Anda di halaman 1dari 118

KERJASAMA PEMERINTAH SWASTA DI INDONESIA

ACUAN ALOKASI RISIKO


MARET 2014

SAMBUTAN MENTERI KEUANGAN RI


Memahami kebutuhan akan dukungan fiskal Pemerintah untuk percepatan pembangunan infrastruktur di Indonesia, khususnya
dalam skema Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) atau Public Private Partnership (PPP), Pemerintah telah mendirikan PT Penjaminan
Infrastruktur Indonesia (Persero) / PT PII untuk menyediakan penjaminan terhadap kewajiban finansial dari institusi Pemerintah
yang berkontrak (Penanggung Jawab Proyek Kerjasama / PJPK) dengan pihak swasta (Badan Usaha), sehubungan dengan adanya
kejadian risiko yang dipicu oleh tindakan atau tiadanya tindakan Pemerintah, sebagaimana diatur dalam Perjanjian Kerjasama
antara PJPK dan Badan Usaha.
Telah merupakan suatu keputusan Pemerintah Indonesia untuk memberlakukan Kebijakan Satu Pelaksana (Single Window Policy)
dalam pemrosesan pemberian penjaminan Pemerintah, yaitu melalui PT PII, untuk setiap proyek infrastruktur KPS yang tercakup
dalam Peraturan Presiden No. 78 tahun 2011 tentang Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek Kerja Sama Pemerintah Dengan
Badan Usaha Yang Dilakukan Melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur. Dengan demikian, PII akan menjadi pemroses
tunggal untuk mengevaluasi Usulan Penjaminan, menyusun struktur penjaminan, serta mengelola penjanjian penjaminan dan
memproses klaim atas jaminan yang diberikan.
Melalui PT PII diharapkan keseluruhan proses pemberian dan pengelolaan penjaminan infrastruktur oleh PII dapat dilaksanakan
secara profesional, transparan dan konsisten yang akan dapat memberikan tingkat kenyamanan dan kepastian yang lebih kepada
sektor swasta, baik investor dan kreditur, serta suatu proses yang lebih baik dan akuntabel bagi Pemerintah.
Selain proses yang baik dan akuntabel, Pemerintah juga memiliki kepentingan bahwa penjaminan infrastruktur disediakan setelah
mempertimbangkan alokasi risiko yang adil dan wajar dalam Perjanjian Kerjasama, yang sesuai dengan praktik-praktik di pasar,
guna memastikan struktur yang bankable sehingga dapat meningkatkan kepastian keberhasilan implementasi proyek KPS.
Untuk pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, Peraturan Menteri Keuangan No. 260 Tahun 2010 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Penjaminan infrastruktur Dalam Proyek Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha (PMK No. 260/2010)
mengamanatkan PT PII untuk menyusun dan menerbitkan acuan kategori dan alokasi risiko infrastruktur sebagai referensi bagi PT
PII dalam menilai Usulan Penjaminan dari PJPK. Acuan ini juga akan merupakan rujukan bagi PJPK ketika menyetujui jenis risiko
yang dijanjikan akan diberi kompensasi dalam Perjanjian Kerjasama antara PJPK dengan Badan Usaha. Juga, diharapkan dengan
adanya Acuan ini, para pemangku kepentingan kunci lainnya dalam proyek KPS di bidang infrastruktur dapat memperoleh
pemahaman yang lebih baik mengenai struktur dasar dari alokasi risiko dalam Perjanjian KPS di Indonesia, guna mendorong
percepatan pembangunan infrastruktur melalui skema KPS.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih atas terpenuhinya ketentuan dalam PMK No. 260/2010 oleh PT PII. Pembuatan dan
penerbitan Acuan Alokasi Risiko ini merupakan bagian tak terpisahkan dari tugas PT PII sebagai pelaksana Single Window Policy
dalam pemberian jaminan Pemerintah. Selanjutnya, Kementerian Keuangan berkeyakinan bahwa PT PII akan senantiasa
mengupayakan penyempurnaan atas Acuan ini dan juga terhadap keseluruhan mekanisme dan proses pemberian jaminan
Pemerintah.

Agus D.W. Martowardojo

Menteri Keuangan Republik Indonesia

ii

PENGANTAR
PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero)/PII dibentuk oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai suatu institusi yang dapat
mendukung percepatan penyediaan infrastruktur melalui skema KPS/PPP di Indonesia. Peran utama PT PII yang diharapkan adalah:

Sebagai penyedia dukungan fiskal kontinjen untuk proyek infrastruktur KPS melalui penyediaan penjaminan atas risiko
kontraktual terkait tindakan Pemerintah;

Meningkatkan kualitas transaksi KPS; dan

Mendorong pendekatan yang baku dan akuntabel untuk implementasi KPS, dengan keberadaannya sebagai pemroses tunggal
bagi penyediaan penjaminan infrastruktur.

Melalui PII, penjaminan disediakan dengan tujuan untuk memberikan kepastian lebih dalam mencapai financial closing proyek,
melalui peningkatan kelayakan kredit atau bank ability dari proyek-proyek KPS. Model bisnis PT PII sangat terkait erat dengan
kerangka regulasi KPS dan penjaminan saat ini, yang harus menekankan pada:

Kelayakan proyek (teknis, legal, ekonomi, finansial, sosial dan lingkungan);

Kesiapan Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) untuk implementasi skema KPS; dan

Kemampuan PJPK untuk mengelola risiko proyek yang dialokasikan secara wajar kepada mereka.
Sehubungan dengan penekanan pada alokasi risiko yang wajar, keberadaan Acuan Alokasi Risiko ini menjadi sangat penting
sebagai referensi utama dalam mengevaluasi dan mengalokasikan risiko untuk keperluan penyediaan penjaminan infrastruktur,
sesuai amanat regulasi. Acuan ini juga dimaksudkan untuk menjadi referensi utama bagi:
PJPK dalam menyiapkan Perjanjian KPS dan Usulan Penjaminan (UP) yang akan dievaluasi PII untuk perolehan penjaminan; dan
Investor dan penyedia dana dalam mengevaluasi potensi investasi dan pembiayaan untuk proyek-proyek KPS di Indonesia.

Namun demikian, perlu dicatat bahwa dalam penerapannya, beberapa alokasi risiko dapat berbeda dari apa yang ada dalam Acuan
ini, mengingat adanya kondisi spesifik suatu proyek atau sektor tertentu, atau terkait posisi komersial yang disepakati para pihak.
Acuan ini selanjutnya akan senantiasa disempurnakan dan ditinjau secara periodik, paling sedikit setiap 12 bulan, dengan
menggalang masukan dari berbagai pemangku kepentingan utama, sebagaimana telah dilakukan pada saat menyusun Acuan ini,
antara lain: Kementerian Keuangan, Kementerian sektor, BKPM, Bappenas, BPPSPAM, BPJT, Pemda, Investor dan Pengembang,
Perbankan, Lembaga Multilateral, serta Konsultan dan Tenaga Ahli di bidang risiko infrastruktur.
Sinthya Roesly

Direktur Utama

PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero)


iii

DAFTAR ISI
SAMBUTAN MENTERI KEUANGAN RI ........i
PENGANTAR DIREKTUR UTAMA, PT PENJAMINAN INFRASTRUKTUR INDONESIA .............iii
DAFTAR ISI ................v
DAFTAR GAMBAR........................vii
DAFTAR TABEL.....................viii
RIWAYAT DOKUMEN DAN TABEL REVISI .............ix
DEFINISI DAN ISTILAH UMUM .......x
PRAKARSA PEMERINTAH UNTUK PERCEPATAN IMPLEMENTASI KPS/PPP .......................................................................................................... 1
1

KERANGKA REGULASI PENJAMINAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA .................................................................................................... 1

STRUKTUR PROYEK KPS DI INDONESIA ............................................................................................................................................... 2


2.1

STRUKTUR PROYEK KPS SECARA UMUM .......................................................................................................................................................... 3

2.1.1

Struktur berbasis-penggunaan layanan infrastruktur (Usage-based PPP) ....................................................................................... 3

2.1.2

Struktur berbasis-ketersediaan layanan infrastruktur (Availability-based PPP)............................................................................... 4

2.1.3

Kontrak Operasi dan Pemeliharaan (O&M contract) ........................................................................................................................ 5

2.2

STRUKTUR KPS PADA MASING-MASING SEKTOR INFRASTRUKTUR .......................................................................................................................... 6

2.2.1

Struktur KPS sektor Air Minum ....................................................................................................................................................... 6

2.2.1.1.

Struktur Konsesi Penuh Air Minum ............................................................................................................................................................. 6

2.2.1.2.

Struktur BOT Air Minum ............................................................................................................................................................................. 7

2.2.2

Struktur KPS sektor Pengelolaan Limbah ........................................................................................................................................ 8

2.2.2.1.

BOT Persampahan ...................................................................................................................................................................................... 8

2.2.2.2.

BOT Pengelolaan Air Limbah....................................................................................................................................................................... 9

2.2.3

Struktur KPS Sektor Jalan Tol ........................................................................................................................................................ 10

2.2.3.1.

Struktur Konsesi Penuh Jalan Tol .............................................................................................................................................................. 10

2.2.3.2.

O&M Jalan Tol .......................................................................................................................................................................................... 11

iv

2.2.3.3.

2.2.4

Struktur KPS Sektor Perkeretaapian .............................................................................................................................................. 12

2.2.4.1.

Konsesi Penuh Perkeretaapian .................................................................................................................................................................. 13

2.2.4.2.

O&M Perkeretaapian ................................................................................................................................................................................. 14

2.2.5

Struktur KPS Sektor Ketenagalistrikan .......................................................................................................................................... 14

2.2.5.1.

BOT Ketenagalistrikan .............................................................................................................................................................................. 15

2.2.5.2.

BOT Mulut Tambang ................................................................................................................................................................................ 16

2.2.6

Struktur KPS Sektor Kepelabuhanan ............................................................................................................................................. 17

2.2.6.1.

2.2.7

Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M .......................................................................................................................................................... 11

Konsesi Penuh Kepelabuhanan ................................................................................................................................................................. 17

Struktur KPS Sektor Kebandaraan ................................................................................................................................................. 18

2.2.7.1.

Konsesi Penuh Kebandaraan ..................................................................................................................................................................... 19

2.2.7.2.

O&M Kebandaraan ................................................................................................................................................................................... 20

PENILAIAN ASPEK ALOKASI RISIKO UNTUK PROYEK KPS DANPENYEDIAAN PENJAMINAN INFRASTRUKTUR ............................................ 21
3.1

ALOKASI RISIKO DALAM KONTEKS MANAJEMEN RISIKO...................................................................................................................................... 21

3.2

PRINSIP ALOKASI RISIKO DALAM KONTEKS IMPLEMENTASI PROYEK KPS ................................................................................................................. 21

3.2.1.1.

Implementasi Alokasi Risiko dalam Penyiapan dan Transaksi Proyek KPS ................................................................................................... 22

3.2.1.2.

Implementasi Alokasi Risiko dalam Proses Penyediaan Penjaminan Proyek KPS oleh PII .............................................................................. 25

ACUAN ALOKASI RISIKO INFRASTRUKTUR ........................................................................................................................................ 26


4.1

KATEGORI RISIKO KPS.............................................................................................................................................................................. 26

4.2

MATRIKS RISIKO KPS PER SEKTOR ............................................................................................................................................................... 30

4.2.1

Matriks Risiko KPS sektor Air Minum ............................................................................................................................................ 30

4.2.1.1.

BOT Air Minum ........................................................................................................................................................................................ 30

4.2.1.2.

Konsesi Penuh Air Minum ......................................................................................................................................................................... 36

4.2.2

Matriks Risiko KPS sektor Pengelolaan Limbah ............................................................................................................................. 42

4.2.2.1.

BOT Persampahan .................................................................................................................................................................................... 42

4.2.2.2.

BOT Pengelolaan Air Limbah..................................................................................................................................................................... 48

4.2.3

Matriks Risiko KPS sektor Jalan Tol .............................................................................................................................................. 53

4.2.3.1.

Konsesi Penuh Jalan Tol ......................................................................................................................................................................... 53

4.2.3.2.

O&M Jalan Tol ........................................................................................................................................................................................ 61

4.2.3.3.

Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M ........................................................................................................................................................ 63

4.2.4

Matriks Risiko KPS sektor Perkeretaapian ..................................................................................................................................... 72

4.2.4.1.

Konsesi Penuh Perkeretaapian ................................................................................................................................................................ 72

4.2.4.2.

O&M Perkeretaapian ............................................................................................................................................................................... 78

4.2.5

Matriks Risiko KPS sektor Ketenagalistrikan ................................................................................................................................. 83

4.2.5.1.

BOT Ketenagalistrikan ............................................................................................................................................................................ 83

4.2.5.2.

BOT Mulut Tambang .............................................................................................................................................................................. 84

4.2.6

Matriks Risiko KPS sektor Kepelabuhanan .................................................................................................................................... 90

4.2.6.1.

4.2.7

Konsesi Penuh Kepelabuhanan ............................................................................................................................................................... 90

Matriks Risiko KPS sektor Kebandaraan ..................................................................................................................................... 100

4.2.7.1.

Konsesi Penuh Kebandaraan ................................................................................................................................................................. 101

4.2.7.2.

O&M Kebandaraan ............................................................................................................................................................................... 101

RINGKASAN .................................................................................................................................................................................. 106

vi

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.Struktur berbasis-penggunaan (Usage-based PPP atau wholesale infrastructure) .............................................................. 3
Gambar 2. Struktur berbasis-ketersediaan (Availability-based PPP atauretail infrastructure) ............................................................. 4
Gambar 3. Struktur Konsesi Penuh Air Minum .................................................................................................................................... 6
7
Gambar 4. Struktur BOT Air Minum .................................................................................................................................................... 7
8
Gambar 5. Struktur KPS Pengelolaan Sampah ..................................................................................................................................... 8
9

9
Gambar 6. Struktur KPS Pengelolaan Air Limbah .................................................................................................................................10
Gambar 7. Struktur Konsesi Penuh Jalan Tol ......................................................................................................................................10

.11
Gambar 8. Struktur O&M Jalan Tol.....................................................................................................................................................102
Gambar 9. Struktur Konsesi Jalan Tol .................................................................................................................................................12
Gambar 10. Struktur Konsesi Penuh Perkeretaapian ......................................................................................................................... 13
Gambar 11. Struktur O&M Perkeretaapian .........................................................................................................................................105
14
Gambar 12. Struktur BOT Ketenagalistrikan ..................................................................................................................................... 15
Gambar 13. Struktur BOT Mulut Tambang .........................................................................................................................................
167
16
Gambar 14. Struktur Konsesi Penuh Kepelabuhanan ........................................................................................................................178
17
Gambar 15. Struktur Konsesi Penuh Kebandaraan ............................................................................................................................ 20
19

. 20
Gambar 16. Struktur O&M Kebandaraan .......................................................................................................................................... .201
21
.. . 22
Gambar 17. Tahapan Proses Pengelolaan Risiko ..............................................................................................................................
. 23
Gambar 18. Kerangka Pengelolaan Risiko Proyek KPS ......................................................................................................................234
Gambar 19. Ilustrasi Alokasi Risiko dalam suatu Perjanjian KPS ....................................................................................................... 25
24
Gambar 20. Kaitan Acuan Risiko PT PII & Kerangka Regulasi Penjaminan Infrastruktur .....................................................................
246
25

vii

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Fitur-fitur dari Opsi Struktur KPS/PPP ................................................................................................................................... 5
Tabel 2. Matriks Risiko untuk BOT Air Minum .................................................................................................................................. 30
32
Tabel 3. Matriks Risiko untuk Konsesi Penuh Air Minum .................................................................................................................. 36
38

42
Tabel 4. Matriks Risiko untuk BOT Persampahan ............................................................................................................................ .444
Tabel 5. Matriks Risiko untuk BOT Pengelolaan Air Limbah .............................................................................................................
5050
. 48
Tabel 6. Matriks Risiko untuk Konsesi Penuh Jalan Tol ................................................................................................................... ..
566
54
56
Tabel 7. Matriks Risiko untuk O&M Jalan Tol .................................................................................................................................... 59
62

63
Tabel 8. Matriks Risiko untuk Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M Jalan Tol .................................................................................. .677
.67
Tabel 9. Matriks Risiko untuk Konsesi Penuh Perkeretaapian ........................................................................................................... 69
72
Tabel 10. Matriks Risiko untuk O&M Perkeretaapian ........................................................................................................................ 74
78
Tabel 11. Matriks Risiko untuk BOT Ketenagalistrikan ..................................................................................................................... 79
83

. 89
Tabel 12. Matriks Risiko untuk BOT Mulut Tambang ...................................................................................................................... .899
85
. 95
Tabel 13. Matrik Risiko untuk Konsesi Penuh Kepelabuhanan .........................................................................................................955
91
. ...
96
Tabel 14. Matriks Risiko untuk Konsesi Penuh Kebandaraan ..........................................................................................................
101
Tabel 15. Matriks Risiko untuk O&M Kebandaraan ......................................................................................................................... 107
101

106
Tabel 16. Ringkasan Matriks risiko untuk Semua Sektor dan Struktur KPS ................................................................................. ....
11212
112

viii

RIWAYAT DOKUMEN DAN TABEL REVISI


Versi

Deskripsi

Catatan

April
2012

Edisi kedua

April
2013

Edisi ketiga

Masukan diperoleh dari para pemangku kepentingan salah satunya melalui suatu lokakarya yang diselenggarakan pada tanggal 1415 Maret 2012. Penyempurnaan terhadap versi sebelumnya termasuk :
- pemutakhiran regulasi KPS (sebagaimana terbitnya Peraturan Presiden 56/2011)
- tambahan diagram yang menggambarkan framework implementasi alokasi risiko proyek KPS (juga penjaminan) dan
framework yg berkaitan dengan proses manajemen risiko
- pemutakhiran dan penambahan kolom Kondisi Spesifik terkait Alokasi Risiko) pada matriks risiko
- penambahan struktur KPS (dan matriks risiko terkait):
o Listrik: BOT minemouth
o Jalan tol: Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M
o Pengelolaan Limbah: BOT Pengolahan Air limbah

Maret
2014

Edisi keempat

Maret
2011

Edisi pertama

Masukan diperoleh dari para pemangku kepentingan salah satunya melalui suatu lokakarya yang diselenggarakan pada tanggal 2526 Februari 2011

Berdasarkan masukan yang terkumpul melalui diskusi-diskusi (tatap muka, surat formal, email dan laman), penyempurnaan terhadap
risiko sebelumnya termasuk:
- penambahan dan penajaman) peristiwa risiko dan strategi mitigasi untuk matriks risiko, antara lain:
o risiko status lahan (duplikasi kepemilikan tanah)
o risiko budaya lokal
o risiko operasional kegagalan pengelolaan proyek (oleh Badan Usaha/BU)
o risiko operasional kegagalan pengendalaian dan pemantauan proyek (oleh BU atau oleh PJPK)

Masukan diperoleh dari para pemangku kepentingan salah satunya melalui suatu lokakarya yang diselenggarakan pada tanggal 20-21
Maret 2014. Penyempurnaan terhadap versi sebelumnya termasuk:
pemutakhiran regulasi KPS (sebagaimana terbitnya Peraturan Presiden 66/2013 dan regulasi VGF)
penyempurnaan uraian skema kerjasama untuk sektor Air Minum, Persampahan, Jalan Tol, Perkeretaapian, Pelabuhan dan
Kebandaraan
penambahan (dan penajaman) peristiwa risiko dan strategi mitigasi untuk matriks risiko, antara lain:
o
risiko keterbatasan ruang kerja (untuk proyek yang kebutuhan lokasinya memanjang)
o
risiko budaya lokal
risiko sosial dan budaya lokal
o
risiko hit & run dan risiko keusangan teknologi: sektor Kebandaraan
o
risiko terkait tarif: perlunya regulasi yang mendukung (Perda untuk proyek PJPK daerah)
o
risiko terkait permintaan dan pendapatan: program sosialisasi dan dukungan kelayakan
o
risiko ekspopriasi: agar dikontraskan dengan pengambilalihan dengan kompensasi (nasionalisasi)

ix

DEFINISI DAN ISTILAH UMUM


DEFINISI DAN ISTILAH UMUM
BOO
BOO

Build Operate Own- suatu kontrak KPS/PPP dimana pihak swasta bertanggung jawab terhadap desain, konstruksi,
Build Operate Own- suatu kontrak KPS/PPP dimana pihak swasta bertanggung jawab terhadap desain, konstruksi,

BOT
BOT

Build Operate Transfer suatu kontrak KPS/PPP dimana pihak swasta bertanggung jawab terhadap desain, konstruksi
Build Operate Transfer suatu kontrak KPS/PPP dimana pihak swasta bertanggung jawab terhadap desain, konstruksi

BU
BU

Financial Close
Financial Close
IIGF
IIGF
Konsesi Penuh
Konsesi Penuh

KPS
KPS

Off-taker
Off-taker
PJPK
PJPK

operasi dan memiliki suatu fasilitas infrastruktur, baik selama kontrak maupun setelah kontrak tersebut berakhir.
operasi dan memiliki suatu fasilitas infrastruktur, baik selama kontrak maupun setelah kontrak tersebut berakhir.

dan operasi suatu fasilitas infrastruktur, termasuk transfer kepemilikan setelah kontrak tersebut berakhir dari pihak
dan operasi suatu fasilitas infrastruktur, termasuk transfer kepemilikan setelah kontrak tersebut berakhir dari pihak
swasta ke pihak Pemerintah.
swasta ke pihak Pemerintah.

Badan Usaha; Badan usaha swasta yang berbentuk perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha
Badan Usaha; Badan usaha swasta yang berbentuk perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD), dan koperasi, yang merupakan mitra PJPK/ CA dalam perjanjian KPS. Juga dikenal sebagai Project
Milik Daerah (BUMD), dan koperasi, yang merupakan mitra PJPK/ CA dalam perjanjian KPS. Juga dikenal sebagai Project
Company (PC).
Company (PC).
Suatu tanggal dimana
Suatu tanggal dimana
(conditions precedent)
(conditions precedent)

semua perjanjian dan dokumentasi finansial proyek ditandatangani para pihak, dan prasyarat
semua perjanjian dan dokumentasi finansial proyek ditandatangani para pihak, dan prasyarat
untuk penarikan pinjaman telah dipenuhi.
untuk penarikan pinjaman telah dipenuhi.

Indonesia Infrastructure Guarantee Fund atau PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) suatu entitas
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund atau PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) suatu entitas

berbentuk BUMN yang berdasarkan regulasi bertanggung jawab dalam penyediaan penjaminan infrastruktur
berbentuk BUMN yang berdasarkan regulasi bertanggung jawab dalam penyediaan penjaminan infrastruktur

Suatu kontrak KPS dimana pihak swasta bertanggung jawab terhadap desain, konstruksi dan operasi suatu fasilitas
Suatu kontrak KPS dimana pihak swasta bertanggung jawab terhadap desain, konstruksi dan operasi suatu fasilitas
infrastruktur dan pihak pelanggan retail/pengguna akhir (publik) membayar layanan infrastruktur secara langsung
infrastruktur dan pihak pelanggan retail/pengguna akhir (publik) membayar layanan infrastruktur secara langsung
kepada pihak BU yang oleh PJPK diberikan izin pengusahaan selama jangka waktu tertentu.
kepada pihak BU yang oleh PJPK diberikan izin pengusahaan selama jangka waktu tertentu.
Kerjasama Pemerintah Swasta; Penyediaan Infrastruktur yang dilakukan melalui Perjanjian Kerjasama atau pemberian
Kerjasama Pemerintah Swasta; Penyediaan Infrastruktur yang dilakukan melalui Perjanjian Kerjasama atau pemberian
Izin Pengusahaan antara Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dengan Badan Usaha, yang meliputi pekerjaan
Izin Pengusahaan antara Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dengan Badan Usaha, yang meliputi pekerjaan
konstruksi untuk membangun atau meningkatkan kemampuan infrastruktur dan/atau kegiatan pengelolaan
konstruksi untuk membangun atau meningkatkan kemampuan infrastruktur dan/atau kegiatan pengelolaan
infrastruktur dan/atau pemeliharaan infrastruktur dalam rangka meningkatkan kemanfaatan infrastruktur. Juga dikenal
infrastruktur dan/atau pemeliharaan infrastruktur dalam rangka meningkatkan kemanfaatan infrastruktur. Juga dikenal
sebagai Public-Private Partnership (PPP)
sebagai Public-Private Partnership (PPP)
Pembeli layanan infrastruktur dalam suatu perjanjian KPS (biasanya berupa suatuperusahaan utilitas sektor publik)
Pembeli layanan infrastruktur dalam suatu perjanjian KPS (biasanya berupa suatuperusahaan utilitas sektor publik)

Penanggung Jawab Proyek Kerjasama; Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah, atau BUMN/BUMD dalam hal
Penanggung Jawab Proyek Kerjasama; Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah, atau BUMN/BUMD dalam hal
berdasarkan peraturan perundang-undangan, penyediaan infrastruktur diselenggarakan atau dilaksanakan oleh
berdasarkan peraturan perundang-undangan, penyediaan infrastruktur diselenggarakan atau dilaksanakan oleh
BUMN/BUMD. Dikenal juga sebagai Contracting Agency (CA) atau Public Authority (PA) atau Implementing Agency (IA)
BUMN/BUMD. Dikenal juga sebagai Contracting Agency (CA) atau Public Authority (PA) atau Implementing Agency (IA)

x
x

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

PRAKARSA PEMERINTAH UNTUK PERCEPATAN IMPLEMENTASI KPS/PPP


Indonesia menghadapi tantangan besar dalam pembangunan infrastruktur. Dengan anggaran Pemerintah yang terbatas, ratusan triliun
rupiah diharapkan akan datang dari sektor swasta dalam beberapa tahun kedepan untuk mendukung pembangunan infrastruktur.
Pemerintah Indonesia telah menunjukkan tekad dan semangat untuk mengatasi tantangan ini, terutama dengan menyediakan
kerangka peraturan dan kelembagaan untuk menarik minat dari sektor swasta dalam berpartisipasi di proyek-proyek infrastruktur
dengan skema kerjasama Pemerintah dan badan usaha (KPS).
Beberapa dari inisiatif yang telah dilakukan Pemerintah adalah pembentukan lembaga-lembaga utama yang dapat mengatasi
permasalahan infrastruktur KPS melalui pemberian dukungan fiskal. Pada bulan Desember 2009, Pemerintah mendirikan PT.

Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) atau PT PII, yang juga dikenal sebagai Indonesia Infrastructure Guarantee Fund (IIGF),
sebuah badan usaha milik negara/BUMN yang diberi tugas menyediakan penjaminan untuk mengurangi eksposur sektor swasta
terhadap risiko kontraktual dari pihak Pemerintah dalam proyek infrastruktur KPS.
Risiko kontraktual tersebut pada dasarnya adalah kewajiban finansial pihak Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) sebagai entitas
sektor publik di bawah kontrak KPS/PPP yang mencakup pelanggaran kontrak serta perubahan peraturan dan perundangan. PT PII dan
penjaminan infrastruktur ditujukan untuk membawa kenyamanan bagi investor swasta dan pemberi pinjaman, yang pada akhirnya
diharapkan dapat mempercepat pelaksanaan proyek KPS di Indonesia.

KERANGKA REGULASI PENJAMINAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA


Dalam rangka meningkatkan kelayakan kredit (creditworthiness) proyek infrastruktur sebagai upaya mendorong partisipasi sektor

swasta dalam pembangunan infrastruktur, Jaminan Pemerintah dapat diberikan kepada proyek infrastruktur yang dilaksanakan
berdasarkan skema kerjasama antara Pemerintah dengan badan usaha (KPS) sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden No.67
tahun 2005 tentang Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha juncto Peraturan Presiden No. 13 tahun 2010 juncto Peraturan
Presiden no. 56 tahun 2011 juncto Peraturan Presiden No. 66 tahun 2013 (Regulasi KPS). Sebagaimana diatur dalam peraturan
perundangan-undangan tersebut, pemberian jaminan Pemerintah dapat diberikan oleh Menteri Keuangan melalui BUMN yang didirikan
oleh

Pemerintah

dan

diberikan

tugas

khusus

untuk

melaksanakan

penjaminan

infrastruktur

(Badan

Usaha

Penjaminan

Infrastruktur/BUPI). Berdasarkan PP No.35/2009, PT PII didirikan sebagai BUPI melalui penanaman modal negara dengan tujuan
menyediakan penjaminan untuk proyek-proyek infrastruktur dengan pola KPS.
Pemberian penjaminan infrastruktur melalui PT PII diatur lebih lanjut melalui Peraturan Presiden No.78 tahun 2010 tentang Penjaminan
Infrastruktur dalam Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha yang dilakukan melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

(Perpres 78/2010), dan Peraturan Menteri Keuangan No.260/PMK.011/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Infrastruktur
dalam Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (PMK 260/2010). Dalam buku ini, kedua regulasi tersebut kemudian
disebut sebagai Regulasi Penjaminan Infrastruktur. Selanjutnya, saat ini Pemerintah melalui Peraturan Menteri Keuangan
No.223/PMK.011/2012 telah menerbitkan regulasi tentang penyediaan dukungan kelayakan ( viability gap fund) sebagai salah satu
bentuk dukungan Pemerintah terhadap proyek yang memiliki kelayakan ekonomi yang baik namun kelayakan finansialnya terbatas.

PMK 260/2010 pasal 11 mengamanatkan diterbitkannya suatu acuan mengenai kategori dan distribusi Risiko Infrastruktur antara
sektor publik dan swasta (Acuan Kategori dan Distribusi Risiko Infrastruktur atau singkatnya Acuan), sebagai rujukan utama bagi
Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) dalam membuat Perjanjian KPS, mengajukan Usulan Penjaminan (UP) untuk Proyek KPS
kepada PT PII, serta rujukan bagi Badan Usaha untuk ikut menanamkan modal dan perbankan untuk mendanai Proyek KPS.
Acuan Alokasi Risiko Infrastruktur ini disusun melalui konsultasi dengan berbagai pemangku kepentingan utama ( key stakeholders)
antara

lain

Kementerian

Keuangan,

Bappenas,

BKPM,

PJPK

terkait

(Kementerian/Lembaga

dan

Pemerintah

Daerah),

investor/pengembang, perbankan, lembaga multilateral, dan pihak-pihak lain yang mempunyai kompetensi di bidang Risiko
Infrastruktur. Acuan ini juga merupakan bagian dari rangkaian publikasi oleh PT PII dan melengkapi Acuan Penyediaan Penjaminan
Infrastruktur yang juga menjadi referensi utama bagi PT PII dalam penyediaan penjaminan infrastruktur untuk proyek KPS di Indonesia.

STRUKTUR PROYEK KPS DI INDONESIA


Identifikasi risiko-risiko infrastruktur dalam Acuan Alokasi Risiko Infrastruktur ini mengacu kepada struktur kerjasama Pemerintah dan
badan usaha (Struktur KPS) yang dapat berlaku menurut peraturan perundang-undangan di Indonesia. Dengan demikian, selain dari
Struktur KPS secara umum yang dapat berlaku lintas sektor, diidentifikasi pula secara spesifik sektor-sektor KPS yang termasuk dalam
Acuan Alokasi Risiko Infrastruktur ini. Sektor-sektor tersebut termasuk:
1. Sektor Air Minum
2. Sektor Jalan Tol
3. Sektor Pengelolaan Limbah
4. Sektor Perkeretaapian
5. Sektor Ketenagalistrikan
6. Sektor Kepelabuhanan
7. Sektor Kebandaraan
Sebagaimana dalam edisi sebelumnya, cakupan sektor diatas mengacu pada potensi proyek yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat.

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

2.1

Struktur Proyek KPS secara Umum

Berdasarkan Regulasi KPS, PJPK adalah Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah, dan dalam hal peraturan perundang-undangan
penyediaan infrastruktur publik diselenggarakan atau dilaksanakan oleh BUMN/BUMD, maka PJPK proyek sektor tersebut adalah
BUMN/BUMD. Untuk keperluan penyusunan acuan ini, struktur KPS diklasifikasikan berdasarkan sifat dari pelayanan dan pembagian
risiko yang termuat dalam kontrak KPS. Kedua kategori utama yang juga merupakan struktur proyek KPS dasar adalah struktur

berbasis-penggunaan layanan infrastruktur (Usage-based PPP) dan struktur berbasis-ketersediaan layanan infrastruktur (Availability-

based PPP), dimana aplikasinya berdasarkan suatu kajian opsi skema kerjasama untuk merumuskan suatu business case terhadap
lingkup proyek.

2.1.1

Struktur berbasis-penggunaan layanan infrastruktur (Usage-based PPP)

Dalam struktur ini, lingkup penyediaan infrastruktur yang dikerjasamakan meliputi seluruh peran atau pekerjaan yang sebelumnya
menjadi tanggung jawab sektor publik. Sebagaimana terlihat dalam diagram di bawah ini, BU secara langsung menyediakan layanan
infrastruktur kepada pelanggan retail/pengguna akhir, dimana Pemerintah lebih berperan sebagai regulator.
Sektor Publik selain
PJPK
PJPK

Sektor Publik

Konsesi

Badan Usaha
Kontraktor
Konstruksi

Sektor Swasta

Kontrak KPS

Konsultan
Desain

Transaksi
sesuai
Tarif
Kontrak operasi

Konstruksi dan Operasi

Sponsor Proyek

Financial
Close

Kontrak
konstruksi

Operator

Pembiayaan
Ekuitas

Pengguna

Pembiayaan
Pinjaman

Lenders

Pembiayaan

Gambar 1.Struktur berbasis-penggunaan (Usage-based PPP atau wholesale infrastructure)

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Struktur ini kerap disebut juga sebagai model Konsesi Penuh (di Indonesia dikenal luas sebagai model Konsesi) dan umumnya
digunakan di sektor perhubungan (misal jalan tol, kereta api) dan sektor utilitas (misal air minum). Dan seperti terlihat dalam diagram
di atas, PJPK secara kontraktual sepakat untuk memberikan suatu hak pengusahaan/konsesi untuk penyediaan layanan infrastruktur
secara keseluruhan selama periode kontrak yang disepakati.

2.1.2

Struktur berbasis-ketersediaan layanan infrastruktur (Availability-based PPP)

Dalam struktur ini, lingkup penyediaan infrastruktur yang dikerjasamakan hanya meliputi sebagian dari seluruh peran atau pekerjaan
yang sebelumnya menjadi tanggung jawab sektor publik. Kebanyakan dari layanan jenis ini mencakup penyediaan unit
pembangkit/pemroses (fasilitas), dan sebagian dari lingkup dapat mencakup penyediaan transmisi bahan baku untuk fasilitas atau
konstruksi dan operasi dari fasilitas, atau distribusi output fasilitas menuju jaringan utama ke pelanggan.
Sektor Publik selain
PJPK

PJPK

Transaksi
Tarif

Kontrak BOT
Perjanjian Jual Beli

Kontrak KPS

Konsultan
Desain

Badan Usaha
Kontraktor
Konstruksi

Kontrak
konstruksi

Operator
Kontrak operasi
Konstruksi dan Operasi

Sektor Publik
Sektor Swasta

Pengguna

Pembiayaan
Ekuitas

Sponsor Proyek

Financial
Close
Pembiayaan
Pinjaman

Lenders

Pembiayaan

Gambar 2. Struktur berbasis-ketersediaan (Availability-based PPP atauretail infrastructure))

Seperti terlihat pada diagram, BU menerima pembayaran berkala dari PJPK selama periode kontrak atas ketersediaan layanan

infrastruktur (termasuk biaya operasional yang diteruskan atau pass-through ke PJPK). Karenanya, biasanya entitas yang menjadi
PJPK adalah instansi utilitas publik (misalnya PLN untuk sektor listrik atau Kepala Daerah untuk sektor air minum).

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Skema kontraktual tipe ini bisa berupa skema Build Operate Transfer (BOT) atau Build Operate Own (BOO) atau modifikasi keduanya.
Dalam skema tersebut, BU biasanya bertanggung jawab atas desain, konstruksi, pembiayaan dan operasional dan pemeliharaan (O&M)

dari fasilitas yang outputnya digunakan/dibeli oleh PJPK. Perbedaan dari keduanya adalah, berlawanan dengan BOO, skema BOT
mengharuskan pihak swasta (BU) untuk mengalihkan kepemilikan aset ke sektor publik setelah kontrak KPS berakhir.

2.1.3

Kontrak Operasi dan Pemeliharaan (O&M contract)

Sebagai tambahan terhadap 2 struktur dasar proyek KPS/PPP, mengacu juga ke Regulasi KPS dan terkait potensi implementasi
khususnya di sektor transportasi, kontrak Operasi dan Pemeliharaan (O&M contract) juga akan didiskusikan lebih jauh dalam acuan ini.

Karena skema ini tidak mencakup pelaksanaan dan pembiayaan konstruksi fasilitas (biasa disebut sebagai proyek brownfield), kontrak
O&M dapat mengacu pada suatu kontrak dimana BU

adalah pihak yang diberikan hak untuk mengelola (dalam kasus tertentu:

menyewa) fasilitas dengan tanggungjawab untuk pengoperasian, pemeliharaan dan peremajaan tertentu dari fasilitas infrastruktur
tersebut.
Selama kontrak berlangsung, pihak swasta (BU)-lah yang menyediakan

layanan infrastruktur, namun kepemilikan dari fasilitas

tersebut berada pada sektor publik sebagai pihak yang melakukan investasi modal (capital investment). Di negara lain, Kontrak O&M
dapat berbentuk sebagai affermage contract dan lease contract.

Berikut ini ringkasan fitur-fitur struktur KPS/PPP dasar yang dibahas di atas.
Tabel 1. Fitur-fitur dari Opsi Struktur KPS/PPP

Kegiatan
Kepemilikan
Investasi

Availability-based

Usage-based

O&M

Pemerintah

Pemerintah

Pemerintah

Swasta

Swasta

Pemerintah

/-

- / sebagian (selama swasta tidak

/-

Pemeliharaan

/-

Penagihan ke pelanggan

/-

Produksi
Distribusi ke Pelanggan
retail/pengguna akhir

Horison Waktu (tipikal)


Pelanggan
Sumber Arus Kas

menanggung risiko permintaan)

20-30 tahun

20-30 tahun

5-15 tahun

Pembeli tunggal/Pemerintah

Pelanggan ritel

Pembeli tunggal/PJPK atau Pelanggan

Pembayaran oleh instansi utilitas

Pembayaran dari pelanggan

Bagian dari revenue dari tarif

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

2.2
2.2.1

Struktur KPS pada masing-masing Sektor Infrastruktur


Struktur KPS sektor Air Minum

Struktur KPS di sektor air minum mengacu kepada Undang-Undang No.7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (UU 7/2004), Peraturan
Pemerintah No.16 tahun 2005 (PP 16/2005), serta Regulasi KPS. Struktur KPS dapat melibatkan PDAM sebagai perusahaan utilitas
Pemerintah daerah, untuk menjadi PJPK (dengan persetujuan dari Badan Pengawas sebagaimana pasal 37 dari PP 16/2005). Jika proyek
mencakup wilayah diluar wilayah pelayanan PDAM, maka akan melibatkan Kepala Daerah untuk memasuki perjanjian KPS dengan BU
(sesuai pasal 64 dari PP 16/2005). Sejalan dengan regulasi dan implementasi proyek saat ini, ada dua jenis struktur KPS yang
merupakan turunan dari struktur KPS generik di atas, yaitu: struktur Konsesi Penuh (struktur berbasis penggunaan), dan struktur
konsesi sebagian (BOT) (struktur berbasis ketersediaan). Deskripsi dan diagram masing-masing struktur diuraikan sebagai berikut.

2.2.1.1. Struktur Konsesi Penuh Air Minum

DPRD

Pemda

Badan Regulator

Kepala Daerah
sebagai PJPK
Sektor Publik

PDAM

Konsesi

Sektor Swasta

Kontrak KPS
Konsultan
Desain
Kontraktor
Konstruksi

Operator

Badan Usaha

Pembiayaan
Ekuitas

Sponsor Proyek

Financial
Close

Kontrak
konstruksi
Perjanjian Sambungan
Transaksi sesuai tarif

Pembiayaan
Pinjaman

Kontrak operasi

Konstruksi dan Operasi

Pelanggan

Pembiayaan

Gambar 3. Struktur Konsesi Penuh Air Minum

Lenders

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Struktur Konsesi Penuh untuk sektor air minum meliputi (hampir) seluruh lingkup yang mungkin untuk diserahkan ke pihak swasta,
yaitu Transmisi, Produksi, Operasi dan Pemeliharaan, Distribusi dan Penagihan ke Pelanggan. Biasanya opsi ini digunakan untuk proyek
baru yang membutuhkan investasi yang signifikan bagi PDAM (sebagai pengelola sektor air minum eksisting). Risiko pasar dan risiko
kenaikan tarif merupakan jenis risiko yang paling sering dikuatirkan oleh pihak swasta dalam implementasi proyek dengan struktur ini.

2.2.1.2. Struktur BOT Air Minum


Dalam struktur BOT, kredibilitas PJPK memegang peranan penting dalam kesuksesan implementasi proyek. Pihak swasta biasanya
hanya bertanggung jawab terhadap masing-masing dari Transmisi, Produksi, Operasi dan Pemeliharaan, Distribusi atau setiap
kombinasi dari masing-masing, tetapi tidak menanggung tugas penagihan biaya ke pelanggan. Dalam konteks Perjanjian Jual Beli Air

(Water Purchase Agreement/WPA), air hasil dari proses yang dilakukan oleh BU kemudian dijual ke PDAM sebagai off-taker (umumnya
pembeli tunggal) yang nantinya akan didistribusikan dan dijual ke pelanggan retail/pengguna akhir oleh PDAM.
DPRD

Pemda

Badan Regulator

Kepala Daerah
sebagai PJPK

PDAM

Bangun Guna Serah

Sektor Publik

(BOT/Built Operate Transfer )

Sektor Swasta

Kontrak KPS
Konsultan
Desain
Kontraktor
Konstruksi

Operator

Badan Usaha

Kontrak
konstruksi

Kontrak operasi

Konstruksi dan Operasi

Gambar 4. Struktur BOT Air Minum

Perjanjian Sambungan
Transaksi sesuai tarif

Pelanggan
Pembiayaan
Ekuitas

Sponsor Proyek

Financial
Close
Pembiayaan
Pinjaman
Pembiayaan

Lenders

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Dengan demikian, untuk kesuksesan transaksi proyek dengan struktur ini, pihak swasta (terutama lender) perlu diyakinkan bahwa
PDAM memiliki kelayakan kredit yang baik untuk melakukan pembayaran periodik sebagai off-taker selama masa kontrak.
2.2.2

Struktur KPS sektor Pengelolaan Limbah

Dalam sektor pengelolaan limbah, baik itu persampahan maupun pengelolaan air limbah, struktur proyek dapat menggunakan skema
KPS berbasis ketersediaan atau struktur BOT. Sebagaimana dalam sektor air minum, mengacu pada regulasi, pihak yang dapat menjadi
PJPK dalam sektor ini adalah Pemerintah Daerah (misal Pemerintah kabupaten, kota atau provinsi).

2.2.2.1. BOT Persampahan


Mengacu pada Regulasi KPS saat ini, ruang lingkup yang dapat dikerjasamakan adalah pengolahan sampah. Artinya, BU dapat
mencakup pembangunan dan pengelolaan fasilitas pengolahan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA), namun biasanya tidak
termasuk pengumpulan sampah maupun penagihan ke pelanggan retail/pengguna akhir. Mengacu pada arah kebijakan, lingkup
pengangkutan sampah memiliki potensi untuk dikerjasamakan, namun lingkup tersebut belum termasuk dalam pengaturan dalam
Regulasi KPS.

Gambar 5. Struktur KPS Pengelolaan Sampah

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Pemerintah Daerah selaku PJPK (umumnya selaku penyedia sampah yang mengumpulkan pembayaran dari pelanggan retail/pengguna
akhir dan lokasi lainnya) memberikan pembayaran atas pelayanan yang diberikan BU baik dalam pengangkutan maupun di TPA berupa

tipping fee. Bergantung kepada pemilihan teknologi yang diterapkan pada proyek, output dari proses yang dilakukan oleh BU dapat

dimanfaatkan atau dijual untuk menghasilkan pendapatan tambahan kepada BU (misalnya penjualan listrik ke PLN selaku utilitas listrik
atau penjualan hasil olahan berupa kompos atau batako). Pada akhir masa kontrak BOT, kepemilikan dari TPA dialihkan kepada PJPK
yang akan melanjutkan pengoperasian TPA sampai akhir usia aset tersebut.

2.2.2.2. BOT Pengelolaan Air Limbah


Sebagaimana sektor persampahan, proyek pengelolaan air limbah dapat dilaksanakan dengan struktur BOT. Dalam hal ini BU hanya
bertanggung jawab dalam pembangunan dan operasi tempat pengolahan dan jaringan pengumpul air limbah, namun biasanya tidak
termasuk tugas pengumpulan air limbah dari dan/atau penagihan ke pelanggan retail/pengguna akhir.
DPRD

Pemda

Perusahaan Utilitas
Daerah

Kepala Daerah
sebagai PJPK

Badan Regulator

Bangun Guna Serah

Konsumen
Residensial/Industri

Sektor Publik

(BOT/Built Operate Transfer )

Sektor Swasta

Kontrak KPS
Konsultan
Desain
Kontraktor
Konstruksi

Operator

Badan Usaha
Kontrak
konstruksi

Kontrak operasi

Konstruksi dan Operasi

Pembiayaan
Ekuitas

Financial
Close
Pembiayaan
Pinjaman

Sponsor
Proyek

Lenders

Pembiayaan

Gambar 6. Struktur KPS Pengelolaan Air Limbah

Pemerintah Daerah selaku PJPK memberikan pembayaran atas pelayanan yang diberikan fasilitas BU. Pada akhir masa kontrak BOT,
kepemilikan dari fasilitas dialihkan kepada PJPK sebagai operator fasilitas sampai akhir usia aset tersebut.

10

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

2.2.3

Struktur KPS Sektor Jalan Tol

Pada sektor jalan tol di Indonesia, sejauh ini KPS dapat dilakukan melalui skema berbasis penggunaan. PJPK dalam sektor ini adalah
Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Kementerian Pekerjaan Umum.

2.2.3.1. Struktur Konsesi Penuh Jalan Tol


Pada struktur Konsesi Penuh jalan tol, pelanggan retail/pengguna akhir membayar atas pelayanan jalan tol langsung kepada BU selaku
pemegang (hak) Konsesi Penuh yang juga bertanggung jawab untuk melakukan desain, konstruksi, operasi dan perawatan fasilitas
hingga akhir masa Konsesi Penuh. Konsesi Penuh biasanya diberikan kepada BU sektor swasta menggunakan struktur BOT.
Menteri PU sebagai
Badan Regulator
Badan PengaturJalan Tol (BPJT)
sebagai PJPK a/n Menteri PU

Sektor Publik

Konsesi

Badan Usaha
Kontraktor
Konstruksi

Operator

Sektor Swasta

Kontrak KPS

Konsultan
Desain

Kontrak
konstruksi

Kontrak operasi

Konstruksi dan Operasi

Transaksi
sesuai
Tarif

Pembiayaan
Ekuitas

Sponsor Proyek

Financial
Close
Pembiayaan
Pinjaman

Pengguna
(Kendaraan)

Lenders

Pembiayaan

Gambar 7. Struktur Konsesi Penuh Jalan Tol

Sebagaimana dapat terlihat dalam struktur di bawah ini, mirip dengan struktur Konsesi Penuh pada sektor lain, risiko permintaan dan
risiko terkait tarif adalah risiko-risiko yang menjadi fokus perhatian BU.

11

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

2.2.3.2. O&M Jalan Tol


Dalam struktur ini, lingkup KPS umumnya adalah untuk proyek brownfield dimana pekerjaan desain, konstruksi dan pembiayaan

fasilitas jalan tol tersebut tidak menjadi lingkup pekerjaan BU. Struktur ini dapat dipilih pada kasus dimana suatu ruas jalan tol tidak
mampu mencapai kelayakan secara komersial yang baik jika biaya investasi termasuk kedalam lingkup KPS yang ditawarkan.
BU selaku operator (dalam kontrak operasi dan pemeliharaan ini) akan memelihara fasilitas dan menerima pembayaran atas layanan
jalan tol sesuai tarif dari pelanggan retail/pengguna akhir atas nama Pemerintah (sebagai pemilik jalan tol). Dalam praktiknya, BU
dapat membayar suatu concession fee kepada PJPK dan menyimpan sisa pendapatan dari tarif yang sudah diterima, sebagai insentif
kepada BU dalam menjaga kualitas pelayanan.

Menteri PU sebagai
Badan Regulator
Badan PengaturJalan Tol (BPJT)
sebagai PJPK a/n Menteri PU

Sektor Publik

Konsesi

Sektor Swasta

Kontrak KPS
Operator

Kontrak
operasi

Badan Usaha

Transaksi
sesuai
Tarif

Konstruksi fan Operasi

Pengguna
(Kendaraan)

Pembiayaan
Ekuitas

Sponsor Proyek

Financial
Close
Pembiayaan
Pinjaman

Lenders

Pembiayaan

Gambar 8. Struktur O&M Jalan Tol

2.2.3.3. Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M


Struktur kombinasi ini bisa diaplikasikan sebagai suatu solusi terhadap suatu jaringan jalan tol yang terdiri dari ruas yang dibangun
dan dibiayai dari berbagai sumber pendanaan terkait profil kelayakan finansial yang berbeda. Dalam struktur ini, lingkup pekerjaan

12

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

yang dikerjasamakan dibedakan berdasarkan ruas, namun menjadi lingkup kontrak untuk seluruh jaringan. Dengan demikian profil
risiko para pihak akan sangat berbeda tergantung ruas mana yang menjadi perhatian.

Konsultan
Desain ruas A

Kontraktor
Konstruksi ruas A

Badan PengaturJalan Tol (BPJT)


sebagai PJPK a/n Menteri PU
Kontrak
konstruksi

Kontrak Konsesi dan


O&M

Kontrak
desain

Konsultan
Desain ruas B
Kontraktor
Konstruksi ruas B

Menteri PU sebagai
Badan Regulator

Kontrak
desain

Sektor Publik
Sektor Swasta

Kontrak KPS
Pembiayaan
Ekuitas

Badan Usaha
Kontrak
konstruksi

Operator
ruas A dan B

Kontrak
operasi

Konstruksi fan Operasi

Transaksi
sesuai
Tarif

Sponsor Proyek

Financial
Close
Pembiayaan
Pinjaman

Pengguna
(Kendaraan)

Lenders

Pembiayaan

Gambar 9. Struktur Konsesi Jalan Tol

2.2.4

Struktur KPS Sektor Perkeretaapian

Seperti halnya dalam sektor transportasi (darat) lainnya, KPS dapat dilakukan melalui infrastruktur dengan skema berbasis
penggunaan. Sesuai regulasi yang berlaku, PJPK dalam sektor ini adalah Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan
/Kemenhub).

13

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

2.2.4.1. Konsesi Penuh Perkeretaapian


Dalam struktur Konsesi Penuh, Pemerintah dapat memberikan kewenangan bagi BU untuk mengumpulkan pendapatan langsung dari
pelanggan retail/pengguna akhir. Lingkup kerja BU dapat meliputi, penyediaan dan pengoperasian layanan dan infrastruktur
perkeretaapian terhadap aset rolling stock (kereta api dan gerbong pengangkut), stasiun atau track (jalur kereta) saja.
Menteri Perhubungan
sebagai Regulator
Dirjen Perkeretaapian
sebagai PJPK a/n Menhub
Sektor Publik

Konsesi

Kontrak KPS

Konsultan
Desain

Badan Usaha
Kontraktor
Konstruksi

Operator

Sektor Swasta

Kontrak
konstruksi

Kontrak operasi

Konstruksi dan Operasi

Transaksi
sesuai Tarif
Pengguna Akhir
(Penumpang/Kargo)

Pembiayaan
Ekuitas

Financial
Close
Pembiayaan
Pinjaman

Sponsor
Proyek

Lenders

Pembiayaan

Gambar 10. Struktur Konsesi Penuh Perkeretaapian

Terkait besarnya biaya investasi dan tarif yang diatur (regulated), pengalaman di negara lain menunjukkan proyek akan sangat sulit

memenuhi kelayakan finansial bila menggunakan konsesi perkeretaapian yang mencakup aset rolling stock, stasiun dan track
sekaligus, kecuali menyertakan lingkup pemanfaatan komersial untuk area sekitar stasiun atau konsep transit-oriented development

(TOD).

14

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

2.2.4.2. O&M Perkeretaapian


Serupa dengan struktur O&M di proyek jalan tol, skema KPS ini umumnya dirancang untuk proyek brownfield dimana pekerjaan
desain, konstruksi dan pembiayaan fasilitas jalur kereta tersebut tidak menjadi lingkup pekerjaan BU.
Konsultan
Desain
Kontraktor
Konstruksi

Kontrak
desain

Menteri Perhubungan
sebagai Regulator
Dirjen Perkeretaapian
sebagai PJPK a/n Menhub

Kontrak
konstruksi

Sektor Publik

Konsesi

Sektor Swasta

Kontrak KPS
Operator

Kontrak
operasi

Badan Usaha
Transaksi
sesuai Tarif
Pengguna Akhir
(Penumpang/Kargo)

Pembiayaan
Ekuitas

Financial
Close
Pembiayaan
Pinjaman

Konstruksi dan Operasi

Sponsor
Proyek

Lenders

Pembiayaan

Gambar 11. Struktur O&M Perkeretaapian

Operator akan memelihara fasilitas dan menerima pembayaran atas layanan sesuai tarif dari pelanggan retail/pengguna akhir atas
nama Pemerintah (sebagai pemilik jalur kereta). Pendapatan kemudian dihitung sebagai porsi dari tarif yang sudah diambil.
2.2.5

Struktur KPS Sektor Ketenagalistrikan

Di sektor listrik, KPS telah diterapkan hanya untuk lingkup pembangkitan tenaga listrik, melalui skema Pembangkit Listrik Independen

(Independent Power Producer atau IPP), dan tidak termasuk penyediaan layanan infrastruktur lainnya (seperti transmisi, distribusi,

dan penagihan tarif). Meskipun secara struktur, kontrak IPP dapat menggunakan skema BOT dan BOO, sebagai proyek KPS di Indonesia

15

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

struktur yang cenderung digunakan adalah struktur BOT saja dimana kepemilikan aset pembangkit ditransfer ke sektor publik (PLN)
setelah berakhirnya kontrak KPS (dimana selama masa kontrak pembangkit tersebut dimiliki oleh pihak IPP swasta).

2.2.5.1. BOT Ketenagalistrikan


Secara kontraktual, badan usaha swasta atau IPP bertanggung jawab atas desain, konstruksi, pembiayaan serta operasi dan
pemeliharaan dari fasilitas pembangkit tenaga listrik (pembangkit). Tenaga listrik yang dihasilkan kemudian dijual oleh IPP kepada PLN
sebagai badan usaha milik negara (juga sebagai PJPK) melalui sebuah perjanjian pembelian listrik ( Power Purchase Agreement atau
PPA). Seperti struktur BOT lainnya, pembangkit akan diserahkan kepada PJPK pada akhir masa kerjasama.
Kementerian ESDM
sebagai Regulator
PT PLN
sebagai PJPK

Perjanjian Sambungan
Transaksi sesuai tarif

Jual Beli Listrik


(BOT/Built Operate Transfer)

Sektor Publik
Sektor Swasta

Kontrak KPS
Konsultan
Desain
Kontraktor
Konstruksi

Operator

Badan Usaha

(Independent Power Producer)


Kontrak
konstruksi

Kontrak operasi

Konstruksi dan Operasi

Pelanggan
Pembiayaan
Ekuitas

Sponsor Proyek

Financial
Close
Pembiayaan
Pinjaman

Lenders

Pembiayaan

Gambar 12. Struktur BOT Ketenagalistrikan

PLN sebagai pembeli tunggal listrik (single off-taker) akan membayar atas listrik dari IPP secara berkala dengan dasar pembayaran

ambil-atau-bayar (take-or-pay) selama masa perjanjian pembelian listrik. Sehingga kemampuan PLN dalam memenuhi kewajiban
finansialnya ini selalu menjadi risiko utama yang perlu diperhatikan untuk skema ini.

16

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

2.2.5.2. BOT Mulut Tambang


Proyek pembangkit listrik mulut tambang adalah proyek PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap/batubara) dengan fitur berikut:
-

Dibangun dengan alasan utama untuk meminimalkan risiko ketidakpastian suplai dan risiko kenaikan harga batubara;

Komponen biaya transportasi batubara yang relatif rendah karena lokasi tambang batubara dekat dengan pembangkit;

Kualitas batubara yang dipasok relatif rendah sehingga dibutuhkan fasilitas/teknologi yang dapat meningkatkan kualitas batubara
tersebut yang mengakibatkan biaya kontruksi pembangkit yang relatif tinggi dibandingkan dengan PLTU lainnya; dan

Lokasi pembangkit relatif terpencil dari jalur transmisi utama sehingga membutuhkan biaya untuk fasilitas transmisi tambahan

Sebagai suatu proyek KPS, variasi terhadap skema alokasi risiko dalam pembangkit mulut tambang ini tidak hanya tergantung dari
struktur KPS yang dipilih (BOT atau BOO) saja. Faktor kepemilikan tambang batubara, penentuan lokasi tambang dan pembangkit
sangat menentukan bagaimana risiko dialokasikan pada proyek jenis ini.
Sebagai ilustrasi dalam menyusun matriks risiko, opsi struktur proyek yang dipilih adalah jenis kontrak BOT (karena pertimbangan
teknologi yang relatif tinggi) dan dimana lokasi tambang pemasok batu bara pembangkit swasta ditentukan oleh (dan kemudian
dimiliki oleh) PLN yang juga sebagai PJPK.
Kementerian ESDM
sebagai Regulator
Kepemilikan
Badan Usaha
Pemasok Batubara

Kontrak
operasi

PT PLN
sebagai PJPK
Jual Beli Listrik
(BOT/Built Operate Transfer )

Kontrak
Suplai
Batubara

Sektor Publik
Sektor Swasta

Kontrak KPS
Badan Usaha

Operator
Tambang

(Independent Power Producer)

Konsultan
Desain

Kontrak desain

Kontraktor
Konstruksi

Kontrak konstruksi

Operator
Pembangkit

Perjanjian Sambungan
Transaksi sesuai tarif

Pelanggan

Pembiayaan
Ekuitas

Sponsor Proyek

Financial
Close
Pembiayaan
Pinjaman

Kontrak operasi

Konstruksi dan Operasi

Pembiayaan

Gambar 13. Struktur BOT Mulut Tambang

Lenders

17

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Seperti terlihat dari struktur di atas, lingkup pekerjaan yang dikerjasamakan tidak berbeda dengan tipikal struktur BOT yaitu pekerjaan
detail desain, konstruksi, operasi dan pemeliharaan fasilitas pembangkit dalam rangka penyediaan listrik untuk kemudian dibeli secara
berkala dan didistribusikan oleh PLN ke pelanggan. Perbedaan utamanya adalah pada profil risiko bagi para pihak, terutama risiko
ketidakpastian suplai dan kenaikan harga batubara (selain risiko dalam akuisisi dan pengoperasian tambang bagi PLN dalam opsi ini).
2.2.6

Struktur KPS Sektor Kepelabuhanan

Dalam sektor ini, kerangka regulasi sektor pelabuhan di Indonesia memungkinkan struktur KPS berbasis penggunaan (atau Konsesi
Penuh), dimana PJPK pada sektor ini adalah Otoritas Pelabuhan (OP) di bawah Kemenhub.

2.2.6.1. Konsesi Penuh Kepelabuhanan

Dalam struktur Konsesi Penuh, pelanggan retail/pengguna akhir dari KPS ini dapat merupakan penumpang, perusahaan pelayaran, dan
/ atau perusahaan ekspedisi barang (kargo atau kontainer).
Menteri Perhubungan
sebagai Regulator
Otoritas Kepelabuhanan
sebagai PJPK a/n Menhub
Sektor Publik

Konsesi

Kontrak KPS

Konsultan
Desain

Badan Usaha
Kontraktor
Konstruksi

Operator

Sektor Swasta

Kontrak
konstruksi

Kontrak operasi

Transaksi
sesuai Tarif
Pengguna
(Penumpang/Kargo)

Pembiayaan
Ekuitas

Financial
Close
Pembiayaan
Pinjaman

Konstruksi dan Operasi

Gambar 14. Struktur Konsesi Penuh Kepelabuhanan

Pembiayaan

Sponsor
Proyek

Lenders

18

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Dalam sektor ini, belum ada proyek yang telah berhasil dilaksanakan saat ini dengan skema berdasarkan Regulasi KPS. Mengacu pada
model bisnis yang lazim sebagai skema KPS di sektor ini, skema yang cenderung akan dijadikan acuan regulasi adalah model LPA

(Landlord Port Authority) dimana Pemerintah dapat menyewakan lahan (greenfield) atau mendapatkan concession fee atas pelabuhan
yang sudah ada beserta fasilitasnya (brownfield) kepada BU swasta. Dalam hal ini, BU dapat membangun atau mengembangkan
infrastruktur kepelabuhanan yang ada untuk meningkatkan layanan infrastruktur dalam pengoperasiannya, dan mendapatkan
pembayaran dari pelanggannya atas pelayananan di pelabuhan.

Dalam skema ini, dimana risiko permintaan umumnya akan diserap oleh swasta. Pemerintah (sebagai landlord) dapat menerima

pembayaran atas sewa tersebut atau concession fee dari BU sehingga dapat dimanfaatkan untuk memulihkan sebagian atau seluruh
biaya pengadaan tanah dan fasilitas pendukung (misalnya break water, akses jalan dan fasilitas pendukung lainnya) yang merupakan

kewajiban Pemerintah dalam mempersiapkan proyek KPS. Besarnya sewa atau concession fee tersebut biasanya menjadi kriteria
penentuan pemenang lelang KPS; dengan kata lain, ditentukan oleh seberapa besar minat para investor.
2.2.7

Struktur KPS Sektor Kebandaraan

Dalam sektor ini, belum ada proyek yang telah berhasil dilaksanakan saat ini dengan skema berdasarkan Regulasi KPS. Mengacu pada
UU No. 1 tahun 2009 tentang Penerbangan pasal 235, pelayanan jasa kebandarudaraan dapat dilaksanakan oleh Badan Usaha Bandar
Udara (BUBU) berdasarkan konsesi dan atau bentuk lainnya (termasuk BOT dan kontrak manajemen). PJPK dari sektor ini adalah
Direktur Jenderal Perhubungan Udara (Ditjen Hubud), Kemenhub.
Sebagai gambaran, secara garis besar lingkup pekerjaan dan jenis infrastrukturnya dapat terbagi menjadi:
Infrastruktur bandara, terdiri atas:
o
o
o

Air-side: landasan pacu, taxyway, apron, air traffic control (ATC)


Land-side: terminal
Area komersial sekitar bandara

Infrastruktur akses transportasi


o

Akses kereta api

Akses jalan

Terhadap opsi kerjasama melalui skema KPS, karena jenis infrastruktur tertentu sifatnya tidak komersial (khususnya Air-side), perlu
evaluasi terhadap kebutuhan peran BU swasta, baik untuk area brownfield (terhadap bandara yang sudah beroperasi) atau area

greenfield (bandara di lokasi baru). Sebagai contoh, untuk melibatkan BU swasta dalam area greenfield, Pemerintah perlu terlebih dulu

19

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

menyiapkan infrastruktur akses transportasi yang memadai termasuk membangun infrastruktur Air-side melalui sumber pendanaan
lain.

2.2.7.1. Konsesi Penuh Kebandaraan


Dalam struktur Konsesi Penuh, KPS pada sektor kebandaraan dapat meliputi penyediaan dan pengoperasian layanan dan infrastruktur.
Pemerintah dapat memberikan kewenangan bagi BU untuk memperoleh pendapatan langsung dari pelanggan retail/pengguna akhir
yaitu penumpang, maskapai penerbangan dan/atau perusahaan ekspedisi barang seperti kargo.
Menteri Perhubungan
sebagai Regulator
Dirjen Perhubungan Udara
sebagai PJPK a/n Menhub
Sektor Publik

Konsesi

Kontrak KPS

Konsultan
Desain

Badan Usaha
Kontraktor
Konstruksi

Operator

Sektor Swasta

Kontrak
konstruksi

Kontrak operasi

Transaksi
sesuai Tarif
Pengguna
(Penumpang/Kargo)

Pembiayaan
Ekuitas

Financial
Close
Pembiayaan
Pinjaman

Konstruksi dan Operasi

Sponsor
Proyek

Lenders

Pembiayaan

Gambar 15. Struktur Konsesi Penuh Kebandaraan

Konsesi penuh biasanya diberikan kepada BU sektor swasta menggunakan struktur BOT, khususnya dalam konteks ekspansi di area

brownfield. Lingkup kerja dari BU, seperti yang diatur dalam peraturan yang berlaku, adalah mengembangkan dan mengoperasikan

baik prasarana bandara maupun jasa-jasa yang ada sehingga juga dimungkinkan untuk menyertakan lingkup pemanfaatan komersial
untuk area bandara kepada BU. Untuk area greenfield, skema KPS lebih dimungkinkan untuk tidak menyertakan pembangunan
infrastruktur Air-side sebagai lingkup yang dikerjasamakan dengan BU.

20
21
20

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko


KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

menyiapkan infrastruktur akses transportasi yang memadai termasuk membangun infrastruktur Air-side melalui sumber pendanaan

lain.
2.2.7.2. O&Minfrastruktur
Kebandaraanakses transportasi yang memadai termasuk membangun infrastruktur Air-side melalui sumber pendanaan
menyiapkan

2.2.7.1.
Konsesi Penuh Kebandaraan
lain.

Serupa dengan struktur O&M di proyek transportasi lainnya, skema KPS ini umumnya dirancang untuk proyek brownfield dimana

Dalam
struktur
Konsesi
Penuh,
KPS
pada sektor
kebandaraan
dapat meliputi
dan
pengoperasian
dan infrastruktur.
pekerjaan
desain,
konstruksi
dan
pembiayaan
fasilitas
kebandaraan
tersebut penyediaan
tidak menjadi
lingkup
pekerjaanlayanan
BU.
2.2.7.1.
Konsesi
Penuh
Kebandaraan

Pemerintah dapat memberikan kewenangan bagi BU untuk memperoleh pendapatan langsung dari pelanggan retail/pengguna akhir
Dalam struktur Konsesi Penuh, KPS pada sektor kebandaraan dapat meliputi penyediaan dan pengoperasian layanan dan infrastruktur.
yaitu penumpang, maskapai penerbangan dan/atau perusahaan ekspedisi barang seperti kargo.
Pemerintah dapat memberikan kewenangan bagi BU
untuk
memperoleh pendapatan langsung dari pelanggan retail/pengguna akhir
Menteri
Perhubungan
Menteri Perhubungan
Kontrak

sebagai
Regulator
sebagai Regulator
yaitu penumpang, maskapai
penerbangandesain
dan/atau perusahaan
ekspedisi barang seperti kargo.
Konsultan
Desain

Menteri Perhubungan
Dirjen
Perhubungan
Udara
Dirjen
Perkeretaapian
sebagai
Regulator
sebagai
sebagai PJPK
PJPK a/n
a/n Menhub
Menhub

Kontraktor
Konstruksi

Kontrak
konstruksi

Konsultan
Desain
Konsultan
Operator
Desain
Kontraktor
Konstruksi

Kontraktor
Konstruksi

Dirjen Perhubungan Udara


sebagai Konsesi
PJPK a/n Menhub

Sektor
Publik
Sektor
Publik

Konsesi

Sektor
Swasta
Sektor
Swasta
Sektor Publik

Konsesi

Kontrak
operasi
Kontrak

konstruksi

Kontrak KPS
Badan Usaha
Badan Usaha
BadanTransaksi
Usaha
Transaksi
sesuai
Tarif

sesuai Tarif

Kontrak
Transaksi
Pengguna
konstruksi
sesuai Tarif
Operator
Pengguna Akhir
(Penumpang/Kargo)
Kontrak operasi (Penumpang/Kargo)
Pengguna
Operator
(Penumpang/Kargo)
Konstruksi dan Operasi
Kontrak operasi

Konstruksi dan Operasi

Konstruksi danGambar
Operasi

Pembiayaan
Pembiayaan
Ekuitas

Sektor Swasta

Ekuitas

Pembiayaan
Financial
Financial
Ekuitas
Close

Close

Financial
Pembiayaan
Close
Pembiayaan
Pinjaman
Pinjaman

Pembiayaan
Pinjaman
Pembiayaan

16. Struktur
Kebandaraan
Gambar 15. Struktur
KonsesiO&M
Penuh
Kebandaraan

Sponsor
Sponsor
Proyek

Proyek

Sponsor
Proyek

Lenders

Lenders

Lenders

Pembiayaan

Pembiayaan

Operatorpenuh
akan biasanya
memelihara
fasilitaskepada
dan menerima
atas layanan
sesuaiBOT,
tarif khususnya
dari pelanggan
akhir
atas
Konsesi
diberikan
BU Struktur
sektorpembayaran
swasta
menggunakan
struktur
dalamretail/pengguna
konteks ekspansi
di area
Gambar 15.
Konsesi Penuh
Kebandaraan
nama Pemerintah
(sebagai
pemilik
Pendapatan
sebagaiadalah
porsi dari
tarif yang sudah
brownfield.
Lingkup
kerja dari
BU, infrastruktur).
seperti yang diatur
dalamkemudian
peraturandihitung
yang berlaku,
mengembangkan
dandiambil.
mengoperasikan
Konsesi penuh biasanya diberikan kepada BU sektor swasta menggunakan struktur BOT, khususnya dalam konteks ekspansi di area
baik prasarana bandara maupun jasa-jasa yang ada sehingga juga dimungkinkan untuk menyertakan lingkup pemanfaatan komersial
brownfield. Lingkup kerja dari BU, seperti yang diatur dalam peraturan yang berlaku, adalah mengembangkan dan mengoperasikan
untuk area bandara kepada BU. Untuk area greenfield, skema KPS lebih dimungkinkan untuk tidak menyertakan pembangunan
baik prasarana bandara maupun jasa-jasa yang ada sehingga juga dimungkinkan untuk menyertakan lingkup pemanfaatan komersial
infrastruktur Air-side sebagai lingkup yang dikerjasamakan dengan BU.
untuk area bandara kepada BU. Untuk area greenfield, skema KPS lebih dimungkinkan untuk tidak menyertakan pembangunan
infrastruktur Air-side sebagai lingkup yang dikerjasamakan dengan BU.

21

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

PENILAIAN ASPEK ALOKASI RISIKO UNTUK PROYEK KPS DAN PENYEDIAAN PENJAMINAN INFRASTRUKTUR
3.1

Alokasi Risiko dalam konteks Manajemen Risiko

Dalam konteks proses pengelolaan risiko secara umum, prinsip alokasi risiko merupakan konsep yang digunakan dalam proses
penanganan risiko (risk treatment).

Secara garis besar, penanganan risiko termasuk: menanggung risiko; menghindari risiko; memitigasi risiko dan mengalihkan
atau mengalokasikan risiko kepada pihak lain.

Identifikasi Risiko

Evaluasi

Pemantauan

Risiko

Risiko

menanggung risiko;
menghindari risiko;
memitigasi risiko; atau
mengalokasikan risiko
Gambar 17. Tahapan proses pengelolaan risiko

Dalam menentukan dan merumuskan upaya penanganan risiko melalui cara mengalokasikannya baik kepada pihak lain maupun
menanggung risiko tersebut, dibutuhkan suatu prinsip yang dapat digunakan menjadi landasan bagaimana, sejauhmana dan
kepada pihak mana risiko sebaiknya tersebut dialokasikan.

3.2

Prinsip Alokasi Risiko dalam konteks Implementasi Proyek KPS

Dalam konteks transaksi proyek KPS, penentuan kewajiban PJPK dalam Perjanjian Kerjasama proyek KPS (yang dilakukan setelah
melakukan analisis risiko sebagai bagian dari studi kelayakan proyek) perlu memenuhi prinsip Alokasi Risiko. Upaya
menghasilkan suatu skema alokasi risiko yang optimal penting demi memaksimalkan value for money.
Prinsip yang lazim diterapkan untuk alokasi risiko adalah bahwa,
Risiko sebaiknya dialokasikan kepada pihak yang relatif lebih mampu mengelolanya atau dikarenakan memiliki biaya terendah
untuk menyerap risiko tersebut. Jika prinsip ini diterapkan dengan baik, diharapkan dapat menghasilkan premi risiko yang
rendah dan biaya proyek yang lebih rendah sehingga berdampak positif bagi pemangku kepentingan proyek tersebut.

22

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Secara konseptual, penerapan prinsip tersebut di proyek KPS adalah sebagai berikut:

Risiko yang berdasarkan pengalaman sulit untuk dikendalikan Pemerintah agar memenuhi asas efektivitas biaya, sebaiknya
ditanggung pihak swasta

Risiko yang berada di luar kendali kedua belah pihak, atau sama-sama dapat dipengaruhi kedua belah pihak sebaiknya
ditanggung bersama (kejadian kahar)

Risiko yang dapat dikelola Pemerintah, karena posisinya lebih baik atau lebih mudah mendapatkan informasi dibandingkan
swasta (risiko peraturan atau legislasi) sebaiknya ditanggung Pemerintah

Risiko yang walaupun sudah ditransfer, tetap memberikan eksposur kepada Pemerintah atau PJPK (menghambat tersedianya
layanan penting ke masyarakat), dimana jika BU gagal memenuhi kewajiban maka Pemerintah dapat mengambil alih proyek

3.2.1.1. Implementasi Alokasi Risiko dalam Penyiapan dan Transaksi Proyek KPS

Secara umum, penerapan alokasi risiko mulai dilakukan dalam tahap penyiapan proyek KPS, khususnya melalui suatu kajian
risiko sebagai bagian dari studi kelayakan proyek untuk kemudian menjadi dasar dalam penyusunan draft Perjanjian KPS.
Secara skematis, proses pengelolaan risiko dalam skema KPS (sebagaimana dalam Gambar 18. di halaman berikut) adalah:
1) Penentuan lingkup pengelolaan risiko proyek KPS sesuai sasaran yang diinginkan oleh PJPK. Sebagai contoh, pengelolaan
risiko dapat mencakup penyusunan Rencana Mitigasi Risiko dan dokumen kontrak yang bankable dari sisi alokasi risiko.
2) Identifikasi risiko proyek KPS yang kemudian dapat dilakukan melalui metode ceklist, pengamatan lapangan atau

brainstorming dan diskusi dengan pihak terkait. Khusus untuk tahap inilah checklist Kategori Risiko KPS (A) dapat
digunakan.

3) Penilaian risiko, mencakup estimasi probabilitas risiko dan dampak risiko, yang dapat dilakukan dengan metode evaluasi
data historis, pengamatan lapangan atau brainstorming dan diskusi dengan para ahli atau pihak terkait.

4) Evaluasi risiko, meliputi penentuan prioritas atau risiko utama yang menjadi concerns para pihak yang perlu penanganan
lebih jauh dan spesifik. Di tahapan ini, kebutuhan dukungan Pemerintah dan penjaminan Pemerintah mulai teridentifikasi.

5) Penanganan risiko yang dituangkan dalam suatu rencana mitigasi risiko. Pada tahapan inilah, dokumen acuan Matriks
Alokasi Risiko (B) diharapkan dapat digunakan untuk membantu PJPK dalam mengevaluasi alokasi risiko kepada para pihak
untuk dapat dituangkan ke dalam draft Perjanjian KPS dan kemudian dinegosiasikan dengan pihak swasta.
6) Pemantauan risiko dilakukan setelah tercapainya kesepakatan antara para pihak dalam rangka memastikan rencana mitigasi
risiko yang dibuat sebelumnya dapat berjalan dengan efektif demi kesuksesan berjalannya proyek KPS tersebut.

23

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

1
A

Penetapan Konteks

(berdasarkan sasaran dari


sudut pandang tertentu)

Ceklist
Kategori Risiko

- Pre-FS (Legalitas
Teknis, Ekonomis,
Finansial, Lingkungan
Hidup, Sosial, dsb)
- Studi opsi KPS dan
struktur kontraktual
- Kebutuhan dukungan
pemerintah
(sebagaimana diperlukan)

Identifikasi Risiko

(pengamatan, brainstorming,
diskusi)

Penilaian Risiko

(metode kuantitatif dan/


atau kualitatif)

Evaluasi Risiko

(pengambilan
keputusan terhadap
risiko prioritas)

Rencana Mitigasi Risiko


B

Matriks Alokasi
Risiko

Lingkup
Pengelolaan Risiko

Daftar Risiko Proyek terkait


(Risiko Infrastruktur)

Daftar Risiko
Proyek Prioritas

Risiko Proyek Utama


untuk ditangani

5
Penanganan Risiko

(alokasi, menanggung,
mitigasi, transfer. hindari)

Pemantauan
Risiko

(Penilaian dan
pengendalian berkala)

- Risk Register
- Strategi Alokasi
Risiko

- Alokasi risiko optimal


- Value for money
maksimal

Gambar 18. Kerangka Pengelolaan Risiko Proyek KPS

Dalam mengevaluasi alokasi risiko, sebagai bagian dari dokumen tender dalam tahap transaksi proyek, draft Perjanjian KPS
tersebut akan mencerminkan bagaimana pengalokasian risiko-risiko yang diidentifikasi dan dievaluasi sebelumnya kepada para
pihak terkait (BU dan PJPK) dalam bentuk klausul kontraktual. Dari klausul kontrak tersebut, risiko dapat digambarkan
berdasarkan peristiwa pemicunya, periode terjadinya dan konsekuensi bagi para pihak apabila risiko tersebut terjadi, baik
berupa kewajiban fisik ataupun kewajiban finansial sebagaimana dapat diilustrasikan secara sederhana dalam Gambar 19.
berikut:

24

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Alokasi Risiko dalam Perjanjian KPS


PJPK

Bersama

BU

A
B*
C
D*
E
F*

*: Risiko yang mengarah pada kewajiban finansial tertentu dari pihak yang menanggungnya
Gambar 19. Ilustrasi Alokasi Risiko dalam suatu Perjanjian KPS

Sebagai catatan, kewajiban finansial secara kontraktual muncul dari peristiwa risiko yang merupakan compensation event dan

bukan dari yang sifatnya relief event (hanya perlu perpanjangan waktu saja, tanpa kompensasi finansial).

Secara umum, pengalokasian risiko dalam suatu kontrak KPS kepada para pihak adalah sebagai berikut:
o

BU biasanya menanggung risiko terkait financing, design, construction, procurement, operation dan maintenance (kemudian
menalihkan sebagian risiko ke peserta lainnya, konsultan desainer/kontraktor/pemasok/operator/pengguna).

PJPK mewakili Pemerintah biasanya menanggung risiko politik, termasuk perubahan peraturan perundangan yang faktor
pemicunya (relatif atau lebih dapat) dikendalikan oleh Pemerintah.

Keduanya berbagi risiko terkait Keadaan Kahar/Force Majeure.

Berdasarkan skema alokasi risiko tipikal sebagaimana tersedia pada dokumen Acuan ini, suatu dokumen berupa matriks alokasi
risiko bisa disediakan oleh otoritas yang berwenang sebagai referensi bagi para pihak untuk mengevaluasi suatu proyek KPS.
Terhadap skema tipikal tersebut, alokasi risiko tertentu dalam suatu proyek dapat berbeda dengan yang ada dalam matriks
referensi tersebut. Secara khusus, faktor-faktor yang dapat memungkinkan pengecualian tersebut diantaranya adalah:
o

Sifat dan kondisi spesifik proyek. Pada proyek dengan tingkat urgensi dan kondisi alam tertentu, risiko tertentu (misalnya:
risiko kahar) dapat dialokasikan lebih besar kepada pihak PJPK

Kemampuan dan kekuatan masing-masing pihak untuk mengelola risiko (dimana kecakapan dalam memitigasi dapat
semakin baik sejalan dengan berjalannya waktu)

Fleksibilitas terhadap spesifikasi output (apakah ada hambatan yang mempengaruhi metode pengelolaan risiko)

Tingkat pengalihan risiko sebelumnya (terkait keberhasilan sebelumnya dan kemampuan di masa datang dari para pihak)

Faktor kepentingan umum dan pertimbangan kebijakan lain

Perilaku pasar saat ini terhadap risiko, lingkungan eksternal dan skenario ekonomi

25

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

3.2.1.2. Implementasi Alokasi Risiko dalam Proses Penyediaan Penjaminan Proyek KPS oleh PT PII
Pada dasarnya, penjaminan infrastruktur oleh PT PII mencakup kewajiban finansial PJPK dalam suatu perjanjian KPS. Dalam
menentukan cakupan penjaminan risiko infrastruktur dalam suatu proyek KPS tersebut, sesuai mandat dalam regulasi, PT PII
mengevaluasi, antara lain, kesesuaian draft perjanjian KPS dengan prinsip alokasi risiko, sebagaimana digambarkan pada diagram
berikut.
PROSES PENYEDIAAN PENJAMINAN INFRASTRUKTUR OLEH PII

1. Consultation
and Guidance

2. Screening

3. Appraisal

4. Structuring

Evaluasi aspek lainnya

Evaluasi aspek lainnya

Evaluasi Aspek Risiko


Usulan Penjaminan (UP)
Draft Perjanjian KPS
Matriks Risiko dan
Rencana Mitigasi Risiko
Jenis risiko yang
diminta untuk dijamin

Sesuai
Prinsip
Alokasi
Risiko?

Ya

Evaluasi Dampak Penjaminan


Cakupan risiko yang
dipertimbangkan untuk
dijamin oleh PII

Tidak

Tidak dapat
dijamin

Analisis
Kelayakan
Penjaminan

Tidak Layak

Acuan Risiko PII


Kategori Risiko KPS
& Matriks Risiko KPS

Layak

Cakupan risiko untuk


evaluasi struktur
penjaminan

Analisis
Kapasitas
Penjaminan

Cakupan risiko
penjaminan PII

Cakupan risiko

Co-guarantor

Kerangka Regulasi KPS dan Penjaminan infrastruktur


Perpres 67/2005
j.o. 13/2010 j.o
56/2011
(Infrastruktur KPS)

Perpres 78/2010
(Penjaminan
Infrastruktur)

PMK 260/2010
(Juklak Perpres
78/2010)

Prinsip
Alokasi
Risiko

Gambar 20. Kaitan Acuan Risiko PT PII dan Kerangka Regulasi Penjaminan Infrastruktur

Terhadap cakupan penjaminan infrastruktur oleh PT PII, Regulasi Penjaminan Infrastruktur (Perpres No. 78/2010 dan PMK No.
260/2010) mendefinisikan bahwa kewajiban finansial PJPK dalam kontrak KPS tersebut timbul akibat risiko yang disebabkan oleh
peristiwa penyebab (triggering events) sebagai berikut:

26

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

a) tindakan atau tiadanya tindakan PJPK atau Pemerintah selain PJPK dalam hal-hal yangmenurut hukum atau peraturan perundangan
-PJPK atau Pemerintah selain PJPK memiliki kewenangan atau otoritas untuk melakukan tindakan tersebut;
b) kebijakan PJPK atau Pemerintah selain PJPK;
c) keputusan sepihak dari PJPK atau Pemerintah selain PJPK;
d) ketidakmampuan PJPK dalam melaksanakan suatu kewajiban yang ditentukan kepadanya oleh Badan Usaha berdasarkan Perjanjian
Kerjasama (breach of contract).

ACUAN ALOKASI RISIKO INFRASTRUKTUR


Acuan Alokasi Risiko Infrastruktur ini terdiri atas 1) Kategori Risiko dan 2) Matriks Alokasi Risiko untuk dapat digunakan oleh PJPK
dalam menyiapkan alokasi risiko untuk proyek KPS, yang berlaku sebagai basis bagi PJPK dalam menyiapkan usulan penjaminan ke PT
PII. serta dapat berperan meningkatkan penerapan dari kerangka manajemen risiko suatu proyek KPS.

4.1

Kategori Risiko KPS

Checklist Kategori Risiko KPS dikembangkan sebagai suatu daftar kelompok risiko yang generik, yang diharapkan dapat digunakan

untuk membantu mengidentifikasi peristiwa-peristiwa risiko spesifik kepada setiap proyek KPS. Peristiwa-peristiwa risiko yang
teridentifikasi tersebut dapat digunakan lebih jauh untuk tahapan penilaian risiko dan pengembangan matriks/strategi alokasi risiko.
Kategori risiko ini tidak bermaksud untuk menjadi suatu daftar risiko yang kaku untuk setiap proyek KPS. Situasi dan kondisi spesifik
dalam suatu proyek KPS perlu juga dipertimbangkan.
1. Risiko Lokasi adalah kelompok risiko dimana lahan proyek tidak tersedia atau tidak dapat digunakan sesuai jadwal yang sudah
ditentukan dandalam biaya yang diperkirakan, atau bahwa lokasi dapat menimbulkan suatu beban atau kewajiban bagi pihak
tertentu. Dengan demikian, risiko-risiko yang termasuk kategori ini adalah:
a). Risiko pembebasan lahan: risiko-risiko yang terkait proses pembebasan lahan yang dibutuhkan proyek, yang dapat melibatkan
potensi tambahan biaya dan keterlambatan;

b). Risiko ketidaksesuaian lokasi lahan: risiko bahwa lokasi lahan yang diusulkan tidak dapat digunakan untuk proyek, dimana
penyebabnya dapat meliputi kontaminasi, penemuan artefak, keterlambatan/penolakan perolehan persetujuan perencanaan,
status lahan, dan lainnya;

c). Risiko lingkungan: risiko kerugian terkait kerusakan lingkungan yang terjadi (1) akibat kegiatan konstruksi dan operasi selama
masa proyek, atau (2) dari kegiatan sebelum pengalihan lahan proyek dari PJPK kepada BU atau pihak sub-kontraktor.

27

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

2. Risiko Desain, Konstruksi dan Uji Operasi adalah risiko desain, konstruksi atau uji operasi suatu fasilitas proyek atau elemen dari
prosesnya, dilakukan dengan cara yang menyebabkan dampak negatif terhadap biaya dan pelayanan proyek. Dengan demikian,
risiko yang termasuk dalam kategori ini adalah:
a). Risiko perencanaan: risiko bahwa penggunaan lokasi proyek yang diusulkan dalam perjanjian KPS dan, khususnya, konstruksi
fasilitas yang dibangun tidak sesuai dengan regulasi yang berlaku terkait perencanaan, tata guna lahan atau bahwa perijinan
terlambat (atau tidak dapat) diperoleh atau, kalaupun diperoleh, hanya dapat dilaksanakan dengan biaya yang lebih besar dari
yang diperkirakan;

b). Risiko desain: risiko dimana desain dari BU tidak dapat memenuhi spesifikasi output yang ditentukan;
c). Risiko penyelesaian: risiko dimana penyelesaian pekerjaan yang dibutuhkan suatu proyek dapat (1) terlambat sehingga

penyediaan layanan infrastruktur tidak dapat dimulai sesuai Commercial Operation Date (COD) yang sudah ditetapkan, atau (2)
terlambat, kecuali biaya lebih besar harus dikeluarkan untuk mempertahankan COD yang sudah terjadwal, atau (3) terlambat
karena perubahan/variasi yang terjadi;

d). Risiko kenaikan biaya: risiko dimana pada tahap desain dan konstruksi, biaya realiasi proyek melebihi proyeksi biaya proyek;
e). Risiko uji operasi: risiko dimana uji operasi terlambat atau hasilnya tidak memenuhi spesifikasi PJPK atau pihak otoritas lainnya.
3. Risiko sponsor adalah risiko dimana BU dan/atau sub-kontraktornya tidak dapat memenuhi kewajiban kontraktualnya kepada PJPK
akibat tindakan pihak investor swasta sebagai sponsor proyek.
4. Risiko finansial adalah risiko-risiko terkait aspek kelayakan finansial proyek. Risiko-risiko tersebut dapat berupa:
a). Risiko ketidakpastian pembiayaan: risiko bahwa pihak penyedia dana (debt dan equity) tidak akan atau tidak dapat melanjutkan
komitmen untuk menyediakan pendanaan proyek;

b). Risiko parameter finansial: risiko yang disebabkan berubahnya parameter finansial (misalnya tingkat inflasi, nilai tukar, kondisi
pasar) sebelum kontraktor sepenuhnya berkomitmen untuk proyek ini, berpotensi memberikan dampak buruk terhadap biaya
proyek;

c). Risiko struktur finansial: risiko bahwa struktur keuangan tidak cukup baik untuk memberikan hasil yang optimal sesuai porsi
hutang dan ekuitas selama periode proyek dan karenanya dapat mengganggu keberlanjutan kelayakan proyek;

d). Risiko asuransi: (i) bahwa risiko-risiko yang sebelumnya dapat diasuransikan (insurable) pada tanggal penandatanganan sesuai

dengan asuransi proyek yang telah disepakati tetapi kemudian menjadi uninsurable atau (ii) tetap insurable tetapi dengan
kenaikan premi asuransi yang signifikan.

28

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

5. Risiko Operasional adalah risiko dimana proses penyediaan layanan infrastruktur sesuai kontrak - atau suatu elemen dari proses
tersebut (termasuk input yang digunakan atau sebagai bagian dari proses itu) - akan terpengaruh dengan cara yang menghalangi
BU dalam menyediakan layanan kontrak sesuai dengan spesifikasi yang disepakati dan/atau sesuai proyeksi biaya. Dengan
demikian, risiko termasuk dalam kategori ini adalah:
a). Risiko pemeliharaan: risiko dimana (i) realisasi biaya pemeliharaan aset proyek lebih tinggi/berubah dari biaya pemeliharaan
yang diproyeksikan, atau (ii) terdapat dampak negatif akibat pemeliharaan tidak dilakukan dengan baik;

b). Risiko cacat tersembunyi (latent defect): risiko kehilangan atau kerusakan yang timbul akibat cacat tersembunyi pada fasilitas
yang termasuk sebagai aset proyek;

c). Risiko teknologi, dimana (i) teknologi yang digunakan berpotensi gagal menghasilkan spesifikasi output yang diperlukan, atau
(ii) perkembangan teknologi membuat teknologi yang digunakan menjadi usang (risiko keusangan teknologi);

d). Risiko utilitas: risiko dimana (i) utilitas (misalnya air, listrik atau gas) yang diperlukan untuk operasi proyek tidak tersedia, atau
(ii) keterlambatan proyek karena keterlambatan sehubungan dengan pemindahan atau relokasi utilitas yang terletak di lokasi
proyek;

e). Risiko sumber daya atau input: risiko kegagalan atau kekurangan dalam penyediaan input atau sumber daya (misalnya,
batubara atau bahan bakar lainnya) yang diperlukan untuk operasi proyek, termasuk kekurangan dalam kualitas pasokan yang
tersedia;
f). Risiko hubungan industri: risiko setiap bentuk aksi industri - termasuk demonstrasi, larangan bekerja, pemblokiran, tindakan
perlambatan dan pemogokan - yang terjadi dengan cara yang, secara langsung atau tidak langsung, berdampak negatif
terhadap uji operasi, penyediaan layanan atau kelayakan proyek.

6. Risiko pendapatan (revenue) adalah risiko bahwa pendapatan proyek tidak dapat memenuhi proyeksi tingkat kelayakan finansial,

karena perubahan yang tak terduga baik permintaan proyek atau tarif yang disepakati atau kombinasi keduanya. Karenanya, risiko
termasuk dalam kategori ini adalah:
a). Risiko permintaan: risiko bahwa realisasi permintaan penyediaan layanan secara tak terduga lebih rendah dari proyeksi, karena:
1) faktor pemicu (tindakan, keputusan/kebijakan, regulasi) dari pihak Pemerintah, atau 2) kesalahan yang dilakukan pihak
swasta baik dalam estimasi volume permintaan dan yang terkait penurunan kualitas layanan; dan

b). Risiko tarif: risiko bahwa tarif layanan lebih rendah dari proyeksi, karena: 1) penyesuaian tarif secara periodik tidak dilakukan
sesuai rencana atau tingkat tarif disesuaikan lebih rendah dari proyeksi, atau 2) kesalahan estimasi tarif atau tidak terpenuhinya
standar yang disyaratkan untuk permintaan penyesuaian tarif.

29

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

7. Risiko konektivitas jaringan adalah risiko terjadinya dampak negatif terhadap ketersediaan layanan dan kelayakan finansial proyek
akibat perubahan dari kondisi jaringan saat ini atau rencana masa depan. Risiko yang termasuk dalam kategori ini adalah:
a). Risiko konektivitas dengan jaringan eksisting: risiko bahwa akses ke jaringan eksisting tidak (akan) dibangun sesuai rencana;
b). Risiko pengembangan jaringan: risiko bahwa jaringan tambahan yang dibutuhkan tidak (jadi) dibangun sesuai rencana;
c). Risiko fasilitas pesaing: risiko bahwa dibangunnya fasilitas/infrastruktur serupa yang kemudian menyaingi output penyediaan
layanan sesuai kontrak.

8. Risiko interface adalah risiko dimana metode atau standar penyediaan layanan akan menghalangi atau mengganggu penyediaan

layanan yang dilakukan sektor publik atau sebaliknya. Risiko ini termasuk ketika kualitas pekerjaan yang dilakukan oleh Pemerintah
tidak sesuai/tidak cocok dengan yang dilakukan oleh BU, atau sebaliknya.

9. Risiko politik adalah risiko yang dipicu tindakan/tiadanya tindakan PJPK yang tidak dapat diprediksi sebelumnya yang merugikan
secara material dan mempengaruhi pengembalian ekuitas dan pinjaman. Risiko yang termasuk kategori ini adalah:

a). Risiko mata uang yang tidak dapat dikonversi atau ditransfer: risiko bahwa pendapatan/profit dari proyek tidak bisa dikonversi
ke mata uang asing dan/atau direpatriasi ke negara asal investor;

b). Risiko pengambilalihan: risiko tindakan pengambilalihan aset proyek (termasuk nasionalisasi) oleh Pemerintah, baik secara
langsung maupun tidak langsung, yang dapat memicu pengakhiran kontrak proyek.

c). Risiko perubahan regulasi dan perundangan, yang bersifat diskriminatif dan spesifik sehingga secara langsung dapat
mengurangi tingkat kelayakan finansial proyek (dapat dipicu oleh tindakan PJPK atau Pemerintah di luar PJPK);

d). Risiko sub-sovereign atau parastatal: risiko bahwa PJPK tidak mampu/bersedia melaksanakan kewajiban pembayaran kontrak
atau kewajiban material lainnya dipicu hal yang terkait status sebagai entitas Pemerintah;

e). Risiko perijinan: risiko dimana perijinan yang diperlukan dari suatu otoritas Pemerintah lainnya tidak dapat diperoleh atau, jika
diperoleh, diperlukan biaya yang lebih besar dari proyeksi;

f). Risiko perubahan tarif pajak: risiko perubahan tarif pajak yang berlaku (tarif pajak penghasilan, PPN) atau pajak baru yang
dapat menurunkan pengembalian ekuitas yang diharapkan.

10. Risiko kahar (force majeure) adalah risiko terjadinya kejadian kahar yang sepenuhnya di luar kendali kedua belah pihak (misalnya
bencana alam atau akibat manusia) dan akan mengakibatkan penundaan atau default oleh BU dalam pelaksanaan kewajiban
kontraknya.

11. Risiko kepemilikan aset adalah risiko terjadinya peristiwa seperti kejadian kehilangan (misalnya hilangnya kontrak, force majeure),
perubahan teknologi, dan lainnya, yang menyebabkan nilai ekonomi aset menurun, baik selama atau pada akhir masa kontrak.

30

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

4.2

Matriks Risiko KPS per Sektor

Setelah penggunaan Kategori Risiko KPS, peristiwa-peristiwa risiko yang telah diidentifikasi kemudian dievaluasi menggunakan
matriks alokasi risiko yang dibuat untuk setiap sektor dan struktur (Matriks Risiko KPS). Dalam mengembangkan matriks tersebut,

prinsip alokasi risiko, best practice dan kerangka regulasi terkait di Indonesia menjadi referensi yang digunakan. Namun, sebagaimana
disampaikan pada bagian 3.2.1.1, matriks ini hanya merupakan referensi dan tidak bersifat kaku, mengingat alokasi suatu risiko yang
akhirnya dianggap optimal perlu mempertimbangkan situasi dan kondisi spesifik dalam proyek yang ditinjau.
4.2.1

Matriks Risiko KPS sektor Air Minum

Matriks risiko ini dibuat untuk 2 jenis struktur KPS dalam sektor ini sebagaimana diidentifikasi pada bagian 2.2.1, yaitu BOT Air Minum
dan Konsesi Penuh Air Minum.

4.2.1.1. BOT Air Minum


Matriks risiko di bawah ini mengacu pada suatu proyek dengan kontrak BOT (Built, Operate, Transfer) yang meliputi Transmisi atau
Produksi atau Operasi dan Pemeliharaan atau Distribusi atau kombinasi diantaranya, di luar Pemungutan Tarif ke pelanggan akhir.
Tabel 2. Matriks Risiko untuk BOT Air Minum
BOT Air Minum
Kategori Risiko dan
Peristiwa Risiko

Deskripsi

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

1. RISIKO LOKASI
Keterlambatan dan

Keterlambatan dan kenaikan biaya

pembebasan lahan

berkepanjangan

kenaikan biaya

akibat proses pembebasan lahan yang

Pemerintah menyediakan lahan

Kebutuhan lahan untuk

pengadaan,

sudah diidentifikasi dengan

proyek sebelum proses

WTP dan jaringan transmisi


jelas

Lahan tidak dapat

Kegagalan perolehan lokasi lahan

dibebaskan

proyek karena proses pembebasan

Proses pemukiman

Keterlambatan dan kenaikan biaya

kembali yang rumit

lahan yang sulit

karena rumitnya isu proses


pemukiman kembali

Status hukum lahan dan

Kejelasan status hukum

prosedur yang jelas dalam

dan tata ruang lahan bisa

Kompensasi yang wajar dan

Kebutuhan lahan proyek

pihak yang terkena dampak

dan dampak sosial relatif

pembebasan lahan proyek


x

komunikasi yang baik dengan

menjadi kendala

jenis ini biasanya tidak luas


kecil

31

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Air Minum


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Risiko Status Tanah

Kepemilikan sertifikat tanah ganda

ditemukan saat proyek dilaksanakan

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

Melaksanakan validasi status


kepemilikan lahan;

Dukungan dari otoritas terkait


(BPN, Dinas Kependudukan)
Kesulitan pada kondisi

Keterlambatan karena ketidakpastian

Keterbatasan ruang kerja

Terkait penyediaan lahan untuk ruang

/working space konstruksi

kerja pada masa konstruksi

lokasi yang tak terduga

kondisi lokasi

Data historis penggunaan lahan


dan penyelidikan tanah

Karena lahan tidak luas

risiko geoteknis relatif bisa


dikelola

Metode konstruksi yang baik;

Bila ada penolakan

Sosialisasi oleh Pemerintah

masyarakat Pemerintah
dapat membantu

Kerusakan artefak dan

barang kuno pada lokasi

Data historis penggunaan lahan


dan penyelidikan tanah

Gagal menjaga

Implementasi prosedur

Kontaminasi/polusi ke

Kesesuaian dengan studi Amdal

keselamatan dalam lokasi


lingkungan lokasi

keselamatan kerja yang baik


yang baik

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI


Ketidakjelasan spesifikasi

Keterlambatan dan kenaikan biaya x

output

akibat spesifikasi output tidak jelas

Kesalahan desain

Menyebabkan ekstra/revisi desain

Dapat termasuk terlambatnya

konstruksi

pengembalian akses lokasi

Kenaikan biaya konstruksi

Spesifikasi output PJPK

Kapasitas desain yang baik

harus mengacu ke best

practice
x

yang diminta operator


Terlambatnya penyelesaian

Klarifikasi saat proses tender;

Konsultan desain yang

Biasanya teridentifikasi saat

berpengalaman dan baik

uji operasi teknis

Kontraktor yang handal dan


klausul kontrak yang standar

Kesepakatan faktor eskalasi

Koordinasi kontraktor dan

Kinerja subkontraktor

Proses pemilihan subkontraktor

Default sub-kontraktor

Proses pemilihan subkontraktor

Risiko uji operasi

Kesalahan estimasi waktu/ biaya


dalam uji operasi teknis

harga tertentu dalam kontrak


operator yang baik

3. RISIKO SPONSOR
yang buruk

yang kredibel
yang kredibel

32

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Air Minum


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Default BU

Default BU yang mengarah ke


terminasi/step-in oleh financier

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Konsorsium didukung sponsor

Default pihak sponsor (atau anggota

Proses PQ untuk memperoleh

Kegagalan mencapai

Tidak tercapainya financial close

Koordinasi yang baik dengan

Risiko struktur finansial

Inefisiensi karena struktur modal

Konsorsium didukung sponsor

Default sponsor proyek

konsorsium)

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

yang kredibel dan solid


sponsor yang kredibel

4. RISIKO FINANSIAL

financial close

karena ketidakpastian kondisi pasar


proyek yang tidak optimal

potential lenders

Fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

Instrumen lindung nilai;

Risiko tingkat inflasi

Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi

Faktor indeksasi tarif;

Risiko suku bunga

Fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku

bunga

Risiko asuransi (1)

Cakupan asuransi untuk risiko

tertentu tidak lagi tersedia di pasaran


Risiko asuransi (2)

Pembiayaan dalam Rupiah

Rebasing tarif

Bisa dibagi dengan

Pemerintah apabila

fluktuasinya ekstrim
Bisa dibagi dengan

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

Lindung nilai tingkat suku

Bisa dibagi dengan

bunga

Pemerintah apabila

Konsultansi dengan

Khususnya untuk cakupan

spesialis/broker asuransi

Kenaikan substansial tingkat premi

Konsultansi dengan

Ketersediaan fasilitas

Akibat fasilitas tidak bisa terbangun

Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi

Operator yang handal;

Aksi industri

Aksi mogok, larangan kerja,dsb

kebijakan SDM dan hubungan

Risiko sosial dan budaya

Risiko yang timbul karena tidak

Menerapkan program

lokal

diperhitungkannya budaya atau

terhadap estimasi awal

precedence tidak terpenuhi

/lender yang kredibel

Risiko nilai tukar mata uang

terhadap asumsi dalam life-cycle cost

Bisa juga karena conditions

fluktuasinya ekstrim

risiko terkait keadaan kahar

spesialis/broker asuransi

5. RISIKO OPERASI

tersedianya layanan

Spesifikasi output yang jelas

industrial yang baik

pengembangan masyarakat

Bisa oleh staf operator,


subkontraktor atau
penyuplai

33

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Air Minum


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

dalam implementasi proyek


proyek

Badan Usaha dalam mengelola

monitoring proyek

Kenaikan biaya O&M

Terjadinya penyimpangan yang tidak

Menyusun rencana manajemen


operasi dan dijalankan oleh
secara professional

Menyusun rencana kontrol dan

terdeteksi akibat kegagalan kontrol

monitoring serta evaluasi berkala

atau PJPK

dan pelaksanaan

dan monitoring oleh Badan Usaha

terhadap efektivitas rancangan

Akibat kesalahan estimasi biaya O&M

atau kenaikan tidak terduga

Operator yang handal;


Faktor eskalasi dalam kontrak

Kesalahan estimasi biaya

Kesepakatan/kontrak dengan

Kenaikan biaya energi

Kualitas dan spesifikasi unit

life cycle

karena inefisiensi unit

supplier seawal mungkin


yang baik

Tidak teraturnya

ketersediaan utilitas

Tindakan antisipasi: fasilitas

back up listrik/utilitas lainnya

Berkurangnya kuantitas

Defisit air baku karena alasan dalam

Regulasi dan koordinasi yang

Menurunnya kualitas input

Kualitas air turun karena alasan dalam

Regulasi dan koordinasi yang

Regulasi dan koordinasi yang

input

Alokasi Risiko

Pemberdayaan masyarakat

Kegagalan atau ketidakmampuan


operasional Proyek Kerjasama

Kegagalan kontrol dan

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

yang people-oriented;

kondisi sosial masyarakat setempat


Kegagalan manajemen

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

kendali sektor publik


kendali sektor publik

Ketidakpastian kontinuitas

input

baik antar instansi terkait


baik antar instansi terkait
x

Operator yang handal;

Menurunnya kualitas

Operator yang handal;

output

diantisipasi sedini mungkin

baik antar instansi terkait

Berkurangnya kuantitas

output

Biasanya sudah harus

Tergantung lokasi sumber


air

Mekanisme penalti

Mekanisme penalti

6. RISIKO PENDAPATAN
Penurunan volume

Mengakibatkan penurunan pendapatan

Kegagalan penetapan awal

Akibat user affordability and

permintaan output proyek

tarif

penjualan air dan defisit bagi PJPK

willingness di bawah tingkat kelayakan

Program sosialisasi yang baik;


Program penurunan NRW;

Pengelolaan keuangan PDAM


Dukungan kelayakan (VGF);

Regulasi yang mendukung

Regulasi yang mendukung

dapat berbentuk Perda

34

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Air Minum


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

Penyesuaian tarif periodik

pada indeksasi tarif terhadap tingkat

Kinerja operasi yang baik;

Regulasi yang mendukung

Tingkat penyesuaian tarif

khususnya setelah indeksasi tarif dan

Kinerja operasi yang baik;

Regulasi yang mendukung

terlambat

lebih rendah dari proyeksi

inflasi

rebasing tarif

Kesalahan perhitungan

Regulasi yang mendukung


Regulasi yang mendukung
x

estimasi tarif

Survei user affordability and

willingness yang handal

7. RISIKO KONEKTIFITAS JARINGAN


Risiko jaringan (1)

Kebocoran/kontaminasi dalam

Standar kinerja operasi dan

jaringan eksisting

pengawasan yang baik

Risiko jaringan (2)

Ingkar janji otoritas membangun dan

Pemahaman kontrak yang baik

Risiko jaringan (3)

Ingkar janji otoritas untuk

Pemahaman kontrak yang baik

memelihara jaringan yang diperlukan

oleh sektor publik

membangun fasilitas penghubung

oleh sektor publik

Risiko jaringan (4)

Ingkar janji otoritas untuk tidak

Pemahaman kontrak yang baik

Risiko jaringan (5)

Keterbatasan pengelolaan jaringan

Peningkatan kapasitas

Output tidak terserap di awal periode

x5

membangun fasilitas pesaing

distribusi yang dibangun swasta

oleh sektor publik

pengelolaan jaringan distribusi

8. RISIKO INTERFACE
Risiko interface (1)

operasional
Risiko interface (2)

Ketimpangan kualitas pekerjaan


dukungan Pemerintah dan yang

dikerjakan BU.
Risiko interface (3)

klausul take or pay dalam


perjanjian jual beli air
Pekerjaan perbaikan oleh pihak
yang kualitas pekerjaannya
lebih rendah

Rework yang substantial terkait

perbedaan standar / metode layanan

Kesepakatan standar/ metode


yang akan diterapkan para

yang digunakan

pihak sedini mungkin

9. RISIKO POLITIK
Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak tersedianya

dapat dikonversi

dan/atau tidak bisa dikonversi dari


Rupiah

Pembiayaan domestik
Akun pembiayaan luar negeri
Penjaminan dari bank sentral

dapat berbentuk Perda


dapat berbentuk Perda

35
35

KPSdi
diIndonesia:
Indonesia:Acuan
AcuanAlokasi
AlokasiRisiko
Risiko
KPS

BOTAir
AirMinum
Minum
BOT
KategoriRisiko
Risikodan
dan
Kategori

Deskripsi
Deskripsi

PeristiwaRisiko
Risiko
Peristiwa

Matauang
uangasing
asingtidak
tidak
Mata
dapat
dapatdirepatriasi
direpatriasi

Matauang
uangasing
asingtidak
tidakbisa
bisaditransfer
ditransfer
Mata
ke
kenegara
negaraasal
asalinvestor
investor

Risikoekspropriasi
ekspropriasi
Risiko

Nasionalisasi/pengambilalihantanpa
tanpa
Nasionalisasi/pengambilalihan

Perubahanregulasi
regulasi(dan
(dan
Perubahan

Bisadianggap
dianggapsebagai
sebagairisiko
risikobisnis
bisnis
Bisa

kompensasi
kompensasi(yang
(yangmemadai)
memadai)

Publik
Publik

Swasta Bersama
Bersama
Swasta

xx

StrategiMitigasi
MitigasiSesuai
Sesuai
Strategi

BestPractice
Practice
Best

KondisiSpesifik
Spesifikterkait
terkait
Kondisi
AlokasiRisiko
Risiko
Alokasi

Pembiayaandomestik
domestik
Pembiayaan

Akun
Akunpembiayaan
pembiayaanluar
luarnegeri
negeri
Penjaminan
Penjaminandari
daribank
banksentral
sentral

xx

Mediasi,negosiasi
negosiasi
Mediasi,

Asuransi
AsuransiRisiko
RisikoPolitik
Politik
PenjaminanPemerintah
Pemerintah
Penjaminan
xx

pajak)yang
yangumum
umum
pajak)
Perubahanregulasi
regulasi(dan
(dan
Perubahan

Berbentukkebijakan
kebijakanpajak
pajakoleh
oleh
Berbentuk

pajak)
pajak)yang
yangdiskriminatif
diskriminatif

otoritas
otoritasterkait
terkait(pusat
(pusatatau
ataudaerah)
daerah)

Keterlambatanperolehan
perolehan
Keterlambatan

Hanyajika
jikadipicu
dipicukeputusan
keputusan
Hanya

danspesifik
spesifik
dan

persetujuan
persetujuanperencanaan
perencanaan

sepihak/tidak
sepihak/tidakwajar
wajardari
dariotoritas
otoritas

xx

Mediasi,negosiasi
negosiasi
Mediasi,

Selainmemiliki
memilikiprovisi
provisi
Selain

Asuransi
AsuransiRisiko
RisikoPolitik
Politik

kontrak
kontrakyang
yangjelas
jelas

PenjaminanPemerintah
Pemerintah
Penjaminan

xx

termasukkompensasinya
kompensasinya
termasuk

Provisikontrak
kontrakyang
yangjelas
jelas
Provisi

termasuk
termasukkompensasinya
kompensasinya

terkait
terkait
Gagal/terlambatnya
Gagal/terlambatnya

Hanya jika
jika dipicu
dipicu keputusan
keputusan sepihak
sepihak
Hanya

perolehanpersetujuan
persetujuan
perolehan

/tidakwajar
wajardari
dariotoritas
otoritasterkait
terkait
/tidak

Keterlambatanperolehan
perolehan
Keterlambatan

Hanya jika
jika dipicu
dipicu keputusan
keputusan sepihak
sepihak
Hanya

akseske
kelokasi
lokasiproyek
proyek
akses

Risikoparastatal
parastatal(1)
(1)
Risiko

Risikoparastatal
parastatal(2)
(2)
Risiko
10.RISIKO
RISIKOFORCE
FORCEMAJEURE
MAJEURE
10.

xx
xx

AsuransiRisiko
RisikoPolitik
Politik
Asuransi
PenjaminanPemerintah
Pemerintah
Penjaminan

xx

AsuransiRisiko
RisikoPolitik
Politik
Asuransi

PJPK
PJPK

PenjaminanPemerintah
Pemerintah
Penjaminan

Bencanaalam
alam
Bencana

Forcemajeure
majeurepolitis
politis
Force

Peristiwaperang,
perang,kerusuhan,
kerusuhan,
Peristiwa

Forcemajeure
majeure
Force

xx

Asuransi,bila
biladimungkinkan
dimungkinkan
Asuransi,

xx

Asuransi,bila
biladimungkinkan
dimungkinkan
Asuransi,

xx

Asuransi,bila
biladimungkinkan
dimungkinkan
Asuransi,

xx

Setiappihak
pihakdapat
dapatmengakhiri
mengakhiri
Setiap

Terutamabila
bilaasuransi
asuransi
Terutama

prosedurterminasi
terminasiproyek
proyek
prosedur

tertentu
tertentu

gangguankeamanan
keamananmasyarakat
masyarakat
gangguan

Cuacaekstrim
ekstrim
Cuaca
berkepanjangan
berkepanjangan

perencanaan
perencanaan

termasukkompensasinya
kompensasinya
termasuk
xx

PJPKsebagai
sebagaiofftaker
offtaker
PJPK

Akibatprivatisasi
privatisasiofftaker
offtakeratau
ataudefault
default
Akibat

Biasanyaterkait
terkaitisu
isuselain
selain
Biasanya

termasukkompensasinya
kompensasinya
termasuk
Provisikontrak
kontrakyang
yangjelas
jelas
Provisi

/tidakwajar
wajardari
dariotoritas
otoritasterkait
terkait
/tidak
Wanprestasikewajiban
kewajibankontraktual
kontraktual
Wanprestasi

Provisikontrak
kontrakyang
yangjelas
jelas
Provisi

Jikadi
diatas
atas6-12
6-12bulan,dapat
bulan,dapat
Jika

mengganggu
menggangguaspek
aspekekonomis
ekonomispihak
pihak
yangterkena
terkenadampak
dampak
yang

kontrak
kontrakKPS
KPSdan
danmemicu
memicu

11.RISIKO
RISIKOKEPEMILIKAN
KEPEMILIKANASET
ASET
11.
Risikonilai
nilaiaset
asetturun
turun
Risiko

Kebakaran,ledakan,
ledakan,dsb
dsb
Kebakaran,

xx

Asuransi
Asuransi

tidak
tidaktersedia
tersediauntuk
untukrisiko
risiko

36

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Air Minum


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Transfer aset setelah

Swasta

Bersama

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

Studi kelayakan bisnis yang baik

kontrak KPS berakhir

Strategi Mitigasi Sesuai

dan lengkap (dalam PFS)

Sebagaimana tercantum dalam matriks di atas, terdapat beberapa peristiwa risiko spesifik sektoral dalam struktur ini, sementara ada

yang lain yang berlaku di setiap sektor. Risiko-risiko sektoral yang spesifik terhadap struktur ini adalah risiko interface (tidak
terserapnya output pada awal tahun operasi), risiko yang terkait input air baku (kualitas, kuantitas dan kontinuitas), risiko parastatal

(cidera janji kewajiban kontraktual off-taker dan privatisasi off-taker) dan risiko permintaan yang pada dasarnya dapat diminimalkan
melalui suatu klausul take or pay dalam perjanjian jual beli air dengan PDAM sebagai PJPK.

4.2.1.2. Konsesi Penuh Air Minum


Matriks risiko di bawah ini mengacu pada suatu proyek air minum dengan struktur Konsesi Penuh yang mencakup kombinasi atau
keseluruhan Transmisi, Produksi, Operasi dan Pemeliharaan, Distribusi, termasuk Pemungutan Tarif ke pelanggan akhir.
Tabel 3. Matriks Risiko untuk Konsesi Penuh Air Minum
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Konsesi Penuh Air Minum


Kondisi Spesifik terkait
Alokasi Risiko

1. RISIKO LOKASI
Keterlambatan dan
kenaikan biaya

pembebasan lahan

Keterlambatan dan kenaikan biaya


x

Pemerintah menyediakan lahan

Kebutuhan lahan untuk WTP

akibat proses pembebasan lahan

proyek sebelum proses

dan jaringan transmisi

yang berkepanjangan

pengadaan

sudah diidentifikasi dengan


jelas

Lahan tidak dapat

Kegagalan perolehan lokasi lahan

dibebaskan

proyek karena proses pembebasan

Proses pemukiman kembali

Keterlambatan dan kenaikan biaya

yang rumit

lahan yang sulit

karena rumitnya isu proses

Kepemilikan sertifikat tanah ganda


yang diketahui setelah proyek
dilaksanakan

Kejelasan status hukum dan

prosedur yang jelas dalam

tata ruang lahan bisa

Kompensasi yang wajar dan

Kebutuhan lahan proyek

pihak yang terkena dampak

dan dampak sosial relatif

pembebasan lahan proyek


x

pemukiman kembali
Risiko Status Tanah

Status hukum lahan dan

komunikasi yang baik dengan

Melaksanakan validasi status


kepemilikan lahan;

Dukungan dari otoritas terkait


(BPN, Dinas Kependudukan)

menjadi kendala

jenis ini biasanya tidak luas


kecil

37

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Air Minum


Kategori Risiko dan
Peristiwa Risiko

Deskripsi

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

Kesulitan pada kondisi

Keterlambatan karena

Data historis penggunaan lahan

Keterbatasan ruang kerja

Terkait penyediaan lahan untuk

Metode konstruksi yang baik;

Bila ada penolakan

Sosialisasi oleh Pemerintah

masyarakat Pemerintah

lokasi yang tak terduga

ketidakpastian kondisi lokasi

dan penyelidikan tanah

Karena lahan tidak luas

risiko geoteknis relatif bisa


dikelola

/working space konstruksi

ruang kerja pada masa konstruksi

Kerusakan artefak dan

Data historis penggunaan lahan

Gagal menjaga

Implementasi prosedur

Kontaminasi/polusi ke

Kesesuaian dengan studi Amdal

Klarifikasi saat proses tender;

barang kuno pada lokasi


keselamatan dalam lokasi
lingkungan lokasi

dapat membantu

dan penyelidikan tanah

keselamatan kerja yang baik


yang baik

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI


Ketidakjelasan spesifikasi

output

Kesalahan desain

Keterlambatan dan kenaikan biaya

akibat spesifikasi output tidak jelas


Menyebabkan ekstra/revisi desain

yang diminta operator


Terlambatnya penyelesaian

Dapat termasuk terlambatnya

konstruksi

pengembalian akses lokasi

Kenaikan biaya konstruksi

Kapasitas desain yang baik

Kesalahan estimasi waktu/ biaya

dalam uji operasi teknis

Biasanya teridentifikasi saat


uji operasi teknis

Kontraktor yang handal dan


Kesepakatan faktor eskalasi
Koordinasi kontraktor dan
operator yang baik

3. RISIKO SPONSOR
Kinerja subkontraktor yang

buruk

Proses pemilihan subkontraktor


yang kredibel

Default sub-kontraktor

Proses pemilihan subkontraktor


yang kredibel

Default BU

Default BU yang mengarah ke


terminasi/step-in oleh financier

Konsorsium didukung sponsor

Default sponsor proyek

Default pihak sponsor (atau

Proses PQ untuk memperoleh

anggota konsorsium)

practice

berpengalaman dan baik

harga tertentu dalam kontrak


Risiko uji operasi

harus mengacu ke best

Konsultan desain yang

klausul kontrak yang standar


x

Spesifikasi output PJPK

yang kredibel dan solid


sponsor yang kredibel

38

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Air Minum


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

4. RISIKO FINANSIAL
Tidak tercapainya financial close

Koordinasi yang baik dengan

Risiko struktur finansial

Inefisiensi karena struktur modal

Konsorsium didukung sponsor

Risiko nilai tukar mata

fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

Instrumen lindung nilai;

Risiko tingkat inflasi

Kenaikan (non ekstrim) tingkat

Faktor indeksasi tarif;

Kegagalan mencapai

financial close

uang

karena ketidakpastian kondisi pasar


proyek yang tidak optimal

potential lenders

Bisa juga karena conditions

precedence tidak terpenuhi

/lender yang kredibel

Pembiayaan dalam Rupiah

Bisa dibagi dengan

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

inflasi terhadap asumsi dalam life-

cycle cost

Rebasing tarif

Risiko suku bunga

Fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku

Lindung nilai tingkat suku

Risiko asuransi (1)

Cakupan asuransi untuk risiko

Konsultansi dengan

bunga

bunga

Bisa dibagi dengan


Pemerintah apabila

fluktuasinya ekstrim
Bisa dibagi dengan

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

tertentu tidak lagi tersedia di


pasaran
Risiko asuransi (2)

spesialis/broker asuransi

Kenaikan substansial tingkat premi

Konsultansi dengan

Ketersediaan fasilitas

Akibat fasilitas tidak bisa terbangun

Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi

Operator yang handal;

Aksi industri

Aksi mogok, larangan kerja, dsb

kebijakan SDM dan hubungan

terhadap estimasi awal

Khususnya untuk cakupan


risiko terkait keadaan kahar

spesialis/broker asuransi

5. RISIKO OPERASI

tersedianya layanan

Spesifikasi output yang jelas


industrial yang baik

Bisa oleh staf operator,


subkontraktor atau
penyuplai

Risiko sosial dan

Risiko yang timbul karena tidak

budaya lokal

diperhitungkannya budaya atau

pengembangan masyarakat yang

kondisi sosial masyarakat setempat

people-oriented;

dalam implementasi proyek

Pemberdayaan masyarakat

Kegagalan manajemen
proyek

Kegagalan atau ketidakmampuan


BU dalam mengelola operasional
Proyek Kerjasama

Menerapkan program

Menyusun rencana manajemen


operasi dan dijalankan secara
profesional

39

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Air Minum


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Kegagalan kontrol dan

monitoring proyek

Terjadinya penyimpangan yang

tidak terdeteksi akibat kegagalan

Publik

Swasta

kontrol dan monitoring oleh Badan

Best Practice

monitoring serta evaluasi

rancangan dan pelaksanaannya

Akibat kesalahan estimasi biaya

Operator yang handal;

Kesalahan estimasi biaya

Kesepakatan/kontrak dengan

Kenaikan biaya energi

Kualitas dan spesifikasi unit

Tidak teraturnya

Tindakan antisipasi: fasilitas

O&M atau kenaikan tidak terduga

life cycle

karena inefisiensi unit


ketersediaan utilitas

Faktor eskalasi dalam kontrak

supplier seawal mungkin


yang baik

back up listrik/utilitas lainnya

Berkurangnya kuantitas

Defisit air baku karena alasan dalam

Regulasi dan koordinasi yang

Menurunnya kualitas input

Kualitas air turun karena alasan

Regulasi dan koordinasi yang

kendali sektor publik

diantisipasi sedini mungkin

baik antar instansi terkait


x

input

Biasanya sudah harus

baik antar instansi terkait

dalam kendali sektor publik

Ketidakpastian kontinuitas

Alokasi Risiko

Menyusun rencana kontrol dan

input

Kondisi Spesifik terkait

berkala terhadap efektivitas

Usaha atau PJPK


Kenaikan biaya O&M

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Berkurangnya kuantitas

Menurunnya kualitas

output

Regulasi dan koordinasi yang

Tergantung lokasi sumber

baik antar instansi terkait

air

Operator yang handal;


Mekanisme penalti

output

Operator yang handal;


Mekanisme penalti

6. RISIKO PENDAPATAN
Perubahan volume

permintaan output proyek

Mengakibatkan penurunan

pendapatan penjualan air dan defisit

Program sosialisasi yang baik

bagi BU

Kesalahan estimasi dari

model sebelumnya

Pelanggan akhir tidak

User affordability and willingness di

Kegagalan memungut

Akibat kegagalan / tidak optimalnya

membayar

pembayaran tarif

bawah tingkat kelayakan


sistem pemungutan tarif

Survei permintaan yang handal

Survei volume permintaan yang


handal

Dukungan kelayakan (VGF);


Regulasi yang mendukung
x

Sistem pemungutan dan

kinerja operasi yang baik

Regulasi yang mendukung


dapat berbentuk Perda

40
40

KPS di
di Indonesia:
Indonesia: Acuan
Acuan Alokasi
Alokasi Risiko
Risiko
KPS

Konsesi Penuh
Penuh Air
Air Minum
Minum
Konsesi
Kategori Risiko
Risiko dan
dan
Kategori

Deskripsi
Deskripsi

Peristiwa Risiko
Risiko
Peristiwa

Kegagalan mengajukan
mengajukan
Kegagalan
penyesuaian
penyesuaian tarif
tarif

Publik
Publik

Gagalnya penyesuaian
penyesuaian tarif
tarif karena
karena
Gagalnya

Swasta
Swasta
xx

BU
BU tidak
tidak mampu
mampu memenuhi
memenuhi standar
standar

Bersama
Bersama

Strategi Mitigasi
Mitigasi Sesuai
Sesuai
Strategi

Best Practice
Practice
Best

Kondisi Spesifik
Spesifik terkait
terkait
Kondisi
Alokasi Risiko
Risiko
Alokasi

Kinerja operasi
operasi yang
yang baik;
baik;
Kinerja

Regulasi yang
yang mendukung
mendukung
Regulasi

Kinerja operasi
operasi yang
yang baik;
baik;
Kinerja

Regulasi yang
yang mendukung
mendukung
Regulasi

Regulasi yang
yang mendukung
mendukung
Regulasi

dapat berbentuk
berbentuk Perda
Perda
dapat

Kinerja operasi
operasi yang
yang baik;
baik;
Kinerja

Regulasi yang
yang mendukung
mendukung
Regulasi

Regulasi yang
yang mendukung
mendukung
Regulasi

dapat berbentuk
berbentuk Perda
Perda
dapat

Regulasi
Regulasi yang
yang mendukung
mendukung

dapat
dapat berbentuk
berbentuk Perda
Perda

minimal yang
yang disepakati
disepakati
minimal
Penyesuaian tarif
tarif periodik
periodik
Penyesuaian
terlambat
terlambat
Tingkat penyesuaian
penyesuaian tarif
tarif
Tingkat
lebih rendah
rendah dari
dari proyeksi
proyeksi
lebih

indeksasi tarif
tarif terhadap
terhadap
pada
Ppada indeksasi

xx

K
khususnya setelah
setelah indeksasi
indeksasi tarif
tarif
khususnya

xx

tingkat inflasi
inflasi
tingkat

dan rebasing
rebasing tarif
tarif
dan

Kesalahan perhitungan
perhitungan
Kesalahan

xx

Survei user
user affordability
affordability and
and
Survei

xx

Standar kinerja
kinerja operasi
operasi dan
dan
Standar

estimasi
estimasi tarif
tarif

willingness yang
yang handal
handal
willingness

7. RISIKO
RISIKO KONEKTIVITAS
KONEKTIVITAS JARINGAN
JARINGAN
7.
Risiko jaringan
jaringan (1)
(1)
Risiko

Kebocoran/kontaminasi dalam
dalam
Kebocoran/kontaminasi

Risiko jaringan
jaringan (2)
(2)
Risiko

Ingkar janji
janji otoritas
otoritas untuk
untuk tidak
tidak
Ingkar

Risiko jaringan
jaringan (3)
(3)
Risiko

Keterbatasan pengelolaan
pengelolaan jaringan
jaringan
Keterbatasan

8. RISIKO
RISIKO INTERFACE
INTERFACE
8.
Risiko interface
interface (1)
(1)
Risiko

jaringan
jaringan

membangun
membangun fasilitas
fasilitas pesaing
pesaing

xx

pengawasan yang
yang baik
baik
pengawasan

Pemahaman kontrak
kontrak yang
yang baik
baik
Pemahaman
oleh
oleh sektor
sektor publik
publik

xx

distribusi yang
yang dibangun
dibangun swasta
swasta
distribusi

Peningkatan kapasitas
kapasitas
Peningkatan
pengelolaan jaringan
jaringan distribusi
distribusi
pengelolaan

Output tidak
tidak terserap
terserap di
di awal
awal
Output

xx

periode operasional
operasional
periode
Risiko interface
interface (2)
(2)
Risiko

Risiko interface
interface (3)
(3)
Risiko

Ketimpangan kualitas
kualitas pekerjaan
pekerjaan
Ketimpangan
dukungan
dukungan Pemerintah
Pemerintah dan
dan yang
yang

xx

xx

dikerjakan BU.
BU.
dikerjakan

Pekerjaan perbaikan
perbaikan oleh
oleh pihak
pihak
Pekerjaan

yang
yang kualitas
kualitas pekerjaannya
pekerjaannya lebih
lebih
rendah
rendah

Rework yang
yang substantial
substantial terkait
terkait
Rework

xx

perbedaan
perbedaan standar
standar // metode
metode

Kesepakatan para
para pihak
pihak sedini
sedini
Kesepakatan
mungkin
mungkin tentang
tentang standar
standar //

layanan yang
yang digunakan
digunakan
layanan

metode yang
yang akan
akan diterapkan
diterapkan
metode

9. RISIKO
RISIKO POLITIK
POLITIK
9.
Mata uang
uang asing
asing tidak
tidak
Mata
dapat
dapat dikonversi
dikonversi

Mata uang
uang asing
asing tidak
tidak tersedianya
tersedianya
Mata

dan/atau
dan/atau tidak
tidak bisa
bisa dikonversi
dikonversi dari
dari
Rupiah
Rupiah

xx

Pembiayaan domestik
domestik
Pembiayaan

Akun pembiayaan
pembiayaan luar
luar negeri
negeri
Akun
Penjaminan dari
dari bank
bank sentral
sentral
Penjaminan

Dapat juga
juga menjadi
menjadi bagian
bagian
Dapat
risiko
risiko pendapatan
pendapatan

41

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Air Minum


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak bisa

Risiko ekspropriasi

Nasionalisasi/pengambilalihan

dapat direpatriasi

ditransfer ke negara asal investor

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri


Penjaminan dari bank sentral
Mediasi, negosiasi

tanpa kompensasi (yang memadai)


Perubahan regulasi (dan

Bisa dianggap sebagai risiko bisnis

Perubahan regulasi (dan

Berbentuk kebijakan pajak oleh

pajak) yang umum

pajak) yang diskriminatif

otoritas terkait (pusat atau daerah)

Asuransi Risiko Politik

Penjaminan Pemerintah
x
x

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

persetujuan perencanaan

/tidak wajar dari otoritas terkait

Gagal/terlambatnya

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

perolehan persetujuan

/tidak wajar dari otoritas terkait

Selain memiliki provisi

Penjaminan Pemerintah

kompensasinya

Asuransi Risiko Politik

dan spesifik
Keterlambatan perolehan

Mediasi, negosiasi

kontrak yang jelas termasuk

Provisi kontrak yang jelas


termasuk kompensasinya

Provisi kontrak yang jelas

Biasanya terkait isu selain

termasuk kompensasinya

perencanaan

10. RISIKO FORCE MAJEURE


Bencana alam

Force majeure politis

Peristiwa perang, kerusuhan,

berkepanjangan

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

Setiap pihak dapat mengakhiri

Terutama bila asuransi tidak

kontrak KPS dan memicu

tersedia untuk risiko

gangguan keamanan masyarakat

Cuaca ekstrim

Force majeure

Jika di atas 6-12 bulan, dapat


mengganggu aspek ekonomis pihak
yang terkena dampak

prosedur terminasi proyek

tertentu

11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET


Risiko nilai aset turun

Kebakaran, ledakan, dsb

Transfer bisnis eksisting

Ketidakpastian kondisi bisnis


setalah transfer dari operator

Studi kelayakan bisnis yang baik

Studi kelayakan aset yang baik

sebelumnya
Transfer aset eksisting

Tidak terantisipasinya kondisi


fasilitas yang dibangun

Asuransi

dan lengkap (dalam PFS)

dan lengkap (dalam PFS)

Dibandingkan struktur BOT, beberapa risiko spesifik sektoral dialokasikan kepada pihak yang sama, seperti peristiwa risiko yang
terkait input air baku (kualitas, kuantitas dan kontinuitas). Tetapi, karena struktur Konsesi Penuh mencakup layanan keseluruhan, BU

42

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

biasanya menanggung risiko permintaan dan risiko interface (tidak terserapnya output pada awal tahun operasi). Selain itu, BU juga

lebih rentan terhadap risiko penyesuaian tarif karena tarif ke pelanggan retail/pengguna akhir seringkali menjadi isu politis
dibandingkan sebagai isu komersial pada saat mekanisme penyesuaian tarif tersebut harus dilakukan.
4.2.2 Matriks Risiko KPS sektor Pengelolaan Limbah

4.2.2.1. BOT Persampahan


Matriks risiko di bawah ini mengacu pada suatu proyek dengan kontrak BOT dimana BU bertanggung jawab atas Produksi, Operasi dan
Pemeliharaan (konstruksi dan operasi fasilitas TPA), tapi tidak bertanggung jawab untuk pengumpulan bahan baku sampah dan
pembayaran tarif dari pelanggan akhir.
Tabel 4. Matriks Risiko untuk BOT Persampahan
BOT Persampahan
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

1. RISIKO LOKASI
Keterlambatan dan

Keterlambatan dan kenaikan biaya

kenaikan biaya

akibat proses pembebasan lahan

Lahan tidak dapat

Kegagalan perolehan lokasi lahan

pembebasan lahan
dibebaskan

Proses pemukiman kembali


yang rumit

yang berkepanjangan

proyek karena proses pembebasan

karena rumitnya isu proses

Kebutuhan lahan untuk TPS

proyek sebelum proses

dan TPA sudah diidentifikasi

Status hukum lahan dan

Kejelasan status hukum dan

pembebasan lahan proyek

menjadi kendala

pengadaan
x

prosedur yang jelas dalam

lahan yang sulit

Keterlambatan dan kenaikan biaya

Pemerintah menyediakan lahan

tata ruang lahan bisa

Kompensasi yang wajar dan

Kebutuhan lahan proyek

pihak yang terkena dampak

dan dampak sosial relatif

komunikasi yang baik dengan

pemukiman kembali

dengan jelas

jenis ini biasanya tidak luas


kecil

Risiko Status Tanah

Kepemilikan sertifikat tanah ganda

Melaksanakan validasi status

yang diketahui setelah proyek

kepemilikan lahan;

dilaksanakan

Dukungan dari otoritas terkait


(BPN, Dinas Kependudukan)

Kesulitan pada kondisi

lokasi yang tak terduga

Keterlambatan karena ketidakpastian


kondisi lokasi

Data historis penggunaan lahan


dan penyelidikan tanah

Karena lahan tidak luas

risiko geoteknis relatif bisa


dikelola

43

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Persampahan
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kerusakan artefak dan

Data historis penggunaan lahan

Gagal menjaga

Implementasi prosedur

Kontaminasi/polusi ke

Kesesuaian dengan studi Amdal

Sosialisasi pada masyarakat

barang kuno pada lokasi


keselamatan dalam lokasi
lingkungan lokasi

Keresahan masyarakat

Akibat potensi ketidaknyamanan


terhadap proses/output

dan penyelidikan tanah

keselamatan kerja yang baik


yang baik

Konsultan spesialis aspek

Klarifikasi saat proses tender;

AMDAL

lingkungan yang handal

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI

output

Keterlambatan dan kenaikan biaya

akibat spesifikasi output tidak jelas

Kapasitas desain yang baik

Kesalahan desain

Uji operasi teknis mengarah ke

Konsultan desain yang

Terlambatnya penyelesaian

Termasuk mengembalikan akses

Kontraktor yang handal dan

Kesepakatan faktor eskalasi

Koordinasi kontraktor dan

konstruksi

penemuan kesalahan desain


lokasi

Kenaikan biaya konstruksi


Risiko uji operasi

Kesalahan estimasi waktu/ biaya


dalam uji operasi teknis

berpengalaman dan baik


klausul kontrak yang standar
harga tertentu dalam kontrak
operator yang baik

3. RISIKO SPONSOR
Kinerja subkontraktor yang

Proses pemilihan subkontraktor

Default sub-kontraktor

Proses pemilihan subkontraktor

Konsorsium didukung sponsor

Proses PQ untuk memperoleh

buruk

Default BU
Default sponsor proyek

Default BU yang mengarah ke


terminasi/step-in olehfinancier

Default pihak sponsor (atau anggota


konsorsium)

Alokasi Risiko

yang terkena dampak

Kegagalan implementasi

Ketidakjelasan spesifikasi

Kondisi Spesifik terkait

yang kredibel
yang kredibel

yang kredibel dan solid


sponsor yang kredibel

Spesifikasi output PJPK

harus mengacu ke best

practice

44

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Persampahan
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

4. RISIKO FINANSIAL
Kegagalan mencapai

Tidak tercapainya financial close

Koordinasi yang baik dengan

Risiko struktur finansial

Inefisiensi karena struktur modal

Konsorsium didukung sponsor

Instrumen lindung nilai;

Bisa dibagi dengan

Pembiayaan dalam Rupiah

Pemerintah apabila

Faktor indeksasi tarif;

Bisa dibagi dengan

Lindung nilai tingkat suku

Bisa dibagi dengan

bunga

Pemerintah apabila

Khususnya untuk cakupan

financial close

karena ketidakpastian kondisi pasar


proyek yang tidak optimal

Risiko nilai tukar mata

fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

uang
Risiko tingkat inflasi

Kenaikan (non ekstrim) tingkat

inflasi terhadap asumsi dalam life-

cycle cost
Risiko suku bunga

fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku


bunga

potential lenders

Rebasing tarif

Cakupan asuransi untuk risiko

Konsultansi dengan spesialis/

Risiko asuransi (2)

Kenaikan substansial tingkat premi

Konsultansi dengan

Ketersediaan fasilitas

Akibat fasilitas tidak bisa terbangun

Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi

Operator yang handal;

Aksi industri

Aksi mogok, larangan kerja, dsb

Kebijakan SDM dan hubungan

Risiko sosial dan budaya

Risiko yang timbul karena tidak

Menerapkan program

terhadap estimasi awal

precedence tidak terpenuhi

/lender yang kredibel

Risiko asuransi (1)

tertentu tidak lagi tersedia di pasaran

Bisa juga karena conditions

broker asuransi

fluktuasinya ekstrim
Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

fluktuasinya ekstrim
risiko terkait keadaan kahar

spesialis/broker asuransi

5. RISIKO OPERASI

tersedianya layanan

lokal

diperhitungkannya budaya atau

Spesifikasi output yang jelas


industrial yang baik

pengembangan masyarakat
yang people-oriented;

kondisi sosial masyarakat setempat


dalam implementasi proyek

Pemberdayaan masyarakat

Kegagalan manajemen

Kegagalan atau ketidakmampuan

proyek

Badan Usaha dalam mengelola

operasi dan dijalankan secara

operasional Proyek Kerjasama

profesional

Kegagalan kontrol dan

monitoring proyek

Terjadinya penyimpangan yang tidak


x
terdeteksi akibat kegagalan kontrol

Menyusun rencana manajemen

Menyusun rencana kontrol dan

monitoring serta evaluasi

Bisa oleh staf operator,

subkontraktor atau penyuplai

45

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Persampahan
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Kenaikan biaya O&M

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

dan monitoring oleh Badan Usaha

berkala terhadap efektivitas

atau PJPK

rancangan dan pelaksanaannya

Akibat kesalahan estimasi biaya O&M

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

Operator yang handal;

Kesalahan estimasi biaya

Kesepakatan/kontrak dengan

Kenaikan biaya energi

Kualitas dan spesifikasi unit

Tidak teraturnya

Tindakan antisipasi fasilitas

Biasanya sudah harus

Pengelolaan yang baik terkait

Pemerintah dapat

Kriteria tingkat pelayanan;

Dalam hal BU telah

Prosedur sistem pengangkutan

memenuhi tingkat

atau kenaikan tidak terduga

life cycle

karena inefisiensi unit


ketersediaan utilitas

Terganggunya kepastian

Faktor eskalasi dalam kontra

supplier seawal mungkin


yang baik

back up listrik/utilitas lainnya


sistem pengangkutan sampah

rute dan jadwal angkut

diantisipasi sedini mungkin


membantu meski

pengangkutan oleh BU

Pencemaran polusi air licit


dalam pengangkutan
Berkurangnya kuantitas

Jaminan suplai limbah;

Membatasi peran pemulung

Sosialisasi pengelolaan limbah

input (sampah)
Menurunnya kualitas input

terhadap komposisi sampah

(komposisi sampah)
x

Kualitas output olahan


tidak memenuhi standar

pelayanan

Peran pemulung dapat

merubah komposisi sampah

Spesifikasi yang baik

dari teknologi yang digunakan

6. RISIKO PENDAPATAN
Perubahan volume

Mengakibatkan penurunan

Kebijakan yang konsisten dan

Pelanggan akhir tidak

User affordability and willingness di

Program sosialisasi yang baik

Regulasi yang mendukung

Dukungan kelayakan (VGF);

dapat berbentuk Perda

Kinerja operasi yang baik;

Regulasi yang mendukung

permintaan output proyek


membayar
Penyesuaian tarif periodik
terlambat

pendapatan dan defisit bagi PJPK


bawah tingkat kelayakan

sejalan dengan sasaran proyek

Regulasi yang mendukung


x

Regulasi yang mendukung

dapat berbentuk Perda

46

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Persampahan
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Tingkat penyesuaian tarif

Publik

Swasta

lebih rendah dari proyeksi


Kesalahan perhitungan

Best Practice

Kinerja operasi yang baik;

Regulasi yang mendukung

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

Regulasi yang mendukung


dapat berbentuk Perda

Survei user affordability and

estimasi tarif

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

willingness yang handal

7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN


Risiko jaringan (1)

Ketidakpastian dalam jaringan

pemungutan sampah eksisting


Risiko jaringan (2)

Ingkar janji otoritas terkait jaringan

Ingkar janji otoritas untuk

membangun fasilitas yang

Bisa berupa ketidakpastian

pengawasan yang baik

rute dan jadwal angkut

Pemahaman kontrak yang baik

pengumpul sampah yang diperlukan


Risiko jaringan (3)

Standar kinerja operasi dan

oleh sektor publik


x

Pemahaman kontrak yang baik


oleh sektor publik

diperlukan
8. RISIKO INTERFACE
Risiko Interface (1)

Input dan kapasitas pengolahan di

awal masa operasi tidak seimbang


Risiko Interface (2)

Ketimpangan kualitas hasil

Klausul take or pay dalam


kontrak suplai sampah

pekerjaan Pemerintah dan yang

Perbaikan dari pihak yang mutu


pekerjaannya lebih rendah

dikerjakan BU
9. RISIKO POLITIK
Mata uang asing tidak
dapat dikonversi

Mata uang asing tidak tersedia dan/


atau tidak bisa dikonversi dari

Akun pembiayaan luar negeri

Rupiah

Penjaminan dari Bank Sentral

Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak bisa ditransfer

Risiko ekspropriasi

Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa

dapat direpatriasi

Pembiayaan domestik

ke negara asal investor

Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri


Penjaminan dari bank sentral

kompensasi (yang memadai)

Mediasi, negosiasi

Asuransi Risiko Politik


Penjaminan Pemerintah

Perubahan regulasi (dan


pajak) yang umum

Bisa dianggap sebagai risiko bisnis

47

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Persampahan
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Perubahan regulasi (dan

Berbentuk kebijakan pajak oleh

pajak) yang diskriminatif

otoritas terkait (pusat atau daerah)

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Mediasi, negosiasi

Asuransi Risiko Politik

dan spesifik

Penjaminan Pemerintah

Keterlambatan perolehan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

persetujuan perencanaan

/tidak wajar dari otoritas terkait

Gagal/terlambatnya

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

Provisi kontrak yang jelas

Keterlambatan perolehan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

Provisi kontrak yang jelas

Risiko parastatal (1)

Wanprestasi kewajiban kontraktual

Asuransi Risiko Politik

Risiko parastatal (2)

akibat privatisasi offtaker atau

Asuransi Risiko Politik

Penjaminan Pemerintah

perolehan persetujuan
akses ke lokasi proyek

Terminasi akibat default

/tidak wajar dari otoritas terkait


/tidak wajar dari otoritas terkait
PJPK sebagai offtaker

default PJPK

PJPK

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

Selain memiliki provisi


kontrak yang jelas termasuk
kompensasinya

Provisi kontrak yang jelas


termasuk kompensasinya
termasuk kompensasinya

Biasanya terkait isu selain


perencanaan

termasuk kompensasinya
Penjaminan Pemerintah
Penjaminan Pemerintah

10. RISIKO FORCE MAJEURE


Bencana alam

Force majeure politis

Peristiwa perang, kerusuhan,

gangguan keamanan masyarakat

Cuaca ekstrim

Force majeure

berkepanjangan

Jika di atas 6-12 bulan,dapat

mengganggu aspek ekonomis pihak


yang terkena dampak

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

Setiap pihak dapat mengakhiri


kontrak KPS dan memicu

prosedur terminasi proyek

11. ASET KEPEMILIKAN ASET


Risiko nilai aset turun

Kebakaran, ledakan, dsb

Asuransi

Pada sektor persampahan, risiko spesifik sektor adalah risiko lingkungan (misal ketidaknyamanan masyarakat akibat adanya potensi

gangguan dari proses/output, kegagalan menerapkan AMDAL, risiko operasi (misal kuantitas sampah sebagai input rendah, risiko
komposisi sampah,ketidaksesuaian kualitas output), risiko jaringan (misal ketidakpastian jaringan pengumpulan sampah eksiting,
tidak dipenuhinya kewajiban pihak berwenang untuk menjaga jaringan pengumpulan sampah yang ada dan untuk mengembangkan
fasilitas yang diperlukan) dan risiko interface (misal ketidakseimbangan antara input dan kapasitas pengolahan di tahun awal operasi).

48

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Ditemukan pula hal yang menarik terkait tindakan sah dari Pemerintah untuk mengurangi produksi sampah (misal program 3RP

Recycle, Reuse, Reduce) yang pada kenyataannya menghambat BU memperoleh volume sampah yang cukup untuk diolah. Dari sisi
tarif, Pemerintah menarik dua jenis tarif, yaitu tarif retribusi sampah (untuk jasa pengelolaan sampah) dalam menutup biaya

operasional dari adanya fasilitas pembuangan sampah, dan kompensasi terhadap dampak negatif dari lingkungan. Kedua jenis tarif ini

dapat didukung dengan subsidi operasional dari anggaran Pemda sebagai bagian dari sumber dana untuk pembayaran tipping fee dari
PJPK kepada BU.

4.2.2.2. BOT Pengelolaan Air Limbah


Matriks risiko di bawah ini mengacu pada suatu proyek dengan kontrak BOT dimana BU bertanggung jawab atas Produksi, Operasi dan

Pemeliharaan (konstruksi dan operasi fasilitas pengolahan limbah/waste treatment plant/WTP, bisa termasuk jaringan transmisi), tapi
tidak bertanggung jawab untuk pengumpulan air limbah dan pembayaran tarif dari pelanggan akhir.
Tabel 5. Matriks Risiko untuk BOT Pengelolaan Air Limbah
BOT Pengelolaan Air Limbah
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

1. RISIKO LOKASI
Keterlambatan dan

Keterlambatan dan kenaikan biaya

pembebasan lahan

yang berkepanjangan

Lahan tidak dapat

Kegagalan perolehan lokasi lahan

dibebaskan

proyek karena proses pembebasan

Proses pemukiman kembali

Keterlambatan dan kenaikan biaya

kenaikan biaya

yang rumit

akibat proses pembebasan lahan

Kepemilikan sertifikat tanah ganda

pengadaan

diidentifikasi dengan jelas

Status hukum lahan dan

Kejelasan status hukum dan

prosedur yang jelas dalam

tata ruang lahan bisa

Kompensasi yang wajar dan

Kebutuhan lahan proyek

pihak yang terkena dampak

dampak sosial relatif kecil

pembebasan lahan proyek


x

komunikasi yang baik dengan

pemukiman kembali
Risiko Status Tanah

Kebutuhan lahan untuk WTP

lahan proyek sebelum proses

lahan yang sulit

karena rumitnya isu proses

Pemerintah menyediakan

dan jaringan transmisi sudah

menjadi kendala

biasanya tidak luas dan

Melaksanakan validasi status

yang diketahui setelah proyek

kepemilikan lahan;

dilaksanakan

Dukungan dari otoritas terkait


(BPN, Dinas Kependudukan)

Kesulitan pada kondisi

Keterlambatan karena ketidakpastian

lokasi yang tak terduga

kondisi lokasi

Data historis penggunaan

Karena lahan tidak luas risiko

lahan dan penyelidikan tanah

geoteknis relatif bisa dikelola

49

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Pengelolaan Air Limbah


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Keterbatasan ruang kerja

/working space konstruksi

Publik

Terkait penyediaan lahan untuk

ruang kerja pada masa konstruksi

Swasta

Best Practice

Metode konstruksi yang baik;

Data historis penggunaan

Sosialisasi oleh Pemerintah

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

Bila ada penolakan

masyarakat Pemerintah dapat


membantu

Kerusakan artefak dan


barang kuno pada lokasi

lahan dan penyelidikan tanah

Gagal menjaga

keselamatan dalam lokasi

Implementasi prosedur
keselamatan kerja yang baik

Kontaminasi/polusi ke

lingkungan lokasi
Keresahan masyarakat

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kesesuaian dengan studi


Amdal yang baik

Akibat potensi ketidaknyamanan


terhadap proses/output

Kegagalan implementasi
AMDAL

Sosialisasi kepada masyarakat

Konsultan spesialis aspek

Konsultan desain yang

Biasanya teridentifikasi saat

berpengalaman dan baik

uji operasi teknis

Klarifikasi saat proses tender;

Spesifikasi output PJPK harus

Kontraktor yang handal dan

Kesepakatan faktor eskalasi

yang terkena dampak

lingkungan yang handal

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSIDAN UJI OPERASI


Kesalahan desain

Uji operasi teknis mengarah ke


penemuan kesalahan desain

Ketidakjelasan spesifikasi

Keterlambatan dan kenaikan biaya

Terlambatnya penyelesaian

Termasuk mengembalikan akses

output

konstruksi

akibat spesifikasi output tidak jelas


lokasi

Kenaikan biaya konstruksi

Kapasitas desain yang baik

klausul kontrak yang standar


harga tertentu dalam kontrak

Risiko uji operasi

Kesalahan estimasi waktu/ biaya

dalam uji operasi teknis

Koordinasi kontraktor dan


operator yang baik

3. RISIKO SPONSOR
Kinerja subkontraktor yang

buruk

subkontraktor yang kredibel

Default sub-kontraktor
Default BU
Default sponsor proyek

Proses pemilihan

Proses pemilihan
subkontraktor yang kredibel

Default BU yang mengarah ke


terminasi/step-in oleh financier

Default pihak sponsor (atau anggota


konsorsium)

Konsorsium didukung sponsor

Proses PQ untuk memperoleh

yang kredibel dan solid


sponsor yang kredibel

mengacu ke best practice

50

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Pengelolaan Air Limbah


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

4. RISIKO FINANSIAL
Kegagalan mencapai

Tidak tercapainya financial close

Koordinasi yang baik dengan

Risiko struktur finansial

Inefisiensi karena struktur modal

Konsorsium didukung sponsor

Risiko nilai tukar mata

fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

Instrumen lindung nilai;

financial close

uang

Risiko tingkat inflasi

karena ketidakpastian kondisi pasar


proyek yang tidak optimal

Kenaikan (non ekstrim) tingkat

inflasi terhadap asumsi dalam life-

cycle cost

potential lenders

Bisa juga karena conditions

precedence tidak terpenuhi

/lender yang kredibel

Pembiayaan dalam Rupiah


Faktor indeksasi tarif;

Rebasing tarif

Bisa dibagi dengan

Pemerintah apabila

fluktuasinya ekstrim
Bisa dibagi dengan
Pemerintah apabila

fluktuasinya ekstrim

Risiko suku bunga

fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku

Lindung nilai tingkat suku

Bisa dibagi dengan Pemerintah

bunga

apabila fluktuasinya ekstrim

Risiko asuransi (1)

Cakupan asuransi untuk risiko

Konsultansi dengan

Khususnya untuk cakupan

Konsultansi dengan

bunga

tertentu tidak lagi tersedia di


pasaran

Risiko asuransi (2)

Kenaikan substansial tingkat premi


terhadap estimasi awal

spesialis/broker asuransi

risiko terkait keadaan kahar

spesialis/broker asuransi

5. RISIKO OPERASI
Ketersediaan fasilitas

Akibat fasilitas tidak bisa terbangun

Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi

Operator yang handal;

Aksi industri

Aksi mogok, larangan kerja,dsb

kebijakan SDM dan hubungan

Risiko sosial dan budaya

Risiko yang timbul karena tidak

Menerapkan program

tersedianya layanan

lokal

diperhitungkannya budaya atau

proyek

Kegagalan atau ketidakmampuan


Badan Usaha dalam mengelola
operasional Proyek Kerjasama

industrial yang baik

pengembangan masyarakat
yang people-oriented;

kondisi sosial masyarakat setempat


dalam implementasi proyek

Kegagalan manajemen

Spesifikasi output yang jelas

Pemberdayaan masyarakat
x

Menyusun rencana

manajemen operasi dan

dijalankan secara profesional

Bisa oleh staf operator,

subkontraktor atau penyuplai

51

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Pengelolaan Air Limbah


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Publik

Swasta

Terjadinya penyimpangan yang tidak

Peristiwa Risiko

Kegagalan kontrol dan

monitoring proyek

terdeteksi akibat kegagalan kontrol


dan monitoring oleh Badan Usaha

Best Practice

monitoring serta evaluasi

Operator yang handal;

Kesalahan estimasi biaya

Kesepakatan/kontrak dengan

Kenaikan biaya energi

Kualitas dan spesifikasi unit

Tidak teraturnya

Tindakan antisipasi: fasilitas

atau kenaikan tidak terduga

life cycle

karena inefisiensi unit


ketersediaan utilitas

input (limbah)

Alokasi Risiko

Menyusun rencana kontrol dan

rancangan dan pelaksanaannya

Akibat kesalahan estimasi biaya O&M

Berkurangnya kuantitas

Kondisi Spesifik terkait

berkala terhadap efektivitas

atau PJPK
Kenaikan biaya O&M

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kualitas output olahan

supplier seawal mungkin


yang baik

back up listrik/utilitas lainnya

Biasanya sudah harus

diantisipasi sedini mungkin

Perjanjian suplai limbah;

Sosialisasi pengelolaan limbah


x

tidak memenuhi standar

Faktor eskalasi dalam kontrak

Spesifikasi yang baik

dari teknologi yang digunakan

6. RISIKO PENDAPATAN
Perubahan volume

permintaan output proyek


Pelanggan akhir tidak
membayar

Mengakibatkan penurunan

pendapatan penjualan air dan defisit

Kebijakan yang konsisten dan

sejalan dengan sasaran proyek

bagi BU

User affordability and willingness di

bawah tingkat kelayakan

Penyesuaian tarif periodik

terlambat
Tingkat penyesuaian tarif

lebih rendah dari proyeksi


Kesalahan perhitungan

estimasi tarif

Dukungan kelayakan (VGF);

Regulasi yang mendukung

Regulasi yang mendukung

dapat berbentuk Perda

Kinerja operasi yang baik;

Regulasi yang mendukung

Regulasi yang mendukung

dapat berbentuk Perda

Kinerja operasi yang baik;

Regulasi yang mendukung

Regulasi yang mendukung

dapat berbentuk Perda

Survei user affordability and

willingness yang handal

7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN


Risiko jaringan (1)

Ketidakpastian dalam jaringan


pemungutan limbah eksisting

Standar kinerja operasi dan


pengawasan yang baik

52

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Pengelolaan Air Limbah


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Risiko jaringan (2)

Ingkar janji otoritas untuk menjaga


jaringan pengumpul limbah yang

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Pemahaman kontrak yang

Pemahaman kontrak yang

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

baik oleh sektor publik

diperlukan
Risiko jaringan (3)

Ingkar janji otoritas untuk


membangun fasilitas yang

baik oleh sektor publik

diperlukan
8. RISIKO INTERFACE
Risiko Interface (1)

Input dan kapasitas pengolahan di

Risiko Interface (2)

Ketimpangan kualitas pekerjaan

awal masa operasi tidak seimbang

Perjanjian/kesepakatan suplai
limbah
x

dukungan Pemerintah dan yang

Pekerjaan perbaikan oleh


pihak yang kualitas

dikerjakan BU

pekerjaannya lebih rendah

9. RISIKO POLITIK
Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak tersedianya

dapat dikonversi

dan/atau tidak bisa dikonversi dari

Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak bisa ditransfer

dapat direpatriasi

ke negara asal investor

Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa

Perubahan regulasi (dan

Bisa dianggap sebagai risiko bisnis

Perubahan regulasi (dan

Berbentuk kebijakan pajak oleh

pajak) yang diskriminatif

Pembiayaan domestik
Akun pembiayaan luar negeri

Rupiah

Risiko ekspropriasi

pajak) yang umum

kompensasi (yang memadai)

otoritas terkait (pusat atau daerah)

Penjaminan dari bank sentral


x

Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri


Penjaminan dari bank sentral

Mediasi, negosiasi

Asuransi Risiko Politik

Penjaminan Pemerintah
x
x

dan spesifik

Mediasi, negosiasi

Selain memiliki provisi

Penjaminan Pemerintah

kompensasinya

Asuransi Risiko Politik

Keterlambatan perolehan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

Provisi kontrak yang jelas

Gagal/terlambatnya

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

Provisi kontrak yang jelas

Keterlambatan perolehan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

Provisi kontrak yang jelas

persetujuan perencanaan
perolehan persetujuan
akses ke lokasi proyek

/tidak wajar dari otoritas terkait


/tidak wajar dari otoritas terkait
/tidak wajar dari otoritas terkait

kontrak yang jelas termasuk

termasuk kompensasinya
termasuk kompensasinya
termasuk kompensasinya

Biasanya terkait isu selain


perencanaan

53

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Pengelolaan Air Limbah


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Risiko parastatal (1)

Wanprestasi kewajiban kontraktual

Asuransi Risiko Politik

Risiko parastatal (2)

Akibat privatisasi offtaker atau

Asuransi Risiko Politik

Penjaminan Pemerintah

Terminasi akibat default

PJPK sebagai offtaker

default PJPK

PJPK

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

Penjaminan Pemerintah
Penjaminan Pemerintah

10. RISIKO FORCE MAJEURE


Bencana alam

Force majeure politis

Peristiwa perang, kerusuhan,

berkepanjangan

Jika di atas 6-12 bulan, dapat

mengganggu aspek ekonomis pihak


yang terkena dampak

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

Setiap pihak dapat mengakhiri

Kebakaran, ledakan, dsb

kontrak KPS dan memicu

Terutama bila asuransi tidak

tersedia untuk risiko tertentu

prosedur terminasi proyek

11. ASSET KEPEMILIKAN ASSET


Risiko nilai aset turun

Asuransi, bila dimungkinkan

gangguan keamanan masyarakat

Cuaca ekstrim

Force majeure

Asuransi

Pada sektor pengelolaan air limbah, risiko spesifiknya mirip dengan apa yang ditemukan dalam sektor persampahan. Di sektor volume
dan kualitas suplai limbah yang diperoleh biasanya tidak terlalu bervariasi. Selain itu, tergantung dari teknologi yang digunakan dan
persepsi dari calon pengguna output (air bersih olahan), output yang dihasilkan sifatnya tidak komersial.
4.2.3 Matriks Risiko KPS sektor Jalan Tol
Matriks risiko ini dibuat untuk 2 jenis struktur KPS dalam sektor ini sebagaimana diidentifikasi pada bagian 3.2.3, yaitu: Konsesi Penuh
jalan tol dan O&M jalan tol.

4.2.3.1 Konsesi Penuh Jalan Tol


Matriks risiko ini relevan untuk proyek jalan/jembatan tol yang mencakup desain, konstruksi, pembayaan dan operasi dan
pemeliharaan seluruh fasilitas tol serta menarik pembayaran atas layanan langsung dari pengguna (tipe user- charge).

54

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Tabel 6. Matriks Risiko untuk Konsesi Penuh Jalan Tol


Konsesi Penuh Jalan Tol
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

1. RISIKO LOKASI
Keterlambatan dan

Keterlambatan dan kenaikan biaya

pembebasan lahan

yang berkepanjangan

Lahan tidak dapat

Kegagalan perolehan lokasi lahan

dibebaskan

proyek karena proses pembebasan

Proses pemukiman kembali

Keterlambatan dan kenaikan biaya

yang rumit

karena rumitnya isu proses

Risiko Status Tanah

Kepemilikan sertifikat tanah ganda

kenaikan biaya

akibat proses pembebasan lahan

Kebutuhan lahan biasanya

pengadaan

trase yang direncanakan

Status hukum lahan dan

Kejelasan status hukum dan

prosedur yang jelas dalam

tata ruang lahan bisa menjadi

Kompensasi yang wajar dan

Dampak sosial relatif luas bila

komunikasi yang baik dengan

lahan di perkotaan dan

proyek sebelum proses

lahan yang sulit

pembebasan lahan proyek


x

pemukiman kembali

yang diketahui setelah proyek

Pemerintah menyediakan lahan

pihak yang terkena dampak


x

masif dan dipengaruhi dari

kendala

sifatnya masih produktif

Melaksanakan validasi status


kepemilikan lahan;

dilaksanakan

Dukungan dari otoritas terkait


(BPN, Dinas Kependudukan)

Kesulitan pada kondisi

Keterlambatan karena ketidakpastian

Data historis penggunaan lahan Potensi risiko geoteknis bisa

Keterbatasan ruang kerja

Terkait penyediaan lahan untuk

Metode konstruksi yang baik;

Bila ada penolakan masyarakat

Sosialisasi oleh Pemerintah

Pemerintah dapat membantu

lokasi yang tak terduga

kondisi lokasi

dan penyelidikan tanah

signifikan karena volume

pekerjaan tanah relatif besar


/working space konstruksi

ruang kerja pada masa konstruksi

Kerusakan artefak dan

Data historis penggunaan lahan

Gagal menjaga

Implementasi prosedur

Kontaminasi/polusi ke

Kesesuaian dengan studi Amdal

Klarifikasi saat proses tender;

Spesifikasi output PJPK harus

Konsultan desain yang

Biasanya teridentifikasi saat

barang kuno pada lokasi


keselamatan dalam lokasi
lingkungan lokasi

dan penyelidikan tanah

keselamatan kerja yang baik


yang baik

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI


Ketidakjelasan spesifikasi

Keterlambatan dan kenaikan biaya

Kesalahan desain

Menyebabkan ekstra/revisi desain

output

akibat spesifikasi output tidak jelas


yang diminta operator

Kapasitas desain yang baik


berpengalaman dan baik

mengacu ke best practice


uji operasi teknis

55

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Jalan Tol


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Terlambatnya penyelesaian
konstruksi

Dapat termasuk terlambatnya


pengembalian akses lokasi

Kenaikan biaya konstruksi

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kontraktor yang handal dan

Kesepakatan faktor eskalasi

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

klausul kontrak yang standar


harga tertentu dalam kontrak

Risiko uji operasi

Kesalahan estimasi waktu/ biaya

Koordinasi kontraktor dan

Kinerja subkontraktor yang

Proses pemilihan subkontraktor

Default sub-kontraktor

Proses pemilihan subkontraktor

dalam uji operasi teknis

operator yang baik

3. RISIKO SPONSOR
buruk

yang kredibel
yang kredibel

Default BU

Default BU yang mengarah ke


terminasi/step-in oleh financier

Default sponsor proyek

Default pihak sponsor (atau anggota

Proses PQ untuk memperoleh

Kegagalan mencapai

Tidak tercapainya financial close

Koordinasi yang baik dengan

Risiko struktur finansial

Inefisiensi karena struktur modal

Konsorsium didukung sponsor

Instrumen lindung nilai;

Bisa dibagi dengan Pemerintah

Pembiayaan dalam Rupiah

apabila fluktuasinya ekstrim

Faktor indeksasi tarif;

Bisa dibagi dengan Pemerintah

Lindung nilai tingkat suku

Bisa dibagi dengan Pemerintah

konsorsium)

Konsorsium didukung sponsor


yang kredibel dan solid
sponsor yang kredibel

4. RISIKO FINANSIAL

financial close

karena ketidakpastian kondisi pasar


proyek yang tidak optimal

Risiko nilai tukar mata

fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

uang
Risiko tingkat inflasi

Kenaikan (non ekstrim) tingkat

inflasi terhadap asumsi dalam life-

potential lenders

fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku


bunga

Risiko asuransi (1)

Cakupan asuransi untuk risiko


tertentu tidak lagi tersedia di

Kenaikan substansial tingkat premi


terhadap estimasi awal

apabila fluktuasinya ekstrim

bunga

apabila fluktuasinya ekstrim

Konsultansi dengan

Khususnya untuk cakupan

Konsultansi dengan

pasaran
Risiko asuransi (2)

precedence tidak terpenuhi

/lender yang kredibel

cycle cost
Risiko suku bunga

Bisa juga karena conditions

spesialis/broker asuransi

spesialis/broker asuransi

risiko terkait keadaan kahar

56

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Jalan Tol


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

5. RISIKO OPERASI
Ketersediaan fasilitas

Akibat fasilitas tidak bisa terbangun

Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi

Operator yang handal;

Aksi mogok, larangan kerja, dsb

Kebijakan SDM dan hubungan

Bisa oleh staf operator,

industrial yang baik

subkontraktor atau penyuplai

tersedianya layanan
Aksi industri
Risiko sosial dan budaya

Risiko yang timbul karena tidak

lokal

diperhitungkannya budaya atau

pengembangan masyarakat

kondisi sosial masyarakat setempat

yang people-oriented;

dalam implementasi proyek

Pemberdayaan masyarakat

Kegagalan manajemen
proyek

Kegagalan kontrol dan

monitoring proyek

Kegagalan atau ketidakmampuan

Spesifikasi output yang jelas

Menerapkan program

Menyusun rencana manajemen

Badan Usaha dalam mengelola

operasi dan dijalankan secara

operasional Proyek Kerjasama

professional

Terjadinya penyimpangan yang tidak

terdeteksi akibat kegagalan kontrol


dan monitoring oleh Badan Usaha

monitoring serta evaluasi

berkala terhadap efektivitas

atau PJPK
Kenaikan biaya O&M

Menyusun rencana kontrol dan

rancangan dan pelaksanaan

Akibat kesalahan estimasi biaya O&M

atau kenaikan tidak terduga

Operator yang handal;


Faktor eskalasi dalam kontrak

Kesalahan estimasi biaya

Kesepakatan/kontrak dengan

Kecelakaan lalu lintas atau

Asuransi kewajiban pihak

Survei lalu lintas yang handal;

Bila dipicu aksi Pemerintah,

Pinjaman lunak di awal operasi

jaminan permintaan minimum

Survei lalu lintas yang handal;

Bila dipicu aksi Pemerintah,

life cycle

isu keselamatan

supplier seawal mungkin


ketiga

6. RISIKO PENDAPATAN
Perubahan proyeksi

Mengakibatkan penurunan

volume permintaan

pendapatan dan defisit bagi BU

Kesalahan estimasi dari

model sebelumnya
Pelanggan akhir tidak
membayar

dapat dipertimbangkan

jaminan pendapatan minimal


Akibat user affordability and willingness
di bawah tingkat kelayakan

dapat dipertimbangkan
x

Subsidi (khususnya tarif)

Sosialisasi yang baik ke publik

57

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Jalan Tol


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kegagalan memungut

Akibat kegagalan / tidak optimalnya

Sistem pemungutan dan

Kegagalan mengajukan

Akibat BU tidak mampu memenuhi

Kinerja operasi yang baik;

penyesuaian tarif

standar minimal yang disepakati

pembayaran tarif

sistem pemungutan tarif

Penyesuaian tarif periodik

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

kinerja operasi yang baik


Regulasi yang mendukung

Kinerja operasi yang baik;

terlambat

Regulasi yang mendukung

Tingkat penyesuaian tarif

lebih rendah dari proyeksi


Kesalahan perhitungan

Kinerja operasi yang baik;

Regulasi yang mendukung


x

estimasi tarif

Survei user affordability and

willingness yang handal

7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN


Risiko jaringan (1)

Ingkar janji otoritas untuk

Standar kinerja operasi dan

membangun dan memelihara

pengawasan yang baik

jaringan yang diperlukan


Risiko jaringan (2)

Ingkar janji otoritas untuk

Pemahaman kontrak yang baik

Dapat juga menjadi bagian

Risiko jaringan (3)

Ingkar janji otoritas untuk tidak

Pemahaman kontrak yang baik

Dapat juga menjadi bagian

oleh sektor publik

risiko pendapatan

Pekerjaan perbaikan oleh pihak

Kontrak konstruksi dari pihak

yang kualitas pekerjaannya

Pemerintah maupun BU harus

8. RISIKO INTERFACE
Risiko Interface (1)

membangun fasilitas penghubung

oleh sektor publik

membangun fasilitas pesaing


Ketimpangan kualitas pekerjaan

dukungan Pemerintah dan yang


dikerjakan BU.

Risiko Interface (2)

lebih rendah

risiko pendapatan

selaras dalam kualitas


pekerjaan

Rework yang substantial terkait

perbedaan standar / metode layanan


yang digunakan

Kesepakatan para pihak sedini

Kontrak konstruksi dari pihak

mungkin tentang standar /

Pemerintah maupun BU harus

metode yang akan diterapkan

selaras dalam kualitas


pekerjaan

9. RISIKO POLITIK
Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak tersedianya

dapat dikonversi

dan/atau tidak bisa dikonversi dari


Rupiah

Pembiayaan domestik
Akun pembiayaan luar negeri
Penjaminan dari bank sentral

58

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Jalan Tol


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Publik

Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak bisa ditransfer

Risiko ekspropriasi

Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa

Peristiwa Risiko

dapat direpatriasi

ke negara asal investor

Swasta

Bersama

Alokasi Risiko

Best Practice

Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri


Penjaminan dari bank sentral
Mediasi

kompensasi (yang memadai)


Perubahan regulasi (dan

Kondisi Spesifik terkait

Strategi Mitigasi Sesuai

Penjaminan Pemerintah

Bisa dianggap sebagai risiko bisnis

pajak) yang umum


Perubahan regulasi (dan

Berbentuk kebijakan pajak oleh

pajak) yang diskriminatif

otoritas terkait (pusat atau daerah)

Keterlambatan perolehan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

Gagal/terlambatnya

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

dan spesifik

persetujuan perencanaan
perolehan persetujuan

/tidak wajar dari otoritas terkait


/tidak wajar dari otoritas terkait

Mediasi, negosiasi

Selain memiliki provisi

Asuransi Risiko Politik

kontrak yang jelas termasuk

Penjaminan Pemerintah

kompensasinya

Provisi kontrak yang jelas


termasuk kompensasinya

Provisi kontrak yang jelas


termasuk kompensasinya

Biasanya terkait isu selain


perencanaan

10. RISIKO KEADAAN KAHAR


Bencana alam

Force majeure politis

Peristiwa perang, kerusuhan,

berkepanjangan

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

Setiap pihak dapat mengakhiri

Terutama bila asuransi tidak

kontrak KPS dan memicu

tersedia untuk risiko tertentu

gangguan keamanan masyarakat

Cuaca ekstrim

Force majeure

Jika di atas 6-12 bulan, dapat


mengganggu aspek ekonomis pihak
yang terkena dampak

prosedur terminasi proyek

11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET


Risiko nilai aset turun

Kebakaran, ledakan, dsb

Asuransi

Risiko spesifik sektor jalan tol adalah risiko lokasi (misal yang terkait pembebasan lahan), risiko permintaan (misal risiko permintaan
lalu lintas dan risiko tarif) dan risiko jaringan (misal isu konektivitas dan rute pesaing).
Satu hal tambahan, jenis peristiwa risiko yang dibahas masih dibatasi pada proyek proyek jalan tol yang menggunakan teknologi at-

grade atau di atas tanah dan fly-over atau layang (belum termasuk under-ground, seperti struktur terowongan).

59

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

4.2.3.2. O&M Jalan Tol


Dalam kontrak O&M ini, BU mengoperasikan dan memelihara fasilitas dan menagih pembayaran dari pelanggan retail/pengguna akhir
(penumpang) atas nama Pemerintah. Pendapatan diperhitungkan sebagai bagian dari pembayaran yang dikumpulkan untuk insentif BU
dalam menjaga kualitas pelayanan. BU juga akan memperhatikan baik masalah lalu lintas maupun tarif.
Tabel 7. Matriks Risiko untuk O&M Jalan Tol
O&M Jalan Tol
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

1. RISIKO LOKASI
Gagal menjaga

Implementasi prosedur

Kontaminasi/polusi ke

Kesesuaian dengan studi Amdal

keselamatan dalam lokasi


lingkungan lokasi

Risiko Status Tanah

Kepemilikan sertifikat tanah ganda


yang diketahui setelah proyek

keselamatan kerja yang baik


yang baik

Melaksanakan validasi status


kepemilikan lahan;

dilaksanakan

Dukungan dari otoritas terkait


(BPN, Dinas Kependudukan)

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI


Terlambatnya

penyelesaian konstruksi

Dapat termasuk terlambatnya

pengembalian akses lokasi

Kenaikan biaya konstruksi

Kontraktor yang handal dan

klausul kontrak yang standar

Kesepakatan faktor eskalasi

harga tertentu dalam kontrak

Kesalahan desain

Menyebabkan ekstra/revisi desain

Kesepakatan faktor eskalasi

Risiko uji operasi

Kesalahan estimasi waktu/ biaya

Koordinasi kontraktor dan

yang diminta operator

dalam uji operasi teknis

harga tertentu dalam kontrak


operator yang baik

3. RISIKO SPONSOR

Default BU

Default BU yang mengarah ke


terminasi/step-in oleh financier

Konsorsium didukung sponsor

Default sponsor proyek

Default pihak sponsor (atau anggota

Proses PQ untuk memperoleh

konsorsium)

yang kredibel dan solid


sponsor yang kredibel

Kondisi Spesifik terkait Alokasi


Risiko

60

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

O&M Jalan Tol


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait Alokasi


Risiko

4. RISIKO FINANSIAL
Kegagalan mencapai

Tidak tercapainya financial close

Koordinasi yang baik dengan

Risiko struktur finansial

Inefisiensi karena struktur modal

Konsorsium didukung sponsor

financial close

karena ketidakpastian kondisi pasar


proyek yang tidak optimal

potential lenders

fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

Instrumen lindung nilai

Risiko tingkat inflasi

Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi

Faktor indeksasi tarif

Risiko suku bunga

fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku

Lindung nilai tingkat suku

terhadap asumsi dalam life-cycle cost


bunga

Risiko asuransi (1)

precedence tidak terpenuhi

/lender yang kredibel

Risiko nilai tukar mata


uang

Bisa juga karena conditions

bunga

Cakupan asuransi untuk risiko

tertentu tidak lagi tersedia di pasaran

Konsultansi dengan

spesialis/broker asuransi

Khususnya untuk cakupan


risiko terkait keadaan kahar

5. RISIKO OPERASI
Ketersediaan fasilitas

Akibat fasilitas tidak bisa terbangun

Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi

Operator yang handal;

Aksi industri

Aksi mogok, larangan kerja, dsb

kebijakan SDM dan hubungan

Risiko social dan budaya

Risiko yang timbul karena tidak

Menerapkan program

lokal

diperhitungkannya budaya atau

tersedianya layanan

proyek

yang people-oriented;

Pemberdayaan masyarakat

Kegagalan atau ketidakmampuan

Badan Usaha dalam mengelola


operasional Proyek Kerjasama

Kegagalan kontrol dan

Terjadinya penyimpangan yang tidak


x

monitoring proyek

terdeteksi akibat kegagalan kontrol

atau kenaikan tidak terduga

operasi dan dijalankan secara

Menyusun rencana kontrol dan

monitoring serta evaluasi

dan monitoring oleh Badan Usaha


Akibat kesalahan estimasi biaya O&M

Menyusun rencana manajemen


professional

berkala terhadap efektivitas

atau PJPK
Kenaikan biaya O&M

industrial yang baik

pengembangan masyarakat

kondisi sosial masyarakat setempat


dalam implementasi proyek

Kegagalan manajemen

Spesifikasi output yang jelas

rancangan dan pelaksanaannya


x

Operator yang handal;

Faktor eskalasi dalam kontrak

Bisa oleh staf operator,

subkontraktor atau penyuplai

61

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

O&M Jalan Tol


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kesalahan estimasi biaya

Kesepakatan/kontrak dengan

Kecelakaan lalu lintas atau

Asuransi kewajiban pihak ketiga

Perubahan proyeksi

Survei lalu lintas yang handal;

Kesalahan estimasi

Survei lalu lintas yang handal;

life cycle

isu keselamatan

Kondisi Spesifik terkait Alokasi


Risiko

supplier seawal mungkin

6. RISIKO PENDAPATAN
volume permintaan

Pinjaman lunak di awal operasi

Bila dipicu aksi Pemerintah,

jaminan permintaan minimum


dapat dipertimbangkan

pendapatan dari model

jaminan pendapatan minimum

awal

Pelanggan akhir tidak


membayar

dapat dipertimbangkan
Akibat user affordability and

willingness di bawah tingkat

Subsidi (khususnya tarif)

Sosialisasi yang baik ke publik

kelayakan
Kegagalan memungut

Akibat kegagalan / tidak optimalnya

pembayaran tarif

sistem pemungutan tarif

Kegagalan mengajukan

Gagalnya penyesuaian tarif karena BU

penyesuaian tarif

tidak mampu memenuhi standar

Survei user affordability and

Kinerja operasi yang baik dan

willingness yang handal

jelas;

minimal yang disepakati


Penyesuaian tarif periodik

Kinerja operasi yang baik dan

terlambat

jelas;

Tingkat penyesuaian tarif

Kinerja operasi yang baik dan

lebih rendah dari proyeksi

jelas;

Kesalahan perhitungan

estimasi tarif

Survei user affordability and

willingness yang handal

7. RISIKO JARINGAN
Risiko jaringan (1)

Ingkar janji otoritas untuk

membangun dan memelihara


Ingkar janji otoritas untuk

membangun fasilitas jalan


penghubung

Standar kinerja operasi dan


pengawasan yang baik

jaringan yang diperlukan


Risiko jaringan (2)

Bila dipicu aksi Pemerintah,

Pemahaman kontrak yang baik


oleh sektor publik

62

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

O&M Jalan Tol


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Risiko jaringan (3)

Publik

Ingkar janji otoritas untuk tidak

Ketimpangan kualitas pekerjaan

membangun fasilitas pesaing

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait Alokasi


Risiko

Pemahaman kontrak yang baik


oleh sektor publik

8. RISIKO INTERFACE
Risiko Interface (1)

pengadaan Pemerintah dan yang


dikerjakan BU.

Risiko Interface (2)

Pekerjaan perbaikan oleh pihak

Kontrak konstruksi dari pihak

yang kualitas pekerjaannya

Pemerintah maupun BU harus

lebih rendah

selaras dalam kualitas


pekerjaan

Rework yang substantial terkait

perbedaan standar / metode layanan


yang digunakan

Kesepakatan para pihak sedini

Kontrak konstruksi dari pihak

mungkin tentang standar /

Pemerintah maupun BU harus

metode yang akan diterapkan

selaras dalam kualitas


pekerjaan

9. RISIKO POLITIK
Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak tersedianya

dapat dikonversi

dan/atau tidak bisa dikonversi dari

Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak bisa ditransfer

Risiko ekspropriasi

Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa

Perubahan regulasi (dan

Bisa dianggap sebagai risiko bisnis

dapat direpatriasi

Pembiayaan domestik
Akun pembiayaan luar negeri

Rupiah

ke negara asal investor

Penjaminan bank sentral


Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri


Penjaminan bank sentral

kompensasi (yang memadai)

Mediasi, negosiasi

Asuransi Risiko Politik


Penjaminan Pemerintah
x

pajak) yang umum


Perubahan regulasi (dan

pajak) yang diskriminatif

Berbentuk kebijakan pajak oleh

otoritas terkait (pusat atau daerah)

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

persetujuan perencanaan

/tidak wajar dari otoritas terkait

Gagal/terlambatnya

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

perolehan persetujuan

/tidak wajar dari otoritas terkait

10. RISIKO FORCE MAJEURE


Bencana alam

Selain memiliki provisi kontrak

Penjaminan Pemerintah

kompensasinya

Asuransi Risiko Politik

dan spesifik
Keterlambatan perolehan

Mediasi, negosiasi

yang jelas termasuk

Provisi kontrak yang jelas


termasuk kompensasinya

Provisi kontrak yang jelas

Biasanya terkait isu selain

termasuk kompensasinya

perencanaan

Asuransi, bila dimungkinkan

63

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

O&M Jalan Tol


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Force majeure politis

Publik

Swasta

Peristiwa perang, kerusuhan,

gangguan keamanan masyarakat

Cuaca ekstrim

Force majeure

Jika di atas 6-12 bulan, dapat

berkepanjangan

mengganggu aspek ekonomis pihak

11. ASET OWNERSHIP RISKS

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

Setiap pihak dapat mengakhiri

yang terkena dampak

kontrak KPS sesuai prosedur

Kebakaran, ledakan, dsb

Asuransi

Transfer bisnis jalan tol

Ketidakpastian kondisi bisnis setelah

Studi kelayakan bisnis yang

Transfer aset jalan tol

Tidak terantisipasinya kondisi jalan

Studi kelayakan bisnis yang

eksisting

Risiko

Terutama bila asuransi tidak

tersedia untuk risiko tertentu

terminasi proyek

Risiko nilai aset turun


eksisting

Kondisi Spesifik terkait Alokasi

transfer dari operator sebelumnya


tol yang dibangun

baik dan lengkap (dalam PFS)


baik dan lengkap (dalam PFS)

Risiko spesifik dalam struktur O&M jalan tol ini (dibandingkan struktur Konsesi Penuh), adalah risiko lokasi (misal terkait pembebasan
lahan), desain konstruksi dan risiko uji operasi serta risiko transfer aset/bisnis jalan tol. Pada risiko sektoral spesifik lainnya (risiko
permintaan, risiko jaringan dan risiko interface), masih menjadi perhatian BU. Khusus risiko interface, eksposurnya relatif lebih besar.

4.2.3.3. Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M


Matriks risiko ini diperuntukkan untuk struktur kombinasi Konsesi Penuh dan O&M pada proyek jalan tol yang terdiri dari lebih dari
satu ruas,Terkait kondisi bahwa lingkup pekerjaan yang dikerjasamakan dibedakan berdasarkan ruas,skema alokasi risiko para pihak
juga akan merupakan kombinasi dari matriks risiko dari kedua struktur tersebut.
Tabel 8. Matriks Risiko untuk Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M Jalan Tol
Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M Jalan Tol
Kategori Risiko dan
Peristiwa Risiko

Deskripsi

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait Alokasi


Risiko

1. RISIKO LOKASI
Keterlambatan dan

Keterlambatan dan kenaikan biaya

pembebasan lahan

yang berkepanjangan

kenaikan biaya

akibat proses pembebasan lahan

Pemerintah menyediakan lahan

Kebutuhan lahan biasanya

pengadaan

trase yang direncanakan

proyek sebelum proses

masif dan dipengaruhi dari

64

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M Jalan Tol


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Lahan tidak dapat


dibebaskan

Proses pemukiman

kembali yang rumit


Risiko status tanah

Kegagalan perolehan lokasi lahan

proyek karena proses pembebasan

Publik

Swasta

Best Practice

Risiko

Kejelasan status hukum dan

pembebasan lahan proyek

kendala

tata ruang lahan bisa menjadi

Kompensasi yang wajar dan

Dampak sosial relatif luas bila

pemukiman kembali

pihak yang terkena dampak

sifatnya masih produktif

Kepemilikan sertifikat tanah ganda

Melaksanakan validasi status

karena rumitnya isu proses

yang diketahui setelah proyek

Kondisi Spesifik terkait Alokasi

Status hukum lahan dan

prosedur yang jelas dalam

lahan yang sulit

Keterlambatan dan kenaikan biaya

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

komunikasi yang baik dengan

lahan di perkotaan dan

kepemilikan lahan;

dilaksanakan

Dukungan dari otoritas terkait


(BPN, Dinas Kependudukan)

Kesulitan pada kondisi

Keterlambatan karena ketidakpastian

Data historis penggunaan lahan

lokasi yang tak terduga

kondisi lokasi

Potensi risiko geoteknis bisa

dan penyelidikan tanah

signifikan karena volume

Keterbatasan ruang kerja

Terkait penyediaan lahan untuk ruang

Metode konstruksi yang baik;

Bila ada penolakan masyarakat

Kerusakan artefak dan

Data historis penggunaan lahan

Gagal menjaga

Implementasi prosedur

/working space konstruksi

kerja pada masa konstruksi

barang kuno pada lokasi


keselamatan dalam lokasi

Sosialisasi oleh Pemerintah

pekerjaan tanah relatif besar


Pemerintah dapat membantu

dan penyelidikan tanah

keselamatan kerja yang baik

Kontaminasi/polusi ke

lingkungan lokasi

Kesesuaian dengan
studi Amdal yang baik

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI


x

Klarifikasi saat proses tender;

Spesifikasi output PJPK harus

Menyebabkan ekstra/revisi desain

Konsultan desain yang

Biasanya teridentifikasi saat

Dapat termasuk terlambatnya

Kontraktor yang handal dan

Kesepakatan faktor eskalasi

Ketidakjelasan spesifikasi

Keterlambatan dan kenaikan biaya

Kesalahan desain
Terlambatnya

output

penyelesaian konstruksi

akibat spesifikasi output tidak jelas


yang diminta operator

pengembalian akses lokasi

Kenaikan biaya konstruksi

Kapasitas desain yang baik


berpengalaman dan baik

klausul kontrak yang standar


harga tertentu dalam kontrak

Risiko uji operasi

Kesalahan estimasi waktu/ biaya


dalam uji operasi teknis

Koordinasi kontraktor dan


operator yang baik

mengacu ke best practice


uji operasi teknis

65

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M Jalan Tol


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait Alokasi


Risiko

3. RISIKO SPONSOR
Kinerja subkontraktor

Proses pemilihan subkontraktor

Default sub-kontraktor

Proses pemilihan subkontraktor

yang buruk

yang kredibel
yang kredibel

Default BU

Default BU yang mengarah ke


terminasi/step-in oleh financier

Default sponsor proyek

Default pihak sponsor (atau anggota

Kegagalan mencapai

Tidak tercapainya financial close

Koordinasi yang baik dengan

Risiko struktur finansial

Inefisiensi karena struktur modal

Konsorsium didukung sponsor

Risiko nilai tukar mata

fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

Instrumen lindung nilai;

Bisa dibagi dengan Pemerintah

Pembiayaan dalam Rupiah

apabila fluktuasinya ekstrim

Konsorsium didukung sponsor


yang kredibel dan solid

konsorsium)

Proses PQ untuk memperoleh


sponsor yang kredibel

4. RISIKO FINANSIAL

financial close

karena ketidakpastian kondisi pasar


proyek yang tidak optimal

uang

potential lenders

Bisa juga karena conditions

precedence tidak terpenuhi

/lender yang kredibel

Risiko tingkat inflasi

Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi

Faktor indeksasi tarif;

Bisa dibagi dengan Pemerintah

Risiko suku bunga

fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku

Lindung nilai tingkat suku

Bisa dibagi dengan Pemerintah

Risiko asuransi (1)

Cakupan asuransi untuk risiko

Konsultansi dengan

Khususnya untuk cakupan

Konsultansi dengan

terhadap asumsi dalam life-cycle cost


bunga

tertentu tidak lagi tersedia di pasaran


Risiko asuransi (2)

Kenaikan substansial tingkat premi


terhadap estimasi awal

Rebasing tarif
bunga

spesialis/broker asuransi

apabila fluktuasinya ekstrim


apabila fluktuasinya ekstrim
risiko terkait keadaan kahar

spesialis/broker asuransi

5. RISIKO OPERASI
Ketersediaan fasilitas

Akibat fasilitas tidak bisa terbangun

Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi

Operator yang handal;

Aksi industri

Aksi mogok, larangan kerja, dsb

kebijakan SDM dan hubungan

tersedianya layanan

Spesifikasi output yang jelas


industrial yang baik

Bisa oleh staf operator,

subkontraktor atau penyuplai

66

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M Jalan Tol


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Risiko sosial dan budaya


lokal

Publik

Risiko yang timbul karena tidak

Swasta
x

diperhitungkannya budaya atau


dalam implementasi proyek

Kegagalan atau ketidakmampuan

proyek

Badan Usaha dalam mengelola

Kegagalan kontrol dan

Terjadinya penyimpangan yang tidak

monitoring proyek

Risiko

Menerapkan program

pengembangan masyarakat

Menyusun rencana manajemen


operasi dan dijalankan secara
profesional

dan monitoring oleh Badan Usaha

Menyusun rencana kontrol dan

monitoring serta evaluasi

berkala terhadap efektivitas

atau PJPK
Kenaikan biaya O&M

Kondisi Spesifik terkait Alokasi

Pemberdayaan masyarakat
x

operasional Proyek Kerjasama

terdeteksi akibat kegagalan kontrol

Best Practice

yang people-oriented;

kondisi sosial masyarakat setempat

Kegagalan manajemen

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

rancangan dan pelaksanaan

Akibat kesalahan estimasi biaya O&M

Operator yang handal;

Kesalahan estimasi biaya

Kesepakatan/kontrak dengan

Kecelakaan lalu lintas atau

Asuransi kewajiban pihak

atau kenaikan tidak terduga

life cycle

isu keselamatan

Faktor eskalasi dalam kontrak

supplier seawal mungkin


ketiga

6. RISIKO PENDAPATAN
Perubahan proyeksi

Mengakibatkan penurunan

volume permintaan

pendapatan tarif tol dan defisit bagi

Survei lalu lintas yang handal;

Bila dipicu aksi Pemerintah,

Pinjaman lunak di awal operasi

jaminan permintaan minimum

BU
Kesalahan estimasi

dapat dipertimbangkan
x

Survei lalu lintas yang handal;

Bila dipicu aksi Pemerintah,

pendapatan dari model

jaminan pendapatan minimal

awal

dapat dipertimbangkan

Pelanggan akhir tidak


membayar

Akibat user affordability and

willingness di bawah tingkat

Subsidi (khususnya tarif)

Sosialisasi yang baik ke publik

kelayakan
Kegagalan memungut

Akibat kegagalan / tidak optimalnya

pembayaran tarif

sistem pemungutan tarif

Kegagalan mengajukan

Akibat BU tidak mampu memenuhi

penyesuaian tarif

standar minimal yang disepakati

Survei user affordability and

Kinerja operasi yang baik;

willingness yang handal


Implementasi regulasi

67

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M Jalan Tol


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Penyesuaian tarif periodik

Kinerja operasi yang baik;

Tingkat penyesuaian tarif

Kinerja operasi yang baik;

terlambat

Kondisi Spesifik terkait Alokasi


Risiko

Implementasi regulasi

lebih rendah dari proyeksi

Implementasi regulasi

Kesalahan perhitungan

estimasi tarif

Survei user affordability and

willingness yang handal

7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN


Risiko jaringan (1)

Ingkar janji otoritas untuk

Standar kinerja operasi dan

membangun dan memelihara jaringan

pengawasan yang baik

yang diperlukan
Risiko jaringan (2)

Ingkar janji otoritas untuk

Pemahaman kontrak yang baik

Dapat juga menjadi bagian

Risiko jaringan (3)

Ingkar janji otoritas untuk tidak

Pemahaman kontrak yang baik

Dapat juga menjadi bagian

oleh sektor publik

risiko pendapatan

8. RISIKO INTERFACE
Risiko Interface (1)

membangun fasilitas penghubung

oleh sektor publik

membangun fasilitas pesaing


Ketimpangan kualitas pekerjaan

dukungan Pemerintah dan yang

Risiko Interface (2)

Pekerjaan perbaikan oleh pihak Kontrak konstruksi dari pihak


yang kualitas pekerjaannya

dikerjakan BU.

lebih rendah

Rework yang substantial terkait

perbedaan standar / metode layanan


yang digunakan

Mata uang asing tidak tersedianya

dapat dikonversi

dan/atau tidak bisa dikonversi dari

Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak bisa ditransfer

dapat direpatriasi

ke negara asal investor

Risiko ekspropriasi

Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa

kompensasi (yang memadai)

selaras dalam kualitas

Pembiayaan domestik

Pembiayaan domestik
Akun pembiayaan luar negeri
Penjaminan dari bank sentral

pekerjaan

metode yang akan diterapkan

Penjaminan dari bank sentral


x

selaras dalam kualitas

Kontrak konstruksi pihak

mungkin tentang standar /

Akun pembiayaan luar negeri

Rupiah

Pemerintah maupun BU harus

Kesepakatan para pihak sedini

9. RISIKO POLITIK
Mata uang asing tidak

risiko pendapatan

Mediasi, negosiasi
Asuransi Risiko Politik

Penjaminan Pemerintah

Pemerintah dan BU harus


pekerjaan

68

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M Jalan Tol


Kategori Risiko dan
Peristiwa Risiko

Deskripsi

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait Alokasi


Risiko

Perubahan regulasi (dan

Bisa dianggap sebagai risiko bisnis

Perubahan regulasi (dan

Berbentuk kebijakan pajak oleh

pajak) yang diskriminatif

otoritas terkait (pusat atau daerah)

Keterlambatan perolehan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

Provisi kontrak yang jelas

Gagal/terlambatnya

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

Provisi kontrak yang jelas

Biasanya terkait isu selain

perolehan persetujuan

/tidak wajar dari otoritas terkait

termasuk kompensasinya

perencanaan

pajak) yang umum

dan spesifik

persetujuan perencanaan

/tidak wajar dari otoritas terkait

x
x

Mediasi, negosiasi

Selain memiliki provisi kontrak

Asuransi Risiko Politik

yang jelas termasuk

Penjaminan Pemerintah

kompensasinya

termasuk kompensasinya

10. RISIKO KEADAAN KAHAR


Bencana alam

Force majeure politis

Peristiwa perang, kerusuhan,

gangguan keamanan masyarakat

Cuaca ekstrim

Force majeure

berkepanjangan

Jika di atas 6-12 bulan, dapat

mengganggu aspek ekonomis pihak


yang terkena dampak

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

Setiap pihak dapat mengakhiri


kontrak KPS dan memicu

Terutama bila asuransi tidak

tersedia untuk risiko tertentu

prosedur terminasi proyek

11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET


Risiko nilai aset turun

Kebakaran, ledakan, dsb

Asuransi

Dalam struktur kombinasi ini, sedikit berbeda dengan matriks dengan 2 struktur sebelumnya, risiko interface akan sepenuhnya

menjadi tanggung jawab BU. Karenanya, kontrakkonstruksi kepada kontraktor dari pihak Pemerintah maupun BU harus selaras dalam
menetapkan kualitas pekerjaan yang diinginkan terhadap jaringan jalan tol secara keseluruhan sebagai satu kesatuan.

69

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

4.2.4

Matriks Risiko KPS sektor Perkeretaapian

Ada dua matriks risiko disediakan untuk struktur KPS yang diidentifikasi untuk sektor ini sebagaimana diuraikan pada subbab 2.2.4,
yaitu: Konsesi Penuh perkeretaapian dan O&M perkeretaapian.
Risiko yang teridentifikasi lebih relevan untuk proyek perkeretaapian yang memberikan jasa transportasi penumpang (dibandingkan
kargo). Risiko desain dan konstruksi di sektor ini biasanya lebih tinggi dibandingkan moda transportasi lain (misalnya jalan dan
jembatan) karena kompleksitas teknologi yang diterapkan dan spesifikasi yang diperlukan untuk tingkat pelayanan tertentu dari jasa
yang diberikan. Untuk risiko yang terkait lingkup kerjasama dengan skema TOD, tidak menjadi lingkup risiko proyek yang utama.

4.2.4.1. Konsesi Penuh Perkeretaapian


Berikut ini matriks risiko untuk proyek perkeretaapian dengan struktur Konsesi Penuh yang melibatkan desain, konstruksi,
pembiayaan, pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas transportasi perkeretaapian secara keseluruhan, termasuk penagihan tiket
kepada pelanggan retail/pengguna akhir (penumpang).
Tabel 9. Matriks Risiko untuk Konsesi Penuh Perkeretaapian
Konsesi Penuh Perkeretaapian
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait Alokasi


Risiko

1. RISIKO LAHAN
Keterlambatan dan
kenaikan biaya

pembebasan lahan
Lahan tidak dapat
dibebaskan

Keterlambatan dan kenaikan biaya x

Pemerintah menyediakan lahan

Kebutuhan lahan biasanya

akibat proses pembebasan lahan yang

proyek sebelum proses

masif dan dipengaruhi dari

berkepanjangan

pengadaan

trase yang direncanakan

Status hukum lahan dan

Kejelasan status hukum dan

pembebasan lahan proyek

kendala

Kompensasi yang wajar dan

Dampak sosial relatif luas bila

komunikasi yang baik dengan

lahan di perkotaan dan

Kegagalan perolehan lokasi lahan

proyek karena proses pembebasan

lahan yang sulit


Proses pemukiman

Keterlambatan dan kenaikan biaya

kembali yang rumit

karena rumitnya isu proses

Risiko status tanah

Kepemilikan sertifikat tanah ganda

pemukiman kembali

yang diketahui setelah proyek


dilaksanakan

prosedur yang jelas dalam

pihak yang terkena dampak


x

Melaksanakan

validasi

kepemilikan lahan;

status

Dukungan dari otoritas terkait


(BPN, Dinas Kependudukan)

tata ruang lahan bisa menjadi

sifatnya masih produktif

70

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Perkeretaapian


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait Alokasi


Risiko

Kesulitan pada kondisi

Keterlambatan karena ketidakpastian

Data historis penggunaan lahan

Keterbatasan ruang kerja

Terkait penyediaan lahan untuk ruang

Metode konstruksi yang baik;

Bila ada penolakan masyarakat

Sosialisasi oleh Pemerintah

Pemerintah dapat membantu

lokasi yang tak terduga

kondisi lokasi

dan penyelidikan tanah

Potensi risiko geoteknis bisa


signifikan karena volume

pekerjaan tanah relatif besar


/working space konstruksi

kerja pada masa konstruksi

Kerusakan artefak dan

barang kuno pada lokasi

Data historis penggunaan lahan


dan penyelidikan tanah

Kontaminasi/polusi ke

Kesesuaian dengan studi

Kerusakan artefak dan

Data historis penggunaan lahan

Klarifikasi saat proses tender;

Spesifikasi output PJPK harus


Biasanya teridentifikasi saat

lingkungan lokasi

barang kuno pada lokasi

Amdal yang baik

dan penyelidikan tanah

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI


Ketidakjelasan spesifikasi

Keterlambatan dan kenaikan biaya

Kesalahan desain

Menyebabkan ekstra/revisi desain

Konsultan desain yang

Terlambatnya

Dapat termasuk terlambatnya

Kontraktor yang handal dan

penyelesaian konstruksi

pengembalian akses lokasi

Risiko uji operasi

Kesalahan estimasi waktu/ biaya

output

akibat spesifikasi output tidak jelas


yang diminta operator

Kapasitas desain yang baik


berpengalaman dan baik

uji operasi teknis

klausul kontrak yang standar


x

Koordinasi kontraktor dan

Kinerja subkontraktor

Proses pemilihan subkontraktor

Default sub-kontraktor

Proses pemilihan subkontraktor

dalam uji operasi teknis

mengacu ke best practice

operator yang baik

3. RISIKO SPONSOR
yang buruk

yang kredibel
yang kredibel

Default BU

Default BU yang mengarah ke


terminasi/step-in oleh financier

Konsorsium didukung sponsor

Default sponsor proyek

Default pihak sponsor (atau anggota

Proses PQ untuk memperoleh

Tidak tercapainya financial close

konsorsium)

yang kredibel dan solid


sponsor yang kredibel

4. RISIKO FINANSIAL
Kegagalan mencapai

financial close

karena ketidakpastian kondisi pasar

Koordinasi yang baik dengan

potential lenders

Bisa juga karena conditions

precedence tidak terpenuhi

71

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Perkeretaapian


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait Alokasi


Risiko

Risiko struktur finansial

Inefisiensi karena struktur modal

Konsorsium didukung sponsor

Risiko nilai tukar mata

fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

Instrumen lindung nilai;

Bisa dibagi dengan Pemerintah

Risiko tingkat inflasi

Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi

Faktor indeksasi tarif;

Bisa dibagi dengan Pemerintah

Risiko suku bunga

fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku

Lindung nilai tingkat suku

Bisa dibagi dengan Pemerintah

Risiko asuransi (1)

Cakupan asuransi untuk risiko tertentu

Konsultansi dengan

Khususnya untuk cakupan

Risiko asuransi (2)

Kenaikan substansial tingkat premi

Konsultansi dengan

Ketersediaan fasilitas

Akibat fasilitas tidak bisa terbangun

Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi

Operator yang handal;

Aksi industri

Aksi mogok, larangan kerja, dsb

kebijakan SDM dan hubungan

Bisa oleh staf operator,

industrial yang baik

subkontraktor atau penyuplai

Risiko sosial dan budaya

Risiko yang timbul karena tidak

lokal

diperhitungkannya budaya atau

pengembangan masyarakat

dalam implementasi proyek

Pemberdayaan masyarakat

uang

proyek yang tidak optimal

terhadap asumsi dalam life-cycle cost

/lender yang kredibel

Pembiayaan dalam Rupiah

apabila fluktuasinya ekstrim


apabila fluktuasinya ekstrim

bunga

tidak lagi tersedia di pasaran


terhadap estimasi awal

bunga

spesialis/broker asuransi

apabila fluktuasinya ekstrim


risiko terkait keadaan kahar

spesialis/broker asuransi

5. RISIKO OPERASI

tersedianya layanan

Kegagalan manajemen
proyek

monitoring proyek

Kegagalan atau ketidakmampuan

Badan Usaha dalam mengelola

Terjadinya penyimpangan yang tidak


terdeteksi akibat kegagalan kontrol

dan monitoring oleh Badan Usaha atau


Akibat kesalahan estimasi biayaO&M
atau kenaikan tidak terduga

Menyusun rencana manajemen


operasi dan dijalankan secara
profesional
Menyusun rencana kontrol dan

monitoring serta evaluasi

berkala terhadap efektivitas

PJPK
Kenaikan biaya O&M

Menerapkan program
yang people-oriented;

kondisi sosial masyarakat setempat

operasional Proyek Kerjasama


Kegagalan kontrol dan

Spesifikasi output yang jelas

rancangan dan pelaksanaan


x

Operator yang handal;


Faktor eskalasi dalam kontrak

72

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Perkeretaapian


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kesalahan estimasi biaya

Kesepakatan/kontrak dengan

Kecelakaan lalu lintas atau

Asuransi kewajiban pihak

life cycle

isu keselamatan

Kondisi Spesifik terkait Alokasi


Risiko

supplier seawal mungkin


ketiga

6. RISIKO PENDAPATAN
Perubahan proyeksi

Mengakibatkan penurunan pendapatan

volume permintaan

dan defisit bagi BU

Kesalahan estimasi

pendapatan dari model


awal
Pelanggan akhir tidak
membayar

Akibat user affordability and

willingness di bawah tingkat kelayakan

Kegagalan memungut

Akibat kegagalan / tidak optimalnya

pembayaran tarif

sistem pemungutan tarif

Kegagalan mengajukan

Akibat BU tidak mampu memenuhi

penyesuaian tarif

standar minimal yang disepakati

Survei lalu lintas yang handal;

Bila dipicu aksi Pemerintah,

Pinjaman lunak di awal operasi

jaminan permintaan minimum

Survei lalu lintas yang handal;

Bila dipicu aksi Pemerintah,

Subsidi (khususnya tarif)


Sosialisasi yang baik ke publik
x

Survei user affordability and

Kinerja operasi yang baik;

willingness yang handal

Regulasi yang mendukung


x

Kinerja operasi yang baik;

Tingkat penyesuaian tarif

Kinerja operasi yang baik;

lebih rendah dari proyeksi


Kesalahan perhitungan

Regulasi yang mendukung


Regulasi yang mendukung
x

estimasi tarif

Survei user affordability and

willingness yang handal

7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN


Risiko jaringan (1)

Ingkar janji otoritas untuk membangun


& memelihara jaringan KA yang

Standar kinerja operasi dan

Pemahaman kontrak yang baik

pengawasan yang baik

diperlukan
Risiko jaringan (2)

Ingkar janji otoritas untuk


membangun fasilitas trek penghubung

Risiko jaringan (3)

Ingkar janji otoritas untuk tidak


membangun fasilitas pesaing

jaminan pendapatan minimal


dapat dipertimbangkan

Penyesuaian tarif

periodikterlambat

dapat dipertimbangkan

oleh sektor publik


x

Pemahaman kontrak yang baik


oleh sektor publik

73

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Perkeretaapian


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

8. RISIKO INTERFACE
Risiko Interface (1)

Ketimpangan kualitas pekerjaan

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait Alokasi


Risiko

Pekerjaan perbaikan oleh pihak

dukungan Pemerintah dan yang

yang kualitas pekerjaannya

dikerjakan BU.
Risiko Interface (2)

Strategi Mitigasi Sesuai

lebih rendah

Rework yang substantial terkait

perbedaan standar / metode layanan

Kesepakatan para pihak sedini


mungkin tentang standar /

yang digunakan

metode yang akan diterapkan

9. RISIKO POLITIK
Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak tersedianya

dapat dikonversi

dan/atau tidak bisa dikonversi dari

Pembiayaan domestik
Akun pembiayaan luar negeri

Rupiah

Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak bisa ditransfer

dapat direpatriasi

ke negara asal investor

Risiko ekspropriasi

Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa

Penjaminan dari bank sentral


x

Pembiayaan domestik
Akun pembiayaan luar negeri
Penjaminan dari bank sentral

Mediasi, negosiasi

kompensasi (yang memadai)

Asuransi Risiko Politik


Penjaminan Pemerintah

Perubahan regulasi (dan

Bisa dianggap sebagai risiko bisnis

Perubahan regulasi (dan

Berbentuk kebijakan pajak oleh

pajak) yang diskriminatif

otoritas terkait (pusat atau daerah)

Keterlambatan perolehan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

Provisi kontrak yang jelas

Gagal/terlambatnya

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

Provisi kontrak yang jelas

Biasanya terkait isu selain

perolehan persetujuan

/tidak wajar dari otoritas terkait

termasuk kompensasinya

perencanaan

pajak) yang umum

dan spesifik

persetujuan perencanaan

/tidak wajar dari otoritas terkait

x
x

Mediasi, negosiasi

Selain memiliki provisi kontrak

Asuransi Risiko Politik

yang jelas termasuk

Penjaminan Pemerintah
termasuk kompensasinya

10. RISIKO KEADAAN KAHAR


Bencana alam

Force majeure politis

Peristiwa perang, kerusuhan,

gangguan keamanan masyarakat

kompensasinya

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

74

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Perkeretaapian


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Cuaca ekstrim

Force majeure

berkepanjangan

Jika di atas 6-12 bulan, dapat

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait Alokasi


Risiko

Asuransi, bila dimungkinkan

Setiap pihak dapat mengakhiri

Terutama bila asuransi tidak

kontrak KPS dan memicu

tersedia untuk risiko tertentu

mengganggu aspek ekonomis pihak


yang terkena dampak

prosedur terminasi proyek

11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET


Risiko nilai aset turun

Kebakaran, ledakan, dsb

Asuransi

Sebagaimana terlihat dalam tabel di atas, struktur Konsesi Penuh perkeretaapian memiliki sejumlah risiko sektoral (yang mirip dengan
risiko dalam Konsesi Penuh jalan tol), yaitu: risiko pembebasan lahan, risiko permintaan, risiko tarif dan risiko interface.

4.2.4.2. O&M Perkeretaapian


Serupa dengan Kontrak O&M di sektor jalan tol, BU memelihara fasilitas dan menagih pembayaran dari pelanggan retail/pengguna
akhir (penumpang).Pendapatan diperhitungkan sebagai bagian dari pembayaran yang dikumpulkan untuk insentif BU dalam menjaga
kualitas pelayanan. BU juga akan memperhatikan baik masalah lalu lintas maupun tarif.
Tabel 10. Matriks Risiko untuk O&M Perkeretaapian
O&M Perkeretaapian
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

1. RISIKO LOKASI
Gagal menjaga

Implementasi prosedur

Kontaminasi/polusi ke

Kesesuaian dengan studi Amdal

keselamatan dalam lokasi


lingkungan lokasi
Risiko status tanah

keselamatan kerja yang baik


yang baik

Kepemilikan sertifikat tanah ganda


yang diketahui setelah proyek
dilaksanakan

Melaksanakan validasi status


kepemilikan lahan;

Dukungan dari otoritas terkait


(BPN, Dinas Kependudukan)

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

75

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

O&M Perkeretaapian
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI


Terlambatnya

penyelesaian konstruksi

Dapat termasuk terlambatnya

pengembalian akses lokasi

Kenaikan biaya konstruksi

Kontraktor yang handal dan

klausul kontrak yang standar

Kesepakatan faktor eskalasi


harga tertentu dalam kontrak

Kesalahan desain

Menyebabkan ekstra/revisi desain

Kesepakatan faktor eskalasi

Risiko uji operasi

Kesalahan estimasi waktu/ biaya

Koordinasi kontraktor dan

yang diminta operator

harga tertentu dalam kontrak

dalam uji operasi teknis

operator yang baik

3. RISIKO SPONSOR

Default BU

Default BU yang mengarah ke


terminasi/step-in oleh financier

Konsorsium didukung sponsor

Default sponsor proyek

Default pihak sponsor (atau anggota

Proses PQ untuk memilih

Tidak tercapainya financial close

Koordinasi yang baik dengan

Inefisiensi karena struktur modal

Konsorsium didukung sponsor

konsorsium)

yang kredibel dan solid


sponsor yang kredibel

4. RISIKO FINANSIAL
Kegagalan mencapai

financial close

Risiko struktur finansial

karena ketidakpastian kondisi pasar


proyek yang tidak optimal

potential lenders

precedence tidak terpenuhi

/lender yang kredibel

Risiko nilai tukar mata

fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

Instrumen lindung nilai;

Risiko tingkat inflasi

Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi

Faktor indeksasi tarif;

uang

Bisa juga karena conditions

Pembiayaan dalam Rupiah

Bisa dibagi dengan

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

terhadap asumsi dalam life-cycle cost

Pemerintah apabila

fluktuasinya ekstrim

Risiko suku bunga

fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku

Lindung nilai tingkat suku

Risiko asuransi (1)

Cakupan asuransi untuk risiko tertentu

Konsultansi dengan

bunga

Bisa dibagi dengan

bunga

Bisa dibagi dengan

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

tidak lagi tersedia di pasaran

spesialis/broker asuransi

5. RISIKO OPERASI
Ketersediaan fasilitas

Akibat fasilitas tidak bisa terbangun

Kontraktor yang handal

Khususnya untuk cakupan


risiko terkait keadaan kahar

76

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

O&M Perkeretaapian
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Buruk atau tidak

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi

Operator yang handal;

Aksi industri

Aksi mogok, larangan kerja, dsb

kebijakan SDM, hubungan

Risiko sosial dan budaya

Risiko yang timbul karena tidak

Menerapkan program

tersedianya layanan

lokal

diperhitungkannya budaya atau


dalam implementasi proyek

Kegagalan atau ketidakmampuan

proyek

Badan Usaha dalam mengelola

Kegagalan kontrol dan

Terjadinya penyimpangan yang tidak

monitoring proyek

Implementasi rencana
manajemen operasi secara

monitoring serta melakukan


evaluasi berkala terhadap

efektivitas rancangan dan


pelaksanaan

Operator yang handal;

Kesalahan estimasi biaya

Kesepakatan/kontrak dengan

Kecelakaan lalu lintas atau

Asuransi kewajiban pihak

Survei lalu lintas yang handal;

life cycle

isu keselamatan

subkontraktor atau penyuplai

pengembangan masyarakat

atau kenaikan tidak terduga

Bisa oleh staf operator,

Menyusun rencana kontrol dan

dan monitoring oleh Badan Usaha atau

Akibat kesalahan estimasi biaya O&M

industrial yang baik

profesional
xx

PJPK
Kenaikan biaya O&M

Spesifikasi output yang jelas

Pemberdayaan masyarakat

operasional Proyek Kerjasama

terdeteksi akibat kegagalan kontrol

Alokasi Risiko

yang people-oriented;

kondisi sosial masyarakat setempat


Kegagalan manajemen

Kondisi Spesifik terkait

Faktor eskalasi dalam kontrak

supplier seawal mungkin


ketiga

6. RISIKO PENDAPATAN
Perubahan proyeksi
volume permintaan

Pinjaman lunak di awal operasi

Bila dipicu aksi Pemerintah,


jaminan permintaan
minimum dapat

dipertimbangkan
Kesalahan estimasi
pendapatan dari model
awal

Survei lalu lintas yang handal;

Bila dipicu aksi Pemerintah,


jaminan pendapatan
minimum dapat

dipertimbangkan

77

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

O&M Perkeretaapian
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Pelanggan akhir tidak

Akibat user affordability and

Kegagalan memungut

Akibat kegagalan / tidak optimalnya

Survei user affordability and

Kegagalan mengajukan

Gagalnya penyesuaian tarif karena BU

Kinerja operasi yang baik;

membayar

pembayaran tarif

penyesuaian tarif

willingness di bawah tingkat kelayakan

sistem pemungutan tarif

tidak mampu memenuhi standar

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

Subsidi (khususnya tarif)

Sosialisasi yang baik ke publik

willingness yang handal

Regulasi yang mendukung

minimal yang disepakati


Penyesuaian tarif periodik

Kinerja operasi yang baik;

terlambat

Regulasi yang mendukung

Tingkat penyesuaian tarif

lebih rendah dari proyeksi


Kesalahan perhitungan

Kinerja operasi yang baik;

Regulasi yang mendukung


x

estimasi tarif

Survei user affordability and

willingness yang handal

7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN


Risiko jaringan (1)

Ingkar janji otoritas untuk

membangun dan memelihara jaringan

Standar kinerja operasi dan

Pemahaman kontrak yang baik

Pemahaman kontrak yang baik

pengawasan yang baik

yang diperlukan
Risiko jaringan (2)

Ingkar janji otoritas untuk

membangun fasilitas jalan

oleh sektor publik

penghubung
Risiko jaringan (3)

Ingkar janji otoritas untuk tidak


membangun fasilitas pesaing

oleh sektor publik

8. RISIKO INTERFACE
Risiko Interface (1)

Ketimpangan kualitas pekerjaan


dukungan Pemerintah dan yang

dikerjakan BU.
Risiko Interface (2)

Rework yang substantial terkait

perbedaan standar / metode layanan


yang digunakan

Pekerjaan perbaikan oleh pihak

Kontrak konstruksi dari pihak

lebih rendah

selaras dalam kualitas

Kesepakatan para pihak sedini

Kontrak konstruksi dari pihak

metode yang akan diterapkan

selaras dalam kualitas

yang kualitas pekerjaannya

mungkin tentang standar /

Pemerintah maupun BU harus


pekerjaan

Pemerintah maupun BU harus


pekerjaan

78

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

O&M Perkeretaapian
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

9. RISIKO POLITIK
Mata uang asing tidak
dapat dikonversi

Mata uang asing tidak tersedianya

dan/atau tidak bisa dikonversi dari

Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri

Rupiah
Mata uang asing tidak
dapat direpatriasi

Risiko ekspropriasi

Mata uang asing tidak bisa ditransfer


ke negara asal investor

Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa

Penjaminan dari bank sentral


x

Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri


Penjaminan dari bank sentral

Mediasi, negosiasi

kompensasi (yang memadai)

Asuransi Risiko Politik


Penjaminan Pemerintah

Perubahan regulasi (dan

Bisa dianggap sebagai risiko bisnis

Perubahan regulasi (dan

Berbentuk kebijakan pajak oleh

pajak) yang diskriminatif

otoritas terkait (pusat atau daerah)

Keterlambatan perolehan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak /

Provisi kontrak yang jelas

Gagal/terlambatnya

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

Provisi kontrak yang jelas

pajak) yang umum

dan spesifik

persetujuan perencanaan
perolehan persetujuan

tidak wajar dari otoritas terkait

/tidak wajar dari otoritas terkait

-Mediasi, negosiasi

Selain memiliki provisi

-Asuransi Risiko Politik

kontrak yang jelas termasuk

-Penjaminan Pemerintah

kompensasinya

termasuk kompensasinya
termasuk kompensasinya

Biasanya terkait isu selain


perencanaan

10. RISIKO FORCE MAJEURE


Bencana alam

Force majeure politis

Peristiwa perang, kerusuhan,

berkepanjangan

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

Setiap pihak dapat mengakhiri

Terutama bila asuransi tidak

kontrak KPS dan memicu

tersedia untuk risiko tertentu

gangguan keamanan masyarakat

Cuaca ekstrim

Force majeure

Jika di atas 6-12 bulan, dapat


mengganggu aspek ekonomis pihak
yang terkena dampak

prosedur terminasi proyek

11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET


Risiko nilai aset turun

Kebakaran, ledakan, dsb

Asuransi

Transfer bisnis KA

Ketidakpastian kondisi bisnis setalah

Studi

eksisting

transfer dari operator sebelumnya

kelayakan

bisnis yang

baik dan lengkap (dalam PFS)

79

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

O&M Perkeretaapian
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Transfer aset KA eksisting

Publik

Tidak terantisipasinya kondisi trek

Swasta

Bersama

yang dibangun

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

Studi kelayakan aset yang baik


dan lengkap (dalam PFS)

Seperti sektor jalan tol, risiko khusus dalam struktur O&M perkeretaapian ini (dibandingkan dengan Konsesi Penuh perkeretaapian)
adalah risiko lokasi (yaitu yang berhubungan dengan pembebasan tanah), risiko desain konstruksi & uji-operasi dan risiko
kepemilikan/pengalihan aset. Pada risiko sektoral spesifik lainnya (risiko permintaan, risiko jaringan dan risiko interface), masih
menjadi perhatian BU, hanya eksposurnya mungkin tidak sebesar pada proyek Konsesi Penuh.
4.2.5

Matriks Risiko KPS sektor Ketenagalistrikan

Matriks risiko disediakan untuk 2 struktur KPS yang diidentifikasi untuk sektor ini sebagaimana dijelaskan pada subbab 2.2.5 yaitu:
BOT Ketenagalistrikan dan BOO Ketenagalistrikan.

4.2.5.1. BOT Ketenagalistrikan


Berikut ini matriks risiko untuk suatu proyek pembangkit listrik dengan kontrak BOT (Build, Operate, Transfer). BU (umumnya dikenal
sebagai IPP) menjual tenaga listrik kepada PLN sebagai pembeli ( off-taker) selama periode perjanjian jual beli listrik (PPA) dan akan
menyerahkan unit pembangkit listrik kepada PLN setelah kontrak tersebut berakhir.
Tabel 11. Matriks Risiko untuk BOT Ketenagalistrikan
BOT Ketenagalistrikan
Kategori Risiko dan
Peristiwa Risiko

Deskripsi

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

1. RISIKO LAHAN
Keterlambatan dan

Keterlambatan dan kenaikan biaya

pembebasan lahan

yang berkepanjangan

Lahan tidak dapat

Kegagalan perolehan lokasi lahan

kenaikan biaya

dibebaskan

akibat proses pembebasan lahan

proyek karena proses pembebasan


lahan yang sulit

Pemerintah menyediakan lahan

Kebutuhan lahan untuk

pengadaan

diidentifikasi dengan jelas

Status hukum lahan dan

Kejelasan status hukum dan

pembebasan lahan proyek

menjadi kendala

proyek sebelum proses

prosedur yang jelas dalam

pembangkit sudah

tata ruang lahan bisa

80

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Ketenagalistrikan
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Proses pemukiman

kembali yang rumit

Keterlambatan dan kenaikan biaya


karena rumitnya isu proses

Publik

Swasta

Kepemilikan sertifikat tanah ganda

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

Kompensasi yang wajar dan

Kebutuhan lahan proyek ini

pihak yang terkena dampak

dampak sosial relatif kecil

komunikasi yang baik kepada

pemukiman kembali
Risiko status tanah

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

biasanya tidak luas dan

Melaksanakan validasi status

yang diketahui setelah proyek

kepemilikan lahan;

dilaksanakan

Dukungan dari otoritas terkait


(BPN, Dinas Kependudukan)

Kesulitan pada kondisi

lokasi yang tak terduga

Keterlambatan karena ketidakpastian


kondisi lokasi

Kerusakan artefak

danbarang kuno pada

Data historis penggunaan lahan

Data historis penggunaan lahan

Implementasi prosedur

dan penyelidikan tanah

Karena lahan tidak luas risiko


geoteknis relatif bisa dikelola

dan penyelidikan tanah

lokasi
Gagal menjaga keselamatan
dalam lokasi

keselamatan kerja yang baik

Kontaminasi/polusike

lingkungan lokasi

Kesesuaian dengan
studi Amdal yang baik

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI


x

Klarifikasi saat proses tender;

Spesifikasi output PJPK harus

Menyebabkan ekstra/revisi desain

Konsultan desain yang

Biasanya teridentifikasi saat

Dapat termasuk terlambatnya

Kontraktor yang handal dan

Kesepakatan faktor eskalasi

Koordinasi kontraktor dan

Kinerja subkontraktor yang

Proses pemilihan subkontraktor

Default sub-kontraktor

Proses pemilihan subkontraktor

Ketidakjelasan spesifikasi

Keterlambatan dan kenaikan biaya

Kesalahan desain
Terlambatnya penyelesaian

output

konstruksi

akibat spesifikasi output tidak jelas


yang diminta operator

pengembalian akses lokasi

Kenaikan biaya konstruksi


Risiko uji operasi

Kesalahan estimasi waktu/ biaya


dalam uji operasi teknis

Kapasitas desain yang baik


berpengalaman dan baik

klausul kontrak yang standar


harga tertentu dalam kontrak
operator yang baik

3. RISIKO SPONSOR
buruk

yang kredibel
yang kredibel

mengacu ke best practice


uji operasi teknis

81

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Ketenagalistrikan
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Default BU

Default BU yang mengarah ke


terminasi/step-in oleh financier

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Konsorsium didukung sponsor

Default pihak sponsor (atau anggota

Proses PQ untuk memperoleh

Kegagalan mencapai

Tidak tercapainya financial close

Koordinasi yang baik dengan

Risiko struktur finansial

Inefisiensi karena struktur modal

Konsorsium didukung sponsor

Default sponsor proyek

konsorsium)

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

yang kredibel dan solid


sponsor yang kredibel

4. RISIKO FINANSIAL

financial close

karena ketidakpastian kondisi pasar


proyek yang tidak optimal

potential lenders

precedence tidak terpenuhi

/lender yang kredibel

Risiko nilai tukar mata

fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

Instrumen lindung nilai;

Risiko tingkat inflasi

Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi

Faktor indeksasi tarif;

uang

Bisa juga karena conditions

Pembiayaan dalam Rupiah

Bisa dibagi dengan

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

Risiko suku bunga

terhadap asumsi life-cycle cost

Fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku


bunga

Bisa dibagi dengan


Pemerintah apabila

fluktuasinya ekstrim
x

Lindung nilai tingkat suku


bunga

Bisa dibagi dengan

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

Risiko asuransi (1)

Cakupan asuransi untuk risiko

Konsultansi dengan

Konsultansi dengan

tertentu tidak lagi tersedia di pasaran


Risiko asuransi (2)

Kenaikan substansial tingkat premi


terhadap estimasi awal

spesialis/broker asuransi

Khususnya untuk cakupan


risiko terkait keadaan kahar

spesialis/broker asuransi

5. RISIKO OPERASI
Ketersediaan fasilitas

Akibat fasilitas tidak bisa terbangun

Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi

Operator yang handal;

Aksi mogok, larangan kerja, dsb

kebijakan SDM dan hubungan

tersedianya layanan
Aksi industri

Spesifikasi output yang jelas

industrial yang baik

Bisa oleh staf operator,

subkontraktor atau penyuplai

82

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Ketenagalistrikan
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Risiko sosial dan budaya


lokal

Publik

Risiko yang timbul karena tidak

Swasta
x

diperhitungkannya budaya atau


dalam implementasi proyek

proyek

monitoring proyek

Badan Usaha dalam mengelola

Terjadinya penyimpangan yang tidak


terdeteksiakibat kegagalan kontrol

pengembangan masyarakat

Menyusun rencana manajemen


operasi dan dijalankan secara
profesional

dan monitoring oleh Badan Usaha

Menyusun rencana kontrol dan

monitoring serta evaluasi

berkala terhadap efektivitas

atau PJPK
Kenaikan biaya O&M

rancangan dan pelaksanaan

Akibat kesalahan estimasi biaya O&M

Operator yang handal;

Kesalahan estimasi biaya

Kesepakatan/kontrak dengan

Kenaikan biaya energi

Kualitas dan spesifikasi unit

Tidak teraturnya

Tindakan antisipasi: fasilitas

Gangguan (downtime)

atau kenaikan tidak terduga

life cycle

karena inefisiensi unit


ketersediaan utilitas
berkepanjangan

Faktor eskalasi dalam kontrak

supplier seawal mungkin


yang baik

back up listrik/utilitas lainnya

Berkurangnya suplai bahan

Menurunnya kualitas

Ketidakpastian tersedianya

Kontrak suplai bahan bakar

Survei volume permintaan yang

bakar

bahan bakar
bahan bakar

jangka panjang

6. RISIKO PENDAPATAN
Perubahan volume

permintaan output proyek


Pelanggan akhir tidak
membayar

Akibat user affordability and

willingness di bawah tingkat


kelayakan

Alokasi Risiko

Menerapkan program

Pemberdayaan masyarakat

Kegagalan atau ketidakmampuan


operasional Proyek Kerjasama

Kegagalan kontrol dan

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait

yang people-oriented;

kondisi sosial masyarakat setempat


Kegagalan manajemen

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

handal
x

Subsidi (khususnya tarif)

Sosialisasi yang baik ke publik

Biasanya sudah harus

diantisipasi sedini mungkin

83

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Ketenagalistrikan
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Penyesuaian tarif periodik

Kinerja operasi yang baik;

Tingkat penyesuaian tarif

Kinerja operasi yang baik;

terlambat

lebih rendah dari proyeksi


Kesalahan perhitungan

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

Regulasi yang mendukung


Regulasi yang mendukung
x

estimasi tarif

Survei user affordability and

willingness yang handal

7.RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN


Risiko jaringan (1)

Ingkar janji otoritas untuk menjaga

Pemahaman kontrak yang baik

Risiko jaringan (2)

Ingkar janji otoritas untuk

Pemahaman kontrak yang baik

jaringan transmisi yang diperlukan

oleh sektor publik

membangun fasilitas yang diperlukan

oleh sektor publik

8. RISIKO INTERFACE
Risiko interface (1)

Output tidak terserap di awal periode

Perencanaan yang

operasional

baik
Jaringan distribusi yang
handal

9. RISIKO POLITIK
Mata uang asing tidak
dapat dikonversi

Mata uang asing tidak tersedianya

dan/atau tidak bisa dikonversi dari

Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri

Rupiah

Penjaminan bank sentral

Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak bisa ditransfer

Risiko ekspropriasi

Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa

Perubahan regulasi (dan

Bisa dianggap sebagai risiko bisnis

Perubahan regulasi (dan

Berbentuk kebijakan pajak oleh

pajak) yang diskriminatif

otoritas terkait (pusat atau daerah)

dapat direpatriasi

ke negara asal investor

Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri


Penjaminan bank sentral

kompensasi (yang memadai)

Mediasi, negosiasi

Asuransi Risiko Politik


Penjaminan Pemerintah

pajak) yang umum

dan spesifik

x
x

Mediasi ,negosiasi

Selain memiliki provisi

Asuransi Risiko Politik

kontrak yang jelas termasuk

Penjaminan Pemerintah

kompensasinya

84

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Ketenagalistrikan
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Keterlambatan perolehan

persetujuan perencanaan

Hanya jika dipicu keputusan

sepihak/tidak wajar dari otoritas

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Best Practice

Alokasi Risiko

Provisi kontrak yang jelas

termasuk kompensasinya

terkait
Gagal/terlambatnya

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

perolehan persetujuan

/tidak wajar dari otoritas terkait

Keterlambatan perolehan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

akses ke lokasi proyek

/tidak wajar dari otoritas terkait

Risiko parastatal (1)

Wanprestasi kewajiban kontraktual

Risiko parastatal (2)

PJPK sebagai offtaker

akibat privatisasi offtaker atau default

x
x

Provisi kontrak yang jelas

Biasanya terkait isu selain

termasuk kompensasinya

perencanaan

Provisi kontrak yang jelas


termasuk kompensasinya

Asuransi Risiko Politik


Penjaminan Pemerintah

Asuransi Risiko Politik

PJPK

Penjaminan Pemerintah

10. RISIKO FORCE MAJEURE


Bencana alam

Force majeure politis

Peristiwa perang, kerusuhan,

gangguan keamanan masyarakat

Cuaca ekstrim

Force majeure

berkepanjangan

Jika di atas 6-12 bulan, dapat

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

Setiap pihak dapat mengakhiri

mengganggu aspek ekonomis pihak

kontrak KPS dan memicu

asuransi tidak ada)

proyek

yang terkena dampak (terutama bila

prosedur kompensasi terminasi

11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET


Risiko nilai aset turun

Kebakaran, ledakan, dsb

Transfer aset setelah

Asuransi

kontrak KPS berakhir

Umumnya dalam struktur BOT Ketenagalistrikan, risiko spesifiknya adalah risiko pengalihan aset setelah berakhirnya perjanjian jual
beli listrik (PPA). Risiko sektor spesifik lainnya adalah risiko parastatal (pelanggaran kontrak oleh off-taker dan privatisasi off-taker).

4.2.5.2 . BOT Mulut Tambang


Berikut ini matriks risiko untuk suatu proyek pembangkit listrik mulut tambang dengan kontrak BOT (Build, Operate, Transfer).
Sebagaimana diuraikan sebelumnya, struktur BOT dipilih karena pertimbangan teknologi yang relatif tinggi dan lokasi tambang
pemasok batu bara pembangkit swasta ditentukan oleh (dan kemudian dimiliki oleh) PLN yang juga sebagai PJPK.

85

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Tabel 12. Matriks Risiko untuk BOT Mulut Tambang


BOT Mulut Tambang
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Kondisi Spesifik terkait

Pemerintah menyediakan lahan

Kebutuhan lahan proyek juga

pengadaan

tambang yang dipilih

Best Practice

Alokasi Risiko

1. RISIKO LAHAN
Keterlambatan dan
kenaikan biaya

pembebasan lahan
Lahan tidak dapat
dibebaskan

Keterlambatan dan kenaikan biaya

proyek sebelum proses

akibat proses pembebasan lahan


yang berkepanjangan
Kegagalan perolehan lokasi lahan

lahan yang sulit


Proses pemukiman kembali
yang rumit

Keterlambatan dan kenaikan biaya

Kepemilikan sertifikat tanah ganda

Keterlambatan karena ketidakpastian


kondisi lokasi, baik pembangkit

tambang tidak dapat tercapai

Kompensasi yang wajar dan

Biasanya lokasi tambang

pihak yang terkena dampak

relatif kecil dan bisa dikelola

terpencil sehingga isu ini

kepemilikan lahan;

Dukungan dari otoritas terkait

dilaksanakan

lokasi yang tak terduga

pembebasan lahan proyek

apabila kesepakatan harga

Melaksanakan validasi status

yang diketahui setelah proyek

Kesulitan pada kondisi

Kompleksitas bertambah

komunikasi yang baik dengan

karena rumitnya isu proses


pemukiman kembali

Risiko status tanah

Status hukum lahan dan

prosedur yang jelas dalam

proyek karena proses pembebasan

sangat tergantung dari lokasi

(BPN, Dinas Kependudukan)


x

Data historis penggunaan

Alokasi risiko ke sektor

lahan dan penyelidikan tanah

publik karena opsi

maupun tambang batubara

kepemilikan tambang oleh


sektor publik

Kerusakan artefak

danbarang kuno pada

Data historis penggunaan

Implementasi prosedur

lahan dan penyelidikan tanah

lokasi
Gagal menjaga
keselamatan dalam lokasi

keselamatan kerja yang baik

Kontaminasi/polusi

ke lingkungan lokasi

Kesesuaian dengan
studi Amdal yang baik

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI


Ketidakjelasan spesifikasi

output

Keterlambatan dan kenaikan biaya

akibat spesifikasi output tidak jelas

Klarifikasi saat proses tender;


Kapasitas desain yang baik

Spesifikasi output PJPK harus


mengacu ke best practice

86

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Mulut Tambang


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kesalahan desain

Menyebabkan ekstra/revisi desain

Konsultan desain yang

Terlambatnya penyelesaian

Dapat termasuk terlambatnya

Kontraktor yang handal dan

konstruksi

pengembalian akses lokasi

yang diminta operator

Kenaikan biaya konstruksi

berpengalaman dan baik

Kesepakatan faktor eskalasi

Koordinasi kontraktor dan

Kinerja subkontraktor yang

Proses pemilihan subkontraktor

Default sub-kontraktor

Proses pemilihan subkontraktor

Konsorsium didukung sponsor

Default pihak sponsor (atau anggota

Proses PQ untuk memilih

Kegagalan mencapai

Tidak tercapainya financial close

Koordinasi yang baik dengan

Risiko struktur finansial

Inefisiensi karena struktur modal

Konsorsium didukung sponsor

Instrumen lindung nilai;

Kesalahan estimasi waktu/ biaya


dalam uji operasi teknis

Alokasi Risiko

Biasanya teridentifikasi saat


uji operasi teknis

klausul kontrak yang standar


x

Risiko uji operasi

Kondisi Spesifik terkait

harga tertentu dalam kontrak


operator yang baik

3. RISIKO SPONSOR
buruk

Default BU
Default sponsor proyek

Default BU yang mengarah ke


terminasi/step-in oleh financier
konsorsium)

yang kredibel
yang kredibel
yang kredibel

sponsor yang kredibel

4. RISIKO FINANSIAL

financial close

karena ketidakpastian kondisi pasar

proyek yang tidak optimal


Risiko nilai tukar mata
uang

fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

potential lenders

Bisa juga karena conditions

precedence tidak terpenuhi

/lender yang kredibel

Pembiayaan dalam Rupiah

Bisa dibagi dengan

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

Risiko tingkat inflasi

Risiko suku bunga

Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi


dalam estimasi life-cycle cost

Fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku


bunga

Faktor indeksasi tarif;

Bisa dibagi dengan


Pemerintah apabila

fluktuasinya ekstrim
x

Lindung nilai tingkat suku


bunga

Bisa dibagi dengan

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

87

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Mulut Tambang


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Risiko asuransi (1)

Cakupan asuransi untuk risiko

Konsultansi dengan

Risiko asuransi (2)

Kenaikan substansial tingkat premi

Konsultansi dengan

tertentu tidak lagi tersedia di pasaran


terhadap estimasi awal

spesialis/broker asuransi

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

Khususnya untuk cakupan

risiko terkait keadaan kahar

spesialis/broker asuransi

5. RISIKO OPERASI
Ketersediaan fasilitas

Akibat fasilitas tidak bisa terbangun

Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi

Operator yang handal;

Aksi industri

Aksi mogok, larangan kerja, dsb

kebijakan SDM dan hubungan

Bisa oleh staf operator,

industrial yang baik

subkontraktor atau penyuplai

tersedianya layanan

Risiko sosial danbudaya

Risiko yang timbul karena tidak

lokal

diperhitungkannya budaya atau

Spesifikasi output yang jelas

Menerapkan program
pengembangan masyarakat
yang people-oriented;

kondisi sosial masyarakat setempat


dalam implementasi proyek

Pemberdayaan masyarakat

Kegagalan manajemen

Kegagalan atau ketidakmampuan

proyek

Badan Usaha dalam mengelola

operasi dan dijalankan secara

operasional Proyek Kerjasama

profesional

Kegagalan kontrol dan

Terjadinya penyimpangan yang tidak


x

monitoring proyek

terdeteksi akibat kegagalan kontrol

Menyusun rencana manajemen

Menyusun rencana kontrol dan

monitoring serta evaluasi

dan monitoring oleh Badan Usaha

berkala terhadap efektivitas

atau PJPK
Kenaikan biaya O&M

Operator yang handal;

Kesalahan estimasi biaya

Kesepakatan/kontrak dengan

Kenaikan biaya energi

Kualitas dan spesifikasi unit

Tidak teraturnya

Tindakan antisipasi: fasilitas

Gangguan (downtime)

life cycle

karena inefisiensi unit

ketersediaan utilitas
berkepanjangan

Akibat kesalahan estimasi biaya O&M

rancangan dan pelaksanaannya

atau kenaikan tidak terduga

Faktor eskalasi dalam kontrak

supplier seawal mungkin


yang baik

back up listrik/utilitas lainnya

Biasanya sudah harus

diantisipasi sedini mungkin

88

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Mulut Tambang


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Kenaikan biaya bahan


bakar

Risiko ini bisa dipicu kenaikan harga

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kontrak suplai bahan bakar

batubara di pasar ekspor

jangka panjang;
Operator tambang yang baik;
Regulasi harga batubara

Berkurangnya suplai atau


menurunnya kualitas
bahan bakar

Risiko ini bisa dipicu

Kontrak suplai bahan bakar

kenaikan harga batubara di

jangka panjang;

pasar ekspor

Operator tambang yang baik;


Regulasi harga batubara

Ketidakpastian tersedianya
bahan bakar

Risiko ini bisa dipicu tidak selaranya

Kontrak suplai bahan bakar

waktu produksi tambang dengan

jangka panjang;

masa operasional pembangkit

Operator tambang yang baik;


Regulasi harga batubara

6. RISIKO PENDAPATAN
Perubahan volume

permintaan output proyek


Pelanggan akhir tidak
membayar

x
Akibat user affordability and

willingness di bawah tingkat kelayakan

Penyesuaian tarif periodik

Survei volume permintaan yang


handal

Subsidi (khususnya tarif)

Sosialisasi yang baik ke publik

Kinerja operasi yang baik dan

terlambat

jelas;

Tingkat penyesuaian tarif

lebih rendah dari proyeksi


Kesalahan perhitungan

Kinerja operasi yang baik dan


jelas;
x

estimasi tarif

Survei user affordability and

willingness yang handal

7.RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN


Risiko jaringan (1)

Ingkar janji otoritas untuk menjaga

Pemahaman kontrak yang baik

Risiko jaringan (2)

Ingkar janji otoritas untuk

Pemahaman kontrak yang baik

jaringan transmisi yang diperlukan

membangun fasilitas yang diperlukan

oleh sektor publik


oleh sektor publik

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

Meski dalam opsi ini

tambang dimiliki oleh sektor


publik, risiko suplai bahan

bakar erat terkait operasional


tambang

Meski dalam opsi ini


tambang dimiliki oleh sektor
publik, risiko suplai bahan

bakar erat terkait operasional


tambang
Meski dalam opsi ini
tambang dimiliki oleh sektor
publik, risiko suplai bahan

bakar erat terkait operasional


tambang

89

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Mulut Tambang


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

8. RISIKO INTERFACE
Risiko interface (1)

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Output tidak terserap di awal periode

Perencanaan yang baik

Mata uang asing tidak tersedianya

Pembiayaan domestik

operasional

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

Jaringan distribusi yang handal

9. RISIKO POLITIK
Mata uang asing tidak
dapat dikonversi

dan/atau tidak bisa dikonversi dari

Akun pembiayaan luar negeri

Rupiah
Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak bisa ditransfer

dapat direpatriasi

ke negara asal investor

Risiko ekspropriasi

Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa

Perubahan regulasi (dan

Bisa dianggap sebagai risiko bisnis

kompensasi (yang memadai)

Penjaminan dari bank sentral


x

Pembiayaan domestik
Akun pembiayaan luar negeri
Penjaminan bank sentral

Mediasi, negosiasi

Asuransi Risiko Politik


Penjaminan Pemerintah
x

pajak) yang umum


Perubahan regulasi (dan

Berbentuk kebijakan pajak oleh

pajak) yang diskriminatif

otoritas terkait (pusat atau daerah)

Keterlambatan perolehan

Hanya jika dipicu keputusan

persetujuan perencanaan

sepihak/tidak wajar dari otoritas

Gagal/terlambatnya

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

Provisi kontrak yang jelas

Keterlambatan perolehan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

Provisi kontrak yang jelas

Risiko parastatal (1)

Wanprestasi kewajiban kontraktual

Asuransi Risiko Politik

Risiko parastatal (2)

akibat privatisasi offtaker atau default

Asuransi Risiko Politik

dan spesifik

perolehan persetujuan
akses ke lokasi proyek

/tidak wajar dari otoritas terkait


PJPK sebagai offtaker

Selain memiliki provisi

Asuransi Risiko Politik

kontrak yang jelas termasuk

Penjaminan Pemerintah
x

termasuk kompensasinya

termasuk kompensasinya
termasuk kompensasinya
Penjaminan Pemerintah

PJPK

Penjaminan Pemerintah

10. RISIKO FORCE MAJEURE


Bencana alam

kompensasinya

Provisi kontrak yang jelas

terkait

/tidak wajar dari otoritas terkait

Mediasi, negosiasi

Asuransi, bila dimungkinkan

Biasanya terkait isu selain


perencanaan

90

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

BOT Mulut Tambang


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Force majeure politis

Publik

Swasta

Peristiwa perang, kerusuhan,

gangguan keamanan masyarakat

Cuaca ekstrim

Force majeure

berkepanjangan

Jika di atas 6-12 bulan, dapat

mengganggu aspek ekonomis pihak


yang terkena dampak (terutama bila

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

Setiap pihak dapat mengakhiri

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

kontrak KPS dan memicu

prosedur kompensasi terminasi

asuransi tidak ada)

proyek

11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET


Risiko nilai aset turun

Kebakaran, ledakan, dsb

Transfer aset setelah

Asuransi

kontrak KPS berakhir

Dari matriks risiko di atas, terkait dengan opsi struktur proyek KPS mulut tambang yang dipilih, terlihat bahwa ada beberapa risiko
baru yang muncul akibat kepemilikan tambang batubara oleh PJPK yaitu risiko lahan (terkait biaya dan proses akuisisi tambang, risiko
geoteknik tambang). Selain itu, meskipun struktur ini dipilih untuk meminimalkan risiko ketersediaan bahan bakar pembangkit (subset
dari risiko operasi), risiko kenaikan biaya dan ketersediaan suplai batubara sangat terkait operasional tambang. Lebih jauh, risiko
suplai bahan bakar bisa juga dipicu tidak selarasnya kesiapan produksi tambang dengan kesiapan operasional pembangkit.
Sebagai langkah mitigasi, selain keterlibatan operator tambang yangkredibeldankontrak suplai jangka panjang, pengaturan suplai dan
harga batubara mulut tambang juga diperlukan terkait potensi pengalihan suplai sebagai dampak akibat kenaikan harga batubara di
pasar ekspor atau industri lainnya.
4.2.6

Matriks Risiko KPS sektor Kepelabuhanan

4.2.6.1. Konsesi Penuh Kepelabuhanan


Matriks risiko berikut ini mengacu pada proyek pelabuhan dengan struktur Konsesi Penuh yang mencakup desain, konstruksi, operasi
dan pemeliharaan fasilitas kepelabuhanan, termasuk pemungutan tarif kepada pelanggan akhir.

91

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Tabel 13. Matrik Risiko untuk Konsesi Penuh Kepelabuhanan


Konsesi Penuh Kepelabuhanan
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

1. RISIKO LOKASI
Keterlambatan dan

Keterlambatan dan kenaikan biaya

pembebasan lahan

berkepanjangan

Lahan tidak dapat

Kegagalan perolehan lokasi lahan

dibebaskan

proyek karena proses pembebasan

Proses pemukiman kembali

Keterlambatan dan kenaikan

kenaikan biaya

yang rumit

akibat proses pembebasan lahan yang

Kepemilikan sertifikat tanah ganda

pengadaan

trase yang direncanakan

Status hukum lahan dan

Kejelasan status hukum dan

prosedur yang jelas dalam

tata ruang lahan bisa

Kompensasi yang wajar dan

Dampak sosial relatif luas

yang terkena dampak

sifatnya masih produktif

pembebasan lahan proyek


x

komunikasi yang baik ke pihak

pemukiman kembali
Risiko status tanah

Kebutuhan lahan biasanya

proyek sebelum proses

lahan yang sulit

biayakarenarumitnya isu proses

Pemerintah menyediakan lahan

masif dan dipengaruhi dari

menjadi kendala

bila lahan di perkotaan dan

Melaksanakan validasi status

yang diketahui setelah proyek

kepemilikan lahan;

dilaksanakan

Dukungan dari otoritas terkait


(BPN, Dinas Kependudukan)

Kesulitan pada kondisi

Keterlambatan karena ketidakpastian

lokasi yang tak terduga

kondisi lokasi

Data historis penggunaan lahan

Karena lahan tidak luas,

dan penyelidikan tanah

risiko geoteknis relatif bisa


dikelola

Kerusakan artefak dan

Data historis penggunaan lahan

Gagal menjaga

Implementasi prosedur

Kontaminasi/polusi ke

Kesesuaian dengan studi

Klarifikasi saat proses tender;

Spesifikasi output PJPK harus


Biasanya teridentifikasi saat

barang kuno pada lokasi


keselamatan dalam lokasi
lingkungan lokasi

dan penyelidikan tanah

keselamatan kerja yang baik


Amdal yang baik

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI


Ketidakjelasan spesifikasi

Keterlambatan dan kenaikan biaya

Kesalahan desain

Menyebabkan ekstra/revisi desain

Konsultan desain yang

Terlambatnya penyelesaian

Dapat termasuk terlambatnya

Kontraktor yang handal dan

konstruksi

pengembalian akses lokasi

output

akibatspesifikasi output tidak jelas


yang diminta operator

Kapasitas desain yang baik


berpengalaman dan baik

klausul kontrak yang standar

mengacu ke best practice


uji operasi teknis

92

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Kepelabuhanan


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Kenaikan biaya konstruksi


Risiko uji operasi

Kesalahan estimasi waktu/ biaya


dalam uji operasi teknis

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kesepakatan faktor eskalasi

Koordinasi kontraktor dan

Proses pemilihan subkontraktor

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

harga tertentu dalam kontrak


operator yang baik

3. RISIKO SPONSOR
Kinerja subkontraktor yang
buruk

yang kredibel

Default sub-kontraktor

Proses pemilihan subkontraktor


yang kredibel

Default BU

Default BU yang mengarah ke


terminasi/step-in oleh financier

Default sponsor proyek

Default pihak sponsor (atau anggota

Proses PQ untuk memperoleh

Kegagalan mencapai

Tidak tercapainya financial close

Koordinasi yang baik dengan

Risiko struktur finansial

Inefisiensi karena struktur modal

Konsorsium didukung sponsor

konsorsium)

Konsorsium didukung sponsor


yang kredibel dan solid
sponsor yang kredibel

4. RISIKO FINANSIAL

financial close

karena ketidakpastian kondisi pasar


proyek yang tidak optimal

potential lenders

precedence tidak terpenuhi

/lender yang kredibel

Risiko nilai tukar mata

fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

Instrumen lindung nilai;

Risiko tingkat inflasi

Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi

Faktor indeksasi tarif;

uang

Bisa juga karena conditions

Pembiayaan dalam Rupiah

Bisa dibagi dengan

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

terhadap asumsi dalam life-cycle cost

Pemerintah apabila

fluktuasinya ekstrim

Risiko suku bunga

fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku

Lindung nilai tingkat suku

Risiko asuransi (1)

Cakupan asuransi untuk risiko

Konsultansi dengan

Konsultansi dengan

bunga

Bisa dibagi dengan

bunga

Bisa dibagi dengan

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

tertentu tidak lagi tersedia di pasaran


Risiko asuransi (2)

Kenaikan substansial tingkat premi


terhadap estimasi awal

spesialis/broker asuransi
spesialis/broker asuransi

Khususnya untuk cakupan


risiko terkait keadaan kahar

93

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Kepelabuhanan


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

5. RISIKO OPERASI
Ketersediaan fasilitas

Akibat fasilitas tidak bisa terbangun

Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi

Operator yang handal;

Aksi industri

Aksi mogok, larangan kerja,dsb

Kebijakan SDM dan hubungan

Risiko sosial dan budaya

Risiko yang timbul karena tidak

Menerapkan program

tersedianya layanan

lokal

diperhitungkannya budaya atau


dalam implementasi proyek

proyek

Badan Usaha dalam mengelola

monitoring proyek

Terjadinya penyimpangan yang tidak

subkontraktor atau penyuplai

pengembangan masyarakat

Menyusun rencana manajemen


operasi dan dijalankan secara
profesional

terdeteksiakibat kegagalan kontrol

dan monitoring oleh Badan Usaha atau

Menyusun rencana kontrol dan

monitoring serta evaluasi

berkala terhadap efektivitas

PJPK
Kenaikan biaya O&M

Bisa oleh staf operator,

Pemberdayaan masyarakat

Kegagalan atau ketidakmampuan


operasional Proyek Kerjasama

Kegagalan kontrol dan

industrial yang baik

yang people-oriented;

kondisi sosial masyarakat setempat


Kegagalan manajemen

Spesifikasi output yang jelas

rancangan dan pelaksanaannya

Akibat kesalahan estimasi biaya O&M

atau kenaikan tidak terduga

Operator yang handal;


Faktor eskalasi dalam kontrak

Kesalahan estimasi biaya

Kesepakatan/kontrak dengan

Kecelakaan lalu lintas atau

Asuransi kewajiban pihak

Survei lalu lintas yang handal;

Bila dipicu aksi Pemerintah,

Pinjaman lunak di awal operasi

jaminan permintaan

life cycle

isu keselamatan

supplier sedini mungkin


ketiga

6. RISIKO PENDAPATAN
Perubahan proyeksi
volume permintaan

minimum dapat

dipertimbangkan
Kesalahan estimasi

Survei lalu lintas yang handal;

pendapatan dari model

jaminan pendapatan minimal

awal

Pelanggan akhir tidak


membayar

Bila dipicu aksi Pemerintah,


dapat dipertimbangkan

Akibat user affordability and

willingness di bawah tingkat kelayakan

Subsidi (khususnya tarif)

Sosialisasi yang baik ke publik

94

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Kepelabuhanan


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Kegagalan memungut

Akibat kegagalan / tidak optimalnya

pembayaran tarif

sistem pemungutan tarif

Kegagalan mengajukan

Akibat BU tidak mampu memenuhi

penyesuaian tarif

Publik

standar minimal yang disepakati

Penyesuaian tarif

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Survei user affordability and

Kinerja operasi yang baik dan

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

willingness yang handal


jelas;

Kinerja operasi yang baik dan

periodikterlambat

jelas;

Tingkat penyesuaian tarif

Kinerja operasi yang baik dan

lebih rendah dari proyeksi

jelas;

Kesalahan perhitungan

estimasi tarif

Survei user affordability and

willingness yang handal

7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN


Risiko jaringan (1)

Ingkar janji otoritas untuk

membangun & memelihara jaringan

Standar kinerja operasi dan

Pemahaman kontrak yang baik

pengawasan yang baik

sesuai rencana
Risiko jaringan (2)

Ingkar janji otoritas untuk


membangun fasilitas penghubung

Risiko jaringan (3)

oleh sektor public

Ingkar janji otoritas untuk tidak

Ketimpangan kualitas pekerjaan

membangun fasilitas pesaing

Pemahaman kontrak yang baik


oleh sektor public

8. RISIKO INTERFACE
Risiko interface (1)

dukungan Pemerintah dan yang

dikerjakan BU.
Risiko interface (2)

Rework yang substantial terkait

perbedaan standar / metode layanan


yang digunakan

Pekerjaan perbaikan oleh pihak

Kontrak konstruksi dari pihak

rendah

selaras dalam kualitas

Kesepakatan para pihak sedini

Kontrak konstruksi dari

metode yang akan diterapkan

harus selaras dalam kualitas

yang mutu pekerjaannya lebih

mungkin tentang standar /

9. RISIKO POLITIK
Mata uang asing tidak
dapat dikonversi

Mata uang asing tidak tersedianya

dan/atau tidak bisa dikonversi dari


Rupiah

Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri


Penjaminan dari bank sentral

Pemerintah maupun BU harus


pekerjaan

pihak Pemerintah maupun BU


pekerjaan

95

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Kepelabuhanan


Kategori Risiko dan
Peristiwa Risiko

Deskripsi

Publik

Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak bisa ditransfer

Risiko ekspropriasi

Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa

dapat direpatriasi

ke negara asal investor

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri


Penjaminan bank sentral
Mediasi,negosiasi

kompensasi (yang memadai)

Asuransi Risiko Politik


Penjaminan Pemerintah

Perubahan regulasi (dan

Bisa dianggap sebagai risiko bisnis

Perubahan regulasi (dan

Berbentuk kebijakan pajak oleh

pajak) yang diskriminatif

otoritas terkait (pusat atau daerah)

Keterlambatan perolehan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

Provisi kontrak yang jelas

Gagal/terlambatnya

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

Provisi kontrak yang jelas

Biasanya terkait isu selain

perolehan persetujuan

/tidak wajar dari otoritas terkait

termasuk kompensasinya

perencanaan

pajak) yang umum

dan spesifik

persetujuan perencanaan

10. RISIKO FORCE MAJEURE

/tidak wajar dari otoritas terkait

x
x

berkepanjangan

kontrak yang jelas termasuk


kompensasinya

termasuk kompensasinya

Peristiwa perang, kerusuhan,

gangguan keamanan masyarakat

Cuaca ekstrim

Force majeure

Selain memiliki provisi

Asuransi Risiko Politik

Penjaminan Pemerintah

Bencana alam

Force majeure politis

Mediasi,negosiasi

Jika di atas 6-12 bulan,dapat

mengganggu aspek ekonomis pihak


yang terkena dampak

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

Setiap pihak dapat mengakhiri


kontrak KPS dan memicu

Terutama bila asuransi tidak

tersedia untuk risiko tertentu

prosedur terminasi proyek

11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET


Risiko nilai aset turun

Kebakaran, ledakan, dsb

Asuransi

Profil alokasi risiko pada struktur Konsesi Penuh pelabuhan laut ini mirip dengan Konsesi Penuh perkeretaapian, dimana risiko
spesifiknya juga adalah risiko pembebasan tanah, risiko operasi tertentu (misalnya kecelakaan lalu lintas atau masalah keselamatan
umum), risiko permintaan, risiko tarif, dan resiko interface (terhadap standar layanan dan teknologi).

96

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

4.2.7

Matriks Risiko KPS sektor Kebandaraan

4.2.7.1 Konsesi Penuh Kebandaraan


Berikut ini matriks risiko untuk proyek kebandaraan dengan struktur Konsesi Penuh yang mencakup desain, konstruksi, operasi dan
pemeliharaan fasilitas bandara, termasuk penagihan tarif kepada pelanggan.
Tabel 14. Matriks Risiko untuk Konsesi Penuh Kebandaraan
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Konsesi Penuh Kebandaraan


Kondisi Spesifik terkait
Alokasi Risiko

1. RISIKO LOKASI
Keterlambatan dan

Keterlambatan dan kenaikan biaya

kenaikan biaya

akibat proses pembebasan lahan yang

Lahan tidak dapat

Kegagalan perolehan lokasi lahan

pembebasan lahan
dibebaskan

berkepanjangan

proyek karena proses pembebasan


Keterlambatan dan kenaikan

yang rumit

biayakarenarumitnya isu proses

Risiko status tanah

Kepemilikan sertifikat tanah ganda

masif dan dipengaruhi dari

Status hukum lahan dan

Kejelasan status hukum dan

pembebasan lahan proyek

menjadi kendala

Kompensasi yang wajar dan

Dampak sosial relatif luas

komunikasi yang baik dengan

bila lahan di perkotaan dan

prosedur yang jelas dalam

pemukiman kembali

yang diketahui setelah proyek

Kebutuhan lahan biasanya

proyek sebelum proses


pengadaan,

lahan yang sulit


Proses pemukiman kembali

Pemerintah menyediakan lahan

pihak yang terkena dampak


x

trase yang direncanakan


tata ruang lahan bisa

sifatnya masih produktif

Melaksanakan validasi status


kepemilikan lahan;

dilaksanakan

Dukungan dari otoritas terkait


(BPN, Dinas Kependudukan)

Kesulitan pada kondisi

lokasi yang tak terduga

Keterlambatan karena ketidakpastian

kondisi lokasi

Kerusakan artefak dan

barang kuno pada lokasi

Data historis penggunaan

lahan dan penyelidikan tanah


Data historis penggunaan
lahan dan penyelidikan tanah

Gagal menjaga

keselamatan dalam lokasi

Implementasi prosedur
keselamatan kerja yang baik

Kontaminasi/polusi ke

lingkungan lokasi

Kesesuaian dengan studi


Amdal yang baik

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI


Ketidakjelasan spesifikasi

output

Keterlambatan dan kenaikan biaya

akibatspesifikasi output tidak jelas

Klarifikasi saat proses tender;


Kapasitas desain yang baik

Spesifikasi output PJPK harus


mengacu ke best practice

97

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Kebandaraan


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kesalahan desain

Menyebabkan ekstra/revisi desain

Konsultan desain yang

Terlambatnya penyelesaian

Dapat termasuk terlambatnya

Kontraktor yang handal dan

konstruksi

pengembalian akses lokasi

yang diminta operator

Kenaikan biaya konstruksi

berpengalaman dan baik

Kesepakatan faktor eskalasi

Koordinasi kontraktor dan

Kinerja subkontraktor yang

Proses pemilihan subkontraktor

Default sub-kontraktor

Proses pemilihan subkontraktor

Kesalahan estimasi waktu/ biaya


dalam uji operasi teknis

Alokasi Risiko

Biasanya teridentifikasi saat


uji operasi teknis

klausul kontrak yang standar


x

Risiko uji operasi

Kondisi Spesifik terkait

harga tertentu dalam kontrak


operator yang baik

3. RISIKO SPONSOR
buruk

yang kredibel
yang kredibel

Default BU

Default BU yang mengarah ke


terminasi/step-in oleh financier

Default sponsor proyek

Default pihak sponsor (atau anggota

Kegagalan mencapai

Tidak tercapainya financial close

Koordinasi yang baik dengan

Risiko struktur finansial

Inefisiensi karena struktur modal

Konsorsium didukung sponsor

Risiko nilai tukar mata

fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

Instrumen lindung nilai;

Bisa dibagi dengan

Pembiayaan dalam Rupiah

Pemerintah apabila
Bisa dibagi dengan

Konsorsium didukung sponsor


yang kredibel dan solid

konsorsium)

Proses PQ untuk memilih


sponsor yang kredibel

4. RISIKO FINANSIAL

financial close

karena ketidakpastian kondisi pasar


proyek yang tidak optimal

uang

potential lenders

Bisa juga karena conditions

precedence tidak terpenuhi

/lender yang kredibel

fluktuasinya ekstrim

Risiko tingkat inflasi

Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi

Faktor indeksasi tarif;

Risiko suku bunga

fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku

Lindung nilai tingkat suku

Bisa dibagi dengan

bunga

Pemerintah apabila

Konsultansi dengan

Khususnya untuk cakupan

terhadap asumsi dalam life-cycle cost

fluktuasinya ekstrim

bunga
Risiko asuransi (1)

Cakupan asuransi untuk risiko

tertentu tidak lagi tersedia di pasaran

Pemerintah apabila

spesialis/broker asuransi

fluktuasinya ekstrim
risiko terkait keadaan kahar

98

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Kebandaraan


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Risiko asuransi (2)

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kenaikan substansial tingkat premi

Konsultansi dengan

Ketersediaan fasilitas

Akibat fasilitas tidak bisa terbangun

Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi

Operator yang handal;

Aksi industri

Aksi mogok, larangan kerja,dsb

kebijakan SDM dan hubungan

Risiko sosial dan budaya

Risiko yang timbul karena tidak

Menerapkan program

terhadap estimasi awal

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

spesialis/broker asuransi

5. RISIKO OPERASI

tersedianya layanan

lokal

diperhitungkannya budaya atau


dalam implementasi proyek

proyek

Badan Usaha dalam mengelola

monitoring proyek

Terjadinya penyimpangan yang tidak

terdeteksi akibat kegagalan kontrol

dan monitoring oleh Badan Usaha atau


Akibat kesalahan estimasi biaya O&M

pengembangan masyarakat

Menyusun rencana manajemen


operasi dan dijalankan secara

Menyusun rencana kontrol dan

monitoring serta evaluasi

berkala terhadap efektivitas


rancangan dan pelaksanaan
x

atau kenaikan tidak terduga

Operator yang handal;

Dapat dipicu dari keusangan

Faktor eskalasi dalam kontrak;

teknologi yang digunakan

Bisnis plan yang komprehensif

Kesalahan estimasi biaya

Kesepakatan/kontrak dengan

Kecelakaan lalu lintas atau

Asuransi kewajiban pihak

Bisnis plan yang komprehensif;

Survei permintaan yang handal;

life cycle

isu keselamatan

Risiko hit and run

Cost overrun dari Idle facility akibat


permintaan airline yang pailit

subkontraktor atau penyuplai

profesional
x

PJPK
Kenaikan biaya O&M

Bisa oleh staf operator,

Pemberdayaan masyarakat

Kegagalan atauketidakmampuan
operasional Proyek Kerjasama

Kegagalan kontrol dan

industrial yang baik

yang people-oriented;

kondisi sosial masyarakat setempat


Kegagalan manajemen

Spesifikasi output yang jelas

supplier sedini mungkin


ketiga

Operator yang handal;

6. RISIKO PENDAPATAN
Perubahan proyeksi
volume permintaan

Pinjaman lunak di awal operasi

Bila dipicu aksi Pemerintah,


jaminan permintaan
minimum dapat

dipertimbangkan

99

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Kebandaraan


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Kesalahan estimasi

Swasta
x

pendapatan dari model

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Survei permintaan yang handal;

awal

Pelanggan akhir tidak


membayar

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

Bila dipicu aksi Pemerintah,

jaminan pendapatan minimal


dapat dipertimbangkan

User affordability and willingness di


bawah tingkat kelayakan

Subsidi (khususnya tarif)


Sosialisasi yang baik ke
public

Kegagalan memungut

Akibat kegagalan / tidak optimalnya

pembayaran tarif

sistem pemungutan tarif

Kegagalan mengajukan

Akibat BU tidak mampu memenuhi

penyesuaian tarif

standar minimal yang disepakati

Penyesuaian tarif periodik

Survei user affordability and

Kinerja operasi yang baik;

willingness yang handal

Regulasi yang mendukung


Kinerja operasi yang baik;

terlambat

Regulasi yang mendukung

Tingkat penyesuaian tarif

Kinerja operasi yang baik;

lebih rendah dari proyeksi

Regulasi yang mendukung

Kesalahan perhitungan

estimasi tarif

Survei user affordability and

willingness yang handal

7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN


Risiko jaringan (1)

Ingkar janji otoritas untuk

membangun & memelihara jaringan

Standar kinerja operasi dan


pengawasan yang baik

sesuai rencana
Risiko jaringan (2)

Ingkar janji otoritas untuk

Pemahaman kontrak yang baik

Risiko jaringan (3)

Ingkar janji otoritas untuk tidak

Pemahaman kontrak yang baik

Ketimpangan kualitas pekerjaan

membangun fasilitas penghubung


membangun fasilitas pesaing

oleh sektor publik


oleh sektor publik

8. RISIKO INTERFACE
Risiko interface (1)

dukungan Pemerintah dan yang


dikerjakan BU.

Pekerjaan perbaikan oleh pihak

Kontrak konstruksi dari

yang kualitas pekerjaannya

pihak Pemerintah maupun

lebih rendah

BU harus selaras dalam


kualitas pekerjaan

100

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Kebandaraan


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Risiko interface (2)

Publik

Rework yang substantial terkait

Swasta

Bersama

perbedaan standar / metode layanan

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Alokasi Risiko

Kesepakatan para pihak sedini

Kontrak konstruksi dari

metode yang akan diterapkan

BU harus selaras dalam

mungkin tentang standar /

yang digunakan

Kondisi Spesifik terkait

pihak Pemerintah maupun


kualitas pekerjaan

9. RISIKO POLITIK
Mata uang asing tidak
dapat dikonversi

Mata uang asing tidak tersedianya

dan/atau tidak bisa dikonversi dari

Pembiayaan domestik

Akun pembiayaan luar negeri

Rupiah
Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak bisa ditransfer

dapat direpatriasi

ke negara asal investor

Risiko ekspropriasi

Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa

Penjaminan dari bank sentral


x

Pembiayaan domestik
Akun pembiayaan luar negeri
Penjaminan dari bank sentral

Mediasi,negosiasi

kompensasi (yang memadai)

Asuransi Risiko Politik


Penjaminan Pemerintah

Perubahan regulasi (dan

Bisa dianggap sebagai risiko bisnis

pajak) yang umum


Perubahan regulasi (dan

pajak) yang diskriminatif

Berbentuk kebijakan pajak oleh

otoritas terkait (pusat atau daerah)

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

persetujuan perencanaan

/tidak wajar dari otoritas terkait

Gagal/terlambatnya

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

perolehan persetujuan

/tidak wajar dari otoritas terkait

Selain memiliki provisi

Penjaminan Pemerintah

kompensasinya

Asuransi Risiko Politik

dan spesifik
Keterlambatan perolehan

Mediasi,negosiasi

kontrak yang jelas termasuk

Provisi kontrak yang jelas


termasuk kompensasinya

Provisi kontrak yang jelas

Biasanya terkait isu selain

termasuk kompensasinya

perencanaan

10. RISIKO FORCE MAJEURE


Bencana alam

Force majeure politis

Peristiwa perang, kerusuhan,

gangguan keamanan masyarakat

Cuaca ekstrim

Force majeure

berkepanjangan

Jika di atas 6-12 bulan,dapat

mengganggu aspek ekonomis pihak


yang terkena dampak

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

Setiap pihak dapat mengakhiri


kontrak KPS dan memicu

prosedur terminasi proyek

Terutama bila asuransi tidak

tersedia untuk risiko tertentu

101

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

Konsesi Penuh Kebandaraan


Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET


Risiko nilai aset turun

Kebakaran, ledakan, dsb

Asuransi

Mirip dengan Konsesi Penuh kepelabuhanan laut dan perkeretaapian, risiko spesifik yang melekat pada Konsesi Penuh kebandaraan
adalah risiko pembebasan lahan, risiko permintaan dan tarif, dan resiko interface yaitu atas standar penyerahan dan teknologi.

4.2.7.2 O&M Kebandaraan


Serupa dengan Kontrak O&M di sektor jalan tol, BU memelihara fasilitas dan menagih pembayaran dari pelanggan retail/pengguna
akhir (penumpang).Pendapatan diperhitungkan sebagai bagian dari pembayaran yang dikumpulkan untuk insentif BU dalam menjaga
kualitas pelayanan. BU juga akan memperhatikan baik masalah lalu lintas maupun tarif.
Tabel 15. Matriks Risiko untuk O&M Kebandaraan
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Swasta

Bersama

O&M Kebandaraan

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

1. RISIKO LOKASI
Gagal menjaga

Implementasi prosedur

Kontaminasi/polusi ke

Kesesuaian dengan

keselamatan di lokasi
lingkungan lokasi
Risiko status tanah

keselamatan kerja yang baik


studi Amdal yang baik

Kepemilikan sertifikat tanah ganda

Melaksanakan validasi status

yang diketahui setelah proyek

kepemilikan lahan;

dilaksanakan

Dukungan dari otoritas terkait


(BPN, Dinas Kependudukan)

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI


Terlambatnya penyelesaian

Dapat termasuk terlambatnya

konstruksi

pengembalian akses lokasi

Kenaikan biaya konstruksi


Kesalahan desain

Menyebabkan ekstra/revisi desain


yang diminta operator

Kontraktor yang handal dan


klausul kontrak yang standar

Kesepakatan faktor eskalasi

Kesepakatan faktor eskalasi

harga tertentu dalam kontrak


harga tertentu dalam kontrak

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

102

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

O&M Kebandaraan
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Risiko uji operasi

Kesalahan estimasi waktu/ biaya


dalam uji operasi teknis

Publik

Swasta

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

Koordinasi kontraktor dan


operator yang baik

3. RISIKO SPONSOR

Default BU

Default BU yang mengarah ke


terminasi/step-in oleh financier

Konsorsium didukung sponsor

Default sponsor proyek

Default pihak sponsor (atau anggota

Proses PQ untuk memperoleh

Kegagalan mencapai

Tidak tercapainya financial close

Koordinasi yang baik dengan

Risiko struktur finansial

Inefisiensi karena struktur modal

Konsorsium didukung sponsor

konsorsium)

yang kredibel dan solid


sponsor yang kredibel

4. RISIKO FINANSIAL

financial close

karena ketidakpastian kondisi pasar


proyek yang tidak optimal

potential lenders

precedence tidak terpenuhi

/lender yang kredibel

Risiko nilai tukar mata

fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

Instrumen lindung nilai;

Risiko tingkat inflasi

Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi

Faktor indeksasi tarif;

uang

Bisa juga karena conditions

Pembiayaan dalam Rupiah

Bisa dibagi dengan

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

terhadap asumsi dalam life-cycle cost

Pemerintah apabila

fluktuasinya ekstrim

Risiko suku bunga

Fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku

Lindung nilai tingkat suku

Risiko asuransi (1)

Cakupan asuransi untuk risiko

Konsultansi dengan

bunga

Bisa dibagi dengan

bunga

Bisa dibagi dengan

Pemerintah apabila
fluktuasinya ekstrim

tertentu tidak lagi tersedia di pasaran

spesialis/broker asuransi

Khususnya untuk cakupan


risiko terkait keadaan kahar

5. RISIKO OPERASI
Ketersediaan fasilitas

Akibat fasilitas tidak bisa terbangun

Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi

Operator yang handal;

Aksi mogok, larangan kerja,dsb

kebijakan SDM dan hubungan

Bisa oleh staf operator,

industrial yang baik

subkontraktor atau penyuplai

tersedianya layanan
Aksi industri
Risiko sosial danbudaya
lokal

Risiko yang timbul karena tidak


diperhitungkannya budaya atau

kondisi sosial masyarakat setempat


dalam implementasi proyek

Spesifikasi output yang jelas

Menerapkan program

pengembangan masyarakat
yang people-oriented;

Pemberdayaan masyarakat

103

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

O&M Kebandaraan
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Kegagalan manajemen
proyek

Kegagalan kontrol dan

monitoring proyek

Publik

Kegagalan atau ketidakmampuan

Swasta
x

Badan Usaha dalam mengelola


operasional Proyek Kerjasama

Terjadinya penyimpangan yang tidak


terdeteksiakibat kegagalan kontrol

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

Menyusun rencana manajemen


operasi dan dijalankan secara
profesional

dan monitoring oleh Badan Usaha atau

Menyusun rencana kontrol dan

monitoring serta evaluasi

berkala terhadap efektivitas

PJPK
Kenaikan biaya O&M

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

rancangan dan pelaksanaan

Akibat kesalahan estimasi biaya O&M

Operator yang handal;

Kesalahan estimasi biaya

Kesepakatan/kontrak dengan

Kecelakaan lalu lintas atau

Asuransi kewajiban pihak

Survei lalu lintas yang handal;

atau kenaikan tidak terduga

life cycle

isu keselamatan

Faktor eskalasi dalam kontrak

supplier seawal mungkin


ketiga

6. RISIKO PENDAPATAN
Perubahan proyeksi
volume permintaan

Pinjaman lunak di awal operasi

Bila dipicu aksi Pemerintah,


jaminan permintaan
minimum dapat

dipertimbangkan
Kesalahan estimasi

pendapatan dari model

Survei lalu lintas yang handal;

awal
Pelanggan akhir tidak
membayar

dipertimbangkan
Akibat user affordability and

willingness di bawah tingkat

Akibat kegagalan / tidak optimalnya

pembayaran tarif

sistem pemungutan tarif

Kegagalan mengajukan

Gagalnya penyesuaian tarif karena BU

penyesuaian tarif

tidak mampu memenuhi standar

Subsidi (khususnya tarif)

Sosialisasi yang baik ke publik


x

Survei user affordability and

Kinerja operasi yang baik;

willingness yang handal

Regulasi yang mendukung

minimal yang disepakati

Penyesuaian tarif periodik

Kinerja operasi yang baik;

Tingkat penyesuaian tarif

Kinerja operasi yang baik;

terlambat

lebih rendah dari proyeksi

jaminan pendapatan
minimum dapat

kelayakan
Kegagalan memungut

Bila dipicu aksi Pemerintah,

Regulasi yang mendukung


Regulasi yang mendukung

104

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

O&M Kebandaraan
Kategori Risiko dan

Deskripsi

Peristiwa Risiko

Publik

Kesalahan perhitungan

Swasta
x

estimasi tarif

Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

Survei user affordability and

willingness yang handal

7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN


Risiko jaringan (1)

Ingkar janji otoritas untuk membangun


dan memelihara jaringan yang

Standar kinerja operasi dan

Pemahaman kontrak yang baik

pengawasan yang baik

diperlukan
Risiko jaringan (2)

Ingkar janji otoritas untuk


membangun fasilitas jalan

oleh sektor publik

penghubung
Risiko jaringan (3)

Ingkar janji otoritas untuk tidak

Ketimpangan kualitas pekerjaan

membangun fasilitas pesaing

Pemahaman kontrak yang baik


oleh sektor publik

8. RISIKO INTERFACE
Risiko Interface (1)

dukungan Pemerintah dan yang


dikerjakan BU.

Risiko Interface (2)

Pekerjaan perbaikan oleh pihak

Kontrak konstruksi dari pihak

yang kualitas pekerjaannya

Pemerintah maupun BU harus

lebih rendah

Rework yang substantial terkait

perbedaan standar / metode layanan


yang digunakan

Mata uang asing tidak tersedianya

dapat dikonversi

dan/atau tidak bisa dikonversi dari

Kontrak konstruksi dari

mungkin tentang standar /

pihak Pemerintah maupun BU

metode yang akan diterapkan

Mata uang asing tidak

Mata uang asing tidak bisa ditransfer

dapat direpatriasi

ke negara asal investor

Risiko ekspropriasi

Perubahan regulasi (dan


pajak) yang umum

Pembiayaan domestik
Akun pembiayaan luar negeri

Rupiah

Proyek bisa juga diambilalih atau

diterminasi akibat default PJPK

Penjaminan dari bank sentral


x

Pembiayaan domestik
Akun pembiayaan luar negeri
Penjaminan dari bank sentral

Mediasi,negosiasi

Asuransi Risiko Politik

Penjaminan Pemerintah
x

pekerjaan

Kesepakatan para pihak sedini

9. RISIKO POLITIK
Mata uang asing tidak

selaras dalam kualitas

harus selaras dalam kualitas


pekerjaan

105

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

O&M Kebandaraan
Kategori Risiko dan
Peristiwa Risiko

Deskripsi

Perubahan regulasi (dan

Publik

Swasta

Bersama

pajak) yang diskriminatif

Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait


Alokasi Risiko

Mediasi,negosiasi

Asuransi Risiko Politik

dan spesifik

Penjaminan Pemerintah

Keterlambatan perolehan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak /

Provisi kontrak yang jelas

Gagal/terlambatnya

Hanya jika dipicu keputusan sepihak

Provisi kontrak yang jelas

Biasanya terkait isu selain

perolehan persetujuan

/tidak wajar dari otoritas terkait

termasuk kompensasinya

perencanaan

persetujuan perencanaan

tidak wajar dari otoritas terkait

termasuk kompensasinya

10. RISIKO FORCE MAJEURE


Bencana alam

Force majeure politis

Peristiwa perang, kerusuhan,

gangguan keamanan masyarakat

Cuaca ekstrim

Force majeure

berkepanjangan

Jika di atas 6-12 bulan,dapat


mengganggu aspek ekonomis pihak
yang terkena dampak

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

Asuransi, bila dimungkinkan

Setiap pihak dapat mengakhiri

Terutama bila asuransi tidak

kontrak KPS dan memicu

tersedia untuk risiko tertentu

prosedur terminasi proyek

11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET


Risiko nilai aset turun

Kebakaran, ledakan, dsb

Asuransi

Transfer bisnis KA

Ketidakpastian kondisi bisnis setelah

Studi kelayakan bisnis yang

Transfer aset KA eksisting

Tidak terantisipasinya kondisi trek

Studi kelayakan aset yang baik

eksisting

transfer dari operator sebelumnya


yang dibangun

baik dan lengkap (dalam PFS)


dan lengkap (dalam PFS)

Seperti sektor jalan tol, risiko khusus dalam struktur O&M kebandaraan ini (dibandingkan dengan Konsesi Penuh perkeretaapian)
adalah risiko lokasi (yaitu yang berhubungan dengan pembebasan tanah), risiko desain konstruksi & uji-operasi dan risiko
kepemilikan/pengalihan aset. Pada risiko sektoral spesifik lainnya (risiko permintaan, risiko jaringan dan risiko interface), masih
menjadi perhatian BU, hanya eksposurnya mungkin tidak sebesar pada proyek Konsesi Penuh.

106

KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko

5 RINGKASAN
Dari diskusi di atas, khususnya pada alokasi risiko pada setiap sektor dan struktur KPS, ada beberapa persamaan dan perbedaan
dalam bagaimana alokasi setiap peristiwa risiko antara sektor publik dan sektor swasta, termasuk saat risiko harus ditanggung
bersama oleh kedua pihak. Ringkasan dari matriks-matriks risiko tersebut ditampilkan pada Tabel 16 berikut ini.
Tabel 16. Ringkasan Matriks risiko untuk Semua Sektor dan Struktur KPS
Alokasi

Persamaan

Perbedaan

Sektor Publik

Risiko lokasi (terkait pembebasan lahan dan status lahan)


Risiko politik
- Currency inconvertibiity & Non transfer
- Ekspropriasi/pengambil alihan
- Perubahan Perundangan (termasuk pajak) diskriminatif & spesifik
- Perijinan
- Risiko parastatal
- Default PJPK
- Risiko operasi
- Kuantitas, kualitas & kontinuitas input
- Risiko pendapatan
- Kelayakan proyek
- Cidera janji penyesuaian tarif
- Risiko konektivitas jaringan
- Fasilitas penyaing dan konektivitas

- Risiko pendapatan
- Risiko permintaan (BOT Air Minum, BOT Persampahan, BOT
Ketenagalistrikan, BOT Mulut Tambang)

Sektor Swasta

- Risiko lokasi (terkait kondisi tanah)


- Risiko desain, konstruksi & uji operasi
- Risiko operasi
- Kuantitas dan kualitas output
- Risiko politik
- Perubahan Perundangan (termasuk pajak) yang umum
- Risiko pendapatan
- Risiko finansial
- Risiko sponsor
- Default BU, default kontraktor

- Risiko pendapatan
- Risiko permintaan (Konsesi Penuh air minum,
Kebandaraan,Pelabuhan)

Bersama

- Risiko force majeure


- Risiko interface
- Perbedaan kualitas pekerjaan antara sektor publik & sektor swasta

- Risiko pendapatan
- Risiko permintaan (Konsesi Penuh dan O&M sektor Jalan
tol, Perkeretaapian, kebandaraan) tergantung pihak
pemicu risiko

Anda mungkin juga menyukai