuan
: 1. Untuk mempelajari pendesakan
2. Untuk mempelajari reaksi redoks pada sel volta
Hari / Tanggal
: Sabtu / 1 Desember 2012
: Laboratorium Kimia PMIPA FKIP Unlam Banjarmasin
I.
DASAR
TEORI
Sejumlah reaksi yang mana keadaan oksidasinya berubah, yang disertai dengan pertukaran
elektron antara pereaksi disebut sebagai reaksi oksidasi-reduksi atau dengan pendek disebut
reaksi redoks. Istilah oksidasi diterapkan untuk proses-proses dimana oksigen diambil oleh suatu
zat. Maka reduksi dianggap sebagai proses dimana oksigen diambil dari dalam suatu zat . Atau
dengan kata lain oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatkan hilangnya satu elektron atau
lebih dari dalam zat (atom,ion atau molekul). Bila suatu unsur dioksidasi, keadaan oksidasinya
berubah ke harga yang lebih positif. Suatu zat pengoksidasi adalah zat yang memperoleh
elektron, dan dalam proses itu zat tersebut direduksi. Berlaku untuk zat padat,lelehan maupun
gas.
Reduksi adalah suatu proses yang mengakibatkan diperolehnya satu elektron atau lebih
oleh zat (atom, ion, atau molekul). Bila suatu unsur direduksi, keadaan oksidasi berubah menjadi
lebih negatif. Jadi, suatu zat pereduksi adalah zat yang kehilangan elektron, dalam proses ini zat
tersebut dioksidasi. Berlaku untuk zat padat,lelehan maupun gas.
Oksidasi dan reduksi selalu berlangsung serempak, karena elektron yang dilepas oleh suatu
zat harus diambil oleh zat yang lain. Jadi, proses-proses oksidasi dan reduksi berubah menjadi
hasil reaksi, contoh :
2 Cl- + MnO2+ 4 H+

Cl2 + Mn2+ + 2 H2O

Reaksi di atas telah memenuhi hukum kekekalan muatan dan hukum kekekalan massa,
pada reaksi tersebut pereaksi Cl- mengalami kenaikan bilangan oksidasi menjadi hasil pereaksi
Cl2, sedangkan Mn dan MnO2 mengalami penurunan bilangan oksidasi menjadi Mn2+. Pada suatu
reaksi redoks zat mereduksi zat lain disebut oksidator, sedangkan zat yang mengoksidasi zat lain
disebut reduktor.
Reaksi redoks yang terjadi oleh suatu spesi disebut disproporsionasi atau reaksi
autooksidasi. Spesi ini mengandung unsur yang mempunyai bilangan oksidasi di antara bilangan
oksidasi tertinggi dan terendah yang saling bereaksi satu sama lain.
Metode percobaan langsung untuk menentukan potensial elektroda yaitu berdasarkan
penentuan percobaan potensial. Antara dua elektroda, bila dibuat suatu hubungan listrik antara
dua daerah yang mempunyai rapatan muatan yang berbeda maka muatan listrik akan mengalir
dari daerah yang mempunyai rapatan muatan yang lebih tinggi atau potensial listrik yang lebih
tinngi menuju daerah dengan potensial listrik yang lebih rendah. Gabungan dua setengah sel
disebut sel elektokimia.

Hubungan listrik antara dua setengah sel harus dilakukan dengan cara tertentu, kedua
elektroda logam dan larutannya harus berhubungan secara sederhana elektroda saling
dihubungkan dengan kawat logam yang memungkinkan aliran elektroda.
Aliran listrik di antara dua larutan harus berbentuk migrasi ion. Hal ini hanya dapat
dilakukan melalui larutan yang menjembatani kedua setengah sel. Hubungan ini disebut
jembatan garam. Jembatan garam ini terdiri dari pipa U terbaik yang diisi dengan elektrolit yang
menghantarkan listrik seperti kalium klorida, dan disumbat dengan kapas pada kedua ujungnya
untuk mencegah aliran mekanis. Jembatan ini menghubungkan kedua cairan tanpa
mencampurnya. Elektrolit dalam jembatan garam selalu dipilih sedemikian rupa sehingga tidak
bereaksi dengan masing-masing larutan yang dihubungkan nama alat ini biasa disebut sel
Galvani atau Sel Volta.
Angka yang biasanya tertera di pengukuran lingkar arus listrik menunjukan perbedaan
potensial di antara dua setengah sel tersebut. Karena perbedaan potensial ini merupakan daya
dorong elektron, maka sering disebut daya elektromotif (eruf) sel atau potensial sel satuan yang
digunakan untuk mengukur potensial listrik adalah Volt, jadi potensial sel disebut juga Voltase
Sel.
Dua aturan yang cocok untuk menghitung daya gerak listrik suatu sel penentuan reaksi sel,
dan untuk menentukan apakah reaksi sel seperti tertulis berlangsung spontan daya gerak listrik
sel E0 adalah daya gerak listrik bila semua konstituen terdapat pada keaktifan satu.
1) Daya gerak listrik suatu sel sama dengan potensial elektroda standar elektroda katode dikurangi
potensial elektroda anode.
E0 sel = E0 katode - E0anode
Hasil E0 sel > 0 menyatakan reaksi berlangsung spontan, dan E 0 sel < 0 maka menyatakan reaksi
berlangsung tidak spontan.
2) Reaksi yang berlangsung pada anode ditulis sebagai reaksi oksidasi dan reaksi yang berlangsung
pada anode ditulis sebagai reaksi oksidasi dan reaksi yang berlangsung pada katode adalah reaksi
reduksi. Reaksi sel adalah jumlah dari kedua reaksi ini.
Untuk mengetahui reaksi redoks spontan atau tidak juga bisa dilihat dalam deret keaktifan
logam yaitu :
Li K Ba Ca Na Mg Al Mn (H2O) Zn Cr Fe Ni Co Sn Pb (H) Cu Hg Ag Pt Au, semakin kekanan
maka potensial reduksinya semakin meningkat sehingga semakin mudah untuk direduksi, dan
semakin ke kiri makin mudah untuk dioksidasi.
Elektroda acuan untuk mengukur potensial elektroda dipilih elektroda hidrogen baku. Potensial
elektroda standar suatu elektroda diberi nilai positif bila elektroda ini lebih positif dari pada
elektroda hidrogen standar, dan tandanya negatif bila lebih negatif daripada elekrtoda hidrogen
standar.
Penulisan dengan lambang kerap kali digunakan untuk menggambarkan sebuah sel. Penulisan ini
disebut diagram sel, untuk sel elektrokimia :
Zn /Zn2+ Ag+ Ag
Berdasarkan konvensi, maka sebelah kiri merupakan elektroda dimana terjadi oksidasi dan
disebut anode. Sedangkan kanan merupakan elektroda dimana terjadi reduksi disebut katode.
Garis tegak lurus tunggal merupakan batas antara suatu elektroda dan fase lain. Garis tegak lurus
ganda menekankan bahwa larutan tersebut dihubungkan oleh jembatan garam.
Dengan menghubungkan elektroda dengan sumber energi luar (berupa suatu generator atau
baterai timbal), elektroda dapat dibuat mengalir dalam arah yang berlawanan. Dalam reaksi

elektrolisis, energi listrik digunakan untuk menghasilkan suatu perubahan kimia yang tidak akan
terjadi secara spontan (E sel bernilai negatif).
Dalam beberapa hal tegangan yang diperlukan untuk menjalankan reaksi elektroda tertentu
dapat melampaui hitungan secara teori, interaksi yang disebut polarisasi mungkin terjadi antara
permukaan elektroda yang terdapat direaksi elektrolisis.
Hukum Faraday adalah hukum dasar untuk elektrolisis dan elektroanalisis. Hukum ini
digunakan untuk menjelaskan pemakaian sel elektrolitik dalam pemeriksaan kimia. Sehubungan
dengan ini, Faraday merumuskan dua hukum dasar yang dikenal hukum elektrolisis, yaitu :
a) Massa zat yang bereaksi pada elektroda sebanding dengan jumlah kelistrikan yang mengalir
melalui sel.
b) Massa ekivalen zat yang berbeda dihasilkan atau dipakai pada elektroda dengan melewatkan
sejumlah tertentu muatan listrik melalui sel.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
III.
1.
2.
3.
4.
1.
IV.

II.
ALAT DAN BAHAN
2.1 Alat
Alat yang digunakan:
Gelas kimia
: 4 buah
Spatula
: 1 buah
Pipet tetes
: 1 buah
LCD
: 1 buah
Laptop
: 1 buah
Gunting
: 1 buah
2.2 Bahan
Bahan yang digunakan:
Larutan CuSO4
Zn
Larutan ZnSO4
Cu
PROSEDUR KERJA
3.1 Beberapa Reaksi Redoks
Memasukkan 2 ml larutan CuSO4 kedalam gelas kimia, kemudian menambahkan sedikit logam
Zn dan mendiamkannya selama beberapa menit.
Mencatat apa yang terjadi.
Pada tabung yang lain memasukkan logam Cu kedalam gelas kimia yang berisi Larutan ZnSO 4 1
M.
Mengamati apa yang terjadi.
3.2 Reaksi Redoks pada Sel Volta
Mendengarkan, melihat, mencatat penjelasan asisten dosen tentang sel elektrokimia.
HASIL PENGAMATAN
4.1 Beberapa Reaksi Redoks
No

Variabel yang
diamati

Hasil
pengamatan

1 5 ml larutan
CuSO4 + sedikit
logam Zn.
Membiarkannya
selama 5 menit.

Larutan
CuSO4 bewarna
biru
Logam
Zn
bewarna abu-abu
Ada
gas
/
gelembung
Logam
Zn
berubah
warna
menjadi abu-abu
menjadi hitam lalu
menjadi cokelat.
2 Larutan ZnSO4 1 Larutan
M sebanyak 5 ml ZnSO4 bewarna
putih bening.
+ Logam Cu.
Logam
Cu
bewarna
merah
Membiarkannya bata / cokelat
terjadi
selama 5 menit. Tidak
reaksi
4.2 Reaksi Redoks pada Sel Volta
No

Variabel yang
diamati
1 Anode
Logam : Zn
Larutan:
Zn(NO3)2 1 M.
Katode
Logam : Ag
Larutan :
Ag(NO3)2 1 M.
2 Anode
Logam : Ag
Larutan:
Zn(NO3)2 1 M.
Katode
Logam : Zn
Larutan :
Ag(NO3)2 1 M.

Hasil
pengamatan
E0 sel = 1,56 V
Elektron
mengalir
dari
anode ke katode
.

E0 sel = Elektron
tidak
mengalir
dan
tidak
terjadi
reaksi

V. ANALISIS DATA
5.1 Beberapa Reaksi Redoks
Pertama memasukkan logam Zn ke dalam larutan 5 ml CuSO 4 1 M, yang berada dalam
gelas kimia. Sesaat setelah dimasukkan gelas kimia menjadi hangat, dan terdapat endapan di
gelas kimia. Pada reaksi kedua yaitu memasukkan logam Cu kedalam larutan 10 ml ZnSO 4 1 M

yang berada dalam gelas kimia. Setelah didiamkan beberapa saat, tidak terjadi apa-apa dalam
larutan tersebut.
Zn yang dimasukkan ke dalam larutan CuSO4 akan mengalami reaksi seperti berikut :
Zn + CuSO4
ZnSO4 + Cu
E0 = 1,1 V
Oksidasi

+2

+2

Reduksi
Reaksi ini termasuk reaksi spontan, karena
menurut deret keaktifan logam Cu berada lebih karena dari pada Zn, sehingga dalam reaksi.
Cu2+ tereduksi menjadi Cu dan Zn lebih kiri mengakibatkan Zn teroksidasi menjadi ionnya yaitu
Zn2+. Gelas kimia yang terasa hangat juga menyatakan bahwa terjadi reaksi spontan dalam reaksi
tersebut, yaitu adanya pelepasan elektron dari Zn sehingga Zn menjadi Zn 2+ dan penangkapan
elektron oleh Cu2+ sehingga menjadi Cu dan mengendap. Zn yang berubah warna itu sebenarnya
bukan Zn tapi Cu yang berubah dari larutan menjadi padatan (endapan) sedangkan Zn menjadi
larutan ZnSO4. Itu dibuktikan dengan endapan berwarna merah bata, warna khas dari tembaga.
Adanya gas/gelembung itu membuktikan bahwa telah terjadi reaksi kimia dari Zn dengan
CuSO4. Dan kalau dilihat dengan kecepatan reaksinya pada saat praktikum maka nilai E0 selnya
positif.
Logam Cu yang dimasukkan ke dalam larutan ZnSO4 mengalami reaksi karena potensial
reduksi Cu lebih besar daripada Zn. Jadi Cu tidak bisa dioksidasi oleh Zn 2+menjadi Cu2+ dan
Zn2+ tidak bisa direduksi oleh Cu2+ menjadi Zn, hal ini juga terlihat dari deret keaktifan logam,
Cu lebih mudah direduksi dibandingkan Zn. Agar bisa bereaksi diperlukan energi luar yaitu
dengan konsep elektrolisis. Maka nilai E0 selnya adalah negatif.
5.2 Reaksi Redoks pada Sel Volta
Di dalam sel volta diisi logam Zn dengan larutan Zn(NO3)2 yang berperan sebagai anode.
Kemudian di katode diisi logam Ag dengan larutan Ag(NO 3)2 . Zn yang berperan sebagai anode
dicelupkan ke dalam larutan yang mengandung ion Zn 2+yaitu larutan Zn(NO3)2 dan logam Ag
dicelupkan ke dalam larutan yang mengandung ion Ag2+ yaitu Ag(NO3)2.
Bila logam Zn dihubungkan dengan logam Ag melalui kawat penghantar, maka terjadi
reaksi. Pada anode logam Zn akan melepas elektron melalui kawat penghantar dan logam Zn
teroksidasi menjadi Zn2+ kemudian memasuki larutan. Elektron dari Zn mengalir dari melalui
kawat penghantar,dan menuju katode. Di katode, elektron ditangkap oleh ion Ag2+ yang berada di
dalam larutan dan mengendap sebagai logam Ag. Jembatan garam memungkinkan cepat
berjalannya arus listrik antara keduanya. Tanpa adanya jembatan garam maka larutan akan
menjadi larutan setengah sel, Zn akan kelebihan ion Zn 2+ dan bermuatan positif. Sedangkan
dalam setengah sel Ag akan kekurangan ion Ag2+ dan kelebihan anodanya menumpuk muatan
negatif. Dengan demikian arus listrik akan berhenti.

Ion negatif dari garam (Cl-) akan menetralkan kelebihan ion positif dalam setengah sel Zn
dan ion positif dari garam (Na+) akan menetralkan kelebihan muatan negatif dari setengah sel
Ag. E0 sel yang berharga +1,56 V dinyatakan bahwa terjadi reaksi spontan dan pereaksi ini
elektronnya mengalir dari anode ke katode. Diagramnya Zn /Zn2+ //Ag+ /Ag.
Apabila kita tukar logam Zn dan larutan Zn(NO 3)2 diletakkan di katode dan logam Ag
dengan larutan Ag (NO3)2 diletakkan di anode. Maka harga E0 selnya akan negatif, yaitu -1,56 V.
di karenakan elektron mengalir dari katode ke anode. Sehingga terbaca oleh Voltmeter negatif
atau dapat dibuktikan dengan teori yang dinyatakan dalam rumus :
E0 Sel = E katode E anode
Di karenakan elektron mengalir dari katode ke anode maka nilai E anode akan lebih besar
dari nilai E katode, setelah melalui perhitungan maka nilai E selnya negatif.
Sehingga akan lebih sesuai ketika Zn dan larutan Zn(NO3)2 diletakkan di anode sedangkan
Ag dan Larutan Ag(NO3)2 diletakkan di katode karena potensial reduksi Zn lebih kecil daripada
Ag. Reaksi kimianya adalah :
Oksidasi
: Zn (s)
Zn2+ (aq) + 2eReduks
+
i
: 2Ag (aq) + 2e
2Ag(s)
Keseluruhan : Zn (s) + 2Ag+ (aq)
Zn2+ (aq) + 2Ag (s)
Sedangkan apabila larutannya dibalik Zn larutannya Ag(NO 3)2 dan logam. Ag larutannya
Zn (NO3)2 maka elektronnya tidak mengalir sehingga tidak terjadi reaksi. Antara anode dan
katode, ion Ag2+ akan masuk ke dalam logam Zn dan Zn akan melepas Zn 2+ . dengan kata lain
logam Zn bereaksi dengan larutan Ag(NO3)2 sedangkan Ag tidak bereaksi dengan larutannya
maka tidak ada elekton yang mengalir melalui kawat, dan maka nilai E0 selnya tidak ada.
VI. KESIMPULAN
1. Logam Zn dengan larutan Zn(NO3)2 di anode dan logam Ag dengan larutan Ag(NO 3)2 di katode
mendapat nilail E0 Sel sebesar + 1,56 V.
2. Logam Zn dengan larutan Zn(NO3)2 di katode dan logam Ag dengan larutan Ag(NO3)2 dianode
mendapat nilail E0 Sel sebesar -1,56 V.
3. Logam Zn dengan larutan Ag(NO3)2 di anode dan logam Ag dengan larutan Zn(NO 3)2 di katode
tidak terdapat reaksi dan elektron tidak mengalir.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Day & Underwood. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi ke-6. Jakarta:
Erlangga.
Dosen-dosen Kimia di Perguruan Tinggi Wilayah Barat. 1994. Penuntun Praktikum Kimia
Dasar. Bandung: ITB.
Petrucci, Ralp.H. 1999. Kimia Dasar Edisi ke-4. Jakarta: Erlangga.
Syahmani. 2012. Panduan Praktikum Kimia Dasar. Banjarmasin: FKIP UNLAM Banjarmasin.
Vogel. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Makro 1 & 2 Edisi ke5. Jakarta: Kalman Media Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai