Lapkas Plasenta Previa
Lapkas Plasenta Previa
PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. R. M
Umur
: 37 tahun
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: IRT
Alamat
: Wanea Lingkungan I
Suku
: Minahasa
Bangsa
: Indonesia
Agama
: Islam
TTL
Nama suami
: Tn. T
Pendidikan suami
: SMP
Pekerjaan suami
: Swasta
MRS
: 21 Juli 2013
ANAMNESIS
Anamnesis Utama
Keluhan utama
penderita.
Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) biasa.
Anamnesis Kebidanan
Riwayat Kehamilan Sekarang
Penderita memiliki Riwayat muntah pada kehamilan muda. Penglihatan
tidak terganggu, pusing dan sakit kepala tidak ada. Kencing dan buang air besar
biasa. Keputihan tidak ada. Perdarahan sudah terjadi 6 jam yg lalu. Penderita
tidak mengisap rokok dan minum minuman beralkohol.
Pemeriksaan Antenatal (PAN)
Jumlah PAN selama kehamilan 6 kali di Puskesmas Ranotana oleh bidan.
ibu tidak memeriksa kandungan pada dr Spesialis. Suntikan Tetanus 2x
Riwayat Haid
Haid pertama dialami pada usia 15 tahun dengan siklus teratur dan
lamanya haid tiap siklus 3 hari. Hari pertama haid terakhir 6 November 2012 dan
taksiran tanggal partus 13 Agustus 2013.
Riwayat Keluarga
Penderita menikah 2 kali. Pernikahan ini sudah berlangsung 4 tahun
dengan jumlah anak 3 orang. Riwayat makrosomia (+)
Keluarga Berencana
Penderita tidak pernah mengunakan KB
Riwayat Kehamilan Terdahulu
1. 1997, laki-laki, SC, BBL 4500 gram, lahir di RS Datu Bangkang, dokter,
keadaan anak hidup.
2. 2009, laki-laki, spontak letak belakang kepala, BBL 3500 gram, lahir
dipuskesmas ranotana, Bidan, keadaan anak hidup.
3. 2011, perempuan, spontan letak belakang kepala, BBL 3500 gram, lahir di
puskesmas ranotana, Bidan, keadaan anak hidup.
4. 2013, Hamil ini
Penyakit atau Operasi Yang Pernah atau Sedang Dialami
Riwayat anemia, penyakit menular seksual, penyakit jantung rematik,
alergi, penyakit ginjal, tuberkulosis disangkal penderita. Sebelumnya penderita
pernah dioperasi dengan indikasi makrosomia pada tahun 1997.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik Umum
Status Praesens
- Keadaan Umum
: Cukup
- Kesadaran
: Compos Mentis
- Tekanan darah
: 100/70 mmHg
- Nadi
: 88 x/m
- Pernapasan
: 20 x/m
- Suhu badan
: 36,70C
Berat badan
: 47 kg
Tinggi badan
: 141 cm
Gizi
: kurang gizi
Kepala
Kepala berbentuk simetris. Kedua konjungtiva tidakanemis, kedua sklera
tidak ikterik. Telinga berbentuk normal dan tidak ada sekret yang keluar dari liang
telinga. Hidung berbentuk normal dengan kedua septum intak, tidak ada sekret
yang keluar dari hidung. Pada gigi tidak ditemukan adanya karies dentis.
Tenggorokan tidak hiperemis.
Leher
Tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar getah bening leher.
Dada
Bentuk simetris normal.
Jantung
Bunyi jantung I dan II normal, tidak terdengar bising jantung.
Paru-paru
Tidak ditemukan adanya ronki dan wheezing di kedua lapangan paru.
Abdomen
Hepar dan lien sukar dievaluasi
Alat kelamin
perempuan, tidak ada kelainan.
Anggota gerak
Tidak ditemukan adanya edema pada kedua kaki. Varises tidak ada.
Refleks
Refleks fisiologis positif normal. Tidak terdapat refleks patologis.
Kulit
Turgor normal.
Status Obstetri
PemeriksaanLuar
- Tinggi fundus uteri
: 30 cm
- Letak janin
: letak kepalapunggungkiri
- Detakjantung janin
: 12-11-12
- His
: jarang-jarang
Leukosit
: 12.800/mm3
Eritrosit
: 3,58/mm
Hb
: 9,3 g/dl
Hematokrit
: 28,7/mm3
Trombosit
: 387/mm3
KESIMPULAN SEMENTARA
G4P3A0, 37 tahun, hamil 36-37 minggu observasi inpartu.
Janin intrauterin tunggal hidup letak kepala + Plasenta Previatotalis + perdarahan
aktif.
Status obstetri
: TFU
: 30 cm
BJA
: 12-11-12
His
: jarang-jarang
TBBA
: 2790 gr
Perabaan fornices
Pemeriksaan USG
DIAGNOSIS SEMENTARA
G4P3A0, 37 tahun, hamil 36-37 minggu, observasi inpartu
Janin intrauterin tunggal hidup letak kepala + Plasenta Previatotalis + perdarahan
aktif.
PENGOBATAN/ SIKAP
- Konseling, Informed Consent
- Sedia donor, setuju operasi
- Cek Lab, USG, EKG
- Obs TNRS, His, BJJ
OBSERVASI PERSALINAN
Tanggal 22 Juli 2013
Jam 01.00 WITA
Pemeriksaan
10
Diagnosis
Sikap
: - Seksio Sesarea
-
Jam 01.00-02.00
Operasi
dimulai,
dilakukan
TransperitonealisProfunda
Sectio
(SCTP)
dengan
Caesarea
Spinal
: Operasi selesai.
N: 80 x/mnt
R: 24 x/mnt
11
S: 36,5C
12
sisa plasenta dan bekuan darah. Dilanjutkan dengan menjahit uterus lapis demi
lapis, dilanjutkan dengan sterilisasi pomeroy. Dinding abdomen dijahit lapis demi
lapis, peritoneum dijahit jelujur dengan cuttgut, otot dijahit simpul dengan plain
cuttgut 2/0. Fascia dijahit jelujur dengan safil 1. Lemak dijahit simpul dengan
plain cuttgut 2/0. Kulit dijahit subkutikuler dengan chromic cuttgut 2/0. Luka
operasi ditutup dengan kasa steril. Eksplorasi jalan lahir. Ibu dibersihkan dan
diistirahatkan. Operasi selesai.
KU post operasi :
Keadaan umum: cukup
T: 110/80 mmHg
N: 80 x/mnt
R: 20 x/mnt
S: 36,7
Leukosit
: 12.500/mm3
13
Eritrosit
: 3,05/mm
Hb
: 8,2 g/dl
Hematokrit
: 22,8%
Trombosit
: 374.000/mm
Pemeriksaan fisik
:KU: Cukup
Status Praesens
Status Puerpuralis
Kes: CM
Payudara
Abdomen
Diagnosis
Sikap
Pemeriksaan fisik
: KU: Cukup
Kes: CM
14
Status Praesens
Status Puerpuralis
Payudara
Abdomen
Diagnosis
Sikap
: (-)
Pemeriksaan fisik
: KU: Cukup
Status Praesens
Status Puerpuralis
Kes: CM
Payudara
Abdomen
Diagnosis
15
: (-)
Pemeriksaan fisik
: KU: Cukup
Status Praesens
Status Puerpuralis
Kes: CM
Payudara
Abdomen
Diagnosis
Sikap
16
BAB III
DISKUSI
Diagnosis
Penanganan
Komplikasi
Prognosis
1. DIAGNOSIS
Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang.
Pada anamnesa didapatkan adanya perdarahan dari jalan lahir pada usia
kehamilan aterm yang membawa penderita ke RSUP Malalayang untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut. Perdarahan dari jalan lahir dialami sejak
pukul 18.00 WITA (21Juli 2013). Keluar darah berwarna merah segar, tidak
disertai nyeri. Perdarahan tersebut terjadi tanpa sebab apapun.Pada penderita juga
17
terdapat riwayat perdarahan dari jalan lahir 2minggu yang lalu, tetapi hanya
sedikit kemudian berhenti.
Gejala yang paling menonjol pada plasenta previa adalah perdarahan
uterus keluar melalui vagina, berwarna merah segar, tanpa rasa nyeri. Perdarahan
biasanya terjadi pada triwulan akhir saat segmen bawah rahim telah terbentuk dan
mulai melebar serta menipis. Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan
berhenti sendiri. Perdarahan kembali terjadi tanpa suatu sebab yang jelas setelah
beberapa waktu kemudian, terjadi berulang. Pada setiap pengulangan terjadi
perdarahan yang lebih banyak dari sebelumnya.1
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan
mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah
rahim, tapak plasenta akan terjadi pelepasan. Sebagaimana telah diketahui, tapak
plasenta terbentuk dari jaringan maternal, yaitu bagian desidua basalis yang
bertumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi
segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi disitu sedikit banyak
akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua sebagai tapak plasenta.
Demikian pula pada waktu serviks mendatar (effacement) dan membuka
(dilatation) ada bagian tapak plasenta yang lepas. Pada tempat laserasi itu akan
terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal. Perdarahan akan terhenti
karena terjadi pembekuan kecuali jika ada laserasi yang mengenai sinus yang
besar dari plasenta maka perdarahan akan berlangsung lebih banyak dan lebih
lama. Oleh karena pembentukan segmen bawah rahim itu akan berlangsung
progresif dan bertahap, maka laserasi baru akan mengulang kejadian perdarahan.1
18
Pada pemeriksaan fisik pasien ini status praesens dalam batas normal.
Status obstetric pada pasien ini adalah TFU 30 cm, sesuai umur kehamilan, letak
janin letak kepala belum masuk pintu atas panggul puki, BJA (+) 12-11-12, His
jarang-jarang, pergerakan janin (+), TBBA 2790 gram.
Besar uterus yang sesuai usia kehamilan membantu menyingkirkan sebabsebab perdarahan yang lain seperti mioma uteri, abortus ataupun mola hidatidosa.
Turunnya bagian terbawah janin ke dalam pintu atas panggul akan
terhalang karena adanya plasenta di bagian bawah uterus. Pada pemeriksaan luar,
bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul, apabila letak
kepala, biasanya kepala masih goyang atau mengolak diatas pintu atas panggul.1,3
Pada pemeriksaan dengan inspekulo pada pasien ini tampak bekuan darah
pada jalan lahir 25 cc, ostium tertutup, perdarahan aktif (+).Pemeriksaan ini
bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium uteri
eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina. Apabila perdarahan berasal dari
ostium uteri eksternum adannya plasenta previa harus dicurigai.3
Untuk penentuan lokasi plasenta dapat dilakukan secara tidak langsung
dengan radioisotop dan ultrasonografi. Sedangkan penentuan lokasi plasenta
secara langsung, yaitu dengan meraba secara langsung plasenta melalui kanalis
servikalis. Akan tetapi pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat
menimbulkan perdarahan yang hebat. Oleh karena itu pemeriksaan hanya dapat
dilakukan di atas meja operasi. Pemeriksaan dilakukan secara hati-hati dan
lembut. Jari jangan langsung masuk ke dalam kanalis servikalis, tetapi raba dulu
bantalan antara jari dan kepala janin pada forniks (anterior dan posterior).
Perlahan-lahan jari digerakkan menuju pembukaan serviks untuk meraba jaringan
19
20
21
4. PROGNOSIS
Prognosis terhadap ibu adalah dubia ad bonam karena keadaan ibu pre
operasi, durante dan post operasi baik, tanpa adanya komplikasi yang mempersulit
dan membahayakan keadaan ibu. Prognosis pada bayi adalah dubia ad bonam,
pada hari ke-3 bayi mendapat asi dari ibunyadan tidak ditemukan adanya
komplikasi dan kelainan pada bayi.
22
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Diagnosis plasenta previa pada kasus ini ditegakkan
sudah tepat sesuai indikasi adanya perdarahan aktif, usia kehamilan sudah
aterm, ditambah pada hasil USG pada pasien ini adalah plasenta implantasi
di segmen bawah rahim meluas hingga menutupi seluruh OUI.
Prognosis pada kasus ini untuk ibu dan anaknya adalah
o
dubia ad bonam.
SARAN
o
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Saifudin, A. B., Rachimhadhi, Trijatmo., Wiknjosastro, G. H (ed). 2008. Ilmu
kebidanan Sarwono Prawirohardjo Edisi Keempat. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 495 503
2. National Collaborating Centre for Womens and Childrens Health. 2005.
Antenatal care routine care for the healthy pregnant woman: Placenta Praevia.
London: RCOG Press at the Royal College of Obstetricians and
Gynaecologists.
3. Urganci, I. G., Cromwell, D. A., Edozien, L. C., et al. 2011. Research Artikel:
Risk of placenta previa in second birth after first birth cesarean section: a
population-based study and meta-analysis. BMC Pregnancy and Childbirth
4. Majalah kesehatan. 2011. Plasenta Previa: Bila Plasenta Menutupi Jalan Lahir.
Diunduh tanggal 17 Mei 2013 (http://majalahkesehatan.com/plasenta-previabila-plasenta-menutupi-jalan-lahir/)
5. Leveno, K. J., Cunningham, F.G., Gant N. F., et al. Obstetri Williams Paduan
Ringkas Edisi 21: Plasenta Previa. Jakarta: EGC; 425 431
6. Abdat, A.U. 2010. Skripsi: Hubungan Antara Paritas Ibu Dengan Kejadian
Plasenta Previa di Rumah Sakit dr. Moewardi Surakarta. Surakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
7. Hanafiah, T. M. 2004. Plasenta Previa. Bagian Obstetri Dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
24