Home
Anakku Nur Amna
eshop
Sunday, 8 December 2013
Tips pendidikan anak - Abdullah Nasih Ulwan
PAHALA YANG SELALU MENGALIR
Kehidupan dunia telah kita yakini dan memang telah terbukti sebagai
kehidupan yang sementara. Manusia sebagai salah satu makhluk Allah
telah dipastikan akan mati. Sebagai muslim, tidaklah penting kapan dan
dimana kita akan mati, yang terpenting adalah apakah kita bisa
mencapai kematian dalam keadaan tunduk kepada Allah atau tidak.
Seperti kita ketahui, Allah memang menghendaki demikian sebagai
mana firman-Nya;
"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan
sebenar-benarnya taaqwa kepadaNya; dan janganlah sekali-kali kamu
mati melainkan dalam keadaan berserah diri (muslim)." (QS. Ali Imran ;
102).
Inilah persoalan besar yang harus diperhatikan setiap manusia, tapi
sayang sekali banyak manusia yang mengabaikannya.
Dalam konsepsi Islam, mati bukanlah akhir dari segalanya, tapi justru
mati itu merupakan awal kehidupan yang panjang, yaitu kehidupan
akhirat dan setiap kita pasti mengiginkan kebahagiaan di akhirat,
karenanya di dalam berdo'a tak pernah kita melupakan mebaca
"Rabbanaa aatina fiddunyaa hasanah wafil aakhirati hasanah, wa qinaa
'adzaabannaar".
Berdo'a saja tidaklah cukup, kebahagiaan di akhirat juga harus dicapai
dengan bekal pahala yang banyak dan untuk memperoleh pehalanya
yang banyak berarti harus beramal shaleh yang sebanyak-banyaknya.
Meskipun begitu, ada perbuatan yang pahalanya akan terus diraih oleh
orang yang beramal, mekipun ia sudah meninggal dunia. Dalam hal ini
Rasulullah menunjukkan empat perkara sebagaimana sabdanya yang
berbunyi :
"Ada empat perkara yang mengalir pahalanya setelah pelakunya
meninggal dunia, yaitu, orang yang meninggal selagi giat-giatnya
berjuang di jalan Allah, orang yang mengajarkan ilmunya, senantiasa
juga jangan berpendapat; "kalau begitu lebih baik saya tidak punya ilmu
saja dari pada tidak memanfaatkan". Padahal Allah justru akan
mengazab orang-orang yang tidak mau tahu atau tidak mau menuntut
ilmu.
3. Bershadaqah
Memperbanyak harta merupakan salah satu kesenangan manusia, Allah
memang mempersilahkan manusia untuk mencari harta sebanyak
mungkin, tapi dari sekian banyak harta yang didapatkan, sebagai
muslim kita berkewajiban mengeluarkan sebagian kecilnya untuk
kepentingan Islam serta ummatnya. Kasadaran ini harus terus dipupuk
karena pembangunan Islam dan ummatnya tidak lepas dari keterikatan
pada dana yang didapat dari kesadaran bershadaqah. Oleh sebab itu
setiap muslim diwajibkan untuk mewujudkan kesadaran bershadaqah
manakala ingin meraih kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat.
Tapi bila tetap bermegah-megahan dengan harta dan tidak mau
menshadaqahkannya, maka azab Allah menanti, sebagaimana firmanNya:
"Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat dan pencela. Yang
mengumpulkan harta dan menhitung-hitung. Dia mengira bahwa
hartanya itu dapat mengekalkannya. Sekali-kali tidak ! Sesungguhnya
dia benar-benar akan dilemparkan kedalam huthomah, Dan tahukah
kamu apa huthomah itu, (yaitu) api (yang disediakan) Allah, yang
dinyalakan. Yang (naik) sampai ke hati." (QS al Humazah: 1 - 7)
Bila shadaqoh telah dikeluarkan, baik dalam bentuk uang maupun
barang, maka orang yang mengeluarkannya manakala betul-betul ikhlas
akan meraih pahala, sebab uang serta barangnya itu terus berguna bagi
kepentingan Islam dan ummatnya.
4. Anak Yang Shaleh
Tiap orang yang menikah, pasti mengiginkan punya anak, dan tiap
orang tua yang muslim, pasti ingin agar anaknya menjadi anak yang
shaleh. Karena itu pagi siang, sore dan malam kita selalu berdo'a agar
Allah menganugerahi keturunan yang shaleh. Namun dalam konsepsi
Islam, anak yang shaleh itu bukan sekedar didambakan dan meraihnya
hanya dengan do'a. Tapi RasuluLlah pernah menegaskan:
"Didiklah anak-anakmu dan perbagus adab mereka" (HR. Ibnu Majah)
Dengan begitu, orang tua yang ingin anaknya shaleh, seharusnya dialah
yang mendidiknya secara langsung. Kalau kemudian ada lembaga
pendidikan Islam. guru ngaji dan sebagainya yang ikut serta mendidik
sang anak, itu hanyalah pelengkap, maka orang tua tidak boleh merasa
kewajibannya mendidik anak telah gugur karena telah menyekolahkan
anaknya di sekolah Islam atau memanggil guru ngaji ke rumah. Ini perlu