PENDAHULUAN
Trauma berupa luka akibat tembakan merupakan jenis luka yang kini
banyak ditemukan. Jumlah kasus penganiayaan atau kekerasan dengan senjata api
terus meningkat dimana terdapat 402 kasus kekerasan dengan senjata api
sepanjang tahun tahun 2011 hingga 2013, dimana pada tahun 2011 sebanyak 62
kejadian, tahun 2012 sebanyak 172 kejadian dan tahun 2013 sebanyak 168
kejadian. Senjata yang paling sering digunakan dalam penembakan adalah jenis
laras panjang (105 kasus) dan pistol (113 kasus). 1 Berdasarkan laporan dari World
Health Organization (WHO), kasus kematian akibat trauma tembak memiliki
konteks peristiwa penyebab luka yang berbeda diantaranya adalah bunuh diri
(42%), pembunuhan (38%) dan perang atau konflik persenjataan sipil maupun
militer (26%).2 Selain itu juga terdapat 37 kasus salah tembak yang juga terjadi di
Kalimantan Barat pada tahun 2012.3
Selain menjelaskan jenis dan arah tembakan serta posisi korban terhadap
senjata, luka akibat tembakan juga memberikan informasi kemungkinan konteks
kematian apakah itu bunuh diri, pembunuhan ataupun kecelakaan, sehingga dapat
menunjang pelaksananaan kegiatan penyelidikan atau penyidikan dan penentuan
akhir jenis kematian.
Kasus penembakan membutuhkan tindak lanjut yang sesuai baik berupa
proses penyidikan maupun penanganan luka itu sendiri. Tindak lanjut tersebut
harus dipertimbangkan dari berbagai aspek salah satunya aspek medikolegal.
Sudut pandang medikolegal khusus pada luka tembak juga berdasarkan pada bukti
yang dikumpulkan dan rekam medis yang dokter dapatkan dari ahli forensik dan
penyidik. Selain itu, sebagian besar kasus luka tembak diperiksa oleh dokter
1
Komisi Kepolisian Indonesia, Laporan Kontras Penembakan dan Penggunaan Senjata Api
yang Digunakan dalam Kekerasan, 2013, ( http://www.kontras.org/)
2
Amri Amir, Ilmu Kedokteran Forensik Edisi 2 ,Ramadhan. 2011. Medan.
3
Priyo, Kasus Salah Tembak Yang Dilakukan Anggota Polri, 2012. (http://www.jpnn.com/read /
2012/12/ 26/151843/37-Kasus-Salah-Tembak -Renggut-49-Nyawa-)
selain dokter forensik karena terbatasnya jumlah dokter forensik. Oleh karena itu
penting memberikan pemahaman medikolegal yang harus diketahui juga oleh
kalangan lain terutama di daerah yang jauh dari perkotaan.
Penguasaan aspek medikolegal pada luka tembak harus dipahami dengan
baik oleh setiap orang terutama dokter dan penyidik yang juga mengahdapi suatu
perkara penembakan. Sudut pandang medikolegal bagi dokter penting untuk
memberi pengertian bahwa perannya tidak hanya untuk mendiagnosis atau
mencatat rekam medis pasien luka tembak, tetapi juga meninjau hukum yang
berkaitan dengan luka tembak yang diperiksa. Pada pembahasan berikut ini akan
diuraikan bagaimana aspek medikolegal dari kasus luka tembak mulai dari
pembahasan dasar hukum luka tembak, ilmu balistik (persenjataan), traumatologi
dan konteks kematian akibat luka tembak seperti bunuh diri, kecelakaan maupun
tindak pembunuhan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Undang Undang Nomor 8 tahun 1948 tentang Pendaftaran dan Pemberian Izin Pemakaian
Senjata Api
Perpu Nomor 20 tahun 1960 tentang Kewenangan Perizinan menurut UndangUndang Senjata Api.5
Prosedur untuk mengajukan izin kepemilikan senjata api diajukan kepada
pihak kepolisian yang tercantum di dalam Pasal 15 ayat 2 UU Kepolisian No. 2
Tahun 2002 bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan
peraturan perundang-undangan lainnya berwenang memberikan izin dan
melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan senjata tajam. 6
Permohonan dapat diajukan kepada Kapolda (untuk penggunaan di satu wilayah
polda) atau Kapolri (untuk penggunaan di lebih dari satu wilayah polda) disertai
syarat kelengkapan seperti batas usia, surat keterangan dokter terkait dengan
kesehatan jasmani, rohani dan psikologis. Kartu ijin yang dikeluarkan oleh pihak
kepolisian memiliki batas waktu berlaku 5 tahun.7
Berdasarkan Perpu Nomor 20 tahun 1960, terdapat persyaratanpersyaratan utama yang harus dilalui oleh pejabat baik secara perseorangan
maupun swasta untuk bisa memiliki dan menggunakan senjata api. Pemohon ijin
kepemilikan senjata api juga harus memenuhi syarat medis dan psikologis. Syarat
medis yaitu calon pengguna harus sehat jasmani, tidak cacat fisik, penglihatan
normal dan syarat-syarat lain berdasarkan pemeriksaan dokter. Syarat psikologis
yaitu tidak mudah gugup, panik, emosional, marah, tidak psikopat. Pemenuhan
syarat ini harus dibuktikan dengan hasil psikotes yang dilaksanakan oleh tim yang
ditunjuk Dinas Psikologi Mabes Polri.
Menurut SK KAPOLRI Nomor 82 Tahun 2004, syarat-syarat kepemilikan senjata
api adalah sebagai berikut: 8
1. Pemohon izin harus memiliki keterampilan menembak minimal kelas III.
Kemampuan ini harus dibuktikan dengan sertifikat yang dikeluarkan oleh
Institusi Pelatihan Menembak yang sudah mendapat izin Polri. Sertifikat itu
juga harus disahkan oleh pejabat Polri yang ditunjuk.
2. Harus berkelakuan baik dan belum pernah terlibat dalam suatu kasus tindak
pidana yang dibuktikan dengan SKCK
5
3.
4.
5.
6.
Harus lulus screening yang dilaksanakan Kadit IPP dan Subdit Pamwassendak
Usia pemohon harus sudah dewasa tetapi tidak melebihi usia 65 tahun
Harus memenuhi syarat medis
Harus memenuhi syarat psikologis.
Menurut Perpu Nomor 20 tahun 1960, ada empat golongan orang yang berhak
memperoleh izin kepemilikan senjata yaitu:
1. Pejabat swasta atau bank, mereka yang diperbolehkan memiliki senjata api
yaitu presiden direktur, presiden komisaris, komisaris, direktur utama, direktur
keuangan. Pejabat pemerintah, masing-masing Menteri, Ketua MPR/DPR,
Sekjen, Irjen, Dirjen dan Sekretaris Kabinet, demikian juga Gubernur, Wakil
Gubernur, Sekwilda, irwilprop, ketua DPRD-1 dan Anggota DPR/MPR
2. Jajaran TNI/Polri mereka yang diperbolehkan hanyalah perwira tinggi dan
perwira menengah dengan pangkat serendah-rendahnya Kolonel namun
memiliki tugas khusus. Purnawirawan TNI/Polri yang diperbolehkan hanyalah
perwira tinggi dan perwira menegah dengan pangkat terakhir Kolonel yang
memiliki jabatan penting di pemerintahan/ swasta.
dari 2 yaitu senjata api organik dan senjata api non-organik. Menurut Surat
Keputusan Kapolri No. Pol . 82/ II/ 2004, senjata api organik merupakan senjata
api yang diberikan izin kepemilikan kepada aparat penegak hukum, seperti TNI,
Polisi, Militer, Petugas Lapas, serta petugas-petugas keamanan lainnya, sedangkan
senjata api non-organik merupakan senjata api yang boleh diberikan izin
kepemilikan kepada masyarakat umum dalam rangka untuk membela diri, seperti
para pejabat pemerintahan, pengusaha, anggota dewan, serta anggota Perbakin
yang digunakan untuk olahraga menembak. Perbedaan antara senjata api organik
dan senjata api non-organik adalah terdapat pada klasifikasi kalibernya serta jenis
senjata apinya.
Warga sipil atau masyarakat umum yang menyalahgunakan senjata api
dapat dikenakan sanksi sebagaimana tertulis dalam
Undang-undang Darurat
mengangkut,
menyembunyikan,
mempergunakan
atau
mengeluarkan dari Indonesia sesuatu senjata api, amunisi atau sesuatu bahan
peledak, dihukum dengan hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup
atau hukuman penjara sementara setinggi-tingginya dua puluh tahun.
SEJARAH PERKEMBANGAN SENJATA API
Pada mulanya perkembangan senjata api yang dipakai berupa senjata api
lantakan (voor lader atau muzzle loader), disebut juga dengan bedil sundut.
Larasnya terdiri dari pipa, satu ujung ditutup dan diberi lubang kecil untuk sumbu.
Laras ini tidak beralur (smooth bore, glad loop). Cara menggunakan : mesiu
dituang melalui ujung laras yang terbuka dan dipadatkan, kemudian anak peluru
dimasukkan dan sumbu yang dinyalakan, maka mesiu akan meledak. Cara ini
hanya untuk sekali tembak, sehingga setiap kali akan menembak harus diulang
pekerjaan di atas.
9
Indrayana NS dan Kartika DR, Pemeriksaan Medikolegal Luka Tembak, Kumpulan Makalah
Ilmu Kedokteran Forensik, 1984, Surabaya, Hal. 56-57.
11
Ibid.
setelah ditembakkan terhadap bagian dari target yang menjadi sasaran sampai
anak peluru atau proyektil tersebut berhenti. Balistik forensik mempelajari
berbagai macam pemeriksaan atas selongsong atau anak peluru bekas dari suatu
tembakan guna memastikan senjata mana yang telah digunakannya.12
BALISTIK INTERIOR
Jenis Senjata
Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil peledakan mesiu,
dapat melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan tinggi melalui
larasnya. Proyektil yang dilepaskan dari suatu tembakan dapat tunggal, tunggal
berurutan secara otomatis maupun dalam jumlah tertentu bersama-sama.
Penggolongan jenis-jenis senjata dapat didasarkan pada beberapa hal, yaitu tenaga
pendorong/pelontar, cara menggunakannya dan bentuk permukaan dalam laras.
A. Jenis senjata berdasarkan tenaga pelontar
- Senjata Api
Senjata api merupakan jenis senjata yang menggunakan mesiu sebagai
sumber energi kinetiknya. Senjata api terdiri atas mesiu hitam dan
mesiu putih. Mesiu hitam terdiri dari belerang, arang dan sendawa.
Adapun ciri-ciri mesiu hitam adalah dapat menimbulkan asap banyak,
berwarna hitam, terdapat sisa-sisa pembakaran dan tenaga lontarnya
kurang kuat. Mesiu putih terdiri dari nitroselulosa saja dan
nitroselulosa dan nitrogliserin. Ciri-ciri mesiu putih adalah dapat
menimbulkan asap sedikit, menimbulkan sisa pembakaran yang sedikit
dan tenaga lontarnya lebih kuat. Senjata api dibagi menjadi beberapa
kategori yaitu pistol, senjata beralur, dan shotgun.13
12
Sofwan Dahlan, Ilmu Kedokteran Forensik , Universitas Diponegoro, 2007, Semarang, Hal.
93.
13
Edward Hueske, Firearms and Tool Mark The Forensic Laboratory Handbooks, Practice and
Resource, 2006.
Senjata Angin
Yaitu jenis senjata yang menggunakan kompresi udara atau cairan CO 2
sebagai sumber energi untuk melontarkan pelurunya. 16
Senapan
Senapan terdiri dari senapan berlaras lebih dari 22 inci dan senapan
berlaras kurang dari 22 inci. Cara menggunakan senjata ini adalah
dengan kedua tangan sambil memanfaatkan bahu.14
14
Malcolm J.Dodd, Terminal Ballistics : A Text and Atlas of Gunshot Wounds, CRC Press,
2006, United States.
10
Gambar 3. Senapan
(Sumber : Malcolm J.Dodd, Terminal Ballistics :
A Text and Atlas of Gunshot Wounds,
CRC Press, 2006, United States)
Keterangan Gambar :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
11
Gambar 4. Revolver
(Sumber : Malcolm J.Dodd, Terminal Ballistics :
A Text and Atlas of Gunshot Wounds,
CRC Press, 2006, United States)
Keterangan Gambar :
1. Hammer
2. Pengait Silinder
3. Pegangan
4. Pelatuk
5. Pelindung pelatuk
6. Silinder
7. Batang Laras
8. Laras
9. Ujung Laras
10. Pemincing (peninting) depan
11. Pemincing (peninting) belakang
Gambar 5. Pistol
(Sumber : Malcolm J.Dodd, Terminal Ballistics :
A Text and Atlas of Gunshot Wounds,
CRC Press, 2006, United States)
Keterangan Gambar :
1. Pemincing (peninting) belakang
2. Hammer
3. Alat pengancing
4. Pengunci slide
5. Pegangan
6. Magazine (katrid) peluru
7. Pelatuk
8. Pelindung Pelatuk
9. Ujung Laras
10. Pemincing (peninting) depan
11. Slide
12
B
B
15
Algozi
Agus
M,
Luka
Tembak
diunduh
dari
www.fk.uwks.ac.id/elib/
Arsip/Departemen/Forensik/luka%20tembak.pdf pada tanggal 20 Desember 2014.
16
13
Peluru
Sebuah senjata api akan menembakkan anak peluru. Anak peluru
merupakan salah satu bagian dari sebuah peluru (cartridge). Peluru memiliki 4
bagian utama, yakni anak peluru (bullet), selongsong (case), mesiu (gunpowder)
dan penggalak (primer). Selongsong akan melapis peluru di bagian luar, yang
biasanya terbuat dari bahan kuningan. Penggalak berada di dalam bagian dasar
peluru. Di atas penggalak, terdapat mesiu. Anak peluru terletak di puncak peluru.
Tampakan peluru dari handgun dapat dilihat pada gambar 7 (B).
Shotgun menggunakan shell sebagai lapisan terluar pelurunya. Shell mirip
dengan peluru, tetapi shell memilki 5 bagian, yakni butir peluru (shot
pellets/slug), plastik/kertas (wad), selongsong (case), mesiu (gunpowder) dan
penggalak (primer). Hal ini terlihat pada gambar 8.
Jika penarik senjata api (trigger) ditarik/ditekan ke dalam, maka bagian
firing pin dari senjata api akan tertarik ke depan dan bersentuhan dengan
penggalak (primer). Kemudian penggalak berkontak dengan mesiu. Terbakarnya
mesiu ini akan menyebabkan anak peluru keluar dari laras senjata api. Peluru yang
sudah ditinggal oleh anak peluru, akan keluar dari senjata api melalui bagian
chamber. Proses ini ditunjukkan pada gambar 9 (A) dan gambar 10.
Kebanyakan peluru bekerja seperti cara di atas, yang dinamakan centerfire
cartridge. Beberapa peluru lainnya bekerja dengan cara yang dinamakan rimfire
cartridge, dimana bagian penggalak dari pelurunya berada di sekitar dasar peluru.
Hal ini membuat fairing pin dapat berkontakan dengan peluru di seluruh bagian
14
dasar peluru, tidak hanya di tengah dasar peluru.17 Hal ini dapat dilihat pada
gambar 11.
Gambar 7. Bagian dalam senjata (A). Bagian dalam peluru handgun (B)
(Sumber: Brian Kevin, Gun & Ammunition,
ABDO Publishing Company, 1980, USA, Hal. 8-9)
17
Brian Kevin, Gun & Ammunition, ABDO Publishing Company, 1980, USA, Hal. 8-9.
15
16
Round nose bullet memiliki kecepatan yang sama baik saat di udara
maupun saat penetrasi ke target, lebih mudah masuk ke target dengan lebih dalam
dan tidak meninggalkan bekas luka yang besar karena bentuknya yang tidak
menghabiskan banyak energi saat berada di udara maupun target. Hollowpoint
bullet memiliki daya penetrasi yang tidak dalam, namun menimbulkan bekas luka
yang lebih besar. 18
Pistol dan revolver modern mempunyai dua macam anak peluru, yakni
solid metal bullet terbuat dari lead yang dicampur dengan tin atau antimony;
gabungan anak peluru terbuat dari kepala pada bagian tengahnya atau inti dengan
suatu mantel atau jacket pada bagian luarnya terbuat dari logam yang lebih keras,
seperti baja, cupro-nikel, copper-zink-nickel, copper-zink-alloy. Anak peluru ada
yang seluruhnya bermantel dan ada yang sebagian. Mantel atau jacket terdiri dari
logam yang lebih tebal pada bagian dasarnya tetapi menipis ke arah ujung. Anak
peluru shotgun terdiri dari dua macam, yakni anak peluru penabur besar (buck
shot, loper) dan anak peluru penabur kecil (bird shot, hagel). 19
Kaliber adalah ukuran dari sebuah anak peluru (bullet) yang diukur
berdasarkan diameternya. Di U.S., kaliber biasanya diukur dan ditampilkan dalam
hundredths of an inch ataupun thousandths of an inch. Sebuah anak peluru dengan
22 hundredths of an inch (.22) di diameternya disebut juga peluru berkaliber 22.
Di luar U.S., anak peluru berkaliber 22 disebut juga peluru berkaliber 5,6 mm.
18
Grant Cunningham, Gun Digest: Shooters Guide to Handguns, F+W Media, Inc, 2012,
USA, Hal. 67-68.
19
Vincent J, Gunshot Wounds: Practical Aspects of Firearms, Ballistics, and Forensic
Techniques, Edisi Ke-2, CRC Press LLC, 1999.
17
20
Randall R. Skelton, A Survey of the Forensic Sciences, 2011, USA, Hal. 147.
Jorma, J, Wound Ballistic Simulation : Assesment of The Legitimacy of Law Enforcement
Firearms Ammunition by Means of Wound Ballistics Simulation, The Second Department of
Surgery, University of Helsinki, 2005.
21
18
BALISTIK EKSTERIOR
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anak Peluru di Udara
Anak peluru yang ditembakkan oleh pistol ke udara memiliki kecepatan yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor: 22
a. Energi kinetik (Ek)/kecepatan awal anak peluru= MV2
b. Koefisien balistik
Suatu koefisien yang menunjukkan kemampuan anak peluru untuk
mengatasi resistensi udara
c. Tahanan udara dan gravitasi
Selain faktor-faktor di atas, karakteristik peluru juga mempengaruhi anak peluru
di udara seperti massa peluru, bentuk peluru, serta senjata yang digunakan.
BALISTIK TERMINAL
Luka Tembak
Luka Tembak adalah luka yang disebabkan oleh penetrasi anak peluru ke dalam
tubuh yang diproyeksikan lewat senjata api atau persentuhan peluru dengan
tubuh.23
Mekanisme Terjadinya Luka Tembak
Jika anak peluru mengenai tubuh, maka kelainan yang terjadi merupakan
resultan dari banyak faktor. Pada bagian tubuh tempat masuknya anak peluru,
bagian tubuh sebelah dalam serta pada bagian tubuh tempat keluarnya anak peluru
22
19
24
20
21
Gambaran luka
(Sumber:http://www.forensicindia.com/
forensic-pictures/contact_bullet_
forehead.jpg)
26
22
tembak jarak
(Sumber: http://web.uni-plovdiv.bg/
stu1104541018/docs/res/emergency_
medicine_atlas/Ch.17.htm)
27
23
Luka ini berbentuk bulat, bagian tengah berupa lubang, bagian tepinya
dikelilingi oleh cincin lecet, diameter cincin lecet sedikit lebih kecil dari
diameter anak peluru dan tidak ditemukan produk dari ledakan mesiu.
Gambar 17. Luka tembak jarak jauh
(Sumber: http://web.uni-plovdiv.bg/
stu1104541018/docs/res /
emergency_ medicine_atlas/Ch.17.htm)
BALISTIK FORENSIK
Balistik forensik adalah cabang ilmu balistik yang mempelajari berbagai
macam pemeriksaan atas anak peluru dari suatu tembakan untuk memastikan
senjata mana yang telah digunakan.28 Pengetahuan ilmu balistik bagi dokter
berguna untuk melakukan pemeriksaan dan membuat interpretasi mengenai luka
tembak secara benar. Terdapat beberapa pemeriksaan yang berperan dalam balistik
forensik seperti pemeriksaan radiologi untuk mengetahui informasi dari anak
peluru suatu luka tembak, pemeriksaan kimiawi untuk mendetekesi residu mesiu
dan unsur logam dari anak peluru dan pemeriksaan mikroskopis untuk memeriksa
jaringan yang rusak akibat luka tembak.
Pemeriksaan Radiologi
28
Loc.Cit. Sofwan Dahlan, Ilmu Kedokteran Forensik, Badan Penerbit Universitas Dipenegoro,
2007, Semarang, Hal. 93
24
lokasi
peluru
dapat
29
25
d. Untuk mengetahui lokasi dari pecahan kecil anak peluru yang tertinggal di
tubuh
Peluru yang digunakan pada senjata dapat dibungkus oleh jaket utuh atau
parsial jaket. Saat memasuki tubuh, bagian inti peluru dapat terpisah dari
jaket yang melapisinya. Informasi penting yang didapatkan pada
pemeriksaan ini adalah adanya cooper jaket pada tubuh pasien.
e. Untuk mengetahui kerusakan tulang akibat peluru
Ketika peluru mengenai tulang, fragmen atau partikel metal yang kecil
sering diidentifikasi pada jaringan tubuh. Fragmen atau partikel ini
mengidentifikasikan adanya peluru yang kemungkinan tidak berjaket atau
memiliki jaket parsial. Peluru yang memiliki jaket utuh dapat meremukkan
dan memecah tulang menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan sedikit
meninggalkan fragmen atau partikel metal.
26
30
Stefan Pollak dan Pekka J Saukko, Gunshot Wound, New York, 2006, hal 1-19
27
Satu studi menyimpulkan bahwa reaksi positif yang dihasilkan oleh tembakau
atau abu tembakau, pupuk, obat-obatan, tanaman polongan dan urin.31
merupakan
suatu
metode
analisis
kuantitatif
yang
31
Ayu Susiyanthi dan Ida Bagus Putu Alit, Peran Radiologi Forensik Dalam Mengidentifikasi
Luka Tembak, Universtas Udayana, 2013, Bali, Hal 10-11.
32
Saverio Fransisco Romolo, Identification of Gunshot Residue: A Critical Review, Forensic
Science International , 2012, Hal. 195-211
33
Paul C. Gianelli, Gunshot Residue Tests. Faculty Publication, School of Law Case, Western
Reserve University, 1991, Hal. 539-540
28
Pemeriksaan Mikroskopis
Perubahan yang tampak pada luka tembak masuk diakibatkan oleh dua
faktor, yaitu trauma mekanis dari peluru dan trauma termis akibat panas dari
pembakaran mesiu. Pada pemeriksaan mikroskop luka tembak tempel dan luka
tembak jarak dekat akan diperoleh kompresi epitel dimana di sekitar luka tampak
epitel yang normal dan yang mengalami kompresi, elongasi, dan menjadi pipihnya
sel-sel epidermal serta elongasi dari inti sel. Pada sel epidermis tepi luka juga
akan mengalami distorsi yang dapat bercampur dengan butir-butir mesiu. Epitel
luka juga tampak mengalami nekrosis koagulatif, epitel sembab, serta vakuolisasi
sel-sel basal. Panas yang dihasilkan dari pembakaran mesiu akan memperlihatkan
jaringan kolagen menyatu dengan pewarnaa HE dan akan lebih banyak
mengambil warna biru (basofilik staining). Pada luka akan tampak perdarahan
yang masih baru dalam epidermis dan adanya butir-butir mesiu. Sel-sel pada
dermis akan mengalami beberapa perubahan yakni intinya mengkerut, vakuolisasi
dan pignotik.
Pada pemeriksaan mikroskopis akan terlihat butir-butir mesiu yang tampak
sebagai benda tidak beraturan, berwarna hitam atau hitam kecoklatan. Pada luka
tembak tempel hard contact, permukaan kulit sekitar luka tidak terdapat mesiu
atau hanya sedikit sekali butir-butir mesiu, butir-butir mesiu akan tampak banyak
pada lapisan bawah, khususnya disepanjang tepi saluran luka. Sedangkan pada
luka tembak tempel soft contact butir-butir mesiu akan terdapat pada
permukaan kulit dan jaringan dibawah kulit. Pemeriksaan mikroskopis pada luka
tembak jarak dekat akan ditemukan adanya butir-butir mesiu terutama terdapat
pada permukaan kulit dan hanya sedikit yang ditemukan pada lapisan-lapisan
kulit.35
34
29
kemungkinannya
dapat
melangkah
sejauh
itu
dengan
35
30
dengan emosi hingga tidak dapat dibuat secara artifisial, misalnya untuk
menutupi kasus pembunuhan agar terlihat seperti kasus bunuh diri.
31
Bunuh diri dengan memilih tempat dalam mulut biasanya ditemukan tanda-tanda
seperti:
- Luka tembak kontak pada 1/3 posterior palatum
- Puncak kepala hancur
- Lidah tidak ikut terluka
Cara yang biasa dilakukan:
- Ujung laras ditempelkan pada kulit dengan satu tangan menarik alat penarik
senjata
- Adakalanya tangan yang lain memegang laras supaya tidak bergerak dan tidak
miring
Sasarannya:
- Daerah temporal
- Dahi sampai occiput
- Dalam mulut, telinga, wajah dibawah dagu dengan arah yang menuju otak.36
Pada orang yang bunuh diri dengan memakai senjata laras panjang
biasanya dipilih tempat di bawah dagu setengah bagian atas leher karena lebih
mudah untuk menstabilisasi moncong laras di tempat itu. Picu ditarik dengan jari
kaki atau dengan tali yang diikat pada picu. Beberapa orang yang bunuh diri lebih
sering memegangi ujung laras untuk mesntabiliasi terhadap kulit, sehingga
mungkin dapat ditemukan bekas asap dan mesiu pada tangan korban. Keadaan ini
dapat juga ditemukan pada korban pembunuhan yang memegang laras senjata
dalam usaha untuk pembelaan diri.
Konteks Kematian Luka Tembak Akibat Kecelakaan
36
Windi,
Traumatologi
Forensik,
2006,
diunduh
di
com/traumatologie2/traumatologi.htm. pada tanggal 07 Desember 2014
http://www.freewebs.
32
33
masih hidup, deskripsi singkat dan tidak terlalu detail. Dokter mempunyai
tanggung jawab yang utama untuk memberikan penatalaksanaan gawat darurat.
Membersihkan
luka,
membuka
dan
mengeksplorasi,
debridement
dan
menutupnya, kemudian membalut adalah bagian penting dari merawat pasien bagi
dokter. Penggambaran luka secara detail akan dilakukan nanti, setelah semua
kondisi gawat darurat dapat disingkirkan. Oleh karena singkatnya waktu yang
dimiliki untuk mempelajari medikolegal, seringkali dokter merasa tidak
mempunyai kewajiban untuk mendeskripskan luka secara detail.
Pada korban mati, tidak ada tuntutan dalam mengatasi gawat darurat.
Meskipun demikian, tubuhnya dapat saja sudah mengalami perubahan akibat
penanganan gawat darurat dari pihak lain. Sebagai tambahan, tubuh bisa berubah
akibat perlakuan orang-orang yang mempersiapkan tubuhnya untuk dikirimkan
kepada pihak yang bertanggung jawab untuk menerimanya. Di lain pihak, tubuh
mungkin sudah dibersihkan, bahkan sudah disiapkan untuk penguburan, luka
sudah ditutup dengan lilin atau material lain. Penting untuk mengetahui siapa dan
apa yang telah dikerjakannya terhadap tubuh korban, untuk mengetahui gambaran
luka.
Efek gas, bubuk mesiu, dan anak peluru terhadap target dapat digunakan
dalam keilmuan forensik untuk memperkirakan jarak target dari tembakan
dilepaskan. Perkiraan tersebut memiliki kepentingan sebagai berikut : untuk
membuktikan atau menyangkal tuntutan; untuk menyatakan atau menyingkirkan
kemungkinan bunuh diri; membantu menilai ciri alami luka akibat kecelakaan.
Meski kisaran jarak tembak tidak dapat dinilai dengan ketajaman absolut, luka
tembak dapat diklasifikasikan sebagai luka tembak jarak dekat, sedang, dan jauh.37
37
Pounder D.J., Department of Forensic Medicine, University of Dundee, Lecture Note, Gunshot
Wounds, diunduh di http://www.dundee.ac.uk/forensicmedicine/notes/gunshot.pdf pada tanggal
15 Desember 2014.
34
Jenis Luka
Arah Luka
Tingkat
Keparahan
Luka Lainnya
Bunuh Diri
Banyak
Pada daerah yang
mudah dijangkau
misalnya bagian
depan dan samping
tubuh, seperti leher,
pergelangan tangan,
lipat paha, dada dan
lain-lain
Biasanya luka potong
atau rusak
Dari kiri dan kanan
dan dari atas ke
bawah
Biasa tidak pernah
Pembunuhan
Banyak
Bagian tubuh vital,
misalnya kepala,
dada dan abdomen
Kecelakaan
Satu atau banyak
Dimana saja
biasanya bagian
tubuh yang
menonjol
Luka tusuk,
laserasi
Tidak tentu
Abrasi, memar,
laserasi
Tidak tentu
Paling parah
Tidak ada
Mungkin ada
karena ada
perlawanan
Biasanya rusak
Tingkat keparahan
bervariasi
Berjaitan dengan
kecelakaan
Pakaian
Tidak rusak
Alat yang
menyebabkan
Luka
Terdapat di sekitar
tubuh korban, dalam
genggaman
38
Tidak ada
Chadha DR. P. Vijaya, Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan Toksikologi, Edisi V, Widya
Medika, 1995, Jakarta.
35
36
Penggunaan senjata tanpa alur, luka tembak dekat akan memperoleh informasi
tentang sudut tembakan karena adanya ilmu ukur, serta ada tidaknya kelim jelaga.
Luka tembak yang tepat akan membentuk lubang yang sirkuler serta perubahan
warna pada kulit, jika sudut penembakan oblik akan mengakibatkan luka tembak
berbentuk elips, panjang luka dihubungkan dengan pengurangan sudut tembak.
Senapan akan memproduksi lebih sedikit kotoran, kecuali jika jarak dekat.
Petunjuk ini berguna untuk pembanding dengan shotgun. Luka tembak yang
disebabkan shotgun dengan sudut oblique akan membentuk luka seperti anak
tangga. Jaringan juga berperan serta dalam perubahan gambaran luka karena
adanya kontraksi otot.
Petunjuk lain yang penting untuk menginterpretasikan, yaitu:
1.
2.
Jika peluru mengenai lapisan keras tulang atau organ, dimana akan
dialihkan arah keluarnya dan lintasan peluru yang terbentuk.
Posisi tubuh korban secepatnya dinilai.
Telah dikatakan bahwa, pada saat penembakan ada pada sudut yang benar
dari permukaan tubuh, bentuk dari luka akan simetrris dan lingkaran.
Tembakan senjata api dengan Sallow Cone akan melewati setiap bagian
tubuh tapi pada bagian permukaan tangensial tubuh. Posisi yang paling sering
ditemukan kemungkinan pada samping dada, dibawah axilla. Jika lengan
dinaikkan tidak akan ikut terkena, sebaliknya akan terlihat luka pada dinding
dada, dan bagian sisi dalam lengan atas. Daerah lainnya adalah bagian
samping wajah, dimana jika terkena tembakan, bagian wajah tersebut akan
terkoyak dan kemungkinan telinga akan ikut terkoyak.
Pada dada meskipun penetrasi tembakan minimal kerusakan berat pada pleura dan
paru dapat terjadi, dan kematian dapat terjadi karena hematothorak dengan atau
tanpa luka laserasi atau memar pada paru. Ketika bagian kepala terkena,
menghancurkan tulang tengkorak atau wajah dan dapat terjadi kerusakan
intrakranial, meskipun peluru logam tidak menembus kranium. Senapan juga
dapat menyebabkan luka tangensial.
37
: Satu
Lokasinya
: Di dada kiri, pusat luka empat sentimeter sebelah kiri dari garis
tengah tubuh, tiga sentimeter di atas garis khayal mendatar yang
melewati kedua puting susu dan setinggi seratus dua puluh
delapan sentimeter dari tumit.
Bentuknya
: Terdiri atas dua bagian yaitu bagian luar berupa cincin lecet
dan bagian dalam berupa lubang berbentuk seperti bintang.
Letak lubang terhadap cincin lecet konsentris
Ukurannya
Sifatnya
: Garis batas luar dari cincin lecet berbentuk teratur, tepi tidak
rata. Garis batas lubang berbentuk teratur, tepi tidak rata, tebing
luka tidak rata, terdiri dari kulit, jaringan ikat, otot dan tulang.
Dasar luka sulit ditentukan pada pemeriksaan luar sebab
menembus tulang. Bagian kulit mengarah ke dalam. Di sekitar
luka terdapat memar berbentuk sirkuler berwarna merah
kebiruan, tatoase dan jelaga.
38
: Satu
Lokasinya
Bentuknya
: Terdiri dari dua bagian, bagian luar berupa cincin lecet dan
bagian dalam berupa lubang berbentuk bundar.
Ukurannya
Sifatnya
: Garis batas luar dari cincin lecet berbentuk teratur, tepi tidak
rata. Garis batas lubang berbentuk teratur, tepi tidak rata, tebing
luka tidak rata, terdiri dari kulit, jaringan ikat, otot dan tulang.
Dasar luka sulit ditentukan pada pemeriksaan luar sebab
menembus tulang. Bagian kulit mengarah ke luar.
39
DAFTAR PUSTAKA
Algozi
40
41