Undang-undang
Ombudsman
adalah
Republik
lembaga
pelayanan
publik
Republik
Indonesia
negara
yang
Indonesia
ditegaskan
mempunyai
Nomor
bahwa
37
Tahun
2008 tentang
Ombudsman Republik
wewenang mengawasi
Indonesia
penyelenggaran
termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD), dan Badan Hukum Milik Negara serta Badan Swasta atau perseorangan yang
diberi tugas penyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau seluruh
dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara / Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah. Dengan menjalankan wewenangnya dengan
berasaskan
kepatuhan,
keadilan,
non-diskriminasi,
tidak
memihak,
akuntabilitas,
investigasi
atas
lingkup
kewenangan Ombudsman,
atau
lembaga pemerintahan
lainnya
serta
lembaga
kemasyarakatan
dan
kewenangan Ombudsman; (4) melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan
Maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik; (5) melakukan koordinasi dan kerja
sama dengan lembaga negara atau lembaga pemerintahan lainnya serta lembaga
kemasyarakatan dan perseorangan; (6) membangun jaringan kerja; (7) melakukan upaya
pencegahan Maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik; dan (8) melakukan
tugas lain yang diberikan oleh Unda ng-Und ang.
Dalam kaitannya dengan laporan adanya maladministrasi, Ombudsman memiliki tujuh
kewenangan :
(1) meminta keterangan secara lisan dan/atau tertulis dari Pelapor, Terlapor, atau pihak lain
yang terkait mengenai Laporan yang disampaikan kepada Ombudsman;
(2) memeriksa keputusan, surat-menyurat, atau dokumen lain yang ada pada Pelapor ataupun
Terlapor untuk mendapatkan kebenaran suatu Laporan;
(3) meminta klarifikasi dan/atau salinan atau fotokopi dokumen yang diperlukan dari instansi
mana pun untuk pemeriksaan Laporan dari instansi Terlapor;
(4) melakukan pemanggilan terhadap Pelapor, Terlapor, dan pihak lain yang terkait dengan
Laporan;
(5) menyelesaikan laporan melalui mediasi dan konsiliasi atas permintaan para pihak;
(6) membuat Rekomendasi mengenai penyelesaian Laporan, termasuk Rekomendasi untuk
membayar ganti rugi dan/atau rehabilitasi kepada pihak yang dirugikan;
(7) demi kepentingan umum mengumumkan hasil temuan, kesimpulan, dan Rekomendasi
(pasal 8).
Dalam melaksanakan kewenangan di atas, Ombudsman dilarang mencampuri
kebebasan hakim ketika memberikan putusan yang relevan dengan penyelenggaraan
pelayanan publik (pasal 9). Tetapi, Ombudsman memiliki hak imunitas sehingga tidak dapat
ditangkap, ditahan, diinterogasi, dituntut, atau digugat di muka pengadilan ketika menjalankan
kewenanganyang sudah diberikan oleh undang-undang (pasal 10).
IMPLEMENTASI KEWENANGAN OMBUDSMAN TERHADAP PELAYANAN PUBLIK DI
INDONESIA
Pada dasarnya mekanisme pengawasan Ombudsman adalah diawali dengan adanya laporan,
untuk selanjutnya ditindaklanjuti oleh Ombudsman. Jadi apabila tidak adanya laporan, maka
pengawasan Ombudsman bersifat pasif.
Berikut mekanisme penyampaian laporan kepada Ombudsman :
Dalam
memeriksa
mengutamakankewenangan
laporan
yang
bersifat
tersebut
Ombudsman
memaksa,
misalnya
tidak
pemanggilan,
hanya
namun
Ombudsman dituntut untuk mengutamakan pendekatan persuasif kepada para pihak agar
penyelenggara negara dan pemerintahan mempunyai kesadaran sendiri dapat menyelesaikan
laporan atas dugaan mal-administrasi dalam penyelenggaraan semua
laporan harus
persoalan yang tidak dapat terselesaikan secara internal di dalam instansi-instansi sendiri yang
menjadi kewenangan Ombudsman adalah sebagai berikut :
1. menunda pelayanan,
2. tidak sopan,
3. menyalahgunakan kekuasaan,
4. tidak adil,
5. minta imbalan, dan
6. di luar peraturan yang berlaku
DAFTAR PUSTAKA
Arinanto, Satya. 2003. Ombudsman dalam Perspektif Hukum Tata Negara, Beberapa Catatan
dalam
Eko
Prasetyo
dkk
(Penyunting),
2003.
Ombudsman
Daerah, Mendorong
dalam
S.F.
Marbun
dkk
(penyunting).
dan
Urgensi
Pembentukan
Ombudsman
Daerah diselenggarakan
oleh
KON