UNIVERSITAS INDONESIA
OLEH
PUTU AYU SANI UTAMI
0906594601
i
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
KATA PENGANTAR
2.
Dra. Junaiti Sahar, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D selaku Wakil Dekan Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia sekaligus sebagai pembimbing I
yang telah memberikan bimbingan, motivasi, inspirasi dan jalan keluar untuk
setiap proses dalam penulisan ini.
3.
4.
5.
Seluruh Tim Dosen Keperawatan Komunitas dan Staf Pasca Sarjana Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang telah membantu kelancaran
proses penulisan ini.
6.
Dinas Kesehatan Kota Depok yang telah memberikan ijin pelaksanaan praktik
residensi di wilayah Cisalak Pasar.
7.
Seluruh staf dan kader Posbindu di Kelurahan Cisalak Pasar yang telah
membantu dalam pelaksanaan praktik residensi.
8.
Suamiku, kedua orang tua tercinta dan adikku yang senantiasa memberikan
semangat, dukungan dan doa tiada henti.
v
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
9.
Rekan-rekan residen Sama Hati (Sani, Asti, Muin, Aspihan, Hasbi, Taufik
dan Erjin) spesialis keperawatan komunitas yang selalu kreatif dan
senantiasa saling membantu serta memotivasi dalam menyelesaikan praktik
residensi.
10. Seluruh pihak yang membantu kesuksesan dari penulisan ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata, semoga karya ilmiah akhir ini dapat bermanfaat dan mampu
menjadi inspirasi bagi pengembangan model-model intervensi keperawatan
komunitas dan mohon maaf atas segala kekurangan.
Penulis
vi
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
ABSTRAK
Nama
: Putu Ayu Sani Utami
Program Studi : Ners Spesialis Keperawatan Komunitas
Judul
: Kartu Pemantauan Mandiri (KPM) sebagai bentuk intervensi
keperawatan komunitas untuk pencegahan gangguan pergerakan
akibat asam urat pada lansia di Kelurahan Cisalak Pasar Depok
Kata Kunci :
asam urat, Kartu Pemantauan Mandiri (KPM), lansia, risiko gangguan pergerakan
viii
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
ABSTRACT
Name
: Putu Ayu Sani Utami
Study Program : Community Nursing Specialist
: Independent Monitoring Card (IMC) as a form of community
Title
nursing intervention for the prevention of movement disorders in
the elderly due to uric acid in Cisalak Pasar Village Depok
Key words :
elderly, Independent Monitoring Card (IMC), movement disorders, uric acid
ix
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
PERNYATAAN ORISINALITAS................................................. ......... ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN..........................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................
iv
KATA PENGANTAR.............................................................................. v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH...........
vii
ABSTRAK................................................................................................ viii
ABSTRACT.............................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................ x
DAFTAR TABEL .................................................................................... xii
DAFTAR SKEMA ................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................ 7
1.3 Manfaat Penulisan .............................................................................. 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lanjut Usia ..........................................................................................
2.2 Asam Urat pada Lansia .......................................................................
2.3 Manajemen Pelayanan Keperawatan ...................................................
2.4 Asuhan Keperawatan Keluarga........................................................
2.5 Asuhan Keperawatan Komunitas...........................................................
2.6 Arthritis Self-Management Program (ASMP) ......................................
2.6 Kartu Menuju Sehat (KMS) Lansia .....................................................
10
16
25
27
35
45
47
x
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
103
116
116
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
125
DAFTAR TABEL
Hal
1.
2.
xii
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
31
93
DAFTAR SKEMA
Hal
1.
2.
52
73
3.
86
4.
95
xiii
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
DAFTAR GAMBAR
1.
36
2.
37
3.
xiv
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
BAB 1
PENDAHULUAN
Usia harapan hidup yang semakin meningkat dari tahun ke tahun dapat
mencerminkan suatu keberhasilan dari pemerintah dalam meningkatkan status
kesehatan lansia, namun
berdampak
langsung
terhadap
perubahan
fisiologis
tubuh
yang
Universitas Indonesia
sebesar 7,5 % dari 199.999 juta penduduk (SDKI, 1995). Tahun 2010, proporsi
tersebut meningkat menjadi 9,77% dari jumlah penduduk dan proporsi tersebut
diperkirakan meningkat pada tahun 2020 menjadi 11,34% (BPS, 2009).
Populasi lansia yang terus meningkat dan adanya pengaruh dari penuaan dapat
memberikan dampak terhadap status kesehatan dan kesejahteraan lansia. Penuaan
atau proses menua adalah suatu proses menurunnya kemampuan jaringan pada
seluruh sistem organ untuk memperbaiki diri dalam mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya secara alamiah (Mauk, 2006). Miller (2012) menjelaskan
penuaan mengakibatkan terjadinya penumpukan hasil metabolik di dalam sel-sel
yang dapat mengganggu regulasi sistem tubuh, menurunkan kondisi anatomis sel,
dan merubah komposisi pembangunan sel-sel tubuh.
Perubahan ini terjadi pada semua organ manusia termasuk ginjal yang memegang
peranan penting dalam mengekskresikan zat-zat yang merugikan bagi tubuh
seperti urea, asam urat, amoniak, creatinin, garam anorganik, bakteri, obat-obatan
dan kelebihan gula dalam darah. Penurunan kemampuan ginjal dalam
mengekskresikan zat-zat ini dapat menimbulkan masalah kesehatan pada lansia
yaitu tingginya kadar asam urat dalam darah yang dapat mengakibatkan terjadinya
gangguan mobilitas lansia. Smeltzer dan Bare (2004) menjelaskan penyakitpenyakit yang muncul pada lansia secara umum disebabkan oleh penurunan
fungsi organ dan dampak dari perilaku gaya hidup tidak sehat yang dilakukan oleh
lansia sejak usia muda.
Gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, mengkonsumsi makanan tinggi
purin, kurang berolahraga, kurang mengkonsumsi cairan dan istirahat yang tidak
cukup merupakan faktor risiko utama yang dapat menyebabkan masalah asam urat
(Aminah, 2012). Pembentukan asam urat yang berlebihan atau ekskresi asam urat
yang berkurang akan menimbun kadar asam urat dalam darah dan tertimbun
dalam persendian
dan
jaringan sekitarnya
dalam bentuk
kristal-kristal
Universitas Indonesia
Hasil studi tentang kesehatan lansia yang dilaksanakan oleh Komnas lansia di 10
propinsi pada tahun 2006, didapatkan hasil bahwa tiga besar penyakit yang
dialami lansia adalah penyakit sendi (52,3%), hipertensi (38,8%) dan anemia
(30,7%). Sulianti (2010) menjelaskan masalah yang dapat terjadi pada lansia
antara lain gangguan sendi (55%), keseimbangan berdiri (50%), fungsi kognitif
pada susunan saraf pusat (45%), penglihatan (35%), pendengaran (35%), kelainan
jantung (20%), sesak napas (20%), serta gangguan miksi/ngompol (10%). Data
sekunder dari laporan hasil kegiatan program kesehatan lansia tahun 2010-2012
Dinas Kesehatan Kota Depok menyebutkan bahwa gout arthritis (penyakit asam
urat) termasuk penyakit terbanyak dari 10 besar penyakit yang terjadi pada lansia
di Kota Depok. Data dari Puskesmas Cimanggis tahun 2012 didapatkan bahwa
16,95% lansia mengalami penyakit asam urat.
Tingginya permasalahan kesehatan terkait asam urat yang terjadi pada lansia perlu
mendapatkan perhatian dari masyarakat baik yang terjadi pada lansia pria maupun
wanita. Singh, Khan dan Mittal (2013 ) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa
antara lansia pria maupun wanita memiliki risiko untuk mengalami masalah asam
urat, hanya saja prevalensi masalah asam urat yang terjadi pada lansia wanita
(22.86%) lebih tinggi dari pada pria (18.98%). Pernyataan ini juga diperkuat oleh
Povoroznyuk dan Dubetska (2012) bahwa prevalensi wanita(34%) mengalami
masalah asam urat lebih tinggi dari pria (32%). Wanita lebih banyak mengalami
Universitas Indonesia
masalah asam urat diusia lanjut disebabkan karena adanya pengaruh menopause,
dimana pada masa ini terjadi penurunan hormon estrogen yang mempunyai
peranan dalam membantu pengeluaran kadar asam urat melalui urine (Smeltzer &
Bare, 2004).
Proses penurunan fungsi organ secara fisiologis dan terjadinya gangguan aktivitas
pada lansia akibat asam urat akan dapat menimbulkan ketergantungan terhadap
anggota keluarga lansia untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Selama ini, upaya
yang dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah asam urat pada lansia
adalah terapi farmakologis dan biasanya lansia baru mencari pertolongan medis
ketika sudah mengalami keluhan yang sudah berat. Terapi farmakologis yang
diperoleh tentu saja hanya mengurangi gejala bukan mengatasi penyebab sehingga
sifat gejalanya menjadi berulang. Tabloski (2006) menjelaskan penatalaksanaan
masalah peningkatan kadar asam urat dalam darah (hyperuricemia) selain
menggunakan terapi farmakologis dengan obat dapat juga dilakukan dengan terapi
nonfarmakologis yaitu dengan cara mengendalikan faktor risiko terjadinya
masalah asam urat.
Mahan dan Escott-Stump (2000) menjelaskan upaya yang dapat dilakukan untuk
mengendalikan terjadinya peningkatan kadar asam urat dalam darah adalah
membatasi makanan tinggi purin, berolahraga teratur, menjaga berat badan ideal,
istirahat yang cukup dan minum air putih minimal 10 gelas (2,5 liter) perhari. Dari
hasil pengkajian terhadap 87 orang responden lansia dengan masalah asam urat di
wilayah Kelurahan Cisalak Pasar tahun 2012, diperoleh bahwa 35% lansia belum
memiliki pengetahuan tentang masalah asam urat dan pengelolaannya, 46% lansia
belum memiliki sikap yang baik terhadap pengelolaan asam urat,dan 48,3% lansia
belum memiliki keterampilan yang dalam mengatasi asam urat. Angka ini
mengindikasikan bahwa belum semua lansia memahami tentang pengendalian
masalah asam urat dan juga belum sadar akan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh
masalah asam urat. Padahal apabila masalah asam urat ini tidak ditangani secara
serius dapat mengakibatkan komplikasi yang lebih fatal yaitu kerusakan ginjal dan
kematian (Smeltzer & Bare, 2004). Oleh karena itu, agar tidak terjadi komplikasi
Universitas Indonesia
Pengendalian faktor risiko peningkatan kadar asam urat akan dapat mencapai
keberhasilan yang optimal apabila lansia mampu secara mandiri mengelola
kesehatannya.Ghoer (2012) menjelaskan mandiri berarti mampu merawat diri
sendiri dan melakukan aktivitas sehari-hari. Penelitian yang dilakukan oleh
Aydn, et al (2005) menjelaskan bahwa pemantauan mandiri yang dilakukan
secara aktif selama 3 bulan terhadap kadar gula darah penderita DM Tipe 2
mampu menurunkan kadar gula dalam darah. Maayah, et al (2012) juga
menjelaskan bahwa pemantauan kesehatan secara mandiri yang dilakukan oleh
lansia selama 6 minggu mampu menurunkan intensitas nyeri akibat osteoartritis.
Melihat hasil dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pemantauan
kesehatan yang dilakukan secara mandiri oleh lansia mampu menurunkan derajat
kesakitan yang dialaminya. Upaya pemantauan kesehatan secara mandiri yang
dilakukan oleh lansia tersebut merupakan wujud kesadaran terhadap perubahan
perilaku kearah yang baik dalam mengelola kesehatannya. Green (2006)
menjelaskan perubahan perilaku yang didasari oleh keinginan pribadi memiliki
dampak yang lebih besar daripada perubahan perilaku yang didorong oleh orang
lain.
Universitas Indonesia
program keluaran pemerintah adalah Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia. Kartu ini
berisi tentang catatan penilaian kesehatan lansia secara umum yang dipantau
secara terus menerus setiap 1 bulan sekali pada pertemuan Posbindu (Maryam,
dkk, 2010). Oleh karena itu penulis melakukan suatu pengembangan model
pemantauan kesehatan pada lansia dengan memodifikasi program ASMP dan
KMS Lansia menjadi sebuah kartu pemantauan mandiri kesehatan lansia khusus
asam urat yang disebut KPM yang dikelola oleh kader melalui suatu kegiatan
kelompok pendukung. KPM ini berisi beberapa komponen pemantauan kesehatan
terkait masalah asam urat dan pengelolaannya.
Universitas Indonesia
manajemen pelayanan dan asuhan keperawatan pada lansia dengan asam urat di
Kelurahan Cisalak Pasar, kemudian diukur efektifitasnya melalui pengukuran
intensitas dan frekuensi nyeri pada persendian, pengukuran kadar asam urat darah
tiap bulan, pengukuran tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap lansia
terhadap pengelolan masalah asam urat, pengukuran tingkat pengetahuan,
keterampilan dan sikap keluarga terhadap pengelolan masalah asam urat pada
lansia dan pengukuran tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap kader
terhadap pengelolan masalah asam urat.
1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang pelaksanaan model intervensi kartu
pemantauan mandiri lansia asam urat (KPM) dalam manajemen pelayanan
dan asuhan keperawatan pada agregat lansia untuk pencegahan gangguan
pergerakan akibat asam urat di Kelurahan Cisalak pasar, Kecamatan
Cimanggis, Kota Depok
Universitas Indonesia
memberikan
mengembangkan
masukan
kebijakan
bagi
program
Dinas
Kesehatan
pelayanan
kesehatan
dalam
dan
kemampuan
kader
sebagai
penggerak
kesehatan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan menguraikan teori, model dan hasil penelitian yang menjadi rujukan
dalam melakukan asuhan keperawatan komunitas pada aggregat lansia dengan
risiko gangguan pergerakan akibat asam urat meliputi lansia sebagai kelompok
rentan dan konsep lansia, asam urat, teori dan model yang mendasar praktik
keperawatan komunitas pada agregat lansia, Model Program ASMP dan KMS
lansia.
2.1
10
Universitas Indonesia
11
mencapai masa tua lansia yang sehat, sejahtera, produktif dan berdaya guna sesuai
dengan kemampuannya (Smith & Maurer, 2000; Stanley, 2006; Allender, 2010).
seperti
sistem
sensori
dan
persepsi,
sistem
integumen,
sistem
Penurunan sumber ekonomi pada masa lansia erat hubungannya dengan masa
pensiun. Pensiun merupakan suatu masa seseorang berhenti dari pekerjaannya
karena faktor usia dan penurunan kemampuan fisik (Utami, Sahar & Widyatuti,
2011). Potter dan Perry (2004) menjelaskan usia wajib pensiun bervariasi,
misalnya bagi Pegawai Negeri Sipil adalah 65 tahun, pegawai swasta mulai dari
55 tahun. Gallo (1998) dalam Azizah (2011) menjelaskan bahwa masalah-masalah
seputar pensiun berkaitan erat dengan masalah keuangan. Darmojo dan Martono
(2004) menambahkan secara umum pemasukan uang pada seseorang yang
pensiun akan menurun kecuali pada orang yang sangat kaya dengan tabungan
yang berlimpah. Stanhope dan Lancaster (2004) menjelaskan berkurangnya
pendapatan pada lansia seringkali berpengaruh terhadap kemampuan untuk
memperoleh pelayanan kesehatan.
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
12
Status kesehatan lansia dipengaruhi juga oleh jenis kelamin dan gaya hidup. Jenis
kelamin wanita lebih rentan terkena penyakit daripada pria karena pada wanita
sering terjadi perubahan hormonal karena pengaruh hormon estrogen dan
progesteron. Sementara itu, gaya hidup adalah kebiasaan sehari-hari yang sudah
melekat dalam perilaku dan
(Stanhope dan Lancaster, 2004; McMurray, 2003; Hutapea, 2005). Miller (2012)
menjelaskan bahwa gaya hidup berhubungan dengan perilaku. Gaya hidup yang
dimaksud meliputi nilai, perilaku kesehatan, diit, aktivitas atau latihan fisik, pola
tidur, penggunaan obat, merokok, alkohol, sosialisasi dan koping dan stress yang
berhubungan dengan masa tua. Gaya hidup yang positif dapat meningkatkan
kondisi fisik (Mauk, 2010; Stanhope dan
Kombinasi dari rendahnya sumber daya yang dimiliki akibat penurunan sumber
ekonomi, penurunan kesehatan akibat penurunan fungsi fisik dan daya tahan
tubuh, dan keterpaparan terhadap faktor risiko dari suatu masalah kesehatan
merupakan kondisi kerentanan yang dapat terjadi pada lansia. Interaksi antara
keterbatasan fisik akibat penuaan, lingkungan, kemampuan manajemen kesehatan
diri, dan adanya pengaruh genetik meningkatkan kemungkinan lansia untuk
mengalami masalah kesehatan yang lebih berat. Kemampuan manajemen
kesehatan diri yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki
merupakan sumber kekuatan terbesar lansia untuk dapat hidup secara produksif
dan bahagia (Stanhope & Lancaster, 2004; McMurray,2003).
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
13
ditandai dengan adanya kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap.
Stanley dan Beare (2006) menjelaskan lansia merupakan individu yang telah
mengalami penuaan dengan karakteristik fisik rambut beruban, kulit keriput dan
hilangnya gigi. Kriteria lansia merupakan gabungan dari usia kronologis,
perubahan peran sosial diikuti dengan perubahan status fungsional.
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
14
Perubahan Fisiologis
Masalah kesehatan yang banyak dikeluhkan lansia salah satunya terkait sistem
muskuloskletal (Hutapea, 2005). WHO (1990) dalam Aziza (2011) menjelaskan
proyek penelitian komunitas yang dilakukan terhadap lansia di Jawa Tengah
menyebutkan penyakit paling banyak yang dialami lansia adalah artritis atau
penyakit sendi sebesar 49% dimana lansia perempuan lebih banyak yang
mengalami masalah tersebut dari pada lansia laki-laki. Darmojo dan Martono
(2004) juga menjelaskan distribusi penyakit berdasarkan pemberitahuan dokter
dan petugas kesehatan tahun 1998 menunjukkan penyakit sendi merupakan
penyakit yang paling banyak dikeluhkan dengan persentase (35,3%). Reuben
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
15
(1996) dalam Aziza (2011) menambahkan bahwa masalah fisik yang paling sering
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari pada lansia adalah jatuh. Jatuh berkaitan
erat dengan kemampuan sistem muskuloskletal akibat proses menua yang
fisiologis dimana terjadi kekakuan jaringan penghubung, berkurangnya massa otot
dan perlambatan konduksi saraf.
b.
Perubahan Psikososial
Aziza (2011) menjelaskan tipe kepribadian pada lansia dibedakan menjadi 5 tipe
yaitu tipe kepribadian konstruktif, mandiri, tergantung, bermusuhan, defensive
dan kritik diri. Tipe kepribadian lansia yang mandiri dan konstruktif merupakan
tipe kepribadian lansia yang berdaya guna dan dapat dijadikan panutan oleh
masyarakat. Kepribadian merupakan gabungan dari motivasi dan intelegensi yang
dimiliki setiap individu yang menunjang konsep diri yang dimiliki. Konsep diri
yang positif memudahkan lansia berinteraksi dengan lingkungan dan nilai-nilai
yang terkandung didalamnya sehingga menjadikan lansia lebih mampu
memandang kehidupannya dalam hal yang positif. Kemampuan memandang
kehidupan secara positif berdampak terhadap kemauan untuk memelihara
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
16
kesehatan dan melakukan perilaku kesehatan yang baik (Maryam, dkk, 2008;
Mubarak, 2009; Mauk, 2006; Meiner & Lueckenotte, 2006).
2.2
2.2.1
Asam urat adalah hasil akhir dari katabolisme suatu zat purin. Zat purin adalah zat
alami yang merupakan salah satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA dan
RNA yang berasal dari hasil produksi tubuh sendiri dan dari makanan (Sutanto,
2013). Penyakit asam urat (Gout Arthritis) adalah serangan radang persendian
yang berulang yang disebabkan oleh penimbunan kristal asam urat di dalam
persendian (Smeltzer & Bare, 2002). Asam urat adalah sisa metabolik berupa
kristal purin yang secara alamiah berada dalam darah, kadar asam urat normal
dalam darah pria dewasa adalah 3,5-7,2 mg/dl dan pada wanita 2,6-6,0 mg/dl
(Aminah, 2013).
2.2.2
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
17
fungsi ginjal terganggu adalah dehidrasi dan kelainan struktur ginjal yang bersifat
genetis.
2.2.2.2 Mengkonsumsi alkohol
Konsumsi alkohol dapat memicu pengeluaran cairan tubuh dan enzim
xantine oksidase didalam liver untuk memecah protein sehingga menghasilkan
asam urat yang lebih banyak. Selain itu alkohol sendiri mengandung kadar purin
yang tinggi akibat dari hasil fermentasi.
2.2.2.3 Menderita penyakit yang dapat mengganggu fungsi ginjal
Penyakit yang dapat mengganggu fungsi ginjal seperti hipertensi dan
Diabetes Mellitus.Tekanan yang tinggi akibat hipertensi dapat menyebabkan
struktur mikroskopis ginjal rusak dan daya saring terhadap asam urat menurun.
Sedangkan pada kasus Diabetes Mellitus, kadar glukosa dalam darah yang tinggi
menyebabkan ekskresi asam urat tidak lancar karena darah yang terlalu pekat
sehingga aliran darah tidak lancar. Selain itu, glukosa yang tinggi dalam darah
juga dapat meningkatkan jumlah radikal bebas yang menghasilkan purin berlebih
dalam tubuh.
2.2.2.4 Usia
Usia 0-25 tahun adalah masa berkembang dan meningkatnya daya tahan
tubuh manusia. Melewati usia 25 tahun maka kebugaran manusia akan menurun
setiap tahunnya sebesar 1% sehingga dalam kondisi normal tanpa melakukan
usaha menjaga kebugaran seiring dengan pertambahan usia maka akan menambah
risiko seseorang terkena penyakit salah satunya asam urat
2.2.2.5 Jenis Kelamin
Laki-laki memiliki risiko lebih besar mengalami masalah asam urat
daripada wanita karena wanita memiliki hormon estrogen dalam tubuhnya yang
dapat menurunkan risiko penumpukan asam urat. Sedangkan hormon androgen
pada pria dapat meningkatkan penumpukan asam urat.
2.2.2.6 Genetik
Faktor genetis pada penderita asam urat berawal dari gangguan pada
metabolisme purin sehingga menyebabkan asam urat dalam darah berlebih.
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
18
2.2.2.7 Kekurangan
enzim
HGPRT
(Hypovantin
Guanyl
Phosporilbosyl
transferase)
Enzim HGPRT adalah enzim yang berperan dalam membentuk purin
menjadi protein. Jika kekurangan enzim ini, maka enzim vantin oxidase sebagai
pembentuk purin menjadi asam urat mengambilalih peranan sehingga
dapatmenyebabkan hiperurisemia.
2.2.2.8 Obesitas
Obesitas adalah berlebihnya cadangan lemak dalam tubuh. Lemak tubuh
terdiri dari trigliserida dan kolesterol. Kelebihan trigliserida dapat menyebabkan
penumpukan lemak pada organ jantung, hati, dan pembuluh darah sehingga dapat
mengganggu metabolisme dalam tubuh termasuk metabolisme purin.
2.2.2.9 Aktivitas tubuh yang berat
Aktivitas yang berat mengakibatkan kadar asam urat pada sendi
meningkat. Asam urat dapat masuk ke ruang antar sendi melalui rembesan plasma
darah dan daya rembes tersebut dipengaruhi oleh gaya tekan tubuh. Semakin berat
aktivitas, semakin tinggi tumpukan asam urat dalam sendi
2.2.2.10 Perokok aktif dan pasif
Rokok mengandung bahan-bahan kimia yang dapat menyebabkan
penyempitan pembuluh darah sehingga peredaran darah terganggu yang berakibat
pada terhambatnya peredaran asam urat dalam tubuh.
2.2.2.11 Gaya hidup yang salah
Makanan dan aktivitas berkontribusi terhadap kesehatan tubuh.
Menurunnya ketahanan tubuh meningkatkan risiko terkena penyakit termasuk
asam urat.
2.2.3
Tanda dan gejala asam urat menurut menurut Smeltzer & Bare (2004) dan
Sutanto (2013), antara lain:
a.
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
19
b.
c.
d.
e.
f.
Serangan pertama hanya terjadi pada satu sendi dan berlangsung selama
beberapa hari serta bisa sembuh sendiri tanpa diobati.
g.
h.
Jika bagian yang sakit diurut atau dipijat, akan memperparah rasa sakit.
i.
j.
Pada pemeriksaan asam urat,hasilnya meningkat (pria > 7,2 mg/dl dan
wanita > 6 mg/dl)
2.2.4
Patofisiologi
Zat kristal asam urat akan menumpuk pada sendi-sendi tulang yang
mengakibatkan peradangan, nyeri, dan kerusakan sendi. Nyeri akut, kemerahan,
dan pembengkakan pada sendi metatarsophalangeal mata kaki sebagai tanda awal
dari Gout Athritis. Pada kelanjutannnya, keluhan nyeri akan dirasakan pada sendisendi lain tubuh seperti lutut (Tabloski, 2006). Tingkat atau derajat dari penyakit
asam urat menurut CDC (2012) sebagai berikut:
a.
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
20
b.
Acute Flares
Derajat kedua terjadi penumpukan kristal zat asam urat di sendi-sendi yang
telah menyebabkan peradangan. Fase akut ini telah muncul gejala yang
berupa nyeri, kemerahan, pembengkakan dan terasa panas pada sendi tersebut
selama beberapa hari sampai minggu. Nyeri yang dirasakan dalam skala
ringan sampai berat. Serangan nyeri awalnnya muncul pada bagian
ekstremitas bawah.
c.
Intercritical segments
Derajat ketiga terjadi setelah fase Acute Flaresi. Setelah mengalami masa
gout interkritikal selama bertahun-tahun tanpa gejala, penderita akan
memasuki tahap ini dengan tanda memiliki hiperuremia dengan deposisi
kristal asam urat yang telah merusak sendi.
d.
Chronic gout
Derajat keempat ditandai dengan adanya nyeri sendi yang sering terulang.
Kristal-kristal asam urat akan tersimpan pada jaringan-jaringan lunak seperti
siku, telinga, dan sendi jari distal. Tahap ini terjadi bila penderita telah
menderita sakit selama 10 tahun atau lebih. Pada tahap ini terjadi benjolanbenjolan di sekitar sendi yang sering meradang yang disebut sebagai tofus.
Tofus memrupakan benjolan keras yang berisi serbuk seperti kapur yang
merupakan deposit dari kristal monosodium urat. Tofus ini akan
mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang di sekitarnya. Tofus pada
kaki bila ukurannya besardan banyak akan mengakibatkan penderita tidak
dapat menggunakan sepatu lagi.
Pengobatan pada asam urat bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri yang
muncul pada fase Acute Flares. Terapi obat yang digunakan pada saat ini
adalah steroid, obat golongan NSAID (Non Steroid Anti Inflamasi Drugs),
dan colchicine. Obat yang saat ini sering digunakan untuk menurunkan kadar
asam urat adalah allopurinol.
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
21
2.2.5
Aminah (2012) menjelaskan bahwa diagnosis asam urat dapat dilakukan dengan
mengenali gejala-gejala asam urat dan melakukan pemeriksaan seperti
pemeriksaan fisik, pemeriksaan kadar asam urat tubuh, pemeriksaan laboratorium
untuk diagnosis pasti dan pemeriksaan dengan foto Sinar X.
2.2.6
Smeltzer dan Bare (2004) menjelaskan bahwa kadar asam urat dalam darah
terbagi berdasarkan jenis kelamin. Kadar asam urat normal pada pria adalah 3,57,2 mg/dl. Sedangkan kadar asam urat normal pada wanita adalah 2,6-6 mg/dl.
Penigkatan kadar asam urat dalam darah dapat meningkatkan terjadinya penyakit
asam urat sampai terjadinya gout artritis.
2.2.7
Serangan asam urat bersifat mendadak dan tahap awal biasanya serangan tersebut
ke astu arah sendi dan dapat berlangsung beberapa hari. Sendi-sendi dan organ
tubuh yang dapat terserang asam urat menurut Aminah (2013) antara lain:
a. Ujung jari kaki dan tangan
Kristal asam urat paling sering meresap ke dalam sendi ujung jari baik kaki
maupun tangan karena kedua sendi tersebut memiliki suhu dingin tertinggi
dalam tubuh sehingga memudahkan kristal asam urat untuk mengendap.
b. Jempol atau ibu jari
Ibu jari terutama kaki merupakan tempat pertama yang sering terjadi pada
penderita asam urat dimana kasus kejadiannya sebesar 75%. Asam urat yang
tertimbun di ibu jari ini berupa benjolan besar dan bengkak yang terasa
hangat bila diraba.
c. Sendi lutut dan pergelangan kaki
Penumpukan asam urat pada sendi lutut disebabkan karena lutut merupakan
tempat tumpuan hampir sebagian besar aktivitas tubuh. Semakin sering sendi
digunakan untuk kerja, semakin mudah asam urat merembes melalui plasma
darah.
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
22
d. Daun telinga
Tofus atau benjolan putih dapat menyerang telinga. Tofus merupakan
endapan kristal asam berbentuk seperti bisul.
e. Ginjal
Penyakit batu ginjal merupakan penyakit akibat endapan asam urat sudah
terlalu banyak menumpuk di sekitar ginjal. Pemeriksaan penyakit ini
dilakukan dengan urine tampung 24 jam untuk mengetahui hipereksresi atau
hipoekskresi asam urat.
f. Jantung
Asam urat yang mengandap disekitar jantung dapat menimbulkan penyakit
jantung.
2.2.8
Smeltzer dan Bare (2004) menjelaskan apabila masalah asam urat tidak ditangani
maka akan dapat menyebabkan
b.
2.2.9
a.
b.
c.
d.
e.
Banyak minum air putih (minum minimal sebanyak 2,5 liter atau 10 gelas
sehari.
f.
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
23
g.
Menkonsumsi vitamin seperti Vitamin C, A, B3, B6, B5, B9, B12, E, dan
C
Golongan B
Kadar purin sedang
9-100 mg purin/100 gr bahan
makanan (Dapat dikonsumsi
sekali-kali)
Dibatasi maksimal 50-75
gram (1-1 potong) atau 1
mangkuk (100 g) sayuran
sehari.
a) Ikan air tawar
b) Daging sapi, ayam, udang.
c) Kacang kering dan hasil
olah seperti tahu, tempe,
dan oncom.
d) Sayuran (misalnya
kembang kol, bayam,
jamur, kangkung, daun
singkong, daun pepaya,
kacang polong, dan buncis)
e) buah nanas
Golongan C
Kadar purin rendah
0-50 mg/100 gr
makanan
(Bebas dikonsumsi)
Nasi, ubi, singkong,
roti, beras,makaroni,
keju, telur, jagung, kue
kering, mie/bihun,
produk susu, gula,
tomat, Sayuran dan
buah-buahan selain
dalam golongan A dan
B
Dikutip dari Harris, M; Siegel, L; Alloway, J. 1999. Gout and Hyperuricemia. American Academy
of Family Physicians
Jenis makanan yang dapat dikonsumsi oleh penderita asam urat adalah makanan
golongan C asalkan tidak memiliki penyakit lainnya seperti diabetes mellitus,
obesitas, maupun stroke (Tabloski, 2006).
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
24
2.2.12 Obat Tradisional untuk mencegah penyakit asam urat menurut Ley (2007)
dan Sutanto (2013)
a.
b.
1 ibu jari kayu manis, 5 butir cengkeh, 5 butir kapulaga, 200 gram ubi jalar
merah, 15 gram jahe merah, dan air 1500 cc direbus hingga air tersisa 500 cc.
Angkat dan saring.
c.
Belah 1 buah pare mentah segar, buang bijinya. Setelah itu, cuci bersih dan
potong-potong, lalu rebus dengan 2 gelas air bersih hingga tersisa 1 gelas.
Dinginkan lalu saring. Pemakaian : minum sekaligus, satu kali sehari.
d.
300 gr sirsak, buang bijinya. Blender sirsak, tuangkan ke dalam gelas. Minum
setiap hari 1 gelas.
e.
f.
g.
Buah
mengandung
banyak
air
sangat
penting
seperti
semangka,
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
25
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
26
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
27
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
28
1) keluarga dipandang
yang
menurun,
mempertahankan
hubungan
perkawinan,
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
29
Pengkajian
2.4.2
Diagnosis keperawatan
lisensi
untuk
menanganinya
berdasarkan
pendidikan
dan
Pada tingkat keluarga, diagnosa keperawatan dapat ditegakkan bertolak dari salah
satu teori keperawatan atau teori keluarga atau menggunakan diagnosa NANDA.
NANDA (2001) mendefinisikan diagnosa keperawatan sebagai keputusan klinik
tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan/
proses kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan memberikan
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
30
dasar dalam pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang menjadi
akuntabilitas perawat.
2.4.3 Perencanaan
Perencanaan adalah semua tindakan yang dipertimbangkan secara mendalam oleh
perawat untuk membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini ke status
kesehatan yang diuraikan dalam hasil yang diharapkan (Gordon, 1994). Friedman
(2003) menyebutkan bahwa perencanaan merupakan tahap yang sistematis dari
proses keperawatan meliputi kegiatan pembuatan keputusan dan pemecahan
masalah. Perencanaan keperawatan dinetapkan perawat berdasarkan hasil
pengumpulan data dan rumusan diagnosa keperawatan yang merupakan petunjuk
dalam membuat tujuan dan asuhan keperawatan untuk mencegah, menurunkan,
atau mengeliminasi masalah kesehatan klien.
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
31
Kriteria
I
Tingkat Kemandirian
II
III
IV
1
2
2.4.4
Implementasi
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
32
hasil pada klien. Intervensi keperawatan meliputi perawatan langsung dan tidak
langsung yang ditujukan pada individu, keluarga dan komunitas.
Intervensi yang diberikan oleh perawat ketika bekerja dengan keluarga, diarahkan
untuk membantu anggota keluarga merubah perilaku mereka, dengan tujuan
akhirnya untuk memperkokoh fungsi keluarga atau tingkat kesejahteraan yang
tinggi. Konsep yang dapat membantu perawat dalam bekerjasama dengan
keluarga yang bermasalah, antara lain perubahan tergantung pada konteks,
perubahan tergantung pada persepsi dari klien terhadap masalah, perubahan
tergantung pada tujuan- tujuan yang realistis, pemahaman itu sendiri tidak
menyebabkan perubahan, perubahan tidak perlu terjadi secara merata pada seluruh
anggota keluarga, perubahan dapat saja memiliki banyak sekali penyebab seperti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Wright dan Leahey (2000) menyarankan bahwa selain untuk perawatan promotif
dan preventif, intervensi keperawatan keluarga diperlukan jika ; (1) anggota
keluarga mengalami suatu penyakit yang menimbulkan gangguan yang nyata
terhadap anggota keluarga lain; (2) anggota keluarga menyebabkan masalah atau
gejala individu; (3) perbaikan pada satu anggota keluarga menimbulkan gejala
atau gangguan pada anggota keluarga yang lain; (4) anggota keluarga untuk
pertama kalinya didiagnosis menderita penyakit; (5) kondisi anggota keluarga
terganggu secara nyata; (6) anggota keluarga yang mengalami penyakit kronik
pindah dari rumah sakit atau pusat rehabilitasi ke komunitas; dan (7) pasien yang
mengalami penyakit kronik meninggal dunia.
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
33
tambahan peran, strategi pengajaran dan klasifikasi nilai (Wright & Leahey,
2000).
Freeman
(1970)
dalam
Friedman
(2003)
mengklasifikasikan
intervensi
b.
Afektif, yaitu tindakan perawatan diarahkan kepada aspek aspek aktif fungsi
keluarga dan merupakan tindakan yang dirancang untuk mengubah emosi
anggota keluarga sehingga mereka dapat memecahkan masalah secara lebih
efektif.
c.
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
34
kesehatannya juga merupakan suatu masalah. Pada situasi ini, perawat harus
memeriksa tenyang apa yang sedang terjadi di keluarga dan perawat memiliki
keingintahuan yang besar tentang akar permasalahn sehingga akhirnya
masalah keluara dapat diidentifikasi dan diatasi.
b.
2.4.5
Evaluasi
seringkali
mengintervensi
proses
tersebut
sehingga
dapat
Proses evaluasi didasari atas seberapa efektifnya intervensi yang diterapkan oleh
perawat keluarga. Keberhasilan suatu intervensi ditentukan dengan melihat hasil
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
35
Pengkajian
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
36
diagnosa,
menyusun
perencanaan,
malakukan
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
37
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
38
Model Pengkajian menurut Community Health Nursing terdiri dari 3 (tiga) bagian
yaitu inti komunitas (the community core), subsistem komunitas (the community
subsystems) dan persepsi
mengkaji berbagai jenis komunitas dengan luas wilayah, lokasi, sumber sumber
yang dimiliki atau karakteristik populasi tertentu. Inti Komunitas terdiri dari
pengkajian sejarah (history), data demografi (demographic), suku dan kebudayaan
(ethnicity) serta nilai dan keyakinan (values and beliefs). Sub-sub sistem
komunitas meliputi lingkungan fisik, pendidikan, keamanan dan transportasi,
politik dan pemerintahan, pelayanan sosial dan pelayanan kesehatan, komunikasi,
ekonomi dan rekreasi. Pengkajian persepsi terdiri dari persepsi masyarakat dan
persepsi perawat (Anderson & McFarlane, 2004). Data yang didapatkan dalam
pengkajian ini dapat berupa data primer melalui observasi maupun dari data
sekunder.
komunitas.
Diagnosa
keperawatan
komunitas
merupakan
perpanjangan dari diagnosis kepada subsistem dari komunitas itu sendiri dan
merupakan hasil dari pengkajian keperawatan. Diagnosa keperawatan komunitas
termasuk masalah kesehatan aktual dan potensial dengan perawat komunitas yang
memiliki kemampuan dan mendapatkan lisensi untuk menanganinya berdasarkan
pendidikan dan pengalamannya (Gordon, 1994). Diagnosa tersebut digunakan
sebagai dasar proyeksi hasil, intervensi perencanaan dan evaluasi hasil yang
dicapai.
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
39
2.5.3 Perencanaan
Perencanaan adalah semua tindakan yang dipertimbangkan secara mendalam oleh
perawat untuk membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini ke status
kesehatan yang diuraikan dalam hasil yang diharapkan (Gordon, 1994). Ervin
(2002) menyebutkan bahwa perencanaan merupakan tahap yang sistematis dari
proses keperawatan yang berguna untuk mengidentifikasi rencana intervensi yang
harus dilakukan. Perencanaan keperawatan ditetapkan perawat berdasarkan hasil
pengumpulan data dan rumusan diagnosa keperawatan yang merupakan petunjuk
dalam membuat tujuan dan asuhan keperawatan untuk mencegah, menurunkan,
atau mengeliminasi masalah kesehatan komunitas. Dalam merencanakan tindakan
yang dilakukan dalam mengatasi permasalahan kesehatan yang ada di dalam
komunitas, perawat bersama sama dengan kader wakil dari masyarakat menyusun
rencana perawatan yang disepakati.
Perencanaan yang detail dari aktivitas program kedalam berbagai kegiatan sangat
penting untuk pelaksanaan program dan pencapaian tujuan. Berikut ini adalah
gambaran alur proses perencanaan.
Gambar 2.3. Dasar penyusunan rencana program
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
40
Tujuan jangka pendek yang sifatnya dapat diukur, langsung dan spesifik.
Tujuan-tujuan jangka pendek penting untuk memotivasi dan memberikan
kepercayaan kepada keluarga dan individu individu bahwa kemajuan sedang
dalam proses, dan membimbing keluarga kearah tujuan yang lebiih
komprehensif.
b.
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
41
adalah
(1)
kemitraan
(partnership),
(2)
pemberdayaan
2.5.4 Implementasi
Implementasi keperawatan dilakukan setelah proses pengkajian, diagnosis
keperawatan, dan perencanaan yang meliputi perumusan tujuan, identifikasi
strategi intervensi dan sumber. Menurut ANA (1995) intervensi keperawatan
adalah tindakan yang dilakukan perawat untuk pasien, keluarga dan komunitas
dengan tujuan membantu pasien, keluarga dan komunitas meningkatkan,
mengoreksi atau menyesuaikan kondisi fisik, emosional, psikososial, spiritual,
budaya dan lingkungan sebagai alasan mereka mencari bantuan. Bulechek dan
McCloskey (2000) mendefinisikan intervensi keperawatan adalah setiap tindakan
yang dilakukan oleh perawat berdasarkan keputusan klinis untuk meningkatkan
kriteria hasil pada klien. Intervensi keperawatan meliputi perawatan langsung dan
tidak langsung yang ditujukan pada individu, keluarga dan komunitas. Anderson
dan McFarlane (2007) menjelaskan implementasi adalah fase tindakan dari proses
keperawatan yang terkait dengan pelaksanaan rencana berfokus komunitas.
Implementasi berguna untuk mencapai tujuan dan objektif, tetapi yang penting
adalah implementasi intervensi keperawatan berfungsi untuk meningkatkan,
memelihara atau memulihkan kesehatan, mencegah penyakit dan memfasilitasi
rehabilitasi.
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
42
sendiri tidak menyebabkan perubahan, perubahan tidak perlu terjadi secara merata
pada seluruh anggota keluarga, perubahan dapat saja memiliki banyak sekali
penyebab seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Selain untuk perawatan promotif dan preventif, Wright dan Leahey (2000)
menyarankan bahwa intervensi keperawatan diperlukan jika :
a.
b.
individu masyarakat
c.
d.
e.
f.
Agregat lansia yang mengalami penyakit kronik pindah dari rumah sakit atau
pusat rehabilitasi ke komunitas
pemberdayaan,
modifikasi
lingkungan,
modifikasi
gaya
hidup,
2.5.5 Evaluasi
Komponen kelima proses keperawatan adalah evaluasi yang merupakan kegiatan
bersama antara perawat dan komunitas khususnya agregat lansia. Evaluasi
didasarkan pada keefektifan intervensi yang dilakukan perawat maupun lansia
dalam menyelesaikan masalah kesehatan. Keberhasilan ini dikaitkan dengan
respon yang dihasilkan oleh agregat lansia terhadap masalah kesehatannya.
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
43
Evaluasi dengan pendekatan terpusat pada klien sering menimbulkan kesulitankesulitan dalam penentuan kriteria objektif untuk hasil yang diharapkan karena
faktor-faktor diluar intervensi yang direncanakan seringkali mengintervensi
proses tersebut sehingga dapat mempengaruhi respon agregat lansia.
Anderson dan McFarlane (2007) menjelaskan evaluasi adalah suatu tahap untuk
menentukan manfaat dari suatu tindakan. Selama proses evaluasi, informasi
dikumpulkan dan dianalisis untuk ditentukan kegunaan dan signifikansinya.
Perubahan yang ada dinilai, dan kemajuan didokumentasikan. Meiner dan
Lueckenotte (2006) menjelaskan evaluasi merupakan proses berkesinambungan
yang terjadi setiap kali seorang perawat memperbaharui rencana asuhan
keperawatan. Sebelum perencanaan dikembangkan dan dimodifikasi, perawat
bersama agregat lansia perlu melihat tindakan perawatan tertentu apakah tindakan
tersebut benar-benar membantu dalam mengatasi permasalahan kesehatan. Jika
respon terhadap intervensi perawatan tidak dievaluasi secara bersama sama, maka
tindakan perawatan yang efektif tidak dapat dicapai.
Proses evaluasi didasari atas seberapa efektifnya intervensi yang diterapkan oleh
perawat komunitas. Keberhasilan suatu intervensi ditentukan dengan melihat hasil
pada agregat lansia bukan intervensi yang diimplementasikan. Apabila dalam
evaluasi ditemukan bahwa intervensi yang diberikan tidak dapat mengatasi
masalah, maka modifikasi dilakukan setelah rencana evaluasi yaitu mengulang
kembali sebagai suatu proses siklik pada pengkajian dan pengkajian ulang yang
kemudia selanjutnya merevisi setiap fase dalam siklus asuhan keperawatan yang
diperlukan (Ervin, 2002).
Prinsip evaluasi seperti yang disampaikan oleh Kellogg Foundation (1998) dalam
Anderson dan McFarlane (2007) adalah memperkuat program, menggunakan
pendekatan multi sistem, merancang evaluasi untuk memenuhi isu nyata,
menciptakan proses partisipasi, memungkinkan fleksibilitas dan membangun
kapasitas. Komponen evaluasi menurut Anderson dan McFarlane (2007) meliputi
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
44
b.
c.
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
45
e.
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
46
lansia untuk lebih memahami masalah arthritis yang dialami. Teknik manajemen
diri yang diajarkan dalam program ini tidak hanya untuk membantu peserta
memahami dan mengatasi gejala mereka tetapi akan memberikan keterampilan
dan kepercayaan diri yang diperlukan untuk mengelola kesehatannya secara
mandiri. Brady dan Hines (2012) menyebutkan tujuan dari pelaksanaan program
ASMP ini adalah meningkatkan kepercayaan diri, meningkatkan keampuan fisik
dan
psikososial,
dan
memberikan
motivasi
untuk
mengelola
masalah
Sasaran dari program ASMP ini adalah orang-orang dengan artritis terutama
lansia. Bentuk aktivitas yang dilaksanakan adalah pendidikan kesehatan, diskusi,
brain storming, demonstrasi keterampilan, pemodelan prilaku, teknik pemecahan
masalah dan membuat keputusan yang diberikan oleh tenaga kesehatan (Brady
dan Hines, 2012). Program ini memungkinkan lansia untuk memahami tentang
pencegahan dan penatalaksanaan untuk masalah artritis dari tenaga kesehatan
sebagai narasumber yang kompeten dan belajar dari pengalaman orang lain
dengan masalah yang sama mengenai pengelolaan kesehatan yang dapat
dilakukan. Program ASMP ini menekankan bahwa kesehatan dapat dicapai oleh
keinginan untuk menjadi sehat yang dimulai dari diri sendiri (Lorig, 1993).
Kerangka pikir yang menjadi dasar dalam pengembangan program ASMP ini
adalah
adanya
program
pendidikan
kesehatan
yang
diberikan
melalui
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
47
KMS bermanfaat memantau dan menilai kemajuan usia lanjut, mendeteksi secara
dini penyakit atau kelainan kesehatan pada lansia dan sebagai sumber informasi
bagi lansia dan keluarga nya dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan
lansia. KMS berbentuk lembar dua muka yang dilipat dan dilengkapi dengan
petunjuk pengisian. Bagian luar terdiri dari judul, nama Puskesmas, nomor
register, identitas lansia, pesan hidup sehat dan petunjuk pengisian bagi petugas.
Bagian dalam terdiri dari tabel catatan perkembangan kesehatan fisik, mental dan
kemandiriannya serta adanya grafik IMT sebagai alat bantu. Cara pengisian KMS
lansia adalah dengan pemberian nomor KMS, nomor register dan identitas lansia
pada kunjungan pertama; penulisan kunjungan/tanggal, kegiatan sehari-hari, hasil
pengukuran BB, TB, Tekanan darah, Hb, dan reduksi urine (Maryam, dkk., 2010).
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
BAB 3
KERANGKA KERJA DAN PROFIL WILAYAH
Bab ini menjelaskan tentang keterkaitan antar konsep yang mendasari praktik
keperawatan komunitas pada agregat lansia dengan masalah asam urat yang
menggunakan
integrasi
teori
konsekuensi
fungsional,
teori
manajemen
48
Universitas Indonesia
49
menggunakan model ini terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu inti komunitas (the
community core), subsistem komunitas (the community subsystems) dan persepsi
(perception). Inti komunitas terdiri dari riwayat terbentuknya aggregat,
demografi, suku, nilai, dan kepercayaan. subsistem terdiri dari lingkungan fisik,
pelayanan kesehatan dan sosial, ekonomi, transportasi dan keamanan, politik dan
pemerintahan, komunikasi, pendidikan, dan rekreasi. Sedangkan persepsi tediri
dari persepsi masyarakat dan persepsi perawat terhadap masalah kesehatan
tersebut.
Manusia usia lanjut adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan
biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh
pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan
lansia perlu mendapatkan perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan
ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan
kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan.
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
50
yang
Kader posbindu sebagai kelompok pendukung bagi lansia dengan asam urat
(Kepung Lara), dibentuk dan diberikan sosialisasi mengenai penatalaksanaan
masalah asam urat, penggunaan KPM dan pemantauan kesehatan lansia dengan
menggunakan KPM untuk menilai status kesehatan lansia terkait masalah asam
urat. Kepung Lara memiliki peranan untuk membantu lansia dalam memelihara
dan mengelola kesehatannya dengan wujud adanya kunjungan rumah yang
dilakukan kader untuk menilai status kesehatan lansia.
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
51
dengan asam urat tentu perlu di kelola dan dipantau secara efektif. Dasar dalam
menerapkan kinerja pelayanan untuk mengoptimalkan peran dan fungsi sumber
daya adalah melakukan manajemen keperawatan dengan harapan adanya faktor
kelola yang optimal mampu meningkatkan keefektifan pelayanan keperawatan.
Manajemen merupakan ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber
daya secara efisien, aktif dan rasional untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Manajemen mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi
terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan (Gillies, 2000;
Swansburg, 1999).
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
72
Kerangka Konsep Karya Ilmiah Akhir
Integrasi teori konsekuensi fungsional, teori manajemen pelayanan keperawatan, family center nursing model, dan community as
OUTPUT
Community as Partner:
1. Core: statisik vital ( jumlah lansia
asam urat: JK, pendidikan,
pekerjaan, kesakitan akibat asam
urat, gaya hidup)
2. Subsistem: lingkungan fisik,
Masalah
keperawatan
pada lansia
dengan asam
urat:
-
Manajemen
Keluarga
Komunitas
Model
intervensi
KPM
Manajemen
1.
2.
Keluarga
Askep Keluarga
1.
2.
3.
4.
1. Peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap keluarga
terhadap pengelolaan lansia dengan
asam urat
2. Tingkat kemandirian keluarga pada
tingkat IV
Komunitas
Askep Komunitas
1. Pendidikan kesehatan
2. Kampanye mengenai KPM
3. Demonstrasi penatalaksanaan masalah
asam urat (Latihan gerak sendi,
pencegahan jatuh, kompres jahe
merah, Pemanfaatan obat tradisional)
1.
2.
3.
52
53
Kelurahan Cisalak Pasar memiliki 9 RW, RW 1-7 merupakan pemukiman yang sebagian
besar dihuni oleh penduduk asli dan RW 8-9 merupakan daerah perumahan. Jumlah
penduduk pria 9814 orang, dan jumlah penduduk wanita 7618 orang (Bappeda.go.id,
2011). Dari data laporan kegiatan Lansia di Posbindu dari Puskesmas Cimanggis
didapatkan jumlah lansia berusia 60 tahun keatas yang ada di Kelurahan Cisalak Pasar
adalah 619 orang. Jumlah lansia laki-laki adalah 267 oramg dan jumlah lansia wanita
adalah 352 orang. Jumlah lansia yang dibina di Posbindu Kelurahan Cisalak Pasar
sebesar 552 orang (Laporan kegiatan Posbindu dari Puskesmas Cimanggis, 2010).
Hasil observasi terhadap lingkungan diwilayah Cisalak Pasar diperoleh data bahwa
udara yang ada diwilayah Cisalak Pasar masih termasuk segar karena di wilayah Cisalak
Pasar masih banyak terdapat lahan kosong yang ditumbuhi oleh pepohonan. Keadaan
jalan utama yang masuk ke wilayah Cisalak Pasar tidak begitu baik mulai dari jalan
sebelah barat kecamatan Cimanggis sampai dengan perempatan Jalan Raya Gadog
dimana banyak terdapat jalan berlubang yang cukup besar dan jika hujan maka air akan
tergenang. Pagi hari sekitar pukul 07.00-09.00, pukul 12.00-13.00 dan pukul 15.3016.30 jalanan ini bertambah parah karena kemacetan yang ditimbulkan oleh adanya jalan
rusak dan tingginya jumlah kendaraan bermotor. Apabila lansia melewati jalanan ini
pada jam-jam sibuk tentu saja menjadi berbahaya apalagi masih banyak pengendara
kendaraan bermotor berkendara dengan kencang. Fasilitas umum di Kelurahan Cisalak
Pasar antara lain pasar, fasilitas olah raga, warung kuliner, kawasan pertokoan, dan
kolam renang. Fasilitas kesehatan yang membawahi wilayah Kelurahan Cisalak Pasar
adalah Puskesmas Cimanggis yang berjarak kurang lebih 1,5 km dari Kelurahan Cisalak
Pasar kearah selatan dan terletak dipinggir jalan raya besar sehingga dapat memudahkan
Universitas Indonesia
54
lansia untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan tersebut. Selain itu diwilayah
Kecamatan Cisalak Pasar sendiri terdapat beberapa klinik dokter swasta yang dapat
digunakan masyarakat untuk memperoleh layanan kesehatan.
Hasil wawancara yang dilakukan terhadap kader Posbindu diperoleh data bahwa
penyuluhan kesehatan tentang pencegahan lansia asam urat belum pernah dilakukan,
belum adanya penyuluhan kesehatan mengenai asam urat dalam kegiatan Posbindu ini
berdampak pada kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap pencegahan, penanganan
asam urat di rumah, serta waktu yang tepat untuk memperoleh pengobatan; kegiatan
pembinaan kader untuk pencegahan lansia dengan masalah asam urat belum pernah
dilakukan, kader yang kurang terlatih menyulitkan pelaksanaan program pencegahan
Universitas Indonesia
55
tentang pencegahan asam urat pada lansia; Posbindu tidak mempunyai data lansia asam
urat; pencatatan dan pelaporan mengenai lansia yang mengalami masalah asam urat
belum terdokumentasikan dengan baik. Kendala-kendala yang ada ini memerlukan suatu
strategi dan bentuk intervensi keperawatan yang tepat dan efektif untuk mengendalikan
masalah kesehatan pada lansia khususnya dengan risiko gangguan pergerakan akibat
asam urat.
Universitas Indonesia
56
aktif dari lansia dan keluarganya. Penerapan KPM ini merupakan hasil modifikasi dari
program pemantauan kesehatan mandiri yang dilakukan oleh lansia yang telah
dikembangkan di Amerika dalam program ASMP dengan KMS lansia yang telah ada
sebelumnya di Indonesia.
catatan tentang perkembangan status kesehatan lansia dengan asam urat yang dipantau
oleh kader dan dibawa setiap berkunjung ke Posbindu. Kartu ini merupakan model
pengembangan dan modifikasi dari KMS lansia yang mengukur secara spesifik masalah
kesehatan terutama asam urat. Komponen KPM ini meliputi pemantauan kesehatan fisik
dan pemeriksaan kadar asam urat dan gejala terkait gangguan mobilitas fisik serta
penatalaksanaan terhadap permasalahan asam uratpada lansia.
Tujuan dari KPM ini adalah (1) meningkatkan kemampuan lansia untuk memantau
secara mandiri perkembangan status kesehatannya terkait asam urat, (2) meningkatkan
kemampuan lansia melakukan pencegahan dan perawatan secara mandiri terkait
permasalahan asam urat, dan (3) memudahkan kader menilai perkembangan status
kesehatan lansia dengan asam urat. Manfaat KPM ini adalah terpantaunya kemajuan
perkembangan kesehatan lansia, mencegah terjadinya komplikasi lanjut akibat asam urat
dan sebagai bahan informasi bagi lansia dan keluarganya dalam memelihara dan
meningkatkan status kesehatannya. Sasaran KPM ini adalah lansia dengan risiko
gangguan mobilisasi akibat asam urat.
KPM berbentuk lembar dua muka yang dapat dilipat. Cara pengisian KPM ini dengan
menuliskan item berikut yang terdapat pada bagian dalam kartu yaitu: (1) tanggal
kunjungan yang dituliskan pada kolom kunjungan pertama, kedua dan seterusnya pada
setiap bulan pada saat diadakan pemantauan kesehatan lansia di POSBINDU atau setiap
memeriksakan kadar asam urat di Posbindu/Pelayanan kesehatan lainnya, (2)
Pemeriksaan kesehatan yang meliputi pemeriksaan tekanan darah, Nadi, Pernafasan,
Suhu, Kadar asam urat, Keluhan sendi saat ini, Status gizi. Pada Bagian luar kartu
Universitas Indonesia
57
dituliskan: (1) identitas lansia yang terdapat pada halaman luar bagian kanan, (2)
Pedoman perawatan risiko gangguan mobilitas fisik akibat asam urat pada lansia.
KPM ini dibawa pulang oleh lansia dan selalu dibawa lansia saat berkunjung ke
Posbindu. Pengisian KPM dilakukan oleh kader/petugas kesehatan dan dapat
diperbanyak apabila dibutuhkan. Sebagai pendukung untuk penerapan KPM ini dalam
memandirikan lansia untuk mengelola kesehatannya, maka dibentuklah suatu kelompok
pendukung kader bagi lansia dengan masalah asam urat (Kepung Lara) sebagai promotor
dan motivator bagi lansia dan keluarganya untuk mengelola kesehatan lansia dengan
risiko gangguan pergerakan akibat asam urat. Lanza dan Revenson (1993) menjelaskan
bahwa kelompok pendukung merupakan bentuk dukungan sosial yang diberikan kepada
orang lain untuk meningkatkan status kesehatan melalui upaya promosi maupun
motivasi.
Universitas Indonesia
BAB 4
PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
PADA AGGREGATE LANSIA DENGAN MASALAH ASAM URAT
DI RW 02 DAN 07 KELURAHAN CISALAK PASAR
58
Universitas Indonesia
59
Masalah asam urat belum diikutsertakan dalam fokus utama PTM, padahal
masalah asam urat dan artritis lainnya merupakan penyakit kronis yang banyak
dikeluhkan lansia dan dapat menyebabkan masalah gangguan pergerakan bahkan
kecacatan sehingga menurunkan produktivitas lansia dan berdampak terhadap
peningkatan beban perawatan kesehatan yang dikeluarkan pemerintah (Rahajeng,
2007). Data dari Puskesmas Cimanggis tahun 2011 masalah asam urat pada lansia
menempati urutan kedua (16,95%) setelah hipertensi (24,7%). Pada data
kunjungan bulanan lansia di Puskesmas Cimanggis Tahun 2012 diperoleh terjadi
peningkatan angka kunjungan lansia yang memiliki masalah asam urat pada bulan
Juni yaitu sebanyak 62 orang dari sebelumnya pada bulan Mei sebanyak 54 orang.
Universitas Indonesia
60
Kegiatan yang terkait lansia di Puskesmas Cimanggis dipegang oleh 2 orang yaitu
Penanggung jawab lansia dan penanggung jawab Promkes. Hasil wawancara
dengan penanggung jawab promkes disampaikan bahwa seluruh kegiatan yang
dilaksanakan berkaitan dengan lansia adalah program-program yang direncanakan
oleh Dinas kesehatan Kota Depok. Kegiatan lansia yang berhubungan dengan
promosi kesehatan dikoordinasi oleh penanggung jawab promkes, sedangkan
kegiatan lain diluar promkes yang terkait dengan lansia seperti pengobatan gratis,
pemeriksaan kesehatan, kegiatan Posbindu dan senam lansia dikoordinasikan oleh
Penanggung jawab lansia dengan tetap melibatkan SDM Puskesmas lainnya
dalam pelaksanaan kegiatan (Interview dengan penanggung jawab promkes
Puskesmas Cimanggis, Oktober 2012).
Universitas Indonesia
61
Kegiatan yang dijalankan selama ini terkait masalah asam urat pada lansia masih
berfokus pada promosi kesehatan dengan menggunakan sarana cetak. Penyuluhan
kesehatan khusus terkait lansia dengan masalah asam urat kepada masyarakat
sebagai salah satu strategi promosi kesehatan belum pernah dilakukan, pelatihan
kader mengenai pengelolaan masalah asam urat juga sangat minim dilakukan
(Interview dengan penanggung jawab promkes Puskesmas Cimanggis, Oktober
2012). Strategi promosi kesehatan dalam penyelenggaraan pemberdayaan dan
promosi kesehatan kepada masyarakat adalah meningkatkan komitmen dan
dukungan stakeholder, pembuat kebijakan, dan pengambil kebijakan, dan
pengambil keputusan melalui advokasi kebijakan kesehatan dan koordinasi serta
kolaborasi lintas program/lintas sektor; meningkatkan aliansi dan kemitraan
dengan
swasta/dunia
kemasyarakatan/kelompok
usaha;
meningkatkan
potensial;
peran
memperkuat
serta
gerakan
organisasi
masyarakat;
Universitas Indonesia
62
pengelolaan risiko gangguan keterbatasan gerak akibat asam urat pada lansia
belum dapat dirumuskan secara signifikan.
Perencanaan tenaga juga merupakan suatu hal yang perlu menjadi pertimbangan
dalam pelaksanaan setiap kegiatan. Tenaga dalam hal ini sumber daya manusia
(SDM) merupakan pelaksana dari setiap kegiatan yang direncanakan. Penempatan
jumlah tenaga dan kualitas tenaga yang tepat dapat mendukung keberhasilan dari
pelaksanaan setiap program kegiatan. Interview dengan penanggung jawab
program lansia Puskesmas Cimanggis (2012) menjelaskan pembina kelurahan di
Cisalak Pasar yang mengelola masalah kesehatan berjumlah 1 orang dengan
kualifikasi pendidikan kebidanan. Pembina Kelurahan ini bertugas untuk
memantau dan memelihara kesehatan seluruh masyarakat di Kelurahan Cisalak
Universitas Indonesia
63
Pasar yang terangkum dalam kegiatan Posyandu maupun Posbindu. Melihat dari
pernbandingan aktivitas dan jumlah tenaga kesehatan yang ada untuk mengayomi
satu wilayah tentu jumlah ini bisa dikatakan tidak cukup sehingga pelibatan kader
untuk membantu pengelolaan masalah kesehatan lansia sangat diperlukan.
Dampak yang dapat dilihat dari belum optimalnya fungsi perencanaan antara lain
(1) belum adanya data kuantitatif jumlah lansia yang mengalami masalah asam
urat; (2) belum adanya SDM perawat yang terlibat langsung secara intens dalam
pengelolaan masalah kesehatan lansia khususnya dengan asam urat di tatanan
komunitas; (3) pelaksanaan kegiatan Poliklinik lansia di Puskesmas Cimanggis
yang masih berorientasi pada pengobatan dan kurangnya promosi kesehatan
terkait masalah kesehatan yang dialami lansia; (4) belum terkoordinasinya kaderkader kesehatan khusus lansia di Kelurahan Cisalak pasar dimana kader yang ada
masih merangkap menjadi kader Posyandu dan Posbindu yang dapat berdampak
pada ketidakefektifan kinerja; dan (5) belum adanya kemampuan untuk self
monitoring lansia terhadap masalah kesehatannya.
Universitas Indonesia
64
Dinas Kesehatan Kota Depok dikelola oleh Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi
(Dinkes Kota Depok, 2012a). Program pelayanan kesehatan lansia di tingkat dinas
Kesehatan Kota Depok berada dibawah koordinasi BPMK dan bidang Pelayanan
Kesehatan Masyarakat (Yankesmas).
Universitas Indonesia
65
di RW 02 mengatakan
Universitas Indonesia
66
Universitas Indonesia
67
maupun
Puskesmas
Cimanggis.
Apabila
pemegang
program
Fungsi supervisi juga telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan terhadap Pelaksanaan
program yang dilaksanakan oleh Puskesmas Cimanggis melalui penanggung
jawab program. Kinerja Dinas Kesehatan juga di supervisi oleh pemerintah
Propinsi Jawa Barat dalam bentuk koordinasi yang dilaksanakan setahun sekali
(Interview dengan Penanggungjawab Program Lansia Dinkes Kota Depok,
September 2012). Segala jenis kegiatan yang dilaksanakan di masyarakat yang
menjadi program Dinas kesehatan telah dilakukan supervisi bertahap, dimana
pelaksanaan di masyarakat disupervisi oleh pembina kelurahan yang akan
Universitas Indonesia
68
Universitas Indonesia
69
telah disepakati bersama serta memotivasi bawahan untuk dapat bekerja lebih
optimal.
Kader lansia sebagai perpanjangan tangan dari petugas kesehatan dalam hal
memberikan promosi kesehatan terhadap lansia tentunya perlu untuk mendapat
pelatihan dan penyegaran terkait masalah kesehatan yang banyak dialami oleh
lansia. Hasil interview dengan lansia di Kelurahan Cisalak Pasar mengatakan
sangat terbantu dengan adanya kader kesehatan karena mereka memperoleh
informasi tentang pencegahan masalah kesehatan yang dialaminya meskipun
minimal tanpa harus membayar. Selain itu kader yang ada di wilayah RW tersebut
juga dekat dengan lansia sehingga lansia yang sudah mengalami penurunan
kemampuan mobilitas mudah untuk memperoleh informasi tanpa harus jauh-jauh
datang ke Puskesmas (Hasil interview dengan Lansia Kelurahan Cisalak Pasar
Puskesmas Cimanggis, Oktober 2012). Hasil wawancara dengan kader di
Kelurahan Cisalak Pasar mengatakan selama ini belum pernah diberikan pelatihan
mengenai deteksi dini dan perawatan masalah asam urat pada lansia. Kader juga
mengatakan apabila pelatihan yang dilakukan diberikan kepada perwakilan
Universitas Indonesia
70
4.1.1.4 Pengawasan.
Fungsi pengawasan ini merupakan penilaian terhadap tujuan dan standar yang
disusun dengan pencapaian hasil yang diperoleh termasuk didalamnya pencatatan
dan pelaporan (Swanburg, 2000). Pengawasan ini dilakukan dari tingkat Dinas
Kesehatan sampai dengan kinerja Puskesmas Cimasnggis terhadap pelaksanaan
Program. Program-program yang telah dilaksanakan oleh Puskesmas dilaporkan
kepada penganggung jawab program di Dinas Kesehatan. Tujuan pelaporan ini
adalah agar penanggung jawab program dapat menilai keberhasilan dan kendala
yang dialami dalam pelaksanaan program. Harapannya dengan dilakukan
penilaian program, maka rencana program yang akan dilaksanakan pada tahun
berikutnya dan penentuan kebijakan dapat lebih baik lagi. Pengawasan merupakan
elemen manajemen keperawatan yang meliputi penilaian tentang pelaksanaan
rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan prinsip-prinsip
melalui penetapan standar, membandingkan penampilan dengan standar dan
memperbaiki kekurangan.
Universitas Indonesia
71
Pencatatan dan pelaporan yang ada selama ini berdasarkan pada kunjungan lansia
ke Puskesmas dan Posbindu dan pencatatan yang dilakukan belum spesifik
terhadap masalah asam urat karena digabungkan dengan penyakit artritis lainnya.
Belum optimalnya sistem pemantauan, pencatatan dan pelaporan terhadap
Universitas Indonesia
72
masalah asam urat yang dialami oleh lansia serta belum efektifnya monitoring dan
evaluasi terhadap masalah lansia dengan asam urat akan berdampak pada
kurangnya pengembangan dan modifikasi program untuk pengendalian masalah
kesehatan lansia khususnya dengan risiko gangguan keterbatasan gerak akibat
asam urat.
Universitas Indonesia
73
Skema 4.1. Diagram fish bone Manajemen Asuhan Keperawatan Komunitas pada agregat lansia dengan risiko keterbatasan gerak akibat asam urat.
Belum optimalnya
pengorganisasian SDM
kader lansia tingkat
Posbindu
Belum optimalnya
pelaksanaan program
pelayanan PTM khususnya
lansia dengan asam urat di
Kelurahan Cisalak Pasar
PERENCANAAN
Program penanggulangan masalah
asam urat pada lansia masih
berfokus pada pengobatan di
Posbindu belum kepada upaya
promotif dan preventif
Proses
pendelegasian
belum terlihat
Keterbatasan
anggaran bagi
program pembinaan
kesehatan lansia
PENGORGANISASIAN
Kurangnya kader
yang memiliki
kemampuan dalam
pembinaan
masalah kesehatan
lansia
PENGAWASAN
PENGARAHAN
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
74
Universitas Indonesia
75
rata-rata pretest keterampilan 40,5 menjadi 55,9; nilai rata-rata pretest sikap
46,89 menjadi 67,49)
b.
Terjadi penuruan skala nyeri pada lansia dengan risiko keterbatasan gerak
akibat asam urat sebesar 2 kali standar deviasi (nilai rata-rata pretest skala
nyeri 6,02 menjadi 4,02)
c.
Terjadi penuruan frekuensi nyeri pada lansia dengan risiko keterbatasan gerak
akibat asam urat
d.
Terjadi penuruan kadar asam urat pada lansia dengan risiko keterbatasan
gerak akibat asam urat sebesar 2 kali standar deviasi (nilai rata-rata pretest
kadar asam urat pada lansia laki-laki 9,12 mg/dl menjadi 5,52 mg/dl; nilai
rata-rata pretest kadar asam urat pada lansia wanita 8,11 mg/dl menjadi 5,11
mg/dl )
e.
f.
g.
pengelolaan
dan
pemantauan
masalah
kesehatan
pada
lansia
menggunakan KPM oleh kader. (4) Pendampingan kepung lara dalam melakukan
pemantauan terrhadap pengelolaan masalah kesehatan yang dilakukan oleh lansia
secara mandiri menggunakan KPM. (5) Memfasilitasi pendampingan yang
Universitas Indonesia
76
Pembenaran :
Fungsi pengawasan yaitu monitoring dan evaluasi merupakan komponen penting
yang digunakan untuk melihat keberhasilan dari suatu tindakan atau pelayanan
(Gillies, 2000). Monitoring dan evaluasi terhadap kemampuan lansia dalam
mengelola masalah kesehatannya secara mandiri dapat dilakukan dengan
melibatkan kader. Pelibatan kader dalam pelayanan kesehatan dimasyarakan
merupakan salah satu bentuk dari pemberdayaan. Helvie (1998) menjelaskan
pemberdayaan merupakan suatu gagasan untuk mendorong klien atau masyarakat
untuk menentukan sendiri apa yang harus dilakukan dalam kaitannya mengatasi
permaslahan yang dihadapi, sehingga klien atau masyarakat memiliki kesadaran
dan kekuatan penuh untuk menentukan masa depannya.
Pelaksanaan
1.
2.
3.
4.
Universitas Indonesia
77
Evaluasi
1.
2.
3.
Universitas Indonesia
78
5.
6.
Terjadi penurunan kadar asam urat pada lansia sebelum dan setelah
penerapan pemantauan kesehatan mandiri dengan menggunakan KPM.
Penuruan kadar asam urat lansia pria sebesar 1,93 mg/dl (rata-rata kadar asam
urat posttest 7,20 mg/dl) dan penurunan kadar asam urat pada lansia wanita
sebesar 2,01 mg/dl (rata-rata kadar asam urat posttest 6,09 mg/dl. Hasil uji
statistik menunjukkan ada perbedaan yang signifikan kadar asam urat lansia
pria dan wanita sebelum dan sesudah kegiatan pemantauan pengelolaan
masalah kesehatan lansia secara mandiri dengan KPM dengan nilai p = 0,000.
7.
8.
Universitas Indonesia
79
9.
10. Ada pendampingan yang dilakukan oleh pembina kelurahan pada saat
kegiatan Posbindu.
Dinas Kesehatan
Menyediakan fasilitas berupa media berisi informasi yang dibutuhkan lansia
untuk mengelola masalah kesehatan terkait asam urat, memperbanyak KPM
dan menyediakan stiker penilaian kemandirian lansia dalam mengelola
kesehatannya
2.
Puskesmas
Melakukan pembinaan dan supervisi terkait kegiatan yang dilakukan kader
dan lansia dalam mengelola masalah kesehatannya secara mandiri
menggunakan KPM
3.
Kader Kesehatan
Meningkatkan pemberian informasi dan edukasi yang sesuai dengan
kebutuhan lansia dengan asam urat
Universitas Indonesia
80
Masalah II
Belum optimalnya pelaksanaan program pelayanan PTM khususnya lansia dengan
asam urat di Kelurahan Cisalak Pasar
Tujuan Umum
Setelah intervensi keperawatan selama 8 bulan pelaksanaan program pelayanan
PTM khususnya lansia dengan asam urat di Kelurahan Cisalak Pasar menjadi
optimal
Tujuan Khusus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 13 minggu diharapkan
a.
b.
c.
Pembenaran :
Kader sebagai kelompok pendukung merupakan sekumpulan orang-orang yang
memiliki tujuan dan minat yang sama untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
Universitas Indonesia
81
Pelaksanaan
1.
2.
3.
4.
Universitas Indonesia
82
6.
7.
Evaluasi
1.
Universitas Indonesia
83
3.
4.
Kader yang aktif dalam kegiatan pembinaan keluarga yang memiliki lansia
dengan risiko gangguan mobilitas fisik akibat asam urat sebesar 75% dimana
kader yang aktif berjumlah 9 orang dari 12 anggota pada awal pembentukan.
Tiga anggota mengikuti kegiatan kepung lara dengan tidak intensif sehingga
tidak dapat diukur.
5.
6.
Peran Dinas kesehatan dalam pengarahan terhadap kader kepung lara belum
optimal karena belum adanya pengarahan yang dilakukan terkait pengelolaan
masalah asam urat secara khusus
7.
Peran serta Pihak kelurahan terhadap kinerja kader selama ini belum optimal
dilihat dari belum adanya reward yang diberikan kepada kader yang aktif
dalam setiap kegiatan untuk mengelola masalah kesehatan masyarakat.
Universitas Indonesia
84
Dinas Kesehatan
Meningkatkan performa kualitas pelayanan terhadap kesehatan lansia dengan
melakukan pengarahan dan supervisi terhadap program peyanan bagi
kesehatan lansia khususnya dengan asam urat yang telah dilakukan
2.
Puskesmas
Melakukan pengarahan dan supervisi secara berkelanjutan setiap bulan
kegiatan kepung lara oleh petugas puskesmas/pembina kelurahan Puskesmas
Cimanggis.
3.
Kader Kesehatan
Melanjutkan melakukan supervisi dan pengarahan kegiatan pemantauan
kesehatan secara mandiri yang dilakukan oleh lansia dengan KPM. Melatih
anggota baru yang dapat direkrut untuk menjadi anggota kepung lara dalam
mengelola masalah kesehatan lansia dengan asam urat.
Universitas Indonesia
85
Pengkajian yang dilakukan pada keluarga Kakek M (79 tahun) dan Nenek S (61
tahun) yang mengalami peningkatan kadar asam urat. Selama ini keduanya tidak
mengetahui kalau ada masalah asam urat karena tidak pernah memeriksakan kadar
asam uratnya dengan alasan biaya. Keluhan yang dialami seperti nyeri pada
persendian dianggap sebagai hal yang biasa karena pengaruh usia, padahal nyeri
yang dialami dapat mengganggu aktivitas ketika kambuh terutama pada Nenek S.
Hasil pemeriksaan kadar asam urat pada Kakek M adalah 8,1 mg/dl dan pada
Nenek S 8,3 mg/dl. Keduanya mengatakan tidak mengetahui mengenai masalah
asam urat dan perawatannya dan belum pernah terpapar oleh informasi mengenai
masalah asam urat.
Nyeri persendian yang dialami Kakek M dengan skala 7 hilang timbul dan muncul
setiap hari. Nenek S juga mengatakan merasakan nyeri lutut terutama saat berdiri
dari posisi duduk dengan skala 7. Nenek S mengatakan jari-jari kakinya juga
terasa ngilu dan susah digerakkan terutama setelah mengkonsumsi daun singkong.
Keadaan rumah Kakek M dan Nenek S tidak begitu luas karena merupakan
rumah kontrakan yang terbagi menjadi 3 tempat yaitu teras, ruang depan dan
ruang belakang. Setiap harinya Keduanya berjualan nasi uduk di teras depan
rumahnya dengan penghasilan kurang lebih Rp. 500.000/bulannya. Nenek S juga
mengatakan kadang kala ada tetangga yang suka memberikan bantuan baik berupa
makanan maupun uang kepada dirinya dan Kakek M. Kakek M juga kadangkala
menerima panggilan orang yang ingin pijat, maupun ada orang yang datang untuk
dipijat. Tarif pendapatan pijat Rp. 10.000-Rp.50.000 sesuai kemampuan
pelanggannya.
Kondisi jalanan didepan rumah Kakek M dan Nenek S tidak begitu bagus dengan
luas kurang lebih satu meter yang hanya bisa dilewati oleh satu kendaraan
bermotor dari satu arah dan terdapat polisi tidur setiap 2-3 meter. Selain itu juga
selokan yang ada sepanjang jalan tidak tertutup dan sangat berisiko untuk
terjadinya jatuh pada lansia terutama dengan masalah asam urat. Selama ini
keduanya hanya tinggal berdua dalam satu rumah dan untuk perawatan kesehatan
Universitas Indonesia
86
biasanya Ibu N (38 tahun) tetangga sebelah kanan rumahnya yang sudah dianggap
keluarga sendiri oleh keluarga Kakek M dan kader di RT 04/07 yaitu Ibu V (36
tahun) yang juga selalu mengunjungi keluarga Kakek M untuk menjaga status
kesehatannya.
Data tersebut menunjukkan bahwa lansia dengan risiko keterbatasan gerak akibat
asam urat memiliki faktor risiko penyebab terjadinya masalah tersebut antara lain
pola diit yang tidak sehat, kurang berolahraga, kurang mengkonsumsi cairan, dan
kurang beristirahat. Berikut akan digambarkan pohon masalah yang dapat terjadi
pada lansia:
Skema 4.2. WOC asuhan keperawatan keluarga pada lansia dengan risiko
gangguan pergerakan akibat asam urat
Kurang pengetahuan
mengenai masalah asam urat,
penatalaksanaan dan
pengelolaannya
Kurang keterpaparan
informasi mengenai masalah
asam urat, penatalaksanaan
dan pengelolaannya
Risiko jatuh
dalam
penatalaksanaan masalah asam urat (2) Risiko jatuh pada keluarga Kakek M
Universitas Indonesia
87
dengan masalah asam urat, (3) Risiko gangguan pergerakan pada Kakek M
dengan masalah asam urat, (4) Nyeri kronis pada keluarga Kakek M dengan
masalah asam urat. Hasil penapisan masalah diperoleh diagnosa keperawatan
yang diangkat adalah (1) Pemeliharaan kesehatan tidak efektif pada keluarga
Kakek M dalam penatalaksanaan masalah asam urat (2) Risiko jatuh pada
keluarga Kakek M dengan masalah asam urat. Lebih jauh penapisan masalah
dapat dilihat pada Lampiran 2.
Universitas Indonesia
88
dengan masalah asam urat seperti pengaturan makanan dan pembuatan ramuan
tradisional untuk mengatasi asam urat.
Pembenaran :
Pendidikan kesehatan adalah suatu usaha atau kegiatan untuk membantu individu,
keluarga dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuannya untuk mencapai
kesehatan secara optimal (Notoatmodjo, 1993). Pendidikan kesehatan merupakan
suatu proses belajar yang berarti terjadi perubahan kearah yang lebih baik pada
individu (Pender, 2001). Pada kelompok masyarakat dari tidak tahu tentang nilainilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah kesehatan
menjajdi mampu mengatasi masalah kesehatan (Purwanto, 1999). Pemberian
intervensi keperawatan seperti cara-cara perawatan sederhana dalam mengatasi
masalah asam urat juga merupakan satu hal yang penting untung melengkapi
kemampuan lansia dan keluarga dalam melakukan upaya preventif.
Pelaksanaan
TUK : 1-2 dengan menggunakan lembar balik dan leaflet (1) Mendiskusikan
bersama keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala masalah asam
urat, akibat lanjut, cara pencegahan dan cara perawatan asam urat (2) memberikan
informasi pada keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala masalah
asam urat, akibat lanjut dari masalah asam urat (3) Memberi kesempatan pada
keluarga untuk mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala yang dimiliki oleh
keluarga dan tindakan yang telah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi
masalah asam urat (4) Memberikan pujian atas kemampuan keluarga (5)
Memberikan motivasi atau dukungan kepada keluarga dalam mengambil
keputusan untuk mencegah terjadinya akibat lanjut dari asam urat.
TUK : 3-4 dengan (1) mendemonstrasikan cara pencegahan dan perawatan lansia
dengan masalah asam urat yaitu dengan mendemonstrasikan pengaturan makanan,
mengkonsumsi makanan mengandung Vitamin A dan C setiap hari, kompres jahe
merah, pembuatan ramuan tradisional untuk mengatasi asam urat, minum air putih
Universitas Indonesia
89
minimal 2,5 liter perhari, (2) memberikan kesempatan kepada keluarga untuk
melakukan redemonstrasi cara pencegahan dan perawatan lansia dengan masalah
asam urat, (3) memberikan pujian atas kemampuan keluarga (4) Melakukan
konseling terkait kesehatan lansia (5) Menjelaskan cara pemantauan kesehatan
lansia dengan menggunakan KPM (6) Memberikan kesempatan keluarga untuk
menilai kemampuan lansia untuk mengelola kesehatannya secara mandiri (7)
mengukur kadar asam urat pada lansia.
Evaluasi
Aspek kognitif yang dinilai pada keluarga dengan memberikan pertanyaan terkait
masalah asam urat dan perawatannya secara lisan. Hasil penilaian diperoleh lansia
dan caregiver dapat menjelaskan tentang pengertian asam urat, faktor risiko,
pencegahan masalah asam urat, penggunaan KPM dalam mengelola kesehatan
lansia dengan masalah asam urat dan cara untuk merawat masalah asam urat
dengan melakukan pengaturan menu makanan dan menggunakan ramuan
tradisional. Penilaian dari segi keterampilan dilihat dari kemampuan caregiver
dan lansia dalam meredemonstrasikan keterampilan perawatan sederhana yang
dilakukan bagi lansia dengan masalah asam urat melalui pengaturan menu
makanan dan pembuatan ramuan tradisional. Hasilnya lansia dan keluarga secara
benar mampu mendemostrasikan perawatan pada masalah asam urat. Terjadi
penurunan kadar asam urat pada lansia pada Nenek S sebesar 1,3 mg/dl (dari 8,3
mg/dl menjadi 7 mg/dl) dan pria 1,8 mg/dl (8,1 mg/dl menjadi 6,5 mg/dl).
Universitas Indonesia
90
Masalah II
Risiko jatuh pada keluarga Kakek M dengan masalah asam urat
Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 3 bulan, tidak terjadi jatuh
pada lansia
Tujuan Khusus
Setelah pertemuan selama 3 bulan, keluarga mampu (1) Mengenal masalah risiko
jatuh: pengertian, penyebab, gejala dan tanda jatuh dan mengidentifikasi anggota
keluarga dengan risiko jatuh (2) Mengambil keputusan untuk mencegah terjadinya
jatuh pada lansia gangguan sendi terkait asam urat dengan memutuskan untuk
merawat anggota keluarga dengan resiko jatuh (3) Merawat anggota keluarga
dengan risiko jatuh dengan mengajarkan mencegahan jatuh, cara bangun dari
jatuh bagi lansia, cara menolong lansia yang jatuh dan latihan gerak sendi untuk
mencegah kekakuan (4) Mampu Memodifikasi lingkungan yang sesuai agar tidak
terjadi jatuh pada lansia (5) Memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk perawatan
lansia dengan risiko jatuh misalnya Posbindu atau Puskesmas.
pencegahan
Universitas Indonesia
91
Pembenaran :
Pentingnya pengetahuan yang diberikan untuk mencegah risiko jatuh pada lansia
dapat meminimalisir angka kesakitan pada lansia, selain itu juga pencegahan
risiko jatuh dapat mencegah lansia dari kecacatan yang memungkinkan lansia
menjadi lebih tergantung dengan orang lain dalam melakukan ADL. Coaching
yang dilakukan untuk perawatan pada lansia dengan masalah asam urat dapat
membantu meringankan keluhan. Penelitian yang dilakukan Ulliya, Soempeno
dan Kushartanti (2007) menjelaskan latihan ROM yang dilakukan selama 6
minggu dapat meningkatkan fleksibilitas sendi lutut kiri sebesar 35 atau 43,75%.
Ini berarti luas gerak sendi semakin meningkat sehingga menurunkan terjadinya
risiko jatuh. Penelitian yang dilakukan Therkleson (2010) menggunakan metode
studi fenomenologi menjelaskan menigkatnya rasa nyaman pada lansia setelah
diberikan kompres jahe merah dan terjadi penurunan tingkat dan frekuensi nyeri.
Pelaksanaan
TUK : 1-2 dengan menggunakan lembar balik dan leaflet (1) Mendiskusikan
bersama keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala masalah asam
urat, akibat lanjut risiko jatuh pada lansia (2) memberikan informasi pada
keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala risiko jatuh pada lansia,
akibat lanjut jatuh pada lansia (3) Memberi kesempatan pada keluarga untuk
mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala yang dimiliki oleh lansia dan
tindakan yang telah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah risiko jatuh
pada lansia (4) Memberikan pujian atas kemampuan keluarga (5) Memberikan
motivasi/dukungan keluarga mengambil keputusan untuk mencegah terjadinya
akibat lanjut dari risiko jatuh pada lansia.
TUK : 3-4 dengan (1) mendemonstrasikan cara pencegahan dan perawatan lansia
dengan masalah risiko jatuh pada lansia yaitu dengan mendemonstrasikan latihan
gerak sendi untuk mencegah kekakuan, demonstrasi menolong lansia yang jatuh,
demonstrasi cara bangun yang benar ketika jatuh pada lansia, kompres jahe merah
untuk menurunkan nyeri. (2) memberikan kesempatan kepada keluarga untuk
Universitas Indonesia
92
Evaluasi
Penilaian pada aspek kognitif keluarga dengan memberikan pertanyaan secara
lisan mengenai risiko jatuh pada lansia. Hasil penilaian diperoleh lansia dan
caregiver dapat menjelaskan tentang pencegahan masalah asam urat. Penilaian
dari segi keterampilan dilihat dari kemampuan caregiver dan lansia dalam
meredemonstrasikan
keterampilan
perawatan
sederhana
yang
dilakukan
pencegahan dan perawatan risiko jatuh. Hasilnya lansia dan caregiver secara
benar mampu mendemostrasikan pencegahan dan perawatan risiko jatuh pada
lansia secara benar. Terjadi penurunan skala intensitas nyeri dari nyeri berat (skala
7) menjadi nyeri ringan (skala 3) dan terjadi penurunan frekuensi timbulnya nyeri
dari 1 kali sehari menjadi lebih dari 6 hari sekali.
Hasil pengkajian yang dilakukan terhadap 10 orang keluarga dengan lansia asam
urat, diperoleh data bahwa 2 orang lansia pernah mengalami jatuh, 4 orang lansia
memiliki keluhan mengalami keterbatasan gerak karena rasa kaku pada sendisendi jari tangan dan kaki. Faktor risiko terjadinya masalah asam urat pada lansia
Universitas Indonesia
93
adalah riwayat keturunan, jenis kelamin dan umur, kelebihan berat badan,
mengkonsumsi alkohol, mengkonsumsi makanan tinggi purin, mengalami
gangguan ginjal, dan kurang mengkonsumsi cairan (dehidrasi). Tindakan
keperawatan yang sudah dilakukan pada keluarga kelolaan antara lain (1)
Pendidikan kesehatan tentang pengelolaan masalah asam urat pada lansia dan
penggunaan KPM. Media yang digunakan adalah lembar balik, leaflet, poster,
sticker dan metode yang digunakan adalah ceramah dan diskusi, (2) Coaching
tentang pengelolaan masalah kesehatan lansia dengan asam urat yang dilakukan
antara lain latihan gerak sendi untuk mencegah kekakuan, demonstrasi menolong
lansia yang jatuh, demonstrasi cara bangun yang benar ketika jatuh pada lansia,
kompres jahe merah untuk menurunkan nyeri dan pembuatan ramuan tradisional.
Media yang digunakan adalah lembar balik, LCD, alat peraga berupa benda nyata
seperti untuk mendemonstrasikan kompres jahe merah dan pembuatan ramuan
tradisional, tape untuk memutar musik saat latihan gerak sendi dan metode yang
digunakan adalah ceramah, diskusi dan demonstrasi, (3) Melakukan konseling
terkait kesehatan lansia, (4) Menyebarkan media informasi leaflet, poster, dan
buku pintar bagi lansia dan keluarganya.
Universitas Indonesia
94
Universitas Indonesia
95
Puskesmas dan Dinas Kesehatan serta hasil publikasi di internet. Hasil data yang
diperoleh baik dari data primer maupun sekunder selanjutnya dibuat kesimpulan
hasil analisis. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Uji
instrumen yang digunakan adalah expert validity dan content validity. Komponen
dari kuesioner dikembangkan dari core dan 8 subsistem pengkajian komunitas
model Community As Partner.
deskriptif pada variabel yang diteliti secara univariat berdasarkan item pertanyaan
untuk data-data kuantitatif.
Hasil FGD yang dilakukan terhadap 5 orang kader di kelurahan Cisalak Pasar
mengatakan penanganan lansia dengan penyakit asam urat dilaksanakan saat
Universitas Indonesia
96
hanya karena banyak makan jeroan, kacang-kacangan, sayur kangkung, dan buah
durian, empat lansia mengatakan telah melakukan tindakan pencegahan asam urat
agar tidak naik dengan cara mengurangi makan jeroan dan makan gorengan dan
satu orang lansia mengatakan sering memberikan minyak hangat pada sendi yang
sakit. Delapan lansia menyatakan saat melakukan kegiatan sehari-hari terkadang
nyeri atau kaku pada kaki, tangan ataupun bahu, Lima lansia mengatakan
perubahan dari posisi duduk ke posisi berdiri sering terasa sakit di lutut, tiga
lansia menyatakan saat duduk lama sering mangalami kram di kaki, dua lansia
menyatakan telah melakukan olah raga jalan kaki secara rutin dan empat lansia
hanya melakukan tindakan pencegahan asam urat dengan tidak makan jeroan dan
makanan gorengan
Universitas Indonesia
97
kelebihannya, di pasar ini juga dapat ditemukan penjual jahe merah, dimana jahe
merah sendiri cukup sulit ditemukan dipasar-pasar lain seperti Pasar Pal. Jahe
merah dapat digunakan untuk menurunkan intensitas nyeri pada masalah asam
urat.
Universitas Indonesia
95
Skema 4.3 WOC Asuhan Keperawatan Komunitas pada agregat lansia asam urat
Kurangnya pengetahuan, keterampilan dan
sikap dalam penatalaksanaan dan pengelolaan
masalah asam urat
Ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan
pada lansia
Universitas Indonesia
96
Tujuan Umum
Pemeliharaan kesehatan pada lanjut usia dengan masalah asam urat di Kelurahan
Cisalak Pasar menjadi efektif
Tujuan Khusus
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 8 bulan diharapkan:
a.
b.
Terjadi penuruan kadar asam urat pada lansia dengan risiko keterbatasan
gerak akibat asam urat minimal sebesar 2 kali standar deviasi (nilai rata-rata
pretest kadar asam urat pada lansia laki-laki 9,01 mg/dl menjadi 5,57 mg/dl;
nilai rata-rata pretest kadar asam urat pada lansia wanita 7,89 mg/dl menjadi
4,13 mg/dl).
c.
Rencana Tindakan
(1) Melakukan skreening dan deteksi dini lansia yang terkena asam urat melalui
kegiatan Posbindu, (2) Melakukan pendidikan kesehatan mengenai pencegahan
dan perawatan lansia dengan asam urat, (3) Mensosialisasikan penerapan
pemantauan kesehatan lansia secara mandiri dengan menggunakan KPM, (4)
Penyebarluasaan leaflet, poster, buku pintar lansia asam urat, dan KPM kepada
lansia berisiko gangguan mobilitas fisik akibat asam urat, (5) Membentuk Kebun
Kader yang sebagian besar berisi tanaman obat yang dapat digunakan untuk
mengatasi masalah akibat asam urat.
Pembenaran
Pembinaan kesehatan pada lansia dilakukan melalui upaya promotif dan
preventif. Upaya promotif dilakukan melalui pendidikan kesehatan dan preventif
Universitas Indonesia
97
Pelaksanaan
1. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai kesehatan Lansia dengan asam
urat dan perawatannya pada tanggal 30 Oktober 2012 (RW 05), 06 November
2012 (RW 05), 28 November 2012 (RW 02), 19 Februari 2013 (RW 07), 18
Maret 2013 (RW 02), 18 Maret 2013 (RW 02), 19 Maret 2013 (RW 07), 18
April 2013 (RW 02). Pendidikan kesehatan ini dilaksanakan masing-masing
selama 1,5 jam bertempat di Rumah ketua RW, dan Posbindu masing-masing
wilayah. Materi yang diberikan mencakup informasi mengenai penyakit asam
urat, pencegahan dan perawatan asam urat.
2. Pembuatan kebun kader dilakukan pada 12 Februari 2013 (RW 02) bertempat
di rumah Ketua RW 02, dan 13 Februari 2013 (RW 07) bertempat di rumah
Ibu Vera anggota Kepung Lara dengan 30 jumlah tanaman di RW 02 dan 18
tanaman di RW 07. Tanaman yang termasuk ada di kebun kader ini sebagian
besar adalah tanaman yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah asam
urat seperti jahe merah, kunyit putih, binahong, sirsak, salam, daun jarong,
labu siam, rosella, kayu manis, mahkota dewa, timun mas, kumis kucing, jeruk
lemon, dan daun sirih dan juga beberapa tanaman lainnya yang dapat
digunakan untuk mengatasi penyakit lainnya.
3. Melakukan sosialisasi KPM dalam pengelolaan terhadap masalah asam urat
pada 4 Desember 2012 (RW 02 dan RW 07 masing-masing selama 1 jam.
4. Melakukan skreening lansia dengan masalah asam urat dengan melakukan
pemeriksaan kadar asam urat pada tanggal 30 Oktober 2012 (RW 05), 20
November 2012 (RW 07), 28 November 2012 (RW 02) bertempat di Posbindu
masing-masing wilayah.
Universitas Indonesia
98
Evaluasi
1.
2.
3.
4.
Terjadi penurunan kadar asam urat pada lansia sebelum dan setelah
penerapan pemantauan kesehatan mandiri dengan menggunakan KPM.
Penuruan kadar asam urat lansia pria sebesar 1,8 mg/dl (rata-rata kadar asam
urat posttest 7,21 mg/dl) dan penurunan kadar asam urat pada lansia wanita
sebesar 1,73 mg/dl (rata-rata kadar asam urat posttest 6,16 mg/dl. Hasil uji
statistik menunjukkan ada perbedaan yang signifikan kadar asam urat lansia
pria dan wanita sebelum dan sesudah kegiatan pemantauan pengelolaan
masalah kesehatan lansia secara mandiri dengan KPM dengan nilai p=0,000.
5.
Universitas Indonesia
99
Masalah II
Risiko keterbatasan gerak pada lansia dengan asam urat di Kelurahan Cisalak
Pasar.
Tujuan Umum
Tidak terjadinya keterbatasan gerak pada lansia dengan asam urat di Kelurahan
Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
Tujuan Khusus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 8 bulan diharapkan diharapkan:
a.
b.
c.
Terjadi penuruan skala nyeri pada lansia dengan risiko keterbatasan gerak
akibat asam urat sebesar 2 kali standar deviasi (nilai rata-rata pretest skala
nyeri 7,03 menjadi 9,33)
Universitas Indonesia
100
d.
e.
Rencana Tindakan
(1) Melakukan pendidikan kesehatan mengenai pencegahan dan perawatan lansia
risiko keterbatasan gerak melalui kegiatan pencegahan jatuh, latihan gerak sendi,
dan pemanfaatan terapi komplementer dengan jahe merah untuk kompres pada
persendian, (2) Melakukan melakukan demonstrasi mengenai pencegahan dan
perawatan lansia risiko keterbatasan gerak melalui kegiatan pencegahan jatuh,
latihan gerak sendi, dan pemanfaatan terapi komplementer dengan jahe merah
untuk kompres pada persendia, (3) Penyebarluasaan media informasi berupa
leaflet dan postermengenai pencegahan dan perawatan pada lansia dengan risiko
keterbatasan gerak, (4) Bekerja sama dengan kelompok pendukung untuk
pemberian informasi kepada lansia melalui upaya pendidikan kesehatan dan
demostrasi setiap kegiatan Posbindu.
Pembenaran
Pemberian pengetahuan dan keterampilan kepada lansia dalam upaya
menurunkan risiko terjadinya gangguan mobilitas fisik sangat tepat. Penelitian
yang dilakukan oleh Sari, Efendi dan Dian (2012) menjelaskan bahwa pemberian
informasi kesehatan menggunakan metode simulasi sangat baik dalam merubah
perilaku seseorang. Pelibatan kelompok pendukung dalam melakukan pemberian
informasi merupakan suatu upaya pemberdayaan masyarakat. Permendagri RI
Nomor 7 Tahun 2007 tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat menjelaskan
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu strategi yang digunakan dalam
pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk mewujudkan kemampuan dan
kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kader
merupakan anggota masyarakat yang berdomisili diwilayah setempat yang
memiliki
sosialisme
tinggi
dalam
meningkatkan
kesehatan
masyarakat
Universitas Indonesia
101
diwilayahnya. Oleh karena itu, masyarakat atau lansia yang ada diwilayah
tersebut akan lebih mudah menyerap informasi dari orang terdekat karena sudah
timbul rasa kedekatan.
Pelaksanaan
1. Memberikan pendidikan kesehatan
mengenai
Evaluasi
1. Terjadi peningkatan pengetahuan lansia mengenai pentingnya latihan gerak
sendi dalam mencegah kekakuan sendi (rerata nilai pretest 63,2 menjadi 73,2)
2. Terjadi peningkatan pengetahuan lansia mengenai pencegahan jatuh dalam
mencegah risiko gangguan mobilitas fisik (rerata nilai pretest 59,8 menjadi
75,2)
3. Terjadi penurunan rerata skala nyeri sebelum dan sesudah penerapan
pemantauan kesehatan mandiri dengan menggunakan KPM sebesar 2,22 (ratarata posttest 4,81). Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan yang
signifikan skala nyeri lansia sebelum dan sesudah kegiatan pemantauan
pengelolaan masalah kesehatan lansia secara mandiri dengan KPM dengan
nilai p = 0,000.
Universitas Indonesia
102
Universitas Indonesia
BAB 5
PEMBAHASAN
Wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada kelompok lansia, pemerintah
telah mencanangkan pelayanan pada lansia melalui beberapa jenjang. Pelayanan
kesehatan di tingkat masyarakat adalah Posyandu lansia (Posbindu), pelayanan
103
Universitas Indonesia
104
kesehatan lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat
lanjutan adalah Rumah Sakit dengan payungnya adalah Dinas kesehatan. Upaya
pelayanan kesehatan paripurna dasar dan menyeluruh yang dilakukan meliputi
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Selain itu program program
pelayanan kesehatan bagi lansia telah disusun dan dikembangkan seperti
pengembangan puskesmas santun lansia, pembinaan Posbindu Lansia dengan
kegiatan promotif preventif diantaranya senam lansia, peningkatan gizi dan
penyuluhan-penyuluhan PHBS. Sedangkan, program kesehatan yang khusus
ditujukan bagi lansia dengan masalah asam urat masih terbatas pada penyuluhan
kesehatan yang tergabung dalam penyakit tidak menular (PTM).
Universitas Indonesia
105
Program ASMP yang dikembangkan di Amerika dan KMS Lansia yang telah
dikeluarkan oleh pemerintah yang diberikan nama Kartu Pemantauan Mandiri
Lansia Asam Urat (KPM).
Universitas Indonesia
106
Universitas Indonesia
107
perlu
dilakukan
Pendampingan,
untuk
mempertahankan
pengarahan
dan
sebuah
pelatihan
perilaku
perlu
yang
dilakukan
baik.
secara
Universitas Indonesia
108
Evaluasi
terhadap
pelaksanaan
program
inovasi
dilakukan
dengan
mahasiswa residensi
Rencana tindak lanjut yang disepakati pada evaluasi akhir kegiatan antara lain: (1)
bagi kader sebagai kelompok pendukung, kegiatan kelompok pendukung lansia
asam urat (Kepung Lara) dilakukan sebulan sekali bersamaan dengan kegiatan
Posbindu, pemantauan penerapan KPM dilakukan kader satu bulan sekali,
pendampingan langsung pada lansia dalam pengelolaan masalah asam urat,
pendidikan kesehatan tentang asam urat dilakukan setiap pertemuan Posbindu
dan menempelkan leaflet dan poster promosi kesehatan mengenai asam urat di
tempat-tempat umum di masing-masing wilayah RT yang sering dikunjungi
lansia; (2) Bagi Puskesmas adalah memotivasi keaktifan anggota Kepung Lara
dalam mengelola masalah kesehatan lansia dan KPM, mensupervisi kegiatan
pengelolaan KPM yang dilakukan oleh kader sebulan sekali melalui kegiatan
Posbindu, dan melakukan pembinaan dan evaluasi kegiatan Kepung Lara terhadap
pemantauan kesehatan lansia dengna asam urat; (3) Bagi Dinas kesehatan adalah
Universitas Indonesia
109
Hambatan dalam pelaksanaan kegiatan ini yang terjadi adalah kader merupakan
tenaga sosial yang dalam pelaksanaan kegiatannya mengelola kesehatan
masyarakat tidak memperoleh penghasilan. Prinsip pendanaan setiap kegiatan
yang dimotori oleh kader adalah swadana. Hal ini menimbulkan kesulitan, apabila
distribusi KPM yang diberikan oleh penulis habis, maka kader perlu untuk
mengadakan penggandaan KPM. Pengadaan ini membutuhkan biaya yang tidak
murah. Oleh karena itu Puskesmas dan Dinas Kesehatan perlu mendukung dengan
memberikan anggaran dana bagi kegiatan ini.
Cisalak Pasar
Kecamatan Cimanggis
Kota Depok.
Asuhan
Universitas Indonesia
110
Masalah keperawatan kedua terkait risiko jatuh pada lansia disebabkan karena
kekakuan pada persendian, nyeri akibat penumpukan kristal asam urat di
persendian dan penurunan fisiologis pada sistem muskuloskletal lansia sehingga
meningkatkan risiko kejadian jatuh. Untuk mencegah terjadinya jatuh pada lansia
maka intervensi yang diberikan meliputi pemahaman tentang jatuh, cara
Universitas Indonesia
111
pencegahan jatuh dan cara menolong diri sendiri ketika jatuh agar dapat
melakukan perubahan posisi dari jatuh ke posisi ideal tubuh sehingga tidak terjadi
kontraktur. Selain itu bagi keluarga juga diajarkan pengetahuan dan pengalaman
yang sama dan ditambah jugga dengan intervensi cara menolong lansia yang
yatuh. Tujuan pertolongan ini diajarkan kepada keluarga adalah agar tidak terjadi
dislokasi sendi jika pertolongan dilakukan dengan tidak tepat dengan memegang
anggota gerak yang bermasalah.
Universitas Indonesia
112
Universitas Indonesia
113
Universitas Indonesia
114
bahwa
pengetahuan
yang berupa
informasi
merupakan
faktor
penting
Universitas Indonesia
115
pikiran dan perasaan; narasumber dari orang yang berarti bagi kita; sumber daya
meliputi sarana, dana, waktu, tenaga, pelayanan, lokasi, ketrampilan dan bahan
dan budaya (Notoatmodjo, 2005). Hasil evaluasi tersebut menunjukkan bahwa
pelaksanaan kegiatan komunitas dalam pengelolaan dan pemantauan masalah
kesehatan lansia dengan menggunakan KPM merupakan intervensi yang efektif
untuk menyelesaikan masalah kesehatan komunitas pada agregat lansia dengan
asam urat di Kelurahan Cisalak Pasar Kota Depok.
Faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah (1) meskipun tidak
semua kader hadir dalam setiap kegiatan, ada kader tetap yang selalu hadir dalam
setiap kegiatan sehingga informasi yang tersampaikan tidak terputus, (2)
Penerimaan dari Ketua RW dan RT setempat yang sangat baik sehingga
mmemudahkan untuk melakukan koordinasi kegiatan, (3) Antusiasme dan
dukungan yang tinggi dari Ketua Posbindu dan kader untuk meningkatkan
kesehatan lansia, (4) Kemudahan akses jalan menuju tempat pelaksanaan
kegiatan komunitas dan lansia.
Universitas Indonesia
116
5.2 Keterbatasan
Keterbatasan yang terjadi dalam penerapan pengelolaan dan pemantauan
kesehatan lansia secara mandiri dengan KPM ini yang pertama adanya hambatan
sistem, dimana residen bukan merupakan bagian dari sistem yang ada di wilayah
Kota Depok dan program ini hanya sebagai suplemen dari institusi pendidikan
sehingga program ini kemungkinan tidak dapat berjalan secara optimal.
Keterbatasan kedua adalah sosialisasi mengenai pelaksanaan kegiatan KPM
dikomunitas yang dilakukan pada saat lokmin belum mencapai target sasarannya
yaitu Dinas Kesehatan dan Puskesmas karena tidak setiap kegiatan Lokmin
dihadiri oleh Dinas Kesehatan dan Puskesmas dan perwakilan yang datang
dengan orang yang berbeda-beda, hal ini memungkinkan terjadinya informasi
yang terputus mengenai materi yang disampaikan.
Keterbatasan ketiga yang ditemui adalah tenaga kesehatan yang ada dilingkungan
Kelurahan Cisalak Pasar hanya satu orang dengan jangkauan pelayanan
kesehatan yang cukup luas dan memiliki latar belakang keilmuan berbeda dengan
bidang keperawatan. Pendampingan untuk pengelolaan pemantauan kesehatan
pada lansia menggunakan KPM tidak dapat dilakukan secara optimal karena
beban kerja yang cukup tinggi karena mengelola Posbindu dan Posyandu di
seluruh wilayah Cisalak Pasar dan model perawatan bagi lansia yang lebih
holistik mencakup biopsikososiospiritual berbeda dengan perawatan pada tahapan
tumbuh kembang lainnya. Keterbatasan keempat adalah pada lansia yang hanya
tinggal bersama pasangannya ataupun tinggal sendiri kemungkinan untuk tindak
lanjut menjadi kurang optimal karena sistem pendukungnya hanya berasal dari
kader dan tetangga sekitarnya.
5.3 Implikasi
5.3.1. Praktik keperawatan komunitas
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran bagi lansia, keluarga, kader,
perawat komunitas, Puskesmas, dan Dinas Kesehatan mengenai manfaat
penggunaan KPM untuk memandirikan lansia dalam mengelola masalah
Universitas Indonesia
117
Manfaat yang diperoleh lansia dengan adanya penerapan KPM untuk mengelola
masalah kesehatan adalah membantu lansia untuk melakukan deteksi dini
terhadap masalah kesehatan yang kemungkinan terjadi pada dirinya. Selain itu,
lansia juga dapat memperoleh bantuan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan
lebih dini karena telah mengetahui catatan kesehatan yang dialaminya. Hubungan
antara lansia dan keluarganya menjadi semakin meningkat karena motivasi yang
diberikan oleh keluarga dalam pengelolan masalah kesehatan lansia. Keluarga
yang terlibat dalam kegiatan ini juga dapat meningkatkan keeratan hubungan
interpersonalnya dengan lansia yang dirawat. Selain itu, keluarga juga akan dapat
mengalami penurunan beban biaya perawatan karena lansia mampu mengelola
masalah kesehatannya sehingga produktivitasnya tetap terjaga.
Universitas Indonesia
118
Dinas Kesehatan Kota Depok dapat memperoleh gambaran dari karya ilmiah
akhir ini bahwa pemantauan dan pengelolaan masalah kesehatan lansia dengan
asam urat yang dikelola dengan menggunakan KPM dan pelibatan aktif kader
Posbindu yang dilakukan oleh perawat telah dirasakan manfaatnya oleh lansia dan
keluarga dalam meningkatkan status kesehatan lansia sehingga dapat dicanangkan
pelaksanaan
penerapan
pemantauan
kesehatan
lansia
secara
mandiri
Universitas Indonesia
119
dalam masyarakat. Selain itu, karya ilmiah akhir ini juga memberikan gambaran
bahwa penggunaan KPM mampu memandirikan lansia untuk melakukan deteksi
dini, penatalaksanaan dan pengelolaan terhadap masalah kesehatan yang
dialaminya dengan dukungan dari keluarga dan kader sebagai kelompok
pendukung.
Universitas Indonesia
120
BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang simpulan dan saran dari uraian bab
sebelumnya terhadap hasil dan pembahasan manajemen pelayanan keperawatan
komunitas, asuhan keperawatan keluarga, dan asuhan keperawatan komunitas
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan pada bab sebelumnya, maka
dapat disimpulkan bahwa model intervensi Kartu pemantauan mandiri Lansia
dengan asam urat (KPM) dapat dijadikan pilihan intervensi untuk mencegah risiko
gangguan pergerakan akibat asam urat pada lansia. Berdasarkan tujuan maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
6.1.1
6.1.2
Terjadi penurunan skala dan frekuensi nyeri pada lansia dengan asam urat
antara sebelum dan sesudah penerapan penatalaksanaan masalah risiko
gangguan pergerakan akibat asam urat pada lansia dengan menggunakan
KPM
6.1.3
Terjadi penurunan kadar asam urat pada lansia dengan asam urat antara
sebelum dan sesudah penerapan penatalaksanaan masalah risiko gangguan
pergerakan akibat asam urat pada lansia dengan menggunakan KPM.
6.1.4
120
Universitas Indonesia
121
6.1.8
6.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait dengan
permasalahan aggregate lansia asam urat di masyarakat yaitu:
6.1.1 Untuk Dinas Kesehatan Kota Depok
6.1.1.1 Meningkatkan program pelayanan PTM dengan mengintegrasikan
penatalaksanaan pemantauan kesehatan lansia dengan asam urat
menggunakan
KPM
untuk
meningkatkan
pengetahuan,
Universitas Indonesia
122
Universitas Indonesia
123
kegiatan
kelompok
pendukung
melalui
pelatihan,
Universitas Indonesia
124
model
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Allender, Judith Ann, & Spradley, Barbara Walton. (2005). Community Health
Nursing: Concepts and Practice. 7th edition. Philadelphia : Lippincott.
Allender, Judith A., Rector, Cherie, & Warner, Kristine D., (2010), Community
Health Nursing Promoting and Protecting The Publics Health, 7th
Edition, Philadelphia ; Lippincott Williams & Wilkins.
Aminah, M.S. (2012). Ajaibnya Terapi Herbal Tumpas Penyakit Asam Urat
Lebih Aman, Mudah Dan Berkhasiat. Dunia Sehat. Jakarta: Niaga
Swadaya.
Anderson & Mc.Farlane. (2007). Community as partner: Theory and practice in
nursing. Philadelphia: Lippincott
Arikunto S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, cetakan
ketigabelas. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Azizah. (2011). Keperawatan Usia Lanjut. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Brady, et all. (2011). Sorting Through The Evidence For The Arthritis SelfManagement Program And The Chronic Disease Self-Management
Program. Executive Summary of ASMP/CDSMP Meta-Analyses in
www.cdc.gov/.../asmp-executive-summary.pd. Taken on december 2,
2012.
Brady, T., & Hines, B., (2012). Arthritis Appropriate Physical Activity and Self
Management Education Intervention. A Compendium of Implementation
Information in http://www.cdc.gov/arthtritis/interventions.htm. Taken on
december 2, 2012.
Burns, N & Grove, S.K. (2005). The Practice of Nursing Research: Appraisal,
Synthesis, and Generation of Evidence. St. Louis: Saunders Elsevier.
125
Universitas Indonesia
126
Christensen, B. L., & Kockrow, E.O. (1999). Adult health nursing. 5th edition.
Philadelphia: Mosby
Choi HK, Atkinson K, Karlson EW, Willett W, Curhan G . Purine-rich foods,
dairy and protein intake, and the risk of gout in men. N Engl J Med.
2004;350:hal.1093103.
Corwin, E.J. (2000). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Darmojo & Martono. (2004). Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).
Jakarta: FKUI.
Depkes RI.(2002). Profil Kesehatan Indonesia 2001. Jumal Kesehatan. Jakarta :
Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. (2007). Peta Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta:
Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. (2001). Pedoman pembinaan Kesehatan Usia Lanjut
bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Keluarga
Dinkes Kota Depok, (2009), Profil Dinas Kesehatan Kota Depok.
__________. (2007). Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kota Depok 20072012.
Elkan, dkk. (2001). Effectiveness of home based support for older people:
systematic review and meta-analysis. Nottingham. BMJ. 2001 September
29; 323(7315): 719.
Ervin, NF. (2002). Advanced community health nursing : Concept and practice.
(5 th ed). Philadelphia: Lippincot.
Fatmah. (2010). Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga.
Universitas Indonesia
127
Friedman, M.M., Bowden, V.R., & Jones, E.G. (2003). Family Nursing: Research
Theory & Practice. New Jersey: Prentice Hall.
Ghoer, F.S. (2012). Pembinaan kemandirian lansia melalui terapi modalitas salah
satu konteks pendidikan non formal di PSTW. Universitas Pendidikan
Indonesia.
Hitchcock, J.E., Schubert, P.E., Thomas, S.A. (1999). Community health nursing:
caring in action. Albani : Delmas Publisher.
Hutapea, R. (2005). Sehat dan ceria di Usia Senja. Jakarta: Rineka Cipta.
Lemeshow, S., dkk. (1997). Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Lorig, K., Holman, H. (1993). "Arthritis self management studies: a twelve year
review." Health education 20(1) in http://onlinelibrary.wiley.com taken on
December 2, 2012.
Lueckenotte, Annete G (2000). Gerontologic Nursing. 2nd edition. Philadelpia :
Mosby.
Maayah, M. F, et all. (2012). Changes In Pain And Range Of Motion In Patients
With Osteoarthritis Of The Knee Living In Jordan By The Effect Of SelfManagement Program Versus Routine Physiotherapy: Randomized
Clinical Trial. Canadian Journal on Medicine . Vol. 3, No. 3. In CJM1205-013-Patients-Osteoarthritis-Jordan-Physiotherapy.pdf
taken
on
December 2, 2012.
Machfoedz, I. (2005). Pendidikan Kesehatan bagian dari Promosi Kesehatan.
Yogyakarta : Fitramaya
Universitas Indonesia
128
Mahan LK, Escott-Stump S. Krause's. (2000). Food, Nutrition And Diet Therapy.
10th ed. Philadelphia:WB Saunders Company.
Marek & Baker. (2010). Nurse Home Visit Programs for the Elderly. Nurse
Home Visit (hlm.157-178). New York : Springer Publishing.
Marquis, B.L., & Huston, C.J. (2006),Leadership Roles And Roles Management
Functions In Nursing:Theory And Application. 5th ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
Matteson & McConnell. (1988). Gerontological Nursing: Concept and Practice.
Philadelphia: W.B Saunders Company.
Maulana. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC.
Medicare Coverage of Home Health Care direkomendasi oleh Departement of
Health & Human Services USA (2010, www.medicare.gov, diunduh
tanggal 12 Oktober 2012).
Meiner, E., S & Lueckenotte, A.G, (2006). Gerontologic Nursing. Third edition,
Philadelphia: Mosby
Mubarak, Bambang Adi Santoso, Khoirul Rozikin dan Siti Patonah. (2006). Ilmu
Keperawatan Komunitas. Jakarta: Erlangga.
Mubarak, dkk. (2007). Promosi Kesehatan : Sebuah Pengantar Proses Belajar
Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Murti, Bhisma. (2003). Prinsip dan Metodelogi Riset Epidemiologi. Edisi Kedua.
Gadjah Mada University Press : Yogyakarta Nugroho, W. (2000).
Perawatan Lanjut Usia. Jakarta: EGC.
Nies, M.A., & McEwen, M. (2007). Community/ Public Health Nursing:
Promoting the Health of Populations. St. Louis, Missouri: Saunders
Elsevier.
Universitas Indonesia
129
Nitz & Choy. (2004). The relationship between ankle dorsi exion range, falls and
activity level in women aged 40 to 80 years. NZ Journal of Physiotherapy.
Vol. 32, 3. In 32(3)Nov04_p121-125.pdf. taken on December 2, 2012.
Notoatmodjo, S. (2003). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset.
____________. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. (Edisi Revisi). Jakarta:
Penerbit Rineka Cipta.
Nugroho. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC.
Osborne, Spinks & Wicks. (2004). Patient Education And Self-Management
Programs In Arthritis. Bone And Joint Disorders: Prevention And
Control. MJA 2004; 180: S23S26 In Patienteducation.Stanford.Edu
/.../asmp.html. Taken on December 2, 2012.
Pagano & Gauvreau. (1993). Principles of Biostatistics. California: Wadsworth
Publishing.
Pemerintah Kota Depok. (2012). Visi Dan Misi Kota Depok 2011 - 2016.
Diunduh dari http://www.depok.go.id. pada tanggal 3 Desember 2012.
Polit, D.F, Beck, C.T & Hungler, B.P. (2001). Essentials of Nursing Research:
Methods, Appraisal and Utilization. Philadelphia: Lippincott.
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Fundamentals of Nursing: Concepts,
Proccess, and Practice. St. Louis: Mosby Year Book Inc.
Pramesti, O. L. (2012). Fokus WHO: Peningkatan Harapan Hidup Lansia.
Diunduh dari http://nationalgeographic.co.id pada tanggal 6 Desember
2012.
Pujiastuti, S. (2003). Fisiologi Pada Lansia. Jakarta: EGC.
Universitas Indonesia
130
Universitas Indonesia
131
Universitas Indonesia
Diagnosa Keperawatan
Belum optimalnya sistem monitoring dan evaluasi
kesehatan lansia dengan asam urat di Kelurahan Cisalak
Pasar
Belum optimalnya pengorganisasian SDM kader lansia
tingkat Posbindu di Kelurahan Cisalak Pasar
Belum optimalnya pelaksanaan program pelayanan PTM
khususnya lansia dengan asam urat di Kelurahan Cisalak
Pasar
Belum optimalnya pengarahan yang dilakukan oleh
Petugas Puskesmas terhadap kader dalam pemberian
pelayanan pada lansia dengan asam urat di Kelurahan
Cisalak Pasar
A
4
B
4
C
5
Pembobotan
D
E
F
G
4
4
3
3
JML
34
37
32
H
3
I
2
J
3
K
3
38
Keterangan Pembobotan
1 = Sangat rendah
A : Risiko terjadi
G : Tempat
2 = Rendah
B : Risiko parah
H : Waktu
3 = Cukup
C : Potensial penkes
I : Dana
4 = Tinggi
D : Minat Masyarakat
J : Fasilitas kesehatan
5 = Sangat tinggi
E : Kemungkinan diatasi
K : Sumber Daya
Kriteria
Skor
1.
3/3 x 1= 1
2.
Kemungkinan masalah
dapat diubah mudah
2/2 x 2 = 2
3.
4.
Menonjolnya masalah:
Masalah ada harus
segera ditangani
3/3 x 1 = 1
2/2 x 1 = 1
Pembenaran
Masalah sudah terjadi karena Kakek M dn
Nenek S tidak melakukan pengaturan makan
rendah purin setiap harinya dan tidak
menerapkan gaya hidup sehat
Pengetahuan
keluarga
dalam
mengenal
pemeliharaan kesehatan khususnya terkait
masalah asam urat masih kurang. Keluarga
menganggap masalah yang dialami adalah hal
biasa. Ada perawat yang akan memberi penkes.
komplikasi belum terjadi, keluarga belum
melakukan tindakan untuk mengatasi masalah
kesehatan.
Masalah pada Kakek M dan Nenek S perlu
diatasi agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut
dari penyakit.
Kriteria
Skor
1.
3/3 x 1= 1
2.
Kemungkinan masalah
dapat diubah mudah
2/2 x 2 = 2
3.
4.
Menonjolnya masalah:
Masalah ada harus
segera ditangani
2/3 x 1 = 2/3
2/2 x 1 = 1
Pembenaran
Masalah sudah terjadi karena nyeri persendian
yang dirasakan Kakek M dan Nenek S tidak
berkurang, ia masih bisa bergerak walaupun
harus pelan pelan
Keluarga mengetahui tentang pengertian dan
penyebab nyeri pada asam urat, tetapi belum
mengetahui pencegahan dan perawatan nyeri
pada lansia dengan asam urat. Ada perawat yang
akan memberi penkes, ada motivasi dari
keluarga untuk mencari tahu, mempunyai
jaminan pelayanan kesehatan
Masalah lebih lanjut belum terjadi, keluarga
belum melakukan tindakan untuk mengatasi
masalah asam urat selain mengobatinya sendiri
dirumah dengan minyak urut. Kakek M
mengatakan akan melakukan apa yang
disarankan oleh perawat untuk mengatasi
sakitnya.
Keluarga mengatakan perlu diatasi dan harus
segera ditangani karena biasanya nyeri yang
ditasakan membuat tidak nyaman.
42/3
Kriteria
Skor
1.
2/3 x 1= 1
2.
Kemungkinan masalah
dapat diubah mudah
2/2 x 2 = 2
3.
4.
Menonjolnya masalah:
Masalah ada tapi
tidak harus segera
ditangani
2/3 x 1 = 2/3
1/2 x 1 = 1/2
Pembenaran
Masalah belum terjadi, namun Kakek M dan
Nenek S telah mengalami keluhan seperti sulit
menggerakkan sendi jari-jari kaki yang membuat
kesulitan untuk berjalan.
Pengetahuan keluarga dalam mengenal risiko
jatuh baik dalam hal pengertian, penyebab, tanda
dan gejala, serta akibat jika darah tinggi tidak
ditangani. Namun pengetahuan masih kurang
tentang cara pencegahan dan perawatan lansia
berisiko jatuh. Ada perawat yang akan memberi
penkes, ada motivasi dari keluarga untuk
mencari tahu.
Masalah lebih lanjut belum terjadi, keluarga
belum melakukan tindakan lain selain tidk
bangun secara mendadak dari posisis duduk.
Masalah pada Kakek M dan Nenek S perlu
diatasi agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut
dari penyakit.
41/6
Kriteria
Skor
1.
3/3 x 1= 1
2.
Kemungkinan masalah
dapat diubah sedang
1/2 x 2 = 1
3.
4.
Menonjolnya masalah:
Masalah ada harus
segera ditangani
2/3 x 1 = 2/3
2/2 x 1 = 1
Pembenaran
Masalah sudah terjadi karena Kakek M dan
Nenek S dimana Nenek S mengatakan dirinya
dan Kakek M tidak pernah memiliki jadwal
khusus untuk melakukan olahraga dalam melatih
persendian.
Keluarga menganggap masalah yang dialami
adalah hal biasa. Ada perawat yang akan
memberi penkes.
Komplikasi belum terjadi, keluarga belum
melakukan tindakan untuk mengatasi masalah
kesehatan.
Masalah pada Kakek M dan Nenek S perlu
diatasi agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut
dari penyakit.
3 2/3
No
1
2
3
Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan Pemeliharaan kesehatan pada
lansia dengan penyakit asam urat di Kelurahan
Cisalak Pasar
Risiko keterbatasan gerak pada lansia dengan
asam urat di Kelurahan Cisalak Pasar
Tingginya prevalensi masalah asam urat pada
lansia di Kelurahan Cisalak Pasar
A
4
B
4
C
4
Pembobotan
D
E
F
G
4
4
3
3
JML
35
33
H
3
I
2
J
3
K
3
37
Keterangan Pembobotan
1 = Sangat rendah
A : Risiko terjadi
G : Tempat
2 = Rendah
B : Risiko parah
H : Waktu
3 = Cukup
C : Potensial penkes
I : Dana
4 = Tinggi
D : Minat Masyarakat
J : Fasilitas kesehatan
5 = Sangat tinggi
E : Kemungkinan diatasi
K : Sumber Daya
NO :
ANGKET PENGKAJIAN KOMUNITAS PADA LANSIA
DI KELURAHAN CISALAK PASAR KECAMATAN CIMANGGGIS DEPOK
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
PETUNJUK PENGISIAN :
1. Berilah tanda ( ) pada jawaban yang bapak/ibu pilih di kotak yang telah tersedia
2. Isilah titik-titik yang tersedia pada pertanyaan dibawah ini dengan singkat dan
jelas
3. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti
2.
Nama Lansia : ..
3.
4.
Alamat : .......
5.
Agama : ..................................................................
6.
7.
Jenis kelamin :
8.
Pendidikan
Laki-laki
Perempuan
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
9.
Status perkawinan :
10. Pekerjaan:
Kawin
Tidak kawin
Janda
Duda
Pensiunan
Wiraswasta
Pedagang
Tidak Bekerja
Lain-lain, sebutkan...................................................
11. Penghasilan keluarga dalam sebulan :
Ada, sebutkan.............................
Tidak ada
Tidak ada
14. Pelayanan kesehatan yang digunakan oleh keluarga untuk mengatasi kesehatan
lansia
Posbindu
Puskesmas
Rumah sakit
Klinik swasta
Lain-lain, sebutkan.....................
Jamsostek
Jamkesmas
Jamkesda
Tidak ada
Lainnya, sebutkan.....................
JK
Agama
Hub dg Umur
Pendidikan Pekerjaan
KK
Bagian 1
Isilah kolom berikut dengan memberikan tanda checklist () pada jawaban yang Bapak/ Ibu pilih!
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
2.
Pertanyaan
Benar
Salah
Isilah kolom berikut dengan memberikan tanda check () pada jawaban yang Bapak/ Ibu pilih!
No
Pertanyaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Setuju
Tidak
Setuju
3.
Bagian 3
Isilah kolom berikut dengan memberikan tanda check () pada jawaban yang Bapak/ Ibu pilih!
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Sering
/setiap
waktu
Pertanyaan
Jarang/
sebagian
besar
Pernah
/sedikit
waktu
Tidak
pernah/tidak
sama sekali
4. Bagian 4
Berilah tanda check () pada kotak sesuai jawaban yang Bapak/ Ibu pilih!
1. Dimanakah nyeri yang bapak/ibu alami?
Lutut
pergelangan kaki
jari-jari kaki
Siku
bahu
pergelangan tangan
Jari-jari tangan
pinggang
leher
2. Berapakah tingkat nyeri yang Bapak/ibu rasakan saat ini?
Lingkarilah angka sesuai tingkat nyeri yang Bapak ibu rasakan, semakin besar angka
yang dipilih semakin berat nyeri yang dirasakan.
Tidak nyeri (0)
10
TERIMA KASIH
NO :
ANGKET EVALUASI KOMUNITAS PADA LANSIA
DI KELURAHAN CISALAK PASAR KECAMATAN CIMANGGGIS DEPOK
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
PETUNJUK PENGISIAN :
1. Berilah tanda ( ) pada jawaban yang bapak/ibu pilih di kotak yang telah tersedia
2. Isilah titik-titik yang tersedia pada pertanyaan dibawah ini dengan singkat dan
jelas
3. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti
2.
Nama Lansia : ..
3.
4.
Alamat : .......
5.
Agama : ..................................................................
6.
7.
Jenis kelamin :
8.
Pendidikan
Laki-laki
Perempuan
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
9.
Status perkawinan :
10. Pekerjaan:
Kawin
Tidak kawin
Janda
Duda
Pensiunan
Wiraswasta
Pedagang
Tidak Bekerja
Lain-lain, sebutkan...................................................
11. Penghasilan keluarga dalam sebulan :
Ada, sebutkan.............................
Tidak ada
Tidak ada
14. Pelayanan kesehatan yang digunakan oleh keluarga untuk mengatasi kesehatan
lansia
Posbindu
Puskesmas
Rumah sakit
Klinik swasta
Lain-lain, sebutkan.....................
Jamsostek
Jamkesmas
Jamkesda
Tidak ada
Lainnya, sebutkan.....................
JK
Agama
Hub dg Umur
Pendidikan Pekerjaan
KK
Bagian 1
Isilah kolom berikut dengan memberikan tanda checklist () pada jawaban yang Bapak/ Ibu pilih!
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
2.
Pertanyaan
Benar
Salah
Isilah kolom berikut dengan memberikan tanda check () pada jawaban yang Bapak/ Ibu pilih!
No
Pertanyaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Setuju
Tidak
Setuju
3.
Bagian 3
Isilah kolom berikut dengan memberikan tanda check () pada jawaban yang Bapak/ Ibu pilih!
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
4.
Sering
/setiap
waktu
Pertanyaan
Jarang/
sebagian
besar
Pernah
/sedikit
waktu
Tidak
pernah/tidak
sama sekali
Berilah tanda check () pada kotak sesuai jawaban yang Bapak/ Ibu pilih!
1. Dimanakah nyeri yang bapak/ibu alami?
Lutut
pergelangan kaki
jari-jari kaki
Siku
bahu
pergelangan tangan
Jari-jari tangan
pinggang
leher
10
TERIMA KASIH
ATAS KESEDIAAN ANDA MENGISI KUESIONER INI....
NO :
*PRETEST/POSTTEST
ANGKET PELAKSANAAN KPM PADA LANSIA
DI KELURAHAN CISALAK PASAR KECAMATAN CIMANGGGIS DEPOK
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
PETUNJUK PENGISIAN :
1. Berilah tanda ( ) pada jawaban yang bapak/ibu pilih di kotak yang telah tersedia
2. Isilah titik-titik yang tersedia pada pertanyaan dibawah ini dengan singkat dan jelas
3. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti
DATA UMUM KELUARGA
1. Nama kepala keluarga : .
2. Nama Lansia : ..
3. Usia lansia: .................... tahun
4. Alamat : .......
5. Agama : ..................................................................
6. Suku Bangsa : .........................................................
7. Jenis kelamin :
Laki-laki
Perempuan
8. Pendidikan
Tidak sekolah/tidak tamat SD
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Kawin
Tidak kawin
9. Status perkawinan :
Janda
Duda
10. Pekerjaan:
Pensiunan
Wiraswasta
Pedagang
Tidak Bekerja
Lain-lain, sebutkan...................................................
Rp. 1.400.000,11. Penghasilan keluarga dalam sebulan :
Rp. 1.400.000,12. Riwayat penyakit keluarga :
Ada, sebutkan.............................
Tidak ada
13. Apakah ada penghasilan yang disisihkan untuk lansia:
Ada
Tidak ada
14. Pelayanan kesehatan yang digunakan oleh keluarga untuk mengatasi kesehatan lansia
Posbindu
Puskesmas
Rumah sakit
Klinik swasta
Lain-lain, sebutkan.....................
15. Jaminan pelayanan kesehatan yang dimiliki lansia
Askes
Jamsostek
Jamkesmas
Jamkesda
Tidak ada
Lainnya, sebutkan.....................
16. Transportasi yang digunakan untuk mencapai pelayanan kesehatan
Kendaraan pribadi (mobil, motor, sepeda)* -coret yang tidak perlu
Angkutan umum (angkot, Taxi, Ojek)* -coret yang tidak perlu
Lain-lain, sebutkan.....................................................................
17. Anggota keluarga yang tinggal serumah
No Nama
JK Agama Hub dg Umur
Pendidikan Pekerjaan
KK
10
Bagian 1
Isilah kolom berikut dengan memberikan tanda checklist () pada jawaban yang Bapak/ Ibu pilih!
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pertanyaan
KPM adalah kartu catatan tentang perkembangan kesehatan lansia dengan asam
urat
Kadar asam urat 5 mg/dl adalah kadar yang normal bagi lansia laki-laki
Apabila kadar asam urat normal, maka lakukan tindakan pencegahan agar kadar
asam urat tidak naik
Pluit/sempritan dapat digunakan untuk memanggil orang disekitar ketika jatuh
Kegemukan tidak dapat menyebabkan masalah asam urat
Lansia dengan asam urat tidak dapat mengalami kecacatan atau keterbatasan
gerak
Lampu yang redup dapat menyebabkan jatuh
Makan melinjo tidak dapat menyebabkan masalah asam urat
Makan-makanan yang berlemak, digoreng dan bersantan dapat menyebabkan
masalah asam urat
Minum alkohol dapat menyebabkan asam urat
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
Benar
Salah
2.
Bagian 2
Isilah kolom berikut dengan memberikan tanda check () pada jawaban yang Bapak/ Ibu pilih!
No
Pertanyaan
Setuju
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tidak
Setuju
Bagian 3
Isilah kolom berikut dengan memberikan tanda check () pada jawaban yang Bapak/ Ibu pilih!
3.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Pertanyaan
Sering
/setiap
waktu
Jarang/
sebagian
besar
Pernah
/sedikit
waktu
Tidak
pernah/tidak
sama sekali
TERIMA KASIH
....ATAS KESEDIAAN ANDA MENGISI KUESIONER INI....
*PRETEST/POSTTEST
NO :
ANGKET PELAKSANAAN KPM
PADA LANSIA DENGAN ASAM URAT OLEH KELUARGA
DI KELURAHAN CISALAK PASAR KECAMATAN CIMANGGGIS DEPOK
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK- UI
PETUNJUK PENGISIAN :
1. Berilah tanda ( ) pada jawaban yang bapak/ibu pilih di kotak yang telah tersedia
2. Isilah titik-titik yang tersedia pada pertanyaan dibawah ini dengan singkat dan jelas
3. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti
4. * Coret yang tidak perlu
DATA UMUM KELUARGA
1. Nama Keluarga : ...............
: .................... tahun
2. Usia
3. Alamat
: ............
4. Suku Bangsa : ...........................................................
5. Jenis kelamin : * Laki-laki / Perempuan
6. Pendidikan terakhir : ............................................................
7. Pekerjaan
:.............................................................
8. Penghasilan keluarga dalam sebulan :
Rp. 1.400.000,Rp. 1.400.000,9. Riwayat penyakit keluarga : * Tidak ada / Ada, sebutkan.............................
10. Apakah ada penghasilan yang disisihkan untuk lansia: * Tidak ada / Ada
11. Pelayanan kesehatan yang digunakan oleh keluarga untuk mengatasi kesehatan lansia
Posbindu
Puskesmas
Rumah sakit
Klinik swasta
Lain-lain, sebutkan.......
12. Jaminan pelayanan kesehatan yang dimiliki keluarga:
Askes
Jamsostek
Jamkesmas/Jamkesda
Tidak ada
Lainnya, sebutkan.......
A. Bagian 1
Isilah kolom berikut dengan memberikan tanda checklist () pada jawaban yang Bapak/ Ibu pilih!
No
Pertanyaan
Benar Salah
KPM adalah kartu catatan perkembangan status kesehatan lansia dengan asam urat
1
Kadar asam urat normal bagi lansia laki-laki adalah 2,6 6 mg/dl
2
Makan
jeroan
dapat
meningkatkan
kadar
asam
urat
lansia
3
Olahraga dengan berjalan kaki baik dilakukan oleh lansia dengan masalah asam urat
4
Istirahat setelah beraktifitas diperlukan oleh lansia dengan masalah asam urat
6
Lantai
yang
licin
dapat
menyebabkan
lansia
mudah
jatuh
8
Buah semangka dapat dimakan untuk menurunkan kadar asam urat lansia
9
10 Kadar asam urat yang dibiarkan tinggi dapat menyebabkan kecacatan pada sendi lansia
B. Bagian 2
Isilah kolom berikut dengan memberikan tanda check () pada jawaban yang Bapak/ Ibu pilih!
No
Pertanyaan
Setuju
1
2
3
4
5
Menyediakan makanan yang tidak bersantan baik bagi lansia dengan masalah asam urat
Menyediakan air putih untuk diminum lansia baik untuk menurunkan kadar asam urat
Jahe merah dapat digunakan untuk menurunkan nyeri persendian pada lansia
Latihan gerak sendi dilakukan hanya pada saat lansia mengeluh nyeri pada persendian
Lansia dengan keluhan nyeri sendi tidak perlu diantar Puskesmas/Posbindu
Lansia dengan kadar asam urat 10 mg/dl diberikan tindakan perawatan sesuai pedoman
KPM
Kelelahan yang dialami lansia dapat meningkatkan nyeri persendian
Keluarga merupakan sumber pendukung kesehatan lansia
6
7
8
Tidak
Setuju
*PRETEST/POSTTEST
NO :
ANGKET PELAKSANAAN KPM
PADA LANSIA DENGAN ASAM URAT OLEH KADER
DI KELURAHAN CISALAK PASAR KECAMATAN CIMANGGGIS DEPOK
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK- UI
PETUNJUK PENGISIAN :
1. Berilah tanda ( ) pada jawaban yang bapak/ibu pilih di kotak yang telah tersedia
2. Isilah titik-titik yang tersedia pada pertanyaan dibawah ini dengan singkat dan jelas
3. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti
4. * Coret yang tidak perlu
DATA UMUM KADER
1. Nama Kader : ...............
: .................... tahun
2. Usia
3. Alamat
: ............
4. Suku Bangsa : ...........................................................
5. Jenis kelamin: * Laki-laki / Perempuan
6. Pendidikan terakhir : ............................................................
7. Pekerjaan
:.............................................................
A. Bagian 1
Isilah kolom berikut dengan memberikan tanda checklist () pada jawaban yang Bapak/ Ibu pilih!
No
Pertanyaan
Benar Salah
KPM adalah kartu catatan tentang perkembangan kesehatan lansia dengan asam urat
1
Apabila kadar asam urat lansia tidak normal maka lansia melakukan tindakan
3
4
5
6
7
8
9
10
pencegahan
Kadar asam urat normal pada lansia wanita adalah 8 mg/dl
Makan makanan tinggi purin dapat menyebabkan masalah asam urat
Kegemukan adalah faktor risiko masalah asam urat
Kompres jahe merah dapat mengurangi nyeri persendian
Latihan gerak sendi dapat dilakukan setiap hari
Rebusan daun sirsak tidak dapat digunakan untuk mengatasi masalah asam urat
Tongkat adalah alat bantu jalan dengan 4 pijakan yang dapat digunakan untuk mencegah
jatuh
B. Bagian 2
Isilah kolom berikut dengan memberikan tanda check () pada jawaban yang Bapak/ Ibu pilih!
No
Pertanyaan
Setuju
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tidak
Setuju
YA
(1)
Pernyataan
A
B
TIDAK
(0)
E
tomat, semangka, melon, blewah, mentimun, jambu air, pisang)
minimal selama 4 hari dalam seminggu
Menyiapkan ramuan tradisional untuk mengatasi masalah asam urat
F
(kompres jahe merah, rebusan daun salam, rebusan daun sirsak, jus
buah delima) minimal selama 4 hari dalam seminggu
Mampu mendemonstrasikan gerakan latihan gerak sendi dengan
G
benar (tuliskan jumlah gerakan yang mampu dilakukan)
H
Menyiapkan diri berada pada lingkungan yang aman dari risiko jatuh
I
keluhan terkait asam urat dan rutin ke Posbindu 1 bulan sekali
*penilaian kode A, B, C, D, E, F diperoleh dari hasil pengamatan langsung dilengkapi dengan
penilaian pada penulisan di buku pintar serta wawancara
HASIL PENGAMATAN
Isilah kolom berikut dengan memberikan nilai untuk jawaban YA/ADA = 1 dan jawaban TIDAK = 0
pada hasil pengamatan yang bapak/ibu lihat pada lansia dengan masalah asam urat
MINGGU KE
Tgl
4
5
6
7
8
9
10
11
12
2
3
1
Kode
A
B
C
D
E
F
G
H
I
TOTAL
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
KATEGORI KEMANDIRIAN
........................................
NILAI KATEGORI
= ................................................
= .................mg/dl.
KATEGORI KEMANDIRIAN
-
MERAH (M) : Kadar asam urat tidak normal, dan tidak melakukan pengelolaan
kesehatan
KUNING (K) : Kadar asam urat tidak normal, dan melakukan pengelolaan kesehatan
dengan bimbingan
BIRU (B) : Kadar asam urat tidak normal, dan melakukan pengelolaan kesehatan dengan
mandiri
HIJAU (H) : Kadar asam urat normal, dan melakukan pengelolaan kesehatan dengan
mandiri
(.....................................)
REKAPITULASI
NAMA KADER
: ....................................................
ALAMAT
: ....................................................
Petunjuk Pengisian Setiap item yang dinilai diberi warna dengan kriteria yaitu :
- MERAH (M) : Kadar asam urat tidak normal, dan tidak melakukan pengelolaan kesehatan
- KUNING (K) : Kadar asam urat tidak normal, dan melakukan pengelolaan kesehatan dengan
bimbingan
- BIRU (B) : Kadar asam urat tidak normal, dan melakukan pengelolaan kesehatan dengan
mandiri
- HIJAU (H) : Kadar asam urat normal, dan melakukan pengelolaan kesehatan dengan mandiri
NO
NAMA LANSIA
BULAN......................
1
BULAN......................
1
BULAN......................
1
Kesimpulan
Nilai
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Hasil Penilaian Akhir Kemampuan Pemantauan Kesehatan Mandiri Lansia Dengan Asam
Urat
-
Baik (B) jika tidak ada tanda merah dalam 1 bulan terakhir
Kurang (K) jika lebih dari 2 tanda merah dalam 1 bulan terakhir
Pernyataan
A
B
Lingkungan aman bagi lansia dari risiko jatuh akibat asam urat
Tidak menyediakan makanan yang digoreng, bersantan
Tidak menyediakan makanan jeroan, makanan laut (cumi, udang,
remis, ikan laut, kepiting, kerang), kacang-kacangan.
Menyediakan air putih untuk minum
Menyediakan buah mengandung banyak air/ Vitamin A/ Vitamin C
(wortel, tomat, semangka, melon, blewah, mentimun, jambu air,
pisang) minimal selama 4 hari dalam seminggu
Menyediakan ramuan tradisional untuk mengatasi masalah asam urat
(kompres jahe merah, rebusan daun salam, rebusan daun sirsak, jus
buah delima) minimal selama 4 hari dalam seminggu
Ada keluarga yang mendampingi lansia
C
D
E
F
G
YA
(1)
TIDAK
(0)
HASIL PENGAMATAN
Isilah kolom berikut dengan memberikan nilai untuk jawaban YA/ADA = 1 dan jawaban TIDAK = 0
pada hasil pengamatan yang bapak/ibu lihat pada keluarga dengan lansia asam urat
Tgl
Kode
A
B
C
D
E
F
G
H
TOTAL
( )
( )
( )
( )
( )
MINGGU KE
6
7
( )
( )
10
11
( )
( )
( )
( )
12
( )
FORMAT PENILAIAN
KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH OLEH KADER DALAM
MEMANTAU KEMAMPUAN LANSIA ASAM URAT MELAKUKAN
PEMANTAUAN KESEHATAN SECARA MANDIRI
DI KELURAHAN CISALAK PASAR
NO
1.
KOMPONEN PENILAIAN
FASE PRA INTERAKSI
- Persiapan alat : Lembar observasi kemandirian lansia, stiker
penilaian, alat tulis, tensi digital, alat cek asam urat
- Persiapan kader : Cek kembali keluarga yang akan
dikunjungi
- Persiapan lingkungan : Persiapkan lingkungan yang
mendukung untuk pelaksanaan kesiapan alat sudah lengkap
dan lingkungan yang aman dan nyaman untuk dilakukan
kegiatan tanpa ada gangguan dari luar
FASE ORIENTASI
- Pemberian salam pada keluarga
- Perkenalan yang melakukan supervisi
- Kontrak waktu selama 30 menit
- Tujuan kegiatan untuk melakukan pemantuan kemampuan
lansia mengelola kesehatan secara mendiri
- Meminta buku pintar dan KPM yang dipegang lansia
FASE KERJA
- Memeriksa TD, kadar asam urat dan komponen pemeriksaan
dalam KPM
- Kegiatan observasi untuk menu makanan yang dikonsumsi
- Kegiatan observasi terhadap pengisian buku pintar
- Kegiatan tanya jawab terkait pengelolaan kesehatan
- Kegiatan penilaian yang dicapai lansia dalam lembar
observasi kemandirian
- Kegiatan pemberian umpan balik pada lansia terhadap
penerapan kemampuan pemgelolaan kesehatan secara
mandiri dengan pemberian warna di stiker
- Kegiatan pemberian saran dan masukan terhadap lansia dan
keluarga untuk penerapan pemantauan dan pengelolaan
kesehatan secara mandiri
FASE TERMINASI
- Evaluasi lansia dan keluarga terhadap kegiatan yang
dilakukan oleh kader
- Rencana tindak lanjut yang akan dilakukan selanjutnya
- Berpamitan
- Dokumentasi
TOTAL JUMLAH
KET :
SKOR : 0 = Tidak dilakukan
1 = dilakukan tidak sempuna
2 = dilakukan sempurna
SKOR
JUMLAH
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
Depok, .................20....
Penilai
MINGGU KE / TANGGAL
NO
NAMA
ALAMAT
10
11
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Depok, .................20.....
Penilai
(
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
12
TOTAL
PETUNJUK UMUM
KADER DALAM MELAKUKAN KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH
TENTANG PEMANTAUAN KESEHATAN MANDIRI OLEH
LANSIA DENGAN ASAM URAT DI KELURAHAN CISALAK PASAR
NAMA KADER
: .........................................................................
RW
: .........................................................................
FORMAT PENILAIAN
KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH OLEH KADER DALAM
MEMANTAU KEMAMPUAN LANSIA ASAM URAT MELAKUKAN
PEMANTAUAN KESEHATAN SECARA MANDIRI
DI KELURAHAN CISALAK PASAR
NO
1.
KOMPONEN PENILAIAN
FASE PRA INTERAKSI
- Persiapan alat : Lembar observasi kemandirian lansia, stiker
SKOR
2
dikunjungi
- Persiapan
lingkungan
Persiapkan
lingkungan
yang
dalam KPM
- Kegiatan observasi untuk menu makanan yang dikonsumsi
observasi kemandirian
- Kegiatan pemberian umpan balik pada lansia terhadap
penerapan
kemampuan
pemgelolaan
kesehatan
secara
JUMLAH
- Berpamitan
- Dokumentasi
2
TOTAL JUMLAH
KET :
SKOR : 0 = Tidak dilakukan
1 = dilakukan tidak sempuna
2 = dilakukan sempurna
KATEGORI KEMANDIRIAN
........................................
LEMBAR OBSERVASI KEMANDIRIAN LANSIA
NAMA KK
:......................................................
NAMA LANSIA
:......................................................
UMUR
: ......................................................
KADAR ASAM URAT: ......................................................
Petunjuk : Berikanlah tanda ceklist () pada item penilaian komponen yang dilakukan lansia
NO
KOMPONEN
Tidak
Dilakukan Dilakukan
KET
Dilakukan
Dengan
Secara
Bimbingan
Mandiri
1
Mengenali keluhan dan
melakukan cara mengatasi
masalah
2
Melakukan pengaturan menu
makanan dan minuman
3
Melakukan olahraga ringan dan/
atau olah gerak sendi
4
Memeriksakan kesehatan ke
pelayanan kesehatan sebulan
sekali
NILAI
TOTAL NILAI
HASIL PENILAIAN = ................................................
KETERANGAN SKOR :
Tidak Dilakukan = 0
Dilakukan Dengan Bimbingan = 1
Dilakukan Secara Mandiri = 2
HASIL PENILAIAN :
0 = Tidak Melakukan Pengelolaan Kesehatan
1-6 = Dengan Bimbingan
7 = Mandiri
KATEGORI KEMANDIRIAN
MERAH (M) : Kadar asam urat tidak normal, dan tidak melakukan pengelolaan kesehatan
KUNING (K) : Kadar asam urat tidak normal, dan melakukan pengelolaan kesehatan dengan
bimbingan
BIRU (B) : Kadar asam urat tidak normal, dan melakukan pengelolaan kesehatan dengan mandiri
HIJAU (H) : Kadar asam urat normal, dan melakukan pengelolaan kesehatan dengan mandiri
(.....................................)
REKAPITULASI
HASIL PENILAIAN KEMAMPUAN PEMANTAUAN KESEHATAN MANDIRI
LANSIA DENGAN ASAM URAT DI KELURAHAN CISALAK PASAR
NAMA KADER
ALAMAT
: ....................................................
: ....................................................
Petunjuk Pengisian Setiap item yang dinilai diberi warna dengan kriteria yaitu :
- MERAH (M) : Kadar asam urat tidak normal, dan tidak melakukan pengelolaan
kesehatan
- KUNING (K) : Kadar asam urat tidak normal, dan melakukan pengelolaan kesehatan
dengan bimbingan
- BIRU (B) : Kadar asam urat tidak normal, dan melakukan pengelolaan kesehatan
dengan mandiri
- HIJAU (H) : Kadar asam urat normal, dan melakukan pengelolaan kesehatan dengan
mandiri
NO
NAMA LANSIA
BULAN......................
1
BULAN......................
1
BULAN......................
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kurang (K) jika lebih dari 2 tanda merah dalam 1 bulan terakhir
REKAPITULASI
HASIL PENILAIAN KEMAMPUAN PEMANTAUAN KESEHATAN MANDIRI LANSIA DENGAN ASAM URAT
DI KELURAHAN CISALAK PASAR
NAMA KADER
ALAMAT
NO
NAMA LANSIA
: ....................................................
: ....................................................
ALAMAT
BULAN......................
1
NO
NAMA LANSIA
ALAMAT
NAMA LANSIA
ALAMAT
NAMA LANSIA
ALAMAT
NAMA LANSIA
ALAMAT
KETERANGAN
KETERANGAN
KETERANGAN
BULAN......................
1
KETERANGAN
BULAN......................
BULAN......................
1
BULAN......................
BULAN......................
1
BULAN......................
BULAN......................
BULAN......................
1
BULAN......................
BULAN......................
BULAN......................
1
NO
BULAN......................
1
NO
BULAN......................
1
NO
BULAN......................
KETERANGAN
10
11
12
NILAI-NILAI NORMAL
Tekanan Darah:
120/80 140/90 mmHg
Sistole
Diastole
Tinggi
Normal
Rendah
Nadi
: 80-100 x/menit
Pernafasan : 18-24 x/menit
Suhu
: 36,8oC-37,2oC
Cepat
Normal
Lambat
Cepat
Normal
Lambat
IMT
Nadi
Pernafasan
Suhu
Kadar Asam Urat
Normal
Tidak Normal
Status Gizi
Indeks Masa Tubuh (IMT) = BB(kg)/TB(m)2
Berat Badan (kg)
Tinggi Badan (meter)
Berat badan lebih
Normal
Berat badan kurang
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
Kartu Harap Dibawa setiap
Berkunjung ke POSBINDU
: 18,5 - 25
2,6
3,5
7,2
NO KARTU :
IDENTITAS LANSIA
NAMA
:.........................................
UMUR
:.........................................
AGAMA :.........................................
ALAMAT :.........................................
TINGGAL DENGAN: ........................
PROGRAM SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2012
BUKU PINTAR
LANSIA DENGAN ASAM URAT
DILAKSANAKAN DI :
RW ........ KELURAHAN CISALAK PASAR
PEMILIK
NAMA : .........................................................
ALAMAT :......................................................
BUKU PINTAR
PEMATERI:
Ns. Putu Ayu Sani Utami, S.Kep., M.Kep
SUPERVISOR:
Dra. Junaiti Sahar SKp, M.App.Sc, Ph.D
Widyatuti, S.Kp., M.Kep.,Sp.Kep.Kom
Etty Rekawati, S.Kp., M.Kes
2
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
karunia dan limpahan rahmat-Nya, buku ini dapat tersusun. Buku ini merupakan
buku pelengkap yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan lansia
mengenai asam urat dan juga sebagai buku catatan perkembangan kesehatan.
Gangguan mobilitas merupakan salah satu keluhan yang paling banyak terjadi
pada orang-orang yang telah berusia lanjut. Gangguan mobilitas ini dapat
disebabkan karena penyakit artritis khususnya gout artritis (asam urat) dimana
terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah dan menumpuk di sendi
berupa kristal yang menimbulkan rasa nyeri. Penyakit ini lebih banyak
disebabkan oleh pengaruh gaya hidup dan efek dari penuaan. Apabila tidak
diatasi, tentu saja penyakit asam urat ini membawa dampak permasalahan yang
lebih serius terhadap kesehatan lansia.
Harapannya, dengan adanya buku ini lansia dapat lebih memahami mengenai
penyakit asam urat dan perawatannya, mengetahui perkembangan kesehatannya
serta lebih termotivasi untuk memantau status kesehatannya secara terus menerus
guna mencegah permasalahan kesehatan yang lebih serius.
Penulis menyadari, bahwa buku pintar ini masih jauh dari sempurna, sehingga
masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan.
Penulis
3
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
A. IDENTITAS LANSIA
1. Nama KK
:...............................................
2. Nama Lansia
:...............................................
3. Usia
:...............................................
4. Alamat
:...............................................
5. Suku Bangsa
:...............................................
6. Pendidikan terakhir
:...............................................
Tanggal
Tempat
Kadar Asam
Pemeriksaan
Urat
Keterangan
Pemeriksa/
TTD
4
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
No
Tanggal
Tempat
Kadar Asam
Pemeriksaan
Urat
Keterangan
Pemeriksa/
TTD
5
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
No
Tanggal
Tempat
Kadar Asam
Pemeriksaan
Urat
Keterangan
Pemeriksa/
TTD
6
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
Tanggal
Tekanan Darah
Keterangan
Pemeriksa/TTD
7
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
No
Tanggal
Tekanan Darah
Keterangan
Pemeriksa/TTD
8
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
No
Tanggal
Tekanan Darah
Keterangan
Pemeriksa/TTD
9
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
Keluhan
Cara Mengatasi
10
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
Tanggal
Keluhan
Cara Mengatasi
11
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
Tanggal
Keluhan
Cara Mengatasi
12
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
Tanggal
Keluhan
Cara Mengatasi
13
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
Jenis Makanan
(Nasi/bubur, Lauk,
Sayur, Buah,
Jajanan, dll) yang
dikonsumsi
Porsi Makanan
(Piring/Mangkuk/
Potong/Biji/Buah
/ Gelas/Sendok)
Jenis
Minuman
Jumlah
Minuman
(Gelas/
Botol) yang
dikonsumsi
Ket
PAGI
SIANG
MALAM
PAGI
SIANG
MALAM
PAGI
SIANG
MALAM
14
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
Hari/Tanggal/
waktu
Jenis Makanan
(Nasi/bubur, Lauk,
Sayur, Buah,
Jajanan, dll) yang
dikonsumsi
Porsi Makanan
(Piring/Mangkuk/
Potong/Biji/Buah
/ Gelas/Sendok)
Jenis
Minuman
Jumlah
Minuman
(Gelas/
Botol) yang
dikonsumsi
Ket
PAGI
SIANG
MALAM
PAGI
SIANG
MALAM
PAGI
SIANG
MALAM
15
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
Hari/Tanggal/
waktu
Jenis Makanan
(Nasi/bubur, Lauk,
Sayur, Buah,
Jajanan, dll) yang
dikonsumsi
Porsi Makanan
(Piring/Mangkuk/
Potong/Biji/Buah
/ Gelas/Sendok)
Jenis
Minuman
Jumlah
Minuman
(Gelas/
Botol) yang
dikonsumsi
Ket
PAGI
SIANG
MALAM
PAGI
SIANG
MALAM
PAGI
SIANG
MALAM
16
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
Hari/Tanggal/
waktu
Jenis Makanan
(Nasi/bubur, Lauk,
Sayur, Buah,
Jajanan, dll) yang
dikonsumsi
Porsi Makanan
(Piring/Mangkuk/
Potong/Biji/Buah
/ Gelas/Sendok)
Jenis
Minuman
Jumlah
Minuman
(Gelas/
Botol) yang
dikonsumsi
Ket
PAGI
SIANG
MALAM
PAGI
SIANG
MALAM
PAGI
SIANG
MALAM
17
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
Hari/Tanggal/
waktu
Jenis Makanan
(Nasi/bubur, Lauk,
Sayur, Buah,
Jajanan, dll) yang
dikonsumsi
Porsi Makanan
(Piring/Mangkuk/
Potong/Biji/Buah
/ Gelas/Sendok)
Jenis
Minuman
Jumlah
Minuman
(Gelas/
Botol) yang
dikonsumsi
Ket
PAGI
SIANG
MALAM
PAGI
SIANG
MALAM
PAGI
SIANG
MALAM
18
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
Hari/Tanggal/
waktu
Jenis Makanan
(Nasi/bubur, Lauk,
Sayur, Buah,
Jajanan, dll) yang
dikonsumsi
Porsi Makanan
(Piring/Mangkuk/
Potong/Biji/Buah
/ Gelas/Sendok)
Jenis
Minuman
Jumlah
Minuman
(Gelas/
Botol) yang
dikonsumsi
Ket
PAGI
SIANG
MALAM
PAGI
SIANG
MALAM
PAGI
SIANG
MALAM
19
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
Hari/Tanggal/
waktu
Jenis Makanan
(Nasi/bubur, Lauk,
Sayur, Buah,
Jajanan, dll) yang
dikonsumsi
Porsi Makanan
(Piring/Mangkuk/
Potong/Biji/Buah
/ Gelas/Sendok)
Jenis
Minuman
Jumlah
Minuman
(Gelas/
Botol) yang
dikonsumsi
Ket
PAGI
SIANG
MALAM
PAGI
SIANG
MALAM
PAGI
SIANG
MALAM
20
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
Hari/Tanggal/
waktu
Jenis Makanan
(Nasi/bubur, Lauk,
Sayur, Buah,
Jajanan, dll) yang
dikonsumsi
Porsi Makanan
(Piring/Mangkuk/
Potong/Biji/Buah
/ Gelas/Sendok)
Jenis
Minuman
Jumlah
Minuman
(Gelas/
Botol) yang
dikonsumsi
Ket
PAGI
SIANG
MALAM
PAGI
SIANG
MALAM
PAGI
SIANG
MALAM
21
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
Hari/Tanggal/
waktu
Jenis Makanan
(Nasi/bubur, Lauk,
Sayur, Buah,
Jajanan, dll) yang
dikonsumsi
Porsi Makanan
(Piring/Mangkuk/
Potong/Biji/Buah
/ Gelas/Sendok)
Jenis
Minuman
Jumlah
Minuman
(Gelas/
Botol) yang
dikonsumsi
Ket
PAGI
SIANG
MALAM
PAGI
SIANG
MALAM
PAGI
SIANG
MALAM
22
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
Hari/Tanggal/
waktu
Jenis Makanan
(Nasi/bubur, Lauk,
Sayur, Buah,
Jajanan, dll) yang
dikonsumsi
Porsi Makanan
(Piring/Mangkuk/
Potong/Biji/Buah
/ Gelas/Sendok)
Jenis
Minuman
Jumlah
Minuman
(Gelas/
Botol) yang
dikonsumsi
Ket
PAGI
SIANG
MALAM
PAGI
SIANG
MALAM
PAGI
SIANG
MALAM
23
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
Hari/Tanggal/
waktu
Jenis Makanan
(Nasi/bubur, Lauk,
Sayur, Buah,
Jajanan, dll) yang
dikonsumsi
Porsi Makanan
(Piring/Mangkuk/
Potong/Biji/Buah
/ Gelas/Sendok)
Jenis
Minuman
Jumlah
Minuman
(Gelas/
Botol) yang
dikonsumsi
Ket
PAGI
SIANG
MALAM
PAGI
SIANG
MALAM
PAGI
SIANG
MALAM
24
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
MATERI 1
ASAM URAT
A. Pengertian Asam Urat
Asam urat merupakan sisa metabolisme purin (protein) yang berasal dari makanan
dan sukar larut dalam air.
Penyakit asam urat (Gout Arthritis) adalah serangan radang persendian yang
berulang yang disebabkan oleh penimbunan kristal asam urat di dalam persendian.
B. Nilai Normal kadar Asam Urat
Wanita : 2,6- 6 mg/dl
Pria : 3,5 7,2 mg/dl
C. Penyebab Asam Urat
1. Gangguan ginjal
2. Makan makanan yang banyak mengandung asam urat
3. Kekurangan cairan (dehidrasi)
D. Tanda dan gejala Asam urat menurut Smeltzer & Bare (2002)
1. Munculnya rasa sakit yang berat dan sendi yang terkena terlihat bengkak,
kemerahan dan panas.
2. Nyeri dan kaku pada kaki dan jari-jari kaki. Nyeri yang hebat dirasakan
pada satu atau beberapa sendi, seringkali terjadi pada malam hari
3. Serangan cenderung sembuh spontan dalam waktu 10-14 hari meskipun
tanpa terapi.
4. Gangguan dan atau keterbatasan gerak sendi.
5. Pada pemeriksaan asam urat,hasilnya meningkat (pria > 7,2 mg/dl dan
wanita >6 mg/dl)
E. Bahaya jika Asam urat tidak ditangani
Aktivitas terganggu akibat nyeri
Kerusakan/cacat pada persendian dan tulang
Komplikasi (gangguan ginjal, jantung, hipertensi)
F. Cara Pencegahan Asam urat menurut Mahan, L.K., & Escott-Stump (2000),
1. Pembatasan makanan yang mengandung zat tinggi purin (makanan yang
mengandung asam urat tinggi)
2. Berat badan normal/tidak kegemukan
3. Konsumsi makanan tinggi karbohidrat (nasi, roti, singkong, ubi)
4. Olah raga teratur atau melakukan pergerakan ROM (Range of Motion)
25
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
5. Banyak minum air putih (minum minimal sebanyak 2,5 liter atau 10 gelas
sehari.
6. Makan buah yang banyak mengandung air dan vitamin C
7. Menkonsumsi vitamin A dan C
G. Cara Perawatan Asam urat
1. Berikan kompres air hangat bila nyeri datang lakukan selama 10 menit setiap
pagi dan sore.
2. Berikan kompres air dingin bila sendi bengkak atau kemerahan (timbul
peradangan).
3. Kurangi aktivitas pada sendi yang terkena dan istirahat yang cukup
4. Tidak memijat bagian yang sakit.
5. Pengaturan makanan rendah purin
H. Jenis Makanan yang Perlu diperhatikan
Golongan A
Golongan B
Kadar purin tinggi
Kadar purin sedang
100-1000 mg purin/100 gram
9-100 mg purin/100 gr
(Sebaiknya tidak dikonsumsi)
bahan makanan (Dapat
dikonsumsi sekali-kali)
a) Semua makanan dan
minuman yang mengandung
alkohol, yaitu arak, bir, wiski,
anggur, tape ketan, tuak, dan
makanan yang mengandung
ragi
b) Bebek, angsa, ikan kecil, ikan
sarden, makarel, remis,
kerang, kepiting, lobster, dan
telur ikan
c) Makanan yang diawetkan
dalam kaleng seperti kornet,
sarden, dan lain-lain
d) Jeroan, misalnya otak, lidah,
jantung, hati, limpa, ginjal,
dan usus
e) Kaldu daging.
f) Durian, alpukat
g) Melinjo, daun melinjo
Golongan C
Kadar purin rendah
0-50 mg/100 gr
makanan
(Bebas dikonsumsi)
Nasi, ubi, singkong,
roti,
beras,makaroni,
keju, telur, jagung,
kue kering,
mie/bihun, produk
susu, gula, tomat,
Sayuran dan buahbuahan selain
dalam golongan A
dan B
Dikutip dari Harris, M; Siegel, L; Alloway, J. 1999. Gout and Hyperuricemia. American Academy of
Family Physicians
26
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
I.
Obat Tradisional untuk mencegah penyakit asam urat menurut Beth M. Ley, 2007
1. Terapi obat tradisional (herbal) : Konsumsi takokak menurut selera dan
lakukan secara teratur.
2. Belah 1 buah pare mentah segar, buang bijinya. Setelah itu, cuci bersih dan
potong-potong, lalu rebus dengan 2 gelas air bersih hingga tersisa 1 gelas.
Dinginkan lalu saring. Pemakaian : minum sekaligus, satu kali sehari.
3. 300 gr sirsak, buang bijinya. Blender sirsak, tuangkan ke dalam gelas.
Minum setiap hari 1 gelas.
4. Jus seledri mengandung diuretic untuk mengeluarkan urin.
5. Kunyit dan temulawak mengandung curcumin yang dapat mengurangi
reaksi peradangan pada sendi
6. Pisang (mengandung potasium & B6 yang bermanfaat untukmengurangi
rasa sakit persendian & nyeri otot)
7. Buah mengandung banyak air sangat penting, (semangka, melon,belewah,
belimbing, & jambu air)
8. Rebus 7 lembar daun salam bersama dengan 2 gelas air sampai tersisa 1
gelas ir rebusan. Minumlah selagi hangat pagi dan sore hari
9. Labu siam diparut kemudian disaring diambil airnya diminum tiap hari
10. Makan buah mengandung banyak air seperti semangka, melon, belewah,
belimbing, & jambu air
11. Cuka apel yang sudah jadi & dicampur madu dengan ukuran satu sendok
madu ditambah 2 sendok makan cuka apel tambah air hangat +50cc &
diminum selama 1 minggu pagi bangun tidur &sebelum tidur malam
Dapat pergi ke
POSBINDU, PUSKESMAS,
27
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
MATERI 2
LATIHAN GERAK SENDI (ROM)
A. Pelatihan ROM (Range Of Motion)
1. Pengertian
Latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan
peregangan otot, dimana lansia menggerakkan masing-masing persendiannya
sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif.
2. Tujuan
a. Meningkatkan atau mempertahankan kelenturan dan kekuatan otot,
b. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan, mencegah kerusakan dan
kekakuan pada sendi.
3. Manfaat
Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan
pergerakan, memperbaiki kekencangan otot, mencegah terjadinya kekakuan sendi,
memperlancar sirkulasi darah.
4. Kontraindikasi
a. Lansia dengan gangguan pada jantung dan pembuluh darah serta sistem
pernafasan
b. Pembengkakan dan peradangan pada sendi atau tulang
c. Cedera pada tulang disekitar sendi
5. Prosedur Latihan
a. Cuci tangan
b. Atur posisi tubuh senyaman mungkin untuk melakukan latihan, dapat berdiri
atau duduk sambil bersender.
c. Rapatkan kedua kaki dan letakkan lengan pada masing-masing sisi tubuh
d. Lakukan gerakan dengan hitungan 1x8
e. Masing-masing gerakan dapat diulangi sampai 3 kali
28
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
6. Gerakan
a. LEHER
1) Menggerakkan dagu menempel ke dada
2) Mengembalikan kepala ke posisi tegak
3) Menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin
4) Memiringkan kepala sejauh mungkin kearah setiap bahu
Gerakan
a.1, a.2, a.3
Gerakan
a.4
b. BAHU
1) Menaikkan lengan dari posisi di samping tubuh ke depan ke posisi di atas
kepala
2) Mengembalikan lengan ke posisi di samping tubuh
3) Menggerakkan lengan ke belakang tubuh, siku tetap lurus
29
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
6) Tekuk siku sejajar bahu, putar bahu dengan menggerakkan lengan sampai
ibu jari menghadap kedalam dan kebelakang
7) Tekuk siku, Gerakkan lengan sampai ibu jari ke atas dan kesamping kepala
c. SIKU
1) Menekuk siku sehingga lengan bawah bergerak ke depan sendi bahu dan
tangan sejajar bahu
2) Meluruskan siku dengan menurunkan tangan
30
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
d. LENGAN BAWAH
1) Memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan menghadap
keatas
2) Memutar lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap ke bawah
e. PERGELANGAN TANGAN
1) Menggerakkan telapak tangan dan jari-jari ke sisi bagian dalam lengan
bawah
2) Menggerakkan telapak tangan dan jari-jari ke sisi bagian atas kearah bahu
Gerakan e.1
Gerakan e.2
Gerakan e.3
Gerakan e.4
31
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
f. JARI-JARI TANGAN
1) Mengenggam
2) Meluruskan jari-jari tangan
g. IBU JARI
1) Menggerakkan ibu jari menyilang permukaan telapak tangan
2) Menggerakkan ibu jari lurus menjauh dari tangan
3) Mengerakkan ibu jari kedepan tangan
4) Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada tangan yang sama
Gerakan g.1
Gerakan g.2
Gerakan g.3
Gerakan g.4
32
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
h. PINGGUL
1) Menggerakkan kaki ke depan dan atas
2) Menggerakkan kembali ke samping tungkai yang lain
3) Menggerakkan tungkai ke belakang tubuh
Gerakan h.1
Gerakan h.2
Gerakan h.3
Gerakan h.5
Gerakan h.7
33
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
i. LUTUT
1) Mengerakkan tumit kearah belakang paha
2) Mengembalikan kaki kearah lantai
j. MATA KAKI
1) Mengerakkan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke atas
2) Menggerakkan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke bawah
k. KAKI
1) Memutar telapak kaki ke samping dalam
2) Memutar telapak kaki ke samping luar
34
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
l. JARI-JARI KAKI
1) Melengkungkan jari-jari kaki ke bawah
2) Meluruskan jari-jari kaki
Gerakan l.1
Gerakan l.2
Gerakan l.3
Gerakan l.4
......SELAMAT BERLATIH......
35
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
MATERI 3
KOMPRES JAHE MERAH UNTUK MENURUNKAN NYERI
2.1 JAHE
Pengertian
Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu.
Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Oleh karena
itu kedua bangsa ini disebut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali
memanfaatkan jahe terutama sebagai bahan minuman, bumbu masak dan obatobatan tradisional.
Jenis Tanaman
Jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan warna
rimpangnya. Umumnya dikenal 3 varietas jahe, yaitu :
a) Jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak
Rimpangnya lebih besar dan gemuk, ruas rimpangnya lebih
menggembung dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini bias dikonsumsi baik
saat berumur muda maupun berumur tua. Jahe ini rasanya tidak terlalu
pedas sehingga banyak digunakan sebagai bumbu masakan baik secara
nasional maupun internasional.
b) Jahe putih/kuning kecil atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit
Jahe ini selalu dipanen setelah berumur tua. Jahe ini juga dipakai sebagai
bumbu masakan, ruasnya lebih kecil, agak rata, sedikit agak sedikit
mengembung, rasa lebih pedas, seratnya tinggi dan aromanya cukup tajam.
c) Jahe merah
Rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari pada jahe putih kecil.
sama seperti jahe kecil, jahe merah selalu dipanen setelah tua, dan juga
memiliki kandungan minyak atsiri yang tinggi, sehingga cocok untuk ramuan
obat-obatan. Jahe jenis ini memiliki kandungan gingerol (zat antiradang)
yang lebih tinggi dibanding dua macam jahe lainnya, ukuran rimpangnya
paling kecil dengan kulit warna merah, memiliki serat lebih besar
dibandingkan dengan jahe biasa. Jahe jenis yang ini memiliki kandungan
minyak atsiri tinggi dan rasa yang paling pedas, cocok untuk bahan dasar
farmasi dan jamu.
Manfaat
Adapun manfaat jahe antara lain adalah sebagai karminatif (peluruh
kentut), anti muntah, pereda kejang, anti pengerasan pembuluh darah, peluruh
keringat, anti inflamasi, anti mikroba dan parasit, anti piretik, anti rematik, serta
merangsang pengeluaran getah lambung dan getah empedu.
36
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
37
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
MATERI 4
PEMANTAUAN KESEHATAN DIRI
1. Kurangi Berat Badan bila kelebihan berat badan (capai berat badan ideal)
Obesitas atau kegemukan seseorang dapat diketahui dengan menghitung indek
masa tubuh (IMT) yaitu berat badan dalam kilogram dibagi dengan tinggi
badan dalam m2 (Yuliarti, 2007).
BB (Kg)
I MT =
TB x TB (m)
Pengukuran antropometri yang paling sering digunakan adalah rasio antara
berat badan (kg) dan tinggi badan (m2) kuadrat, yang disebut Indeks Massa
Tubuh (IMT) terlihat dalam sebagai berikut :
Tabel Indeks Massa Tubuh
Status Gizi
Normal
Kegemukan
Obesitas
Wanita
17 - 23
23 -27
>27
Laki-laki
18 - 25
25 -27
>27
38
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
3. HATI-HATI JATUH!
Lansia dengan masalah keterbatasan gerak akibat penyakit asam urat sangat
berisiko untuk jatuh.
a. Berikut ini adalah cara yang dapat dilakukan lansia setelah jatuh jika masih bisa
bangun adalah:
1) Mengangkat badan dengan bantuan siku
2) Mengangkat tubuh lagi dengan bantuan lutut dan kedua lengan lurus
39
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
b. Sedangkan, cara yang dapat dilakukan lansia setelah jatuh jika lansia tidak
bisa bangun adalah:
1) Menarik perhatian dengan memukul benda atau membunyikan alarm
atau menelpon jika bisa.
40
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
TIPS
Sediakan bel/ alarm di dekat Anda dan nomor
telepon darurat
Tinggallah bersama keluarga untuk membantu
Anda
Diskusikan dengan petugas kesehatan setelah
jatuh apalagi jika terjadi masalah kesehatan
bawa ke tempat pelayanan kesehatan terdekat
41
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
2. Pisang (mengandung potasium & B6 yang bermanfaat untukmengurangi rasa sakit persendian
& nyeri otot)
KENALI
PENYAKIT ASAM URAT
dalam persendian.
Normal:
Wanita : 2,6- 6 mg/dl
Pria : 3,5 7,2 mg/dl
Gangguan ginjal
Makan makanan yang
banyakmengandung asam urat
BAGAIMANA MEMBANTU
LANSIA YANG JATUH ???
SEBAIKNYA LANSIA BERUSAHA UNTUK BANGUN SENDIRI,
ANDA HANYA BERTINDAK SEBAGAI PEMANDUNYA
1. Mengangkat
badan dengan
bantuan siku.
2
2. Mengangkat
tubuh lagi
dengan bantuan
lutut dan kedua
lengan lurus.
3. Pegang
permukaan
kursi/ benda
untuk
membantu
berdiri.
4. Hadapkan
tubuh ke
kursi untuk
berdiri.
TIPS
5. Putar badan
pelan-pelan
dan duduk di
kursi.
Gerakkan leher
menunduk dan
menengadah
secara bergantian
Arahkan kepala
menengok ke
kanan dan ke kiri
secara bergantuan
Miringkan kepala
sejauh mungkin
kearah setiap bahu
Angkat dan
turunkan tangan
kanan/kiri di depan
badan secara
bergantian
Angkat dan
turunkan tangan
kanan/kiri di
samping badan
secara bergantian
11
Arahkan tangan
kanan/kiri ke depan
badan dan ke belakang
punggung secara
bergantian
12
10
Gerakkan lengan
dengan lingkaran
penuh
13
14
15
20
18
17
16
21
19
22
23
Tekuk dan
luruskan lutut
kanan/kiri ke arah
belakang tubuh
secara bergantian
24
25
Arahkan pergelangan
kaki kanan/kiri ke
karah samping luar
dan dalam tubuh
secara berbarengan
26
27
@sani_2012