Anda di halaman 1dari 28

[Type text]

STATUS PSIKIATRI
1. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ibu M

Jenis Kelamin : Perempuan


Umur

: 28 tahun

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMEA

Pekerjaan

: Tidak bekerja

Bangsa/suku

: Indonesia/Jawa

Alamat

: kretek, Bantul

No. RM

: 365814

Tanggal masuk rumah sakit : 15 agustus 2012


2. ALLOANAMNESIS

Diperoleh dari

Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Pekerjaan
Pendidikan
Hubungan

Ibu HS
63 tahun
Perempuan
Kretek, Bantul
Buruh tano
SD kelas V
Ibu
Sejak pasien masih dalam

Bapak Y
35 tahun
Laki-laki
Kretek,Bantul
Buruh bangunan
SMEA
Tetangga

Lama Kenal
Sifat Perkenalan
Tempat
Wawancara

26 tahun

kandungan
Dekat

Dekat
Warung dekat rumah

Rumah pasien

pasien

2.1. Sebab Dibawa ke Rumah Sakit (Keluhan Utama)


Pasien datang ke rumah sakit karena obat habis dan ingin meminta
obat.

[Type text]

2.2. Riwayat Perjalanan Penyakit (Riwayat Penyakit Sekarang)


Alloanamnesis 1
Pada tahun 1996 pasien diajak kakak perempuannya ke Bengkulu,
untuk mencari pekerjaan tetapi ternyata dibohongin justru di sana menjadi
pembantu yang mengasuh anak kakaknya. Ibu W tinggal selama 3 tahun di
bengkulu.
Sebelumnya ibu W memiliki badan yang agak gemuk, tetapi setelah
ikut kakaknya di bengkulu ibu W menjadi sangat kurus. Menurut ibu
pasien, ibu W seperti orang yang menyimpan beban, ibu W menjadi sering
marah marah dan sering mendengar bisikan - bisikan, ketika bisikan itu
dilawan justru bertambah keras.
Pada tahun 2008 merupakan puncak dimana, ibu W marah marah ke
tetangga atau tiap kali ada orang yang lewat di depan rumah, lalu di
lempar batu, menrut ibu pasien, ibu W melempar batu karena ada yang
menyuruhnya.
Lalu pada tahun ini ibu W berhasil diajak berobat ke RS Grasia yang
akhirnya harus opname disana selama 1 bulan. Saat ini kondisi iBU W
sudah membaik, sudah bisa di ajak sosialisasi dan sudah tidak marah marah lagi, hanya masih sering mendengar bisikan - bisikan serta melihat
bayangan.
Alloanamnesis 2
Ibu W adalah seorang buruh di kerajinan kulit sebelum ibu W diajak
kakak kedua nya ke bengkulu untuk mencari pekerjaan pada tahun 1993,
tetapi ternyata dibohongin oleh kakak nya. Di Bengkulu ibu W hanya
diminta untuk mengasuh anak anak dari kakak nya tersebut. Setiap kali
ibu W akan pergi keluar rumah atau untuk mencari pekerjaan selalu
dilarang oleh kakaknya. Menurut kakak ipar ibu W, ibu W merasa sangat
tertekan saat di Bengkulu, karena seperti di penjara di dalam rumah
kakaknya, bahkan ketika ibu W meminta pulang ke kampung dilarang oleh

[Type text]

kakaknya karena alasan tidak ada yang membanu mengasuh anak


anaknya.
Ibu W sering dibentak bentak dan mendapat perlakuan yang tidak
baik seperti saat ibu W terjatuh dan kepalanya bengkak dan terluka, ibu W
hanya dibawa ke tukang pijit saja, hingga akhirnya ibu W merasa takut saat
ada orang bertamu ke rumahnya. Ibu W menjadi tertekan dan mulai
mendengar suara suara yang mirip dengan suara kakaknya. Ibu W juga
sering merasa di datangi oleh bayangan. Ibu W mencoba melawan suara
suara tersebut tetapi ketika ibu W mencoba melawan dengan cara shalat
atau berkomunikasi dengan orang lain, suara itu jusru makin keras.
Hingga pada akhirnya tahun 1999 ibu W dipulangkan oleh kakak nya
karena menurut kakaknya ibu W tidak mau makan, saat dipulangkan
kondisi ibu W sangat kurus. Dan tampak seperti orang yang tertekan, lalu
di periksakan ke bagian saraf RS PKU Bantul dan diberi obat untuk rawat
jalan.
Pada tahun 2003 ibu W menikah, tetapi pernikahan ini hanya bertahan
sampai tahun 2005 karena pada tahun 2004 ibu W tiba tiba sakit, leher
nya kaku, lidah menjulur tidak bisa dimasukkan dan mulut mencong ke
kanan, yang akhirnya ibu W harus opname di RS PKU Bantul selama 7
hari, melihat keadaan seperti ini ibu W lalu diceraikan oleh suaminya,
tetapi ibu W dapat menerima keadaan.
Pada tahun 2008 keadaan ibu W makin parah, ibu W suka marah
marah dan melempar batu kepada tiap orang yang lewat di depan
rumahnya, jika ada tetangga yang sedang berkumpul, ibu W merasa para
tetangga itu sedang membicarakan ibu W. Selain itu, ibu W merasa dikejar
kejar oleh seseorang, tetapi yang mengejar itu sudah meninggal. Lalu
pada akhirnya ibu W berhasil dibujuk untuk berobat di RS Grasia dan
rawat inap disini selama 1 bulan.
Setelah pulang dari RS Grasia ibu W berobat rutin di RSPS karena
terlalu jauh jika harus ke RS Grasia, ibu W tidak pernah putus obat.
Kondisi ibu W makin lama makin membaik. Saat ini ibu W sudah jauh
lebih baik, ibu W sudah bisa bersosialisasi, tidak marah marah lagi

[Type text]

meskipun ibu W mengaku masih sering mendengar bisikan bisikan dan


terkadang masih melihat bayangan bayangan.
Kegiatan ibu W sehari hari saat ini adalah membantu membuat tempe
yang nanti di jual oleh ibunya.
2.3. Anamnesis Sistem (Keluhan Fisik dan Dampak terhadap Fungsi Sosial
dan Kemandirian)
Sistem Saraf

: nyeri kepala (-), demam (-)

Sistem Kardiovaskular : nyeri dada (-), edem kaki (-), jantung berdebar
debar (-)
Sistem Respirasi

: sesak nafas (-), batuk (-), pilek(-)

Sistem Digestiva

: BAB normal, mual (-), muntah (-), diare (-), sulit


makan (-), Sakit perut (-)

Sistem Urogenital

: BAK normal

Sistem Integumentum : warna biru pada kuku (-), gatal pada kulit (-), birubiru (-)
Sistem Muskuloskeletal : edema (-), nyeri sendi (-), bengkak sendi (-), nyeri
otot (-), kelemahan otot (-).
Secara organik, terdapat kelainan di sistem saraf, sistem
kardivaskuler dan sistem respirasi. Tetapi tidak terdapat hambatan dalam
fungsi sosial dan kemandirian. Secara sosial, saat ini ibu M sudah bisa
bergaul dengan lingkungan sekitar, walaupun masih terbatas.

2.4. Grafik Perjalanan Penyakit


Gejala Klinis

[Type text]

Mental Health Line/Time


2002 2003 2004 2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

Fungsi Peran

2.5. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit dan Riwayat Penyakit Dahulu


2.5.1. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit
Faktor Organik
Panas, kejang, dan trauma fisik sebelum mengalami gangguan di
sangkal oleh narasumber.
Faktor Psikososial (Stressor Psikososial)
Pasien merasa tertekan dan stres karena ditipu oleh pacarnya,
dibohongi dan hanya dimanfaatkan.
Faktor Predisposisi
Penyakit herediter disangkal oleh narasumber.
Faktor Presipitasi
Dari penuturan alloanamnesis ibu pasien, pasien mengalami
kelainan sejak pasien kerja dijakarta dan ditipu oelh seorang laki-laki.
Sejak saat itu pasien mulai memperlihatkan gejala gejala gangguan jiwa
seperti takut kepada orang yang berkunjung, suka marah marah,
mendengar bisikan bisikan dan melihat bayangan.

2.5.2. Riwayat Penyakit Dahulu

[Type text]

Riwayat Penyakit Serupa Sebelumnya


Sebelumnya pasien belum pernah mengalami penyakit serupa
Riwayat Sakit Berat/Opname
- Alloanamnesis 1
Pernah dirawat di RSJ. Grasia 90 hari
Pernah dirawat di puri nirmala 2 minggu
2.6. Riwayat Keluarga
2.6.1. Pola Asuh Keluarga
o Alloanamnesis 1
Pasien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Keluarga
memiliki pola asuh yang cukup baik. Setiap kali menentukan pendapat selalu
dibicarakan terlebuh dahulu. Akan tetapi, pasien jarang bercerita tentang
masalahnya. Ibu pasien mengatakan bahwa tidak ada perilaku keras atau kasar
yang diberikan oleh keluarga kepada anak-anak termasuk pasien.
o Alloanamnesis 2
Pasien merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara dimana keluarga
mengasuh anak anaknya termasuk pasien selalu membicarakan jika ada
masalah.
2.6.2. Riwayat Penyakit Keluarga
Dari hasil alloanamnesis dengan ibu dan tetangga pasien, beliau
mengatakan keluarga tidak ada yang memiliki kelainan serupa dengan pasien.

2.6.3. Silsilah Keluarga


Dari hasil alloanamnesis dengan ibu , kami hanya dapat informasi
silsilah keluarga mulai dari orang tua mereka bukan dimulai dari kakek nenek.

[Type text]

Radang tenggorokan

Keterangan :
-

: pasien

2.7. Riwayat Pribadi


2.7.1. Riwayat Kelahiran
Ibu pasien mengatakan tidak ada masalah selama mrngndung ny, M.
Pasien lahir dengan dibantu dukun, pasien lahir normal tanpa kelainan. Ketika
lahir bayi menangis spontan dan tidak terlihat biru. Ibu pasien tidak mengingat
tentang riwayat penyakit Ny.M
2.7.2. Latar Belakang Perkembangan Mental
Menurut pengakuan ibu pasien, perkembangan mental pasien sejak
kecil sama dengan teman-teman sebayanya yang berada di sekitar tempat
tinggal mereka, jadi kemungkinan Ny. M tidak mengalami keterbelakangan
mental. Sifat Ny. M sejak kecil adalah orang yang sedikit pemalu, tidak terlalu
menunjukkan eksresi senangnya.
2.7.3.

Perkembangan Awal

[Type text]

Seingat ibu pasien anaknya mulai tengkurap mulai umur 4 bulan,


berjalan sejak umur 1 tahun dan bicara sejak umur 15 bulan. Pasien
minum ASI sampai umur 12 bulan. Pasien masih mengompol smpai
umur 4 tahun. Saat berumur 2 tahun pasien mau berbagi mainan
dengan adik dan temannya, bermain di tempat tetangganya. Tumbuh
kembang seperti anak-anak pada umumnya.
2.7.4. Riwayat Pendidikan
SD

: lulus dengan baik, tinggal kelas di kelas 4

SLTP

: lulus dengan baik

SMEA

: lulus dengan baik

2.7.5. Riwayat Pekerjaan :


Setelah lulus sekolah SMEA, Ny. M bekerja sebagai pelayan
sebuah toko besar di jogjakarta. Setelah itu pasien sempat bekerja
sebagai buruh karyawan kaos tangan di jakarta. Saat ini Ny. M hanya
dirumah membantu orang tua saja.
2.7.6. Riwayat Perkembangan Seksual
Seingat pasien dan ibu pasien, pasien mengalami menstruasi kelas 1
SMP. Pasien mulai tertarik dengan lawan jenis sejak kelas 6 SD
dengan teman sekelasnya.
2.7.7. Sikap dan Kegiatan Moral Spiritual
Agama Islam
Tidak menjalankan sholat maupun puasa
Kecenderungan ke arah fanatisme agama disangkal
2.7.8. Riwayat Perkawinan :
Belom pernah menikah

[Type text]

2.7.9. Riwayat

Kehidupan

Emosional

(Riwayat

Kepribadian

Premorbid)
Pendiam
Tidak pernah marah-marah
Cenderung tertutup.

2.7.10. Hubungan Sosial


Menurut penjelasan dari ibu pasien hubungan sosial Ny. M dengan
teman-temannya pada saat di bangku sekolah baik. Begitu juga hubungan
pasien dengan tetangga tempat tinggal juga baik. Dulu sebelum sakit, pasien
sering ikut acara arisan dan ikut acara-acara dikampungya. Tetapi setelah
pasien sakit, pasien jarang pergi keluar rumah, arisan atau ikut acara-acara
lainnya. Pasien hanya keluar rumah untuk pergi kewarung saja.
2.7.11. Kebiasaan
Ibu pasien mengatakan bahwa sebelum pasien mengalami
gangguan jiwa, pasien biasa saja (pendiam, dan tidak suka marah-marah)
namun sejak pasien pulang dari jakarta pasien jadi seperti orang tertekan.
Menurut ibu pasien, pasien tidak pernah merokok, tidak minum alkohol,
tetapi pasien suka meminum jamu keliling. Menurut tetangga, kebiasaan
pasien dulu baik, tak suka marah. Namun setelah sakit, pasien jadi sering
bicara sendiri, murung.
2.7.12. Status Sosial Ekonomi :
Keluarga Ny.M bisa dibilang merupakan keluarga yang kurang
mampu. Sumber penghidupannya didapat dari uang hasil kerja orang tua
yang hanya buruh tani di sawah tetangganya. Rumah pasien terdiri dari 3
kamar tidur, satu kamar mandi diluar rumah, satu ruang tamu, dan satu dapur
serta ruang makan. Dinding terbuat dari tembok, lntai hanya dari semen saja,
atap rumah belo eternit masih genteng merah saja. Rumah tampak kotor,
banyak debu.

[Type text]

2.7.13. Riwayat Khusus


Pengalaman militer (-)
Urusan dengan polisi (-)
2.8. Tingkat Kepercayaan Alloanamnesis
Alloanamnesis 1 : dapat dipercaya
Alloanamnesis 2 : dapat dipercaya
2.9. Kesimpulan Alloanamnesis
Sejak Ny. M tinggal di jakarta, Ny. M mulai berperilaku tidak
seperti biasanya, beliau sering menangis, berdiam diri, mendengar bisikan
bisikan, meliha bayangan dan merasa takut saat ada orang yang berkunjung
ke rumah Ny. W
Pada tahun 2003 ibu W menikah, tetapi pernikahan ini hanya bertahan
sampai tahun 2005 karena pada tahun 2004 ibu W tiba tiba sakit, leher
nya kaku, lidah menjulur tidak bisa dimasukkan dan mulut mencong ke
kanan, yang akhirnya ibu W harus opname di RS PKU Bantul selama 7
hari, melihat keadaan seperti ini ibu W lalu diceraikan oleh suaminya,
tetapi ibu W dapat menerima keadaan.
Pada tahun 2008 keadaan ibu W makin parah, ibu W suka marah
marah dan melempar batu kepada tiap orang yang lewat di depan
rumahnya, jika ada tetangga yang sedang berkumpul, ibu W merasa para
tetangga itu sedang membicarakan ibu W. Selain itu, ibu W merasa dikejar
kejar oleh seseorang, tetapi yang mengejar itu sudah meninggal. Lalu
pada akhirnya ibu W berhasil dibujuk untuk berobat di RS Grasia dan
rawat inap disini selama 1 bulan. Saat ini kondisi ibu W berangsur
membaik.
Kegiatan ibu W sehari hari saat ini adalah membantu membuat tempe
yang nanti di jual oleh ibunya. Keluarga Ibu W bisa dibilang merupakan
keluarga yang kurang mampu.

10

[Type text]

3. PEMERIKSAAN FISIK
3.1. Status Praesens
3.1.1. Status Internus
Tanggal Pemeriksaan: 31 agustus 2012
Keadaan Umum : Compos Mentis
Bentuk Badan

: tidak ditemukan kelainan.

Berat Badan

: tidak dilakukan pengukuran

Tinggi Badan

: tidak dilakukan pengukuran

Tanda Vital
- Tekanan Darah : 110/70 mmHg.
- Nadi

: 92 x/menit.

- Respirasi

: 18 x/menit.

- Suhu

: 36,3 C

Kepala

Inspeksi wajah : tidak ditemikan adanya kelainan

Mata : conjunctiva anemis (-), sklera ikterik (-)

Leher

Inspeksi

JVP

: leher tampak bersih.


: tidak dilakukan pemeriksaan

Thorax
- Sistem Kardiovaskuler : S1 S2 reguler
- Sistem Respirasi

: wheezing (-), RBK (-), vesikuler (+)

Abdomen
- Sistem Gastrointestinal : bising usus (+), NT (-)
-

Sistem Urogenital

: tidak dilakukan

pemeriksaan
Ekstremitas
- Sistem Muskuloskeletal : tidak ditemukan kelainan

11

[Type text]

Sistem Integumentum : tidak ditemukan kelainan


Kelainan Khusus: (-)
Kesan Status Internus

: Dalam batas normal, meskipun ada


beberapa pemeriksaan tidak dilakukan
karena tidak tersedianya tempat untuk
pemeriksaan.

3.1.2. Status Neurologis


Kepala dan Leher

: Dalam batas normal

Tanda Meningeal

: (-)

Nervi Kranialis

: tidak dilakukan.

Kekuatan Motorik

: Dalam batas normal

Sensibilitas

: Dalam batas normal

Fungsi Saraf Vegetatif : Dalam batas normal


Refleks Fisiologis

: tidak dilakukan

Refleks Patologis

: Hoffman-Trommner (-)

Gerakan Abnormal

: (-)

Gangguan Keseimbangan dan Koordinasi Gerakan: (-)


Kesan Status Neurologis

: pemeriksaan yang dilakukan dalam

batas normal.
3.1.3. Hasil Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 31 agustus 2012
EKG

: tidak dilakukan pemeriksaan.

EEG

: tidak dilakukan pemeriksaan.

CT Scan

: tidak dilakukan pemeriksaan.

Foto Rontgen : tidak dilakukan pemeriksaan.


Pemeriksaan LAB darah dilakukan sesuai kebutuhan saja.

12

[Type text]

3.2. Status Psikiatri


Tanggal Pemeriksaan: 31 agustus 2012
3.2.1. Kesan Umum
Tampak gangguan jiwa
No
Status Psikiatri
1 Kesadaran

Hasil
Kuantitatif : GCS =

Keterangan
OS sadar penuh tanpa rangsang apapun

E4V5M6

dapat diajak berkomunikasi

Kualitatif : Compos mentis


Orang :
Baik

OS dapat mengenal orang dengan baik

Waktu :

Misalnya: tahu profesi saya sebagai dokter


OS dapat membedakan waktu pagi, siang,

Baik

Orientasi

sore dan malam, mengenal tanggal penting


Tempat :

Baik

dalam hidupnya
OS mengetahui dimana sekarang ia berada.
Misalnya: masih ingat dimana tempat

Situasi :

Baik

kerjanya dahulu
OS dapat membedakan suasana di rumah

Sikap/Tingkah laku

Kooperatif

sakit dan tempat lain.


Kooperatif : Dapat diajak bicara

Penampilan/rawat

Cukup

Pasien mandi 2x sehari, memakai sabun.

5
6

diri
Roman muka
Afek

Eutimik
Appropriate

Tidak memakai perhiasan berlebih


OS memperlihatkan mimik yang cukup
Os menunjukkan ekspresi sesuai

Pikiran

a. Bentuk pikiran :

Apa yang diucapkan pasien tidak sesuai

nonrealistik
b. Progresi pikir
Kuantitatif: cukup

dengan kenyataan (ada waham)

bicara

mempunyai inisiatif untuk bertanya dengan

Kualitatif :

orang lain.
OS dapat dipahami bicaranya

OS menjawab seperlunya jika ditanya. Tidak

13

[Type text]

relevan dan
koheren

c. Isi Pikir
waham paranoid

OS merasa banyak otang yang mengganggu


dan menggusik kehidupannya.

Hubungan Jiwa

Baik

Mudah dibina hubunganya dengan

Perhatian

Mudah ditarik mudah

pemeriksa
OS mau menjawab bila ditanyadan jawaban

Persepsi

dicantum
Halusinasi :

OS dapat dimengerti

10

- Halusinasi auditorik (+)

.OS sering mendengar bisikan-bisikan dari

- Halusinasi visual (+)

telinganya
OS pernah sering melihat bayangan

11

Insight

Idea of reference(+)
Derajat 4

bayangan yang tidak jelas


OS merasa dibicarakan tetangganya
OS menyadari bahwa dirinya sakit dan
butuh bantuan namun tidak menyadari
penyebab penyakitnya

3.2.2. Mood dan Interest


Dalam batas normal
Depresi
o ada
Kecemasan
o Tidak ada
Paranoid
o Merasa terancam ()
Iritabilitas/Sensitivitas

14

[Type text]

o Tidak ada
3.2.3. Gangguan Intelegensi Sesuai Umur / Pendidikan
Tidak ada
3.2.4. Gejala dan Tanda Lain yang Didapatkan
- Terkadang senyum sendiri.
- Tiba tiba memandang kearah lain (terutama jika melihat
seorang laki-laki, maka pasien akan melihat laki-laki itu terus).
3.3. Hasil Pemeriksaan Psikologis
3.3.1. Kepribadian
Introvert
3.3.2. IQ
Tidak dapat dilakukan tes.
3.3.3. Lain-Lain
Tidak ada.
4. RANGKUMAN DATA YANG DIDAPATKAN PADA PENDERITA
4.1. Tanda-Tanda (Sign)
a. Penampilan
Sikap baik, pakaian biasa, pasien tidak seperti orang sakit.
b. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Cara berjalan biasa, mampu menulis yang diperintahkan
pemeriksa, misalnya menggambar dan menulis surat, tidak menyentuh
pemeriksa, gerakan tubuh biasa.
c. Pembicaraan (kuantitas, kecepatan produksi bicara, kualitas)
Kualitas : Koheren, relevan
Kuantitas : bicara cukup
4.2. Gejala (Simtom)

15

[Type text]

a.

Pasien berhalusinasi auditorik (namun tidak jelas apa yang pasien


dengar)

b.

Waham paranoid (merasa akan dibunuh).

c.

Bentuk pikir tidak realistik

d.

Mudah ditarik mudah dicantum.

e.

Orientasi orang baik, waktu baik, tempat baik, situasi baik

4.3. Kumpulan Gejala (Sindrom)


Pada saat anamnesis, pasien terlihat lebih tenang dan dapat bercerita tentang
dirinya, berikut ini kumpulan gejala yang diperoleh dari anamnesis denga
pasien :
-

Halusinasi yang menetap yang terjadi selama bertahun tahun dan terus
menerus

Adanya waham yang meyakinkan pasien jika ia akan dibunuh.

Pasien merasa sering dijadikan bahan pembicaraan oleh tetangga.

Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan


dari berbagai aspek perilaku perorangan, bermanifestasi sebagai hilangnya
minat, tak bertujuan, sikap malas, sikap berdiam diri dan penarikan diri
dari sosial.

Kumpulan gejala ini merupakan syarat seseorang menderita skizofrenia


menurut PPDGJ III.

5. DIAGNOSIS BANDING
-

F20.1 Skizofrenia hebeferenik

F20.0 Skizofrenia Paranoid

F25.1 Gangguan skizoafektif tipe depresif

16

[Type text]

6. PEMBAHASAN
Pedoman menurut DSM IV
DSM-IV mempunyai kriteria diagnosis resmi dari American Psychiatric
Association untuk skizofrenia. Kriteria diagnosis DSM-IV sebagian besar tidak
berubah dari DSM edisi ketiga yang direvisi (DSM-III-R), walaupun DSM-IV
menawarkan lebih banyak pilihan bagi klinisi dan lebih deskriptif terhadap situasi
klinis yang aktual.
a) Gejala karakteristik: dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan
untuk bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang
jika diobati dengan berhasil):
1. Waham
2. Halusinasi
3. Bicara terdisorganisasi (misalnya, sering menyimpang atau inkoheren)
4. Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas
5. Gejala negatif, yaitu, pendataran afektif, alogia, atau tidak ada kemauan
(avolition)
Catatan: hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham
adalah kacau atau halusinasi terdiri dari suara yang terus-menerus
mengkomentari perilaku atau pikiran pasien, atau dua atau lebih suara
yang saling bercakap satu sama lainnya.
b) Disfungsi sosial atau pekerjaan: untuk bagian waktu yang bermakna sejak
onset gangguan, satu atau lebih fungsi utama, seperti pekerjaan, hubungan
interpersonal, atau perawatan diri, adalah jelas di bawah tingkat yang
dicapai sebelum onset (atau jika onset pada masa anak-anak atau remaja,
kegagalan untuk mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik, atau
pekerjaan yang diharapkan).
c) Durasi: tanda gangguan menetap

terus-menerus

menetap

selama

sekurangnya 6 bulan. Periode 6 bulan ini harus termasuk sekurangnya 1


bulan gejala (atau kurang jika diobati dengan berhasil) yang memenuhi
kriteria A (yaitu, gejala fase aktif) dan mungkin termasuk periode gejala
prodormal atau residual. Selama periode prodormal atau residual, tanda
gangguan mungkin dimanifestasikan hanya oleh gejala negatif atau dua atau

17

[Type text]

lebih gejala yang dituliskan dalam kriteria A dalam bentuk yang diperlemah
(misalnya, keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi yang tidak lazim).
d) Penyingkiran gangguan skizoafektif dan gangguan mood: Gangguan
skizoafektif dan gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan
karena:
1. Tidak ada episode depresif berat, manik, atau campuran yang telah
2.

terjadi bersama-sama dengan gejala fase aktif; atau


Jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya

adalah relatif singkat dibanhdingkan durasi periode aktif dan residual.


e) Penyingkiran zat/kondisi medis umum: Gangguan tidak disebabkan oleh
efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat yang salah digunakan,
suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.
f) Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif: jika terdapat riwayat
adanya gangguan autistik atau gangguan perkembangan pervasif lainnya,
diagnosis tambahan skizofrenia dibuat hanya jika waham atau halusinasi
yang menonjol juga ditemukan untuk sekurangnya 1 bulan (atau kurang jika
diobati secara berhasil).
Klasifikasi perjalanan penyakit longitudinal (dapat diterapkan hanya setelah
sekurangnya 1 tahun lewat sejak onset awal gejala fase aktif):
-

Episodik dengan gejala residual interepisode (episode didefinisikan oleh


timbulnya kembali gejala psikotik yang menonjol); juga disebutkan jika

dengan gejala negatif yang menonjol


Episodik tanpa gejala residual interepisodik
Kontinu (gejala psikotik yang menonjol ditemukan di seluruh periode

obsernasi); juga disebutkan jika dengan gejala negatif yang menonjol


Episode tunggal dalam remisi parsial; juga disebutkan jika dengan gejala

negatif yang menonjol


Episode tunggal dalam remisi penuh
Pola lain atau tidak ditemukan

Pedoman menurut PPDGJ III


Dalam PPDGJ III Dijelaskan bahwa untuk menegakkan diagnosis skizofrenia
harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jalas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala=gejala itu kurang tajam atau jelas).
1.

Salah satu dari:

18

[Type text]

- thought echo : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau


bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau
- thought insertion or withdrawal : isi pikiran yang asing dari luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
- thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum mengetahuinya;
2. Salah satu dari:
- delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh
-

suatu kekuatan tertentu dari luar; atau


delusion of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh

suatu kekuatan tertentu dari luar; atau


delusion of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; atau
(tentang dirinya : secara jelas merujuk ke pergerakan
tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan
khusus;

delusional perception : pengalaman inderawi yang tak wajar,


yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik

atau mukjizat;
3. Halusinasi auditorik:
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
-

perilaku pasien, atau


Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara

berbagai suara yang berbicara), atau


Jenis suara halusinasi lain yang berasala dari salah satu bagian

tubuh
4. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan
di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala ini yang harus selalu ada secara jelas:
5. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk

19

[Type text]

tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide


berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap
hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus;
6. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan, atau neologisme;
7. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme,
mutisme, dan stupor;
8. Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodormal);
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatau,
sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
Menurut saya pasien ini menderita skizofrenia herbefrenik, karena :
Skizofrenia hebefrenik / hebefrenia (F 20.1)
- Perlahan- lahan, timbul pada masa remaja (15-25 tahun)
- Gejala utama : gangguan proses berpikir, gangguan kemauan, depersonalisasi
/ double personality (identifikasikan dirinya sebagai meja, dan anggap dirinya
-

sudah tidak ada lagi)


Tambahan : mannerism, neologisme, perilaku kekanaka-kanakan, waham dan
halusinasi banyak

Pada tipe ini terjadi disintegrasi emosi, dimana emosinya bersifat kekanakkanakan, ketolol-tololan, seringkali tertawa sendiri kemudian secara tiba-tiba
menangis tersedu-sedu. Terjadi regresi total, dimana individu menjadi kekanakkanakan. Individu mudah tersinggung atau sangat irritable. Seringkali dihinggapi

20

[Type text]

sarkasme (sindiran tajam) dan menjadi marah meledak-ledak atau explosive tanpa
sebab.
Pembicaraannya kacau, suka berbicara berjam-jam. Pada awal gangguan
seringkali komunikatif, tetapi lama-kelamaan komunikasinya menjadi tidak
karuan (inkoheren), yang bahkan sampai akhirnya individu tidak komunikatif.
Terjadi halusinasi dan delusi yang biasanya sifatnya fantastis, misalnya : ada
vampire yang menyedot darahnya, dan sebagainya. Cara berpikirnya kacau. Hal
tersebut terlihat dari cara berbicaranya yang tidak karuan. Tulisan/Graphis yang
dibuatnya bersifat kacau, dimana terjadi regresi, yaitu bersifat kekanak-kanakan.
Pedoman Diagnostik
-

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.


Diagnosis heberfrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja

atau dewasa muda (onset biasanya 15-25 tahun).


Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas: pemalu dan sering
menyendiri

Diagnosis hebefrenia perlu pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya,


untuk memastikan bahwa gambaran berikut memang benar bertahan:
-

Perilaku yang tidak bertanggung jawab, kecenderungan selalu menyendiri,

dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan;


Afek pasien dangkal dan tidak wajar/disertai cekikikan/perasaan puas diri/
senyum sendiri/sikap tinggi hati/tertawa menyeringai/keluhan hipokondrikal,

ungkapan diulang-ulang
Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu serta

inkoheren.
Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir
umumnya menonojol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya
tidak menonjol (fleeting and fragmentary delusions and hallucinations).
Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determination) hilang serta
sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas,
yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose).

Diagnosis Banding
Skizofrenia paranoid (F 20.0)
- Gejala utama : waham primer + sekunder & halusinasi

21

[Type text]

Sering mulai sesudah 30 tahun, permulaan subakut


Kepribadian sebelum sakit : skizoid suka menyendiri; pendiam; cenderung
menghindar terhadap aktivitas-aktivitas sosial yang melibatkan kontak atau
interaksi dengan orang-orang; tidak memiliki ketertarikan untuk menjalin
hubungan dekat dengan orang sekitar, bahkan dengan keluarganya sendiri;
tidak menunjukkan ekspresi emosi yang biasanya seperti orang nornal pada
umumnya (cenderung bersikap dingin). (Medline, mayoclinic)
Gejala utamanya adalah adanya delusi persecusion dan grandeur, dimana

individu merasa dikejar-kejar. Hal tersebut terjadi karena segala sesuatu


ditanggapi secara sensitif dan egosentris seolah-olah orang lain akan berbuat
buruk kepadanya. Oleh karena itu, sikapnya terhadap orang lain agresif. Delusi
tersebut diperkuat oleh halusinasi penglihatan dan pendengaran, misalnya terlihat
wajah-wajah yang menakutkan, terdengar suara mengancam, dan sebagainya
sehingga timbul reaksi menyerang atau agresi karena terganggu. Hal-hal tersebut
juga bisa mendorong penderita untuk membunuh orang lain atau sebaliknya
bunuh diri, sebagai usahanya untuk menghindari delusi persecusion Terdapat
kecenderungan homoseksualitas, dimana penderita laki-laki akan mengancam
laki-laki dan penderita perempuan akan mengancam perempuan. Adanya delusion
of grendeur dapat menimbulkan delusion of persecusion, dimana individu
menganggap

orang

lain

cemburu

kepada

kepintarannya,

kekayaannya,

kepopulerannya, kecantikannya, kedudukan sosialnya, dan sebagainya. Pada


penderita timbul "Ideas of Reference", yaitu terjadi percampuran antara waham
dan halusinasi dengan kecenderungan untuk memberikan impresi/nuansa pribadi
terhadap segala kejadian yang dialaminya. Misalnya, suara klakson mobil di jalan
depan rumah, dianggapnya sebagai terompet tanda penyerbuan terhadap dirinya
segera akan dimulai.8
Pedoman Diagnostik

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia


Sebagai tambahan :
Halusinasi dan/ atau waham yang harus menonjol;

22

[Type text]

Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi


perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa

bunyi pluit, mendengung atau tawa


Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat

seksual
Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan, dipengaruhi, keyakinan bahwa dia sedang dikejar-

kejar
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol
Gangguan Skizoafektif
Pedoman Diagnostik
Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitive
adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang
bersamaan (simultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang
lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai
konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik
skizofrenia maupun episode manik atau depresif.
Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan
gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda.
Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah
mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (Depresi
Pasca-skizofrenia). Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif
berulang, baik berjenis manik (F25.0) maupundepresif (F25.1) atau campuran
dari keduanya (F25.2). Pasien lain mengalami satu atau dua

episode

skizoafektif terselip diantara episode manic dan depresif (F30-F33)


Skizoafektif tipe depresif (F25.1)
Pedoman diagnostik
Kategori ini harus dipakai baik untuk episode skizoafektif tipe depresif yang
tunggal, dan untuk gangguan berulang dimana sebagian besar di dominasi oleh
skizoafektif tipe depresif.

23

[Type text]

Afek depresif harus menonjol, disertai oleh sedikitnya 2 gejala khas, baik
depresif maupun kelainan prilaku terkait seperti tercantum dalam uraian untuk
episode depresif (F 32)
Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik lagi
dua, gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk skizofrenia,
F20.-pedoman diagnostic (a) sampai (d).
Untuk diagnosis banding F20.0 meskipun pasien memenuhi untuk didiagnosis
ini tetapi onset munculnya saat masih dewasa muda dan waham paranoid tidak begitu
muncul pada pasien ini, jadi diagnosis F20.0 bisa disingkirkan.
Untuk diagnosis banding F25.1 afek depresif pada pasien ini tidak begitu
menonjol sehingga tidak dapat memenuhi kriteria ini.
7. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG
7.1. Pemeriksaan Psikologi
Ada beberapa macam metode yang dapat dilakukan antara lain :

Psikoterapi individual

Terapi suportif

Sosial skill training

Terapi okupasi

Terapi kognitif dan perilaku (CBT)

Psikoterapi kelompok

Psikoterapi keluarga

7.2. Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium, EKG, EEG, CT Scan)


Tidak perlu dilakukan karena pasien tidak mnunjukkan gejala-gejala patologik
pada organ.
8. DIAGNOSIS
AKSIS I : (Gangguan jiwa, kondisi yang menjadi fokus perhatian)
F20.1 Skizofrenia herbefrenik

24

[Type text]

AKSIS II (Gangguan kepribadian, retardasi mental)


F.60.0 (Gangguan Kepribadian paranoid)
AKSIS III (Kondisi Medik Umum)
G00-G99 Penyakit susunan saraf
AKSIS IV (Stressor Psikososial)
Stressor psikososisal yang ada pada pasien:
1. Masalah dengan primary support group (keluarga)
2. Perpisahan dengan suami

AKSIS V (Fungsi Sosial)


90-81 gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah
harian yang biasa.
9. RENCANA TERAPI/PENATALAKSANAAN
Farmakoterapi
Risperidone 2 x 2 mg
Psikoterapi
o Ventilasi

memberikan

kesempatan

kepada

pasien

untuk

mengungkapkan isi hati dan keinginannya supaya pasien merasa lega.


o Konselling

: memberikan nasehat dan pengertian kepada

pasien mengenai penyakitnya dan cara menghadapinya agar pasien


mengetahui kondisi dirinya.
o Sosioterapi

: memberikan penjelasan kepada keluarga pasien

dan orang sekitar agar member dukungan kepada pasien. Dukungan moral
dan suasana kondusif sehingga membantu proses penyembuhan.
10. PROGNOSIS

25

FAKTOR PREMORBID

[Type text]

Indikator

Pada Pasien

Prognosis

1.

Pemalu

Jelek

Faktor kepribadian

Tidak ada

Baik

2.

demokratis

Baik

Faktor genetik

tidak ada

Baik

3.

Ada

Baik

Pola asuh

Ekonomi kurang

jelek

4.

Tidak ada

Jelek

Faktor organik

Bercerai

jelek

5.

baik

baik

Dukungan keluarga
6.
Sosioekonomi
7.
Faktor pencetus
8.
status perkawinan
9.
Kegiatan spiritual

26

FAKTOR MORBID

[Type text]

10.

Dewasa muda

jelek

Onset usia

Kronik

Jelek

11.

psikotik

Jelek

Perjalanan penyakit

Baik

Baik

12.

Baik

baik

13.

Baik

Baik

Respon terhadap terapi

Tidak

Baik

Meningkat

Baik

Jenis penyakit

14.
Riwayat disiplin minum
obat
15.
Riwayat disiplin kontrol
16.
Riwayat peningkatan gejala
17.
Beraktivitas
Kesimpulan prognosis: Dubia ad bonam

11. RENCANA FOLLOW UP


Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta efektivitas
obat, dan kemungkinan munculnya efek samping dari terapi yang diberikan.
Pastikan pasien mendapat psikoterapi.

UJIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

27

[Type text]

Disusun Untuk MengikutiUjian Kepaniteraan Klinik Di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa


Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul

Diajukan kepada :
dr. Latifah Hanum, Sp. KJ

Co-ass :
Riska Yulinta Viandini
2006.031.0031

SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA


RSD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2011

28

Anda mungkin juga menyukai