Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

Trauma berupa luka akibat tembakan merupakan jenis luka yang kini
banyak ditemukan. Jumlah kasus penganiayaan atau kekerasan dengan senjata api
terus meningkat dimana terdapat 402 kasus kekerasan dengan senjata api
sepanjang tahun tahun 2011 hingga 2013, dimana pada tahun 2011 sebanyak 62
kejadian, tahun 2012 sebanyak 172 kejadian dan tahun 2013 sebanyak 168
kejadian. Senjata yang paling sering digunakan dalam penembakan adalah jenis
laras panjang (105 kasus) dan pistol (113 kasus). 1 Berdasarkan laporan dari World
Health Organization (WHO), kasus kematian akibat trauma tembak memiliki
konteks peristiwa penyebab luka yang berbeda diantaranya adalah bunuh diri
(42%), pembunuhan (38%) dan perang atau konflik persenjataan sipil maupun
militer (26%).2 Selain itu juga terdapat 37 kasus salah tembak yang juga terjadi di
Kalimantan Barat pada tahun 2012.3
Selain menjelaskan jenis dan arah tembakan serta posisi korban terhadap
senjata, luka akibat tembakan juga memberikan informasi kemungkinan konteks
kematian apakah itu bunuh diri, pembunuhan ataupun kecelakaan, sehingga dapat
menunjang pelaksananaan kegiatan penyelidikan atau penyidikan dan penentuan
akhir jenis kematian.
Kasus penembakan membutuhkan tindak lanjut yang sesuai baik berupa
proses penyidikan maupun penanganan luka itu sendiri. Tindak lanjut tersebut
harus dipertimbangkan dari berbagai aspek salah satunya aspek medikolegal.
Sudut pandang medikolegal khusus pada luka tembak juga berdasarkan pada bukti
yang dikumpulkan dan rekam medis yang dokter dapatkan dari ahli forensik dan
penyidik. Selain itu, sebagian besar kasus luka tembak diperiksa oleh dokter
1

Komisi Kepolisian Indonesia, Laporan Kontras Penembakan dan Penggunaan Senjata Api
yang Digunakan dalam Kekerasan, 2013, ( http://www.kontras.org/)
2
Amri Amir, Ilmu Kedokteran Forensik Edisi 2 ,Ramadhan. 2011. Medan.
3
Priyo, Kasus Salah Tembak Yang Dilakukan Anggota Polri, 2012. (http://www.jpnn.com/read /
2012/12/ 26/151843/37-Kasus-Salah-Tembak -Renggut-49-Nyawa-)

selain dokter forensik karena terbatasnya jumlah dokter forensik. Oleh karena itu
penting memberikan pemahaman medikolegal yang harus diketahui juga oleh
kalangan lain terutama di daerah yang jauh dari perkotaan.
Penguasaan aspek medikolegal pada luka tembak harus dipahami dengan
baik oleh setiap orang terutama dokter dan penyidik yang juga mengahdapi suatu
perkara penembakan. Sudut pandang medikolegal bagi dokter penting untuk
memberi pengertian bahwa perannya tidak hanya untuk mendiagnosis atau
mencatat rekam medis pasien luka tembak, tetapi juga meninjau hukum yang
berkaitan dengan luka tembak yang diperiksa. Pada pembahasan berikut ini akan
diuraikan bagaimana aspek medikolegal dari kasus luka tembak mulai dari
pembahasan dasar hukum luka tembak, ilmu balistik (persenjataan), traumatologi
dan konteks kematian akibat luka tembak seperti bunuh diri, kecelakaan maupun
tindak pembunuhan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DASAR HUKUM SENJATA API


Dasar hukum mengenai senjata api di Indonesia terdapat dalam beberapa
peraturan, antara lain:
a. Undang-Undang Darurat No. 12 Tahun 1951
b. Undang-Undang No. 8 Tahun 1948
c. Perpu No. 20 Tahun 1960
d. SK KAPOLRI Nomor 82 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Pengawasan
dan Pengendalian Senjata Non-Organik
Pengertian senjata api dalam pasal 1 Undang Undang Nomor 8 tahun
1948 tentang Pendaftaran dan Pemberian Izin Pemakaian Senjata Api yaitu: 4
a. Senjata api dan bagian-bagiannya
b. Alat penyembur api dan bagian-bagiannya
c. Mesiu dan bagian-bagiannya seperti patroonhulsen, slaghoedjes dan
lain-lainnya
d. Bahan peledak, termasuk juga benda-benda yang mengandung peledak
seperti geranat, bom tangan, bom dan lain-lainnya.
Senjata api adalah salah satu sarana yang dapat disalahgunakan untuk
melakukan penganiayaan terhadap orang lain sehingga peredarannya diatur oleh
pihak kepolisian. Setiap kepemilikan senjata harus memiliki izin. Pasal 9 UndangUndang Nomor 8 tahun 1948 mengenai Pendaftaran dan Pemberian Izin
Kepemilikan Senjata Api menyatakan bahwa setiap orang yang bukan anggota
tentara atau polisi yang memakai dan memiliki senjata api harus mempunyai izin
pemakaian senjata api menurut contoh yang ditetapkan oleh Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia. Menurut Undang-undang tersebut setiap izin yang
keluar untuk kepemilikan atau pemakaian senjata api oleh ditandatangani
langsung oleh Kapolri dan tidak bisa didelegasikan kepada pejabat lain seperti
Kapolda. Untuk kepentingan pengawasan, Polri juga mendasarkan sikapnya pada
4

Undang Undang Nomor 8 tahun 1948 tentang Pendaftaran dan Pemberian Izin Pemakaian
Senjata Api

Perpu Nomor 20 tahun 1960 tentang Kewenangan Perizinan menurut UndangUndang Senjata Api.5
Prosedur untuk mengajukan izin kepemilikan senjata api diajukan kepada
pihak kepolisian yang tercantum di dalam Pasal 15 ayat 2 UU Kepolisian No. 2
Tahun 2002 bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan
peraturan perundang-undangan lainnya berwenang memberikan izin dan
melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan senjata tajam. 6
Permohonan dapat diajukan kepada Kapolda (untuk penggunaan di satu wilayah
polda) atau Kapolri (untuk penggunaan di lebih dari satu wilayah polda) disertai
syarat kelengkapan seperti batas usia, surat keterangan dokter terkait dengan
kesehatan jasmani, rohani dan psikologis. Kartu ijin yang dikeluarkan oleh pihak
kepolisian memiliki batas waktu berlaku 5 tahun.7
Berdasarkan Perpu Nomor 20 tahun 1960, terdapat persyaratanpersyaratan utama yang harus dilalui oleh pejabat baik secara perseorangan
maupun swasta untuk bisa memiliki dan menggunakan senjata api. Pemohon ijin
kepemilikan senjata api juga harus memenuhi syarat medis dan psikologis. Syarat
medis yaitu calon pengguna harus sehat jasmani, tidak cacat fisik, penglihatan
normal dan syarat-syarat lain berdasarkan pemeriksaan dokter. Syarat psikologis
yaitu tidak mudah gugup, panik, emosional, marah, tidak psikopat. Pemenuhan
syarat ini harus dibuktikan dengan hasil psikotes yang dilaksanakan oleh tim yang
ditunjuk Dinas Psikologi Mabes Polri.
Menurut SK KAPOLRI Nomor 82 Tahun 2004, syarat-syarat kepemilikan senjata
api adalah sebagai berikut: 8
1. Pemohon izin harus memiliki keterampilan menembak minimal kelas III.
Kemampuan ini harus dibuktikan dengan sertifikat yang dikeluarkan oleh
Institusi Pelatihan Menembak yang sudah mendapat izin Polri. Sertifikat itu
juga harus disahkan oleh pejabat Polri yang ditunjuk.
2. Harus berkelakuan baik dan belum pernah terlibat dalam suatu kasus tindak
pidana yang dibuktikan dengan SKCK
5

Peraturan Pengganti Undang-Undang No. 20 Tahun 1960


Undang-Undang Kepolisian No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia
7
Setiyono, Menghadapi Kasus Pidana. Raih Asa Sukses, 2010, Jakarta, Hal. 112
8
Surat Keputusan Kapolri No. Pol . 82/ II/ 2004 tentang Buku Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan
dan Pengendalian Senjata Api Non Organik TNI/POLRI
6

3.
4.
5.
6.

Harus lulus screening yang dilaksanakan Kadit IPP dan Subdit Pamwassendak
Usia pemohon harus sudah dewasa tetapi tidak melebihi usia 65 tahun
Harus memenuhi syarat medis
Harus memenuhi syarat psikologis.

Menurut Perpu Nomor 20 tahun 1960, ada empat golongan orang yang berhak
memperoleh izin kepemilikan senjata yaitu:
1. Pejabat swasta atau bank, mereka yang diperbolehkan memiliki senjata api
yaitu presiden direktur, presiden komisaris, komisaris, direktur utama, direktur
keuangan. Pejabat pemerintah, masing-masing Menteri, Ketua MPR/DPR,
Sekjen, Irjen, Dirjen dan Sekretaris Kabinet, demikian juga Gubernur, Wakil
Gubernur, Sekwilda, irwilprop, ketua DPRD-1 dan Anggota DPR/MPR
2. Jajaran TNI/Polri mereka yang diperbolehkan hanyalah perwira tinggi dan
perwira menengah dengan pangkat serendah-rendahnya Kolonel namun
memiliki tugas khusus. Purnawirawan TNI/Polri yang diperbolehkan hanyalah
perwira tinggi dan perwira menegah dengan pangkat terakhir Kolonel yang
memiliki jabatan penting di pemerintahan/ swasta.

3. Anggota Perbakin (Persatuan Menembak Sasaran dan Berburu Seluruh


Indonesia), untuk berburu setiap orang diperkenankan memiliki 8 sampai 10
pucuk. Untuk berburu ini senjata yang digunakan adalah senjata laras panjang
yang biasa disebut senjata bahu. Sedangkan untuk cabang tembak sasaran,
anggota atau atlit tembak diperkenankan memiliki atau menyimpan senjata api
yang menjadi spesialisasinya
4. Masyarakat yang lulus tes kepemilikan senjata api di Kepolisian Daerah dan
disetujui oleh Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia.
Senjata api terdiri dari senjata api legal dan ilegal. Senjata api legal
merupakan senjata api yang dimiliki atau digunakan oleh pemegang atau pemilik
senjata yang memiliki surat izin penggunaan atau kepemilikan. Senjata api ilegal
adalah senjata api yang dimiliki atau digunakan oleh pemegang atau pemilik
senjata tanpa adanya surat izin kepemilikan, dimana senjata api tersebut bisa
bersumber dari dalam negeri maupun luar negeri. Senjata api legal ini juga terdiri

dari 2 yaitu senjata api organik dan senjata api non-organik. Menurut Surat
Keputusan Kapolri No. Pol . 82/ II/ 2004, senjata api organik merupakan senjata
api yang diberikan izin kepemilikan kepada aparat penegak hukum, seperti TNI,
Polisi, Militer, Petugas Lapas, serta petugas-petugas keamanan lainnya, sedangkan
senjata api non-organik merupakan senjata api yang boleh diberikan izin
kepemilikan kepada masyarakat umum dalam rangka untuk membela diri, seperti
para pejabat pemerintahan, pengusaha, anggota dewan, serta anggota Perbakin
yang digunakan untuk olahraga menembak. Perbedaan antara senjata api organik
dan senjata api non-organik adalah terdapat pada klasifikasi kalibernya serta jenis
senjata apinya.
Warga sipil atau masyarakat umum yang menyalahgunakan senjata api
dapat dikenakan sanksi sebagaimana tertulis dalam

Undang-undang Darurat

Nomor 12 tahun 1951 Pasal 1 ayat 1 yang menyatakan:9


Barangsiapa, yang tanpa hak memasukkan ke Indonesia, membuat, menerima,
mencoba memperoleh, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai,
membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya,
menyimpan,

mengangkut,

menyembunyikan,

mempergunakan

atau

mengeluarkan dari Indonesia sesuatu senjata api, amunisi atau sesuatu bahan
peledak, dihukum dengan hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup
atau hukuman penjara sementara setinggi-tingginya dua puluh tahun.
SEJARAH PERKEMBANGAN SENJATA API
Pada mulanya perkembangan senjata api yang dipakai berupa senjata api
lantakan (voor lader atau muzzle loader), disebut juga dengan bedil sundut.
Larasnya terdiri dari pipa, satu ujung ditutup dan diberi lubang kecil untuk sumbu.
Laras ini tidak beralur (smooth bore, glad loop). Cara menggunakan : mesiu
dituang melalui ujung laras yang terbuka dan dipadatkan, kemudian anak peluru
dimasukkan dan sumbu yang dinyalakan, maka mesiu akan meledak. Cara ini
hanya untuk sekali tembak, sehingga setiap kali akan menembak harus diulang
pekerjaan di atas.
9

Undang-undang Darurat Nomor 12 tahun 1951 tentang Mengubah Ordonantie Tijdelijke


Byzondere Straf Bepalingen

Perkembangan selanjutnya, sumbu yang dibakar diganti dengan picu dan


batu api yang bila bersentuhan akan timbul bunga api yang membakar mesiu.
Kemudian timbul senjata api dimana pelurunya masuk dari belakang (breech
loader) memakai penggalak (primer) = percussion cap dan sekali diisi dapat
ditembakkan beberapa kali berturut-turut. Waktu itu digunakan laras ganda : 2, 3,
7, 50 lebih. Perkembangan dari system breech loading ini memelopori pembuatan
pistol yang terdiri dari beberapa barrel yang disusun sekeliling suatu sumbu. Ini
dikenal sebagai pepperbox pistol. Akibat dari beberapa kekurangan dari sistem
pepperbox pistol, maka Samuel Colt pada tahun 1835 menciptakan revolver
dimana laras dari senjata tidak ikut berputar, hanya silinder yang berisi chamber
yang berisi peluru saja yang berputar. Ada dua model: single action ; dimana tiap
kali ditembakkan picu ditarik ke belakang maksimal sampai terkait, kemudian alat
penarik (trigger) ditarik. Mekanisme ini diulang tiap kali akan menembak.
Double action; dapat dipakai cara di atas atau dapat pula langsung alat penarik
ditarik.10
BALISTIK
Balistik adalah ilmu yang mempelajari kekuatan-kekuatan fisik yang
bekerja terhadap proyektil dan misil.11 Balistik tidak hanya mempelajari
tentang proyektil namun juga mengenai benda lain yang bergerak/melaju di udara
seperti misil/roket.
Klasifikasi Balistik
Balistik dapat dibagi menjadi empat yaitu balistik interior, balistik
eksterior, balistik terminal, dan balistik forensik. Balistik interior merupakan
cabang dari ilmu balistik yang mempelajari apa yang terjadi pada peluru dari
suatu senjata saat picu ditarik sampai anak pelurunya meninggalkan ujung laras.
Balistik eksterior mempelajari jalannya anak peluru setelah meninggalkan ujung
laras, balistik terminal mempelajari tentang pengaruh anak peluru atau proyektil
10

Indrayana NS dan Kartika DR, Pemeriksaan Medikolegal Luka Tembak, Kumpulan Makalah
Ilmu Kedokteran Forensik, 1984, Surabaya, Hal. 56-57.
11
Ibid.

setelah ditembakkan terhadap bagian dari target yang menjadi sasaran sampai
anak peluru atau proyektil tersebut berhenti. Balistik forensik mempelajari
berbagai macam pemeriksaan atas selongsong atau anak peluru bekas dari suatu
tembakan guna memastikan senjata mana yang telah digunakannya.12
BALISTIK INTERIOR
Jenis Senjata
Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil peledakan mesiu,
dapat melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan tinggi melalui
larasnya. Proyektil yang dilepaskan dari suatu tembakan dapat tunggal, tunggal
berurutan secara otomatis maupun dalam jumlah tertentu bersama-sama.
Penggolongan jenis-jenis senjata dapat didasarkan pada beberapa hal, yaitu tenaga
pendorong/pelontar, cara menggunakannya dan bentuk permukaan dalam laras.
A. Jenis senjata berdasarkan tenaga pelontar
- Senjata Api
Senjata api merupakan jenis senjata yang menggunakan mesiu sebagai
sumber energi kinetiknya. Senjata api terdiri atas mesiu hitam dan
mesiu putih. Mesiu hitam terdiri dari belerang, arang dan sendawa.
Adapun ciri-ciri mesiu hitam adalah dapat menimbulkan asap banyak,
berwarna hitam, terdapat sisa-sisa pembakaran dan tenaga lontarnya
kurang kuat. Mesiu putih terdiri dari nitroselulosa saja dan
nitroselulosa dan nitrogliserin. Ciri-ciri mesiu putih adalah dapat
menimbulkan asap sedikit, menimbulkan sisa pembakaran yang sedikit
dan tenaga lontarnya lebih kuat. Senjata api dibagi menjadi beberapa
kategori yaitu pistol, senjata beralur, dan shotgun.13

12

Sofwan Dahlan, Ilmu Kedokteran Forensik , Universitas Diponegoro, 2007, Semarang, Hal.
93.
13
Edward Hueske, Firearms and Tool Mark The Forensic Laboratory Handbooks, Practice and
Resource, 2006.

Gambar 1. Senjata Api


(Sumber :http://library.med.utah.edu/WebPath/
TUTORIAL/GUNS/GUNBLST.html)

Senjata Angin
Yaitu jenis senjata yang menggunakan kompresi udara atau cairan CO 2
sebagai sumber energi untuk melontarkan pelurunya. 16

Gambar 2. Senapan angin


(Sumber: http://library.med.utah.edu/WebPath/
TUTORIAL/GUNS/GUNBLST.html)

B. Jenis senjata berdasarkan cara menggunakan


Jenis-jenis senjata berdasarkan cara menggunakannya terdiri dari senapan
atau bedil dan senjata genggam (handgun).
-

Senapan
Senapan terdiri dari senapan berlaras lebih dari 22 inci dan senapan
berlaras kurang dari 22 inci. Cara menggunakan senjata ini adalah
dengan kedua tangan sambil memanfaatkan bahu.14

14

Malcolm J.Dodd, Terminal Ballistics : A Text and Atlas of Gunshot Wounds, CRC Press,
2006, United States.

10

Gambar 3. Senapan
(Sumber : Malcolm J.Dodd, Terminal Ballistics :
A Text and Atlas of Gunshot Wounds,
CRC Press, 2006, United States)
Keterangan Gambar :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pemincing (peninting) belakang


Breech
Pemincing (peninting) depan
Ujung laras
Pegangan
Katrid peluru

7.
8.
9.
10.
11.
12.

Pelatuk dan pelindung pelatuk


Baut/pasak/pengunci
Pengait selempang
Pantat bagian bawah senapan
Pelepas magazine
Kepala dari bagian ujung atas senapan

Senjata Genggam (handgun)


Senjata genggam terdiri dari pistol dan revolver. Pistol merupakan
jenis senapan yang menggunakan magazine kotak panjang. Revolver
merupakan jenis senapan yang menggunakan magazine berputar. Cara
memegang dan menembakkan senjata jenis ini cukup dengan
menggunakan satu tangan.

11

Gambar 4. Revolver
(Sumber : Malcolm J.Dodd, Terminal Ballistics :
A Text and Atlas of Gunshot Wounds,
CRC Press, 2006, United States)
Keterangan Gambar :
1. Hammer
2. Pengait Silinder
3. Pegangan
4. Pelatuk
5. Pelindung pelatuk
6. Silinder

7. Batang Laras
8. Laras
9. Ujung Laras
10. Pemincing (peninting) depan
11. Pemincing (peninting) belakang

Gambar 5. Pistol
(Sumber : Malcolm J.Dodd, Terminal Ballistics :
A Text and Atlas of Gunshot Wounds,
CRC Press, 2006, United States)
Keterangan Gambar :
1. Pemincing (peninting) belakang
2. Hammer
3. Alat pengancing
4. Pengunci slide
5. Pegangan
6. Magazine (katrid) peluru

7. Pelatuk
8. Pelindung Pelatuk
9. Ujung Laras
10. Pemincing (peninting) depan
11. Slide

C. Jenis senjata berdasarkan permukaan dalam laras


- Laras beralur (Rifled bore)

12

Agar anak peluru dapat berjalan stabil dalam lintasannya,


permukaan dalam laras dibuat beralur spiral dengan diameter yang
sedikit lebih kecil dari diameter anak peluru, sehingga anak peluru yang
didorong oleh ledakan mesiu, saat melalui laras, dipaksa bergerak maju
sambil berputar sesuai porosnya, dan ini akan memperoleh gaya
sentripetal sehingga anak peluru tetap dalam posisi ujung depannya di
depan dalam lintasannya setelah lepas laras menuju sasaran. Alur laras
ini dibagi menjadi dua yaitu, arah putaran ke kiri (COLT) dan arah
putaran ke kanan (Smith and Wesson).15
a. Senjata api dengan alur ke kiri
1) Dikenal sebagai senjata tipe COLT
2) Kaliber senjata yang banyak dipakai: kaliber 0.36; 0.38; dan 0.45
3) Dapat diketahui dari anak peluru yang terdapat pada tubuh korban
yaitu adanya goresan dan alur yang memutar ke arah kiri bila
dilihat dari basis anak peluru.
b. Senjata api dengan alur ke kanan
1) Dikenal sebagai senjata api tipe SMITH & WESSON ( tipe SW )
2) Kaliber senjata yang banyak dipakai: kaliber 0.22; 0.36; 0.38; 0.45;
dan 0.46
3) Dapat diketahui dari anak peluru yang terdapat pada tubuh korban
yaitu adanya goresan dan alur yang memutar ke arah kanan bila
dilihat dari bagian basis anak peluru.16

B
B

15

Algozi
Agus
M,
Luka
Tembak
diunduh
dari
www.fk.uwks.ac.id/elib/
Arsip/Departemen/Forensik/luka%20tembak.pdf pada tanggal 20 Desember 2014.
16

Ashari Irwan. Luka Tembak diunduh dari http://www.irwanashari.com/luka-tembak/, pada


tanggal 20 Desember 2014.

13

Gambar 6. Jenis Laras Beralur


Senjata api dengan alur laras ke kanan (A)
Senjata api dengan alur laras ke kiri (B)
(Sumber : http://www.irwanashari.com/luka-tembak/)

- Laras tak beralur atau laras licin (Smooth bore)


Senjata api jenis ini dapat melontarkan anak peluru dalam jumlah
banyak pada satu kali tembakan. Contohnya adalah shot gun.

Peluru
Sebuah senjata api akan menembakkan anak peluru. Anak peluru
merupakan salah satu bagian dari sebuah peluru (cartridge). Peluru memiliki 4
bagian utama, yakni anak peluru (bullet), selongsong (case), mesiu (gunpowder)
dan penggalak (primer). Selongsong akan melapis peluru di bagian luar, yang
biasanya terbuat dari bahan kuningan. Penggalak berada di dalam bagian dasar
peluru. Di atas penggalak, terdapat mesiu. Anak peluru terletak di puncak peluru.
Tampakan peluru dari handgun dapat dilihat pada gambar 7 (B).
Shotgun menggunakan shell sebagai lapisan terluar pelurunya. Shell mirip
dengan peluru, tetapi shell memilki 5 bagian, yakni butir peluru (shot
pellets/slug), plastik/kertas (wad), selongsong (case), mesiu (gunpowder) dan
penggalak (primer). Hal ini terlihat pada gambar 8.
Jika penarik senjata api (trigger) ditarik/ditekan ke dalam, maka bagian
firing pin dari senjata api akan tertarik ke depan dan bersentuhan dengan
penggalak (primer). Kemudian penggalak berkontak dengan mesiu. Terbakarnya
mesiu ini akan menyebabkan anak peluru keluar dari laras senjata api. Peluru yang
sudah ditinggal oleh anak peluru, akan keluar dari senjata api melalui bagian
chamber. Proses ini ditunjukkan pada gambar 9 (A) dan gambar 10.
Kebanyakan peluru bekerja seperti cara di atas, yang dinamakan centerfire
cartridge. Beberapa peluru lainnya bekerja dengan cara yang dinamakan rimfire
cartridge, dimana bagian penggalak dari pelurunya berada di sekitar dasar peluru.
Hal ini membuat fairing pin dapat berkontakan dengan peluru di seluruh bagian

14

dasar peluru, tidak hanya di tengah dasar peluru.17 Hal ini dapat dilihat pada
gambar 11.

Gambar 7. Bagian dalam senjata (A). Bagian dalam peluru handgun (B)
(Sumber: Brian Kevin, Gun & Ammunition,
ABDO Publishing Company, 1980, USA, Hal. 8-9)

17

Brian Kevin, Gun & Ammunition, ABDO Publishing Company, 1980, USA, Hal. 8-9.

15

Gambar 8. Peluru dari shotgun.


Peluru utuh (A)
Peluru dalam potongan memanjang (B)
(Sumber: Brian Kevin, Gun & Ammunition,
ABDO Publishing Company,
1980, USA, Hal. 10)

Gambar 9. Rimfire (A) dan Centerfire (B)


(Sumber: Grant Cunningham, Gun Digest:
Shooters Guide to Handguns,
F+W Media, Inc, 2012, USA, Hal. 65)

Gambar 10. Siklus balistik saat catridge ditembakkan.


(Sumber: Jorma, J, Wound Ballistic Simulation :
Assesment of The Legitimacy of Law Enforcement
Firearms Ammunition by Means of Wound
Ballistics Simulation, The Second Department

16

of Surgery, University of Helsinki, 2005)

Anak peluru mempunyai macam-macam bentuk, yakni :

Gambar 11. Macam-macam bentuk anak peluru.


Round Nose (a), Semi-Wadcutter (b), Hollow-Point
(c) dan Wadcutter (d). (Sumber: Anonim,
Firearms Tutorial, http://library.med.utah.edu/
WebPath/TUTORIAL/GUNS/GUNBLST.html)

Round nose bullet memiliki kecepatan yang sama baik saat di udara
maupun saat penetrasi ke target, lebih mudah masuk ke target dengan lebih dalam
dan tidak meninggalkan bekas luka yang besar karena bentuknya yang tidak
menghabiskan banyak energi saat berada di udara maupun target. Hollowpoint
bullet memiliki daya penetrasi yang tidak dalam, namun menimbulkan bekas luka
yang lebih besar. 18
Pistol dan revolver modern mempunyai dua macam anak peluru, yakni
solid metal bullet terbuat dari lead yang dicampur dengan tin atau antimony;
gabungan anak peluru terbuat dari kepala pada bagian tengahnya atau inti dengan
suatu mantel atau jacket pada bagian luarnya terbuat dari logam yang lebih keras,
seperti baja, cupro-nikel, copper-zink-nickel, copper-zink-alloy. Anak peluru ada
yang seluruhnya bermantel dan ada yang sebagian. Mantel atau jacket terdiri dari
logam yang lebih tebal pada bagian dasarnya tetapi menipis ke arah ujung. Anak
peluru shotgun terdiri dari dua macam, yakni anak peluru penabur besar (buck
shot, loper) dan anak peluru penabur kecil (bird shot, hagel). 19
Kaliber adalah ukuran dari sebuah anak peluru (bullet) yang diukur
berdasarkan diameternya. Di U.S., kaliber biasanya diukur dan ditampilkan dalam
hundredths of an inch ataupun thousandths of an inch. Sebuah anak peluru dengan
22 hundredths of an inch (.22) di diameternya disebut juga peluru berkaliber 22.
Di luar U.S., anak peluru berkaliber 22 disebut juga peluru berkaliber 5,6 mm.
18

Grant Cunningham, Gun Digest: Shooters Guide to Handguns, F+W Media, Inc, 2012,
USA, Hal. 67-68.
19
Vincent J, Gunshot Wounds: Practical Aspects of Firearms, Ballistics, and Forensic
Techniques, Edisi Ke-2, CRC Press LLC, 1999.

17

Peluru untuk shotgun tidak menggunakan kaliber, tetapi menggunakan gauge.


Semakin kecil gauge, semakin besar diameter pelurunya. 20
Teori-teori mengenai peluru yang telah dijelaskan di atas, mengungkapkan
bahwa suatu peluru memiliki banyak bagian yang cukup rumit. Tentunya, bagianbagian tersebut memiliki makna yang bermanfaat dalam pemeriksaan suatu
peristiwa, misalnya luka tembak.
3. Hal-hal yang Berpengaruh terhadap Kerja Senjata dalam Menembakkan
Peluru
Sulit dalam praktek untuk mengukur kekuatan peluru dalam laras senapan,
tapi satu parameter yang mudah diukur adalah kecepatan peluru keluar dari laras
(muzzle velocity). Kecepatan ini dipengaruhi oleh hal-hal seperti, gas pembakaran
mesiu menghasilkan tekanan dan semakin panjang laras, semakin besar kecepatan
peluru. Penggunaan bubuk yang banyak juga dapat digunakan dalam peluru
senapan karena ruang peluru dapat dirancang untuk menahan tekanan yang lebih
besar (50.000 sampai 70.000 psi untuk senapan dan 30.000 sampai 40.000 psi
untuk pistol).
Pada senjata angin, tekanan yang tinggi itu diperoleh dengan cara
memampatkan udara atau dengan mengubah CO2 cair menjadi gas dalam ruangan
yang volumenya tetap. Sedangkan pada senjata api, tekanan yang tinggi diperoleh
dari pembakaran mesiu sehingga dalam waktu sekejap berubah menjadi gas
dengan volume yang besar didalam ruangan yang volumenya tetap. Dari 1 gram
mesiu dapat dihasilkan gas (CO2, CO, Hydrogen Sulfida dan methane) antara 200
sampai 900 mililiter dengan suhu yang sangat panas.21
Dari penjelasan di atas, terdapat beberapa hal yang mempengaruhi suatu
senjata dalam menembakkan pelurunya, yakni jumlah mesiu yang digunakan,
ruangan mesiu di dalam peluru dan panjang laras.

20

Randall R. Skelton, A Survey of the Forensic Sciences, 2011, USA, Hal. 147.
Jorma, J, Wound Ballistic Simulation : Assesment of The Legitimacy of Law Enforcement
Firearms Ammunition by Means of Wound Ballistics Simulation, The Second Department of
Surgery, University of Helsinki, 2005.
21

18

BALISTIK EKSTERIOR
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anak Peluru di Udara
Anak peluru yang ditembakkan oleh pistol ke udara memiliki kecepatan yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor: 22
a. Energi kinetik (Ek)/kecepatan awal anak peluru= MV2
b. Koefisien balistik
Suatu koefisien yang menunjukkan kemampuan anak peluru untuk
mengatasi resistensi udara
c. Tahanan udara dan gravitasi
Selain faktor-faktor di atas, karakteristik peluru juga mempengaruhi anak peluru
di udara seperti massa peluru, bentuk peluru, serta senjata yang digunakan.
BALISTIK TERMINAL
Luka Tembak
Luka Tembak adalah luka yang disebabkan oleh penetrasi anak peluru ke dalam
tubuh yang diproyeksikan lewat senjata api atau persentuhan peluru dengan
tubuh.23
Mekanisme Terjadinya Luka Tembak
Jika anak peluru mengenai tubuh, maka kelainan yang terjadi merupakan
resultan dari banyak faktor. Pada bagian tubuh tempat masuknya anak peluru,
bagian tubuh sebelah dalam serta pada bagian tubuh tempat keluarnya anak peluru
22

V. S. Pugachev, Theory of Random Function and Its Application to Control Problems,


Pergamon Press, 1965, Oxford, Hal. 3.
23
Anonim, http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/gunshot+wound.htm diakses pada
tanggal 20 Desember 2014.

19

bentuk kelainannya tidak sama karena faktor-faktor yang mempengaruhinya


berbeda. Pada saat peluru mengenai kulit, peluru akan merobek kulit dan masuk
ke dalam tubuh, hal ini disebabkan oleh kekuatan peluru lebih besar daripada
ketahanan kulit. Gerakan rotasi peluru menyebabkan gesekan antara badan peluru
dengan tepi robekan, sehingga timbul kelim lecet (abrasion ring). Lubang yang
dihasilkan lebih besar daripada diameter peluru. Peluru yang masuk tegak lurus
dengan permukaan kulit akan menghasilkan kelim lecet yang sama lebar ke segala
arah sedangkan peluru yang masuk membentuk sudut dengan kulit akan
menghasilkan kelim lecet yang tidak sama lebar. Kelim lecet yang terlebar
menunjukkan arah masuknya peluru. Kekuatan tembakan dan gerakan rotasi
peluru akan menyebabkan penetrasi yang lebih dalam sampai peluru keluar dari
tubuh dan meninggalkan bekas luka (LTK).24
Klasifikasi Luka Tembak
A. Berdasarkan Lokasi:
Berdasarkan tempat/lintasannya, luka tembak dibagi menjadi luka
tembak masuk (LTM) dan luka tembak keluar (LTK). LTK umumnya lebih
besar dari LTM akibat terjadinya deformitas anak peluru, bergoyangnya anak
peluru dan terikutnya jaringan tulang yang pecah keluar dari LTK. Pada anak
peluru yang menembus tulang pipih, seperti tulang atap tengkorak, akan
terbentuk corong yang membuka searah dengan gerak anak peluru. LTK
mungkin lebih kecil dari LTM bila terjadi pada luka tembak tempel/kontak,
atau pada anak peluru yang telah kehabisan tenaga pada saat akan keluar
meninggalkan tubuh. Bentuk LTK tidak khas dan sering tidak beraturan. Di
sekitar LTK mungkin juga dijumpai daerah lecet bila pada tempat keluar
tersebut terdapat benda yang keras, misalnya ikat pinggang atau korban
sedang bersandar pada dinding.25

24

Summy HP, Ilmu Kedokteran Forensik untuk Kepentingan Penyidikan, Rayyana


Komunikasindo, 2014, Jakarta, hlm. 154.
25
Anonim, http://web.uni-plovdiv.bg/stu1104541018/docs/res/emergency_medicine_atlas/Ch.17.
htm diakses pada tanggal 20 Desember 2014.

20

Gambar 12. Luka tembak masuk


(Sumber:http://web.uni-plovdiv.bg/
stu1104541018/docs/res/
emergency_ medicine_atlas/Ch.17.htm)

Faktor-faktor yang mempengaruhi LTM:


1. Gaya kinetik anak peluru
2. Suhu panas anak peluru
3. Semburan api
4. Ledakan gas dari mesiu (pada jarak tempel)
5. Percikan mesiu yang tak terbakar

Gambar 13. Luka tembak keluar


(Sumber: http://web.uni-plovdiv.bg/stu
1104541018/docs/res/emergency_medicine_
atlas/Ch.17.htm)

Faktor-faktor yang mempengaruhi LTK:


1. Gaya kinetik anak peluru
2. Perubahan bentuk anak peluru sesudah membentur tulang
3. Perubahan arah anak peluru sesudah membentur tulang
4. Serpihan tulang yang kemudian berfungsi sebagai anak peluru sekunder

21

Tabel 1. Perbedaan LTM dan LTK


No.
Perbedaan
Luka Tembak Masuk
1
Ukuran
Lebih kecil
2
Pinggiran luka
Melekuk ke arah dalam
3
Kelim lemak
Tampak
4
Serat pakaian
Masuk ke dalam luka
5

Gambaran luka

Tampak hitam, terbakar,


kelim, tattoo, atau jelaga

Luka Tembak Keluar


Lebih besar
Melekuk ke arah luar
Tidak tampak
Tidak masuk ke dalam
luka
Tidak ada

B. Berdasarkan Jarak Tembakan:


a. Jarak kontak (tempel)
Luka ini berbentuk seperti bintang (cruciform) sebagai akibat ledakan gas,
terutama jika di bawah kulit terdapat tulang, sering terdapat memar
berbentuk sirkuler di sekitarnya sebagai akibat hentakan balik dari
moncong senjata, dan terdapat jelaga atau derivat dari gas CO pada
jaringan tepi luka.26
Gambar 14. Luka tembak kontak

(Sumber:http://www.forensicindia.com/
forensic-pictures/contact_bullet_
forehead.jpg)

b. Jarak dekat (< 1 inci)


Luka ini berbentuk luka terbuka (bulat) bagian tengahnya berupa lubang
bagian tepinya dikelilingi oleh kelim lecet, kelim lemak, kelim tato, kelim
jelaga dan luka bakar.

26

Anonim, Gunshot wound, 2011, diunduh dari www. forensicindia.com/forensicpictures/gunshot_wound.htm

22

Gambar 15. Luka tembak jarak dekat


(Sumber: http://www.forensicindia.com/
forensic_pictures/contact_incomplete
_burn.jpg)

c. Jarak sedang (1 inci-2 kaki)


Luka ini berbentuk bulat, bagian tengah berupa lubang, bagian tepinya
dikelilingi cincin lecet akibat kurang elastisnya kulit dibanding jaringan di
bawahnya, diameter cincin lecet sedikit lebih kecil dari diameter anak
peluru, terdapat tato, dan rambut di sekitarnya terbakar. 27

Gambar 16. Luka


sedang

tembak jarak
(Sumber: http://web.uni-plovdiv.bg/
stu1104541018/docs/res/emergency_
medicine_atlas/Ch.17.htm)

d. Jarak jauh (> 2 kaki)

27

Anonim, Emergency Medicine, 2004, diunduh dari http://web.uni-plovdiv.bg/stu11045410


18/docs/res/emergency_medicine_atlas/Ch.17.htm

23

Luka ini berbentuk bulat, bagian tengah berupa lubang, bagian tepinya
dikelilingi oleh cincin lecet, diameter cincin lecet sedikit lebih kecil dari
diameter anak peluru dan tidak ditemukan produk dari ledakan mesiu.
Gambar 17. Luka tembak jarak jauh

(Sumber: http://web.uni-plovdiv.bg/
stu1104541018/docs/res /
emergency_ medicine_atlas/Ch.17.htm)

BALISTIK FORENSIK
Balistik forensik adalah cabang ilmu balistik yang mempelajari berbagai
macam pemeriksaan atas anak peluru dari suatu tembakan untuk memastikan
senjata mana yang telah digunakan.28 Pengetahuan ilmu balistik bagi dokter
berguna untuk melakukan pemeriksaan dan membuat interpretasi mengenai luka
tembak secara benar. Terdapat beberapa pemeriksaan yang berperan dalam balistik
forensik seperti pemeriksaan radiologi untuk mengetahui informasi dari anak
peluru suatu luka tembak, pemeriksaan kimiawi untuk mendetekesi residu mesiu
dan unsur logam dari anak peluru dan pemeriksaan mikroskopis untuk memeriksa
jaringan yang rusak akibat luka tembak.

Pemeriksaan Radiologi

28

Loc.Cit. Sofwan Dahlan, Ilmu Kedokteran Forensik, Badan Penerbit Universitas Dipenegoro,
2007, Semarang, Hal. 93

24

Pemeriksaan radiologi X-ray sangat berperan penting untuk evaluasi dari


luka tembak. Pemeriksaan X-ray biasanya dilakukan sebelum otopsi dengan dua
bidang pemeriksaan yaitu anteroposterior dan lateral. Pemeriksaan X-ray sangat
bermanfaat karena:
a. Membantu melihat apakah anak peluru atau bagiannya masih berada di
dalam tubuh
b. Untuk mengidentifikasi tipe dari amunisi atau senjata
Radiografi dapat memberikan petunjuk dari tipe senjata yang digunakan,
contohnya amunisi dengan kecepatan tinggi dapat meninggalkan gambaran
radiografi lead snowstorm karena pecahan anak peluru yang luas. Pada
umumnya, anak peluru dengan kecepatan yang tinggi lebih menyebabkan
kerusakan jaringan daripada yang berkecepatan lambat. Ahli patologi
forensik mengukur berat dan kaliber untuk menentukan jenis senjata
dengan lebih akurat.29

Gambar 18. Gambaran lead snowstrom


(Sumber: B.G. Brogdon, Forensic Radiology,
1998, New York)

c. Untuk mengetahui lokasi anak peluru


Penggunaan radiologi dalam menentukan

lokasi

peluru

dapat

mengefektifkan waktu yang digunakan dalam melakukan autopsi. Pada


pemeriksaan radiologi tandem bullet injury, walaupun luka tembak masuk
hanya satu, pada pemeriksaan radiologi dapat ditemukan dua peluru.

29

B.G. Brogdon, Forensic Radiology, 1998, New York.

25

Gambar 19. Gambaran anak peluru pada


sinus frontalis kanan(Sumber: B.G. Brogdon,
Forensic Radiology, 1998, New York)

d. Untuk mengetahui lokasi dari pecahan kecil anak peluru yang tertinggal di
tubuh
Peluru yang digunakan pada senjata dapat dibungkus oleh jaket utuh atau
parsial jaket. Saat memasuki tubuh, bagian inti peluru dapat terpisah dari
jaket yang melapisinya. Informasi penting yang didapatkan pada
pemeriksaan ini adalah adanya cooper jaket pada tubuh pasien.
e. Untuk mengetahui kerusakan tulang akibat peluru
Ketika peluru mengenai tulang, fragmen atau partikel metal yang kecil
sering diidentifikasi pada jaringan tubuh. Fragmen atau partikel ini
mengidentifikasikan adanya peluru yang kemungkinan tidak berjaket atau
memiliki jaket parsial. Peluru yang memiliki jaket utuh dapat meremukkan
dan memecah tulang menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan sedikit
meninggalkan fragmen atau partikel metal.

26

f. Membantu menentukan apakah luka tembak disebabkan karena bunuh diri


atau pembunuhan
Sebagian besar luka tembak akibat bunuh diri berupa satu luka yang
ditembakkan pada bagian kanan tubuh (pada sebagian besar right-handed
people). Luka bunuh diri pada daerah dekat dan sekitar mata sangat jarang
ditemui. Luka tembak yang multipel sangat sedikit menunjukkan luka
bunuh diri, luka multipel cenderung mengarah ke luka tembak akibat
pembunuhan.
g. Membantu menentukan migrasi peluru dan penyumbatan peluru pada
pembuluh darah
Peluru yang mengenai tubuh pada umumnya akan memasuki tubuh seperti
garis lurus kecuali pada peluru yang mengenai tulang. Peluru dapat
berpindah ketempat yang lebih jauh apabila memasuki sistem vaskular,
respirasi dan saluran gastrointestinal.30
Pemeriksaan Kimiawi
Tes Parafin
Uji tradisional yang amat terkenal adalah tes Paraffin (tes Gonzalez), yang
menggunakan parafin cair untuk mengambil residu dari tangan dan kemudian
menambahkannya dengan diphenylamine. Cairan paraffin 55C, dituangkan di
atas kulit yang akan diperiksa (dibendung dengan karton) atau mencelupkan
selembar kain kasa ke dalam paraffin cair dan sementara masih mencair, kasa tadi
dibalutkan pada kulit yang akan diperiksa. Sesudah parafin membeku, kasa
diangkat dan ditetesi dengan reagen diphenylamine atau diphenilbenzidine. Bila
ada nitrat, nitrit atau bahan oksidasi lain akan terjadi perubahan warna menjadi
biru.
Tes parafin tersebut merupakan tes yang tidak spesifik, sebab hanya
mendeteksi adanya nitrat dan nitrit saja. Sejumlah besar zat selain residu mesiu
mengandung nitrat dan nitrit, oleh karena itu, juga memproduksi reaksi positif.

30

Stefan Pollak dan Pekka J Saukko, Gunshot Wound, New York, 2006, hal 1-19

27

Satu studi menyimpulkan bahwa reaksi positif yang dihasilkan oleh tembakau
atau abu tembakau, pupuk, obat-obatan, tanaman polongan dan urin.31

Tes Harrison & Gilroy


Menggunakan kasa yang telah dibasahi dengan asam klorida. Bedanya
dengan tes parafin adalah bahwa tes yang terakhir ini untuk mendeteksi adanya
unsur logam merkuri, antimony, barium atau timah hitam. Tentu harus
diperhitungkan apakah pekerjaannya berkaitan dengan logam-logam tersebut.32
Neuron Activation Analysis (NAA)
Analisis Aktivasi Neuron dan Atomic Absorption Spectrometry telah dibuktikan
membantu dalam: 33
a. Identifikasi lubang di pakaian, jaringan, kayu dan lain-lain sebagai lubang
peluru dengan adanya Pb, Sb, Ba, Co
b. Menentukan jarak tembakan dengan menentukan konsentrasi dari antimony
sekitar lubang/luka tembak
c. Menentukan asal anak peluru dari konsentrasi Pb, antimony, Arsen, Coper dan
Perak dalam campuran logam peluru
d. Menentukan apakah seseorang telah menembakkan suatu senjata atau tidak
dengan deteksi ada tidaknya Pb, antimony dan barium pada tangan.
Atomic Aborption Spectrometry (AAS)
Spektrometri

merupakan

suatu

metode

analisis

kuantitatif

yang

pengukurannya berdasarkan banyaknya radiasi yang dihasilkan atau yang diserap


oleh spesi atom atau molekul analit. Salah satu bagian dari spektrometri ialah
Spektrometri Serapan Atom yang merupakan metode analisis unsure secara

31

Ayu Susiyanthi dan Ida Bagus Putu Alit, Peran Radiologi Forensik Dalam Mengidentifikasi
Luka Tembak, Universtas Udayana, 2013, Bali, Hal 10-11.
32
Saverio Fransisco Romolo, Identification of Gunshot Residue: A Critical Review, Forensic
Science International , 2012, Hal. 195-211
33
Paul C. Gianelli, Gunshot Residue Tests. Faculty Publication, School of Law Case, Western
Reserve University, 1991, Hal. 539-540

28

kuantitatif yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang


gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas. 34

Pemeriksaan Mikroskopis
Perubahan yang tampak pada luka tembak masuk diakibatkan oleh dua
faktor, yaitu trauma mekanis dari peluru dan trauma termis akibat panas dari
pembakaran mesiu. Pada pemeriksaan mikroskop luka tembak tempel dan luka
tembak jarak dekat akan diperoleh kompresi epitel dimana di sekitar luka tampak
epitel yang normal dan yang mengalami kompresi, elongasi, dan menjadi pipihnya
sel-sel epidermal serta elongasi dari inti sel. Pada sel epidermis tepi luka juga
akan mengalami distorsi yang dapat bercampur dengan butir-butir mesiu. Epitel
luka juga tampak mengalami nekrosis koagulatif, epitel sembab, serta vakuolisasi
sel-sel basal. Panas yang dihasilkan dari pembakaran mesiu akan memperlihatkan
jaringan kolagen menyatu dengan pewarnaa HE dan akan lebih banyak
mengambil warna biru (basofilik staining). Pada luka akan tampak perdarahan
yang masih baru dalam epidermis dan adanya butir-butir mesiu. Sel-sel pada
dermis akan mengalami beberapa perubahan yakni intinya mengkerut, vakuolisasi
dan pignotik.
Pada pemeriksaan mikroskopis akan terlihat butir-butir mesiu yang tampak
sebagai benda tidak beraturan, berwarna hitam atau hitam kecoklatan. Pada luka
tembak tempel hard contact, permukaan kulit sekitar luka tidak terdapat mesiu
atau hanya sedikit sekali butir-butir mesiu, butir-butir mesiu akan tampak banyak
pada lapisan bawah, khususnya disepanjang tepi saluran luka. Sedangkan pada
luka tembak tempel soft contact butir-butir mesiu akan terdapat pada
permukaan kulit dan jaringan dibawah kulit. Pemeriksaan mikroskopis pada luka
tembak jarak dekat akan ditemukan adanya butir-butir mesiu terutama terdapat
pada permukaan kulit dan hanya sedikit yang ditemukan pada lapisan-lapisan
kulit.35
34

Jamaludin Al Anshori, Spektrometri Serapan Atom, Panitia Penyelenggara Pelatihan


Instrumentasi Analisa Kimia UNiversitas Padjajaran, 2005, Hal. 2

29

KONTEKS KEMATIAN AKIBAT LUKA TEMBAK


Konteks Kematian Luka Tembak Akibat Bunuh diri
Jarak tembak menentukan jenis luka yang terjadi. Pada umumnya luka
tembak tempel atau kontak adalah merupakan perbuatan bunuh diri. Dalam bunuh
diri, target yang disukai adalah sesuai urutan yaitu kepala, dada dan perut. Jika
didapatkan jarak tembak yang lebih besar dari panjang lengan korban, maka kasus
tersebut bukan kasus bunuh diri.
Pada kematian akibat senjata api, seseorang akan mencoba untuk membuat
bunuh diri tampak seperti sebuah kecelakaan yaitu dengan gun cleaning accident
dan hunting accident.Pada gun cleaning accident, seseorang yang ditemukan mati
dan terdapat luka tembak dengan peralatan pembersih pistol yang terletak rapi di
sebelah orang tersebut. Seseorang tidak meletakkan pistolnya berlawanan dengan
kepala atau dada dan menarik picu jika mencoba untuk membersihkan senjatanya.
Pada hunting accident, seseorang pergi berburu dan selanjutnya ditemukan dalam
keadaan mati dengan adanya luka tembak.
Ciri-ciri bunuh diri dengan menggunakan senjata adalah sebagai berikut:
1. Biasanya menggunakan pistol atau revolver
Jika menggunakan senjata laras panjang, biasanya cara menarik picu adalah
dengan menggunakan alat bantu (batang kayu atau tali) atau dengan
menggunakan jari kaki.
2. Senjata tergeletak di dekatnya atau kadang-kadang masih dalam keadaan
digenggam. Apabila ditemukan di tempat yang agak jauh, selalu harus
dipikirkan

kemungkinannya

dapat

melangkah

sejauh

itu

dengan

memperhitungkan organ yang terkena.


3. Sering terapat cadaveric spasm dengan senjata masih tetap dalam keadaan
tergenggam erat. Cadaveric spasme ini terjadinya amat erat hubungannya

35

R. Garcia and A. P. Baez, Atomic Absorption Spectrometry (AAS), Centro de Ciencias de


Atmosfera, Universidad Nacional Autonoma de Mexico, Ciudad Unversitaria, 2012, Mexico City,
Hal. 2.

30

dengan emosi hingga tidak dapat dibuat secara artifisial, misalnya untuk
menutupi kasus pembunuhan agar terlihat seperti kasus bunuh diri.

4. Sasarannya di daerah tertentu yang mematikan.


Jika menggunakan pistol atau revolver, daerah yang dipilih biasanya pelipis
kanan (untuk right handed), pelipis kiri (untuk left handed), dahi, langit-langit
mulut atau bawah mulut.
5. Jarak tembak tempel paling sering, sedangkan jarak tembak sangat dekat
jarang sekali.
Handgun merupakan senjata yang lebih banyak digunakan dalam kasus
bunuh diri dibanding rifle ataupun shotgun. Kebanyakan luka tembak bunuh diri
adalah luka tembak dari jarak tempel, tetapi ada juga yang dari jarak sedang
seperti pada luka tembak yang diautopsi oleh Bexar Country Medical Examiners
Office, terlihat anak peluru yang masuk ke permukaan dorsal lidah menuju kolum
vertebra memotong sumsum tulang. Tidak ditemukan adanya jelaga, tato mesiu
atau mesiu pada wajah, dalam mulut atau pada laring posterior, tetapi tato mesiu
terdapat pada pergelangan tangan.12 Untuk lebih memastikannya, perlu dilakukan
pemeriksaan pada tangan yang digunakan untuk menembak. Pemeriksaan ini
didasarkan pada asumsi bahwa sudah menembak, pasti ada residu dari mesiu yang
menempel. Tes tradisional yang amat terkenal adalah tes parafin (tes Gonzales),
yang menggunakan parafin cair untuk mengambil residu dari tangan dan
kemudian menambahkannya dengan diphenylamine.
Luka tembak pada persitiwa bunuh diri biasanya terletak pada pelipis,
jantung, mulut, tengah dahi, epigastrium yang ditembakkan dari jarak kontak
ataupun jarak dekat dan biasanya hanya terdapat satu luka. Mengambil
kesimpulan suatu luka tembak merupakan peristiwa diri harus berhati-hati jika
letaknya tidak lazim dan harus dicocokkan dengan faktor-faktor lain yang
menunjang cara kematian bunuh diri. Sebelum ditemukan bukti-bukti kuat bahwa
korban bunuh diri selalu harus dianggap sebagai suatu tindak kejahatan.

31

Bunuh diri dengan memilih tempat dalam mulut biasanya ditemukan tanda-tanda
seperti:
- Luka tembak kontak pada 1/3 posterior palatum
- Puncak kepala hancur
- Lidah tidak ikut terluka
Cara yang biasa dilakukan:
- Ujung laras ditempelkan pada kulit dengan satu tangan menarik alat penarik
senjata
- Adakalanya tangan yang lain memegang laras supaya tidak bergerak dan tidak
miring
Sasarannya:
- Daerah temporal
- Dahi sampai occiput
- Dalam mulut, telinga, wajah dibawah dagu dengan arah yang menuju otak.36
Pada orang yang bunuh diri dengan memakai senjata laras panjang
biasanya dipilih tempat di bawah dagu setengah bagian atas leher karena lebih
mudah untuk menstabilisasi moncong laras di tempat itu. Picu ditarik dengan jari
kaki atau dengan tali yang diikat pada picu. Beberapa orang yang bunuh diri lebih
sering memegangi ujung laras untuk mesntabiliasi terhadap kulit, sehingga
mungkin dapat ditemukan bekas asap dan mesiu pada tangan korban. Keadaan ini
dapat juga ditemukan pada korban pembunuhan yang memegang laras senjata
dalam usaha untuk pembelaan diri.
Konteks Kematian Luka Tembak Akibat Kecelakaan

36

Windi,
Traumatologi
Forensik,
2006,
diunduh
di
com/traumatologie2/traumatologi.htm. pada tanggal 07 Desember 2014

http://www.freewebs.

32

Kecelakaan senjata api biasanya terjadi akibat kurang hati-hatinya


memegang senjata, pada anak-anak, pemburu dan pemabuk. Lokalisasi dan jarak
tembakan dapat bervariasi. Kecelakan senjata api juga terjadi pada yang
bersangkutan ketika sedang membersihkan senjata. Pada kasus tersebut sering kali
gambarannya menyerupai peristiwa bunuh diri. Kecelakaan juga dapat terjadi
dengan melibatkan pihak lain, misalnya salah sasaran ketika berburu. Dalam hal
ini, bentuk lukanya biasanya menggambarkan luka tembak jarak jauh. Pada
banyak kasus, hal-hal mengenai terjadinya kematian dan pemeriksaan di tempat
kejadian perkara sangat membantu.
Terdapat beberapa cara untuk mencegah terjadinnya kecelakaan luka
tembak, antara lain:
1.
2.
3.
4.

Tempat penyimpanan senjata api yang aman


Pelatihan penggunaan dan penyimpanan senjata api secara tepat
Memperbaiki keamanan dari senjata api
Pengaturan dari tata cara berburu

Konteks Kematian Luka Tembak Akibat Pembunuhan


Luka tembak pada peristiwa pembunuhan dapat pada sebarang tempat
pada tubuh dan dari jarak tembak yang bervariasi. Jika senjata tidak ditemukan di
dekatnya atau bentuk lukanya tidak menggambarkan jarak tempel atau jarak
sangat dekat, maka patut dicurigai sebagai kasus pembunuhan. Namun, harus
dipahami bahwa tidak selalu luka tembak tempel merupakan peristiwa bunuh diri.
Pembunuhan juga sering dilakukan dengan menggunakan jarak tempel, misalnya
pada tengkuk atau daerah di telinga samping.
Luka tembak di daerah muka, punggung dan tempat lain yang tak
terjangkau harus dianggap sebagai pembunuhan sampai kemungkinan kecelakaan
dapat dikesampingkan. Meskipun kebanyakan luka tembak pada pembunuhan
adalah luka tembak jarak jauh, luka tembak jarak dekat dan bahkan luka tembak
kontak dapat juga suatu pembunuhan. Ini dapat menimbulkan kesulitan/dugaan
bunuh diri.
Kepentingan deskripsi medikolegal yang adekuat dari luka senjata
api bergantung pada besarnya potensi seorang korban meninggal. Jika korban

33

masih hidup, deskripsi singkat dan tidak terlalu detail. Dokter mempunyai
tanggung jawab yang utama untuk memberikan penatalaksanaan gawat darurat.
Membersihkan

luka,

membuka

dan

mengeksplorasi,

debridement

dan

menutupnya, kemudian membalut adalah bagian penting dari merawat pasien bagi
dokter. Penggambaran luka secara detail akan dilakukan nanti, setelah semua
kondisi gawat darurat dapat disingkirkan. Oleh karena singkatnya waktu yang
dimiliki untuk mempelajari medikolegal, seringkali dokter merasa tidak
mempunyai kewajiban untuk mendeskripskan luka secara detail.
Pada korban mati, tidak ada tuntutan dalam mengatasi gawat darurat.
Meskipun demikian, tubuhnya dapat saja sudah mengalami perubahan akibat
penanganan gawat darurat dari pihak lain. Sebagai tambahan, tubuh bisa berubah
akibat perlakuan orang-orang yang mempersiapkan tubuhnya untuk dikirimkan
kepada pihak yang bertanggung jawab untuk menerimanya. Di lain pihak, tubuh
mungkin sudah dibersihkan, bahkan sudah disiapkan untuk penguburan, luka
sudah ditutup dengan lilin atau material lain. Penting untuk mengetahui siapa dan
apa yang telah dikerjakannya terhadap tubuh korban, untuk mengetahui gambaran
luka.
Efek gas, bubuk mesiu, dan anak peluru terhadap target dapat digunakan
dalam keilmuan forensik untuk memperkirakan jarak target dari tembakan
dilepaskan. Perkiraan tersebut memiliki kepentingan sebagai berikut : untuk
membuktikan atau menyangkal tuntutan; untuk menyatakan atau menyingkirkan
kemungkinan bunuh diri; membantu menilai ciri alami luka akibat kecelakaan.
Meski kisaran jarak tembak tidak dapat dinilai dengan ketajaman absolut, luka
tembak dapat diklasifikasikan sebagai luka tembak jarak dekat, sedang, dan jauh.37

37

Pounder D.J., Department of Forensic Medicine, University of Dundee, Lecture Note, Gunshot
Wounds, diunduh di http://www.dundee.ac.uk/forensicmedicine/notes/gunshot.pdf pada tanggal
15 Desember 2014.

34

Perbedaan Ciri-Ciri Konteks Luka Tembak


Secara Perbedaan Aspek Temuan pada cedera Bunuh diri, Kecelakaan dan
Pembunuhan:38
Tabel 2. Perbedaan Aspek Temuan pada cedera Bunuh diri, Kecelakaan dan
Pembunuhan
Aspek
Jumlah Luka
Letak Luka

Jenis Luka
Arah Luka
Tingkat
Keparahan
Luka Lainnya

Bunuh Diri
Banyak
Pada daerah yang
mudah dijangkau
misalnya bagian
depan dan samping
tubuh, seperti leher,
pergelangan tangan,
lipat paha, dada dan
lain-lain
Biasanya luka potong
atau rusak
Dari kiri dan kanan
dan dari atas ke
bawah
Biasa tidak pernah

Pembunuhan
Banyak
Bagian tubuh vital,
misalnya kepala,
dada dan abdomen

Kecelakaan
Satu atau banyak
Dimana saja
biasanya bagian
tubuh yang
menonjol

Luka tusuk,
laserasi
Tidak tentu

Abrasi, memar,
laserasi
Tidak tentu

Paling parah

Tidak ada

Mungkin ada
karena ada
perlawanan
Biasanya rusak

Tingkat keparahan
bervariasi
Berjaitan dengan
kecelakaan

Pakaian

Tidak rusak

Alat yang
menyebabkan
Luka

Terdapat di sekitar
tubuh korban, dalam
genggaman

38

Tidak ada

Rusak dan terkena


kotoran
Ada

Chadha DR. P. Vijaya, Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan Toksikologi, Edisi V, Widya
Medika, 1995, Jakarta.

35

PENULISAN VISUM ET REPERTUM PADA KASUS LUKA TEMBAK


Kepentingan medikolegal deskripsi yang adekuat dari luka senjata api bergantung
pada besarnya potensi seorang korban meninggal. Penggambaran luka secara
detail akan dilakukan nanti, setelah semua kondisi gawat darurat dapat
disingkirkan. Deskripsi luka yang minimal untuk pasien hidup terdiri dari:
1. Lokasi luka
2. Ukuran dan bentuk defek
3. Lingkaran abrasi
4. Lipatan kulit yang utuh dan robek
5. Bubuk hitam sisa tembakan, jika ada
6. Tato, jika ada
7. Bagian yang ditembus/dilewati
8. Titik hitam atau tanda penyembuhan akibat bedah pengeluaran benda asing
dan susunannya
Meskipun demikian, tubuh korban yang mati dapat saja sudah mengalami
perubahan akibat penanganan gawat darurat dari pihak lain. Sebagai tambahan,
tubuh bisa berubah akibat perlakuan orang-orang yang mempersiapkan tubuhnya
untuk dikirimkan kepada pihak yang bertanggung jawab untuk menerimanya. Di
lain pihak, tubuh mungkin sudah dibersihkan, bahkan sudah disiapkan untuk
penguburan, luka sudah ditutup dengan lilin atau material lain. Penting untuk
mengetahui siapa dan apa yang telah dikerjakannya terhadap tubuh korban, untuk
mengetahui gambaran luka.
Efek gas, bubuk mesiu, dan anak peluru terhadap target dapat digunakan dalam
keilmuan forensik untuk memperkirakan jarak target dari tembakan dilepaskan.
Perkiraan tersebut memiliki kepentingan sebagai beriku : untuk membuktikan atau
menyangkal tuntutan; untuk menyatakan atau menyingkirkan kemungkinan bunuh
diri, membantu menilai ciri alami luka akibat kecelakaan. Meski kisaran jarak
tembak tidak dapat dinilai dengan ketajaman absolut, luka tembak dapat
diklasifikasikan sebagai luka tembak jarak kontak, dekat, sedang dan jauh.

36

Penggunaan senjata tanpa alur, luka tembak dekat akan memperoleh informasi
tentang sudut tembakan karena adanya ilmu ukur, serta ada tidaknya kelim jelaga.
Luka tembak yang tepat akan membentuk lubang yang sirkuler serta perubahan
warna pada kulit, jika sudut penembakan oblik akan mengakibatkan luka tembak
berbentuk elips, panjang luka dihubungkan dengan pengurangan sudut tembak.
Senapan akan memproduksi lebih sedikit kotoran, kecuali jika jarak dekat.
Petunjuk ini berguna untuk pembanding dengan shotgun. Luka tembak yang
disebabkan shotgun dengan sudut oblique akan membentuk luka seperti anak
tangga. Jaringan juga berperan serta dalam perubahan gambaran luka karena
adanya kontraksi otot.
Petunjuk lain yang penting untuk menginterpretasikan, yaitu:
1.
2.

Jika peluru mengenai lapisan keras tulang atau organ, dimana akan
dialihkan arah keluarnya dan lintasan peluru yang terbentuk.
Posisi tubuh korban secepatnya dinilai.
Telah dikatakan bahwa, pada saat penembakan ada pada sudut yang benar
dari permukaan tubuh, bentuk dari luka akan simetrris dan lingkaran.
Tembakan senjata api dengan Sallow Cone akan melewati setiap bagian
tubuh tapi pada bagian permukaan tangensial tubuh. Posisi yang paling sering
ditemukan kemungkinan pada samping dada, dibawah axilla. Jika lengan
dinaikkan tidak akan ikut terkena, sebaliknya akan terlihat luka pada dinding
dada, dan bagian sisi dalam lengan atas. Daerah lainnya adalah bagian
samping wajah, dimana jika terkena tembakan, bagian wajah tersebut akan
terkoyak dan kemungkinan telinga akan ikut terkoyak.

Pada dada meskipun penetrasi tembakan minimal kerusakan berat pada pleura dan
paru dapat terjadi, dan kematian dapat terjadi karena hematothorak dengan atau
tanpa luka laserasi atau memar pada paru. Ketika bagian kepala terkena,
menghancurkan tulang tengkorak atau wajah dan dapat terjadi kerusakan
intrakranial, meskipun peluru logam tidak menembus kranium. Senapan juga
dapat menyebabkan luka tangensial.

37

Luka tembak masuk :


Pada pemeriksaan ditemukan luka.
Jumlahnya

: Satu

Lokasinya

: Di dada kiri, pusat luka empat sentimeter sebelah kiri dari garis
tengah tubuh, tiga sentimeter di atas garis khayal mendatar yang
melewati kedua puting susu dan setinggi seratus dua puluh
delapan sentimeter dari tumit.

Bentuknya

: Terdiri atas dua bagian yaitu bagian luar berupa cincin lecet
dan bagian dalam berupa lubang berbentuk seperti bintang.
Letak lubang terhadap cincin lecet konsentris

Ukurannya

: Diameter cincin lecet satu sentimeter dan diameter lubang nol


koma tujuh millimeter

Sifatnya

: Garis batas luar dari cincin lecet berbentuk teratur, tepi tidak
rata. Garis batas lubang berbentuk teratur, tepi tidak rata, tebing
luka tidak rata, terdiri dari kulit, jaringan ikat, otot dan tulang.
Dasar luka sulit ditentukan pada pemeriksaan luar sebab
menembus tulang. Bagian kulit mengarah ke dalam. Di sekitar
luka terdapat memar berbentuk sirkuler berwarna merah
kebiruan, tatoase dan jelaga.

38

Luka tembak keluar:


Pada pemeriksaan ditemukan luka:
Jumlahnya

: Satu

Lokasinya

: Di punggung kiri atas, pusat luka tiga sentimeter di sebelah kiri


dari garis tengah tubuh, empat sentimeter di atas garis khayal
mendatar yang melewati kedua tulang belikat dan setinggi
seratus tiga puluh sentimeter dari tumit

Bentuknya

: Terdiri dari dua bagian, bagian luar berupa cincin lecet dan
bagian dalam berupa lubang berbentuk bundar.

Ukurannya

: Diameter cincin lecet satu koma dua sentimeter dan diameter


lubang nol koma sembilan millimeter.

Sifatnya

: Garis batas luar dari cincin lecet berbentuk teratur, tepi tidak
rata. Garis batas lubang berbentuk teratur, tepi tidak rata, tebing
luka tidak rata, terdiri dari kulit, jaringan ikat, otot dan tulang.
Dasar luka sulit ditentukan pada pemeriksaan luar sebab
menembus tulang. Bagian kulit mengarah ke luar.

39

DAFTAR PUSTAKA

Algozi

Agus M, Luka Tembak diunduh dari www.fk.uwks.ac.id/elib/


Arsip/Departemen/Forensik/luka%20tembak.pdf
pada
tanggal
20
Desember 2014.

Amri Amir, Ilmu Kedokteran Forensik Edisi 2 , Ramadhan, 2011,


Medan.
Anonim, Emergency Medicine, 2004, diunduh dari http://web.uniplovdiv.bg/stu1104541018/docs/res/emergency_medicine_atlas/Ch.17.htm
Anonim, Gunshot wound, 2011, diunduh dari www. Forensicindia.com/forensicpictures/gunshotwound.htm.
Anonim, http:// web.uni plovdiv.bg/stu1104541018/docs/res/emergency_medicine
_atlas/Ch.17. htm diakses pada tanggal 20 Desember 2014.
Anonim,
http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/gunshot+wound.htm
diakses pada tanggal 20 Desember 2014.
Ashari Irwan. Luka Tembak, diunduh dari http://www.irwanashari.com/lukatembak/, pada tanggal 20 Desember 2014.
Ayu Susiyanthi dan Ida Bagus Putu Alit, Peran Radiologi Forensik Dalam
Mengidentifikasi Luka Tembak, Universtas Udayana, 2013, Bali, Hal 1011.

40

B.G. Brogdon, Forensic Radiology, 1998, New York.


Brian Kevin, Gun & Ammunition, ABDO Publishing Company, 1980, USA, Hal.
8-9.
Chadha DR. P. Vijaya, Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan Toksikologi, Edisi V,
Widya Medika, 1995, Jakarta.
Edward Hueske, Firearms and Tool Mark The Forensic Laboratory Handbooks,
Practice and Resource, 2006.
Indrayana NS dan Kartika DR, Pemeriksaan Medikolegal Luka Tembak,
Kumpulan Makalah Ilmu Kedokteran Forensik, 1984, Surabaya.
Indrayana NS dan Kartika DR, Pemeriksaan Medikolegal Luka Tembak,
Kumpulan Makalah Ilmu Kedokteran Forensik, 1984, Surabaya.
Jamaludin Al Anshori, Spektrometri Serapan Atom, Panitia Penyelenggara
Pelatihan Instrumentasi Analisa Kimia Universitas Padjajaran, 2005, Hal.
2.
Jorma, J, Wound Ballistic Simulation : Assesment of The Legitimacy of Law
Enforcement Firearms Ammunition by Means of Wound Ballistics
Simulation, The Second Department of Surgery, University of Helsinki,
2005. Grant Cunningham, Gun Digest: Shooters Guide to Handguns,
F+W Media, Inc, 2012, USA, Hal. 67-68.
Komisi Kepolisian Indonesia, Laporan Kontras Penembakan dan Penggunaan
Senjata
Api
yang
Digunakan
dalam
Kekerasan,
2013,
(http://www.kontras.org/)
Malcolm J. Dodd, Terminal Ballistics : A Text and Atlas of Gunshot Wounds, CRC
Press, 2006, United States.
Paul C. Gianelli, Gunshot Residue Tests. Faculty Publication, School of Law
Case, Western Reserve University, 1991, Hal. 539-540.
Peraturan Pengganti Undang-Undang No. 20 Tahun 1960.
Pounder D.J., Department of Forensic Medicine, University of Dundee, Lecture
Note,
Gunshot
Wounds, diunduh
di
http://www.dundee.ac.uk/forensicmedicine/notes/gunshot.pdf pada tanggal
15 Desember 2014.
Priyo, Kasus Salah Tembak Yang
(http://www.jpnn.com/read
/2012/12/
Renggut-49-Nyawa-)

Dilakukan Anggota Polri, 2012.


26/151843/37-Kasus-Salah-Tembak-

41

R. Garcia dan A. P. Baez, Atomic Absorption Spectrometry (AAS), Centro de


Ciencias de Atmosfera, Universidad Nacional Autonoma de Mexico,
Ciudad Unversitaria, 2012, Mexico City, Hal. 2.
Randall R. Skelton, A Survey of the Forensic Sciences, 2011, USA, Hal. 147.
Saverio Fransisco Romolo, Identification of Gunshot Residue: A Critical Review,
Forensic Science International , 2012, Hal. 195-211.
Setiyono, Menghadapi Kasus Pidana, Raih Asa Sukses, 2010, Jakarta, Hal. 112.
Sofwan Dahlan, Ilmu Kedokteran Forensik, Badan Penerbit Universitas
Dipenegoro, 2007, Semarang, Hal. 93.
Sofwan Dahlan, Petunjuk Praktikum Pembuatan Visum et Repertum, Universitas
Diponegoro, 2003, Semarang.
Stefan Pollak dan Pekka J Saukko, Gunshot Wound, New York, 2006, Hal. 1-19.
Summy HP, Ilmu Kedokteran Forensik untuk Kepentingan Penyidikan, Rayyana
Komunikasindo, 2014, Jakarta, Hal. 154.
Surat Keputusan Kapolri No. Pol . 82/ II/ 2004 tentang Buku Petunjuk
Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian Senjata Api Non Organik
TNI/POLRI.
Undang Undang Nomor 8 tahun 1948 tentang Pendaftaran dan Pemberian Izin
Pemakaian Senjata Api.
Undang-undang Darurat Nomor 12 tahun 1951 tentang Mengubah Ordonantie
Tijdelijke Byzondere Straf Bepalingen.
Undang-Undang Kepolisian No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
V. S. Pugachev, Theory of Random Function and Its Application to Control
Problems, Pergamon Press, 1965, Oxford, Hal. 3.
Vincent J, Gunshot Wounds: Practical Aspects of Firearms, Ballistics, and
Forensic Techniques, Edisi Ke-2, CRC Press LLC, 1999.
Windi,

Traumatologi Forensik, 2006, diunduh di http://www.freewebs.


com/traumatologie2/traumatologi.htm. pada tanggal 07 Desember 2014.

Anda mungkin juga menyukai