Anda di halaman 1dari 8

Narotama Collection

http://ejournal.narotama.ac.id

SISTEM INFORMASI INVENTORY DENGAN MENGGUNAKAN


METODE FIRST IN FIRST OUT (FIFO)
Faisal Rahman ,* Tony Hartono Bagio
Fakultas Ilmu Komputer Universitas NAROTAMA, Surabaya
ABSTRACT
inventory atau persediaan bukan merupakan hal yang asing lagi bagi setiap perusahaan. Namun masalah
inventory terkadang masih menjadi salah satu kendala untuk mencapai tujuan perusahaan, karena sistem
inventory yang tidak terkendali dan tidak adanya pengawasan yang benar serta metode yang dapat
dijalankan dengan baik.
Hal ini setelah diteliti ternyata disebabkan kesulitan dalam penentuan harga pokok produk yang berawal
dari penentuan biaya bahan baku yang digunakan, sehingga berakibat keuntungan perusahaan terus
berkurang walaupun persentase penurunannya tidak banyak, namun apabila permasalahan ini dibiarkan
diperkirakan akan terus menurun dan kerugian yang dialami akan semakin besar.
Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi, maka dibuat suatu desain sistem dengan menggunakan metode
First in First out (FIFO) perpetual, dimana barang yang pertama kali masuk gudang akan digunakan
pertama kali pula dalam produksi, dan siklus keluar masuknya barang dapat diketahui dengan jelas.
Keyword : Inventory System, FIFO Method
1. Pendahuluan
PT.XYZ adalah salah satu perusahaan yang
bergerak dibidang Consumer Good dengan
produk yang diproduksi adalah tissue. Jenis
tissue yang dihasilkan perusahaan ini beraneka
ragam, sekitar 7 jenis tissue dengan fungsi dan
spefikasi yang berbeda, yaitu :
1. Tissue Roll
Tissue ini berbentuk gulungan yang
ditengahnya terdapat core, yaitu gulungan
kertas karton yang tebal. Tissue jenis ini
bisa digunakan dikamar kecil di Hotelhotel, Restaurant. Ukuran gramatur yang
dihasilkan 120 gram, 100 gram dan 90
gram.
2. Napkin Tissue
Tissue jenis ini berbentuk bujur sangkar ,
berukuran sekitar 28 cm 8 x 28 cm dan
biasa digunakan sebagai lap makan atau
pembungkus sendok dan garpu.
3. MG Tissue
MG adalah singkatan dari Machine
Glassis, dikatakan demikian karena pada
proses akhir pembuatannya, tissue jenis
ini dilapisi semacam lilin yang pada hasil
akhirnya akan terlihat seperti ada lapisan
kaca pada permukaannya. Bentuk dan
ukuran yang dihasilkan hampir sama
dengan tissue jenis Napkin. Jenis ini biasa

4.

5.

6.

7.

digunakan sebagai alas makanan yang


berminyak, karena daya serapnya yang
baik.
Facial Tissue
Jenis ini mempunyai 2 kategori, ada yang
diberi wangi-wangian dan ada yang tidak.
Ukuran sekitar 20 cm x 20 cm, dikemas
dalam 11 macam kotak yang berbeda
ukuran dan isi lembar tissue yang berbeda
pula.
Pocket Tissue
Pada dasarnya kegunaan dan jenisnya
sama dengan facial tissue namun jenis ini
dikemas dalam ukuran yang lebih kecil
dan sederhana. Kemasan tissue dibagi
menjadi 3 jenis, untuk isi 10 lembar, 6
lembar dan 5 lembar.
Tissue Towel
Fungsinya hampir sama dengan Tissue
jenis Roll, namun ukuran dan beratnya
saja yang berbeda. Jenis ini diproduksi
dengan tinggi 25 cm dan diameter 15 cm,
dengan berat 250 gram dan 450 gram.
Tissue Cocktail
Tissue lebih halus dari tissue jenis facial
dan napkin, ukuran yang dihasilkan juga
lebih kecil, sekitar 23 cm x 23 cm dan
biasa digunakan sebagai tatakan gelas atau
alas roti.

Narotama Collection
http://ejournal.narotama.ac.id

Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi


tissue hampir sama dengan kertas, yaitu pulp.
Perbedaan yang pokok adalah pada proses
produksi dan bahan-bahan pembantu lainnya.
Pulp adalah sejenis kayu pinus yang sudah
diproses dan akhirnya berbentuk lembaranlembaran. Jenis pulp yang dibeli oleh perusahaan
untuk proses produksi bermacam-macam, karena
setiap jenis tissue membutuhkan komposisi pulp
yang berbeda. Ada 3 jenis pulp yang diperlukan,
yaitu :
a. North Bleach Karft Pulp (NBKP)
Dihasilkan di Kanada dan New Zealand,
dengan panjang serat 2 mm, sering disebut
dengan Soft Wood karena mempunyai
serat yang halus dan berwarna putih.
b. Leaf Bleach Karft Pulp (LBKP)
Dihasilkan di Riau,Chili dan Thailand,
berasal dari jenis kayu Equalyptus.
Disebut dengan Hard Wood karena
seratnya lebih kasar.
c. Cheme Thermo Mechanical Pulp (CTMP)
Pulp jenis ini agak kasar dari 2 jenis diatas
dan tidak berwarna putih, karena pulp ini
tidak terdapat unsur pemutih (bleaching).
Setiap jenis tissue membutuhkan komposisi pulp
yang berbeda, misalnya untuk tissue
- Facial, NBKP = 35 %
LBKP = 65 %
- Napkin & Towels, NBKP = 30 %
LBKP = 70 %
- Tissue Roll, NBKP = 20 %
LBKP = 80 %
Selain pulp, bahan baku lain yang dibutuhkan
antara lain :
1.Core
2.Lem
3.Plastik Pembungkus
4.Karton Box
5.Parfum
6.Bahan-bahan kimia
7.Karung Plastik

2. Landasan Teori

2.1 Pengertian Inventori


Inventori merupakan sebuah konsep yang
mencerminkan sumber daya yang dapat
digunakan tetapi tidak/belum dipergunakan.
Pengertian inventori dapat diartikan dalam
beberapa hal yang berbeda, antara lain :
1. Stock yang tersedia pada saat itu juga.
2. Daftar perincian barang yang tersedia.
3. (Untuk keuangan dan akunting) jumlah
stock barang yang dimiliki oleh suatu
organisasi pada suatu waktu.
Fungsi pokok dari inventori adalah memenuhi
semua permintaan pelanggan dengan persediaan
barang yang seminimal mungkin. Namun kita
tidak boleh melihat keuntungan yang diperoleh
hanya dengan memperhatikan segi inventori dari
bagian gudang saja karena inventori berpengaruh
dalam semua departemen yang ada dalam suatu
perusahaan.

2.2 Biaya Inventori


Biaya inventori adalah biaya-biaya operasi dari
sebuah sistem inventori yang berasal dari
kegiatan suatu manajemen yang menerapkan
sistem inventori. Sasaran dari manajemen
inventori sendiri adalah untuk mendapatkan nilai
yang sesungguhnya dari bahan baku, supplies
dan barang jadi ditempat yang benar, pada waktu
yang tepat dan biaya yang murah.
1. Biaya pembelian (Purchase cost)
Untuk biaya ini selalu dikategorikan
sebagai biaya dari sebuah jenis barang
apabila unit barang tersebut ditempatkan
dalam inventori. Sebagai contoh untuk
jenis barang yang dibeli, biaya pembelian
adalah harga beli ditambah dengan biayabiaya lainnya atau potongan harga. Harga
pembelian dapat berubah tergantung
banyaknya barang yang dibeli, biasanya
semakin besar jumlah yang dibeli,
semakin besar pula potongan yang
diberikan oleh supplier. Sebagai contoh
dipabrik, yang termasuk sebagai biaya
pembelian adalah biaya tenaga kerja
langsung, biaya overhead pabrik dan
bahan baku utama .
2. Biaya pemesanan (Order/Setup Cost)
Biaya ini berasal dari masuknya pesanan
dari supplier. Biaya ini biasanya
diamsusikan sebagai jumlah dari pesananpesanan dan bukan diamsusikan sebagai

Narotama Collection
http://ejournal.narotama.ac.id

3.

4.

ukuran/banyaknya barang yang dipesan.


Sebagai contoh biaya pesanan ini adalah
biaya pemesanan, penulisan pesananpesanan, penerimaan barang,
pengecekan barang, penulisan faktur
penjualan,
dan
pekerjaan-pekerjaan
penting lainnya yang berfungsi untuk
melengkapi transaksi tersebut. Dalam
suatu produksi biaya yang dapat
dikategorikan dalam biaya ini adalah
penjadwalan kerja, ekspedisi/pengiriman
dan pengecekan kualitas barang.
Biaya penyimpanan (Holding Cost)
Adalah biaya-biaya tambahan yang
berasal dari berbagai sumber karena
adanya penyimpanan di gudang seperti
biaya
modal
,pajak,
asuransi,
penyimpanan dan biaya penyusutan.
Biaya kekosongan Barang (Stockout Cost)
Biaya ini dapat berasal dari dua sumber
yaitu sumber eksternal apabila terdapat
kejadian dimana pelanggan tidak dapat
memperoleh apa yang dipesan dan akibat
yang ditimbulkan adalah tertundanya
pengiriman, kehilangan penjualan dan
kepercayaan pelanggan, sedang sumber
internal terjadi apabila perusahaan tidak
mempunyai persediaan barang yang
diminta oleh pelanggan.
Tertundanya
pengiriman
dapat
mengakibatkan
timbulnya
biaya
pengangkutan, biaya pengiriman dan
biaya pengepakan.
Kepercayaan
langganan
dapat
mengakibatkan pelanggan tersebut tidak
akan
melakukan
pemesanan
lagi
dikemudian hari. Namun hal ini biasanya
oleh
perusahaan diatasi dengan cara membeli
produk yang diinginkan ke perusahaan
lain dan dijual kembali kepada pelanggan
tersebut,
yang
terkadang
tidak
mendatangkan keuntungan dan bahkan
tidak jarang perusahaan mengalami
kerugian.

dikonsumsikan yang sudah ada lebih lama dan


hal itu berarti stock yang tersedia adalah
pembelian yang paling lama atau paling dulu
diproduksi dan unit yang digunakan akan
dibebankan pada harga dari barang yang terlama.
Metode yang dapat digunakan ada 2, yaitu :
1. Perpetual
Dengan cara ini setiap keluar atau
masuknya barang dapat diketahui dengan
pasti dan terinci, karena selalu dicatat
setiap jenis barang yang keluar atau
masuk, serta biaya bahan yang
dikeluarkan. Dengan cara ini dapat
memudahkan kita dalam melakukan
pengecakan terhadap keluar masuknya
barang.
2. Periodik
Dengan cara periodik persediaan barang
dapat diketahui dalam satu periode
tertentu, namun dengan cara ini keluar
masuknya barang tidak dapat diketahui
dengan rinci, karena dalam pencatatan
hanya masuknya barang saja yang dicatat.
Untuk mengetahui berapa biaya bahan
baku yang dipakai dalam produksi harus
dilakukan dengan cara menghitung sisa
persediaan bahan baku yang masih ada
digudang pada akhir periode akuntansi.
Harga pokok persediaan awal ditambah
harga pokok bahan baku yang dibeli
dikurangi harga pokok persediaan bahan
baku yang masih ada pada akhir periode
adalah biaya-biaya bahan baku yang
dipakai.

2.3 Metode Inventori FIFO (First In First


Out)
Metode alur / flow dari inventori menunjukan
cara suatu barang diambil dari inventori. Alur
inventori dalam akunting mungkin tidak akan
sama dengan alur dalam keadaan sebenarnya dari
barang jadi.
Dengan FIFO, biaya inventori diperhitungkan
dalam barang yang siap dijual atau

Narotama Collection
http://ejournal.narotama.ac.id

3. METODE PENELITIAN
Sistem Inventori terbagi menjadi tiga, yaitu
1. Bahan Baku dan Bahan pembantu
Pada bagian inventori ini menyimpan
persediaan bahan baku sepeti pulp, kertas,
lem, core, bahan-bahan kimia dan bahan
pembantu lainnya. Bahan-bahan ini akan
diproses di departemen Paper Mill yang
akan mengolah bahan baku menjadi
barang setengah jadi.
2. Barang Setengah Jadi (Work in Process)
Barang setengah jadi atau barang dalam
proses, maksudnya adalah persediaan
barang yang sudah jadi namun masih
memerlukan proses selanjutnya untuk
diolah menjadi barang jadi dan siap untuk
dipasarkan. Jumbo roll dengan berbagai
warna, ukuran dan jenis yang berbedabeda masuk dalam kategori inventori ini.
3. Barang Jadi (Finished Good)
Barang jadi adalah barang yang sudah
selesai diolah oleh departemen Converting
menjadi produk jadi dalam kemasan yang
telah ditetapkan dan siap untuk
dipasarkan.
4. Barang Rusak
Barang rusak adalah barang yang tidak
memenuhi standart mutu yang telah
ditetapkan oleh departemen Quality
Control, sehingga barang ini disimpan di
gudang persediaan barang rusak yang
mana persediaan ini akan diproduksi
ulang atau dilebur kembali.

Gambar 3.1 Siklus Barang

Gambar 3.2. Siklus Akuntasi Biaya


Tetapi apabila kerusakan yang terjadi tidak
begitu parah, misalnya warna tissue yang kusam
atau dengan pertimbangan lain seperti biaya
yang akan dikeluarkan akan lebih besar apabila
dilebur ulang, maka bila ada pembeli yang
berminat barang tersebut dijual dengan harga
khusus.
Adapun siklus dari produksi hingga ke inventori
dapat kami gambarkan sebagai berikut :

Narotama Collection
http://ejournal.narotama.ac.id

3.1 Pokok Permasalahan


Permasalahan utama dari perusahaan ini
adalah
sering
terjadinya
kekosongan
persediaan barang jadi maupun barang
setengah jadi (out of stock) yang
mengakibatkan
terhambatnya
pelayanan
kepada
pelanggan
yang
akhirnya
mempengaruhi seluruh kegiatan dan tujuan
yang ditetapkan oleh perusahaan. Setelah kami
survei dan teliti ternyata penyebab oleh
perusahaan dari permasalahan ini adalah
perusahaan kesulitan dalam menentukan harga
pokok bahan baku yang dipakai dalam
produksi di departemen paper mill. Hal ini
disebabkan perusahaan tidak mempunyai
metode tertentu untuk menetapkan biaya
bahan baku yang digunakan untuk produksi di
departemen paper mill, sehingga barang yang
sudah setengah jadi terhambat untuk
dikeluarkan dari gudang persediaan barang
setengah jadi yang akan diolah lebih lanjut
oleh
departemen
converting.
Akibat
keterlambatan di produksi paper mill akan
menghambat
produksi
converting,
keterlambatan di departemen converting akan
menghambat keluarnya barang jadi.
Untuk lebih jelasnya kami akan gambarkan
sistem yang ada saat ini secara garis besar.
(Gambar 3.3)

Gambar 3.3 level 0

3.2 Alternatif Penyelaisan Masalah yang


Diusulkan
Dari permasalahan yang telah digambarkan
diatas, permasalahan pokok yang terjadi
adalah sulitnya departemen produksi untuk
menentukan biaya bahan baku yang digunakan
yang nantinya akan menentukan berapa harga
pokok dari produk yang dihasilkan, sehingga
barang jadi yang sebenarnya sudah siap
dipasarkan jadi tertunda karena tidak
mengetahui harga pokok barang yang
bersangkutan.
1. Metode First in First out (FIFO) Perpetual
Untuk mengatasi permasalahan ini, kami
menentukan metode
penulisan dan
penentuan biaya bahan baku First in First
out (FIFO)
Karena dengan metode ini mempunyai
beberapa kelebihan antara lain :
a. Keluar dan masuknya barang dapat
diketahui dengan jelas.
b. Umum digunakan dalam perusahaan
baik dalam praktek
maupun secara teori.
c. Kualitas barang yang akan dijual
lebih terjaga, siklus barang yang juga
terjaga (Barang yang paling akhir
diproduksi akan digunakan dalam
produksi selanjutnya).
2. Dari Data Flow Diagram yang telah
digambarkan, jelas sekali bahwa yang
berhak meminta bahan baku ke gudang
bahan baku hanya departemen converting
saja, apabila departemen paper mill
membutuhkan
bahan
baku
harus
mengajukan dahulu kepada departmen
converting lalu diteruskan kebagian
gudang
bahan
baku.
Hal
ini
mengakibatkan sistem administrasi dan
prosedur
yang
berbelit-belit
dan
menghambat
kelancaran
produksi,
mengingat perusahaan juga menjual
produk setengah jadi.Untuk mengatasi hal
ini akan dibuat sistem yang baru dimana
masing-masing departemen produksi
berhak untuk meminta bahan baku ke
gudang bahan baku.
3.
Dari alur sistem tersebut juga terlihat
bahwa masing-masing produksi baik
paper mill maupun converting hanya
berproduksi
berdasarkan
permintaan
barang / pesanan, sehingga apabila terjadi
banyak pesanan yang mendadak akan
terjadi overtime mesin dan apabila
pesanan sedikit akan terjadi pengurangan
penggunaan mesin (idle machine), karena

Narotama Collection
http://ejournal.narotama.ac.id

masing-masing produksi tidak mempunyai


stock pengaman (buffer stock). Hal ini
akan diatasi dengan menambahkan suatu
cek yang akan mengatur produksi agar
dibuat suatu ketentuan kapan tiap-tiap
mesin harus berproduksi.

4.2 Proses pemesanan barang


Pada saat tiap bagian membutuhkan barang yang
dibutuhkan, maka orang yang memerlukannya
mengisi surat pesanan / Permintaan Barang
(PPB) dan kepala bagian / manager bagian
tersebut harus menyetujui dengan memberikan
tandatangan pada surat tersebut.

4. DESAIN DAN ANALISA SISTEM


Berdasarkan permasalahan penyelesaian yang
telah dikemukakan di bab sebelumnya dapat
dibuat disain sistem yang sesuai dengan
kebutuhan permasalahan untuk membantu dalam
perancangan sistem.
Langkah langkah sistem dapat dilakukan
sebagai berikut :
1. Pembuatan DFD
2. Pembuatan ERD
3. Normalisasi
4. Struktur Database
4.1 Pembuatan Data Flow Diagram (DFD)
Sistem yang dibuat pada bab ini (Gambar 4.1)
telah merubah sistem yang telah kami
gambarkan pada bab sebelumnya yang banyak
mengalami kesulitan dalam menjalankan.
Perubahan ini antara lain masing-masing
departemen produksi berhak meminta bahan
baku ke gudang bahan baku, mengingat produksi
paper mill juga menjual barang setengah jadi ke
pasaran, sistem pencatatan dan perhitungan
bahan baku yang menggunakan sistem First in
First out (FIFO) perpetual Dan setiap proses
yang ada kami jelaskan seperti dibawah ini :

4.3 Proses pembelian


Bagian pembelian melaksanakan pembelian
berdasarkan atas dasar surat Order Pembelian
Barang (OPB) dari bagian gudang Bahan Baku.
Untuk pemilihan pemasok atau supplier, bagian
pembelian mengirimkan surat permintaan
penawaran harga kepada supplier atau
melakukan pengecekan lewat telepon. Setelah
pemasok yang dianggap baik, baik dalam arti
kualitas barang, harga barang, pembayaran
maupun syarat-syarat pembelian, maka bagian
pembelian membuat surat order pembelian (OP)
yang ditujukan kepada pemasok yang dipilih.

4.4 Proses penerimaan barang datang


Bagian penerimaan barang yang bertugas
menerima barang, mencocokan jumlah, jenis
serta spefikasi yang sesuai dengan permintaan.
Apabila barang yang diterima telah sesuai
dengan permintaan, maka bagian penerimaan
membuat laporan penerimaan barang untuk
dikirim ke bagian akuntasi dan mengirimkan
barang tersebut ke bagian gudang.
4.5 Proses pencatan di bagian gudang
Bagian penerimaan menyerahkan ke bagian
gudang. Bagian gudang menyiapkan dan
mencatat jumlah dan jenis yang diterima ke
dalam kartu gudang atau stock barang. Kartu ini
digunakan untuk mencatat mutasi tiap jenis
barang. Kartu gudang hanya berisi informasi
jumlah tiap-tiap jenis barang yang disimpan di
gudang dan tidak berisi informasi mengenai
harganya. Catatan dalam kartu gudang diawasi
dengan catatan bagian akuntasi berupa kartu
persedian. Pada kartu persediaan inilah metode
FIFO dilaksanakan dalam perhitungan biaya
bahan baku.

Gambar 4.1 level 0

4.6 Proses perhitungan hutang


Bagian pembelian menerima faktur pembelian
dari pemasok. Bagian pembelian memberikan
tandatangan diatas faktur pembelian, sebagai

Narotama Collection
http://ejournal.narotama.ac.id

tanda persetujuan bahwa faktur dapat dibayarkan


karena pemasok telah memenuhi syarat-syarat
yang telah ditentukan oleh perusahaan. Faktur
yang telah ditandatangani diserahkan kepada
bagian akuntasi. Bagian akuntasi memeriksa
faktur pembelian dan mencocokannya dengan
informasi tembusan surat order pembelian
barang (OPB) dan laporan penerimaan barang
yang diterima dari bagian penerimaan. Faktur
pembelian yang dilampiri dengan tembusan OPB
dan laporan OPB dicatat oleh bagian akuntansi
dalam jurnal pembelian. Setelah dicatat dalam
jurnal pembelian, faktur pembelian beserta
dokumen pendukungnya tersebut dicatat dalam
kartu persediaam pada kolom diterima dan
kartu hutang untuk mencatat timbulnya hutang
pada suplier.
4.7 Proses hitung biaya bahan baku
Terdiri dari harga beli (yang tercantum dalam
faktur) ditambah dengan biaya-biaya pembelian,
dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan sampai
bahan baku tersebut siap diolah, seperti biaya
angkutan, biaya pembongkaran, upah buruh
angkut dan lainnya. Diperusahaan ini biaya
bahan baku yang dipakai berdasarkan harga beli
yang ada di faktur pembelian, sedangkan biaya
angkutan dan lain-lainnya diperlakukan sebagai
unsur biaya overhead pabrik, dimana biaya-biaya
ini pada awal tahun anggaran, jumlah yang akan
dikeluarkan ditaksir selama satu tahun periode.
Biaya bahan baku akan dihitung dengan metode
First in First out (FIFO) perpetual
4.8 Proses quality control
Bagian quality control mengambil / menerima
contoh barang dari converting, lalu menguji
contoh tersebut seperti kadar air, kelembutran,
serat tissue, warna, apakah mengandung zat yang
mengandung racun dan lain sebagainnya.
Setelah contoh produk tersebut telah memenuhi
standart quality control, maka produk tersebut
layak dijual dan masuk stock gudang barang jadi,
tetapi apabila tidak memenuhi standart quality
control, hasil produksi barang tersebut dikirim ke
gudang barang rusak yang nantinya akan diolah
lagi atau dijual dengan harga lebih murah (hal ini
tergantung dari kebijaksanaan pimpinan). Sistem
ini telah teruji kebenarannya.

4.9

Pembuatan Entity Relationship


Diagram (ERD)
Dalam penyusunan ER diagram ini, akan
diisikan file-file beserta atribut-atribut yang
ada dan diantara atribut-atribut tersebut salah
satunya digunakan sebagai field kunci
OP
No_OP
Tgl
Kode_Brg
Kode_Supp
Harga_Satuan
Jml_Pesan
Total_Harga
Payment
Keterangan

Kirim_01

Supplier
Kode_Supp
Nama_Supp
Alamat_Supp
Kota
Telepon

Catat

Kartu_Persediaan
Kode_Brg
No_Bukti
Harga_Masuk
Harga_Keluar
Harga_Sisa

Buat

Faktur_Beli
NO_BBM
Kode_Brg
Tgl
Jumlah
Warna
Keterangan

Catat

Gudang
Kode_Brg
Nama_Brg
Tgl_Masuk
Satuan
Jml_Masuk
Jml_Keluar
Jml_Sisa
Tgl_Keluar
Jml_Awal
Keterangan
Warna

Dic atat

Kartu_Piutang
No_Faktur
Tgl
Kode_Supp
PD_Debet
PD_Kredit
Keterangan

Surat_Jalan

Kirim

No_SJ
Kode_brg
Tgl
Kode_Cust
Jml_ecer
Jml_Karton

Surat J alan

Customer
kode_cust
Nama_cust
Alamat_Cust
Telepon
Jenis_psr
Keterangan

Gambar 4.4 ERD ( Entity


RelationshipDiagram )

Narotama Collection
http://ejournal.narotama.ac.id

5. IMPLEMENTASI SISTEM

6. Kesimpulan

5.1 Input Data Kartu Persediaan


Pada form ini diinputkan data barang-barang
yang ada pada kartu persediaan.Berikut ini
adalah contoh data yang diinputkan.
Kartu Persediaan
Kode Barang
: BAR-00001
No Bukti
: BTI-00001
Harga Masuk
: 50000
Harga Keluar
: 100000
Harga Sisa
: 50000

1. Dengan metode FIFO perpetual yang telah


didesain untuk pengendalian inventori, akan
dapat membantu permasalahan tersebut karena
dengan adanya metode yang digunakan dalam
sistem inventori akan memudahkan dalam
pengawasan. Dan dengan metode FIFO ini
akan mudah mengontrol keluar masuknya
barang, karena dapat dilihat dalam kartu
persediaan secara terinci yang akan
memudahkan pula dalam penentuan biaya
bahan baku yang digunakan sebagai dasar
dalam penentuan harga pokok barang yang
dihasilkan.
2. Dengan sistem terkomputerisasi untuk
mengetahui informasi data persediaan barang
menjadi lebih cepat dan efisien.

Input Data :

7. DAFTAR PUSTAKA
C.Lois Hohenstein. 1982, Practical Stock and
Inventori Techniques That Cut Coast and
Improve ProfitC.J. Date, 1995, An Introduction
to Database System, Six Edition, United States
Jogiyanto H.M.,1990, Sistem Analisa dan
Desain, Andi Offset, Yogyakarta
Gambar 5.1 Input Data Persediaan
Output :

Jefrey L, Whitten, Lonnie D.Bettley, Victor


M.Barlow, 1989, System Analysis & Design
Methods, Second Edition, Boston
Mulyadi, 1991 Akuntasi Biaya. Edisi 5.
Universitas Gajah Mada.
Richard J. Tersine. 1984, Principles of Inventori
and Materials Management Second Edition,
New York

Gambar 5.2 Laporan Data Persediaan Barang

Anda mungkin juga menyukai