Anda di halaman 1dari 11

FILSAFAT BAHASA

Sejarah Perkembangan Filsafat Bahasa

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Semester Pendek


Dosen Pembimbing: Lely Triana, M.Pd.

Nama Mahasiswa : Teguh Wilda Jatmiko


Kelas

: VA

NPM

1512500143

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2015

Abstrak
Bahasa sejak dahulu kala telah menjadi perhatian para filsuf, karena mereka
menyadari betapa pentingnya peran bahasa dalam kehidupan manusia. Bahasa berperan untuk
mengejawantahkan pikiran manusia dalam mencari dan menemukan hakikat realitas dari
segala sesuatu yang dilambangkan dalam simbol bunyi. Selain itu dalam dunia filsafat,
bahasa

berperan

untuk merepresentasikan

pemikiran-pemikiran

filosofis

agar

bisa

diketahui oleh masyarakat luas.


Namun seringkali konsep pemikiran filosofis diungkapkan dalam bahasa yang
membingungkan. Hal inilah yang menjadi salah satu pemicu kemunculan filsafat
analitika bahasa. Filsafat analitika bahasa berupaya untuk memecahkan dan menjelaskan
persoalan dan konsep-konsep filsafat dengan bantuan analisis bahasa. Perkembangannya
dimulai oleh filsuf dari Inggris yaitu G. E Moore, yang kemudian diikuti oleh Bertrand
Russel, Wittgenstein hingga J.L Austin. Dari pemikiran Wittgenstein (2) dan J.L Austin
inilah yang selanjutnya memunculkan kajian pragmatik di dunia linguistik.

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Dalam melakukan kegiatan filsafat manusia tidak bisa melepaskan diri dari
peranan bahasa. Filsafat dan bahasa merupakan dua buah entitas yang tidak bisa
dipisahkan ibarat sekeping mata uang. Jika filsafat dipahami sebagai metode berpikir
secara logis (masuk akal), mendalam (radikal) dan bersifat universal mengenai segala
sesuatu yang ada seperti keberadaan Tuhan, alam semesta, dan manusia dengan
segala bentuk relasi dalam kehidupannya (Hidayat, 2006:11-12), maka alat berpikir
serta produk dari proses berpikir tadi hanya dapat diungkapkan menggunakan bahasa.
Hal ini ditegaskan juga oleh Kaelan (1998:8) bahwa filsafat merupakan aktivitas
manusia yang berpangkal pada alat pikiran manusia untuk menemukan kearifan dalam
hidupnya, terutama dalam mencari dan menemukan hakikat realitas dari segala
sesuatu, menemukan hubungan yang sangat erat dengan bahasa terutama bidang
semantik. Meskipun disadari bahwa bahasa memiliki keterbatasan, seperti ketaksaan,
tergantung pada konteks, kesamaran, inexplicitness dan menyesatkan (misleadingness),
bahasa tetap merupakan alat (media) pengembang pikiran manusia terutama dalam
mengungkapkan realitas segala sesuatu.
Hal ini didukung oleh Alwasilah (2008:14) yang menegaskan bahwa bahasa
merupakan alat untuk mengejawantahkan pikiran tentang fakta dan realitas yang
direpresentasi lewat simbol bunyi.Kaitan antara bahasa dan filsafat sedemikian erat,
sehingga tidak mengherankan jika perhatian terhadap bahasa oleh para filsuf sudah
muncul sejak jaman Yunani. Diskursus melalui bahasa dan tentang bahasa dalam
menyibak hakikat realitas telah banyak dilakukan oleh para filsof sejak zaman pra
Sokrates (Kaelan, 1998:25). Di awal abad 20 kemudian muncul dalam rumah besar
filsafat sebuah kapling yang disebut dengan filsafat bahasa, berdampingan dengan
kapling-kapling lainnya.
Filsafat

bahasa

pada

dasarnya

merupakan

penyelidikan

secara

mendalam

terhadap bahasa yang dipergunakan dalam filsafat. Filsafat bahasa dapat dibedakan
dalam dua kelompok(Kaelan, 1988:6., dan Alwasilah, 2008:14). Pertama, perhatian
filsuf terhadap bahasa dalam memecahkan dan menjelaskan problema-problema dan
konsep-konsep dalam filsafat dengan bantuan analisis bahasa. Kedua, filsafat bahasa

yang sejajar dengan bidang-bidang filsafat lainnya seperti filsafat hukum, filsafat alam
dll. Objek material dari filsafat bahasa ini adalah bahasa itu sendiri, sehingga kerja
filsafat dalam kelompok ini adalah upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar
hakikat bahasa, fungsi bahasa, hubungan bahasa dan realitas, jenis-jenis sistem
simbol, dan dasar-dasar untuk mengevaluasi bahasa. Berdasarkan pembedaan
tersebut, filsafat analitika bahasa termasuk dalam kelompok pertama. Perkembangan
filsafat analitis menurut Bakker (dalam Kaelan, 2004: 133) dilatarbelakangi oleh
adanya kekacauan bahasa filsafat. Banyak teori serta konsep filsafat dipaparkan
dengan bahasa yang membingungkan, bahkan semakin jauh dari bahasa sehari-hari.
Dalam makalah ini akan Memfokuskan mengkaji, Sejarah munculnya Filsafat Bahasa.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1

Bagaimana perkembangan Sejarah munculnya Filsafat Bahasa di Dunia Barat


(Yunani)?

1.2.2

Bagaimana perbedaan antara massa Sejarah Filsafat bahasa yang satu dengan
yang lainnya?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1

Untuk mengetahui perkembangan Sejarah munculnya Filsafat Bahasa di Dunia


Barat(Yunani)!

1.3.2

Untuk mengetahui ciri yang membedakan antara massa Sejarah Filsafat bahasa
yang satudengan yang lainnya!

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Filsafat Bahasa
Secara etimologis filsafat berarti :
1.

cinta akan kebenaran

2.

suatu dorongan terus-menerus untuk mencari dan mengejar kebenaran

2. Secara Terminolagi
Pengertian Filsafat dari beberapa ahli adalah sebagai berikut.
a. Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997:227)
1).

Teori atau analisis logis tentang prinsip-prinsip yang mendasari pengaturan,

pemikiran, pengetahuan, dan sifat alam semesta


2).

Prinsip-prinsip umum tentang suatu bidang pengetahuan

3).

Ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemologi

4).

Suatu cara berpikir yang radikal, menyeluruh, dan mengupas sesuatu sedalam-

dalamnya Akal budi adalah mencakup keseluruhan kemampuan yang spesifik


manusiawi, yakni daya cipta, karsa, dan rasa. Filsafat mengkaji hakikat segala yang ada
di dunia ini, baik dari manusia maupun sendiri maupun benda di sekitarnya.

b. Plato (427-347 SM):


Plato (427sm 347 SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhur murid Socrates dan
guru Aristoteles, mengatakan: filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu

pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli). Filsafat adalah ilmu yang
berbicara tentang hakikat sesuatu.
c. Aristoteles (Murid Plato)
Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang kebenaran yang meliputi logika,
matematika, metafisika, fisika, dan pengetahuan praksis.
Aristoteles (384 sm 322sm) mengatakan : filsafat adalah ilmus pengetahuan yang
meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika,
etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda).
Dari beberapa pengertian diatas dapat saya simpulkan bahwa Filsafat merupakan:
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala
sesuatunya secara mendalam, sungguh-sungguh, dan radikal sehingga mencapai hakikat
segala situasi tersebut.
Sedangkan Filsafat bahasa adalah salah satu disiplin ilmu filsafat yang berhubungan
dengan bahasa. Persoalan yang tak ada habisnya dalam dunia filsafat membuat para
filosofis mencari akar permasalahan. Dalam memandang masalah, mereka, menganggap
bahwa

akar

masalah

sebenarnya

terletak

pada

bahasa.

Beberapa

filsuf

seperti Carnap, Russel, dan Leibniz berpendapat bahwa kebenaran tidak dapat dapat
dideskripsikan dengan benar karena kelemahan ada pada bahasa.
Bahasa tidak dapat mejelaskan sesuatu secara tepat dan akurat. Seperti katakeadilan,
apa itu keadilan? Bagaimana mengukur keadilan?; Kata cantikmisalnya, apa itu cantik?
Model yang bagaimana yang disebut cantik? Apa parameternya?. Bagaimana
mengukurnya dan lain sebagainya. Bahasa tidak cukup memadai dalam mengungkapkan
maksud-maksud

filsafat

(inadequate).

Sebab

bahasa

mengandung

kekaburan

(vagueness), tidak jelas (inexplictness), berdwiarti (ambiguity), terikat konteks


(contex-dependence), dan menyesatkan (misleading).

2. Sejarah perkembangan pemikiran filsafat di dunia barat (Yunani).


a. Zaman Kuno
Periode Yunani Kuno ini lazim disebut periode filsafat alam. Dikatakan demikian
karena pada periode ini ditandai dengan munculnya para ahli pikir alam seperti Thales,
Anaximandros Pythagoras, Xenophanes, Democritos, Socrates, Plato, dan Aristoteles. di
mana arah dan perhatian pemikirannya kepada apa yang diamati di sekitarnya. Mereka
mencari asas yang pertama dari alam semesta (arche) yang sifatnya mutlak, yang berada
di belakang segala sesuatu yang serba berubah.
Orang-orang yunani memiliki sistem kepercayaan, bahwa segala sesuatunya harus
diterima sebagai suatu kebenaran yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng.
Artinya, suatu kebenaran lewat akal pikir (logos) tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu
kebenaran yang bersumber pada mitos (dongeng-dongeng).
Pengertian filsafat pada saat itu masih berwujud ilmu pengetahuan yang sifatnya masih
sempit.

b. Abad Pertengahan
Filsafat Barat Abad Pertengahan (476 1492) juga dapat dikataka sebagai Abad
Gelap. Karena pada saat itu manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk
mengembangkan potensi yang yang terdapat dalam dirinya, karena pada saat itu tindakan
gereja sangat membelenggu kehidupan manusia. Para ahli pikir saat itu juga tidak
memiliki kebebasan berpikir. Apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan
dengan ajaran gereja, orang yang mengemukakannya akan dihukum berat.
Pada abad pertengahan ini dibagi menjadi tiga masa, yaitu masa Patristik, Skolastik dan
Peralihan.
1.

Masa Patristik

Patristik yang artinya para pemimpin gereja. Pada masa ini terdapat dua golongan dari
para ahli pikir, yaitu ahli pikir yang menolak ahli pikir yang menerima filsafat yunani.
Bagi mereka yang menolak beralasan karena telah memiliki sumber kebenaran dari
firman Tuhan, sedangkan dari mereka yang menolak beralasan karena tidak ada salahnya
mengambil keduannya asal tidak bertentangan dengan agama.
2.

Masa Skolastik
Berasal dari kata sifat yang artinya school atau sekolah. Jadi, skolastik berarti aliran

yang berkaitan dengan sekolah.


Filsafat skolastik merupakan suatu sistem yang termasuk jajaran pengatahuan alam
kodrat, yang akan dimasukkan kedalam bentuk sintesis yang lebih tinggi antara
kepercayaan dan akal.
3.

Masa Peralihan
Masa yang berada dipenghujung abad pertengahan, yang mana pada masa ini terjadi

peralihan yang diisi dengan gerakan kerohanian yang bersifat pembaharuan. Pada masa
ini ditandai dengan munculnya Renaissance, Humanisme dan reformasi. (Asmoro
Ahmadi : 68 83 : 2007)
c. Abad Modern
Abad ini dimulai sejak adanya krisis pada abad pertengahan selama dua abad yang
ditandai dengan munculnya gerakan renaissance (kelahiran kembali) yang tujuannya
ditekankan pada bidang keagamaan, yakni merelisasikan kesempurnaan pandangan
hidup kristiani dengan mengkaitkan filsafat yunani dengan ajran agama Kristen.
Dalam era filsafat modern ini kemudian diteruskan dengan era filsafat abad ke-20
ditandai dengan munculnya berbagai aliran pemikiran seperti Rasionalisme, Empirisme,
Kritisisme, Idealisme, Positivisme, Evolusionisme, Materialisme, dan lain sebagainya.
d. Abad Kotemporer
Pada abad ini terdapat dua aliran pemikiran filsafat yang dapat dikatakan masih baru,
walaupun tergolong baru aliran pemikiran filsafat ini memiliki pengaruh yang cukup
besar bagi kehidupan masyarakat pada abadnya. Filsafat kontemporer ini disebut juga
sebagai filsafat abad ke-20. ciri-ciri filsafat pada abad ini yaitu desentralisasi manusia.
Desentralisasi adalah perhatian khusus terhadap bahasa sebagai subjek kenyataan kita

sehingga pemikiran filsafat sekarang ini disebut logosentris. Kedua aliran yang dimaksud
adalah aliran Filsafat Analitis dan aliran Filsafat Strukturalis.
1.

Filsafat Analitis
Filsafat ini dipelopori oleh Ludwig Josef Johan Wittgenstein (1989 1951). Ilmu

yang ditekuninya adalah dalam bidang penerbangan yang memerlukan studi dasar
matematika yang mendalam.
Sumbangannya yang terbesar dalam filsafat adalah pemikiran tentang pentingnya
bahasa. Ia mencita-citakan suatu bahasa yang ideal, yang lengkap dan dapat memberikan
kemungkinan bagi penyelesaian masalah-masalah kefilsafatan.
2.

Filsafat Strukturalisme
J. Lacan merupakan pelopor dari filsafat ini. Menurut pemikirannya bahasa terdiri

dari sebuah termin yang ditentukan oleh posisi-posisinya satu terhadap yang lain.

BAB III
PENUTUP

Simpulan

Filsafat bahasa adalah : Salah satu cabang ilmu filsafat dengan metode tertentu yang
menyelidiki bahasa secara radikal atau mendalam, logis dan serius.
Sejarah pemikiran filsafat di dunia barat (Yunani) dimulai dari Zaman Kuno yang di
tandai dengan ciri bahwa mereka mencari asas yang pertama dari alam semesta (arche)
yang sifatnya mutlak, yang berada di belakang segala sesuatu yang serba berubah.
Pengertian filsafat pada saat itu masih berwujud ilmu pengetahuan yang sifatnya masih
sempit.
Kemudian muncul abad Pertengahan atau disebut sebagai abad Gelap. Karena pada
saat itu manusia tidak memiliki kebebasan untuk berfikir dan mengembangkan dirinya,
mereka harus tunduk pada pemikran-pemikiran gereja apabila bertentangan maka mereka
akan dihukum berat.

Masa Peralihan, Masa yang berada dipenghujung abad pertengahan, yang mana pada
masa ini terjadi peralihan yang diisi dengan gerakan kerohanian yang bersifat
pembaharuan.
Abad Modern, merelisasikan kesempurnaan pandangan hidup kristiani dengan
mengkaitkan filsafat yunani dengan ajran agama Kristen.
Abad Kotemporer, Filsafat kontemporer ini disebut juga sebagai filsafat abad ke-20.
ciri-ciri filsafat pada abad ini yaitu desentralisasi manusia. Desentralisasi adalah
perhatian khusus terhadap bahasa sebagai subjek kenyataan kita sehingga pemikiran
filsafat sekarang ini disebut logosentris.

DAFTAR PUSTAKA

Sudarsono. 1993. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Hidayat, Asep Ahmad. 2006. Filsafat Bahasa: Mengungkap Hakikat Bahasa, Makna
dan Tanda. Bandung: Penerbit PT. Remaja Rosdakarya.
Kaelan, M.S. 1998. Filsafat Bahasa: Masalah dan Perkembangannya. Yogyakarta:
Penerbit Paradigma._____________. 2004.

Anda mungkin juga menyukai