Anda di halaman 1dari 235

UNIVERSITAS INDONESIA

KARTU PEMANTAUAN MANDIRI (KPM) SEBAGAI BENTUK


INTERVENSI KEPERAWATAN KOMUNITAS UNTUK PENCEGAHAN
GANGGUAN PERGERAKAN AKIBAT ASAM URAT PADA LANSIA
DI KELURAHAN CISALAK PASAR DEPOK

KARYA ILMIAH AKHIR

PUTU AYU SANI UTAMI


0906594601

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI SPESIALIS ILMU KEPERAWATAN
PEMINATAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
DEPOK
JULI 2013

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

UNIVERSITAS INDONESIA

KARTU PEMANTAUAN MANDIRI (KPM) SEBAGAI BENTUK


INTERVENSI KEPERAWATAN KOMUNITAS UNTUK PENCEGAHAN
GANGGUAN PERGERAKAN AKIBAT ASAM URAT PADA LANSIA
DI KELURAHAN CISALAK PASAR DEPOK

KARYA ILMIAH AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Ners Spesialis Keperawatan Komunitas

OLEH
PUTU AYU SANI UTAMI
0906594601

Pembimbing I : Dra. Junaiti Sahar, SKp., M.App. Sc., PhD


Pembimbing II : Ns. Widyatuti, S.Kp. M.Kep., Sp.Kep.Kom

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI SPESIALIS ILMU KEPERAWATAN
PEMINATAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
DEPOK
JULI 2013

i
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi


Waa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas anugerah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah akhir ini yang berjudul Kartu Pemantauan Mandiri
(KPM) sebagai bentuk intervensi keperawatan komunitas untuk pencegahan
gangguan pergerakan akibat asam urat pada lansia di Kelurahan Cisalak Pasar
Depok. Penulis menyadari bahwa bimbingan dan dukungan yang diberikan oleh
berbagai pihak kepada penulis menjadikan penulis mampu untuk menyelesaikan
karya ilmiah ini dengan baik dan tepat waktu. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih dan sanjungan setinggi-tingginya kepada :
1.

Dewi Irawaty, M.A., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan


Universitas Indonesia.

2.

Dra. Junaiti Sahar, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D selaku Wakil Dekan Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia sekaligus sebagai pembimbing I
yang telah memberikan bimbingan, motivasi, inspirasi dan jalan keluar untuk
setiap proses dalam penulisan ini.

3.

Widyatuti, M.Kep.,Sp.Kom selaku pembimbing II yang telah membimbing


dengan teliti, sabar, memberikan ide-ide inspiratif dan mencerahkan
pemikiran penulis demi sempurnanya karya ilmiah akhir ini.

4.

Etty Rekawati, S.Kp., M.Kes, selaku supervisor yang telah memberikan


masukan dan arahan kepada penulis selama praktik residensi.

5.

Seluruh Tim Dosen Keperawatan Komunitas dan Staf Pasca Sarjana Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang telah membantu kelancaran
proses penulisan ini.

6.

Dinas Kesehatan Kota Depok yang telah memberikan ijin pelaksanaan praktik
residensi di wilayah Cisalak Pasar.

7.

Seluruh staf dan kader Posbindu di Kelurahan Cisalak Pasar yang telah
membantu dalam pelaksanaan praktik residensi.

8.

Suamiku, kedua orang tua tercinta dan adikku yang senantiasa memberikan
semangat, dukungan dan doa tiada henti.

v
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

9.

Rekan-rekan residen Sama Hati (Sani, Asti, Muin, Aspihan, Hasbi, Taufik
dan Erjin) spesialis keperawatan komunitas yang selalu kreatif dan
senantiasa saling membantu serta memotivasi dalam menyelesaikan praktik
residensi.

10. Seluruh pihak yang membantu kesuksesan dari penulisan ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata, semoga karya ilmiah akhir ini dapat bermanfaat dan mampu
menjadi inspirasi bagi pengembangan model-model intervensi keperawatan
komunitas dan mohon maaf atas segala kekurangan.

Depok, 9 Juli 2013

Penulis

vi
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

ABSTRAK

Nama
: Putu Ayu Sani Utami
Program Studi : Ners Spesialis Keperawatan Komunitas
Judul
: Kartu Pemantauan Mandiri (KPM) sebagai bentuk intervensi
keperawatan komunitas untuk pencegahan gangguan pergerakan
akibat asam urat pada lansia di Kelurahan Cisalak Pasar Depok

Kartu Pemantauan Mandiri (KPM) berfungsi untuk memandirikan lansia dalam


mengelola kesehatannya dan mengendalikan faktor risiko masalah asam urat.
Perumusan KPM menggunakan integrasi teori konsekuensi fungsional, teori
manajemen, community as partner, family centered nursing, Arthtritis Self
Management Program dan KMS Lansia. Hasil memperlihatkan bahwa 90 lansia
menunjukkan terjadi peningkatan perilaku pada hasil uji Wilcoxon dengan nilai p
0,000 yang memberikan arti bahwa ada pengaruh yang signifikan pada
pengetahuan, keterampilan dan sikap lansia dalam mengelola asam urat. Nyeri
menurun dari skala 6,02 menjadi 4,50 dan penurunan kadar asam urat pada lansia
pria sebesar 1,93 mg/dl sedangkan wanita 2,02 mg/dl. Peningkatan kesehatan
lansia juga ditunjukkan oleh 10 keluarga lansia binaan. Dinas Kesehatan,
Puskesmas, perawat komunitas dan masyarakat disarankan untuk menggunakan
KPM sebagai solusi dalam mengelola kesehatan lansia dengan risiko gangguan
pergerakan akibat asam urat.

Kata Kunci :
asam urat, Kartu Pemantauan Mandiri (KPM), lansia, risiko gangguan pergerakan

viii
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

ABSTRACT

Name
: Putu Ayu Sani Utami
Study Program : Community Nursing Specialist
: Independent Monitoring Card (IMC) as a form of community
Title
nursing intervention for the prevention of movement disorders in
the elderly due to uric acid in Cisalak Pasar Village Depok

Independent Monitoring Card (IMC) makes elderly become independent in


managing health and controlling risk of gout. The IMC applied integration of
functional consequences theory, management theory, community as partners,
family centered nursing, Arthtritis Self Management Program and elderly KMS.
The results showed that 90 elderly experienced increase in behavior with p value
in Wilcoxon test are 0,000, which that mean IMC gave a significant effect on
knowledge, skill and attitudes of the elderly in managing gout. Pain scale
decreased from 6,02 to 4,50 and uric acid reduction levels in elderly men 1,93
mg/dl while women 2,02 mg/dl. The improved health of the elderly is also
indicated by 10 families assisted. Department of Health, health centers,
community nurses and community are advised to use IMC as a solution to solve
movement disorders due to uric acid among elderly.

Key words :
elderly, Independent Monitoring Card (IMC), movement disorders, uric acid

ix
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
PERNYATAAN ORISINALITAS................................................. ......... ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN..........................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................
iv
KATA PENGANTAR.............................................................................. v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH...........
vii
ABSTRAK................................................................................................ viii
ABSTRACT.............................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................ x
DAFTAR TABEL .................................................................................... xii
DAFTAR SKEMA ................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................ 7
1.3 Manfaat Penulisan .............................................................................. 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lanjut Usia ..........................................................................................
2.2 Asam Urat pada Lansia .......................................................................
2.3 Manajemen Pelayanan Keperawatan ...................................................
2.4 Asuhan Keperawatan Keluarga........................................................
2.5 Asuhan Keperawatan Komunitas...........................................................
2.6 Arthritis Self-Management Program (ASMP) ......................................
2.6 Kartu Menuju Sehat (KMS) Lansia .....................................................

10
16
25
27
35
45
47

BAB 3 KERANGKA KERJA DAN PROFIL WILAYAH


3.1 Kerangka Kerja Praktik Keperawatan Komunitas .............................. 48
3.2 Profil Wilayah ...................................................................................... 53
3.2 Kartu Pemantauan Mandiri Lansia Asam Urat (KPM) ....................... 55
BAB 4 MANAJEMEN PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
KOMUNITAS PADA AGGREGATE LANSIA DENGAN MASALAH
ASAM URAT
4.1 Pengelolaan Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas ........... 58
4.2 Pengelolaan Asuhan Keperawatan Keluarga ..................................... 84
4.3 Pengelolaan Asuhan Keperawatan Komunitas .................................. 94
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Analisis Pencapaian dan Kesenjangan ...............................................
5.2 Keterbatasan ......................................................................................
5.3 Implikasi ............................................................................................

x
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

103
116
116

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN


6.1 Simpulan .............................................................................................. 120
6.2 Saran .................................................................................................... 121

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xi
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

125

DAFTAR TABEL
Hal
1.
2.

Tabel 2.1 Tingkat Kemandirian Keluarga ...........................................


Tabel 4.1 Hasil Tingkat Kemandirian Keluarga Binaan ........................

xii
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

31
93

DAFTAR SKEMA

Hal
1.

Skema 3.1. Integrasi Model Kerangka KIA ...........................................

2.

Skema 4.1. Diagram fish bone Manajemen Asuhan Keperawatan

52

Komunitas pada agregat lansia dengan risiko keterbatasan gerak


akibat asam urat ............................................................... .......

73

3.

Skema 4.2. WOC Asuhan Keperawatan Keluarga ..................................

86

4.

Skema 4.3. WOC Asuhan Keperawatan Komunitas ................................

95

xiii
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

DAFTAR GAMBAR

1.

Gambar 2.1. Model Komunitas Sebagai Mitra ...........................................

36

2.

Gambar 2.2. The Community Assesment Wheel ...........................................

37

3.

Gambar 2.3. Dasar Penyusunan Rencana Program ........................................ 39

xiv
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

BAB 1
PENDAHULUAN

Usia harapan hidup yang semakin meningkat dari tahun ke tahun dapat
mencerminkan suatu keberhasilan dari pemerintah dalam meningkatkan status
kesehatan lansia, namun

demikian hal ini juga tidak menutup kemungkinan

terjadinya masalah kesehatan pada lansia di usianya yang semakin bertambah.


Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan umum, tujuan khusus
dan manfaat dilakukannya karya ilmiah akhir ini.

1.1. Latar Belakang


Agregat lanjut usia (lansia) termasuk dalam salah satu kelompok kategori rentan.
Stanhope & Lancaster (2004) menjelaskan kelompok rentan adalah kelompok
yang memiliki peningkatan risiko atau kerentanan terhadap terjadinya dampak
buruk kesehatan. Allender (2010) menjelaskan lansia termasuk kelompok rentan
karena adanya pengaruh usia. Miller (2012) menyampaikan bahwa pertambahan
usia

berdampak

langsung

terhadap

perubahan

fisiologis

tubuh

yang

mempengaruhi kemampuan untuk berespon terhadap stressor yang berasal dari


diri maupun luar lingkungan sehingga meningkatkan terjadinya gangguan
kesehatan. Stanhope & Lancaster (2004) menjelaskan faktor yang berkontribusi
dalam meningkatkan kerentanan terjadinya masalah kesehatan pada lansia
meliputi penurunan kemampuan fisik dan biopsikososial, lingkungan yang buruk,
kemiskinan, keterbatasan dukungan sosial, dan kemampuan terhadap pengelolaan
kesehatan.

Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan diseluruh dunia menyebabkan


terjadinya peningkatan usia harapan hidup lansia yang berpengaruh terhadap
jumlah populasi lansia. Data dari UNFA (2007) menyebutkan jumlah proporsi
penduduk usia lanjut dari total penduduk dunia mengalami peningkatan yaitu dari
10% pada tahun 1998 menjadi 15% pada tahun 2025 dan naik lagi menjadi 25%
di tahun 2050. Di Indonesia sendiri jumlah lansia terus mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun. Tahun 1995 proporsi jumlah lansia berusia 60 tahun keatas

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

sebesar 7,5 % dari 199.999 juta penduduk (SDKI, 1995). Tahun 2010, proporsi
tersebut meningkat menjadi 9,77% dari jumlah penduduk dan proporsi tersebut
diperkirakan meningkat pada tahun 2020 menjadi 11,34% (BPS, 2009).

Populasi lansia yang terus meningkat dan adanya pengaruh dari penuaan dapat
memberikan dampak terhadap status kesehatan dan kesejahteraan lansia. Penuaan
atau proses menua adalah suatu proses menurunnya kemampuan jaringan pada
seluruh sistem organ untuk memperbaiki diri dalam mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya secara alamiah (Mauk, 2006). Miller (2012) menjelaskan
penuaan mengakibatkan terjadinya penumpukan hasil metabolik di dalam sel-sel
yang dapat mengganggu regulasi sistem tubuh, menurunkan kondisi anatomis sel,
dan merubah komposisi pembangunan sel-sel tubuh.

Perubahan ini terjadi pada semua organ manusia termasuk ginjal yang memegang
peranan penting dalam mengekskresikan zat-zat yang merugikan bagi tubuh
seperti urea, asam urat, amoniak, creatinin, garam anorganik, bakteri, obat-obatan
dan kelebihan gula dalam darah. Penurunan kemampuan ginjal dalam
mengekskresikan zat-zat ini dapat menimbulkan masalah kesehatan pada lansia
yaitu tingginya kadar asam urat dalam darah yang dapat mengakibatkan terjadinya
gangguan mobilitas lansia. Smeltzer dan Bare (2004) menjelaskan penyakitpenyakit yang muncul pada lansia secara umum disebabkan oleh penurunan
fungsi organ dan dampak dari perilaku gaya hidup tidak sehat yang dilakukan oleh
lansia sejak usia muda.

Gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, mengkonsumsi makanan tinggi
purin, kurang berolahraga, kurang mengkonsumsi cairan dan istirahat yang tidak
cukup merupakan faktor risiko utama yang dapat menyebabkan masalah asam urat
(Aminah, 2012). Pembentukan asam urat yang berlebihan atau ekskresi asam urat
yang berkurang akan menimbun kadar asam urat dalam darah dan tertimbun
dalam persendian

dan

jaringan sekitarnya

dalam bentuk

kristal-kristal

monosodium urat monohidrat. Kristal-kristal berbentuk seperti jarum yang


mengakibatkan reaksi peradangan dan akan menimbulkan nyeri hebat. Apabila

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

berlanjut kondisi seperti ini tentu dapat mengakibatkan terjadinya gangguan


aktivitas pada lansia (Tabloski, 2006). Sumber pendukung untuk mengatasi
masalah kesehatan selama ini didapatkan melalui pengobatan di pusat-pusat
pelayanan kesehatan berbasis masyarakat, hanya saja fokus pelayanan yang
diberikan lebih kepada kuratif daripada promotif dan preventif sehingga
menyebabkan masalah asam urat pada lansia menjadi berulang dan bertambahnya
kasus-kasus baru. Integrasi dari terjadinya penurunan fungsi ginjal pada lansia
akibat penuaan, akumulasi gaya hidup tidak sehat dan kurangnya upaya promotif
dan preventif yang dilakukan terhadap masalah asam urat menimbulkan
peningkatan masalah asam urat yang dialami oleh lansia.

Hasil studi tentang kesehatan lansia yang dilaksanakan oleh Komnas lansia di 10
propinsi pada tahun 2006, didapatkan hasil bahwa tiga besar penyakit yang
dialami lansia adalah penyakit sendi (52,3%), hipertensi (38,8%) dan anemia
(30,7%). Sulianti (2010) menjelaskan masalah yang dapat terjadi pada lansia
antara lain gangguan sendi (55%), keseimbangan berdiri (50%), fungsi kognitif
pada susunan saraf pusat (45%), penglihatan (35%), pendengaran (35%), kelainan
jantung (20%), sesak napas (20%), serta gangguan miksi/ngompol (10%). Data
sekunder dari laporan hasil kegiatan program kesehatan lansia tahun 2010-2012
Dinas Kesehatan Kota Depok menyebutkan bahwa gout arthritis (penyakit asam
urat) termasuk penyakit terbanyak dari 10 besar penyakit yang terjadi pada lansia
di Kota Depok. Data dari Puskesmas Cimanggis tahun 2012 didapatkan bahwa
16,95% lansia mengalami penyakit asam urat.

Tingginya permasalahan kesehatan terkait asam urat yang terjadi pada lansia perlu
mendapatkan perhatian dari masyarakat baik yang terjadi pada lansia pria maupun
wanita. Singh, Khan dan Mittal (2013 ) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa
antara lansia pria maupun wanita memiliki risiko untuk mengalami masalah asam
urat, hanya saja prevalensi masalah asam urat yang terjadi pada lansia wanita
(22.86%) lebih tinggi dari pada pria (18.98%). Pernyataan ini juga diperkuat oleh
Povoroznyuk dan Dubetska (2012) bahwa prevalensi wanita(34%) mengalami
masalah asam urat lebih tinggi dari pria (32%). Wanita lebih banyak mengalami

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

masalah asam urat diusia lanjut disebabkan karena adanya pengaruh menopause,
dimana pada masa ini terjadi penurunan hormon estrogen yang mempunyai
peranan dalam membantu pengeluaran kadar asam urat melalui urine (Smeltzer &
Bare, 2004).

Proses penurunan fungsi organ secara fisiologis dan terjadinya gangguan aktivitas
pada lansia akibat asam urat akan dapat menimbulkan ketergantungan terhadap
anggota keluarga lansia untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Selama ini, upaya
yang dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah asam urat pada lansia
adalah terapi farmakologis dan biasanya lansia baru mencari pertolongan medis
ketika sudah mengalami keluhan yang sudah berat. Terapi farmakologis yang
diperoleh tentu saja hanya mengurangi gejala bukan mengatasi penyebab sehingga
sifat gejalanya menjadi berulang. Tabloski (2006) menjelaskan penatalaksanaan
masalah peningkatan kadar asam urat dalam darah (hyperuricemia) selain
menggunakan terapi farmakologis dengan obat dapat juga dilakukan dengan terapi
nonfarmakologis yaitu dengan cara mengendalikan faktor risiko terjadinya
masalah asam urat.

Mahan dan Escott-Stump (2000) menjelaskan upaya yang dapat dilakukan untuk
mengendalikan terjadinya peningkatan kadar asam urat dalam darah adalah
membatasi makanan tinggi purin, berolahraga teratur, menjaga berat badan ideal,
istirahat yang cukup dan minum air putih minimal 10 gelas (2,5 liter) perhari. Dari
hasil pengkajian terhadap 87 orang responden lansia dengan masalah asam urat di
wilayah Kelurahan Cisalak Pasar tahun 2012, diperoleh bahwa 35% lansia belum
memiliki pengetahuan tentang masalah asam urat dan pengelolaannya, 46% lansia
belum memiliki sikap yang baik terhadap pengelolaan asam urat,dan 48,3% lansia
belum memiliki keterampilan yang dalam mengatasi asam urat. Angka ini
mengindikasikan bahwa belum semua lansia memahami tentang pengendalian
masalah asam urat dan juga belum sadar akan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh
masalah asam urat. Padahal apabila masalah asam urat ini tidak ditangani secara
serius dapat mengakibatkan komplikasi yang lebih fatal yaitu kerusakan ginjal dan
kematian (Smeltzer & Bare, 2004). Oleh karena itu, agar tidak terjadi komplikasi

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

dari masalah asam urat, lansia hendaknya mampu melakukan pengendalian


terhadap faktor risiko terjadinya peningkatan kadar asam urat.

Pengendalian faktor risiko peningkatan kadar asam urat akan dapat mencapai
keberhasilan yang optimal apabila lansia mampu secara mandiri mengelola
kesehatannya.Ghoer (2012) menjelaskan mandiri berarti mampu merawat diri
sendiri dan melakukan aktivitas sehari-hari. Penelitian yang dilakukan oleh
Aydn, et al (2005) menjelaskan bahwa pemantauan mandiri yang dilakukan
secara aktif selama 3 bulan terhadap kadar gula darah penderita DM Tipe 2
mampu menurunkan kadar gula dalam darah. Maayah, et al (2012) juga
menjelaskan bahwa pemantauan kesehatan secara mandiri yang dilakukan oleh
lansia selama 6 minggu mampu menurunkan intensitas nyeri akibat osteoartritis.
Melihat hasil dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pemantauan
kesehatan yang dilakukan secara mandiri oleh lansia mampu menurunkan derajat
kesakitan yang dialaminya. Upaya pemantauan kesehatan secara mandiri yang
dilakukan oleh lansia tersebut merupakan wujud kesadaran terhadap perubahan
perilaku kearah yang baik dalam mengelola kesehatannya. Green (2006)
menjelaskan perubahan perilaku yang didasari oleh keinginan pribadi memiliki
dampak yang lebih besar daripada perubahan perilaku yang didorong oleh orang
lain.

Kemampuan pemantauan kesehatan secara mandiri telah dikembangkan oleh


Lorig (1993) di Amerika Serikat dalam suatu program yang disebut Arthtritis Self
Management Program (ASMP) yang dikelola oleh badan pemerintah yang
bernama Centers of Disease Controls (CDC). Program ini merupakan program
interaktif bagi lansia dengan artritis untuk meningkatkan kemampuan mereka
dalam mengetahui cara memecahkan masalah kesehatan, membuat keputusan,
dan melakukan tindakan untuk mengatasi masalah kesehatannya. Tujuan dari
program ini adalah untuk meningkatkan kepercayaan diri, meningkatkan
kesehatan fisik dan psikososial, dan memberikan motivasi untuk memelihara
kesehatannya secara mandiri (Brady & Hines, 2012). Model pemantauan
kesehatan bagi lansia yang telah ada di Indonesia selama ini dan merupakan

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

program keluaran pemerintah adalah Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia. Kartu ini
berisi tentang catatan penilaian kesehatan lansia secara umum yang dipantau
secara terus menerus setiap 1 bulan sekali pada pertemuan Posbindu (Maryam,
dkk, 2010). Oleh karena itu penulis melakukan suatu pengembangan model
pemantauan kesehatan pada lansia dengan memodifikasi program ASMP dan
KMS Lansia menjadi sebuah kartu pemantauan mandiri kesehatan lansia khusus
asam urat yang disebut KPM yang dikelola oleh kader melalui suatu kegiatan
kelompok pendukung. KPM ini berisi beberapa komponen pemantauan kesehatan
terkait masalah asam urat dan pengelolaannya.

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan lansia dalam mengelola


kesehatannya secara mandiri didukung oleh pembekalan yang diberikan penulis
mengenai penatalaksanaan dan pengelolaan masalah asam urat berupa intervensi
keperawatan yang meliputi pendidikan kesehatan, kompres jahe merah untuk
menurunkan nyeri, latihan gerak sendi, dan pencegahan jatuh. Pembekalan ini
tidak hanya diberikan kepada lansia namun juga diberikan kepada keluarga dan
kader Posbindu sebagai kelompok pendukung agar keluarga dan kader Posbindu
mampu membantu dan mendukung lansia dalam mengelola masalah kesehatannya
terkait risiko gangguan pergerakan akibat asam urat.

Intervensi yang dilakukan dikembangkan dalam asuhan keperawatan pada agregat


lansia dengan asam urat ini menggunakan teori konsekuensi funggsional,
manajemen pelayanan kesehatan, community as partner dan family centered
nursing. Integrasi dari keempat model ini diharapkan dapat menjadi satu kesatuan
untuk mendukung kemandirian lansia dalam mengelola masalah kesehatannya
terkait asam urat. Keterlibatan seluruh lapisan masyarakat dalam mengelola dan
memantau masalah kesehatan

lansia dengan asam urat dapat memberikan

kontribusi yang sangat besar terhadap peningkatan status kesehatan lansia.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan


analisis terkait pelaksanaan model intervensi kartu pemantauan mandiri (KPM)
lansia dengan risiko gangguan pergerakan akibat asam urat yang mencakup

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

manajemen pelayanan dan asuhan keperawatan pada lansia dengan asam urat di
Kelurahan Cisalak Pasar, kemudian diukur efektifitasnya melalui pengukuran
intensitas dan frekuensi nyeri pada persendian, pengukuran kadar asam urat darah
tiap bulan, pengukuran tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap lansia
terhadap pengelolan masalah asam urat, pengukuran tingkat pengetahuan,
keterampilan dan sikap keluarga terhadap pengelolan masalah asam urat pada
lansia dan pengukuran tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap kader
terhadap pengelolan masalah asam urat.

1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang pelaksanaan model intervensi kartu
pemantauan mandiri lansia asam urat (KPM) dalam manajemen pelayanan
dan asuhan keperawatan pada agregat lansia untuk pencegahan gangguan
pergerakan akibat asam urat di Kelurahan Cisalak pasar, Kecamatan
Cimanggis, Kota Depok

1.2.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus penulisan karya ilmiah akhir adalah teridentifikasi:
1.2.2.1 Kemampuan (pengetahuan, keterampilan dan sikap) lansia dalam
penatalaksanaan dan pengelolaan risiko gangguan pergerakan akibat asam
urat di RW 02 dan 07 Kelurahan Cisalak pasar.
1.2.2.2 Skala dan frekuensi nyeri pada agregat lansia dengan risiko gangguan
pergerakan akibat asam urat di RW 02 dan 07 Kelurahan Cisalak pasar.
1.2.2.3 Kadar asam urat pada agregat lansia dengan risiko gangguan pergerakan
akibat asam urat di RW 02 dan 07 Kelurahan Cisalak pasar.
1.2.2.4 Kemampuan (pengetahuan, keterampilan dan sikap) keluarga dalam
penatalaksanaan dan pengelolaan lansia dengan risiko gangguan
pergerakan akibat asam urat di RW 02 dan 07 Kelurahan Cisalak pasar.
1.2.2.5 Kemandirian keluarga dalam merawat lansia dengan risiko gangguan
pergerakan akibat asam urat di RW 02 dan 07 Kelurahan Cisalak Pasar.

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

1.2.2.6 Kemampuan (pengetahuan, keterampilan dan sikap) kader sebagai


kelompok pendukung dalam penatalaksanaan dan pengelolaan lansia
dengan risiko gangguan pergerakan akibat asam urat di RW 02 dan 07
Kelurahan Cisalak Pasar.

1.3. Manfaat Penelitian


1.3.1. Pengelola program (Dinkes dan Puskesmas)
1.3.1.1. Dinas kesehatan
Dapat

memberikan

mengembangkan

masukan

kebijakan

bagi

program

Dinas

Kesehatan

pelayanan

kesehatan

dalam
dan

kesejahteraan lansia di tatanan komunitas, dengan merencanakan


penggunaan KPM untuk memantau kesehatan lansia dengan risiko
gangguan pergerakan akibat asam urat guna meningkatkan kesehatan
lansia di Kelurahan Cisalak pasar, Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
1.3.1.2. Puskesmas
KPM ini merupakan program inovasi yang dapat mendukung kegiatan
Posbindu yang selama ini telah dilakukan dan dapat diterapkan untuk
meningkatkan status kesehatan lansia serta memandirikan masyarakat
dalam mengelola dan memantau masalah kesehatan lansia khususnya
dengan asam urat di Kelurahan Cisalak pasar, Kecamatan Cimanggis,
kota Depok.
1.3.1.3. Perawat Komunitas
Dapat memberikan informasi tentang penggunaan KPM dalam
memandirikan lansia dalam mengelola masalah kesehatannya dan
menerapkan asuhan keperawatan yang komprehensif khususnya bagi
kelompok sasaran lansia dengan asam urat di Kelurahan Cisalak pasar,
Kecamatan Cimanggis, kota Depok.

1.3.2. Kader Kesehatan


Kegiatan penerapan penggunaan KPM ini dapat meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap kader untuk mengelola lansia dengan asam urat serta
mengoptimalkan

kemampuan

kader

sebagai

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

penggerak

kesehatan

Universitas Indonesia

masyarakat di lini pertama dalam mensukseskan program pemerintah guna


mengendalikan penyakit tidak menular di Kelurahan Cisalak Pasar,
Kecamatan Cimanggis Kota Depok.

1.3.3. Lansia, Keluarga dan Masyarakat


Dapat memberikan gambaran dampak pelaksanaan kegiatan KPM dalam
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap lansia, keluarga dan
masyarakat dalam mengelola masalah kesehatan lansia dengan asam urat
dan pencegahan sedini mungkin terhadap masalah asam urat di Kelurahan
Cisalak pasar, Kecamatan Cimanggis, kota Depok.

1.3.4. Perkembangan Ilmu Keperawatan


Dapat menjadi acuan dalam mengembangkan program pelayanan kesehatan
komunitas khususnya bagi lansia sebagai bentuk intervensi yang dapat
merangkul seluruh lapisan masyarakat guna mengendalikan risiko gangguan
pergerakan akibat asam urat pada lansia di Kelurahan Cisalak pasar,
Kecamatan Cimanggis Kota Depok.

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan menguraikan teori, model dan hasil penelitian yang menjadi rujukan
dalam melakukan asuhan keperawatan komunitas pada aggregat lansia dengan
risiko gangguan pergerakan akibat asam urat meliputi lansia sebagai kelompok
rentan dan konsep lansia, asam urat, teori dan model yang mendasar praktik
keperawatan komunitas pada agregat lansia, Model Program ASMP dan KMS
lansia.

2.1

Lanjut usia (Lansia)

2.1.1 Lansia sebagai Kelompok Rentan


2.1.1.1 Pengertian Lansia sebagai Kelompok Rentan
Masa lanjut usia merupakan suatu masa alamiah yang dialami oleh setiap individu
seiring dengan terjadinya proses penuaan. Lansia digolongkan kedalam kelompok
rentan karena terjadinya penurunan daya tahan tubuh akibat perubahan fungsi
degeneratif sehingga insiden penyakit kronik dan disabilitas meningkat. Stanhope
& Lancaster (2004) menjelaskan kelompok rentan adalah kelompok yang
memiliki peningkatan risiko atau kerentanan terhadap terjadinya dampak buruk
kesehatan. Allender (2010) menjelaskan lansia termasuk kelompok rentan karena
adanya pengaruh usia. Miller (2012) menyampaikan bahwa pertambahan usia
berdampak langsung terhadap perubahan fisiologis tubuh yang mempengaruhi
kemampuan untuk berespon terhadap stressor yang berasal dari diri maupun luar
lingkungan sehingga meningkatkan terjadinya gangguan kesehatan.

2.1.1.2 Karakteristik lansia sebagai kelompok rentan


Lansia sebagai kelompok rentan, memiliki karakteristik yang menyebabkan lansia
mudah mengalami masalah kesehatan. Karakteristik tersebut antara lain
penurunan fungsi fisik, kognitif, sosialisasi dan penurunan sumber ekonomi
(Stanhope & Lancaster, 2004). Peran serta dari petugas kesehatan, keluarga dan
lansia sendiri dalam memelihara kesehatannya merupakan kunci utama untuk

10

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

11

mencapai masa tua lansia yang sehat, sejahtera, produktif dan berdaya guna sesuai
dengan kemampuannya (Smith & Maurer, 2000; Stanley, 2006; Allender, 2010).

Faktor yang berkontribusi dalam meningkatkan kerentanan terjadinya masalah


kesehatan pada lansia meliputi penurunan kemampuan fisik dan biopsikososial,
lingkungan yang buruk, kemiskinan, keterbatasan dukungan sosial, dan
kemampuan terhadap pengelolaan kesehatan Stanhope & Lancaster (2004).
Penurunan kemampuan fisik berhubungan dengan perubahan fisik pada sistem
organ

seperti

sistem

sensori

dan

persepsi,

sistem

integumen,

sistem

muskuloskletal, sistem kardiovaskuler dan respirasi, sistem pencernaan, sistem


perkemihan, sistem saraf dan sistem reproduksi. Penurunan kognitif berhubungan
dengan daya ingat, IQ (Intellegent Quocient), kemampuan belajar, kemampuan
pemahaman, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, kebijaksanaan, kinerja
dan motivasi. Penurunan psikososial berhubungan dengan pensiun, perubahan
aspek kepribadian, perubahan dalam peran sosial di masyarakat dan perubahan
minat (Azizah, 2011).

Penurunan sumber ekonomi pada masa lansia erat hubungannya dengan masa
pensiun. Pensiun merupakan suatu masa seseorang berhenti dari pekerjaannya
karena faktor usia dan penurunan kemampuan fisik (Utami, Sahar & Widyatuti,
2011). Potter dan Perry (2004) menjelaskan usia wajib pensiun bervariasi,
misalnya bagi Pegawai Negeri Sipil adalah 65 tahun, pegawai swasta mulai dari
55 tahun. Gallo (1998) dalam Azizah (2011) menjelaskan bahwa masalah-masalah
seputar pensiun berkaitan erat dengan masalah keuangan. Darmojo dan Martono
(2004) menambahkan secara umum pemasukan uang pada seseorang yang
pensiun akan menurun kecuali pada orang yang sangat kaya dengan tabungan
yang berlimpah. Stanhope dan Lancaster (2004) menjelaskan berkurangnya
pendapatan pada lansia seringkali berpengaruh terhadap kemampuan untuk
memperoleh pelayanan kesehatan.

Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

12

Status kesehatan lansia dipengaruhi juga oleh jenis kelamin dan gaya hidup. Jenis
kelamin wanita lebih rentan terkena penyakit daripada pria karena pada wanita
sering terjadi perubahan hormonal karena pengaruh hormon estrogen dan
progesteron. Sementara itu, gaya hidup adalah kebiasaan sehari-hari yang sudah
melekat dalam perilaku dan

berdampak terhadap risiko terjadinya penyakit

(Stanhope dan Lancaster, 2004; McMurray, 2003; Hutapea, 2005). Miller (2012)
menjelaskan bahwa gaya hidup berhubungan dengan perilaku. Gaya hidup yang
dimaksud meliputi nilai, perilaku kesehatan, diit, aktivitas atau latihan fisik, pola
tidur, penggunaan obat, merokok, alkohol, sosialisasi dan koping dan stress yang
berhubungan dengan masa tua. Gaya hidup yang positif dapat meningkatkan
kondisi fisik (Mauk, 2010; Stanhope dan

Lancaster, 2010). Perubahan pada

sistem muskuloskletal seperti gangguan mobilitas fisik juga merupakan akibat


dari perilaku atau akumulasi gaya hidup lansia sejak berusia muda (Wallace,
2008; Azizah, 2011).

Kombinasi dari rendahnya sumber daya yang dimiliki akibat penurunan sumber
ekonomi, penurunan kesehatan akibat penurunan fungsi fisik dan daya tahan
tubuh, dan keterpaparan terhadap faktor risiko dari suatu masalah kesehatan
merupakan kondisi kerentanan yang dapat terjadi pada lansia. Interaksi antara
keterbatasan fisik akibat penuaan, lingkungan, kemampuan manajemen kesehatan
diri, dan adanya pengaruh genetik meningkatkan kemungkinan lansia untuk
mengalami masalah kesehatan yang lebih berat. Kemampuan manajemen
kesehatan diri yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki
merupakan sumber kekuatan terbesar lansia untuk dapat hidup secara produksif
dan bahagia (Stanhope & Lancaster, 2004; McMurray,2003).

2.1.2 Konsep Lansia


2.1.2.1 Definisi dan Batasan Lansia
Masa lansia adalah masa dimana organisme telah mencapai kematangan baik fisik
maupun psikis sekaligus menunjukkan kemunduran seiring dengan waktu. Azizah
(2011) menjelaskan lansia adalah masa akhir hidup seorang manusia yang

Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

13

ditandai dengan adanya kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap.
Stanley dan Beare (2006) menjelaskan lansia merupakan individu yang telah
mengalami penuaan dengan karakteristik fisik rambut beruban, kulit keriput dan
hilangnya gigi. Kriteria lansia merupakan gabungan dari usia kronologis,
perubahan peran sosial diikuti dengan perubahan status fungsional.

World Health Organization (WHO) membagi lansia menjadi 4 batasan yaitu


middle elderly adalah usia 45 sampai 59 tahun, elderly usia 60 dan 70 tahun, old
usia75 dan 90 tahun dan very old usia diatas 90 tahun (Efendi, 2009). UndangUndang No. 13 Tahun 1998 menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang
telah berusia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008). Dilihat dari berbagai batasan
usia lansia tersebut, dapat disimpulkan bahwa lansia adalah seseorang yang
berusia lebih dari 60 tahun.

2.1.2.2 Perubahan-perubahan pada Lansia


Pertambahan usia seseorang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan baik
fisik maupun mental sebagai akibat dari proses menua. Darmojo dan Martono
(2004) menjelaskan menua adalah suatu proses menghilangnya kemampuan sel
tubuh untuk memperbaiki diri dalam rangka mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya secara perlahan-lahan. Hutapea (2005) menjelaskan proses penuaan
terjadi ketika sel otot jantung, sel saraf, dan sumsum tulang belakang tidak lagi
memperbanyak diri. Matteson dan McConnell (1988) juga menjelaskan penuaan
menyebabkan terjadinya perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia pada tubuh
yang mempengaruhi fungsi sistem tubuh. Perubahan yang terjadi pada setiap
individu memiliki ukuran yang berbeda tergantung pada lingkungan dan
kehidupannya.

Undang-Undang RI No 23 tahun 1992 menjelaskan lansia merupakan seseorang


yang mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan social karena pengaruh
usia. Miller (2012) menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia,

Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

14

meliputi perubahan fisiologis dan psikososial yang berdampak terhadap terjadinya


masalah kesehatan.
a.

Perubahan Fisiologis

Perubahan fisiologis tubuh berhubungan dengan proses penuaan, terjadinya


kemunduran struktur dan anatomi organ tubuh. Perubahan yang terjadi
menimbulkan penurunan kondisi anatomis sel akibat terjadinya penumpukan hasil
metabolik yang tidak mampu diekskresikan ke luar sel melalui proses
metabolisme (Azizah, 2011). Perubahan pada sistem organ setiap individu lansia
berbeda-beda tergantung pada pengaruh lingkungan kehidupannya dan akumulasi
dari gaya hidup terkait kesehatan yang dilakukan sejak usia muda (Miller, 2012;
Azizah, 2011; Lueckenotte & Meiner, 2006; Hutapea, 2005). Perubahan fisiologis
sesuai dengan teori biologis yaitu penuaan terjadi karena penurunan kemampuan
sel untuk membelah dan memperbaiki diri akibat batasan jumlah dan waktu yang
dimiliki sebuah sel. Penurunan kemampuan sel juga berkaitan erat dengan
interaksi sel dengan lingkungan luar untuk mempertahankan homeostasis. Apabila
lingkungan atau stresor yang dihadapi lebih banyak pada kondisi yang buruk
maka penuaan sel akan lebih cepat. Pada beberapa sistem seperti sistem
muskuloskletal, sistem saraf dan jantung sel tersebut tidak dapat diganti jika rusak
atau mati sehingga sistem tersebut memiliki konsekuensi terjadinya masalah
kesehatan yang buruk jika sel tersebut mati. (Miller, 2012; Azizah, 2011; Mauk,
2006).

Masalah kesehatan yang banyak dikeluhkan lansia salah satunya terkait sistem
muskuloskletal (Hutapea, 2005). WHO (1990) dalam Aziza (2011) menjelaskan
proyek penelitian komunitas yang dilakukan terhadap lansia di Jawa Tengah
menyebutkan penyakit paling banyak yang dialami lansia adalah artritis atau
penyakit sendi sebesar 49% dimana lansia perempuan lebih banyak yang
mengalami masalah tersebut dari pada lansia laki-laki. Darmojo dan Martono
(2004) juga menjelaskan distribusi penyakit berdasarkan pemberitahuan dokter
dan petugas kesehatan tahun 1998 menunjukkan penyakit sendi merupakan
penyakit yang paling banyak dikeluhkan dengan persentase (35,3%). Reuben

Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

15

(1996) dalam Aziza (2011) menambahkan bahwa masalah fisik yang paling sering
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari pada lansia adalah jatuh. Jatuh berkaitan
erat dengan kemampuan sistem muskuloskletal akibat proses menua yang
fisiologis dimana terjadi kekakuan jaringan penghubung, berkurangnya massa otot
dan perlambatan konduksi saraf.

b.

Perubahan Psikososial

Perubahan psikososial yang terjadi pada lansia berhubunagn dengan tahapan


kehidupan yang dialaminya. Perubahan psikososial pada lansia didefinisikan
dalam teori psikologis dan sosial. Pada teori psikologis, perubahan pada lansia
berhubungan dengan kemampuan kognitif, mental, kepribadian dan keadaan
fungsional. Sedangkan, teori sosial berhubungan dengan perubahan minat,
pensiun, perubahan dalam peran sosial di masyarakat, dan kemampuan lansia
beradaptasi terhadap perubahan status dalam masyarakat (Mauk, 2006; Miller,
2012; Aziza, 2011). Gambaran perubahan psikososial yang terjadi pada lansia
ditilik dari teori psikologis dan sosial menunjukkan bahwa setiap individu
memiliki karakteristik yang unik berdasarkan pada sifat yang dibawa sejak lahir
dan pengalaman yang diperoleh dari serangkaian kejadian hidupnya sehingga
membentuk suatu kepribadian yang tidak sama.

Aziza (2011) menjelaskan tipe kepribadian pada lansia dibedakan menjadi 5 tipe
yaitu tipe kepribadian konstruktif, mandiri, tergantung, bermusuhan, defensive
dan kritik diri. Tipe kepribadian lansia yang mandiri dan konstruktif merupakan
tipe kepribadian lansia yang berdaya guna dan dapat dijadikan panutan oleh
masyarakat. Kepribadian merupakan gabungan dari motivasi dan intelegensi yang
dimiliki setiap individu yang menunjang konsep diri yang dimiliki. Konsep diri
yang positif memudahkan lansia berinteraksi dengan lingkungan dan nilai-nilai
yang terkandung didalamnya sehingga menjadikan lansia lebih mampu
memandang kehidupannya dalam hal yang positif. Kemampuan memandang
kehidupan secara positif berdampak terhadap kemauan untuk memelihara

Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

16

kesehatan dan melakukan perilaku kesehatan yang baik (Maryam, dkk, 2008;
Mubarak, 2009; Mauk, 2006; Meiner & Lueckenotte, 2006).

2.2
2.2.1

Asam urat pada lansia


Pengertian Asam Urat

Asam urat adalah hasil akhir dari katabolisme suatu zat purin. Zat purin adalah zat
alami yang merupakan salah satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA dan
RNA yang berasal dari hasil produksi tubuh sendiri dan dari makanan (Sutanto,
2013). Penyakit asam urat (Gout Arthritis) adalah serangan radang persendian
yang berulang yang disebabkan oleh penimbunan kristal asam urat di dalam
persendian (Smeltzer & Bare, 2002). Asam urat adalah sisa metabolik berupa
kristal purin yang secara alamiah berada dalam darah, kadar asam urat normal
dalam darah pria dewasa adalah 3,5-7,2 mg/dl dan pada wanita 2,6-6,0 mg/dl
(Aminah, 2013).

2.2.2

Penyebab dan faktor risiko Asam Urat

Aminah (2012) menjelaskan beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan


terjadinya peningkatan kadar asam urat dalam darah yaitu:
2.2.2.1 Kelebihan asam urat dalam tubuh (Hiperurisemia)
Kelebihan asam urat dalam tubuh dapat dipicu oleh faktor eksogen dan
endogen. Faktor eksogen adalah faktor-faktor dari luar tubuh misalnya
mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi purin seperti daging, jeroan,
kerang, ikan, sarden, udang, cumi, sotong, kepiting, melinjo, kacang-kacangan,
jamur, daging yang diawetkan. Makanan tersebut dapat menghambat kerja enzim
yang mengubah purin menjadi nukleotida purin sehingga purin yang dapat
menjadi sumber protein bagi tubuh tidak dapat diolah dan menjadi berlebih
didalam tubuh. Tubuh sudah menyediakan 85% senyawa purin untuk kebutuhan
sehari-hari dan yang dibutuhkan dari makanan hanya 15% sehingga asupan yang
dibutuhkan berkisar antara 100-150 mg perhari. Faktor endogen adalah haktorfaktor yang berasal dari dalam tubuh dikarenakan terjadinya penurunan
pembuangan asam urat lewat urine akibat penurunan kerja ginjal. Penyebab

Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

17

fungsi ginjal terganggu adalah dehidrasi dan kelainan struktur ginjal yang bersifat
genetis.
2.2.2.2 Mengkonsumsi alkohol
Konsumsi alkohol dapat memicu pengeluaran cairan tubuh dan enzim
xantine oksidase didalam liver untuk memecah protein sehingga menghasilkan
asam urat yang lebih banyak. Selain itu alkohol sendiri mengandung kadar purin
yang tinggi akibat dari hasil fermentasi.
2.2.2.3 Menderita penyakit yang dapat mengganggu fungsi ginjal
Penyakit yang dapat mengganggu fungsi ginjal seperti hipertensi dan
Diabetes Mellitus.Tekanan yang tinggi akibat hipertensi dapat menyebabkan
struktur mikroskopis ginjal rusak dan daya saring terhadap asam urat menurun.
Sedangkan pada kasus Diabetes Mellitus, kadar glukosa dalam darah yang tinggi
menyebabkan ekskresi asam urat tidak lancar karena darah yang terlalu pekat
sehingga aliran darah tidak lancar. Selain itu, glukosa yang tinggi dalam darah
juga dapat meningkatkan jumlah radikal bebas yang menghasilkan purin berlebih
dalam tubuh.
2.2.2.4 Usia
Usia 0-25 tahun adalah masa berkembang dan meningkatnya daya tahan
tubuh manusia. Melewati usia 25 tahun maka kebugaran manusia akan menurun
setiap tahunnya sebesar 1% sehingga dalam kondisi normal tanpa melakukan
usaha menjaga kebugaran seiring dengan pertambahan usia maka akan menambah
risiko seseorang terkena penyakit salah satunya asam urat
2.2.2.5 Jenis Kelamin
Laki-laki memiliki risiko lebih besar mengalami masalah asam urat
daripada wanita karena wanita memiliki hormon estrogen dalam tubuhnya yang
dapat menurunkan risiko penumpukan asam urat. Sedangkan hormon androgen
pada pria dapat meningkatkan penumpukan asam urat.
2.2.2.6 Genetik
Faktor genetis pada penderita asam urat berawal dari gangguan pada
metabolisme purin sehingga menyebabkan asam urat dalam darah berlebih.

Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

18

2.2.2.7 Kekurangan

enzim

HGPRT

(Hypovantin

Guanyl

Phosporilbosyl

transferase)
Enzim HGPRT adalah enzim yang berperan dalam membentuk purin
menjadi protein. Jika kekurangan enzim ini, maka enzim vantin oxidase sebagai
pembentuk purin menjadi asam urat mengambilalih peranan sehingga
dapatmenyebabkan hiperurisemia.
2.2.2.8 Obesitas
Obesitas adalah berlebihnya cadangan lemak dalam tubuh. Lemak tubuh
terdiri dari trigliserida dan kolesterol. Kelebihan trigliserida dapat menyebabkan
penumpukan lemak pada organ jantung, hati, dan pembuluh darah sehingga dapat
mengganggu metabolisme dalam tubuh termasuk metabolisme purin.
2.2.2.9 Aktivitas tubuh yang berat
Aktivitas yang berat mengakibatkan kadar asam urat pada sendi
meningkat. Asam urat dapat masuk ke ruang antar sendi melalui rembesan plasma
darah dan daya rembes tersebut dipengaruhi oleh gaya tekan tubuh. Semakin berat
aktivitas, semakin tinggi tumpukan asam urat dalam sendi
2.2.2.10 Perokok aktif dan pasif
Rokok mengandung bahan-bahan kimia yang dapat menyebabkan
penyempitan pembuluh darah sehingga peredaran darah terganggu yang berakibat
pada terhambatnya peredaran asam urat dalam tubuh.
2.2.2.11 Gaya hidup yang salah
Makanan dan aktivitas berkontribusi terhadap kesehatan tubuh.
Menurunnya ketahanan tubuh meningkatkan risiko terkena penyakit termasuk
asam urat.

2.2.3

Tanda dan gejala Asam urat

Tanda dan gejala asam urat menurut menurut Smeltzer & Bare (2004) dan
Sutanto (2013), antara lain:
a.

Terasa ngilu, linu, nyeri dan kesemutan di sendi. Serangan pertama


biasanya terjadi di pangkal ibu jari kaki (80%) kasus.

Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

19

b.

Sendi membengkak dan kulit diatasnya tampak merah atau keunguan,


kencang dan licin, terasa hangat serta terasa sakit sekali jika kulit diatas
sendi disentuh.

c.

Sendi terasa sakit saat cuaca dingin

d.

Demam, menggigil, denyut jantung meningkat dan perasaan tidak enak


badan.

e.

Serangan pertama terjadi pada waktu-waktu tertentu yaitu pada malam


hari dan pagi hari saat bangun tidur.

f.

Serangan pertama hanya terjadi pada satu sendi dan berlangsung selama
beberapa hari serta bisa sembuh sendiri tanpa diobati.

g.

Nyeri datang kembali jika makan-makanan dengan kandungan purin


tinggi.

h.

Jika bagian yang sakit diurut atau dipijat, akan memperparah rasa sakit.

i.

Gangguan dan atau keterbatasan gerak sendi.

j.

Pada pemeriksaan asam urat,hasilnya meningkat (pria > 7,2 mg/dl dan
wanita > 6 mg/dl)

2.2.4

Patofisiologi

Zat kristal asam urat akan menumpuk pada sendi-sendi tulang yang
mengakibatkan peradangan, nyeri, dan kerusakan sendi. Nyeri akut, kemerahan,
dan pembengkakan pada sendi metatarsophalangeal mata kaki sebagai tanda awal
dari Gout Athritis. Pada kelanjutannnya, keluhan nyeri akan dirasakan pada sendisendi lain tubuh seperti lutut (Tabloski, 2006). Tingkat atau derajat dari penyakit
asam urat menurut CDC (2012) sebagai berikut:
a.

Asymtomatic Tissue Deposition


Pada derajat pertama ini, lansia tidak memiliki keluhan secara jelas, tetapi
telah mengalami hiperuremia yang dapat dilihat dari kadar zat asam urat
dalam serum darah dan terjadi pengendapan kristal asam urat pada area sendisendi tanpa disertai keluhan.

Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

20

b.

Acute Flares
Derajat kedua terjadi penumpukan kristal zat asam urat di sendi-sendi yang
telah menyebabkan peradangan. Fase akut ini telah muncul gejala yang
berupa nyeri, kemerahan, pembengkakan dan terasa panas pada sendi tersebut
selama beberapa hari sampai minggu. Nyeri yang dirasakan dalam skala
ringan sampai berat. Serangan nyeri awalnnya muncul pada bagian
ekstremitas bawah.

c.

Intercritical segments
Derajat ketiga terjadi setelah fase Acute Flaresi. Setelah mengalami masa
gout interkritikal selama bertahun-tahun tanpa gejala, penderita akan
memasuki tahap ini dengan tanda memiliki hiperuremia dengan deposisi
kristal asam urat yang telah merusak sendi.

d.

Chronic gout
Derajat keempat ditandai dengan adanya nyeri sendi yang sering terulang.
Kristal-kristal asam urat akan tersimpan pada jaringan-jaringan lunak seperti
siku, telinga, dan sendi jari distal. Tahap ini terjadi bila penderita telah
menderita sakit selama 10 tahun atau lebih. Pada tahap ini terjadi benjolanbenjolan di sekitar sendi yang sering meradang yang disebut sebagai tofus.
Tofus memrupakan benjolan keras yang berisi serbuk seperti kapur yang
merupakan deposit dari kristal monosodium urat. Tofus ini akan
mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang di sekitarnya. Tofus pada
kaki bila ukurannya besardan banyak akan mengakibatkan penderita tidak
dapat menggunakan sepatu lagi.

Pengobatan pada asam urat bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri yang
muncul pada fase Acute Flares. Terapi obat yang digunakan pada saat ini
adalah steroid, obat golongan NSAID (Non Steroid Anti Inflamasi Drugs),
dan colchicine. Obat yang saat ini sering digunakan untuk menurunkan kadar
asam urat adalah allopurinol.

Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

21

2.2.5

Diagnosis Penyakit asam urat

Aminah (2012) menjelaskan bahwa diagnosis asam urat dapat dilakukan dengan
mengenali gejala-gejala asam urat dan melakukan pemeriksaan seperti
pemeriksaan fisik, pemeriksaan kadar asam urat tubuh, pemeriksaan laboratorium
untuk diagnosis pasti dan pemeriksaan dengan foto Sinar X.

2.2.6

Kadar asam urat dalam darah

Smeltzer dan Bare (2004) menjelaskan bahwa kadar asam urat dalam darah
terbagi berdasarkan jenis kelamin. Kadar asam urat normal pada pria adalah 3,57,2 mg/dl. Sedangkan kadar asam urat normal pada wanita adalah 2,6-6 mg/dl.
Penigkatan kadar asam urat dalam darah dapat meningkatkan terjadinya penyakit
asam urat sampai terjadinya gout artritis.

2.2.7

Organ tubuh yang diserang

Serangan asam urat bersifat mendadak dan tahap awal biasanya serangan tersebut
ke astu arah sendi dan dapat berlangsung beberapa hari. Sendi-sendi dan organ
tubuh yang dapat terserang asam urat menurut Aminah (2013) antara lain:
a. Ujung jari kaki dan tangan
Kristal asam urat paling sering meresap ke dalam sendi ujung jari baik kaki
maupun tangan karena kedua sendi tersebut memiliki suhu dingin tertinggi
dalam tubuh sehingga memudahkan kristal asam urat untuk mengendap.
b. Jempol atau ibu jari
Ibu jari terutama kaki merupakan tempat pertama yang sering terjadi pada
penderita asam urat dimana kasus kejadiannya sebesar 75%. Asam urat yang
tertimbun di ibu jari ini berupa benjolan besar dan bengkak yang terasa
hangat bila diraba.
c. Sendi lutut dan pergelangan kaki
Penumpukan asam urat pada sendi lutut disebabkan karena lutut merupakan
tempat tumpuan hampir sebagian besar aktivitas tubuh. Semakin sering sendi
digunakan untuk kerja, semakin mudah asam urat merembes melalui plasma
darah.

Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

22

d. Daun telinga
Tofus atau benjolan putih dapat menyerang telinga. Tofus merupakan
endapan kristal asam berbentuk seperti bisul.
e. Ginjal
Penyakit batu ginjal merupakan penyakit akibat endapan asam urat sudah
terlalu banyak menumpuk di sekitar ginjal. Pemeriksaan penyakit ini
dilakukan dengan urine tampung 24 jam untuk mengetahui hipereksresi atau
hipoekskresi asam urat.
f. Jantung
Asam urat yang mengandap disekitar jantung dapat menimbulkan penyakit
jantung.

2.2.8

Komplikasi asam urat

Smeltzer dan Bare (2004) menjelaskan apabila masalah asam urat tidak ditangani
maka akan dapat menyebabkan

terganggunya aktivitas akibat nyeri, terjadi

kerusakan/kecacatan pada persendian dan tulang dan terjadi komplikasi


(gangguan ginjal, jantung, hipertensi). Wilson (2002) menjelaskan komplikasi
yang dapat terjadi akibat penyakit asam urat yaitu
a.

Radang sendi akibat asam urat (gout artritis)

b.

Komplikasi hiperurisemia pada ginjal

2.2.9
a.

Cara Pencegahan Asam urat menurut Mahan dan Escott-Stump (2000).

Pembatasan makanan yang mengandung zat tinggi purin (makanan yang


mengandung asam urat tinggi)

b.

Berat badan normal/tidak kegemukan

c.

Konsumsi makanan tinggi karbohidrat (nasi, roti, singkong, ubi)

d.

Olah raga teratur atau melakukan pergerakan ROM (Range of Motion)

e.

Banyak minum air putih (minum minimal sebanyak 2,5 liter atau 10 gelas
sehari.

f.

Makan buah yang banyak mengandung air

Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

23

g.

Menkonsumsi vitamin seperti Vitamin C, A, B3, B6, B5, B9, B12, E, dan
C

2.2.10 Cara Perawatan Asam urat


Cara perawatan asam urat menurut Sutanto (2012) antara lain (1) memberikan
kompres air hangat bila nyeri datang lakukan selama 10 menit setiap pagi dan
sore. (2) Memberikan kompres air dingin bila sendi bengkak atau kemerahan
(timbul peradangan). (3) Mengurangi aktivitas pada sendi yang terkena dan
istirahat yang cukup. (4) Tidak memijat bagian yang sakit dan (5). Melakukan
pengaturan makanan rendah purin.

2.2.11 Jenis Makanan yang Perlu diperhatikan


Golongan A
Kadar purin tinggi
100-1000 mg purin/100 gram
(Sebaiknya tidak dikonsumsi)
a) Semua makanan dan minuman
yang mengandung alkohol, yaitu
arak, bir, wiski, anggur, tape ketan,
tuak, dan makanan yang
mengandung ragi
b) Bebek, angsa, ikan kecil, ikan
sarden, makarel, remis, kerang,
kepiting, lobster, dan telur ikan
c) Makanan yang diawetkan dalam
kaleng seperti kornet, sarden, dan
lain-lain
d) Jeroan, misalnya otak, lidah,
jantung, hati, limpa, ginjal, dan
usus
e) Kaldu daging.
f) Durian, alpukat
g) Melinjo, daun melinjo

Golongan B
Kadar purin sedang
9-100 mg purin/100 gr bahan
makanan (Dapat dikonsumsi
sekali-kali)
Dibatasi maksimal 50-75
gram (1-1 potong) atau 1
mangkuk (100 g) sayuran
sehari.
a) Ikan air tawar
b) Daging sapi, ayam, udang.
c) Kacang kering dan hasil
olah seperti tahu, tempe,
dan oncom.
d) Sayuran (misalnya
kembang kol, bayam,
jamur, kangkung, daun
singkong, daun pepaya,
kacang polong, dan buncis)
e) buah nanas

Golongan C
Kadar purin rendah
0-50 mg/100 gr
makanan
(Bebas dikonsumsi)
Nasi, ubi, singkong,
roti, beras,makaroni,
keju, telur, jagung, kue
kering, mie/bihun,
produk susu, gula,
tomat, Sayuran dan
buah-buahan selain
dalam golongan A dan
B

Dikutip dari Harris, M; Siegel, L; Alloway, J. 1999. Gout and Hyperuricemia. American Academy
of Family Physicians

Jenis makanan yang dapat dikonsumsi oleh penderita asam urat adalah makanan
golongan C asalkan tidak memiliki penyakit lainnya seperti diabetes mellitus,
obesitas, maupun stroke (Tabloski, 2006).
Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

24

2.2.12 Obat Tradisional untuk mencegah penyakit asam urat menurut Ley (2007)
dan Sutanto (2013)
a.

Terapi obat tradisional (herbal) dengan mengkonsumsi takokak menurut


selera dan dilakukan secara teratur.

b.

1 ibu jari kayu manis, 5 butir cengkeh, 5 butir kapulaga, 200 gram ubi jalar
merah, 15 gram jahe merah, dan air 1500 cc direbus hingga air tersisa 500 cc.
Angkat dan saring.

c.

Belah 1 buah pare mentah segar, buang bijinya. Setelah itu, cuci bersih dan
potong-potong, lalu rebus dengan 2 gelas air bersih hingga tersisa 1 gelas.
Dinginkan lalu saring. Pemakaian : minum sekaligus, satu kali sehari.

d.

300 gr sirsak, buang bijinya. Blender sirsak, tuangkan ke dalam gelas. Minum
setiap hari 1 gelas.

e.

Jus seledri mengandung diuretik yang berfungsi untuk mengeluarkan urin.

f.

Pisang (mengandung potassium dan vitamin B6 yang bermanfaat untuk


mengurangi rasa sakit pada persendian) dapat dimakan langsung atau di jus.

g.

Buah

mengandung

banyak

air

sangat

penting

seperti

semangka,

melon,belewah, belimbing, dan jambu air. Dapat dimakan langsung atau di


jus.
h.

1 buah mengkudu dipotong-potong, dicuci bersih kemudian diblender dan


disaring. masukkan madu dan gula secukupnya. Minum 1 kali sehari.

Berdasarkan penjelasan karakteristik lansia sebagai kelompok yang rentan untuk


mengalami masalah kesehatan khususnya asam urat diperlukan suatu pengelolaan
manajemen pelayanan keperawatan dan asuhan keperawatan keluarga, komunitas
dalam penatalaksanaan dan pengelolaan risiko terjadinya gangguan mobilitas fisik
pada lansia.

Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

25

2.3 Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas dalam Penatalaksanaan


dan Pengelolaan Risiko Terjadinya Gangguan Mobilitas Fisik pada
Lansia
Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien,
keluarga dan masyarakat. Menurut Swanburg (2000), ketrampilan manajemen
dapat diklasifikasikan dalam tiga tingkatan yaitu: 1) Keterampilan intelektual,
yang meliputi kemampuan atau penguasaan teori, keterampilan berfikir. 2)
Keterampilan teknikal meliputi: metode, prosedur atau teknik. 3) Keterampilan
interpersonal, meliputi kemampuan kepemimpinan dalam berinteraksi dengan
individu atau kelompok.

Komitmen pemerintah untuk memberikan perhatian terhadap lanjut usia telah


berlangsung sejak empat puluhan tahun yang lalu, dengan ditetapkannya UndangUndang RI No 4 Tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan Penghidupan orang
Jompo, agar pemerintah, Organisasi Sosial/LSM swasta dan keluarga mempuyai
pedoman dan rujukan yang sama tentang pembinaan kesejahteraan lanjut usia
dengan dasar UUD 45 pasal 28 H bahwa setiap orang berhak atas jaminan sosial
yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermartabat (Sepriyan, 2007). Setelah itu muncul berbagai perundang-undangan,
keputusan, peraturan dan kebijakan yang mengatur tentang lansia di Indonesia
yang mengarah pada upaya meningkatkan kesehatan lansia antara lain UU No.
13/98 tentang kesejahteraan Lansia, UU No. 40/2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional khususnya yang menyangkut jaminan sosial bagi Lansia, UU. No.
11/2009 tentang kesejahteraan social, Keppres 52/2004 tentang Komnas Lansia,
Permendagri No.60/2008 tentang pembentukan Komda Lansia dan pemberdayaan
masyarakat dan RAN 2003 dan 2008 tentang Kesejahteraan Sosial Lansia
(Muliawati, 2011).

Pembinaan kesehatan lansia dilakukan dengan cara mengidentifikasi empat fungsi


manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan.

Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

26

Perencanaan adalah suatu bentuk pembuatan keputusan manajerial berdasarkan


pengamatan terhadap lingkungan, penggambaran sistem dan sub sistem utama
organisasi, misi dan fisosofi organisasi, sumber daya yang dimiliki, peluang dan
efektifitas dari tindakan alternatif (Gillies, 1994). Perencanaan merupakan proses
terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi
lain seperti pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tidak akan dapat
berjalan.

Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas-aktivitas, tugas-tugas, fungsi,


wewenang dan tanggung jawab, dan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Penugasan masing-masing kelompok diberikan
kepada pimpinan yang diberi wewenang untuk mengawasi sekaligus melakukan
koordinasi dengan unit lain baik secara horizontal maupun vertikal (Gillies, 1994).
Dinas Kesehatan dalam fungsinya sebagai pembuat program, telah memiliki
struktur organisasi yang dikepalai oleh seorang kepala Dinas. Kepala Dinas
Kesehatan membawahi langsung 4 kepala bidang antara lain kepala bidang
pengembangan sumber daya kesehatan; kepala bidang pelayanan kesehatan
masyarakat; kepala bidang pengendalian pencegahan penyakit; dan kepala bidang
perbekalan kesehatan, pengawasan obat dan makanan. Masing-masing kepala
bidang ini juga membawahi seksi-seksi pelaksana kegiatan yang dipimpin oleh
seorang kepala seksi (Renstra Kota Depok, 2011). Program kesehatan lansia di
Dinas Kesehatan Kota Depok dikelola oleh Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi
(Dinkes Kota Depok, 2012).

Langkah selanjutnya yang perlu ditempuh dalam manajemen setelah perencanaan


dan pengorganisasian selesai dilakukan adalah actuating yang diartikan sebagai
memberi bimbingan namun istilah tersebut lebih condong diartikan penggerak
atau pelaksanaan. Tujuan fungsi pelaksanaan adalah menciptakan kerjasama yang
lebih efisien; mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf; menumbuhkan
rasa memiliki dan menyukai pekerjaan; mengusahakan suasana lingkungan kerja
yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi kerja staf; dan membuat

Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

27

organisasi berkembang lebih dinamis. Kegiatan yang dilaksanakan dalam fungsi


actuating adalah koordinasi kegiatan; penempatan orang dalam jumlah, waktu dan
tempat yang tepat meliputi mengorganisasikan, mengarahkan dan mengawasi;
mobilisassi dan alokasi sumber daya fisik dan dana yang diperlukan dan
pembuatan keputusan secara umum dan khusus dengan koordinasi kegiatan,
manajemen tenaga kerja dan sumber daya selama penerapan. Hal yang penting
diperhatikan dalam actuating ini adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi
untuk mengerjakan sesuatu. Fungsi manajemen actuating ini adalah fungsi
koordinasi (coordinating), pengarahan (directing), dan kepemimpinan (leading).

Pengawasan merupakan proses mengevaluasi sejauhmana implementasi rencana


kegiatan yang telah dilakukan, pemberian masukan atauumpan balik, dan
pembuatan prinsip-prinsip organisasi melalui pembuatan standar, pembandingan
kinerja dengan standar dan memperbaiki kekurangan. fungsi pengawasan
dilakukan agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan rencana, apakah orang
orangnya, cara dan waktunya tepat. Pengawasan juga berfungsi agar kesalahan
dapat segera diperbaiki. Pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan adalah
terkait pelaksanaan program dan kinerja SDM. Kegiatan yang dapat dilakukan
dalam pengawasan adalah monitoring dan evaluasi (Marquis & Huston, 2006).
Kegiatan evaluasi bertujuan untuk melihat efektifitas dan efisiensi program yang
sedang atau yang telah dilakukan, sehingga dapat mengidentifikasi masalah atau
hambatan yang muncul selama pelaksanaan program (Evin, 2002). Pengelolaan
manajemen pelayanan keperawatan dalam penatalaksanaan dan pengelolaan risiko
terjadinya gangguan mobilitas fisik pada lansia akan dilanjutkan dengan
pemberian asuhan keperawatan komunitas.

2.4 Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Aggregate Lansia dengan asam


urat
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan
menggunakan pendekatan sistemik untuk bekerjasama dengan keluarga dan
individu sebagai anggota keluarga. Praktik keluarga sebagai pusat keperawatan

Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

28

(family-centered nursing) didasarkan pada perspektif bahwa keluarga adalah unit


dasar untuk perawatan individu dari anggota keluarga dan dari unit yang lebih
luas. Keluarga sebagai unit dasar dari sebuah komunitas dan masyarakat,
menggambarkan perbedaan budaya, rasial, etnik, dan sosioekonomi (Hitchcock,
Schubert & Thomas, 1999).

Tujuan dari asuan keperawatan keluarga adalah untuk membantu keluarga


menolong dirinya sendiri mencapai tingkat fungsi keluarga yang tertinggi dalam
konteks tujuan, aspirasi dan kemampuan keluarga (Friedman, 2003). Proses
keperawatan keluarga dibedakan menjadi 5 jenis yaitu

1) keluarga dipandang

sebagai konteks, maka asuhan keperawatan berfokus pada individu; 2) keluarga


kumpulan dari angota-anggotanya, maka asuhan keperawatan diberikan kepada
seluruh anggota keluarga; 3) subsistem keluarga sebagai klien, dimana fokus
pengkajian dan intervensi adalah subsistem keluarga; 4) keluarga sebagai klien,
dimana keseluruhan anggota keluarga dipandang sebagai klien sedangkan
individu anggota keluarga sebagai konteks; dan 5) keluarga sebagai komponen
masyarakat, dimana keluarga dipandang sebagai subsistem dalam sebuah sistem
yang lebih besar, yaitu masyarakat.

Darmojo dan Martono (2004) menjelaskan tugas perkembangan keluarga lansia


dan pensiunan dimulai

ketika salah satu/keduanya pensiun sampai salah

satu/keduanya meninggal. Kehilangan yg lazim pada usia ini adalah mengenai


permasalahan ekonomi dan pekerjaan (pensiun), perumahan (pindah ikut
anak/panti), sosial (kematian pasangan dan teman-temannya), Kesehatan
(penurunan kemampuan fisik). Tugas Perkembangan pada tahap ini adalah
mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan dengan
pendapatan

yang

menurun,

mempertahankan

hubungan

perkawinan,

menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan


keluarga antar generasi dan meneruskan untuk memahami eksistensi mereka
(penelaahan dan integrasi hidup).

Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

29

Proses asuhan keperawatan keluarga terdiri dari 5 tahapan yaitu pengkajian,


penegakan diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
2.4.1

Pengkajian

Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil informasi


secara terus-menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Asuhan
keperawatan keluarga dimulai dari pengkajian keluarga untuk mendapatkan data
keluarga maupun data individu dalam keluarga secara komprehensif. Sumber
informasi dari tahapan pengkajian dapat menggunakan metode wawancara,
observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik dari anggota keluarga (dari ujung
rambut ujung kaki), Data sekunder, seperti hasil laboratorium, hasil X-ray, pap
smear, dll. Pengkajian keluarga model Friedman meliputi lima komponen yaitu
identifikasi data sosiokultural keluarga, data lingkungan keluarga, struktur
keluarga, fungsi keluarga, dan strategi stress dan koping keluarga.

2.4.2

Diagnosis keperawatan

Pengkajian keluarga mencapai puncaknya saat mengidentififkasi masalah


keluarga yang aktual dan potensial. Banyak masalah kesehatan keluarga yang
berada pada lingkup praktik keperawatan dan disebut diagnosa keperawatan
keluarga. Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan dari diagnosis
ke sistem keluarga dan subsistemnya serta merupakan hasil pengkajian
keperawatan. Diagnosa keperawatan keluarga termasuk masalah kesehatan aktual
dan potensial dengan perawat keluarga yang memiliki kemampuan dan
mendapatkan

lisensi

untuk

menanganinya

berdasarkan

pendidikan

dan

pengalamannya (Gordon, 1994). Diagnosa tersebut digunakan sebagai dasar


proyeksi hasil, intervensi perencanaan dan evaluasi hasil yang dicapai.

Pada tingkat keluarga, diagnosa keperawatan dapat ditegakkan bertolak dari salah
satu teori keperawatan atau teori keluarga atau menggunakan diagnosa NANDA.
NANDA (2001) mendefinisikan diagnosa keperawatan sebagai keputusan klinik
tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan/
proses kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan memberikan

Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

30

dasar dalam pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang menjadi
akuntabilitas perawat.

2.4.3 Perencanaan
Perencanaan adalah semua tindakan yang dipertimbangkan secara mendalam oleh
perawat untuk membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini ke status
kesehatan yang diuraikan dalam hasil yang diharapkan (Gordon, 1994). Friedman
(2003) menyebutkan bahwa perencanaan merupakan tahap yang sistematis dari
proses keperawatan meliputi kegiatan pembuatan keputusan dan pemecahan
masalah. Perencanaan keperawatan dinetapkan perawat berdasarkan hasil
pengumpulan data dan rumusan diagnosa keperawatan yang merupakan petunjuk
dalam membuat tujuan dan asuhan keperawatan untuk mencegah, menurunkan,
atau mengeliminasi masalah kesehatan klien.

Langkah-langkah dalam membuat perencanaan keperawatan meliputi perumusan


tujuan yang berorientasi pada klien, membuat pendekatan alternatif dan
mengidentifikasi sumber sumber, menyusun prioritas dan menentukan intervensi
keperawatan yang tepat dalam pengembangan rencana asuhan keperawatan.
Dalam merencanakan tindakan yang dilakukan dalam mengatasi permasalahan
kesehatan yang ada di dalam keluarga, perawat bersama sama dengan anggota
keluarga menyusun rencana perawatan yang disepakati. Perencanaan yang dibuat
sebaiknya dapat mendorong keluarga untuk membuat pilihan jenis intervensi
keperawatan yang akan diterapkan dalam mengatasi masalahnya. Namun apabila
keluarga tidak mampu untuk membuat pilihan, maka perawat berperan untuk
membantu keluarga mengidentifikasi alternatif, memahami konsekuensi dan
membuat keputusan yang dapat diterima oleh seluruh anggota keluarga.

Kepmenkes No 279 tahun 2006 menyebutkan bahwa indikator dampak keluarga


dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya mencakup pada 5 tugas keluarga yaitu
mampu mengenal masalah kesehatannya, mampu mengambil keputusan yang
tepat dalam mengatasi masalah kesehatannya, mampu melakukan tindakan

Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

31

perawatan, mampu memodifikasi lingkungan, dan mampu memanfaatkan sarana


pelayanan kesehatan. Untuk menilai keberhasilan upaya perawatan kesehatan ,
maka digunakan penilaian tingkat kemandirian keluarga.

Tabel 2.1. Tingkat kemandirian keluarga


No

Kriteria
I

Tingkat Kemandirian
II
III
IV

1
2

Menerima petugas Perkesmas


Menerima pelayanan kesehatan sesuai
rencana keperawatan
3
Tahu dan dapat mengungkapkan
masalah kesehatannya secara benar
4
Memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai anjuran
5
Melakukan tindakan keperawatan
sederhana sesuai anjuran
6
Melakukan tindakan pencegahan
secara aktif
7
Melakukan tindakan promotif secara
aktif
(Sumber: KepMenKes RI No 279/MENKES/SK/IV/2006)

2.4.4

Implementasi

Implementasi keperawatan keluarga dilakukan setelah proses pengkajian,


diagnosis keperawatan, dan perencanaan yang meliputi perumusan tujuan,
identifikasi strategi intervensi dan sumber, serta penentuan prioritas telah
dilakukan. Intervensi yang ditetapkan tidak bersifat rutin, acak atau terstandar,
tetapi dirancang bagi keluarga tertentu yang dirawat oleh perawat keluarga
(Friedman, 2003). Menurut ANA (1995) intervensi keperawatan adalah tindakan
yang dilakukan perawat untuk pasien, keluarga dan komunitas dengan tujuan
membantu pasien, keluarga dan komunitas meningkatkan, mengoreksi atau
menyesuaikan kondisi fisik, emosional, psikososial, spiritual, budaya dan
lingkungan sebagai alasan mereka mencari bantuan. Bulechek dan McCloskey
(2000) mendefinisikan intervensi keperawatan adalah setiap tindakan yang
dilakukan oleh perawat berdasarkan keputusan klinis untuk meningkatkan kriteria

Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

32

hasil pada klien. Intervensi keperawatan meliputi perawatan langsung dan tidak
langsung yang ditujukan pada individu, keluarga dan komunitas.

Intervensi yang diberikan oleh perawat ketika bekerja dengan keluarga, diarahkan
untuk membantu anggota keluarga merubah perilaku mereka, dengan tujuan
akhirnya untuk memperkokoh fungsi keluarga atau tingkat kesejahteraan yang
tinggi. Konsep yang dapat membantu perawat dalam bekerjasama dengan
keluarga yang bermasalah, antara lain perubahan tergantung pada konteks,
perubahan tergantung pada persepsi dari klien terhadap masalah, perubahan
tergantung pada tujuan- tujuan yang realistis, pemahaman itu sendiri tidak
menyebabkan perubahan, perubahan tidak perlu terjadi secara merata pada seluruh
anggota keluarga, perubahan dapat saja memiliki banyak sekali penyebab seperti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Wright dan Leahey (2000) menyarankan bahwa selain untuk perawatan promotif
dan preventif, intervensi keperawatan keluarga diperlukan jika ; (1) anggota
keluarga mengalami suatu penyakit yang menimbulkan gangguan yang nyata
terhadap anggota keluarga lain; (2) anggota keluarga menyebabkan masalah atau
gejala individu; (3) perbaikan pada satu anggota keluarga menimbulkan gejala
atau gangguan pada anggota keluarga yang lain; (4) anggota keluarga untuk
pertama kalinya didiagnosis menderita penyakit; (5) kondisi anggota keluarga
terganggu secara nyata; (6) anggota keluarga yang mengalami penyakit kronik
pindah dari rumah sakit atau pusat rehabilitasi ke komunitas; dan (7) pasien yang
mengalami penyakit kronik meninggal dunia.

Jenis intervensi keperawatan keluarga yang dapat dilakukan, antara lain


modifikasi perilaku, membuat kontrak, manajemen kasus, kolaborasi, konsultasi,
konseling, strategi pemberdayaan, modifikasi lingkungan, advokasi keluarga,
modifikasi gaya hidup, termasuk manajemen stress, jaringan, termasuk
menggunakan kelompok swabantu dan dukungan sosial, merujuk, model peran,

Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

33

tambahan peran, strategi pengajaran dan klasifikasi nilai (Wright & Leahey,
2000).

Wright dan Leahey (2000) membagi tingkat intervensi keperawatan keluarga


menjadi dua tingkatan intervensi yaitu intervensi permulaan dan intervensi
lanjutan. Pada praktik perawatan keluarga pada tingkat dasar, intervensi bersifat
supportif dan mendidik (edukatif), dan langsung diarahkan ke sasaran. Sedangkan
pada tingkat lanjutan, intervensi meliputi sejumlah intervensi terapi keluarga yang
bersifat psikososial dan tidak langsung.

Freeman

(1970)

dalam

Friedman

(2003)

mengklasifikasikan

intervensi

keperawatan keluarga meliputi suplemental, fasilitatif dan perkembangan.


Sedangkan Wright dan Leahey (2000) menggolongkan intervensi keperawatan
keluarga menjadi 3 bagian, yaitu :
a.

Kognitif, yaitu intervensi diarahkan pada fungsi keluarga, tingkat kognitif


terdiri dari tindakan tindakan perawat yang memberikan informasi,
pengajaran dan gagasan baru tentang suatu keadaan atau pengalaman.

b.

Afektif, yaitu tindakan perawatan diarahkan kepada aspek aspek aktif fungsi
keluarga dan merupakan tindakan yang dirancang untuk mengubah emosi
anggota keluarga sehingga mereka dapat memecahkan masalah secara lebih
efektif.

c.

Perilaku, yaitu strategi strategi perawatan diarahkan untuk membantu anggota


keluarga berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain ataupun dengan
lingkungannya.

Hambatan dalam implementasi intervensi keluarga sangat beragam, seperti yang


dijelaskan oleh Friedman (2003) yaitu:
a.

Hambatan terkait keluarga yaitu apatis dan tidak dapat memutuskan.


Hambatan ini berupa perilaku keluarga.perilaku apatis dikaitkan dengan suatu
perasaan kegagalan terhadap keberhasilan atau ketersediaan pelayanan.
Ketidakmampuan keluarga dalam membuat keputusan terhadap masalah

Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

34

kesehatannya juga merupakan suatu masalah. Pada situasi ini, perawat harus
memeriksa tenyang apa yang sedang terjadi di keluarga dan perawat memiliki
keingintahuan yang besar tentang akar permasalahn sehingga akhirnya
masalah keluara dapat diidentifikasi dan diatasi.

b.

Hambatan terkait perawat


Hambatan ini terkait perilaku perawat. Hambatan yang dapat dilakukan oleh
perawat kepada keluarga adalah memaksakan ide, memberi stigma negatif
terhadap keluarga, tidak melihat kekuatan keluarga, dan perawat kurang
mempertimbangkan budaya dan isu gender.

2.4.5

Evaluasi

Komponen kelima proses keperawatan adalah evaluasi yang merupakan kegiatan


bersama antara perawat dan keluarga. Evaluasi didasarkan pada keefektifan
intervensi yang dilakukan perawat maupun keluarga dalam menyelesaikan
masalah kesehatan keluarga. Keberhasilan ini dikaitkan dengan respon yang
dihasilkan oleh keluarga (Friedman, 2003). Evaluasi dengan pendekatan terpusat
pada klien sering menimbulkan kesulitan kesulitan dalam penentuan kriteria
objektif untuk hasil yang diharapkan karena faktor faktor diluar intervensi yang
direncanakan

seringkali

mengintervensi

proses

tersebut

sehingga

dapat

mempengaruhi respon keluarga. Evaluasi merupakan proses beerkesinambungan


yang terjadi setiap kali seorang perawat memperbaharui rencana asuhan
keperawatan. Sebelum perencanaan perencanaan dikembangkan dan dimodifikasi,
perawat bersama keluarga perlu melihat tindakan tindakan perawatan tertentu
apakah tindakan tersebut benar benar membantu dalam mengatasi permasalahan
kesehatan dalam keluarga. Jika respon terhadap intervensi perawatan tidak
dievaluasi secara bersama sama, maka tindakan perawatan yang efektif tidak
dapat dicapai (Meiner&Lueckenotte, 2006).

Proses evaluasi didasari atas seberapa efektifnya intervensi yang diterapkan oleh
perawat keluarga. Keberhasilan suatu intervensi ditentukan dengan melihat hasil

Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

35

pada anggota keluarga bukan intervensi yang diimplementasikan. Apabila dalam


evaluasi ditemukan bahwa intervensi yang diberikan tidak dapat mengatasi
masalah, maka modifikasi dilakukan setelah rencana evaluasi yaitu mengulang
kembali sebagai suatu proses melingkar pada pengkajian dan pengkajian ulang
yang kemudian selanjutnya merevisi setiap fase dalam siklus asuhan keperawatan
yang diperlukan (Friedman, 2003). Diakhir kegiatan asuhan keperawatan, proses
yang dilakukan adalah terminasi. Terminasi dilakukan oleh perawat berdasarkan
persetujuan bersama antara perawat dan keluarga pada waktu dan tempat yang
tepat untuk mendiskusikan tentang masalah kesehatan dan intervensi yang telah
diselesaikan.

2.5 Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Aggregate Lansia dengan asam


urat
2.5.1

Pengkajian

Community as partner dikembangkan oleh Anderson dan McFarlane yang


didasarkan pada model Neuman system Model yaitu pendekatan totalitas
terhadap manusia untuk menggambarkan masalah klien (Anderson & McFarlane,
2004). Komunitas sebagai klien dikembangkan untuk mengilustrasikan definisi
Community Health Nursing (CHN)/ Primary Health Nursing (PHN) sebagai
sintesis dari Concepts nursing and public health. Seiring dengan perkembangan
masyarakat dan penelitian lebih lanjut, maka konsep ini diganti menjadi
Community as partner yang berguna untuk menekankan CHN sebagai filosofi
yang mendasari keaktifan dari komunitas dalam meningkatkan kesehatan dan
mencegah serta mengatasi masalah kesehatan.

Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

36

Gambar 2.1. Model komunitas sebagai mitra.

Sumber: Anderson & McFarlane, 2007.

Sebelum tenaga kesehatan khususnya perawat dapat memberikan pelayanan


kesehatannya, maka perawat melakukan proses keperawatan yang holistik
meliputi pengkajian, analisa data dari permasalahan yang ditemukan pada saat
pengkajian,menentukan

diagnosa,

menyusun

perencanaan,

malakukan

implementasi untuk mengatasi masalah dan akhirnya mengevaluasi keefektifan


dari program yang telah dilaksanakan. Oleh karena itu, dalam rangka mengatasi
permasalahan yang terjadi dikomunitas lansia, maka tahap pertama yang perlu
dilakukan adalah pengkajian terkait dengan komunitas yang dikelola dan
menemukan permasalahan yang terjadi.

Helvie (1998) menyebutkan pengkajian komunitas adalah langkah awal yang


dilakukan pada populasi komunitas untuk

mengkaji permasalahan yang ada.

Ditambahkan pula oleh Anderson & McFarlane (2004) bahwa pengkajian


komunitas merupakan sebuah proses dengan cara mendekatkan diri dan mengenal
komunitas. Orang orang yang ada di komunitas adalah partner atau rekan yang
berkontribusi dalam keseluruhan proses. Tujuan keperawatan dalam pengkajian
komunitas adalah untuk mengidentifikasi faktor (baik positif maupun negatif)
yang berbenturan dengan kesehatan masyarakat untuk mengembangkan strategi

Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

37

promosi kesehatan (Anderson & McFarlane, 2004). Pada pengkajian ini,


Anderson & McFarlane menggunakan model the community assesment wheel
sebagai kerangka kerja dalam pengkajian komunitas Community as Partner.
Gambar 2.2. The Community Assesment Wheel

Sumber: Anderson & McFarlane, 2007.

Prinsip pengkajian komunitas pada Community As Partner ini adalah; (1)


menggunakan proses yang sistematis dan komprehensif; (2) bekerja didalam
kemitraan dengan komunitas; (3) berfokus pada prevensi primer; (4) promosi
lingkungan sehat; (5) target untuk semua yang mungkin merasakan manfaat; (6)
memberikan prioritas pada kebutuhan komunitas; (7) meningkatkan alokasi
sumber yang optimal; (8) bekerjasama dengan berbagai pihak di komunitas.

Fokus dari pengkajian komunitas adalah menempatkan komunitas sebagai partner


dan penggunaan proses keperawatan dalam praktik Community Health Nursing.
Dalam hal ini, yang menjadi target populasi adalah lansia. Menurut UndangUndang RI No 23 tahun 1992

tentang kesehatan pasal 19 ayat 1 berbunyi

Manusia lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan


biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh
pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan
manusia lansia perlu mendapatkan perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan
ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan
kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan.

Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

38

Model Pengkajian menurut Community Health Nursing terdiri dari 3 (tiga) bagian
yaitu inti komunitas (the community core), subsistem komunitas (the community
subsystems) dan persepsi

(perception). Model ini dapat digunakan untuk

mengkaji berbagai jenis komunitas dengan luas wilayah, lokasi, sumber sumber
yang dimiliki atau karakteristik populasi tertentu. Inti Komunitas terdiri dari
pengkajian sejarah (history), data demografi (demographic), suku dan kebudayaan
(ethnicity) serta nilai dan keyakinan (values and beliefs). Sub-sub sistem
komunitas meliputi lingkungan fisik, pendidikan, keamanan dan transportasi,
politik dan pemerintahan, pelayanan sosial dan pelayanan kesehatan, komunikasi,
ekonomi dan rekreasi. Pengkajian persepsi terdiri dari persepsi masyarakat dan
persepsi perawat (Anderson & McFarlane, 2004). Data yang didapatkan dalam
pengkajian ini dapat berupa data primer melalui observasi maupun dari data
sekunder.

2.5.2 Diagnosis Keperawatan


Pengkajian komunitas mencapai puncaknya saat mengidentififkasi masalah
kesehatan komunitas yang aktual dan potensial. Banyak masalah kesehatan
komunitas yang berada pada lingkup praktik keperawatan dan disebut diagnosa
keperawatan

komunitas.

Diagnosa

keperawatan

komunitas

merupakan

perpanjangan dari diagnosis kepada subsistem dari komunitas itu sendiri dan
merupakan hasil dari pengkajian keperawatan. Diagnosa keperawatan komunitas
termasuk masalah kesehatan aktual dan potensial dengan perawat komunitas yang
memiliki kemampuan dan mendapatkan lisensi untuk menanganinya berdasarkan
pendidikan dan pengalamannya (Gordon, 1994). Diagnosa tersebut digunakan
sebagai dasar proyeksi hasil, intervensi perencanaan dan evaluasi hasil yang
dicapai.

Pada tingkat komunitas, diagnosa keperawatan dapat ditegakkan bertolak dari


salah satu teori keperawatan atau teori keluarga atau menggunakan diagnosa
NANDA maupun mengembangkan dari konsep Advenced Community Health
Nursing Practice oleh Ervin (2002). NANDA (2009) mendefinisikan diagnosa

Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

39

keperawatan sebagai keputusan klinik tentang respon individu, keluarga atau


komunitas terhadap masalah kesehatan/ proses kehidupan yang aktual atau
potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar dalam pemilihan intervensi
keperawatan untuk mencapai hasil yang menjadi akuntabilitas perawat.

2.5.3 Perencanaan
Perencanaan adalah semua tindakan yang dipertimbangkan secara mendalam oleh
perawat untuk membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini ke status
kesehatan yang diuraikan dalam hasil yang diharapkan (Gordon, 1994). Ervin
(2002) menyebutkan bahwa perencanaan merupakan tahap yang sistematis dari
proses keperawatan yang berguna untuk mengidentifikasi rencana intervensi yang
harus dilakukan. Perencanaan keperawatan ditetapkan perawat berdasarkan hasil
pengumpulan data dan rumusan diagnosa keperawatan yang merupakan petunjuk
dalam membuat tujuan dan asuhan keperawatan untuk mencegah, menurunkan,
atau mengeliminasi masalah kesehatan komunitas. Dalam merencanakan tindakan
yang dilakukan dalam mengatasi permasalahan kesehatan yang ada di dalam
komunitas, perawat bersama sama dengan kader wakil dari masyarakat menyusun
rencana perawatan yang disepakati.

Perencanaan yang detail dari aktivitas program kedalam berbagai kegiatan sangat
penting untuk pelaksanaan program dan pencapaian tujuan. Berikut ini adalah
gambaran alur proses perencanaan.
Gambar 2.3. Dasar penyusunan rencana program

Sumber: Anderson & McFarlane, 2007.

Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

40

Langkah-langkah dalam membuat perencanaan keperawatan meliputi perumusan


tujuan yang berorientasi pada klien, membuat pendekatan alternatif dan
mengidentifikasi sumber sumber, dan menentukan intervensi keperawatan yang
tepat dalam pengembangan rencana asuhan keperawatan. Setelah diagnosa
keperawatan dirumuskan secara spesifik, perawat menggunakan kemampuan
berfikir kritis untuk segera menetapkan intervensi yang penting sesuai dengan
kebutuhan komunitas.
2.5.3.1 Perumusan Tujuan
Perumusan tujuan terdiri atas kemungkinan sumber sumber, menggambarkan
pendekatan pendekatan alternatif untuk memenuhi tujuan tujuan, menyeleksi
intervensi intervensi keperawatan yang spesifik, memobilisasi sumber sumber dan
mengoperasionalisasikan perencanaan. Rencana asuhan keperawatan berfungsi
sebagai rencana untuk tindakan. Penyusunan tujuan bersama dengan keluarga
menjadi penentu perencanaan yang efektif. Ada beberapa tingkatan tujuan, yaitu :
a.

Tujuan jangka pendek yang sifatnya dapat diukur, langsung dan spesifik.
Tujuan-tujuan jangka pendek penting untuk memotivasi dan memberikan
kepercayaan kepada keluarga dan individu individu bahwa kemajuan sedang
dalam proses, dan membimbing keluarga kearah tujuan yang lebiih
komprehensif.

b.

Tujuan jangka panjang merupakan tujuan akhir yang menyatakan maksud


maksud luas yang diharapkan oleh perawat maupun keluarga agar dapat
dicapai.

2.5.3.2 Membuat pendekatan alternatif dan mengidentifikasi sumber


Setelah penyusunan tujuan tujuan, profesional perawatan kesehatan perlu
menciptakan cara-cara alternatif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kekuatan kekuatan dan sumber pendukung komunitas, sangat bermanfaat dalam
dalam membantu perawat dan kader dalam menyelesaikan masalah kesehatan
agregat lansia dengan asam urat.

Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

41

Strategi intervensi keperawatan komunitas yang digunakan dalam meyusun


perencanaan

adalah

(1)

kemitraan

(partnership),

(2)

pemberdayaan

(empowerment), (3) pendidikan kesehatan, dan (4) proses kelompok (Hitchcock,


Schubert & Thomas, 1999; Helvie, 1998).

2.5.4 Implementasi
Implementasi keperawatan dilakukan setelah proses pengkajian, diagnosis
keperawatan, dan perencanaan yang meliputi perumusan tujuan, identifikasi
strategi intervensi dan sumber. Menurut ANA (1995) intervensi keperawatan
adalah tindakan yang dilakukan perawat untuk pasien, keluarga dan komunitas
dengan tujuan membantu pasien, keluarga dan komunitas meningkatkan,
mengoreksi atau menyesuaikan kondisi fisik, emosional, psikososial, spiritual,
budaya dan lingkungan sebagai alasan mereka mencari bantuan. Bulechek dan
McCloskey (2000) mendefinisikan intervensi keperawatan adalah setiap tindakan
yang dilakukan oleh perawat berdasarkan keputusan klinis untuk meningkatkan
kriteria hasil pada klien. Intervensi keperawatan meliputi perawatan langsung dan
tidak langsung yang ditujukan pada individu, keluarga dan komunitas. Anderson
dan McFarlane (2007) menjelaskan implementasi adalah fase tindakan dari proses
keperawatan yang terkait dengan pelaksanaan rencana berfokus komunitas.
Implementasi berguna untuk mencapai tujuan dan objektif, tetapi yang penting
adalah implementasi intervensi keperawatan berfungsi untuk meningkatkan,
memelihara atau memulihkan kesehatan, mencegah penyakit dan memfasilitasi
rehabilitasi.

Intervensi yang dilakukan perawat ketika bekerja dengan komunitas diarahkan


untuk membantu masyarakat merubah perilaku mereka, dengan tujuan akhirnya
untuk memperkokoh fungsi kesehatannya dan mencapai tingkat kesejahteraan
yang tinggi. Konsep yang dapat membantu perawat dalam bekerjasama dengan
masyarakat khususnya agregat lansia dengan gout arthritis antara lain perubahan
tergantung pada konteks, perubahan tergantung pada persepsi dari klien terhadap
masalah, perubahan tergantung pada tujuan-tujuan yang realistis, pemahaman itu

Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

42

sendiri tidak menyebabkan perubahan, perubahan tidak perlu terjadi secara merata
pada seluruh anggota keluarga, perubahan dapat saja memiliki banyak sekali
penyebab seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Selain untuk perawatan promotif dan preventif, Wright dan Leahey (2000)
menyarankan bahwa intervensi keperawatan diperlukan jika :
a.

Subunit masyarakat mengalami suatu penyakit yang menimbulkan gangguan


yang nyata terhadap Subunit masyarakat yang lain

b.

Masalah kesehatan komunitas

menyebabkan masalah atau gejala pada

individu masyarakat
c.

Perbaikan pada satu kelompok masyarakat menimbulkan dampak pada


anggota masyarakat yang lain

d.

Kelompok masyarakat yang untuk pertama kalinya didiagnosis menderita


penyakit

e.

Kondisi kesehatan masyarakat terganggu secara nyata

f.

Agregat lansia yang mengalami penyakit kronik pindah dari rumah sakit atau
pusat rehabilitasi ke komunitas

Beberapa jenis intervensi keperawatan komunitas yang dapat dilakukan, antara


lain modifikasi perilaku, manajemen kasus, kolaborasi, konsultasi, konseling,
strategi

pemberdayaan,

modifikasi

lingkungan,

modifikasi

gaya

hidup,

manajemen stress, manajemen jaringan, termasuk menggunakan kelompok


pendukung kader dan dukungan sosial, merujuk, model peran, tambahan peran,
strategi pengajaran dan klasifikasi nilai.

2.5.5 Evaluasi
Komponen kelima proses keperawatan adalah evaluasi yang merupakan kegiatan
bersama antara perawat dan komunitas khususnya agregat lansia. Evaluasi
didasarkan pada keefektifan intervensi yang dilakukan perawat maupun lansia
dalam menyelesaikan masalah kesehatan. Keberhasilan ini dikaitkan dengan
respon yang dihasilkan oleh agregat lansia terhadap masalah kesehatannya.

Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

43

Evaluasi dengan pendekatan terpusat pada klien sering menimbulkan kesulitankesulitan dalam penentuan kriteria objektif untuk hasil yang diharapkan karena
faktor-faktor diluar intervensi yang direncanakan seringkali mengintervensi
proses tersebut sehingga dapat mempengaruhi respon agregat lansia.

Anderson dan McFarlane (2007) menjelaskan evaluasi adalah suatu tahap untuk
menentukan manfaat dari suatu tindakan. Selama proses evaluasi, informasi
dikumpulkan dan dianalisis untuk ditentukan kegunaan dan signifikansinya.
Perubahan yang ada dinilai, dan kemajuan didokumentasikan. Meiner dan
Lueckenotte (2006) menjelaskan evaluasi merupakan proses berkesinambungan
yang terjadi setiap kali seorang perawat memperbaharui rencana asuhan
keperawatan. Sebelum perencanaan dikembangkan dan dimodifikasi, perawat
bersama agregat lansia perlu melihat tindakan perawatan tertentu apakah tindakan
tersebut benar-benar membantu dalam mengatasi permasalahan kesehatan. Jika
respon terhadap intervensi perawatan tidak dievaluasi secara bersama sama, maka
tindakan perawatan yang efektif tidak dapat dicapai.

Proses evaluasi didasari atas seberapa efektifnya intervensi yang diterapkan oleh
perawat komunitas. Keberhasilan suatu intervensi ditentukan dengan melihat hasil
pada agregat lansia bukan intervensi yang diimplementasikan. Apabila dalam
evaluasi ditemukan bahwa intervensi yang diberikan tidak dapat mengatasi
masalah, maka modifikasi dilakukan setelah rencana evaluasi yaitu mengulang
kembali sebagai suatu proses siklik pada pengkajian dan pengkajian ulang yang
kemudia selanjutnya merevisi setiap fase dalam siklus asuhan keperawatan yang
diperlukan (Ervin, 2002).

Prinsip evaluasi seperti yang disampaikan oleh Kellogg Foundation (1998) dalam
Anderson dan McFarlane (2007) adalah memperkuat program, menggunakan
pendekatan multi sistem, merancang evaluasi untuk memenuhi isu nyata,
menciptakan proses partisipasi, memungkinkan fleksibilitas dan membangun
kapasitas. Komponen evaluasi menurut Anderson dan McFarlane (2007) meliputi

Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

44

relevansi, kemajuan bagi kesehatan agregat lansia, efisiensi biaya, efektivitas


(dampak).

2.5.6 Peran Perawat dalam Keperawatan Komunitas Pada Aggregate


Lansia dengan asam urat
Peran Perawat adalah tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai yang dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat
maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan. Peran perawat
komunitas antara lain sebagai pemberi asuhan keperawatan, pendidik, konselor,
manajer kasus, kolabolator, advokator, dan peneliti. Dalam keperawatan
komunitas, perawat mempunyai 5 peran (Helvie, 1998; Mubarak, 2009; Potter &
Perry, 2003 ), yaitu :
a.

Pemberi Asuhan Keperawatan


Pada peran ini diharapkan perawat mampu : (1) memberikan pelayanan
keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat sesuai
diagnose masalah yang terjadi baik masalah yang bersifat sederhana sampai
pada masalah yang kompleks, (2) memperhatikan kebutuhan kesehatan
lansia, (3) menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi
diagnosis keperawatan, mulai dari masalah fisik sampai psikologis.

b.

Peran Pendidik dan Konselor


Peran perawat melakukan tindakan pencegahan yang dilakukan sebelum
terjadi penyakit sehingga derajat kesehatan masyarakat pada kondisi sehat
optimal (Potter dan Perry, 2003). Perawat berperan untuk membantu klien
dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan
tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien
setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

c.

Peran sebagai Case Manager


Fungsi perawat lainnya adalah sebagai pengelola kasus, dan melaksanakan
pengambilan keputusan dalam pelayanan keperawatan pada individu,
keluarga, dan kelompok. Fungsi ini meliputi pengkajian, perencanaan,

Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

45

mengadakan kerjasama (merujuk, koordinasi, dan advokasi), memonitor dan


mengevaluasi.
d.

Peran sebagai Penemu Kasus


Peran perawat sebagai penemu kasus juga sangat penting, dimana perawat
mengidentifikasi secara dini masalah kesehatan sehingga tidak terjadi
peningkatan atau ledakan kasus.

e.

Peran sebagai Peneliti


Peran perawat sebagai peneliti dan pengembangan di bidang keperawatan
diharapkan perawat mampu mengidentifikasi masalah yang ada dimasyarakat,
menerapkan prinsip dan metode penelitian, mengembangkan model intervensi
yang tepat dalam mengelola asuhan keperawatan serta memanfaatkan hasil
penelitian untuk meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan dan pendidikan
keperawatan.

Penatalaksanaan dan pengelolaan risiko terjadinya gangguan mobilitas fisik pada


lansia dengan asam urat yang diberikan melalui pelaksanaan asuhan keperawatan
komunitas akan dilanjutkan pada pemberian asuhan keperawatan keluarga.

2.6 Arthritis Self-Management Program (ASMP)


ASMP merupakan sebuah program swadaya bagi pasien dengan arthritis yang
berfokus untuk meningkatkan kemampuan manajemen kesehatan diri meliputi
kemampuan membuat keputusan, kemampuan untuk menemukan pemecahan
masalah, dan kemampuan untuk melakukan tindakan pencegahan dan perawatan
kesehatan. Program ini dikembangkan oleh Lorig (1993) di Amerika Serikat
dengan mengacu kepada tujuan dari WHO terhadap kesehatan tulang dan
persendian bahwa pasien harus diberikan informasi dan diberdayakan untuk setiap
terapi. Oleh karena itu, setiap praktik klinis internasional direkomendasikan untuk
meningkatkan kemampuan manajemen kesehatan diri pasiennya terhadap masalah
kesehatan yang dialami (Osborne, Spinks & Wicks. (2004).

Maayah, dkk., (2012) menjelaskan ASMP adalah program pendidikan kesehatan


dengan enam sesi (dua jam seminggu sekali) yang dirancang untuk membantu

Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

46

lansia untuk lebih memahami masalah arthritis yang dialami. Teknik manajemen
diri yang diajarkan dalam program ini tidak hanya untuk membantu peserta
memahami dan mengatasi gejala mereka tetapi akan memberikan keterampilan
dan kepercayaan diri yang diperlukan untuk mengelola kesehatannya secara
mandiri. Brady dan Hines (2012) menyebutkan tujuan dari pelaksanaan program
ASMP ini adalah meningkatkan kepercayaan diri, meningkatkan keampuan fisik
dan

psikososial,

dan

memberikan

motivasi

untuk

mengelola

masalah

kesehatannya secara mandiri.

Sasaran dari program ASMP ini adalah orang-orang dengan artritis terutama
lansia. Bentuk aktivitas yang dilaksanakan adalah pendidikan kesehatan, diskusi,
brain storming, demonstrasi keterampilan, pemodelan prilaku, teknik pemecahan
masalah dan membuat keputusan yang diberikan oleh tenaga kesehatan (Brady
dan Hines, 2012). Program ini memungkinkan lansia untuk memahami tentang
pencegahan dan penatalaksanaan untuk masalah artritis dari tenaga kesehatan
sebagai narasumber yang kompeten dan belajar dari pengalaman orang lain
dengan masalah yang sama mengenai pengelolaan kesehatan yang dapat
dilakukan. Program ASMP ini menekankan bahwa kesehatan dapat dicapai oleh
keinginan untuk menjadi sehat yang dimulai dari diri sendiri (Lorig, 1993).

Kerangka pikir yang menjadi dasar dalam pengembangan program ASMP ini
adalah

adanya

program

pendidikan

kesehatan

pemberdayaan individu lansia yang mengalami

yang

diberikan

melalui

masalah kesehatan. Adanya

pembekalan yang diberikan untuk melakukan manajemen terhadap kesehatannya


secara mandiri, maka akan terjadi peningkatan pengetahuan, perubahan persepsi
terhadap dampak dari suatu penyakit dan perubahan perilaku. Peningkatan akan
pengetahuan , persepsi dan perilaku ini akan meningkatkan keberhasilan terapi
dan pengobatan yang diberikan sehingga tidak terjadi kecacatan yang berdampak
terhadap penurunan angka kesakitan dan kematian. Oleh karena itu kesehatan
masyarakat terutama lansia menjadi meningkat.

Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

47

2.7 Kartu Menuju Sehat (KMS) Lansia


Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia adalah alat untuk mencatat kesehatan pribadi
lansia baik fisik maupun mental emosionalnya yang diterbitkan oleh Departemen
kesehatan RI. KMS ini diisi tiap bulan oleh petugas kesehatan bekerjasama
dengan kader pada kegiatan kelompok Usila / kunjungan Puskesmas. KMS ini
disimpan oleh lansia dan keluarga dan selalu dibawa pada setiap kunjungan ke
Posbindu atau ke Puskesmas (Maryam, dkk., 2010).

KMS bermanfaat memantau dan menilai kemajuan usia lanjut, mendeteksi secara
dini penyakit atau kelainan kesehatan pada lansia dan sebagai sumber informasi
bagi lansia dan keluarga nya dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan
lansia. KMS berbentuk lembar dua muka yang dilipat dan dilengkapi dengan
petunjuk pengisian. Bagian luar terdiri dari judul, nama Puskesmas, nomor
register, identitas lansia, pesan hidup sehat dan petunjuk pengisian bagi petugas.
Bagian dalam terdiri dari tabel catatan perkembangan kesehatan fisik, mental dan
kemandiriannya serta adanya grafik IMT sebagai alat bantu. Cara pengisian KMS
lansia adalah dengan pemberian nomor KMS, nomor register dan identitas lansia
pada kunjungan pertama; penulisan kunjungan/tanggal, kegiatan sehari-hari, hasil
pengukuran BB, TB, Tekanan darah, Hb, dan reduksi urine (Maryam, dkk., 2010).

Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

BAB 3
KERANGKA KERJA DAN PROFIL WILAYAH

Bab ini menjelaskan tentang keterkaitan antar konsep yang mendasari praktik
keperawatan komunitas pada agregat lansia dengan masalah asam urat yang
menggunakan

integrasi

teori

konsekuensi

fungsional,

teori

manajemen

keperawatan, family center nursing, dan community as partner.

3.1 Kerangka Kerja Praktik Keperawatan Komunitas


Pemberian asuhan keperawatan kesehatan komunitas pada lansia asam urat
dikawal melalui satu kegiatan yaitu model intervensi KPM yang dilaksanakan
oleh kader, masyarakat, tenaga kesehatan yang bekerja sama dan berkolaborasi
secara terpadu. Pelaksanaan praktik keperawatan ini didasari oleh integrasi dari
beberapa teori keperawatan yaitu teori konsekuensi fungsional, teori manajemen
keperawatan, community as partner model, dan family center nursing model.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan status kesehatan
serta memantau kasus lansia dengan asam urat agar angka kejadian asam urat
pada lansia dapat terkendali. Model pengkajian yang dikembangkan pada
aggregate lansia asam urat adalah aplikasi dari community as partner adaptasi
dari teori Betty Neuman (Anderson & McFarlane, 2004).

Helvie (1998) menyebutkan pengkajian komunitas adalah langkah awal yang


dilakukan pada populasi komunitas untuk

mengkaji permasalahan yang ada.

Ditambahkan pula oleh Anderson dan McFarlane (2004) bahwa pengkajian


komunitas merupakan sebuah proses dengan cara mendekatkan diri dan mengenal
komunitas. Orang orang yang ada di komunitas adalah partner atau rekan yang
berkontribusi dalam keseluruhan proses. Tujuan keperawatan dalam pengkajian
komunitas adalah untuk mengidentifikasi faktor (baik positif maupun negatif)
yang berbenturan dengan kesehatan masyarakat untuk mengembangkan strategi
promosi kesehatan (Anderson & McFarlane, 2004). Model pengkajian

48

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

49

menggunakan model ini terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu inti komunitas (the
community core), subsistem komunitas (the community subsystems) dan persepsi
(perception). Inti komunitas terdiri dari riwayat terbentuknya aggregat,
demografi, suku, nilai, dan kepercayaan. subsistem terdiri dari lingkungan fisik,
pelayanan kesehatan dan sosial, ekonomi, transportasi dan keamanan, politik dan
pemerintahan, komunikasi, pendidikan, dan rekreasi. Sedangkan persepsi tediri
dari persepsi masyarakat dan persepsi perawat terhadap masalah kesehatan
tersebut.

Fokus dari pengkajian komunitas adalah menempatkan komunitas sebagai partner


dan penggunaan proses keperawatan dalam praktik Community Health Nursing.
Dalam hal ini, yang menjadi target populasi adalah lansia. Menurut UndangUndang RI No 23 tahun 1992

tentang kesehatan pasal 19 ayat 1 berbunyi

Manusia usia lanjut adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan
biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh
pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan
lansia perlu mendapatkan perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan
ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan
kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan.

Teori konsekuensi fungsional yang disampaikan oleh Miller (2012) menjelaskan


bahwa perubahan penuaan secara fisiologis pada lansia bervariasi berkaitan
dengan kemunduran, progresif, intrinsik dan bersifat universal dengan kecepatan
yang berbeda dan dipengaruhi oleh faktor resiko, antara lain penyakit, lingkungan,
gaya hidup, support systems, psikososial, pengobatan yang tidak sesuai dan sikap
yang didasari oleh kurang pengetahuan. Konsekuensi fungsional positif terjadi
ketika lansia dalam kondisi kesehatan yang optimal serta memiliki ketergantungan
minimal karena memperoleh intervensi. Sebaliknya, konsekuensi fungsional
negatif terjadi ketika lansia dalam kondisi memiliki gangguan tingkat fungsi atau
kualitas sehingga meningkatkan ketergantungan kehidupan lansia karena tidak
memperoleh intervensi (Miller, 2012).

Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

50

Perawat komunitas harus mampu melakukan asuhan keperawatan secara


komprehensif pada agregate lansia dengan masalah asam urat dengan
memperhatikan aspek biopsikososiospiritual dan kultural. Strategi

yang

diterapkan perawat komunitas dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada


agregat lansia dengan asam urat dilakukan melalui kegiatan model intervensi
KPM. Kegiatan ini merupakan kegiatan pemantauan dan pengelolaan masalah
kesehatan lansia dengan asam urat. Pada pelaksanaannya, apabila ditemukan
lansia dengan masalah asam urat yang mengalami keluhan maka akan diberikan
KPM dan pelayanan langsung untuk mengatasi masalah kesehatannya.
Selanjutnya lansia dapat memantau kesehatannya dengan KPM dan berkunjung ke
pelayanan kesehatan.

Kader posbindu sebagai kelompok pendukung bagi lansia dengan asam urat
(Kepung Lara), dibentuk dan diberikan sosialisasi mengenai penatalaksanaan
masalah asam urat, penggunaan KPM dan pemantauan kesehatan lansia dengan
menggunakan KPM untuk menilai status kesehatan lansia terkait masalah asam
urat. Kepung Lara memiliki peranan untuk membantu lansia dalam memelihara
dan mengelola kesehatannya dengan wujud adanya kunjungan rumah yang
dilakukan kader untuk menilai status kesehatan lansia.

Keberhasilan dalam pengelolaan masalah kesehatan ini tidak hanya dipengaruhi


oleh adanya sarana dan prasarana dan adanya kader dan tenaga kesehatan tetapi
juga kemauan lansia untuk sehat dan juga dukungan dari keluarga maupun orang
terdekat. Friedman (2003) menjelaskan keluarga merupakan kerabat yang
keberadaannya paling dekat dengan lansia dan memiliki tugas yang sangat penting
dalam membantu pemeliharaan kesehatan lansia baik itu secara fisik maupun
psikologis. Model family centered nursing merupakan model yang digunakan
untuk memandang keluarga sebagai unit dasar perawatan individu dari anggota
keluarga serta dari unit yang lebih luas sebagai konteks bagi aggregat lansia
dengan masalah asam urat.

Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

51

Keseluruhan progran kegiatan dalam upaya

meningkatkan kesehatan lansia

dengan asam urat tentu perlu di kelola dan dipantau secara efektif. Dasar dalam
menerapkan kinerja pelayanan untuk mengoptimalkan peran dan fungsi sumber
daya adalah melakukan manajemen keperawatan dengan harapan adanya faktor
kelola yang optimal mampu meningkatkan keefektifan pelayanan keperawatan.
Manajemen merupakan ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber
daya secara efisien, aktif dan rasional untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Manajemen mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi
terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan (Gillies, 2000;
Swansburg, 1999).

Perawat spesialis keperawatan komunitas memberikan pelayanan keperawatan


melalui empat fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, staffing,
pengarahan dan pengawasan terhadap kemampuan lansia dalam mengelola
kesehatannya secara mandiri dengan pedoman KPM. Pada masing-masing fungsi
manajeman terdapat beberapa variabel yang digunakan untuk mendasari praktik
keperawatan ini yaitu pada fungsi perencanaan variabel yang digunakan SDM,
anggaran, dan kebijakan. Pada fungsi perencanaan variabel yang digunakan uraian
tugas, kerjasama, dan koordinasi. Pada fungsi pengarahan variabelnya adalah
komunikasi, pelatihan dan supervisi dan pada fungsi pengawasan variabel yang
digunakan adalah monev program dan penilaian kinerja.

Kerjasama seluruh pihak terutama Puskesmas, keluarga dan kader dalam


mengelola dan memantau risiko gangguan mobilitas fisik pada lansia dengan
asam urat menggunakan KPM akan dapat meningkatkan kemandirian lansia
dalam melakukan deteksi dini, pencegahan dan perawatan kesehatannya secara
aktif yang berarti akan dapat menurunkan angka ketergantungan dan beban
finansial terhadap keluarga yang merawat lansia.

Universitas Indonesia
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

72
Kerangka Konsep Karya Ilmiah Akhir
Integrasi teori konsekuensi fungsional, teori manajemen pelayanan keperawatan, family center nursing model, dan community as

partner model pada lansia dengan masalah asam urat.


INPUT
PROSES

Teori Konsekuensi Fungsional:


1. Penurunan fungsi ginjal akibat
menua: peningkatan kadar asam
urat, skala dan frekuensi nyeri akibat
penumpukan asam urat pada
persendian
2. Faktor Risiko Asam urat : Jenis
Kelamin, umur, berat badan, diet

OUTPUT

Manajemen Pelayanan Kesehatan


- Perencanaan: SDM, biaya, kebijakan.
- Pengorganisasian: uraian tugas,
kerjasama, koordinasi
- Pengarahan: komunikasi, pelatihan ,
supervisi
- Pengawasan: monev, penilaian kinerja

Family Center Nursing:


1. Status sosial ekonomi ( pendapatan
keluarga)
2. Riwayat dan perkembangan ( iwayat
kesehatan lansia dan keluarga)
3. Lingkungan (Fisik dan psikologis)
4. Fungsi perawatan kesehatan
(mengenal, memutuskan, merawat,
memodifikasi lingkungan dan
pemanfaatan yankes)

Community as Partner:
1. Core: statisik vital ( jumlah lansia
asam urat: JK, pendidikan,
pekerjaan, kesakitan akibat asam
urat, gaya hidup)
2. Subsistem: lingkungan fisik,

Masalah
keperawatan
pada lansia
dengan asam
urat:
-

Manajemen
Keluarga
Komunitas

Model
intervensi
KPM

Manajemen Pelayanan Kep.


1. Perencanaan:
a. Sosialisasi pembentukan Kelompok
pendukung kader (kepung lara)
b. Perencanaan SDM, dana, sarana dan
prasarana serta tempat
2. Pengorganisasian: Pembentukan Kepung
Lara
3. Pengarahan : Pelatihan kader Kepung Lara
4. Pengawasan
a. Supervisi pelaksanaan KPM
b. Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan
KPM

Manajemen
1.
2.

Terbentuk Kepung lara


Peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap kader
terhadap pengelolaan lansia dengan
asam urat

Keluarga
Askep Keluarga
1.
2.
3.

4.

Pendidikan kesehatan tentang masalah


asam urat
Konseling
Modifikasi lingkungan
Demonstrasi penatalaksanaan masalah
asam urat (Latihan gerak sendi,
pencegahan jatuh, kompres jahe
merah, Pemanfaatan obat tradisional

1. Peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap keluarga
terhadap pengelolaan lansia dengan
asam urat
2. Tingkat kemandirian keluarga pada
tingkat IV

Komunitas
Askep Komunitas
1. Pendidikan kesehatan
2. Kampanye mengenai KPM
3. Demonstrasi penatalaksanaan masalah
asam urat (Latihan gerak sendi,
pencegahan jatuh, kompres jahe
merah, Pemanfaatan obat tradisional)

pelayanan kesehatan, ekonomi, dan


edukasi

Skema 3.1 Integrasi Model Kerangka Karya Ilmiah Akhir


Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

1.
2.
3.

Penurunan tingkat dan frekuensi


nyeri pada lansia
Penurunan kadar asam urat pada
lansia
Peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap lansia
terhadap pengelolaan masalah asam
urat

52

53

3.2 Profil Wilayah


Kelurahan Cisalak Pasar merupakan salah satu kelurahan yang berada pada wilayah
kerja Puskesmas Cimanggis Kota Depok yang memiliki luas wilayah 165 km2.
Kelurahan Cisalak pasar memiliki batas wilayah sebelah utara adalah Kelurahan
Mekarsari, sebelah selatan adalah Kelurahan Curug, sebelah barat adalah Kelurahan
Cisalak dan sebelah Timur adalah Kelurahan Harjamukti (Bappeda.go.id, 2011).

Kelurahan Cisalak Pasar memiliki 9 RW, RW 1-7 merupakan pemukiman yang sebagian
besar dihuni oleh penduduk asli dan RW 8-9 merupakan daerah perumahan. Jumlah
penduduk pria 9814 orang, dan jumlah penduduk wanita 7618 orang (Bappeda.go.id,
2011). Dari data laporan kegiatan Lansia di Posbindu dari Puskesmas Cimanggis
didapatkan jumlah lansia berusia 60 tahun keatas yang ada di Kelurahan Cisalak Pasar
adalah 619 orang. Jumlah lansia laki-laki adalah 267 oramg dan jumlah lansia wanita
adalah 352 orang. Jumlah lansia yang dibina di Posbindu Kelurahan Cisalak Pasar
sebesar 552 orang (Laporan kegiatan Posbindu dari Puskesmas Cimanggis, 2010).

Hasil observasi terhadap lingkungan diwilayah Cisalak Pasar diperoleh data bahwa
udara yang ada diwilayah Cisalak Pasar masih termasuk segar karena di wilayah Cisalak
Pasar masih banyak terdapat lahan kosong yang ditumbuhi oleh pepohonan. Keadaan
jalan utama yang masuk ke wilayah Cisalak Pasar tidak begitu baik mulai dari jalan
sebelah barat kecamatan Cimanggis sampai dengan perempatan Jalan Raya Gadog
dimana banyak terdapat jalan berlubang yang cukup besar dan jika hujan maka air akan
tergenang. Pagi hari sekitar pukul 07.00-09.00, pukul 12.00-13.00 dan pukul 15.3016.30 jalanan ini bertambah parah karena kemacetan yang ditimbulkan oleh adanya jalan
rusak dan tingginya jumlah kendaraan bermotor. Apabila lansia melewati jalanan ini
pada jam-jam sibuk tentu saja menjadi berbahaya apalagi masih banyak pengendara
kendaraan bermotor berkendara dengan kencang. Fasilitas umum di Kelurahan Cisalak
Pasar antara lain pasar, fasilitas olah raga, warung kuliner, kawasan pertokoan, dan
kolam renang. Fasilitas kesehatan yang membawahi wilayah Kelurahan Cisalak Pasar
adalah Puskesmas Cimanggis yang berjarak kurang lebih 1,5 km dari Kelurahan Cisalak
Pasar kearah selatan dan terletak dipinggir jalan raya besar sehingga dapat memudahkan

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

54

lansia untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan tersebut. Selain itu diwilayah
Kecamatan Cisalak Pasar sendiri terdapat beberapa klinik dokter swasta yang dapat
digunakan masyarakat untuk memperoleh layanan kesehatan.

Pengkajian menggunakan metode Winshield survey yang dilakukan penulis memperoleh


data bahwa akses jalan untuk masuk kedalam wilayah RW Cisalak Pasar sangat kecil
yang hanya bisa dilewati 1 kendaraan bermotor. Selain itu jalannya juga banyak terdapat
polisi tidur yang berjarak kurang lebih 3 meter dan selokan yang ada tidak diberikan
pelindung. Kondisi ini tentu dapat berisiko bagi lansia untuk mengalami jatuh apalagi
bila lansia tersebut telah mengalami nyeri pada persendian ataupun gangguan mobilitas
fisik. Selain itu hasil survey juga menunjukkan bahwa diwilayah Cisalak Pasar banyak
rumah warga yang ditanami dengan tumbuhan yang dapat digunakan untuk mengatasi
masalah asam urat seperti pohon sirsak, pohon salam, pohon delima, dan tanaman jahe.
Wilayah Kelurahan Cisalak Pasar yang posisinya sangat dekat dengan wilayah pasar,
yang memungkinkan kemudahan lansia untuk memperoleh variasi bahan pangan untuk
mengelola diet bagi penderita masalah asam urat. Pengetahuan terkait bahan makanan
yang tepat untuk dikonsumsi bagi lansia dengan masalah asam urat penting untuk
diberikan, karena jika lansia tidak memiliki pengetahuan yang cukup, maka tidak
menutup kemungkinan lansia dapat memilih bahan makanan yang mengandung tinggi
purin seperti ikan laut, jeroan, melinjo, durian, dan kacang-kacangan. Apabila lansia
mengkonsumsi makanan ini tanpa kendali, tidak menutup kemungkinan lansia dapat
mengalami masalah gangguan pergerakan akibat asam urat.

Hasil wawancara yang dilakukan terhadap kader Posbindu diperoleh data bahwa
penyuluhan kesehatan tentang pencegahan lansia asam urat belum pernah dilakukan,
belum adanya penyuluhan kesehatan mengenai asam urat dalam kegiatan Posbindu ini
berdampak pada kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap pencegahan, penanganan
asam urat di rumah, serta waktu yang tepat untuk memperoleh pengobatan; kegiatan
pembinaan kader untuk pencegahan lansia dengan masalah asam urat belum pernah
dilakukan, kader yang kurang terlatih menyulitkan pelaksanaan program pencegahan

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

55

tentang pencegahan asam urat pada lansia; Posbindu tidak mempunyai data lansia asam
urat; pencatatan dan pelaporan mengenai lansia yang mengalami masalah asam urat
belum terdokumentasikan dengan baik. Kendala-kendala yang ada ini memerlukan suatu
strategi dan bentuk intervensi keperawatan yang tepat dan efektif untuk mengendalikan
masalah kesehatan pada lansia khususnya dengan risiko gangguan pergerakan akibat
asam urat.

Depkes RI (2002) menjelaskan Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu) adalah pusat


bimbingan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dan dikelola oleh dan untuk
masyarakat terutama lansia dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan untuk
mencapai lansia yang sehat dan sejahtera. Posbindu yang ada dikelurahan Cisalak Pasar
berjumlah 7 buah antara lain RW 01, 02, 03, 04, 05, 07 dan 08. Dari hasil wawancara
dengan kader diwilayah masing-masing RW dan pembina kelurahan didapatkan bahwa
RW yang pelaksanaan Posbindu telah berjalan dengan baik adalah di RW 01, 02, 03, 05,
07 dan 08. Diwilayah Kelurahan Cisalak Pasar ini sendiri, pembina kelurahan
mengatakan bahwa belum ada data mengenai jumlah lansia yang mengalami asam urat.
Selain itu penyuluhan terkait masalah asam urat belum pernah dilakukan dan masih
banyak kader yang belum memahami tentang asam urat dan penatalaksanaannya. Untuk
mengetahui kadar asam urat pada lansia selama ini, pembina kelurahan telah
menyediakan layanan pemeriksaan kadar asam urat yang dilakukan pada saat kunjungan
ke Posbindu. Selama ini pelayanan yang diberikan pada lansia dengan keluhan nyeri
akibat asam urat maupun risiko gangguan mobilitas fisik adalah pengobatan yang
merupakan upaya kuratif untuk mengatasi gejala, akibatnya sifat kekambuhan masalah
ini menjadi berulang. Padahal selain upaya kuratif, upaya promotif dan preventif juga
juga diperlukan untuk mengatasi penyebab masalah kesehatan.

3.3 Kartu Pemantauan Mandiri Lansia Asam Urat (KPM)


Kartu Pemantauan Mandiri Lansia Asam Urat (KPM) merupakan pengembangan model
pemantauan kesehatan lansia secara mandiri yang dituliskan dalam suatu kartu berisi
hasil pemeriksaan kesehatan lansia terkait masalah asam urat dan cara pengelolaannya
yang dikelola oleh kader dalam suatu wadah kelompok pendukung dengan peran serta

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

56

aktif dari lansia dan keluarganya. Penerapan KPM ini merupakan hasil modifikasi dari
program pemantauan kesehatan mandiri yang dilakukan oleh lansia yang telah
dikembangkan di Amerika dalam program ASMP dengan KMS lansia yang telah ada
sebelumnya di Indonesia.

Kartu Pemantauan Mandiri Lansia dengan asam urat (KPM)

adalah sebuah kartu

catatan tentang perkembangan status kesehatan lansia dengan asam urat yang dipantau
oleh kader dan dibawa setiap berkunjung ke Posbindu. Kartu ini merupakan model
pengembangan dan modifikasi dari KMS lansia yang mengukur secara spesifik masalah
kesehatan terutama asam urat. Komponen KPM ini meliputi pemantauan kesehatan fisik
dan pemeriksaan kadar asam urat dan gejala terkait gangguan mobilitas fisik serta
penatalaksanaan terhadap permasalahan asam uratpada lansia.

Tujuan dari KPM ini adalah (1) meningkatkan kemampuan lansia untuk memantau
secara mandiri perkembangan status kesehatannya terkait asam urat, (2) meningkatkan
kemampuan lansia melakukan pencegahan dan perawatan secara mandiri terkait
permasalahan asam urat, dan (3) memudahkan kader menilai perkembangan status
kesehatan lansia dengan asam urat. Manfaat KPM ini adalah terpantaunya kemajuan
perkembangan kesehatan lansia, mencegah terjadinya komplikasi lanjut akibat asam urat
dan sebagai bahan informasi bagi lansia dan keluarganya dalam memelihara dan
meningkatkan status kesehatannya. Sasaran KPM ini adalah lansia dengan risiko
gangguan mobilisasi akibat asam urat.

KPM berbentuk lembar dua muka yang dapat dilipat. Cara pengisian KPM ini dengan
menuliskan item berikut yang terdapat pada bagian dalam kartu yaitu: (1) tanggal
kunjungan yang dituliskan pada kolom kunjungan pertama, kedua dan seterusnya pada
setiap bulan pada saat diadakan pemantauan kesehatan lansia di POSBINDU atau setiap
memeriksakan kadar asam urat di Posbindu/Pelayanan kesehatan lainnya, (2)
Pemeriksaan kesehatan yang meliputi pemeriksaan tekanan darah, Nadi, Pernafasan,
Suhu, Kadar asam urat, Keluhan sendi saat ini, Status gizi. Pada Bagian luar kartu

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

57

dituliskan: (1) identitas lansia yang terdapat pada halaman luar bagian kanan, (2)
Pedoman perawatan risiko gangguan mobilitas fisik akibat asam urat pada lansia.

KPM ini dibawa pulang oleh lansia dan selalu dibawa lansia saat berkunjung ke
Posbindu. Pengisian KPM dilakukan oleh kader/petugas kesehatan dan dapat
diperbanyak apabila dibutuhkan. Sebagai pendukung untuk penerapan KPM ini dalam
memandirikan lansia untuk mengelola kesehatannya, maka dibentuklah suatu kelompok
pendukung kader bagi lansia dengan masalah asam urat (Kepung Lara) sebagai promotor
dan motivator bagi lansia dan keluarganya untuk mengelola kesehatan lansia dengan
risiko gangguan pergerakan akibat asam urat. Lanza dan Revenson (1993) menjelaskan
bahwa kelompok pendukung merupakan bentuk dukungan sosial yang diberikan kepada
orang lain untuk meningkatkan status kesehatan melalui upaya promosi maupun
motivasi.

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

BAB 4
PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
PADA AGGREGATE LANSIA DENGAN MASALAH ASAM URAT
DI RW 02 DAN 07 KELURAHAN CISALAK PASAR

Bab 4 ini akan menguraikan mengenai proses pelaksanaan manajemen pelayanan,


asuhan keperawatan komunitas dan asuhan keperawatan keluarga. Proses ini
dimulai dari pengkajian atau analisis situasi dilanjutkan dengan perencanaan,
pelaksanaan kegiatan dan evaluasi terhadap hasil dari intervensi keperawatan yang
telah dilakukan.

4.1. Pengelolaan Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas


Pengelolaan pelayanan keperawatan komunitas pada lansia asam urat dimulai
dengan melakukan analisis situasi berdasarkan hasil pengkajian pelaksanaan
empat fungsi manajemen pelayanan kesehatan, merumuskan masalah pelayanan
keperawatan komunitas, menyusun rencana inovasi, melakukan tindakan
penyelesaian masalah, melakukan evaluasi kegiatan serta menyusun rencana
tindak lanjut. Analisis situasi berikut ini menguraikan tentang program pembinaan
kesehatan lansia oleh Dinas Kesehatan Kota Depok, operasional kegiatan dari
Puskesmas Cimanggis sampai dengan pelaksanaan kegiatan di tingkat Kelurahan
Cisalak Pasar berdasarkan kebijakan program pembinaan lansia dari Departemen
Kesehatan. Fungsi manajemen pelayanan kesehatan yang perlu dikaji terdiri dari
fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan.

4.1.1. Analisis Situasi


Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas di identifikasi melalui empat
fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan.

58

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

59

4.1.1.1 Fungsi Perencanaan


Perencanaan untuk pembinaan masalah kesehatan lansia di tingkat Dinas
Kesehatan Kota Depok telah dituangkan dalam beberapa agenda kegiatan yang
tersusun dalam program pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular
(P2PTM). Luasnya cakupan penyakit tidak menular (PTM), maka WHO
menganjurkan untuk mengurangi insidensi dan prevalensi PTM dengan
menggunakan pendekatan penanggulangan faktor risiko. Fokus PTM adalah
seluruh penyakit tidak menular dengan lima PTM utama yaitu penyakit
kardiovaskuler, stroke, diabetes mellitus, penyakit paru obstruktif menahun dan
kanker pemerintah (Rahajeng, 2007; Sutanto, 2013). Hasil wawancara langsung
dengan Kasi Unit Kesga, staf penanggung jawab kesehatan lansia Dinas
Kesehatan kota Depok, dan Penanggung jawab program lansia di Puskesmas
Cimanggis dan pembina kelurahan Puskesmas Cimanggis didapatkan bahwa
meskipun penanggulangan masalah kesehatan lansia adalah program yang tidak
dapat dikesampingkan, namun untuk tahun 2012 program pelayanan terhadap
agregat lansia tidak termasuk program prioritas.

Masalah asam urat belum diikutsertakan dalam fokus utama PTM, padahal
masalah asam urat dan artritis lainnya merupakan penyakit kronis yang banyak
dikeluhkan lansia dan dapat menyebabkan masalah gangguan pergerakan bahkan
kecacatan sehingga menurunkan produktivitas lansia dan berdampak terhadap
peningkatan beban perawatan kesehatan yang dikeluarkan pemerintah (Rahajeng,
2007). Data dari Puskesmas Cimanggis tahun 2011 masalah asam urat pada lansia
menempati urutan kedua (16,95%) setelah hipertensi (24,7%). Pada data
kunjungan bulanan lansia di Puskesmas Cimanggis Tahun 2012 diperoleh terjadi
peningkatan angka kunjungan lansia yang memiliki masalah asam urat pada bulan
Juni yaitu sebanyak 62 orang dari sebelumnya pada bulan Mei sebanyak 54 orang.

Upaya yang dilakukan pemerintah untuk menanggulangi masalah PTM tidak


hanya dengan melibatkan sektor kesehatan tetapi juga melibatkan sektor lain dan
pemberdayaan masyarakat secara aktif dalam bentuk Posbindu. Pelibatan ini

Universitas Indonesia

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

60

merupakan suatu langkah yang baik untuk meningkatkan kesehatan masyarakat


dengan merangkul seluruh lapisan masayarakat. Posbindu yang dikembangkan
untuk mendeteksi dan menindaklanjuti faktor risiko PTM secara dini adalah
Posbindu PTM. Posbindu PTM tdak berdiri sendiri tapi juga merupakan bagian
dari sistem kesehatan yang ada termasuk pola rujukannya (Rahajeng, 2007).
Posbindu yang ada di Kelurahan Cisalak Pasar sendiri berjumlah 6 buah yang
melingkupi 9 RW yang ada di wilayah tersebut. Puskesmas Cimanggis merupakan
penanggung jawab program Posbindu lansia di tingkat Kecamatan. Puskesmas
memiliki peranan sebagai pembuat kebijakan teknikal dan penanggung jawab
program PTM (Depkes, 2003).

Kegiatan yang terkait lansia di Puskesmas Cimanggis dipegang oleh 2 orang yaitu
Penanggung jawab lansia dan penanggung jawab Promkes. Hasil wawancara
dengan penanggung jawab promkes disampaikan bahwa seluruh kegiatan yang
dilaksanakan berkaitan dengan lansia adalah program-program yang direncanakan
oleh Dinas kesehatan Kota Depok. Kegiatan lansia yang berhubungan dengan
promosi kesehatan dikoordinasi oleh penanggung jawab promkes, sedangkan
kegiatan lain diluar promkes yang terkait dengan lansia seperti pengobatan gratis,
pemeriksaan kesehatan, kegiatan Posbindu dan senam lansia dikoordinasikan oleh
Penanggung jawab lansia dengan tetap melibatkan SDM Puskesmas lainnya
dalam pelaksanaan kegiatan (Interview dengan penanggung jawab promkes
Puskesmas Cimanggis, Oktober 2012).

Guna mengaplikasikan rencana program kerja Dinas kesehatan, penanggungjawab


program lansia Dinkes Kota Depok telah merencanakan program-program
kegiatan dengan sasaran lansia meliputi pelatihan kader, pengadaan sarana cetak,
dan kit lansia yang dilaksanakan setiap tahun serta lomba senam jantung sehat
bagi lansia yang dilaksanakan tiap dua tahun sekali. Namun dalam program ini,
belum ada rencana untuk melakukan pembinaan terhadap kemampuan
pengelolaan masalah asam urat oleh lansia dan pembinaan keluarga yang merawat
anggota keluarga dengan risiko gangguan pergerakan akibat asam urat. Stanhope

Universitas Indonesia

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

61

dan Lancaster (2004) menjelaskan bahwa penanggulangan masalah kesehatan di


masyarakat dapat dilakukan secara individual dan juga dalam bentuk kegiatan
kelompok. Selain itu, Friedman (2003) juga menjelaskan bahwa keluarga
merupakan unit pelayanan kesehatan dasar dalam praktik keperawatan komunitas.

Kegiatan yang dijalankan selama ini terkait masalah asam urat pada lansia masih
berfokus pada promosi kesehatan dengan menggunakan sarana cetak. Penyuluhan
kesehatan khusus terkait lansia dengan masalah asam urat kepada masyarakat
sebagai salah satu strategi promosi kesehatan belum pernah dilakukan, pelatihan
kader mengenai pengelolaan masalah asam urat juga sangat minim dilakukan
(Interview dengan penanggung jawab promkes Puskesmas Cimanggis, Oktober
2012). Strategi promosi kesehatan dalam penyelenggaraan pemberdayaan dan
promosi kesehatan kepada masyarakat adalah meningkatkan komitmen dan
dukungan stakeholder, pembuat kebijakan, dan pengambil kebijakan, dan
pengambil keputusan melalui advokasi kebijakan kesehatan dan koordinasi serta
kolaborasi lintas program/lintas sektor; meningkatkan aliansi dan kemitraan
dengan

swasta/dunia

kemasyarakatan/kelompok

usaha;

meningkatkan

potensial;

peran

memperkuat

serta

gerakan

organisasi
masyarakat;

meningkatkan akses informasi dan edukasi kepada individu, keluarga, dan


masyarakat; dan meningkatkan kapasitas pengelola (Pusat Promkes Kemenkes RI,
2010).

Sebelum menetapkan perencanaan dalam suatu organisasi, maka diperlukan


adanya data-data yang menunjang perlunya suatu kegiatan program sehingga
dapat tersusun tujuan, rencana kerja dan hasil yang diharapkan secara lengkap.
Belum adanya deteksi dini terhadap lansia yang mengalami masalah asam urat
dan jumlah lansia yang terdeteksi mengalami masalah asam urat hanya lansia
yang berkunjung ke pelayanan kesehatan seperti Posbindu dan Puskesmas
berdampak terhadap pencatatan dan pelaporan jumlah lansia yang mengalami
masalah asam urat menjadi tidak lengkap. Pelaporan yang tidak lengkap terkait
jumlah data lansia dengan masalah asam urat ini menimbulkan perencanaan untuk

Universitas Indonesia

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

62

pengelolaan risiko gangguan keterbatasan gerak akibat asam urat pada lansia
belum dapat dirumuskan secara signifikan.

Perencanaan meliputi beberapa faktor yaitu perencanaan perubahan, perencanaan


tenaga, perencanaan waktu dan perencanaan anggaran (Marquis & Houston,
2006). Perencanaan anggaran kegiatan pembinaan kesehatan lansia diperoleh dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Depok. Anggaran
kegiatan pembinaan lansia untuk tahun 2012 sebesar Rp. 165.383.500. Jumlah ini
jauh lebih sedikit dari anggaran tahun-tahun sebelumnya. Untuk pengadaan alat
pemeriksaan kesehatan seperti pemeriksaan kadar asam urat baru dianggarkan
untuk tahun 2013 dan untuk Kelurahan Cisalak Pasar mendapatkan 1 alat
(Interview dengan Penanggungjawab Program Lansia Dinkes Kota Depok,
September 2012). Penurunan jumlah anggaran untuk menunjang kesehatan lansia
dapat memberikan pengaruh terhadap alokasi dana yang digunakan untuk
menjalankan program-program pelayanan kesehatan pada lansia yang telah
disusun sebelumnya dalam program kerja. Untuk pelaksaan kegiatan Posbindu
telah mendapatkan alokasi dana, namun jumlahnya tidak mencukupi untuk
penyelenggaraan pelaksanaan kegiatan Posbindu sehingga kader Posbindu secara
inisiatif meminta kontribusi Rp. 2000 bagi lansia yang berkunjung ke Posbindu,
namun kontribusi ini bersifat sukarela, apabila lansia yang datang tidak memiliki
biaya tidak akan dipungut bayaran.

Perencanaan tenaga juga merupakan suatu hal yang perlu menjadi pertimbangan
dalam pelaksanaan setiap kegiatan. Tenaga dalam hal ini sumber daya manusia
(SDM) merupakan pelaksana dari setiap kegiatan yang direncanakan. Penempatan
jumlah tenaga dan kualitas tenaga yang tepat dapat mendukung keberhasilan dari
pelaksanaan setiap program kegiatan. Interview dengan penanggung jawab
program lansia Puskesmas Cimanggis (2012) menjelaskan pembina kelurahan di
Cisalak Pasar yang mengelola masalah kesehatan berjumlah 1 orang dengan
kualifikasi pendidikan kebidanan. Pembina Kelurahan ini bertugas untuk
memantau dan memelihara kesehatan seluruh masyarakat di Kelurahan Cisalak

Universitas Indonesia

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

63

Pasar yang terangkum dalam kegiatan Posyandu maupun Posbindu. Melihat dari
pernbandingan aktivitas dan jumlah tenaga kesehatan yang ada untuk mengayomi
satu wilayah tentu jumlah ini bisa dikatakan tidak cukup sehingga pelibatan kader
untuk membantu pengelolaan masalah kesehatan lansia sangat diperlukan.

Dampak yang dapat dilihat dari belum optimalnya fungsi perencanaan antara lain
(1) belum adanya data kuantitatif jumlah lansia yang mengalami masalah asam
urat; (2) belum adanya SDM perawat yang terlibat langsung secara intens dalam
pengelolaan masalah kesehatan lansia khususnya dengan asam urat di tatanan
komunitas; (3) pelaksanaan kegiatan Poliklinik lansia di Puskesmas Cimanggis
yang masih berorientasi pada pengobatan dan kurangnya promosi kesehatan
terkait masalah kesehatan yang dialami lansia; (4) belum terkoordinasinya kaderkader kesehatan khusus lansia di Kelurahan Cisalak pasar dimana kader yang ada
masih merangkap menjadi kader Posyandu dan Posbindu yang dapat berdampak
pada ketidakefektifan kinerja; dan (5) belum adanya kemampuan untuk self
monitoring lansia terhadap masalah kesehatannya.

4.1.1.2 Fungsi Pengorganisasian


Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas-aktivitas, tugas-tugas, fungsi,
wewenang dan tanggung jawab, dan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Penugasan masing-masing kelompok diberikan
kepada pimpinan yang diberi wewenang untuk mengawasi sekaligus melakukan
koordinasi dengan unit lain baik secara horizontal maupun vertikal (Gillies, 1994).
Dinas Kesehatan dalam fungsinya sebagai pembuat program, telah memiliki
struktur organisasi yang dikepalai oleh seorang kepala Dinas. Kepala Dinas
Kesehatan membawahi langsung 4 kepala bidang antara lain kepala bidang
pengembangan sumber daya kesehatan; kepala bidang pelayanan kesehatan
masyarakat; kepala bidang pengendalian pencegahan penyakit; dan kepala bidang
perbekalan kesehatan, pengawasan obat dan makanan. Masing-masing kepala
bidang ini juga membawahi seksi-seksi pelaksana kegiatan yang dipimpin oleh
seorang kepala seksi (Renstra Kota Depok, 2011). Program kesehatan lansia di

Universitas Indonesia

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

64

Dinas Kesehatan Kota Depok dikelola oleh Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi
(Dinkes Kota Depok, 2012a). Program pelayanan kesehatan lansia di tingkat dinas
Kesehatan Kota Depok berada dibawah koordinasi BPMK dan bidang Pelayanan
Kesehatan Masyarakat (Yankesmas).

Puskesmas Cimanggis, sebagai perpanjangan tangan dari pelaksanaan program


yang direncanakan oleh Dinas Kesehatan, juga memiliki struktur organisasi yang
dapat memandu pendelegasian tugas dan wewenang pelaksanaan kegiatan, agar
kegiatan yang direncanakan dapat terorganisir dan terlaksana dengan baik.
Puskesmas Cimanggis dipimpin oleh seorang Kepala Puskesmas yang bertugas
mengawasi pelaksanaan program-program dan pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh bawahannya kepada masyarakat. Kepala Puskesmas Cimanggis
membawahi langsung 5 unit yang dipimpin oleh seorang kepala unit. Unit-unit
tersebut antara lain unit P2P; unit Kesga; unit Perawatan; unit Yan Kes Mas; dan
unit Penunjang. Dari masing-masing unit tersebut membawahi bidang-bidang
tertentu. Pengelolaan terhadap lansia dilakukan oleh bidang Promkes dan Lansia
yang berada dibawah unit Kesga. Dari pembagian-pembagian diatas dapat
disimpulkan bahwa program dalam kesehatan keluarga telah dibagi sesuai dengan
kekhususan masing-masing. Pembagian ini menandakan bahwa setiap program
telah diserahkan pada bagian yang sesuai dengan sasaran.

Hasil interview dengan Penanggung Jawab Lansia Kelurahan Cisalak Pasar


Puskesmas Cimanggis (2012) bahwa jumlah penanggung jawab program
pembinaan kesehatan lansia di Puskesmas yang turun langsung dalam setiap
kegiatan pelayanan kesehatan di Kelurahan Cisalak Pasar berjumlah 1 orang dan
memiliki peran multifungsi. Peran multifungsi ini disebabkan karena keterbatasan
sumber daya masnusia yang dimiliki Puskesmas dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan pada lansia. Pembina kelurahan ini memiliki latar belakang
pendidikan kebidanan dan lebih berfokus terhadap pembinaan kegiatan Posyandu
dalam upaya penyelenggaraan kesehatan bagi ibu dan anak, namun karena tidak
adanya tenaga maka pembina kelurahan ini juga dilibatkan dalam kegiatan

Universitas Indonesia

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

65

posbindu sebagai penyelenggaraan pelayanan kesehatan terhadap lansia. Pembina


Kelurahan Cisalak Pasar mengatakan, selama ini belum pernah ada perawat yang
terlibat dalam pelaksanaan kegiatan di masyarakat seperti dalam kegiatan
Posbindu. Tenaga medis seperti dokter kadangkala ikut serta dalam kegiatan
Posbindu, namun dengan intensitas yang jarang dan biasanya dalam programprogram yang besar (Hasil interview dengan Pembina Kelurahan Cisalak Pasar
Puskesmas Cimanggis, Oktober 2012). Padahal hasil wawancara dengan 2 orang
lansia di Kelurahan Cisalak Pasar mengatakan, ia lebih merasa semangat untuk
datang ke Posbindu ketika ada dokter yang datang. Hal ini dikarenakan lansia
merasa seorang dokter lebih mampu untuk mengatasi permasalahan kesehatan
yang dialaminya (Hasil interview dengan Lansia Kelurahan Cisalak Pasar
Puskesmas Cimanggis, Oktober 2012). Keterbatasan sumber daya, luasnya
jangkauan pelayanan kesehatan dan banyaknya program yang dijalankan
berdampak terhadap penyelenggaraan kegiatan pelayanan yang kurang baik
(Azwar,1996).

Kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan beban kerja dan

ketidakmampuan tenaga kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan secara


optimal.

Suatu wadah pelayanan kesehatan dimasyarakat yang merupakan perpanjangan


dari pelayanan Puskesmas terhadap lansia adalah Posbindu. Posbindu ini
terbentuk untuk mempermudah lansia memperoleh akses terhadap pelayanan
kesehatan. Posbindu di Kelurahan Cisalak Pasar berjumlah 6 buah yaitu di RW 01
adalah Posbindu Dahlia, RW 02 adalah Posbindu Melati, RW 03 adalah Posbindu
Mawar, RW 04 adalah Posbindu Seruni, RW 05 adalah Posbindu Anggrek, RW
07 adalah Posbindu Flamboyan dan RW 08 adalah Posbindu Asyifa (Hasil
interview dengan Pembina Kelurahan Cisalak Pasar Puskesmas Cimanggis,
Oktober 2012) dan dalam pelaksanaan kegiatan praktik residensi keperawatan
komunitas telah terbentuk satu posbindu baru di RW 06. Kegiatan Posbindu
dilaksanakan di masing-masing RW kecuali RW 01 dan 02 yang pelaksanaannya
masih bergabung dengan RW 08. Kader Lansia

di RW 02 mengatakan

penggabungan tempat pelaksanaan Posbindu di RW 08 dikarenakan di RW 01 dan

Universitas Indonesia

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

66

02 tidak memiliki tempat yang luas untuk pelaksanaan Posbindu. Meskipun


tempat pelaksanaan Posbindu RW 01, 02 dan 08 sama namun untuk pelaporan,
masing-masing Posbindu memiliki pelaporan yang berbeda-beda (Hasil interview
dengan Kader RW 01 dan 02 Kelurahan Cisalak Pasar Puskesmas Cimanggis,
Oktober 2012).

Jumlah kader yang ada di masing-masing RW yang terdapat di Kelurahan Cisalak


Pasar bervariasi antara 4 sampai dengan 15 orang. Kader yang ada secara lisan
telah dibagi menjadi kader Posbindu dan Posyandu namun dalam pelaksanaannya
kader masih merangkap menjadi kader Posbindu dan Posyandu (yaitu suatu
wadah pelayanan kesehatan berbasis masyarakat yang diperuntukkan bagi
kesehatan ibu dan anak). Selain itu belum terdapat pembagian pean dan tugas
kader secara tertulis. Oleh karena itu tidak dapat dijelaskan secara spesifik jumlah
kader Posbindu yang ada di masing-masing RW serta peran dan fungsinya. Data
dari Puskesmas Cimanggis (2011) bahwa total jumlah kader Posbindu di
Kelurahan Cisalak Pasar adalah 54 orang dan yang sudah mengikuti pelatihan
Posbindu hanya 3 kader yaitu masing-masing satu orang dari RW 01, 03 dan 05.
Huber (2006) menjelaskan bahwa pengorganisasian berarti menempatkan sumber
daya materiil dan manusia secara tepat untuk menjapai tujuan yang diinginkan.
Koordinasi yang dilakukan oleh Puskesmas dan Dinas Kesehatan telah berjalan
baik dilihat dari tersepakatinya jadwal rapat koordinasi (rakor) tingkat kelurahan
yang dilaksanakan setiap bulan sekali.

Kegiatan pelayanan kesehatan bagi lansia di posbindu belum berorientasi pada


kegiatan promotif dan preventif namun masih kepada kegiatan pemeriksaan
kesehatan dan kuratif. Belum spesifiknya jumlah serta pembagian peran dan tugas
kader Posbindu, kurangnya pemahaman kader terkait masalah kesehatan yang
umum dialami oleh lansia serta masih merangkapnya tugas dan peran kader dalam
kegiatan Posbindu dan Posyandu dapat berdampak terhadap kurang maksimalnya
pemahaman, pelayanan dan pembinaan terhadap kesehatan lansia terutama dengan
masalah asam urat.

Universitas Indonesia

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

67

4.1.1.3 Fungsi Pengarahan


Fungsi pengarahan mencakup motivasi, pengarahan, bimbingan dan supervisi.
Fungsi pengarahan ditingkat Dinas Kesehatan dilakukan oleh penanggung jawab
program. Program yang dilaksanakan dalam periode tahun 2012 ini adalah lomba
senam jantung sehat, kegiatan lansia lainnya pada periode tahun 2012 ini tidak
dilaksanakan (Interview dengan Penanggungjawab Program Lansia Dinkes Kota
Depok, September 2012). Dinas Kesehatan telah melakukan fungsi pengarahan,
baik secara intern maupun di luar organisasi. Kepala dinas sering memberikan
pengarahan pada semua bidang agar menjalankan tugasnya dengan baik dan
sesuai ketentuan yang sering diberikan pada saat apel pagi sebagai motivasi untuk
meningkatkan kinerja bawahannya dalam upaya memberikan pelayanan yang
terbaik bagi masyarakat. Hal yang sama juga dilakukan kepala bidang. Kepala
bidang Yandasus yang membawahi seksi Kesga juga telah memberikan arahan
pada tiap seksinya. Untuk fungsi pendelegasian juga dilaksanakan di Dinaas
Kesehatan

maupun

Puskesmas

Cimanggis.

Apabila

pemegang

program

berhalangan hadir pada pelaksanaan suatu kegiatan, maka akan dilakukan


pendelegasian kepada petugas lainnya dalam satu seksi. Namun pendelegasian
yang dilakukan adalah delegasi lisan (Interview dengan Penanggungjawab
Program Lansia Dinkes Kota Depok, September 2012) begitupun dengan
Puskesmas Cimanggis dimana pendelegasian hanya dengan penyampaian lisan
tanpa ada format tertulis (Interview dengan Pembina Kelurahan Cisalak Pasar
Puskesmas Cimanggis, Oktober 2012).

Fungsi supervisi juga telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan terhadap Pelaksanaan
program yang dilaksanakan oleh Puskesmas Cimanggis melalui penanggung
jawab program. Kinerja Dinas Kesehatan juga di supervisi oleh pemerintah
Propinsi Jawa Barat dalam bentuk koordinasi yang dilaksanakan setahun sekali
(Interview dengan Penanggungjawab Program Lansia Dinkes Kota Depok,
September 2012). Segala jenis kegiatan yang dilaksanakan di masyarakat yang
menjadi program Dinas kesehatan telah dilakukan supervisi bertahap, dimana
pelaksanaan di masyarakat disupervisi oleh pembina kelurahan yang akan

Universitas Indonesia

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

68

dilaporkan kepada kepala unit kesga di Puskesmas, kemudian Pelaporan ini


dilaporkan kepada kepala Puskesmas dan kepala seksi Kesga di Dinas kesehatan.
Fungsi pengarahan program kesehatan lansia yang belum dilaksanakan dengan
baik yaitu:1) belum adanya jalur koordinasi yang jelas terkait kegiatan lintas
program dan lintas sektoral; (2) belum adanya jadwal rutin untuk supervisi kinerja
puskesmas terhadap pelaksanaan program kesehatan lansia; (3) belum optimalnya
proses pemberian motivasi, pengarahan, bimbingan dan supervisi terkait program
mulai dari tingkat dinas kesehatan, puskesmas sampai Posbindu. Berdasarkan
uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa belum optimalnya pelaksanaan
fungsi pengarahan pada program pelayanan kesehatan lansia masih belum optimal
baik dari tingkat Dinas Kesehatan, Puskesmas Cimanggis, Posbindu sampai pada
kegiatan kader lansia.

Di beberapa Posbindu, terdapat kader Posbindu yang melakukan penyuluhan


kesehatan namun belum menggunakan media dalam memberikan penyuluhan.
Kader juga mengatakan bahwa seringkali tidak merasa percaya diri dalam
memberikan penyuluhan kesehatan karena takut salah dan sering kali penyuluhan
yang disampaikan dikolaborasikan dengan pengetahuan yang diperolehnya dari
petugas kesehatan, media cetak/elektronik dan pengalaman pribadinya. Kader
sangat berharap apabila ada pelatihan tentang cara penyuluhan kesehatannya
untuk meningkatkan rasa percaya dirinya dan diberikan media penyuluhan untuk
membatu kader dalam memberikan penyuluhan kesehatan. Selama ini kader yang
bertugas pada meja-meja pelaksanaan kegiatan Posbindu adalah orang yang sama,
kader ingin adanya rotasi dalam pelaksanaan tugas yang bisa dilakukannya agar
mereka dapat menguasai semua meja pelaksanaan Posbindu sehingga apabila ada
kader yang berhalangan datang kegiatan Posbindu masih tetap dapat bejalan
(Interview dengan Kader Kelurahan Cisalak Pasar Puskesmas Cimanggis, Oktober
2012). Oleh karena itu diperlukan suatu pengarahan dan supervisi diperlukan
untuk meningkatkan kinerja dari kader Posbindu yang telah ada. Gillies (2000)
menjelaskan fungsi pengarahan menekankan pada kemampuan manajer untuk
mengarahlan dan menggerakkan semua sumber daya untuk mencapai tujuan yang

Universitas Indonesia

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

69

telah disepakati bersama serta memotivasi bawahan untuk dapat bekerja lebih
optimal.

Pelatihan yang diberikan bagi kader Posbindu di Kelurahan Cisalak Pasar


diadakan oleh Dinkes langsung dengan pengisi pelatihan adalah orang-orang dari
Dinkes sendiri. Pihak Puskesmas hanya bersifat koordinasi untuk mengumpulkan
peserta baik lansia maupun kader lansia atau mengundang peserta. Jumlah kader
yang diundang dalam kegiatan pelatihan sangat terbatas biasanya hanya
perwakilan. Kenyataannya kader yang telah mendapatkan pelatihan kurang mau
menyosialisasikan kepada kader lain di RW nya tentang pelatihan yang telah
diperoleh dan ada pula yang berhenti menjadi kader sehingga keterampilan yang
didapatkan selama pelatihan hanya dimiliki oleh kader tersebut, padahal harapan
dari penyelenggara pelatihan peserta yang hadir dalam pelatihan berbagi dengan
anggota kader lainnya sehingga pelatihan yang diberikan oleh penyelenggara
menjadi bermanfaat. (Hasil interview dengan Pembina Kelurahan dan Kader
Kelurahan Cisalak Pasar Puskesmas Cimanggis, Oktober 2012).

Kader lansia sebagai perpanjangan tangan dari petugas kesehatan dalam hal
memberikan promosi kesehatan terhadap lansia tentunya perlu untuk mendapat
pelatihan dan penyegaran terkait masalah kesehatan yang banyak dialami oleh
lansia. Hasil interview dengan lansia di Kelurahan Cisalak Pasar mengatakan
sangat terbantu dengan adanya kader kesehatan karena mereka memperoleh
informasi tentang pencegahan masalah kesehatan yang dialaminya meskipun
minimal tanpa harus membayar. Selain itu kader yang ada di wilayah RW tersebut
juga dekat dengan lansia sehingga lansia yang sudah mengalami penurunan
kemampuan mobilitas mudah untuk memperoleh informasi tanpa harus jauh-jauh
datang ke Puskesmas (Hasil interview dengan Lansia Kelurahan Cisalak Pasar
Puskesmas Cimanggis, Oktober 2012). Hasil wawancara dengan kader di
Kelurahan Cisalak Pasar mengatakan selama ini belum pernah diberikan pelatihan
mengenai deteksi dini dan perawatan masalah asam urat pada lansia. Kader juga
mengatakan apabila pelatihan yang dilakukan diberikan kepada perwakilan

Universitas Indonesia

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

70

masing-masing RT di tiap RW dan dibuat dalam suatu kelompok diharapkan


masing-masing kader akan dapat saling mendukung dalam memberikan
penyuluhan dan dukungan bagi lansia (Hasil interview dengan Lansia Kelurahan
Cisalak Pasar Puskesmas Cimanggis, Oktober 2012).

4.1.1.4 Pengawasan.
Fungsi pengawasan ini merupakan penilaian terhadap tujuan dan standar yang
disusun dengan pencapaian hasil yang diperoleh termasuk didalamnya pencatatan
dan pelaporan (Swanburg, 2000). Pengawasan ini dilakukan dari tingkat Dinas
Kesehatan sampai dengan kinerja Puskesmas Cimasnggis terhadap pelaksanaan
Program. Program-program yang telah dilaksanakan oleh Puskesmas dilaporkan
kepada penganggung jawab program di Dinas Kesehatan. Tujuan pelaporan ini
adalah agar penanggung jawab program dapat menilai keberhasilan dan kendala
yang dialami dalam pelaksanaan program. Harapannya dengan dilakukan
penilaian program, maka rencana program yang akan dilaksanakan pada tahun
berikutnya dan penentuan kebijakan dapat lebih baik lagi. Pengawasan merupakan
elemen manajemen keperawatan yang meliputi penilaian tentang pelaksanaan
rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan prinsip-prinsip
melalui penetapan standar, membandingkan penampilan dengan standar dan
memperbaiki kekurangan.

Hasil wawancara dengan pembina kelurahan dikatakan bahwa belum ada


penilaian kinerja kader dalam kegiatan posbindu termasuk pengelolaan masalah
asam urat pada lansia sehingga kader menjadi kurang termotivasi untuk mengelola
kesehatan lansia karena tidak adanya penghargaan dari Dinas seperti kader
posbindu teladan. Selain itu juga belum adanya sistem pemantauan, pencatatan
dan pelaporan terhadap masalah asam urat yang dialami oleh lansia, belum ada
evaluasi dari kepala puskesmas terhadap penanggung jawab program tingkat
puskesmas tentang program lansia, dan kurang optimalnya penilaian terhadap
kinerja Posbindu yang ada di wilayah Cisalak Pasar karena hanya dilakukan untuk
menilai kriteria Posbindu saja. Kondisi lain yang terjadi yaitu belum efektifnya

Universitas Indonesia

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

71

supervisi kegiatan pembinaan lansia asam urat, belum efektifnya perencanaan


program rutin tahunan lansia dengan masalah asam urat tetapi hanya
memperhatikan lansia secara umum yaitu dengan mengadakan lomba senam
lansia yang diadakan dua atau tiga tahun sekali. Program tahunan dari
Penanggungjawab Program Lansia di tingkat Dinkes Kota Depok yaitu mencakup
pelatihan kader, pengadaan sarana cetak, dan kit lansia (Interview dengan
Pembina Kelurahan Cisalak Pasar Puskesmas Cimanggis, Oktober 2012;
Interview dengan Penanggungjawab Program Lansia Dinkes Kota Depok,
September 2012).

Data Posbindu dari Puskesmas Cimanggis (2011) menyebutkan jumlah lansia


yang ada di RW 02 adalah 68 orang dengan rata-rata jumlah lansia yang
berkunjung ke Posbindu antara bulan Juni, Juli dan Agustus 2012 adalah 46 orang
(67%), sedangkan jumlah lansia yang ada di RW 07 adalah 51 orang dengan ratarata jumlah lansia yang berkunjung ke Posbindu antara bulan Juni, Juli dan
Agustus 2012 adalah 40 orang (78%). Hasil wawancara yang dilakukan kepada 5
orang lansia yang ada di RW 02 mengatakan dahulu mereka suka datang ke
Posbindu namun sudah 2 tahun terakhir tidak pernah datang ke Posbindu lagi
karena mereka harus mengantri untuk memperoleh giliran diperiksa karena
pelaksanaan Posbindu RW 02 tergabung dengan RW 01 dan 08 sehingga lansia
yang datang berjumlah banyak dan berdesakan sehingga mereka harus datang dari
jam 6 pagi dan seringkali mengantri dalam posisi berdiri karena tidak mendapat
tempat duduk. Selain itu, jarak Posbindu yang cukup jauh ditempuh dari RW 02
dengan berjalan kaki karena berada di RW 08 membuat lansia merasa bertambah
berat untuk datang ke Posbindu. Kondisi seperti ini menurunkan pemanfaatan
Posbindu oleh lansia untuk mengelola kesehatannya.

Pencatatan dan pelaporan yang ada selama ini berdasarkan pada kunjungan lansia
ke Puskesmas dan Posbindu dan pencatatan yang dilakukan belum spesifik
terhadap masalah asam urat karena digabungkan dengan penyakit artritis lainnya.
Belum optimalnya sistem pemantauan, pencatatan dan pelaporan terhadap

Universitas Indonesia

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

72

masalah asam urat yang dialami oleh lansia serta belum efektifnya monitoring dan
evaluasi terhadap masalah lansia dengan asam urat akan berdampak pada
kurangnya pengembangan dan modifikasi program untuk pengendalian masalah
kesehatan lansia khususnya dengan risiko gangguan keterbatasan gerak akibat
asam urat.

4.1.2. Fish Bone


Pelaksanaan empat fungsi manajemen pelayanan keperawatan komunitas telah
diuraikan dalam data diatas. Untuk memudahkan perumusan masalah yang
ditemukan maka analisis mengggunakan diagram fish bone. Masalah manajemen
pelayanan keperawatan komunitas pada agregat lansia dengan asam urat dapat
disimpulkan sebagai berikut: (1) Belum optimalnya sistem monitoring dan
evaluasi kesehatan lansia dengan asam urat di Kelurahan Cisalak Pasar, (2) Belum
optimalnya pengorganisasian SDM kader lansia tingkat Posbindu di Kelurahan
Cisalak Pasar, (3) Belum optimalnya pelaksanaan program pelayanan PTM
khususnya lansia dengan asam urat di Kelurahan Cisalak Pasar, (4) Belum
optimalnya pengarahan yang dilakukan oleh Petugas Puskesmas terhadap kader
dalam pemberian pelayanan pada lansia dengan asam urat di Kelurahan Cisalak
Pasar. Diagram fish bone tentang manajemen pelayanan kesehatan komunitas
dengan aggregate Lansia dengan masalah asam urat dirumuskan sebagai berikut :

Universitas Indonesia

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

73
Skema 4.1. Diagram fish bone Manajemen Asuhan Keperawatan Komunitas pada agregat lansia dengan risiko keterbatasan gerak akibat asam urat.

Belum optimalnya sistem


monitoring dan evaluasi
kesehatan lansia dengan
asam urat

Belum optimalnya
pengorganisasian SDM
kader lansia tingkat
Posbindu

Belum optimalnya
pelaksanaan program
pelayanan PTM khususnya
lansia dengan asam urat di
Kelurahan Cisalak Pasar

PERENCANAAN
Program penanggulangan masalah
asam urat pada lansia masih
berfokus pada pengobatan di
Posbindu belum kepada upaya
promotif dan preventif

Kegiatan Lansia bukan


merupakan program prioritas

Lansia dengan asam urat tidak


mampu mengelola masalah
kesehatannya secara mandiri

Pelatihan dan pembinaan


terhadap kesehatan lansia
kurang optimal

Tidak adanya format


tertulis dalam
pendelegasian baik di
Dinkes maupun
Puskesmas

Proses
pendelegasian
belum terlihat

Kader Posbindu yang baru


mengikuti pelatihan hanya 3
orang dari 54 kader Posbindu
dan tidak melakukan
sosialisasi hasil pelatihan
kepada kader lain

Belum adanya kelompok khusus


kader yang mampu mengelola
masalah asam urat pada lansia
Jumlah kader Posbindu yang
dibina 3 orang dari 54 kader
posbindu dan kader tersebut juga
terlibat dalam posyandu balita

Angka kejadian asam urat


pada lansia tinggi

Keterbatasan
anggaran bagi
program pembinaan
kesehatan lansia

PENGORGANISASIAN

Kurangnya kader
yang memiliki
kemampuan dalam
pembinaan
masalah kesehatan
lansia

Kurang motivasi kader dalam


mengelola kesehatan lansia
karena minimnya reward

Belum adanya sistem


pemantauan (monev) kasus
asam urat pada lansia
Belum adanya pencatatan dan pelaporan
mengenai masalah asam urat yang terjadi
pada lansia
Belum ada evaluasi terhadap
pelaksanaan kinerja Posbindu

Belum optimalnya pengarahan


yang dilakukan oleh Petugas
Puskesmas terhadap kader
dalam pemberian pelayanan
pada lansia dengan asam urat

Belum adanya pengarahan


secara kontinu yang
dilakukan terhadap kinerja
kader

Tumpang tindih Jobdes


kader sehingga kinerja
tidak optimal

Jumlah kader terlatih rendah


dan terjadi tumpang tindih
tugas dan peran kader
Pelayanan kesehatan bagi
lansia menjadi kurang
optimal yang lebih kepada
upaya kuratif dan
kurangnya upaya preventif
& promotif

Pengelola program lansia di


Puskesmas Cimanggis hanya 2
(1 dokter + 1 perawat) orang
dan pembina kelurahan hanya
1 orang yaitu bidan

Belum ada penilaian kinerja kader


dalam kegiatan posbindu

Lansia kurang motivasi dalam


mengelola kesehatannya

Tidak terpantaunya kadar asam urat lansia


dan kurangnya kemampuan pencegahan
terhadap masalah asam urat
Kurangnya pelaksanaan program yang
berorientasi pada peningkatan kesehatan
lansia khususnya dengan asam urat

Masih rendahnya pemanfaatan


pelayanan Posbindu oleh lansia

PENGAWASAN

PENGARAHAN
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

74

4.1.3. Masalah Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas


Diagnosa manajemen pelayanan keperawatan komunitas antara lain: (1) Belum
optimalnya sistem monitoring dan evaluasi kesehatan lansia dengan asam urat di
Kelurahan Cisalak Pasar, (2) Belum optimalnya pengorganisasian SDM kader
lansia tingkat Posbindu di Kelurahan Cisalak Pasar, (3) Belum optimalnya
pelaksanaan program pelayanan PTM khususnya lansia dengan asam urat di
Kelurahan Cisalak Pasar, (4) Belum optimalnya pengarahan yang dilakukan oleh
Petugas Puskesmas terhadap kader dalam pemberian pelayanan pada lansia
dengan asam urat di Kelurahan Cisalak Pasar.

4.1.4. Penapisan Masalah


Berdasarkan prioritas, masalah manajemen pelayanan kesehatan pada lansia
dengan masalah asam urat yang dilakukan intervensi selama 8 bulan adalah 1)
Belum optimalnya sistem monitoring dan evaluasi kesehatan lansia dengan asam
urat di Kelurahan Cisalak Pasar, (2) Belum optimalnya pelaksanaan program
pelayanan PTM khususnya lansia dengan asam urat di Kelurahan Cisalak Pasar.
Kriteria penapisan masalah dapat dilihat pada lampiran 1.

4.1.5. Penyelesaian Masalah Pengelolaan Pelayanan Komunitas


Masalah I
Belum optimalnya sistem monitoring dan evaluasi kesehatan lansia dengan asam
urat di Kelurahan Cisalak Pasar
Tujuan Umum
Setelah intervensi keperawatan selama 8 bulan monitoring dan evaluasi kesehatan
lansia dengan asam urat menjadi optimal.
Tujuan Khusus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 12 minggu diharapkan:
a.

Terjadi peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap lansia tentang


pemantauan kesehatan mandiri dengan menggunakan KPM sebesar 2 kali
standar deviasi (nilai rata-rata pretest pengetahuan 52,56 menjadi 79,76; nilai

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

75

rata-rata pretest keterampilan 40,5 menjadi 55,9; nilai rata-rata pretest sikap
46,89 menjadi 67,49)
b.

Terjadi penuruan skala nyeri pada lansia dengan risiko keterbatasan gerak
akibat asam urat sebesar 2 kali standar deviasi (nilai rata-rata pretest skala
nyeri 6,02 menjadi 4,02)

c.

Terjadi penuruan frekuensi nyeri pada lansia dengan risiko keterbatasan gerak
akibat asam urat

d.

Terjadi penuruan kadar asam urat pada lansia dengan risiko keterbatasan
gerak akibat asam urat sebesar 2 kali standar deviasi (nilai rata-rata pretest
kadar asam urat pada lansia laki-laki 9,12 mg/dl menjadi 5,52 mg/dl; nilai
rata-rata pretest kadar asam urat pada lansia wanita 8,11 mg/dl menjadi 5,11
mg/dl )

e.

Terjadi peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap keluarga tentang


penerapan KPM bagi lansia dengan risiko keterbatasan gerak akibat asam urat
sebesar 2 kali standar deviasi (nilai rata-rata pretest pengetahuan 49,78
menjadi 73,98; nilai rata-rata pretest keterampilan 40,17 menjadi 73,57; nilai
rata-rata pretest sikap 45,42 menjadi 67,74)

f.

Tersedianya media informasi serta buku panduan penatalaksanaan dan


pengelolaan masalah asam urat pada lansia

g.

Adanya pendampingan dari Puskesmas untuk pelayanan kesehatan pada


lansia dengan risiko gangguan mobilitas fisik akibat asam urat.

Rencana Tindakan Keperawatan


(1) Sosialisasi kegiatan pemantauan kesehatan secara mandiri oleh lansia dengan
menggunakan KPM (2) Pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan pemantauan
masalah kesehatan pada lansia menggunakan KPM oleh keluarga (3) Pelaksanaan
kegiatan

pengelolaan

dan

pemantauan

masalah

kesehatan

pada

lansia

menggunakan KPM oleh kader. (4) Pendampingan kepung lara dalam melakukan
pemantauan terrhadap pengelolaan masalah kesehatan yang dilakukan oleh lansia
secara mandiri menggunakan KPM. (5) Memfasilitasi pendampingan yang

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

76

dilakukan oleh pembina kelurahan terhadap kegiatan kepung lara dalam


memantau kemampuan lansia dalam mengela kesehatannya secara mandiri.

Pembenaran :
Fungsi pengawasan yaitu monitoring dan evaluasi merupakan komponen penting
yang digunakan untuk melihat keberhasilan dari suatu tindakan atau pelayanan
(Gillies, 2000). Monitoring dan evaluasi terhadap kemampuan lansia dalam
mengelola masalah kesehatannya secara mandiri dapat dilakukan dengan
melibatkan kader. Pelibatan kader dalam pelayanan kesehatan dimasyarakan
merupakan salah satu bentuk dari pemberdayaan. Helvie (1998) menjelaskan
pemberdayaan merupakan suatu gagasan untuk mendorong klien atau masyarakat
untuk menentukan sendiri apa yang harus dilakukan dalam kaitannya mengatasi
permaslahan yang dihadapi, sehingga klien atau masyarakat memiliki kesadaran
dan kekuatan penuh untuk menentukan masa depannya.

Pelaksanaan
1.

Membuat pedoman pelaksanaan dalam melakukan pemantauan keberhasilan


lansia dalam mengelola masalah kesehatannya dengan menggunakan KPM

2.

Sosialisasi tentang cara pemantauan dan penilaian kemandirian lansia dalam


mengelola masalah kesehatannya pada tanggal 11 desember 2012

3.

Pelaksanaan kegiatan pemantauan pengelolaan kesehatan yang dilakukan


secara mandiri oleh lansia menggunakan KPM dilakukan setiap hari kamis
seminggu sekali dengan cara berkumpul di tempat yang disepakati bersama
atau dikunjungi oleh kader kerumah. Jumlah keluarga dengan lansia asam
urat yang dilakukan pemantauan terkait penggunaan KPM adalah 90 orang
dengan pelaksanaan pemantauan oleh 9 kader yang aktif terdapat di RW 02
dan 07.

4.

Alur pemantauan kemampuan lansia dalam mengelola masalah kesehatan


secara mandiri dengan menggunakan KPM didampingi keluarga dilakukan
pada saat kunjungan rumah. Tahap-tahapnya adalah sebagai berikut (1)
Persiapan alat : lembar observasi, lembar rekapitulasi, alat tulis dan media

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

77

untuk pendidikan kesehatan (2) Kunjungan rumah : perkenalan, tujuan dan


kontrak waktu. (3) Fase kerja : melakukan observasi untuk pengisian buku
pintar Lansia dengan asam urat, melakukan wawancara untuk validasi
komponen pengisian buku pintar. (4) Penilaian terhadap komponen
kemandirian lansia dalam mengelola masalah kesehatannya (5) Pemberian
umpan balik terhadap hal positif yang sudah dilakukan lansia dan dukungan
yang diberikan oleh keluarga keluarga dan pemberian pendidikan kesehatan
untuk perbaikan kemandirian lansia yang masih kurang dalam mengelola
masalah kesehatannya secara mandiri (6) Pemberian pekerjaan rumah dengan
pengisian buku pintar terkait pola hidup yang dilakukan sehari-hari oleh
lansia yang akan dinilai pada pertemuan selanjutnya. (7) Pemasangan stiker
penilaian atas pencapaian kemandirian dalam mengelola masalah kesehatan
dengan asam urat yang telah dilakukan lansia.

Evaluasi
1.

Terjadi peningkatan pengetahuan lansia sebelum dan sesudah kegiatan


pemantauan pengelolaan masalah kesehatan lansia secara mandiri dengan
KPM sebesar 12,2% (rata-rata nilai posttest 83,67). Hasil uji statistik
menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pengetahuan lansia sebelum dan
sesudah kegiatan pemantauan pengelolaan masalah kesehatan lansia secara
mandiri dengan KPM dengan nilai p = 0,000.

2.

Terjadi peningkatan keterampilan lansia sebelum dan sesudah kegiatan


pemantauan pengelolaan masalah kesehatan lansia secara mandiri dengan
KPM sebesar 21,1% (rata-rata nilai posttest 80,14). Hasil uji statistik
menunjukkan ada perbedaan yang signifikan keterampilan lansia sebelum dan
sesudah kegiatan pemantauan pengelolaan masalah kesehatan lansia secara
mandiri dengan KPM dengan nilai p = 0,000.

3.

Terjadi peningkatan sikap lansia sebelum dan sesudah kegiatan pemantauan


pengelolaan masalah kesehatan lansia secara mandiri dengan KPM sebesar
20% (rata-rata nilai posttest 80,78). Hasil uji statistik menunjukkan ada
perbedaan yang signifikan sikap lansia sebelum dan sesudah kegiatan

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

78

pemantauan pengelolaan masalah kesehatan lansia secara mandiri dengan


KPM dengan nilai p = 0,000.
4.

Terjadi penurunan skala nyeri sebelum dan sesudah penerapan pemantauan


kesehatan mandiri dengan menggunakan KPM sebesar 1,52 (rata-rata posttest
4,50). Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan yang signifikan skala
nyeri lansia sebelum dan sesudah kegiatan pemantauan pengelolaan masalah
kesehatan lansia secara mandiri dengan KPM dengan nilai p = 0,000.

5.

Terjadi penurunan frekuensi nyeri sebelum dan sesudah penerapan


pemantauan kesehatan mandiri dengan menggunakan KPM dari 65,6%
menjadi 16,7% lansia mengalami nyeri setiap 1 kali sehari.

6.

Terjadi penurunan kadar asam urat pada lansia sebelum dan setelah
penerapan pemantauan kesehatan mandiri dengan menggunakan KPM.
Penuruan kadar asam urat lansia pria sebesar 1,93 mg/dl (rata-rata kadar asam
urat posttest 7,20 mg/dl) dan penurunan kadar asam urat pada lansia wanita
sebesar 2,01 mg/dl (rata-rata kadar asam urat posttest 6,09 mg/dl. Hasil uji
statistik menunjukkan ada perbedaan yang signifikan kadar asam urat lansia
pria dan wanita sebelum dan sesudah kegiatan pemantauan pengelolaan
masalah kesehatan lansia secara mandiri dengan KPM dengan nilai p = 0,000.

7.

Terjadi peningkatan pengetahuan keluarga sebelum dan sesudah kegiatan


pemantauan pengelolaan masalah kesehatan lansia secara mandiri dengan
KPM sebesar 27,8% (rata-rata nilai posttest 84,78). Hasil uji statistik
menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pengetahuan keluarga sebelum
dan sesudah kegiatan pemantauan pengelolaan masalah kesehatan lansia
secara mandiri dengan KPM dengan nilai p = 0,000.

8.

Terjadi peningkatan keterampilan keluarga sebelum dan sesudah kegiatan


pemantauan pengelolaan masalah kesehatan lansia secara mandiri dengan
KPM sebesar 28,9% (rata-rata nilai posttest 80,30). Hasil uji statistik
menunjukkan ada perbedaan yang signifikan keterampilan keluarga sebelum
dan sesudah kegiatan pemantauan pengelolaan masalah kesehatan lansia
secara mandiri dengan KPM dengan nilai p = 0,000.

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

79

9.

Terjadi peningkatan sikap keluarga sebelum dan sesudah kegiatan


pemantauan pengelolaan masalah kesehatan lansia secara mandiri dengan
KPM sebesar 24,4% (rata-rata nilai posttest 84,41). Hasil uji statistik
menunjukkan ada perbedaan yang signifikan sikap keluarga sebelum dan
sesudah kegiatan pemantauan pengelolaan masalah kesehatan lansia secara
mandiri dengan KPM dengan nilai p = 0,000.

10. Ada pendampingan yang dilakukan oleh pembina kelurahan pada saat
kegiatan Posbindu.

Rencana Tindak Lanjut


Pemberdayaan Keluarga melalui kegiatan pemantauan penerapan KPM yang
dilakukan perlu ditindak lanjut oleh :
1.

Dinas Kesehatan
Menyediakan fasilitas berupa media berisi informasi yang dibutuhkan lansia
untuk mengelola masalah kesehatan terkait asam urat, memperbanyak KPM
dan menyediakan stiker penilaian kemandirian lansia dalam mengelola
kesehatannya

2.

Puskesmas
Melakukan pembinaan dan supervisi terkait kegiatan yang dilakukan kader
dan lansia dalam mengelola masalah kesehatannya secara mandiri
menggunakan KPM

3.

Kader Kesehatan
Meningkatkan pemberian informasi dan edukasi yang sesuai dengan
kebutuhan lansia dengan asam urat

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

80

Masalah II
Belum optimalnya pelaksanaan program pelayanan PTM khususnya lansia dengan
asam urat di Kelurahan Cisalak Pasar
Tujuan Umum
Setelah intervensi keperawatan selama 8 bulan pelaksanaan program pelayanan
PTM khususnya lansia dengan asam urat di Kelurahan Cisalak Pasar menjadi
optimal
Tujuan Khusus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 13 minggu diharapkan
a.

Terbentuk Kelompok Pendukung Lansia dengan asam urat di tingkat RW

b.

Terbentuknya struktur organisasi kelompok pendukung di tingkat RW

c.

Terjadi peningkatan, keterampilan dan sikap kader dalam pemantauan


kesehatan mandiri pada lansia dengan menggunakan KPM sebesar 2 kali
standar deviasi (nilai rata-rata pretest pengetahuan 54,44 menjadi 72,04; nilai
rata-rata pretest keterampilan 71,06 menjadi 84,66; nilai rata-rata pretest
sikap 56,67 menjadi 79,07).

Rencana Tindakan Keperawatan


Proses Kelompok : (1) Sosialisasi program kegiatan proses kelompok dalam
pengelolaan masalah asam urat pada lansia (2) Pembentukan kepung lara di RW 2
dan RW 7 sebagai RW percontohan. (3) Pembentukan struktur organisasi Kepung
lara. (4) Pembuatan modul untuk kegiatan Kepung lara tentang pengelolaan
masalah asam urat pada lansia di keluarga. (5) Pelaksanaan kegiatan Kepung Lara
yang dilakukan oleh kader. (6) Pelaksanaan kegiatan Kepung Lara dalam upaya
peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku dalam pengelolaan masalah asam
urat pada lansia di masyarakat. (7) Pendampingan Kepung Lara dalam melakukan
pendidikan kesehatan, kegiatan pemantauan KPM yang dilakukan keluarga di
rumah dalam mengelola lansia dengan masalah asam urat.

Pembenaran :
Kader sebagai kelompok pendukung merupakan sekumpulan orang-orang yang
memiliki tujuan dan minat yang sama untuk meningkatkan kesehatan masyarakat

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

81

(Pender et al, 2004). Kelompok pendukung termasuk ke dalam kelompok pemberi


dukungan sosial yang berfungsi untuk meningkatkan kekuatan pribadi dari
sekumpulan kelompok masyarakat untuk mencapai tujuan hidup yang lebih baik
(Allender&Spradley, 2005). Kelompok pendukung yang dibentuk untuk
mengelola masalah kesehatan lansia dengan asam urat, bertujuan untuk membantu
lansia dalam mengelola masalah kesehatannya dan mendukung pelaksanaan
kegiatan KPM oleh lansia dalam rangka menurunkan risiko terjadinya gangguan
mobilitas fisik pada lansia dengan masalah asam urat.

Pelaksanaan
1.

Sosialisasi kegiatan Kelompok Pendukung KPM (kepung Lara) dilakukan


pada tanggal 25 Oktober 2012 Pada kegiatan posbindu RW 2 yang tergabung
dengan RW 1 dan 8 dan tanggal 31 Oktober 2012 di RW 7

2.

Pembentukan Kepung Lara di RW 2 dan RW 7 sebagai RW percontohan


dengan pembentukan struktur organisasi yang dilakukan di Mushola RT 06
RW 07 pada tanggal 8 November 2012.

3.

Kegiatan Kepung Lara dimulai dengan melakukan pelatihan Kader yang


dilaksanakan pada tanggal 22 November 2012 selama 2 jam dengan
menggunakan Modul KPM yang telah dipersiapkan sebelumnya. Materi yang
diberikan berupa peran dan fungsi kader dan kepunglara, Media dan metode
penyuluhan, sosialisasi penerapan KPM dalam mengelola masalah kesehatan
lansia dengan masalah asam urat.

4.

Kegiatan kedua selama 2 jam pada tanggal 6 Desember 2012 memberikan


materi tentang KPM dan petunjuk penilaian kemandirian lansia dalam
mengelola masalah kesehatannya bertempat di Mushola RT06 RW 07.
Pertemuan ketiga selama 2 jam pada hari Selasa 18 Desember 2012
sosialisasi mengenai masalah asam urat dan penatalaksanaannya yang
bertempat di Rumah Bapak Masjuki RT 07 RW 07. Pertemuan keempat
selama 2,5 jam pada tanggal 26 Desember 2012 mengenai latihan gerak
sendi, kompres jahe merah dan pencegahan jatuh pada lansia dengan risiko
gangguan mobilitas fisik pada lansia dengan asam urat, Pertemuan kelima

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

82

pada tanggal 28 Desember 2012 selama 2 jam mengenai cara pemeriksaan


kadar asam urat dengan praktik lansung memeriksa teman satu anggota secara
bergantian dan evaluasi terhadap demonstrasi yang kurang dipahami pada
pertemuan sebelumnya.
5.

Kegiatan Kepung lara ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,


keterampilan dan sikap lansia dalam mengelola masalah kesehatan lansia
dengan asam urat. Kegiatan dimulai dengan 1 kader anggota kepung Lara
mengelola 10 keluarga yang berisiko mengalami gangguan mobilitas fisik
akibat asam urat. Pemilihan keluarga yang dikelola dimulai dengan
diadakannya skreening lansia yang mengalami keluhan nyeri persendian
selama 3 bulan terakhir kemudian dilakukan pemeriksaan kadar asam urat.
Dari hasil pemeriksaan tersebut, keluarga yang memiliki lansia dengan kadar
asam urat tidak normal yang dikelola oleh kader Kepung Lara. Apabila dari
hasil skreening ditemukan lansia dengan asam urat yang sudah mengalami
gangguan persendian, maka lansia dan keluarganya dikelola oleh residen.

6.

Pendampingan dilakukan oleh residen kepada kader anggota kepung lara


melalui kunjungan rumah selama 2 kali pertemuan dengan sebelumnya telah
diberikan contoh cara memberikan pendidikan kesehatan, demonstrasi
sederhana perawatan lansia dengan masalah asam urat dan pemantauan
keberhasilan lansia dalam mengelola masalah asam urat pada keluarga
kelolaan residen.

7.

Kegiatan kepung lara dalam mengelola masalah kesehatan lansia dengan


asam urat dilaksanakan mulai dari awal bulan Februari sampai dengan akhir
bulan april 2013.

Evaluasi
1.

Terjadi peningkatan pengetahuan kader sebelum dan sesudah kegiatan


pemantauan pengelolaan masalah kesehatan lansia secara mandiri dengan
KPM sebesar 55,6% (rata-rata nilai posttest 83,33). Hasil uji statistik
menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pengetahuan kader sebelum dan

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

83

sesudah kegiatan pemantauan pengelolaan masalah kesehatan lansia secara


mandiri dengan KPM dengan nilai p = 0,000.
2.

Terjadi peningkatan keterampilan kader sebelum dan sesudah kegiatan


pemantauan pengelolaan masalah kesehatan lansia secara mandiri dengan
KPM sebesar 44,5% (rata-rata nilai posttest 90,04). Hasil uji statistik
menunjukkan ada perbedaan yang signifikan keterampilan kader sebelum dan
sesudah kegiatan pemantauan pengelolaan masalah kesehatan lansia secara
mandiri dengan KPM dengan nilai p = 0,000.

3.

Terjadi peningkatan sikap kader sebelum dan sesudah kegiatan pemantauan


pengelolaan masalah kesehatan lansia secara mandiri dengan KPM sebesar
11,1% (rata-rata nilai posttest 81,11). Hasil uji statistik menunjukkan ada
perbedaan yang signifikan sikap kader sebelum dan sesudah kegiatan
pemantauan pengelolaan masalah kesehatan lansia secara mandiri dengan
KPM dengan nilai p = 0,000.

4.

Kader yang aktif dalam kegiatan pembinaan keluarga yang memiliki lansia
dengan risiko gangguan mobilitas fisik akibat asam urat sebesar 75% dimana
kader yang aktif berjumlah 9 orang dari 12 anggota pada awal pembentukan.
Tiga anggota mengikuti kegiatan kepung lara dengan tidak intensif sehingga
tidak dapat diukur.

5.

Peran serta pembina kelurahan dari Puskesmas Cimanggis belum optimal


terkait supervisi kegiatan kepung lara karena hanya dilakukan satu kali saat
pertemuan Posbindu.

6.

Peran Dinas kesehatan dalam pengarahan terhadap kader kepung lara belum
optimal karena belum adanya pengarahan yang dilakukan terkait pengelolaan
masalah asam urat secara khusus

7.

Peran serta Pihak kelurahan terhadap kinerja kader selama ini belum optimal
dilihat dari belum adanya reward yang diberikan kepada kader yang aktif
dalam setiap kegiatan untuk mengelola masalah kesehatan masyarakat.

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

84

Rencana Tindak Lanjut


Kegiatan Kepung Lara perlu ditindak lanjuti oleh :
1.

Dinas Kesehatan
Meningkatkan performa kualitas pelayanan terhadap kesehatan lansia dengan
melakukan pengarahan dan supervisi terhadap program peyanan bagi
kesehatan lansia khususnya dengan asam urat yang telah dilakukan

2.

Puskesmas
Melakukan pengarahan dan supervisi secara berkelanjutan setiap bulan
kegiatan kepung lara oleh petugas puskesmas/pembina kelurahan Puskesmas
Cimanggis.

3.

Kader Kesehatan
Melanjutkan melakukan supervisi dan pengarahan kegiatan pemantauan
kesehatan secara mandiri yang dilakukan oleh lansia dengan KPM. Melatih
anggota baru yang dapat direkrut untuk menjadi anggota kepung lara dalam
mengelola masalah kesehatan lansia dengan asam urat.

Pengelolaan manajemen pelayanan khususnya untuk pencegahan Lansia dengan


masalah asam urat akan digambarkan lebih lanjut dengan pengelolaan asuhan
keperawatan keluarga. Keperawatan keluarga sebagai entry point dalam
penggunaan KPM dalam mengelola dan memantau masalah kesehatan yang
terjadi pada lansia dengan asam urat dilakukan terhadap 10 keluarga.

4.2. Pengelolaan Asuhan Keperawatan Keluarga


4.2.1. Analisis Situasi
Asuhan keperawatan keluarga dilakukan pada 10 keluarga binaan yang merawat
lansia dengan masalah asam urat di wilayah Kelurahan Cisalak Pasar. Pembinaan
dilakukan dalam 2 periode, yaitu periode pertama pembinaan terhadap 5 keluarga
dilakukan pada bulan Oktober sampai Desember 2012 dan periode kedua terhadap
5 keluarga pada bulan Februari sampai April 2013.

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

85

Pengkajian yang dilakukan pada keluarga Kakek M (79 tahun) dan Nenek S (61
tahun) yang mengalami peningkatan kadar asam urat. Selama ini keduanya tidak
mengetahui kalau ada masalah asam urat karena tidak pernah memeriksakan kadar
asam uratnya dengan alasan biaya. Keluhan yang dialami seperti nyeri pada
persendian dianggap sebagai hal yang biasa karena pengaruh usia, padahal nyeri
yang dialami dapat mengganggu aktivitas ketika kambuh terutama pada Nenek S.
Hasil pemeriksaan kadar asam urat pada Kakek M adalah 8,1 mg/dl dan pada
Nenek S 8,3 mg/dl. Keduanya mengatakan tidak mengetahui mengenai masalah
asam urat dan perawatannya dan belum pernah terpapar oleh informasi mengenai
masalah asam urat.

Nyeri persendian yang dialami Kakek M dengan skala 7 hilang timbul dan muncul
setiap hari. Nenek S juga mengatakan merasakan nyeri lutut terutama saat berdiri
dari posisi duduk dengan skala 7. Nenek S mengatakan jari-jari kakinya juga
terasa ngilu dan susah digerakkan terutama setelah mengkonsumsi daun singkong.
Keadaan rumah Kakek M dan Nenek S tidak begitu luas karena merupakan
rumah kontrakan yang terbagi menjadi 3 tempat yaitu teras, ruang depan dan
ruang belakang. Setiap harinya Keduanya berjualan nasi uduk di teras depan
rumahnya dengan penghasilan kurang lebih Rp. 500.000/bulannya. Nenek S juga
mengatakan kadang kala ada tetangga yang suka memberikan bantuan baik berupa
makanan maupun uang kepada dirinya dan Kakek M. Kakek M juga kadangkala
menerima panggilan orang yang ingin pijat, maupun ada orang yang datang untuk
dipijat. Tarif pendapatan pijat Rp. 10.000-Rp.50.000 sesuai kemampuan
pelanggannya.

Kondisi jalanan didepan rumah Kakek M dan Nenek S tidak begitu bagus dengan
luas kurang lebih satu meter yang hanya bisa dilewati oleh satu kendaraan
bermotor dari satu arah dan terdapat polisi tidur setiap 2-3 meter. Selain itu juga
selokan yang ada sepanjang jalan tidak tertutup dan sangat berisiko untuk
terjadinya jatuh pada lansia terutama dengan masalah asam urat. Selama ini
keduanya hanya tinggal berdua dalam satu rumah dan untuk perawatan kesehatan

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

86

biasanya Ibu N (38 tahun) tetangga sebelah kanan rumahnya yang sudah dianggap
keluarga sendiri oleh keluarga Kakek M dan kader di RT 04/07 yaitu Ibu V (36
tahun) yang juga selalu mengunjungi keluarga Kakek M untuk menjaga status
kesehatannya.

Data tersebut menunjukkan bahwa lansia dengan risiko keterbatasan gerak akibat
asam urat memiliki faktor risiko penyebab terjadinya masalah tersebut antara lain
pola diit yang tidak sehat, kurang berolahraga, kurang mengkonsumsi cairan, dan
kurang beristirahat. Berikut akan digambarkan pohon masalah yang dapat terjadi
pada lansia:

Skema 4.2. WOC asuhan keperawatan keluarga pada lansia dengan risiko
gangguan pergerakan akibat asam urat
Kurang pengetahuan
mengenai masalah asam urat,
penatalaksanaan dan
pengelolaannya

Kurang keterpaparan
informasi mengenai masalah
asam urat, penatalaksanaan
dan pengelolaannya

Pemeliharaan kesehatan tidak efektif

Nyeri akut pada persendian

Risiko gangguan pergerakan

Risiko jatuh

4.2.2. Masalah Asuhan Keperawatan Keluarga


Diagnosa keperawatan keluarga yang muncul berdasarkan penapisan yaitu (1)
pemeliharaan kesehatan tidak efektif pada keluarga Kakek M

dalam

penatalaksanaan masalah asam urat (2) Risiko jatuh pada keluarga Kakek M

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

87

dengan masalah asam urat, (3) Risiko gangguan pergerakan pada Kakek M
dengan masalah asam urat, (4) Nyeri kronis pada keluarga Kakek M dengan
masalah asam urat. Hasil penapisan masalah diperoleh diagnosa keperawatan
yang diangkat adalah (1) Pemeliharaan kesehatan tidak efektif pada keluarga
Kakek M dalam penatalaksanaan masalah asam urat (2) Risiko jatuh pada
keluarga Kakek M dengan masalah asam urat. Lebih jauh penapisan masalah
dapat dilihat pada Lampiran 2.

4.2.3. Penyelesaian Masalah Pengelolaan Asuhan Keperawatan Keluarga


Masalah I
Pemeliharaan kesehatan tidak efektif pada keluarga Kakek M dalam
penatalaksanaan masalah asam urat
Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan

dalam waktu 3 bulan, kemampuan

keluarga dalam pemeliharaan kesehatan terhadap masalah asam urat menjadi


efektif.
Tujuan Khusus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama waktu 3 bulan, keluarga mampu
(1) mengenal masalah asam urat dan mengidentifikasi keluarga yang mengalami
masalah asam urat (2) mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga
dengan asam urat (3) merawat anggota keluarga dengan asam urat dengan
melakukan pengaturan makanan dan pembuatan ramuan tradisional (4)
memodifikasi lingkungan dalam perawatan lansia dengan masalah asam urat (5)
mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengelola masalah asam urat

Rencana Tindakan Keperawatan


Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan antara lain (1)
melakukan pengukuran kadar asam urat pada 10 keluarga binaan yang memiliki
lansia berisiko, (2) memberikan pendidikan kesehatan mengenai masalah asam
urat dan perawatannya, (3) menjelaskan tentang KPM dan cara pemantauan
kesehatan dengan KPM, (4) mendemonstrasikan tentang perawatan pada lansia

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

88

dengan masalah asam urat seperti pengaturan makanan dan pembuatan ramuan
tradisional untuk mengatasi asam urat.

Pembenaran :
Pendidikan kesehatan adalah suatu usaha atau kegiatan untuk membantu individu,
keluarga dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuannya untuk mencapai
kesehatan secara optimal (Notoatmodjo, 1993). Pendidikan kesehatan merupakan
suatu proses belajar yang berarti terjadi perubahan kearah yang lebih baik pada
individu (Pender, 2001). Pada kelompok masyarakat dari tidak tahu tentang nilainilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah kesehatan
menjajdi mampu mengatasi masalah kesehatan (Purwanto, 1999). Pemberian
intervensi keperawatan seperti cara-cara perawatan sederhana dalam mengatasi
masalah asam urat juga merupakan satu hal yang penting untung melengkapi
kemampuan lansia dan keluarga dalam melakukan upaya preventif.

Pelaksanaan
TUK : 1-2 dengan menggunakan lembar balik dan leaflet (1) Mendiskusikan
bersama keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala masalah asam
urat, akibat lanjut, cara pencegahan dan cara perawatan asam urat (2) memberikan
informasi pada keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala masalah
asam urat, akibat lanjut dari masalah asam urat (3) Memberi kesempatan pada
keluarga untuk mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala yang dimiliki oleh
keluarga dan tindakan yang telah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi
masalah asam urat (4) Memberikan pujian atas kemampuan keluarga (5)
Memberikan motivasi atau dukungan kepada keluarga dalam mengambil
keputusan untuk mencegah terjadinya akibat lanjut dari asam urat.

TUK : 3-4 dengan (1) mendemonstrasikan cara pencegahan dan perawatan lansia
dengan masalah asam urat yaitu dengan mendemonstrasikan pengaturan makanan,
mengkonsumsi makanan mengandung Vitamin A dan C setiap hari, kompres jahe
merah, pembuatan ramuan tradisional untuk mengatasi asam urat, minum air putih

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

89

minimal 2,5 liter perhari, (2) memberikan kesempatan kepada keluarga untuk
melakukan redemonstrasi cara pencegahan dan perawatan lansia dengan masalah
asam urat, (3) memberikan pujian atas kemampuan keluarga (4) Melakukan
konseling terkait kesehatan lansia (5) Menjelaskan cara pemantauan kesehatan
lansia dengan menggunakan KPM (6) Memberikan kesempatan keluarga untuk
menilai kemampuan lansia untuk mengelola kesehatannya secara mandiri (7)
mengukur kadar asam urat pada lansia.

Evaluasi
Aspek kognitif yang dinilai pada keluarga dengan memberikan pertanyaan terkait
masalah asam urat dan perawatannya secara lisan. Hasil penilaian diperoleh lansia
dan caregiver dapat menjelaskan tentang pengertian asam urat, faktor risiko,
pencegahan masalah asam urat, penggunaan KPM dalam mengelola kesehatan
lansia dengan masalah asam urat dan cara untuk merawat masalah asam urat
dengan melakukan pengaturan menu makanan dan menggunakan ramuan
tradisional. Penilaian dari segi keterampilan dilihat dari kemampuan caregiver
dan lansia dalam meredemonstrasikan keterampilan perawatan sederhana yang
dilakukan bagi lansia dengan masalah asam urat melalui pengaturan menu
makanan dan pembuatan ramuan tradisional. Hasilnya lansia dan keluarga secara
benar mampu mendemostrasikan perawatan pada masalah asam urat. Terjadi
penurunan kadar asam urat pada lansia pada Nenek S sebesar 1,3 mg/dl (dari 8,3
mg/dl menjadi 7 mg/dl) dan pria 1,8 mg/dl (8,1 mg/dl menjadi 6,5 mg/dl).

Rencana Tindak Lanjut


Rencana tindak lanjut yang dilakukan bagi keluarga adalah (1) keluarga
membantu lansia dalam menerapkan gaya hidup sehat guna mengelola masalah
kesehatannya seperti menyediakan menu makanan rendah purin dan memberikan
motivasi, (2) mendelegasikan kepada kelompok pendukung untuk melakukan
monitoring dan evaluasi terhadap penerapan pengelolaan masalah kesehatan
lansia dengan asam urat secara mandiri dengan menggunakan KPM, (3)

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

90

memotivasi lansia dan keluarga untuk memanfaatkan posbindu dalam mengelola


kesehatan lansia.

Masalah II
Risiko jatuh pada keluarga Kakek M dengan masalah asam urat
Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 3 bulan, tidak terjadi jatuh
pada lansia
Tujuan Khusus
Setelah pertemuan selama 3 bulan, keluarga mampu (1) Mengenal masalah risiko
jatuh: pengertian, penyebab, gejala dan tanda jatuh dan mengidentifikasi anggota
keluarga dengan risiko jatuh (2) Mengambil keputusan untuk mencegah terjadinya
jatuh pada lansia gangguan sendi terkait asam urat dengan memutuskan untuk
merawat anggota keluarga dengan resiko jatuh (3) Merawat anggota keluarga
dengan risiko jatuh dengan mengajarkan mencegahan jatuh, cara bangun dari
jatuh bagi lansia, cara menolong lansia yang jatuh dan latihan gerak sendi untuk
mencegah kekakuan (4) Mampu Memodifikasi lingkungan yang sesuai agar tidak
terjadi jatuh pada lansia (5) Memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk perawatan
lansia dengan risiko jatuh misalnya Posbindu atau Puskesmas.

Rencana Tindakan Keperawatan


Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan antara lain (1)
Pengukuran tingkat dan frekuensi nyeri yang berisiko dapat menyebabkan jatuh
pada lansia dengan asam urat, (2) Pendidikan kesehatan mengenai risiko jatuh
menjelaskan tentang pengertian, penyebab, akibat dari jatuh,dan

pencegahan

jatuh, (3) Coaching tentang memodifikasi lingkungan untuk menghindari jatuh,


latihan gerak sendi untuk mencegah kekakuan, demonstrasi menolong lansia yang
jatuh, demonstrasi cara bangun yang benar ketika jatuh pada lansia, dan kompres
jahe merah untuk menurunkan nyeri.

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

91

Pembenaran :
Pentingnya pengetahuan yang diberikan untuk mencegah risiko jatuh pada lansia
dapat meminimalisir angka kesakitan pada lansia, selain itu juga pencegahan
risiko jatuh dapat mencegah lansia dari kecacatan yang memungkinkan lansia
menjadi lebih tergantung dengan orang lain dalam melakukan ADL. Coaching
yang dilakukan untuk perawatan pada lansia dengan masalah asam urat dapat
membantu meringankan keluhan. Penelitian yang dilakukan Ulliya, Soempeno
dan Kushartanti (2007) menjelaskan latihan ROM yang dilakukan selama 6
minggu dapat meningkatkan fleksibilitas sendi lutut kiri sebesar 35 atau 43,75%.
Ini berarti luas gerak sendi semakin meningkat sehingga menurunkan terjadinya
risiko jatuh. Penelitian yang dilakukan Therkleson (2010) menggunakan metode
studi fenomenologi menjelaskan menigkatnya rasa nyaman pada lansia setelah
diberikan kompres jahe merah dan terjadi penurunan tingkat dan frekuensi nyeri.

Pelaksanaan
TUK : 1-2 dengan menggunakan lembar balik dan leaflet (1) Mendiskusikan
bersama keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala masalah asam
urat, akibat lanjut risiko jatuh pada lansia (2) memberikan informasi pada
keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala risiko jatuh pada lansia,
akibat lanjut jatuh pada lansia (3) Memberi kesempatan pada keluarga untuk
mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala yang dimiliki oleh lansia dan
tindakan yang telah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah risiko jatuh
pada lansia (4) Memberikan pujian atas kemampuan keluarga (5) Memberikan
motivasi/dukungan keluarga mengambil keputusan untuk mencegah terjadinya
akibat lanjut dari risiko jatuh pada lansia.

TUK : 3-4 dengan (1) mendemonstrasikan cara pencegahan dan perawatan lansia
dengan masalah risiko jatuh pada lansia yaitu dengan mendemonstrasikan latihan
gerak sendi untuk mencegah kekakuan, demonstrasi menolong lansia yang jatuh,
demonstrasi cara bangun yang benar ketika jatuh pada lansia, kompres jahe merah
untuk menurunkan nyeri. (2) memberikan kesempatan kepada keluarga untuk

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

92

melakukan redemonstrasi cara pencegahan dan perawatan lansia dengan risiko


jatuh, (3) memberikan pujian atas kemampuan keluarga (4) Menjelaskan cara
memodifikasi lingkungan untuk mencegah terjadinya jatuh pada lansia (5)
Memberikan kesempatan keluarga untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
dapat menyebabkan risiko jatuh dirumah pada lansia (6) mengukur skala nyeri
dan frekuensi nyeri pada lansia.

Evaluasi
Penilaian pada aspek kognitif keluarga dengan memberikan pertanyaan secara
lisan mengenai risiko jatuh pada lansia. Hasil penilaian diperoleh lansia dan
caregiver dapat menjelaskan tentang pencegahan masalah asam urat. Penilaian
dari segi keterampilan dilihat dari kemampuan caregiver dan lansia dalam
meredemonstrasikan

keterampilan

perawatan

sederhana

yang

dilakukan

pencegahan dan perawatan risiko jatuh. Hasilnya lansia dan caregiver secara
benar mampu mendemostrasikan pencegahan dan perawatan risiko jatuh pada
lansia secara benar. Terjadi penurunan skala intensitas nyeri dari nyeri berat (skala
7) menjadi nyeri ringan (skala 3) dan terjadi penurunan frekuensi timbulnya nyeri
dari 1 kali sehari menjadi lebih dari 6 hari sekali.

Rencana Tindak Lanjut


Rencana tindak lanjut yang dilakukan bagi keluarga adalah (1) Membuat
kesepakatan dengan keluarga untuk memodifikasi lingkungan didalam rumah
untuk mencegah risiko jatuh pada lansia, (2) Mendelegasikan pada kelompok
pendukung untuk melakukan pemantauan terhadap skala intensitas nyeri dan
frekuensi nyeri yang dialami lansia dan pendampingan keluarga dan lansia untuk
melakukan latihan gerak sendi.

Hasil pengkajian yang dilakukan terhadap 10 orang keluarga dengan lansia asam
urat, diperoleh data bahwa 2 orang lansia pernah mengalami jatuh, 4 orang lansia
memiliki keluhan mengalami keterbatasan gerak karena rasa kaku pada sendisendi jari tangan dan kaki. Faktor risiko terjadinya masalah asam urat pada lansia

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

93

adalah riwayat keturunan, jenis kelamin dan umur, kelebihan berat badan,
mengkonsumsi alkohol, mengkonsumsi makanan tinggi purin, mengalami
gangguan ginjal, dan kurang mengkonsumsi cairan (dehidrasi). Tindakan
keperawatan yang sudah dilakukan pada keluarga kelolaan antara lain (1)
Pendidikan kesehatan tentang pengelolaan masalah asam urat pada lansia dan
penggunaan KPM. Media yang digunakan adalah lembar balik, leaflet, poster,
sticker dan metode yang digunakan adalah ceramah dan diskusi, (2) Coaching
tentang pengelolaan masalah kesehatan lansia dengan asam urat yang dilakukan
antara lain latihan gerak sendi untuk mencegah kekakuan, demonstrasi menolong
lansia yang jatuh, demonstrasi cara bangun yang benar ketika jatuh pada lansia,
kompres jahe merah untuk menurunkan nyeri dan pembuatan ramuan tradisional.
Media yang digunakan adalah lembar balik, LCD, alat peraga berupa benda nyata
seperti untuk mendemonstrasikan kompres jahe merah dan pembuatan ramuan
tradisional, tape untuk memutar musik saat latihan gerak sendi dan metode yang
digunakan adalah ceramah, diskusi dan demonstrasi, (3) Melakukan konseling
terkait kesehatan lansia, (4) Menyebarkan media informasi leaflet, poster, dan
buku pintar bagi lansia dan keluarganya.

Hasil yang diperoleh setelah melakukan asuhan keperawatan pada 10 keluarga


selama 8 bulan digambarkan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 4.1Tingkat kemandirian Keluarga mengelola masalah asam urat pada lansia
No
Nama Kepala
Tingkat Kemandirian
Keluarga Kelolaan
Sebelum perawatan
Setelah perawatan
I
II
III
IV
I
II
III
IV
1 Nenek On
2 Nenek Sa
3 Nenek Mi
4 Kakek No
5 Kakek Nas
6 Kakek Mam
7 Tn. D
8 Tn. B
9 Kakek Mar
10 Nenek Su

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

94

Hasil dari pengelolaan terhadap kesehatan 10 keluarga binaan adalah tidak


terjadinya gangguan mobilitas fisik pada lansia dengan asam urat. Selain itu, hasil
penilaian didapatkan bahwa; Pengetahuan, keterampilan dan sikap keluarga dalam
mengelola lansia dengan asam urat meningkat; Pengetahuan, keterampilan dan
sikap lansia dalam mengelola masalah kesehatannya secara mandiri menggunakan
KPM mengalami peningkatan; rata-rata skala nyeri menurun sebesar 2,7 (skala
6,4 menjadi 3,7) dan frekuensi nyeri yang dialami lansia yang mengalami asam
urat mengalami penurunan dari rata-rata nyeri muncul setiap 1 kali sehari menjadi
nyeri muncul 3-5 hari sekali; dan rata-rata kadar asam urat juga mengalami
penurunan yaitu pada lansia wanita sebesar 4,1 mg/dl (10 mg/dl menjadi 5,9
mg/dl) dan lansia pria sebesar 3,4 mg/dl (9,9 mg/dl menjadi 6,5 mg/dl). Pada
tahap terminasi terhadap masing-masing keluarga kelolaan, terdapat 2 keluarga
yang masih memiliki tingkat kemandirian III dan 8 keluarga lansia telah memiliki
tingkat kemandirian IV.

Penggunanan KPM dalam mengelola dan memantau kesehatan lansia secara


mandiri sebagai satu bentuk intervensi keperawatan komunitas yang telah
dijelaskan sebelumnya dalam manajemen pelayanan kesehatan dan asuhan
keperawatan keluarga, selanjutnya akan diterapkan dalam asuhan keperawatan
komunitas.

4.3. Pengelolaan Asuhan Keperawatan Komunitas


4.3.1. Analisis Situasi
Pelaksanaan pengkajian menggunakan metode kuantitatif dengan rancangan
deskriptif analitik. Metode yang digunakan

adalah metode survei dengan

pendekatan cross sectional yaitu mengamati variabel yang diteliti di suatu


populasi pada satu saat (Sabri & Hastono, 2006). Metode pengumpulan data yang
digunakan untuk mengkaji agregat lansia dengan risiko gangguan mobilitas fisik
akibat asam urat antara lain winshield survey, literaur review, interview, dan
survey. Data primer diperoleh langsung dari masyarakat yang merupakan
penduduk di wilayah Kelurahan Cisalak Pasar. Data sekunder diperoleh dari

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

95

Puskesmas dan Dinas Kesehatan serta hasil publikasi di internet. Hasil data yang
diperoleh baik dari data primer maupun sekunder selanjutnya dibuat kesimpulan
hasil analisis. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Uji
instrumen yang digunakan adalah expert validity dan content validity. Komponen
dari kuesioner dikembangkan dari core dan 8 subsistem pengkajian komunitas
model Community As Partner.

Hasil pengumpulan data dianalisis secara

deskriptif pada variabel yang diteliti secara univariat berdasarkan item pertanyaan
untuk data-data kuantitatif.

Pengkajian dengan metode wawancara dilakukan kepada lansia dengan risiko


gangguan mobilitas fisik akibat asam urat, kader Posbindu, keluarga yang
memiliki lansia dengan risiko gangguan mobilitas fisik akibat asam urat,
Penanggung jawab program lansia di Puskesmas Cimanggis dan Pembina
kelurahan dari Puskesmas Cimanggis. Hasil wawancara yang diperoleh dari
Penanggung jawab program lansia dan pembina kelurahan dari Puskesmas
Cimanggis mengatakan bahwa program bagi lansia yang asam urat termasuk
dalam Program Penanggulangan PTM (Penyakit Tidak Menular). Terdapat 7 buah
Posbindu dikelurahan Cisalak Pasar yaitu di RW 01, 02, 03, 04, 05,07 dan 08.
Kader di RW 01, 02 dan 07 Kelurahan Cisalak Pasar mengatakan selama ini
belum pernah mendapatkan informasi mengenai masalah asam urat pada lansia
dan perawatannya. Pemeriksaan kadar asam urat bisa dilakukan di posbindu yang
dikelola oleh Pembina Kelurahan dan untuk setiap pemeriksaannya dikenakan
biaya Rp. 10.000,-. Lima orang keluarga dengan lansia risiko gangguan mobilitas
fisik akibat asam urat di Kelurahan Cisalak Pasar Kota Depok khususnya RW 02
dan 07 menjelaskan bahwa lansia jarang berolahraga dan mengontrol makanan.
Stanley dan Bare (2006) menjelaskan bahwa salah satu faktor resiko asam urat
adalah jarang berolahraga atau kurang melakukan aktifitas fisik dan makan tinggi
purin.

Hasil FGD yang dilakukan terhadap 5 orang kader di kelurahan Cisalak Pasar
mengatakan penanganan lansia dengan penyakit asam urat dilaksanakan saat

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

96

pelaksanaan posbindu setiap bulannya. Kegiatan berupa pengukuran asam urat,


penyuluhan asam urat secara sederhana oleh kader, dan pemberian obat penyakit
asam urat oleh petugas puskesmas bila hadir. Jumlah lansia yang datang ke
Posbindu tidak sesuai dengan jumlah lansia yang ada di setiap RW dengan data
Posbindu dari Puskesmas Cimanggis (2011) menyebutkan jumlah lansia yang ada
di RW 02 adalah 68 orang dengan rata-rata jumlah lansia yang berkunjung ke
Posbindu antara bulan Juni, Juli dan Agustus 2012 adalah 46 orang (67%),
sedangkan jumlah lansia yang ada di RW 07 adalah 51 orang dengan rata-rata
jumlah lansia yang berkunjung ke Posbindu antara bulan Juni, Juli dan Agustus
2012 adalah 40 orang (78%).

Sepuluh orang lansia yang diwawancarai

mengatakan asam urat disebabkan

hanya karena banyak makan jeroan, kacang-kacangan, sayur kangkung, dan buah
durian, empat lansia mengatakan telah melakukan tindakan pencegahan asam urat
agar tidak naik dengan cara mengurangi makan jeroan dan makan gorengan dan
satu orang lansia mengatakan sering memberikan minyak hangat pada sendi yang
sakit. Delapan lansia menyatakan saat melakukan kegiatan sehari-hari terkadang
nyeri atau kaku pada kaki, tangan ataupun bahu, Lima lansia mengatakan
perubahan dari posisi duduk ke posisi berdiri sering terasa sakit di lutut, tiga
lansia menyatakan saat duduk lama sering mangalami kram di kaki, dua lansia
menyatakan telah melakukan olah raga jalan kaki secara rutin dan empat lansia
hanya melakukan tindakan pencegahan asam urat dengan tidak makan jeroan dan
makanan gorengan

Whinshield survey juga dilakukan dengan cara mengobservasi keseluruhan


lingkungan komunitas lansia dengan risiko gangguan mobilitas fisik akibat asam
urat. Kondisi lingkungan di wilayah Kelurahan Cisalak Pasar terdapat beberapa
tempat umum seperti Pasar, lapangan olahraga, supermarket, kolam renang dan
ruko perbelanjaan. Wilayah Cisalak Pasar yang sangat dekat dengan keberadaan
pasar tradisional ini memudahkan lansia untuk memperoleh bahan makanan tinggi
Purin seperti jeroan, ikan laut, durian sayur hijau dan kacang-kacangan. Namun

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

97

kelebihannya, di pasar ini juga dapat ditemukan penjual jahe merah, dimana jahe
merah sendiri cukup sulit ditemukan dipasar-pasar lain seperti Pasar Pal. Jahe
merah dapat digunakan untuk menurunkan intensitas nyeri pada masalah asam
urat.

Penyebaran kuesioner terhadap 87 orang lansia dengan risiko gangguan mobilitas


fisik pada lansia diperoleh kantong permasalahan terjadinya masalah asam urat
pada lansia yaitu di RW 07 (32,2%), RW 02 (19,5%), RW 05 (16,1%) dan RW 03
(14,9%). Data yang diperoleh juga menjelaskan 65,5% lansia memiliki
pengetahuan baik mengenai asam urat; 51,7% lansia memiliki keterampilan yang
baik untuk mengelola masalah asam urat; 54% lansia memiliki sikap yang baik
terhadap pengelolaan masalah asam urat; 95,4% lansia mengalami nyeri sendi;
48,3% lansia tidak memiliki jaminan pelayanan kesehatan. Rata-rata kadar asam
urat lansia pria adalah 9,01mg/dl dan rata-rata kadar asam urat lansia perempuan
adalah 7,89 mg/dl.

Kurangnya pengetahuan lansia dan keluarga tentang pencegahan dan perawatan


masalah asam urat akan berdampak terhadap risiko terjaginya gangguan mobilitas
fisik. Lebih lanjut akan hasil pengkajian akan dianalisis untuk dapat merumuskan
masalah keperawatan yang akan digambarkan dalam skema berikut:

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

95

Skema 4.3 WOC Asuhan Keperawatan Komunitas pada agregat lansia asam urat
Kurangnya pengetahuan, keterampilan dan
sikap dalam penatalaksanaan dan pengelolaan
masalah asam urat

Ketidakefektifan koping komunitas

Pemanfaatan fasilitas pelayanan


kesehatan seperti Posbindu dan
Puskesmas yang masih rendah

Ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan

Kurangnya kemampuan pencegahan


dan penanganan masalah asam urat

Risiko terjadi keterbatasan


pergerakan akibat asam urat

4.3.2. Masalah Pengelolaan Asuhan Keperawatan Komunitas


Asuhan keperawatan komunitas dilakukan untuk mengatasi permasalahan lansia
dengan risiko gangguan mobilitas fisik akibat asam urat. Penyusunan diagnosa
keperawatan komunitas dibuat berdasarkan prioritas masalah yaitu (1)
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada lanjut usia dengan masalah asam
urat di Kelurahan Cisalak Pasar, (2) Risiko keterbatasan gerak

pada lansia

dengan asam urat di Kelurahan Cisalak Pasar. Penapisan masalah keperawatan


komunitas dapat dilihat pada lampiran 3.

4.3.3. Penyelesaian Masalah Pengelolaan Asuhan Keperawatan Komunitas


Masalah I
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada lanjut usia dengan masalah asam
urat di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Depok.

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

96

Tujuan Umum
Pemeliharaan kesehatan pada lanjut usia dengan masalah asam urat di Kelurahan
Cisalak Pasar menjadi efektif
Tujuan Khusus
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 8 bulan diharapkan:
a.

Terjadi peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap lansia tentang


pemantauan kesehatan mandiri dengan menggunakan KPM minimal sebesar
2 kali standar deviasi (nilai rata-rata pretest pengetahuan 8,04 menjadi 11,64;
nilai rata-rata pretest keterampilan 30,29 menjadi 40,97; nilai rata-rata pretest
sikap 8,33 menjadi 12,93).

b.

Terjadi penuruan kadar asam urat pada lansia dengan risiko keterbatasan
gerak akibat asam urat minimal sebesar 2 kali standar deviasi (nilai rata-rata
pretest kadar asam urat pada lansia laki-laki 9,01 mg/dl menjadi 5,57 mg/dl;
nilai rata-rata pretest kadar asam urat pada lansia wanita 7,89 mg/dl menjadi
4,13 mg/dl).

c.

Tersebarnya informasi tentang pengelolaan masalah asam urat secara mandiri


oleh lansia menggunakan KPM.

Rencana Tindakan
(1) Melakukan skreening dan deteksi dini lansia yang terkena asam urat melalui
kegiatan Posbindu, (2) Melakukan pendidikan kesehatan mengenai pencegahan
dan perawatan lansia dengan asam urat, (3) Mensosialisasikan penerapan
pemantauan kesehatan lansia secara mandiri dengan menggunakan KPM, (4)
Penyebarluasaan leaflet, poster, buku pintar lansia asam urat, dan KPM kepada
lansia berisiko gangguan mobilitas fisik akibat asam urat, (5) Membentuk Kebun
Kader yang sebagian besar berisi tanaman obat yang dapat digunakan untuk
mengatasi masalah akibat asam urat.

Pembenaran
Pembinaan kesehatan pada lansia dilakukan melalui upaya promotif dan
preventif. Upaya promotif dilakukan melalui pendidikan kesehatan dan preventif

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

97

dilakukan dengan skreening. Pendidikan kesehatan adalah suatu proses


intelektualisasi yang berhubungan dengan tingkah laku kesehatan sesuai dengan
informasi yang diperoleh agar terjadi peningkatan kesehatan (Notoadmodjo,
2005). Deteksi dini (skreening) perlu dilakukan untuk mengetahui lebih awal
kemungkinan terjadinya masalah kesehatan.

Pelaksanaan
1. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai kesehatan Lansia dengan asam
urat dan perawatannya pada tanggal 30 Oktober 2012 (RW 05), 06 November
2012 (RW 05), 28 November 2012 (RW 02), 19 Februari 2013 (RW 07), 18
Maret 2013 (RW 02), 18 Maret 2013 (RW 02), 19 Maret 2013 (RW 07), 18
April 2013 (RW 02). Pendidikan kesehatan ini dilaksanakan masing-masing
selama 1,5 jam bertempat di Rumah ketua RW, dan Posbindu masing-masing
wilayah. Materi yang diberikan mencakup informasi mengenai penyakit asam
urat, pencegahan dan perawatan asam urat.
2. Pembuatan kebun kader dilakukan pada 12 Februari 2013 (RW 02) bertempat
di rumah Ketua RW 02, dan 13 Februari 2013 (RW 07) bertempat di rumah
Ibu Vera anggota Kepung Lara dengan 30 jumlah tanaman di RW 02 dan 18
tanaman di RW 07. Tanaman yang termasuk ada di kebun kader ini sebagian
besar adalah tanaman yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah asam
urat seperti jahe merah, kunyit putih, binahong, sirsak, salam, daun jarong,
labu siam, rosella, kayu manis, mahkota dewa, timun mas, kumis kucing, jeruk
lemon, dan daun sirih dan juga beberapa tanaman lainnya yang dapat
digunakan untuk mengatasi penyakit lainnya.
3. Melakukan sosialisasi KPM dalam pengelolaan terhadap masalah asam urat
pada 4 Desember 2012 (RW 02 dan RW 07 masing-masing selama 1 jam.
4. Melakukan skreening lansia dengan masalah asam urat dengan melakukan
pemeriksaan kadar asam urat pada tanggal 30 Oktober 2012 (RW 05), 20
November 2012 (RW 07), 28 November 2012 (RW 02) bertempat di Posbindu
masing-masing wilayah.

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

98

Evaluasi
1.

Terjadi peningkatan pengetahuan lansia sebelum dan sesudah kegiatan


pemantauan pengelolaan masalah kesehatan lansia secara mandiri dengan
KPM sebesar 23,5% (rata-rata nilai posttest 10,21). Hasil uji statistik
menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pengetahuan lansia sebelum dan
sesudah kegiatan pemantauan pengelolaan masalah kesehatan lansia secara
mandiri dengan KPM dengan nilai p = 0,000.

2.

Terjadi peningkatan keterampilan lansia sebelum dan sesudah kegiatan


pemantauan pengelolaan masalah kesehatan lansia secara mandiri dengan
KPM sebesar 24,2% (rata-rata nilai posttest 36,98). Hasil uji statistik
menunjukkan ada perbedaan yang signifikan keterampilan lansia sebelum
dan sesudah kegiatan pemantauan pengelolaan masalah kesehatan lansia
secara mandiri dengan KPM dengan nilai p = 0,000.

3.

Terjadi peningkatan sikap lansia sebelum dan sesudah kegiatan pemantauan


pengelolaan masalah kesehatan lansia secara mandiri dengan KPM sebesar
23% (rata-rata nilai posttest 11,26). Hasil uji statistik menunjukkan ada
perbedaan yang signifikan sikap lansia sebelum dan sesudah kegiatan
pemantauan pengelolaan masalah kesehatan lansia secara mandiri dengan
KPM dengan nilai p = 0,000.

4.

Terjadi penurunan kadar asam urat pada lansia sebelum dan setelah
penerapan pemantauan kesehatan mandiri dengan menggunakan KPM.
Penuruan kadar asam urat lansia pria sebesar 1,8 mg/dl (rata-rata kadar asam
urat posttest 7,21 mg/dl) dan penurunan kadar asam urat pada lansia wanita
sebesar 1,73 mg/dl (rata-rata kadar asam urat posttest 6,16 mg/dl. Hasil uji
statistik menunjukkan ada perbedaan yang signifikan kadar asam urat lansia
pria dan wanita sebelum dan sesudah kegiatan pemantauan pengelolaan
masalah kesehatan lansia secara mandiri dengan KPM dengan nilai p=0,000.

5.

Tersebarnya leaflet (asam urat dan perawatannya, pencegahan jatuh, cara


menolong lansia yang jatuh, KPM) masing-masing leaflet sebanyak 350
eksemplar, buku pintar lansia sebanyak 350 buah dan poster mengenai
latihan gerak sendi masing-masing sebanyak 400 eksemplar tentang

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

99

perawatan kesehatan lansia dengan asam urat di RW kelolaan utama yaitu


RW 02 dan 07 serta RW lain yaitu RW 01, 03, 04, 05, 06, 08 dan juga pada
guru di sekolah SDN Cisalak Pasar 3.

Rencana Tindak lanjut


Rencana tindak lanjut bagi agregat lansia adalah (1) Pendidikan kesehatan
tentang pencegahan dan perawatan kesehatan lansia dengan asam urat dilakukan
sebulan sekali pada saat kegiatan Posbindu yang didampingi oleh Pembina
kelurahan dari Puskesmas Cimanggis, (2) Membuat kesepakatan dengan kader
dilakukannya pemantauan pengelolaan kesehatan lansia secara mandiri dengan
KPM sebulan sekali, (3) Memperbanyak media seperti leaflet dan poster untuk
disebarkan ke RW yang belum mendapatkan informasi, (4) Koordinasi dengan
pembina kelurahan dari Puskesmas Cimanggis untuk melakukan pendampingan
terhadap kader dalam pencegahan dan perawatan kesehatan lansia dengan asam
urat dilakukan sebulan sekali pada saat kegiatan Posbindu.

Masalah II
Risiko keterbatasan gerak pada lansia dengan asam urat di Kelurahan Cisalak
Pasar.
Tujuan Umum
Tidak terjadinya keterbatasan gerak pada lansia dengan asam urat di Kelurahan
Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
Tujuan Khusus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 8 bulan diharapkan diharapkan:
a.

Terjadi peningkatan pengetahuan dan keterampilan lansia mengenai


pentingnya latihan gerak sendi

b.

Terjadi peningkatan pengetahuan lansia dan keterampilan mengenai


pencegahan jatuh

c.

Terjadi penuruan skala nyeri pada lansia dengan risiko keterbatasan gerak
akibat asam urat sebesar 2 kali standar deviasi (nilai rata-rata pretest skala
nyeri 7,03 menjadi 9,33)

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

100

d.

Terjadi penuruan frekuensi nyeri pada lansia dengan risiko keterbatasan


gerak akibat asam urat

e.

Tersebarnya informasi tentang latihan gerak sendi dan pencegahan jatuh


pada lansia

Rencana Tindakan
(1) Melakukan pendidikan kesehatan mengenai pencegahan dan perawatan lansia
risiko keterbatasan gerak melalui kegiatan pencegahan jatuh, latihan gerak sendi,
dan pemanfaatan terapi komplementer dengan jahe merah untuk kompres pada
persendian, (2) Melakukan melakukan demonstrasi mengenai pencegahan dan
perawatan lansia risiko keterbatasan gerak melalui kegiatan pencegahan jatuh,
latihan gerak sendi, dan pemanfaatan terapi komplementer dengan jahe merah
untuk kompres pada persendia, (3) Penyebarluasaan media informasi berupa
leaflet dan postermengenai pencegahan dan perawatan pada lansia dengan risiko
keterbatasan gerak, (4) Bekerja sama dengan kelompok pendukung untuk
pemberian informasi kepada lansia melalui upaya pendidikan kesehatan dan
demostrasi setiap kegiatan Posbindu.

Pembenaran
Pemberian pengetahuan dan keterampilan kepada lansia dalam upaya
menurunkan risiko terjadinya gangguan mobilitas fisik sangat tepat. Penelitian
yang dilakukan oleh Sari, Efendi dan Dian (2012) menjelaskan bahwa pemberian
informasi kesehatan menggunakan metode simulasi sangat baik dalam merubah
perilaku seseorang. Pelibatan kelompok pendukung dalam melakukan pemberian
informasi merupakan suatu upaya pemberdayaan masyarakat. Permendagri RI
Nomor 7 Tahun 2007 tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat menjelaskan
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu strategi yang digunakan dalam
pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk mewujudkan kemampuan dan
kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kader
merupakan anggota masyarakat yang berdomisili diwilayah setempat yang
memiliki

sosialisme

tinggi

dalam

meningkatkan

kesehatan

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

masyarakat

Universitas Indonesia

101

diwilayahnya. Oleh karena itu, masyarakat atau lansia yang ada diwilayah
tersebut akan lebih mudah menyerap informasi dari orang terdekat karena sudah
timbul rasa kedekatan.

Pelaksanaan
1. Memberikan pendidikan kesehatan
mengenai

dan demonstrasi perawatan kesehatan

pencegahan jatuh, latihan gerak sendi, dan pemanfaatan terapi

komplementer dengan jahe merah untuk kompres pada persendian pada


tanggal 13 Desember 2012 (RW 02),18 Maret 2013 (RW2), 26 desember 2012
(RW 07), dan promkes nyeri 19 desember 2012 (RW 07).
2. Membuat dan mendistribusikan buku pintar lansia yang berisi tentang
perawatan kesehatan pada lansia dengan risiko gangguan mobilitas fisik.
3. Menyebarkan media informasi berupa leaflet dan poster untuk mencapai
sasaran yang lebih luas.
4. Melakukan penilaian terhadap tingkat dan frekuensi nyeri pada lansia dengan
risiko gangguan mobilitas fisik
5. Melakukan pemantauan terhadap gerakan latihan fisik secara benar pada
kelompok lansia yang dikelola dengan KPM setiap minggu

Evaluasi
1. Terjadi peningkatan pengetahuan lansia mengenai pentingnya latihan gerak
sendi dalam mencegah kekakuan sendi (rerata nilai pretest 63,2 menjadi 73,2)
2. Terjadi peningkatan pengetahuan lansia mengenai pencegahan jatuh dalam
mencegah risiko gangguan mobilitas fisik (rerata nilai pretest 59,8 menjadi
75,2)
3. Terjadi penurunan rerata skala nyeri sebelum dan sesudah penerapan
pemantauan kesehatan mandiri dengan menggunakan KPM sebesar 2,22 (ratarata posttest 4,81). Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan yang
signifikan skala nyeri lansia sebelum dan sesudah kegiatan pemantauan
pengelolaan masalah kesehatan lansia secara mandiri dengan KPM dengan
nilai p = 0,000.

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

102

4. Terjadi penurunan frekuensi nyeri sebelum dan sesudah penerapan


pemantauan kesehatan mandiri dengan menggunakan KPM dari 34,5%
menjadi 17,2% lansia mengalami nyeri setiap 1 kali sehari dan 12,6% menjadi
6,9% lansia mengalami nyeri lebih dari 2 kali sehari.
5. Tersebarnya leaflet (asam urat dan perawatannya, pencegahan jatuh, cara
menolong lansia yang jatuh, KPM) masing-masing leaflet sebanyak 350
eksemplar, buku pintar lansia sebanyak 350 buah dan poster mengenai latihan
gerak sendi masing-masing sebanyak 400 eksemplar tentang perawatan
kesehatan lansia dengan asam urat di RW kelolaan utama yaitu RW 02 dan 07
serta RW lain yaitu RW 01, 03, 04, 05, 06, 08 dan juga pada guru di sekolah
SDN Cisalak Pasar 3.

Rencana Tindak Lanjut


Rencana tindak lanjut bagi agregat lansia adalah (1) Melakukan pendidikan
kesehatan secara rutin setiap kegiatan Posbindu mengenai pencegahan dan
perawatan risiko gangguan mobilitas fisik pada lansia, (2) Kader anggota kepung
Lara dapat melanjutkan pembinaan pencegahan dan perawatan risiko gangguan
mobilitas fisik pada lansia dengan mengajarkan kepada keluarga yang merawat
lansia, (3) Memperbanyak media seperti leaflet dan poster untuk disebarkan ke
RW yang belum mendapatkan informasi.

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

BAB 5
PEMBAHASAN

Bab 5 akan menguraikan hasil pengelolaan pelayanan manajemen keperawatan,


asuhan keperawatan keluarga dan asuhan keperawatan komunitas serta
kesenjangan data yang ditemukan selama melakukan praktik keperawatan
komunitas.

5.1 Analisis Pencapaian dan Kesenjangan


5.1.1 Pelayanan keperawatan komunitas pada aggregate lansia dengan asam
urat.
Komitmen pemerintah untuk memberikan perhatian terhadap lanjut usia telah
berlangsung sejak empat puluhan tahun yang lalu, dengan ditetapkannya UndangUndang RI No 4 Tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan Penghidupan orang
Jompo, agar pemerintah, Organisasi Sosial/LSM swasta dan keluarga mempuyai
pedoman dan rujukan yang sama tentang pembinaan kesejahteraan lanjut usia
dengan dasar UUD 45 pasal 28 H bahwa setiap orang berhak atas jaminan sosial
yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermartabat (Sepriyan, 2007). Setelah itu muncul berbagai perundang-undangan,
keputusan, peraturan dan kebijakan yang mengatur tentang lansia di Indonesia
yang mengarah pada upaya meningkatkan kesehatan lansia antara lain UU No.
13/98 tentang kesejahteraan Lansia , UU No. 40/2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional khususnya yang menyangkut jaminan sosial bagi Lansia, UU. No.
11/2009 tentang kesejahteraan social, Keppres 52/2004 tentang Komnas Lansia,
Permendagri No.60/2008 tentang pembentukan Komda Lansia dan pemberdayaan
masyarakat dan RAN 2003 dan 2008 tentang Kesejahteraan Sosial Lansia
(Muliawati, 2011).

Wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada kelompok lansia, pemerintah
telah mencanangkan pelayanan pada lansia melalui beberapa jenjang. Pelayanan
kesehatan di tingkat masyarakat adalah Posyandu lansia (Posbindu), pelayanan

103

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

104

kesehatan lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat
lanjutan adalah Rumah Sakit dengan payungnya adalah Dinas kesehatan. Upaya
pelayanan kesehatan paripurna dasar dan menyeluruh yang dilakukan meliputi
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Selain itu program program
pelayanan kesehatan bagi lansia telah disusun dan dikembangkan seperti
pengembangan puskesmas santun lansia, pembinaan Posbindu Lansia dengan
kegiatan promotif preventif diantaranya senam lansia, peningkatan gizi dan
penyuluhan-penyuluhan PHBS. Sedangkan, program kesehatan yang khusus
ditujukan bagi lansia dengan masalah asam urat masih terbatas pada penyuluhan
kesehatan yang tergabung dalam penyakit tidak menular (PTM).

Pembuatan dan pengelolaan program pelayanan kesehatan yang diperuntukkan


bagi lansia hendaknya sesuai dengan kebutuhan lansia. Upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan pembuat dan
pengelola program di setiap jenjang administrasi institusi yankes adalah dengan
peningkatan koordinasi dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
pelayanan kesehatan lansia baik lintas sektor maupun lintas program;
pengembangkan program-program komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) baik
media cetak, media elektronik, media tradisional dan interpersonal; dan pelatihanpelatihan terkait pembuatan dan pengelolaan program (Hasibuan & Atmadja,
2006).

Pengelolaan pelayanan keperawatan komunitas pada aggregate lansia dengan


gangguan mobilisasi akibat penyakit asam urat menggunakan pendekatan
manajemen yang efektif dari fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
dan pengawasan memberikan dampak positif dalam upaya penyelesaian masalah
tersebut (Maglaya, 2004). Tingginya jumlah lansia yang mengalami masalah asam
urat di wilayah kelurahan Cisalak Pasar dan kurangnya pengetahuan masyarakat
baik lansia, keluarga dan kader terhadap masalah asam urat, maka penulis
mengembangkan suatu bentuk intervensi pemantauan mandiri kesehatan lansia
dengan asam urat yang belum pernah dibuat di Indonesia dengan merujuk kepada

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

105

Program ASMP yang dikembangkan di Amerika dan KMS Lansia yang telah
dikeluarkan oleh pemerintah yang diberikan nama Kartu Pemantauan Mandiri
Lansia Asam Urat (KPM).

Hasil dari penerapan pelaksanaan pemantauan kesehatan yang dilakukan lansia


secara mandiri menggunakan KPM ini mendapatkan hasil yang baik, dimana
terjadi peningkatan pengetahuan lansia mengenai pencegahan dan perawatan
masalah asam urat sebesar 12,2%, peningkatan keterampilan untuk pencegahan
dan perawatan masalah asam urat sebesar 21,1%, dan peningkatan sikap sebesar
20%. Hasil uji analisis hubungn diperoleh bahwa nilai p adalah 0.000 yang berarti
ada perbedaan pengetahuan lansia sebelum dan setelah diberikan informasi
mengenai pemantauan kesehatan lansia asam urat dengan menggunakan KPM.
KPM ini merupakan suatu alat bantu yang berisi tentang riwayat kesehatan lansia
dengan asam urat dan penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah kesehatan lansia. Harapannya, ketika lansia membaca KPM ini, mereka
mengetahui mengenai kondisi kesehatannya dan secara aktif mampu melakukan
pencegahan dan perawatan terhadap masalah kesehatannya dengan merujuk
kepada pedoman penatalaksanaan yang juga terdapat pada KPM ini.

Faktor pendukung keberhasilan penerapan pemantauan kesehatan lansia secara


mandiri menggunakan KPM ini adalah dengan dibentuknya kelompok pedukung
kader lansia asam urat (Kepung Lara) yang berfungsi sebagai kolega residen
dalam mengelola lansia yang mengalami masalah asam urat menggunakan KPM
dalam lingkup yang luas. Bensley dan Fisher (2009) menjelaskan kelompok
pendukung merupakan kelompok terstruktur yang terdiri dari beberapa orang
dimana para anggotanya memiliki komitmen untuk menyelesaikan satu masalah,
tugas atau tema khusus dan menggabungkan pendekatan mereka dari segi
pendidikan maupun interpersonal.

Pembentukan kelompok pendukung merupakan sebuah strategi intervensi


pemberdayaan dalam pemberian promosi kesehatan kepada masyarakat.

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

106

Sumodiningrat (1999) menjelaskan bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan


upaya untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi kemampuan yang
mereka miliki. Adapun pemberdayaan masyarakat senantiasa menyangkut dua
kelompok yang saling terkait, yaitu masyarakat sebagai pihak yang diberdayakan dan
pihak yang menaruh kepedulian sebagai pihak yang memberdayakan. Huber (2006),

fungsi pengorganisasian sangat erat kaitannya dengan fungsi perencanaan,


kegagalan perencanaan untuk mengidentifikasi anggaran dan sumberdaya yang
dibutuhkan untuk menjalankan proses, dapat menggangu fungsi pengorganisasian
dan mempengaruhi keberhasilan dalam mencapai tujuan.

Hasil analisis setelah kader memperoleh informasi mengenai penerapan KPM


dalam memantau kesehatan lansia dengan asam urat secara mandiri diperoleh
rata-rata pengetahuan yang dimiliki kader terkait pemantauan menggunakan
KPM, dan informasi mengenai asam urat dan penatalaksanaannya adalah 100%,
keterampilan yang dimiliki adalah 88,9% dan sikap yang dimiliki adalah 77,8%.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan pengetahuan, keterampilan
dan sikap yang dimiliki kader terhadap pengelolaan risiko gangguan pergerakan
akibat asam urat pada lansia sebelum dan setelah penerapan KPM dengan nilai
p=0,000. Kelompok pendukung memiliki fungsi untuk mengelola masalah
kesehatan lansia dengan asam urat. Agar kelompok pendukung ini mampu
untukmenjalankan peran dan fungsinya secara optimal maka sebelum mereka
mengelola lansia dengan masalah asam urat, mereka terlebih dahulu dibekali
dengan pengetahuan dan pengalaman terkait cara pencegahan dan perawatan
lansia dengan asam urat dengan diadakannya pelatihan kader. Tindak lanjut dari
kegiatan ini adalah dibentuknya struktur organisasi Kepung Lara dan pembekalan
keterampilan dalam mengelola dan memantau masalah kesehatan lansia dengan
asam urat.

Keberhasilan kepung lara dalam meningkatkan kemandirian lansia dalam


mengelola dan memantau masalah kesehatannya perlu mendapatkan perhatian
dari Pihak Puskesmas. Clark, 2003 (2003) mengatakan bahwa pemberian reward

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

107

perlu

dilakukan

Pendampingan,

untuk

mempertahankan

pengarahan

dan

sebuah

pelatihan

perilaku

perlu

yang

dilakukan

baik.
secara

berkesinambungan oleh Puskesmas maupun Dinas Kesehatan sebagai pemegang


kebijakan program untuk meningkatkan kemampuan kadaer dan meningkatkan
motivasi kerja.

Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah manajemen pelayanan


kesehatan adalah melakukan pelatihan kader terkait pengelolaan dan perawatan
masalah asam urat serta sosialisasi KPM dalam memandirikan lansia mengelola
kesehatannya. Hasil uji statistik yang diperoleh pada pelaksanaan pelatihan kader
terjadi peningkatan pengetahuan kader terhadap pengelolaan masalah lansia
dengan asam urat sebesar 17,4% dengan rata-rata hasil pretest 68,50 menjadi
82,94. Hasil pelatihan ini menunjukkan peningkatan pengetahuan yang bermakna
terhadap informasi yang dimiliki oleh kader. Depkes RI (1993) mendefinisikan
kader adalah seseorang yang karena kecakapannya atau kemampuannya diangkat,
dipilih atau ditunjuk untuk mengambil peran dalam kegiatan kesehatan.

Intervensi lain yang dilakukan adalah pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan


pemantauan masalah kesehatan pada lansia menggunakan KPM oleh kader dan
keluarga. Kader dan keluarga merupakan salah satu bagian dari support system
yang dimiliki lansia untuk meningkatkan kesehatannya. Keluarga merupakan
entry point dalam perawatan dan pengelolaan masalah kesehatan lansia di rumah
karena keluarga merupakan sistem pendukung yang paling penting untuk lansia,
sedangkan kader merupakan anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
untuk mengelola masalah kesehatan. Selain itu dalam pelaksanaan pengelolaan
masalah kesehatan lansia dengan KPM perlu dilakukan pendampingan oleh
tenaga kesehatan. Undang-undang No.23 Tahun 1992 menjelaskan tenaga
kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu dan memiliki kewenangan untuk melakukan
upaya kesehatan.

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

108

Evaluasi

terhadap

pelaksanaan

program

inovasi

dilakukan

dengan

penyelenggaraan Lokakarya Mini Kesehatan yang dilakukan secara bertahap yang


dihadiri oleh kader, Dinas Kesehatan, Puskesmas Cimanggis, Kecamatan
Cimanggis dan Kelurahan Cisalak Pasar. Lokakarya Mini Kesehatan di Kelurahan
Cisalak Pasar tanggal 4 November 2012, dihadiri oleh sebanyak 48 orang
(kehadiran 85%). Lokakarya ini bertujuan memberikan gambaran kegiatan yang
sudah dilaksanakan dan rencana tindak lanjut yang akan dilaksanakan sampai
bulan April 2012. Hasilnya adalah dilakukan pembinaan dan supervisi terkait
pelaksanaan kegiatan kelompok pendukung dalam memantau kesehatan lansia
dengan KPM. Lokakarya Mini Kesehatan di Kecamatan Cimanggis tanggal 12
Juni 2013 dan hadir sebanyak 54 orang berasal dari unsur masyarakat, tokoh
masyarakat, Dinas Kesehatan, Puskesmas, Kecamatan Cimanggis, PKK
Kelurahan. Tujuan dari Lokakarya Mini Kesehatan ini sebagai bentuk laporan
akhir kegiatan praktik kepada pihak-pihak terkait dari

mahasiswa residensi

spesialis dalam melaksanakan implementasi keperawatan komunitas di wilayah


Kelurahan Cisalak Pasar.

Rencana tindak lanjut yang disepakati pada evaluasi akhir kegiatan antara lain: (1)
bagi kader sebagai kelompok pendukung, kegiatan kelompok pendukung lansia
asam urat (Kepung Lara) dilakukan sebulan sekali bersamaan dengan kegiatan
Posbindu, pemantauan penerapan KPM dilakukan kader satu bulan sekali,
pendampingan langsung pada lansia dalam pengelolaan masalah asam urat,
pendidikan kesehatan tentang asam urat dilakukan setiap pertemuan Posbindu
dan menempelkan leaflet dan poster promosi kesehatan mengenai asam urat di
tempat-tempat umum di masing-masing wilayah RT yang sering dikunjungi
lansia; (2) Bagi Puskesmas adalah memotivasi keaktifan anggota Kepung Lara
dalam mengelola masalah kesehatan lansia dan KPM, mensupervisi kegiatan
pengelolaan KPM yang dilakukan oleh kader sebulan sekali melalui kegiatan
Posbindu, dan melakukan pembinaan dan evaluasi kegiatan Kepung Lara terhadap
pemantauan kesehatan lansia dengna asam urat; (3) Bagi Dinas kesehatan adalah

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

109

mengadakan kegiatan penyegaran dan pelatihan kader secara kontinu terkait


pengelolaan masalah asam urat, mengadaan poster dan leaflet tentang pengelolaan
masalah asam urat dan mengembangkan program pengelolaan mandiri kesehatan
lansia dengan asam urat melalui model pencatatan pemantauan kesehatan berkala
yaitu KPM.

Hambatan dalam pelaksanaan kegiatan ini yang terjadi adalah kader merupakan
tenaga sosial yang dalam pelaksanaan kegiatannya mengelola kesehatan
masyarakat tidak memperoleh penghasilan. Prinsip pendanaan setiap kegiatan
yang dimotori oleh kader adalah swadana. Hal ini menimbulkan kesulitan, apabila
distribusi KPM yang diberikan oleh penulis habis, maka kader perlu untuk
mengadakan penggandaan KPM. Pengadaan ini membutuhkan biaya yang tidak
murah. Oleh karena itu Puskesmas dan Dinas Kesehatan perlu mendukung dengan
memberikan anggaran dana bagi kegiatan ini.

5.1.2 Asuhan Keperawatan Keluarga


Friedman (2003) menjelaskan keluarga merupakan subsistem dari komunitas dan
penerapan asuhan keperawatan berfokus pada keluarga sebagai klien yang
memiliki beberapa anggota keluarga, Asuhan keperawatan dilakukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan seluruh anggota keluarga dengan menggunakan
preventif primer, sekunder maupun tersier. Pemberian intervensi asuhan
keperawatan keluarga pada agregat lansia dengan gangguan mobilisasi akibat
penyakit asam urat berfokus pada keluhan yang dialami atau kebutuhan lansia
dengan penyakit asam urat seperti penatalaksanaan latihan gerak sendi (ROM),
pencegahan jatuh, pengaturan diet, pembuatan ramuan tradisional, pendidikan
kesehatan dan terapi komplementer dengan kompres jahe merah.

Asuhan keperawatan keluarga dilakukan oleh residen terhadap 10 keluarga binaan


keluarga dengan lansia risiko gangguan mobilitas fisik akibat asam urat di
Kelurahan

Cisalak Pasar

Kecamatan Cimanggis

Kota Depok.

Asuhan

keperawatan keluarga dilakukan dengan kunjungan rumah yang dilakukan

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

110

minimal 1 kali seminggu. Asuhan keperawatan keluarga dilaksanakan untuk 10


keluarga selama 8 bulan mulai dari bulan Oktober 2012 - Desember 2012 dan
Februari 2013April 2013. Asuhan keperawatan dilaksanakan dimulai dari
pengkajian, merumuskan diagnosis keperawatan, menyusun rencana tindakan,
melakukan implementasi, dan melakukan evaluasi terhadap intervensi yang
diberikan.

Pengkajian dilakukan pada 10 keluarga dengan lansia asam urat memunculkan 2


diagnosa keperawatan keluarga utama, yaitu pemeliharaan kesehatan tidak efektif
pada lansia di keluarga dalam penatalaksanaan masalah asam urat dan risiko jatuh
pada lansia di keluarga.

Masalah keperawatan keluarga utama yaitu pemeliharaan kesehatan tidak efektif


pada lansia disebabkan karena minimnya informasi yang diperoleh mengenai
maslah asam urat dan penatalaksanaannya. Bentuk intervensi pemeliharaan
kesehatan yang dilakukan keluarga dan lansia adalah dengan menerapkan gaya
hidup sehat yaitu makan makanan rendah purin. Penelitian yang dilakukan oleh
Herlianti (2000) menyatakan bahwa mengkonsumsi makanan yang mengandung
purin lebih dari 200 mg/hr akan meningkatkan risiko hiperurisemia tiga kali lebih
besar dibandingkan yang tidak mengkonsumsi purin. Selain itu yang perlu
dilakukan dalam pelaksanaan gaya hidup sehat menurut Mahan dan Escott-Stump
(2000) adalah olah raga teratur atau melakukan pergerakan ROM (Range of
Motion); minum air putih minimal sebanyak 2,5 liter atau 10 gelas sehari;
Menkonsumsi vitamin A dan C yang terdapat dalam buah dan sayur; tidak minum
alkohol; dan menjaga berat badan ideal.

Masalah keperawatan kedua terkait risiko jatuh pada lansia disebabkan karena
kekakuan pada persendian, nyeri akibat penumpukan kristal asam urat di
persendian dan penurunan fisiologis pada sistem muskuloskletal lansia sehingga
meningkatkan risiko kejadian jatuh. Untuk mencegah terjadinya jatuh pada lansia
maka intervensi yang diberikan meliputi pemahaman tentang jatuh, cara

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

111

pencegahan jatuh dan cara menolong diri sendiri ketika jatuh agar dapat
melakukan perubahan posisi dari jatuh ke posisi ideal tubuh sehingga tidak terjadi
kontraktur. Selain itu bagi keluarga juga diajarkan pengetahuan dan pengalaman
yang sama dan ditambah jugga dengan intervensi cara menolong lansia yang
yatuh. Tujuan pertolongan ini diajarkan kepada keluarga adalah agar tidak terjadi
dislokasi sendi jika pertolongan dilakukan dengan tidak tepat dengan memegang
anggota gerak yang bermasalah.

Hasil evaluasi yang diperoleh setelah dilakukan intervensi pada 10 keluarga


kelolaan adalah lansia, keluarga dan caregiver dapat menjelaskan tentang
pencegahan masalah asam urat, mampu menjelaskan mengenai penggunaan KPM
dalam mengelola kesehatan lansia dengan masalah asam urat. Penilaian dari segi
keterampilan dilihat dari kemampuan lansia, keluarga dan caregiver dalam
meredemonstrasikan keterampilan perawatan sederhana yang dilakukan bagi
lansia dengan masalah asam urat dengan hasil mampu mendemostrasikan dengan
benar perawatan pada masalah asam urat. Rata-rata skala nyeri menurun sebesar
2,7 (skala 6,4 menjadi 3,7) dan frekuensi nyeri yang dialami lansia yang
mengalami asam urat mengalami penurunan dari rata-rata nyeri muncul setiap 1
kali sehari menjadi nyeri muncul 3-5 hari sekali; dan rata-rata kadar asam urat
juga mengalami penurunan yaitu pada lansia wanita sebesar 4,1 mg/dl (10 mg/dl
menjadi 5,9 mg/dl) dan lansia pria sebesar 3,4 mg/dl (9,9 mg/dl menjadi 6,5
mg/dl) dan selama 8 bulan tindakan keperawatan tidak terjadi jatuh pada lansia.
Pada tahap terminasi terhadap masing-masing keluarga kelolaan, terdapat 2
keluarga yang masih memiliki tingkat kemandirian III dan 8 keluarga lansia telah
memiliki tingkat kemandirian IV.

Tingkat kemandirian keluarga diukur melalui 7 aspek dalam pelaksanaan tindakan


keperawatan keluarga, yaitu (1) penerimaan keluarga terhadap petugas kesehatan
dan pengetahuan keluarga tentang lansia asam urat. (2) penerimaan keluarga
untuk memutuskan tindakan keperawatan pada lansia asam urat. (3) mampu
mengungkapkan permasalahan yang dihadapi keluarga (4) keluarga mampu

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

112

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan seperti Posbindu atau Puskesmas. (5)


Keluarga melakukan tindakan keperawatan sesuai anjuran perawat termasuk
terapi modalitas. (6) Keluarga mampu mengambil keputusan yang tetap untuk
mengatasi masalah lansia dengan asam urat. (7) Keluarga mampu meningkatkan
status kesehatannya melalui tindakan promotif (DepKes 2006).

Hambatan yang terjadi saat pelaksanaan intervensi keperawatan keluarga adalah,


seringkali lansia hanya tinggal sendiri dirumah atau hanya dengan pasangan
sesama lansia. Anggota keluarga biasanya bekerja. Hambatannya bila dilakukan
adalah lansia secara fisiologis telah mengalami penurunan pendengaran,
penglihatan dan daya ingat sehingga memungkinkan informasi yang diberikan
tidak tersampaikan dengan baik. Fungsi keluarga sebenarnya adalah membantu
lansia mengidentifikasi informasi yang diberikan secara tepat. Untuk mengatasi
masalah tersebut alternatif yang dilakukan adalah dengan meninggalkan media
informasi berupa leaflet dan poster untuk angggota keluarga yang lain agar
mereka tetap memperoleh informasi yang sama seperti lansia sehingga mereka
tetap mampu untuk memberikan arahan dan motivasi lansia terkait masalah
kesehatan yang dialami, dan alternatif kedua adalah dengan melibatkan kader di
RT setempat, dengan tujuan kader akan dapat meneruskan informasi kepada
keluarga dan kader mampu melakukan bimbingan terhadap kesehatan lansia.

5.1.3 Asuhan Keperawatan Komunitas


Asuhan keperawatan komunitas pada agregat lansia dengan masalah asam urat di
Kelurahan Cisalak Pasar difokuskan untuk mengatasi dua diagnosa keperawatan
komunitas utama yaitu1) Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada lanjut
usia dengan masalah asam urat di Kelurahan Cisalak Pasar, (2) Risiko
keterbatasan gerak pada lansia dengan asam urat di Kelurahan Cisalak Pasar.

Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut


antara lain (1) Melakukan skreening dan deteksi dini lansia yang terkena asam
urat melalui kegiatan Posbindu, (2) Melakukan pendidikan kesehatan mengenai

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

113

pencegahan dan perawatan lansia dengna asam urat, (3) Mensosialisasikan


penerapan pemantauan kesehatan lansia secara mandiri dengan menggunakan
KPM, (4) Penyebarluasaan leaflet, poster, buku pintar lansia asam urat, dan KPM
kepada lansia berisiko gangguan mobilitas fisik akibat asam urat, (5) membentuk
Kebun Kader yang sebagian besar berisi tanaman obat yang dapat digunakan
untuk mengatasi masalah akibat asam urat seperti jahe merah, kunyit putih,
binahong, sirsak, salam, daun jarong, labu siam, rosella, kayu manis, mahkota
dewa, timun mas, kumis kucing, jeruk lemon, dan daun sirih dan juga beberapa
tanaman lainnya yang dapat digunakan untuk mengatasi penyakit lainnya, (6)
melakukan pendidikan kesehatan mengenai pencegahan dan perawatan lansia
risiko keterbatasan gerak melalui kegiatan pencegahan jatuh, latihan gerak sendi,
dan pemanfaatan terapi komplementer dengan jahe merah untuk kompres pada
persendian, (7) melakukan melakukan demonstrasi mengenai pencegahan dan
perawatan lansia risiko keterbatasan gerak melalui kegiatan pencegahan jatuh,
latihan gerak sendi, dan pemanfaatan terapi komplementer dengan jahe merah
untuk kompres pada persendia, (8) penyebarluasaan media informasi berupa
leaflet dan poster mengenai pencegahan dan perawatan pada lansia dengan risiko
keterbatasan gerak, (9) Bekerja sama dengan kelompok pendukung untuk
pemberian informasi kepada lansia melalui upaya pendidikan kesehatan dan
demostrasi setiap kegiatan Posbindu.

Hasil dari pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan pemantauan kesehatan lansia


secara mandiri dengan menggunakan KPM adalah terjadi peningkatan
pengetahuan lansia mengenai masalah asam urat dan perawatannya sebesar
23,5%; terjadi peningkatan keterampilan lansia mengenai masalah asam urat dan
perawatannya sebesar 24,2%; terjadi peningkatan sikap lansia mengenai masalah
asam urat dan perawatannya sebesar 23%. Notoatmodjo (2010) menjelaskan
bahwa tahapan seseorang untuk merubah perilakunya adalah dimulai dari adanya
informasi yang diperoleh sebagai sumber pengetahuan, memahami informasi yang
telah diperoleh, dan menerapkan informasi yang telah diperolehnya dalam
kehidupan sehari-hari sehingga menjadi kebiasaan. Green (1980) menjelaskan

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

114

bahwa

pengetahuan

yang berupa

informasi

merupakan

faktor

penting

terbentuknya perilaku. Apabila, pengetahuan yang lansia tentang penatalaksanaan


dan pengelolaan masalah asam urat baik maka perilakunya pun mengarah untuk
melakukan perawatan dan pengendalian terhadap faktor risiko masalah asam urat.

Penerapan intervensi keperawatan komunitas ini dilakukan bersama dengan kader


kelompok pendukung. Dukungan dan kerjasama (partnership) dari Dinas
kesehatan, pembina kelurahan dari Puskesmas Cimanggis dan aparatur
pemerintah setempat sangat menjamin kelancaran dalam penerapan asuhan
keperawatan pada tatanan komunitas, peningkatan minat dan motivasi lansia
dalam untuk menjalani proses perawatan kesehatan.

Rata-rata kadar asam urat lansia laki-laki sebelum penatalaksanaan adalah


9,01mg/dl dan setelah intervensi adalah 7,21 mg/dl. Terjadi penurunan rerata
kadar asam urat sebesar 1,80 mg/dl. Rata-rata kadar asam urat lansia wanita
sebelum penatalaksanaan adalah 7,89 mg/dl dan setelah intervensi adalah 6,16
mg/dl. Terjadi penurunan rerata kadar asam urat sebesar 1,74 mg/dl. Meskipun
sudah terjadi penurunan kadar asam urat pada lansia karena penerapan
penatalaksanaan dan pemantauan terhadap kesehatan, namun kadar asam urat baik
lansia laki-laki maupun wanita masih termasuk kadar asam urat tidak normal. Hal
ini disebabkan karena untuk merubah gaya hidup seseorang untuk berperilaku
baik dalam mengelola kesehatan membutuhkan waktu yang lama. Notoatmodjo,
(2005) menjelaskan untuk merubah atau memotivasi seseorang agar menerima
perilaku dan kebiasaan baru bukanlah hal yang mudah dan cepat tetapi tergantung
pada keuntungan apa yang diperoleh dengan merubah pendapatannya dan dengan
menerima perilaku baru itu, dia tidak tersisih dari kelompok.

Proses perubahan perilaku akan menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan


dan sikap mental, sehingga mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan
perubahan-perubahan dalam usaha peningkatan kualitas kesehatan (Luice, 2005).
Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merubah perilakunya adalah

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

115

pikiran dan perasaan; narasumber dari orang yang berarti bagi kita; sumber daya
meliputi sarana, dana, waktu, tenaga, pelayanan, lokasi, ketrampilan dan bahan
dan budaya (Notoatmodjo, 2005). Hasil evaluasi tersebut menunjukkan bahwa
pelaksanaan kegiatan komunitas dalam pengelolaan dan pemantauan masalah
kesehatan lansia dengan menggunakan KPM merupakan intervensi yang efektif
untuk menyelesaikan masalah kesehatan komunitas pada agregat lansia dengan
asam urat di Kelurahan Cisalak Pasar Kota Depok.

Hambatan dalam pelaksanaan pengelolaan masalah kesehatan lansia dengan asam


urat adalah (1) Posisi wilayah Kelurahan Cisalak Pasar yang terletak dekat
dengan pasar, memudahkan lansia untuk memperoleh bahan makanan tinggi
purin, (2) Kesadaran masyarakat terhadap penanggulangan masalah asam urat
masih rendah karena dianggap bukan sebagai penyakit yang dapat membawa
kematian secara langsung dibandingkan dengan asam urat, (3) setiap kegiatan
beberapa lansia harus dijemput satu persatu bagi lansia yang kurang motivasi dan
bagi lansia yang kesulitan berjalan namun memiliki motivasi tinggi, (4) Lansia
yang secara fisiologis telah mengalami penurunan penglihatan, pendengaran dan
daya ingat yang memungkinkan kesalahan penerjemahan informasi, (5) Tidak
semua kader dapat ikut serta dalam setiap kegiatan komunitas yang dilaksanakan,
hal ini karena kader memiliki banyak kegiatan selain kegiatan Posbindu, kader
juga kadang merangkap menjadi kader Posbindu dan juga adanya kegiatan
pribadi.

Faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah (1) meskipun tidak
semua kader hadir dalam setiap kegiatan, ada kader tetap yang selalu hadir dalam
setiap kegiatan sehingga informasi yang tersampaikan tidak terputus, (2)
Penerimaan dari Ketua RW dan RT setempat yang sangat baik sehingga
mmemudahkan untuk melakukan koordinasi kegiatan, (3) Antusiasme dan
dukungan yang tinggi dari Ketua Posbindu dan kader untuk meningkatkan
kesehatan lansia, (4) Kemudahan akses jalan menuju tempat pelaksanaan
kegiatan komunitas dan lansia.

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

116

5.2 Keterbatasan
Keterbatasan yang terjadi dalam penerapan pengelolaan dan pemantauan
kesehatan lansia secara mandiri dengan KPM ini yang pertama adanya hambatan
sistem, dimana residen bukan merupakan bagian dari sistem yang ada di wilayah
Kota Depok dan program ini hanya sebagai suplemen dari institusi pendidikan
sehingga program ini kemungkinan tidak dapat berjalan secara optimal.
Keterbatasan kedua adalah sosialisasi mengenai pelaksanaan kegiatan KPM
dikomunitas yang dilakukan pada saat lokmin belum mencapai target sasarannya
yaitu Dinas Kesehatan dan Puskesmas karena tidak setiap kegiatan Lokmin
dihadiri oleh Dinas Kesehatan dan Puskesmas dan perwakilan yang datang
dengan orang yang berbeda-beda, hal ini memungkinkan terjadinya informasi
yang terputus mengenai materi yang disampaikan.

Keterbatasan ketiga yang ditemui adalah tenaga kesehatan yang ada dilingkungan
Kelurahan Cisalak Pasar hanya satu orang dengan jangkauan pelayanan
kesehatan yang cukup luas dan memiliki latar belakang keilmuan berbeda dengan
bidang keperawatan. Pendampingan untuk pengelolaan pemantauan kesehatan
pada lansia menggunakan KPM tidak dapat dilakukan secara optimal karena
beban kerja yang cukup tinggi karena mengelola Posbindu dan Posyandu di
seluruh wilayah Cisalak Pasar dan model perawatan bagi lansia yang lebih
holistik mencakup biopsikososiospiritual berbeda dengan perawatan pada tahapan
tumbuh kembang lainnya. Keterbatasan keempat adalah pada lansia yang hanya
tinggal bersama pasangannya ataupun tinggal sendiri kemungkinan untuk tindak
lanjut menjadi kurang optimal karena sistem pendukungnya hanya berasal dari
kader dan tetangga sekitarnya.
5.3 Implikasi
5.3.1. Praktik keperawatan komunitas
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran bagi lansia, keluarga, kader,
perawat komunitas, Puskesmas, dan Dinas Kesehatan mengenai manfaat
penggunaan KPM untuk memandirikan lansia dalam mengelola masalah

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

117

kesehatannya yang umumnya telah mengalami penurunan fungsi yang


menyebabkan lansia menjadi rentan mengalami masalah kesehatan terutama risiko
gangguan pergerakan akibat asam urat.

Manfaat yang diperoleh lansia dengan adanya penerapan KPM untuk mengelola
masalah kesehatan adalah membantu lansia untuk melakukan deteksi dini
terhadap masalah kesehatan yang kemungkinan terjadi pada dirinya. Selain itu,
lansia juga dapat memperoleh bantuan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan
lebih dini karena telah mengetahui catatan kesehatan yang dialaminya. Hubungan
antara lansia dan keluarganya menjadi semakin meningkat karena motivasi yang
diberikan oleh keluarga dalam pengelolan masalah kesehatan lansia. Keluarga
yang terlibat dalam kegiatan ini juga dapat meningkatkan keeratan hubungan
interpersonalnya dengan lansia yang dirawat. Selain itu, keluarga juga akan dapat
mengalami penurunan beban biaya perawatan karena lansia mampu mengelola
masalah kesehatannya sehingga produktivitasnya tetap terjaga.

Kader kelompok pendukung juga memperoleh manfaat dimana kader terpapar


oleh informasi mengenai penatalaksanaan dan pengelolaan masalah asam urat
menggunakan KPM bagi lansia sehingga dapat meningkatkan kemampuannya
dalam menyebarkan informasi edukasi bagi lansia maupun keluarga yang belum
memperoleh informasi mengenai masalah asam urat. Selain itu, kader juga dapat
memperoleh informasi bahwa kegiatan kelompok pendukung yang dilakukan
dapat membantu lansia memperoleh dukungan untuk meningkatkan status
kesehatannya sehingga kader turut aktif dalam kegiatan kelompok pendukung.
Pemberdayaan yang dilakukan oleh mahasiswa keperawatan yang tercermin
dalam praktik residensi ini dapat menunjukkan bahwa praktik keperawatan yang
lebih aplikatif seperti dengan pemberian terapi dan pembentukan kelompok
pendukung dapat menciptakan hasil yang lebih bermakna dibandingkan hanya
sekedar pemberian pendidikan kesehatan.

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

118

Dinas Kesehatan Kota Depok dapat memperoleh gambaran dari karya ilmiah
akhir ini bahwa pemantauan dan pengelolaan masalah kesehatan lansia dengan
asam urat yang dikelola dengan menggunakan KPM dan pelibatan aktif kader
Posbindu yang dilakukan oleh perawat telah dirasakan manfaatnya oleh lansia dan
keluarga dalam meningkatkan status kesehatan lansia sehingga dapat dicanangkan
pelaksanaan

penerapan

pemantauan

kesehatan

lansia

secara

mandiri

menggunakan KPM. Kader kelompok pendukung sebagai penggerak dan


promotor dalam pelaksanaan kegiatan pemantauan kesehatan lansia secara
mandiri menggunakan KPM rata-rata berasal dari latar belakang pendidikan non
kesehatan sehingga memerlukan pemantauan terus menerus dalam setiap
pelaksanaan kegiatan kesehatan yang dilakukan di wilayah. Jika ada tenaga
profesional keperawatan, maka pelaksanaan kegiatan ini dapat dipantau,
terlaksananya deteksi dini dan program kegiatan pengelolaan masalah dapat
tersusun dengan baik karena sesuai dengan bidang keilmuannya sehingga rujukan
kasus lansia dengan masalah kesehatan terutama risiko gangguan mobilitas fisik
akibat asam urat menurun.

5.3.2. Perkembangan Pendidikan Ilmu Keperawatan


Tanggung jawab dalam pemberian pelayanan keperawatan bagi lansia tidak hanya
diperuntukkan bagi institusi pelayanan kesehatan tetapi juga bagi institusi
pendidikan dimana perawat-perawat yang profesional dibentuk dari institusi
pendidikan. Institusi pendidikan berperan dalam mengkombinasikan konsep,
tujuan dan praktik pelayanan kesehatan agar dapat menghasilkan suatu sistem
pelayanan kesehatan yang tepat bagi lansia khususnya dengan asam urat. Karya
ilmiah akhir ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi institusi pendidikan
bahwa pemberian pelayanan kesehatan berupa terapi keperawatan dan
pemberdayaan masyarakat baik itu lansia, keluarga maupun kader dapat
meningkatkan kemampuan masyarakat dan lansia secara khusus dalam mengelola
masalah kesehatannya terutama dengan risiko gangguan pergerakan akibat asam
urat. Oleh karena itu, institusi pendidikan dapat menjadi wadah untuk membina
perawat dalam menyiapkan praktik keperawatan komunitas yang lebih aplikatif

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

119

dalam masyarakat. Selain itu, karya ilmiah akhir ini juga memberikan gambaran
bahwa penggunaan KPM mampu memandirikan lansia untuk melakukan deteksi
dini, penatalaksanaan dan pengelolaan terhadap masalah kesehatan yang
dialaminya dengan dukungan dari keluarga dan kader sebagai kelompok
pendukung.

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

120

BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan dijelaskan tentang simpulan dan saran dari uraian bab
sebelumnya terhadap hasil dan pembahasan manajemen pelayanan keperawatan
komunitas, asuhan keperawatan keluarga, dan asuhan keperawatan komunitas
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan pada bab sebelumnya, maka
dapat disimpulkan bahwa model intervensi Kartu pemantauan mandiri Lansia
dengan asam urat (KPM) dapat dijadikan pilihan intervensi untuk mencegah risiko
gangguan pergerakan akibat asam urat pada lansia. Berdasarkan tujuan maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
6.1.1

Terjadi peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap lansia dengan


masalah asam urat yang signifikan sebelum dan sesudah pemberian
intervensi keperawatan komunitas dengan KPM baik dalam manajemen
pelayanan kesehatan, asuhan keperawatan keluarga maupun asuhan
keperawatan komunitas karena adanya kemudahan pemantauan yang
diperoleh lansia dengan melihat catatan perkembangan kesehatannya dan
pedoman untuk mengendalikan faktor risiko penyakit dari KPM yang
diperoleh lansia.

6.1.2

Terjadi penurunan skala dan frekuensi nyeri pada lansia dengan asam urat
antara sebelum dan sesudah penerapan penatalaksanaan masalah risiko
gangguan pergerakan akibat asam urat pada lansia dengan menggunakan
KPM

6.1.3

Terjadi penurunan kadar asam urat pada lansia dengan asam urat antara
sebelum dan sesudah penerapan penatalaksanaan masalah risiko gangguan
pergerakan akibat asam urat pada lansia dengan menggunakan KPM.

6.1.4

Terjadi peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap keluarga lansia


dengan masalah asam urat yang signifikan sebelum dan sesudah
pemberian intervensi keperawatan komunitas dengan KPM baik dalam

120

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

121

manajemen pelayanan kesehatan, asuhan keperawatan keluarga maupun


asuhan keperawatan komunitas
6.1.5

Terjadi peningkatan tingkat kemandirian keluarga dan 80% keluarga telah


mencapai tingkat kemandirian IV dalam mengelola kesehatan lansia
dengan risiko gangguan pergerakan akibat asam urat.

6.1.6 Terjadi peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap kader sebagai


kelompok pendukung yang signifikan sebelum dan sesudah pemberian
intervensi keperawatan komunitas dengan KPM baik dalam manajemen
pelayanan kesehatan, asuhan keperawatan keluarga maupun asuhan
keperawatan komunitas dalam penatalaksanaan dan pengelolaan lansia
dengan risiko gangguan pergerakan akibat asam urat di RW 02 dan 07
Kelurahan Cisalak Pasar
6.1.7

Intervensi keperawatan komunitas yang dilakukan dengan KPM untuk


mengelola dan memandirikan lansia dalam menjaga kesehatannya
merupakan bentuk intervensi yang efektif untuk menurunkan masalah
asam urat pada lansia.

6.1.8

Observasi dan monitoring diperlukan untuk meningkatan kemampuan


lansia, keluarga dan kader dalam mengelola masalah kesehatan lansia
dengan risiko gangguan pergerakan akibat asam urat dengan melibatkan
sumber daya yang mampu mendukung terlaksananya kegiatan dengan
optimal.

6.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait dengan
permasalahan aggregate lansia asam urat di masyarakat yaitu:
6.1.1 Untuk Dinas Kesehatan Kota Depok
6.1.1.1 Meningkatkan program pelayanan PTM dengan mengintegrasikan
penatalaksanaan pemantauan kesehatan lansia dengan asam urat
menggunakan

KPM

untuk

meningkatkan

pengetahuan,

keterampilan dan sikap untuk mencegah risiko gangguan mobilitas


fisik

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

122

6.1.1.2 Menetapkan anggaran untuk supervisi dan monitoring berkala


pelaksanaan kegiatan posbindu dan kelompok pendukung dalam
pemantauan kesehatan lansia dengan KPM, baik di tingkat Dinas
Kesehatan Kota Depok maupun di tingkat Puskesmas Cimanggis.
6.1.1.3 Peningkatan anggaran untuk pengadaan sarana pemeriksaan
kesehatan bagi lansia dengan asam urat di Tingkat Posbindu
6.1.1.4 Melakukan pemberdayaan Sumber Daya Manusia yang ada, melalui
pelatihan ketrampilan monitoring dan evaluasi secara berkala untuk
kegiatan supervisi dan evaluasi

kinerja pemegang progam dan

kinerja kader dalam kegiatan Posbindu dan pengelolaan KPM pada


lansia dengan asam urat.
6.1.1.5 Pengoptimalan peran serta masyarakat khususnya kader posbindu
untuk terlibat dalam Kelompok pendukung lansia dengan asam urat
dengan pelatihan berkala dari Dinas Kesehatan Kota Depok dan
Puskesmas Cimanggis.
6.1.1.6 Meningkatkan kerjasama lintas sektoral dengan membuat MOU dari
Dinas kesehatan dengan lembaga-lembaga swasta yang berperan
dalam mengatasi masalah kesehatan pada lansia seperti Lembaga
Lanjut Usia Indonesia (LLI) dan Perhimpunan Gerontologi
Indonesia (PERGERI).
6.1.1.7 Menempatkan perawat spesialis komunitas untuk mengembangkan
program inovasi dan program kerja pelayanan kesehatan di tingkat
Dinas Kesehatan.
6.1.1.8 Menempatkan tenaga keperawatan di tingkat Puskesmas untuk
melakukan pembinaan terhadap suatu wilayah.

6.1.2 Untuk perawat komunitas


6.1.2.1 Meningkatkan kemampuan melakukan pengembangan upaya
pengelolaan masalah kesehatan lansia dengan asam urat dengan
KPM dengan memaksimalkan kemampuan kader yang telah

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

123

dilatih, perangkat wilayah dan sumber daya lingkungan yang ada


dalam asuhan keperawatan komunitas dan keluarga.
6.1.2.2 Meningkatkan kerjasama lintas sektoral melalui pengajuan bantuan
dana pengabdian masyarakat dengan lembaga swasta dalam
meningkatkan anggaran untuk program pengelolaan masalah lansia
dengan asam urat.
6.1.2.3 Melakukan pembinaan kegiatan kelompok pendukung dengan
bekerjasama dengan perawat puskesmas atau perawat setempat di
RW percontohan yang mau menjadi kader posbindu dan terlibat
dalam

kegiatan

kelompok

pendukung

melalui

pelatihan,

pendampingan, memberikan buku panduan kerja dan melakukan


informed consent.
6.1.2.4 Menerapkan terapi komplementer di tatanan keluarga berupa
kompres jahe merah untuk menurunkan nyeri pada lansia dengan
risiko gangguan pergerakan akibat asam urat

6.1.3 Untuk keluarga lansia


Keluarga yang terlibat dalam penerapan KPM pada lansia asam urat
meneruskan pengelolaan kesehatan lansia secara mandiri guna membantu
lansia untuk tetap mempertahankan kualitas hidupnya yang sehat dan
produktif. Selain itu keluarga dapat menerapkan KPM bagi dirinya sendiri
untuk pencegahan menuju masa tua yang bebas masalah asam urat.
6.1.4 Perkembangan Riset Keperawatan
Hasil pelaksanaan pemantauan kesehatan lansia secara mandiri dengan
menggunakan KPM sebagai intervensi keperawatan komunitas pada
aggregate lansia dengan asam urat perlu dikembangkan untuk riset
keperawatan komunitas baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
6.1.5 Riset kualitatif
Dapat mengembangkan studi fenomenologi mengenai pengalaman
kader kelompok pendukung dalam melakukan pengelolaan dan

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

124

pemantauan masalah asam urat pada lansia dengan risiko gangguan


mobilitas fisik menggunakan KPM.
6.1.6 Riset kuantitatif
Dapat mengembangkan

penelitian tentang efektivitas

model

intervensi KPM terhadap pengendalian kadar asam urat pada lansia


dengan risiko gangguan pergerakan akibat asam urat.

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA
Allender, Judith Ann, & Spradley, Barbara Walton. (2005). Community Health
Nursing: Concepts and Practice. 7th edition. Philadelphia : Lippincott.
Allender, Judith A., Rector, Cherie, & Warner, Kristine D., (2010), Community
Health Nursing Promoting and Protecting The Publics Health, 7th
Edition, Philadelphia ; Lippincott Williams & Wilkins.
Aminah, M.S. (2012). Ajaibnya Terapi Herbal Tumpas Penyakit Asam Urat
Lebih Aman, Mudah Dan Berkhasiat. Dunia Sehat. Jakarta: Niaga
Swadaya.
Anderson & Mc.Farlane. (2007). Community as partner: Theory and practice in
nursing. Philadelphia: Lippincott
Arikunto S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, cetakan
ketigabelas. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Azizah. (2011). Keperawatan Usia Lanjut. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Brady, et all. (2011). Sorting Through The Evidence For The Arthritis SelfManagement Program And The Chronic Disease Self-Management
Program. Executive Summary of ASMP/CDSMP Meta-Analyses in
www.cdc.gov/.../asmp-executive-summary.pd. Taken on december 2,
2012.
Brady, T., & Hines, B., (2012). Arthritis Appropriate Physical Activity and Self
Management Education Intervention. A Compendium of Implementation
Information in http://www.cdc.gov/arthtritis/interventions.htm. Taken on
december 2, 2012.
Burns, N & Grove, S.K. (2005). The Practice of Nursing Research: Appraisal,
Synthesis, and Generation of Evidence. St. Louis: Saunders Elsevier.

125

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

126

Christensen, B. L., & Kockrow, E.O. (1999). Adult health nursing. 5th edition.
Philadelphia: Mosby
Choi HK, Atkinson K, Karlson EW, Willett W, Curhan G . Purine-rich foods,
dairy and protein intake, and the risk of gout in men. N Engl J Med.
2004;350:hal.1093103.
Corwin, E.J. (2000). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Darmojo & Martono. (2004). Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).
Jakarta: FKUI.
Depkes RI.(2002). Profil Kesehatan Indonesia 2001. Jumal Kesehatan. Jakarta :
Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. (2007). Peta Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta:
Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. (2001). Pedoman pembinaan Kesehatan Usia Lanjut
bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Keluarga
Dinkes Kota Depok, (2009), Profil Dinas Kesehatan Kota Depok.
__________. (2007). Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kota Depok 20072012.
Elkan, dkk. (2001). Effectiveness of home based support for older people:
systematic review and meta-analysis. Nottingham. BMJ. 2001 September
29; 323(7315): 719.
Ervin, NF. (2002). Advanced community health nursing : Concept and practice.
(5 th ed). Philadelphia: Lippincot.
Fatmah. (2010). Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga.

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

127

Friedman, M.M., Bowden, V.R., & Jones, E.G. (2003). Family Nursing: Research
Theory & Practice. New Jersey: Prentice Hall.
Ghoer, F.S. (2012). Pembinaan kemandirian lansia melalui terapi modalitas salah
satu konteks pendidikan non formal di PSTW. Universitas Pendidikan
Indonesia.

Gillies, D. A. ( 2000 ). Nursing Management, A System Approach. WB Saunders


Company. Philadelphia.

Hitchcock, J.E., Schubert, P.E., Thomas, S.A. (1999). Community health nursing:
caring in action. Albani : Delmas Publisher.
Hutapea, R. (2005). Sehat dan ceria di Usia Senja. Jakarta: Rineka Cipta.
Lemeshow, S., dkk. (1997). Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Lorig, K., Holman, H. (1993). "Arthritis self management studies: a twelve year
review." Health education 20(1) in http://onlinelibrary.wiley.com taken on
December 2, 2012.
Lueckenotte, Annete G (2000). Gerontologic Nursing. 2nd edition. Philadelpia :
Mosby.
Maayah, M. F, et all. (2012). Changes In Pain And Range Of Motion In Patients
With Osteoarthritis Of The Knee Living In Jordan By The Effect Of SelfManagement Program Versus Routine Physiotherapy: Randomized
Clinical Trial. Canadian Journal on Medicine . Vol. 3, No. 3. In CJM1205-013-Patients-Osteoarthritis-Jordan-Physiotherapy.pdf

taken

on

December 2, 2012.
Machfoedz, I. (2005). Pendidikan Kesehatan bagian dari Promosi Kesehatan.
Yogyakarta : Fitramaya

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

128

Mahan LK, Escott-Stump S. Krause's. (2000). Food, Nutrition And Diet Therapy.
10th ed. Philadelphia:WB Saunders Company.
Marek & Baker. (2010). Nurse Home Visit Programs for the Elderly. Nurse
Home Visit (hlm.157-178). New York : Springer Publishing.
Marquis, B.L., & Huston, C.J. (2006),Leadership Roles And Roles Management
Functions In Nursing:Theory And Application. 5th ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
Matteson & McConnell. (1988). Gerontological Nursing: Concept and Practice.
Philadelphia: W.B Saunders Company.
Maulana. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC.
Medicare Coverage of Home Health Care direkomendasi oleh Departement of
Health & Human Services USA (2010, www.medicare.gov, diunduh
tanggal 12 Oktober 2012).
Meiner, E., S & Lueckenotte, A.G, (2006). Gerontologic Nursing. Third edition,
Philadelphia: Mosby
Mubarak, Bambang Adi Santoso, Khoirul Rozikin dan Siti Patonah. (2006). Ilmu
Keperawatan Komunitas. Jakarta: Erlangga.
Mubarak, dkk. (2007). Promosi Kesehatan : Sebuah Pengantar Proses Belajar
Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Murti, Bhisma. (2003). Prinsip dan Metodelogi Riset Epidemiologi. Edisi Kedua.
Gadjah Mada University Press : Yogyakarta Nugroho, W. (2000).
Perawatan Lanjut Usia. Jakarta: EGC.
Nies, M.A., & McEwen, M. (2007). Community/ Public Health Nursing:
Promoting the Health of Populations. St. Louis, Missouri: Saunders
Elsevier.

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

129

Nitz & Choy. (2004). The relationship between ankle dorsi exion range, falls and
activity level in women aged 40 to 80 years. NZ Journal of Physiotherapy.
Vol. 32, 3. In 32(3)Nov04_p121-125.pdf. taken on December 2, 2012.
Notoatmodjo, S. (2003). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset.
____________. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. (Edisi Revisi). Jakarta:
Penerbit Rineka Cipta.
Nugroho. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC.
Osborne, Spinks & Wicks. (2004). Patient Education And Self-Management
Programs In Arthritis. Bone And Joint Disorders: Prevention And
Control. MJA 2004; 180: S23S26 In Patienteducation.Stanford.Edu
/.../asmp.html. Taken on December 2, 2012.
Pagano & Gauvreau. (1993). Principles of Biostatistics. California: Wadsworth
Publishing.
Pemerintah Kota Depok. (2012). Visi Dan Misi Kota Depok 2011 - 2016.
Diunduh dari http://www.depok.go.id. pada tanggal 3 Desember 2012.
Polit, D.F, Beck, C.T & Hungler, B.P. (2001). Essentials of Nursing Research:
Methods, Appraisal and Utilization. Philadelphia: Lippincott.
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Fundamentals of Nursing: Concepts,
Proccess, and Practice. St. Louis: Mosby Year Book Inc.
Pramesti, O. L. (2012). Fokus WHO: Peningkatan Harapan Hidup Lansia.
Diunduh dari http://nationalgeographic.co.id pada tanggal 6 Desember
2012.
Pujiastuti, S. (2003). Fisiologi Pada Lansia. Jakarta: EGC.

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

130

Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011).


Rencana Operasional Promosi Kesehatan dalam Pengendalian Penyakit
Tidak Menular. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Puskesmas Cimanggis, (2008). Profil Puskesmas Cimanggis.
Rice, Robyn. (2001). Home Care Nursing Practice : Concept and Application. St.
Louis: Mosby Year Book.
Rydwik, Frndin & Akner. (2004). Effects of physical training on physical
performance in institutionalised elderly patients (70+) with multiple
diagnoses. Age and Ageing. Physical training in institutionalised elderly.
Vol. 33 No. 1. DOI: 10.1093/ageing/afh001. In British Geriatrics Society.
Taken on December 2, 2012.
Sari, S.A.n., Efendi, F., Dian, P,. (2012). Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Metode Simulasi Menggosok Gigi Teknik Modifikasi Bass Dengan
Ketrampilan Dan Kebersihan Gigi Mulut Pada Anak Mi At-Taufiq Kelas
V. Surabaya : Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
Sabri, L., & Hastono, S.P. (2006). Statistik Kesehatan. (Edisi Revisi). Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Sepriyan, I. (2007). Peringatan Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) Tahun 2007
Di Istana Wakil Presiden. Diunduh dari http://www.kemsos.go.id pada
tanggal 3 Desember 2012.
Smeltzer, S.C.& Bare (2004). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 2.
Jakarta: EGC.
Stanhope, M. & Lancaster, J. (2004). Community health nursing : Promoting
health of agregates, families and individuals. (5 th ed). St.Louis: Mosby,
inc.
Stanley & Beare. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

131

Sutanto, T. (2013). Asam Urat: Deteksi, Pencegahan, Pengobatan. Yogyakarta:


Buku Pintar.
Therkleson, T. (2010) Ginger compress therapy for adults with osteoarthritis.
Journal of Advanced Nursing66(10), 22252233.
Ulliya, Soempeno, Kushartanti. (2007). Pengaruh latihan Range of Motion
(ROM) terhadap fleksibilitas sendi lutut pada lansia di Panti Werdha
Wening Wardoyo. Ungaran
Undang-undang No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan & Undang-undang No.29
Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran", VisiMedia, 9791043604,
9789791043601.
Utami, P.A.S., Sahar, J., Widyatuti. (2011). Perbedaan Pengendalian Faktor
Risiko Hipertensi Pada Agregat Lansia yang Sudah dan Belum
Mendapatkan Kunjungan Rumah di Kelurahan Tugu Depok. Depok : FIK
UI.
Watson, R. (2003). Perawatan pada lansia. Jakarta: EGC.

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

LAMPIRAN 1. PENAPISAN MASALAH MANAJEMEN PELAYANAN KEPERAWATAN


No
1
2
3
4

Diagnosa Keperawatan
Belum optimalnya sistem monitoring dan evaluasi
kesehatan lansia dengan asam urat di Kelurahan Cisalak
Pasar
Belum optimalnya pengorganisasian SDM kader lansia
tingkat Posbindu di Kelurahan Cisalak Pasar
Belum optimalnya pelaksanaan program pelayanan PTM
khususnya lansia dengan asam urat di Kelurahan Cisalak
Pasar
Belum optimalnya pengarahan yang dilakukan oleh
Petugas Puskesmas terhadap kader dalam pemberian
pelayanan pada lansia dengan asam urat di Kelurahan
Cisalak Pasar

A
4

B
4

C
5

Pembobotan
D
E
F
G
4
4
3
3

JML

34

37

32

H
3

I
2

J
3

K
3

38

Keterangan Pembobotan
1 = Sangat rendah

A : Risiko terjadi

G : Tempat

2 = Rendah

B : Risiko parah

H : Waktu

3 = Cukup

C : Potensial penkes

I : Dana

4 = Tinggi

D : Minat Masyarakat

J : Fasilitas kesehatan

5 = Sangat tinggi

E : Kemungkinan diatasi

K : Sumber Daya

F : Sesuai program pemerintah

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

LAMPIRAN 2. PENAPISAN MASALAH ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


1. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif pada keluarga Kakek M dalam penatalaksanaan
masalah asam urat
No.

Kriteria

Skor

1.

Sifat masalah aktual

3/3 x 1= 1

2.

Kemungkinan masalah
dapat diubah mudah

2/2 x 2 = 2

3.

Potensi masalah untuk


dicegah: tinggi

4.

Menonjolnya masalah:
Masalah ada harus
segera ditangani

3/3 x 1 = 1

2/2 x 1 = 1

Pembenaran
Masalah sudah terjadi karena Kakek M dn
Nenek S tidak melakukan pengaturan makan
rendah purin setiap harinya dan tidak
menerapkan gaya hidup sehat
Pengetahuan
keluarga
dalam
mengenal
pemeliharaan kesehatan khususnya terkait
masalah asam urat masih kurang. Keluarga
menganggap masalah yang dialami adalah hal
biasa. Ada perawat yang akan memberi penkes.
komplikasi belum terjadi, keluarga belum
melakukan tindakan untuk mengatasi masalah
kesehatan.
Masalah pada Kakek M dan Nenek S perlu
diatasi agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut
dari penyakit.

2. Nyeri kronis pada keluarga Kakek M dengan masalah asam urat.


No.

Kriteria

Skor

1.

Sifat masalah aktual

3/3 x 1= 1

2.

Kemungkinan masalah
dapat diubah mudah

2/2 x 2 = 2

3.

Potensi masalah untuk


dicegah : cukup

4.

Menonjolnya masalah:
Masalah ada harus
segera ditangani

2/3 x 1 = 2/3

2/2 x 1 = 1

Pembenaran
Masalah sudah terjadi karena nyeri persendian
yang dirasakan Kakek M dan Nenek S tidak
berkurang, ia masih bisa bergerak walaupun
harus pelan pelan
Keluarga mengetahui tentang pengertian dan
penyebab nyeri pada asam urat, tetapi belum
mengetahui pencegahan dan perawatan nyeri
pada lansia dengan asam urat. Ada perawat yang
akan memberi penkes, ada motivasi dari
keluarga untuk mencari tahu, mempunyai
jaminan pelayanan kesehatan
Masalah lebih lanjut belum terjadi, keluarga
belum melakukan tindakan untuk mengatasi
masalah asam urat selain mengobatinya sendiri
dirumah dengan minyak urut. Kakek M
mengatakan akan melakukan apa yang
disarankan oleh perawat untuk mengatasi
sakitnya.
Keluarga mengatakan perlu diatasi dan harus
segera ditangani karena biasanya nyeri yang
ditasakan membuat tidak nyaman.

42/3

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

3. Risiko jatuh pada keluarga Kakek M dengan masalah asam urat


No.

Kriteria

Skor

1.

Sifat masalah risiko

2/3 x 1= 1

2.

Kemungkinan masalah
dapat diubah mudah

2/2 x 2 = 2

3.

Potensi masalah untuk


dicegah: cukup

4.

Menonjolnya masalah:
Masalah ada tapi
tidak harus segera
ditangani

2/3 x 1 = 2/3

1/2 x 1 = 1/2

Pembenaran
Masalah belum terjadi, namun Kakek M dan
Nenek S telah mengalami keluhan seperti sulit
menggerakkan sendi jari-jari kaki yang membuat
kesulitan untuk berjalan.
Pengetahuan keluarga dalam mengenal risiko
jatuh baik dalam hal pengertian, penyebab, tanda
dan gejala, serta akibat jika darah tinggi tidak
ditangani. Namun pengetahuan masih kurang
tentang cara pencegahan dan perawatan lansia
berisiko jatuh. Ada perawat yang akan memberi
penkes, ada motivasi dari keluarga untuk
mencari tahu.
Masalah lebih lanjut belum terjadi, keluarga
belum melakukan tindakan lain selain tidk
bangun secara mendadak dari posisis duduk.
Masalah pada Kakek M dan Nenek S perlu
diatasi agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut
dari penyakit.

41/6

4. Risiko gangguan pergerakan pada Kakek M dengan masalah asam urat


No.

Kriteria

Skor

1.

Sifat masalah aktual

3/3 x 1= 1

2.

Kemungkinan masalah
dapat diubah sedang

1/2 x 2 = 1

3.

Potensi masalah untuk


dicegah: cukup

4.

Menonjolnya masalah:
Masalah ada harus
segera ditangani

2/3 x 1 = 2/3

2/2 x 1 = 1

Pembenaran
Masalah sudah terjadi karena Kakek M dan
Nenek S dimana Nenek S mengatakan dirinya
dan Kakek M tidak pernah memiliki jadwal
khusus untuk melakukan olahraga dalam melatih
persendian.
Keluarga menganggap masalah yang dialami
adalah hal biasa. Ada perawat yang akan
memberi penkes.
Komplikasi belum terjadi, keluarga belum
melakukan tindakan untuk mengatasi masalah
kesehatan.
Masalah pada Kakek M dan Nenek S perlu
diatasi agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut
dari penyakit.

3 2/3

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

LAMPIRAN 3. PENAPISAN MASALAH ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

No
1

2
3

Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan Pemeliharaan kesehatan pada
lansia dengan penyakit asam urat di Kelurahan
Cisalak Pasar
Risiko keterbatasan gerak pada lansia dengan
asam urat di Kelurahan Cisalak Pasar
Tingginya prevalensi masalah asam urat pada
lansia di Kelurahan Cisalak Pasar

A
4

B
4

C
4

Pembobotan
D
E
F
G
4
4
3
3

JML

35

33

H
3

I
2

J
3

K
3

37

Keterangan Pembobotan
1 = Sangat rendah

A : Risiko terjadi

G : Tempat

2 = Rendah

B : Risiko parah

H : Waktu

3 = Cukup

C : Potensial penkes

I : Dana

4 = Tinggi

D : Minat Masyarakat

J : Fasilitas kesehatan

5 = Sangat tinggi

E : Kemungkinan diatasi

K : Sumber Daya

F : Sesuai program pemerintah

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

NO :
ANGKET PENGKAJIAN KOMUNITAS PADA LANSIA
DI KELURAHAN CISALAK PASAR KECAMATAN CIMANGGGIS DEPOK
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA

PETUNJUK PENGISIAN :
1. Berilah tanda ( ) pada jawaban yang bapak/ibu pilih di kotak yang telah tersedia
2. Isilah titik-titik yang tersedia pada pertanyaan dibawah ini dengan singkat dan
jelas
3. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti

DATA UMUM KELUARGA


1.

Nama kepala keluarga : .

2.

Nama Lansia : ..

3.

Usia lansia: .................... tahun

4.

Alamat : .......

5.

Agama : ..................................................................

6.

Suku Bangsa : .........................................................

7.

Jenis kelamin :

8.

Pendidikan

Laki-laki

Perempuan

Tidak sekolah/tidak tamat SD

SD

SMP

SMA

Perguruan Tinggi
9.

Status perkawinan :

10. Pekerjaan:

Kawin

Tidak kawin

Janda

Duda

Pensiunan

Wiraswasta

Pedagang

Tidak Bekerja

Lain-lain, sebutkan...................................................
11. Penghasilan keluarga dalam sebulan :

Rp. 1.400.000,Rp. 1.400.000,-

12. Riwayat penyakit keluarga :

Ada, sebutkan.............................
Tidak ada

13. Apakah ada penghasilan yang disisihkan untuk lansia:


Ada

Tidak ada

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

14. Pelayanan kesehatan yang digunakan oleh keluarga untuk mengatasi kesehatan
lansia
Posbindu

Puskesmas

Rumah sakit

Klinik swasta

Lain-lain, sebutkan.....................

15. Jaminan pelayanan kesehatan yang dimiliki lansia


Askes

Jamsostek

Jamkesmas

Jamkesda

Tidak ada

Lainnya, sebutkan.....................

16. Transportasi yang digunakan untuk mencapai pelayanan kesehatan


Kendaraan pribadi (mobil, motor, sepeda)* -coret yang tidak perlu
Angkutan umum (angkot, Taxi, Ojek)* -coret yang tidak perlu
Lain-lain, sebutkan.....................................................................
17. Anggota keluarga yang tinggal serumah
No Nama

JK

Agama

Hub dg Umur

Pendidikan Pekerjaan

KK

DATA KESEHATAN LANSIA


18. Tinggi badan :...........................Cm
19. Berat badan :.............................Kg
20. Tekanan darah :.................mmHg
21. Kadar asar urat : ..............g/dl
22. Keluhan kesehatan saat ini : .........................................

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

KUESIONER PADA LANSIA DENGAN ASAM URAT


1.

Bagian 1

Isilah kolom berikut dengan memberikan tanda checklist () pada jawaban yang Bapak/ Ibu pilih!
No

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
2.

Pertanyaan

Benar

Salah

Batasan asam urat normal adalah diatas 7 mg/dl


Asam urat dapat disebabkan karena penuaan
Asam urat dapat disebabkan karena faktor keturunan
Makan kacang, emping, atau jeroan berlebihan tidak dapat
menyebabkan asam urat
Kegemukan tidak dapat menyebabkan asam urat
Kebiasaan minum alkohol tidak dapat menyebabkan asam urat
Kurang olahraga atau aktifitas dapat menyebabkan asam urat
Asam urat ditandai dengan nyeri pada sendi
Penderita asam urat dapat mengalami kecacatan/keterbatasan aktivitas
Asam urat dapat diatasi dengan mengontrol pola makanan sehat
Asam urat ditandai dengan terjadinya pembengkakan pada sendi dan
kesulitan untuk bergerak
Asam urat dicegah dengan berolahraga secara teratur
Bagian 2

Isilah kolom berikut dengan memberikan tanda check () pada jawaban yang Bapak/ Ibu pilih!
No

Pertanyaan

1
2

Kadar asam urat perlu dikontrol/di cek secara rutin


Kebiasaan berolah raga sangat baik untuk penderita asam urat
Kenaikan kadar asam urat adalah kondisi yang dapat menggangu
kenyamanan
Kadar asam urat penderita tidak harus dijaga dalam batas normal
Posbindu dapat digunakan untuk periksa asam urat setiap bulannya
Mengabaikan menu makanan tinggi protein purin dan lemak merupakan
hal biasa
Tidak perlu mengganti pola makan untuk mengurangi kadar asam urat
dalam tubuh
Perlu menghindari makanan jeroan dan minuman alkohol untuk
mencegah asam urat
Perlu menghindari kegiatan yang terlalu lelah untuk mengurangi nyeri
sendi
Hanya perlu minum sedikit air terutama saat haus saja untuk
menghindari asam urat
Harus berolahraga rutin tiap minggu
Menurunkan berat badan perlu dilakukan bagi penderita asam urat

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Setuju

Tidak
Setuju

3.

Bagian 3

Isilah kolom berikut dengan memberikan tanda check () pada jawaban yang Bapak/ Ibu pilih!
No

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Sering
/setiap
waktu

Pertanyaan

Jarang/
sebagian
besar

Pernah
/sedikit
waktu

Tidak
pernah/tidak
sama sekali

Saya mengontrol ke Posbindu/Puskesmas


bila nyeri kambuh pada kaki atau tangan
Saya meminum alkohol dan minuman
bersoda (Coca cola, sprite, fanta)
Saya makan jeroan atau makanan laut (ikan
laut, udang, cumi, remis, kerang, kepiting)
Saya menyukai makan buah alpukat, durian
atau es kelapa
Saya memakan makanan berlemak
(bersantan, mentega, minyak goreng)
Nyeri yang timbul mengganggu kegiatan
sehari-hari saya
Saya memakan makanan yang diawetkan
(seperti sarden, kornet, sosis)
Saya meminum banyak air putih
Saya meminum obat bila nyeri kambuh
Saya suka berolah raga
Saya suka makan makanan yang digoreng
Saya menggunakan obat tradisional untuk
mengurangi nyeri pada sendi

4. Bagian 4
Berilah tanda check () pada kotak sesuai jawaban yang Bapak/ Ibu pilih!
1. Dimanakah nyeri yang bapak/ibu alami?
Lutut
pergelangan kaki
jari-jari kaki
Siku
bahu
pergelangan tangan
Jari-jari tangan
pinggang
leher
2. Berapakah tingkat nyeri yang Bapak/ibu rasakan saat ini?
Lingkarilah angka sesuai tingkat nyeri yang Bapak ibu rasakan, semakin besar angka
yang dipilih semakin berat nyeri yang dirasakan.
Tidak nyeri (0)

Nyeri sedang (4-6)

Nyeri ringan (1-3)

10

Nyeri berat (7-10)

3. Berapa seringkah munculnya kekambuhan nyeri yang bapak/ibu rasakan pada


persendian?
2 kali atau lebih dalam sehari
Satu kali dalam sehari
2 - 6 hari sekali
Lebih dari 6 hari sekali
Tidak ada
4. Apakah bapak ibu melakukan usaha untuk mengatasi asam urat yang dialami
Ya, sebutkan...............................
Tidak

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

5. Apakah terjadi bengkak dan/atau kemerahan pada persendian Bapak/ibu?


Ya, sebutkan................................................
Tidak
6. Apakah Bapak/ibu pernah mengalami jatuh dalam kurun waktu 3 bulan terakhir ini?
Ya, Berapa kali: ...................................................
Tidak
Penyebabnya : .............................................
7. Berapa jam biasanya bapak/ibu tidur setiap harinya?
< 6 jam
6-8 jam
>8 jam
8. Apakah bapak/ibu terganggu tidurnya akibat nyeri asam urat
Ya
Tidak
9. Apakah bapak/ibu menggunakan obat tradisional untuk mengatasi asam urat yang
dialami?
Ya, sebutkan......................................................
Tidak
10. Bagaimana dukungan keluarga terhadap pemeliharaan kesehatan bapak/ibu
Sangat mendukung
Kurang mendukung
Tidak ada dukungan

TERIMA KASIH

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

NO :
ANGKET EVALUASI KOMUNITAS PADA LANSIA
DI KELURAHAN CISALAK PASAR KECAMATAN CIMANGGGIS DEPOK
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA

PETUNJUK PENGISIAN :
1. Berilah tanda ( ) pada jawaban yang bapak/ibu pilih di kotak yang telah tersedia
2. Isilah titik-titik yang tersedia pada pertanyaan dibawah ini dengan singkat dan
jelas
3. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti

DATA UMUM KELUARGA


1.

Nama kepala keluarga : .

2.

Nama Lansia : ..

3.

Usia lansia: .................... tahun

4.

Alamat : .......

5.

Agama : ..................................................................

6.

Suku Bangsa : .........................................................

7.

Jenis kelamin :

8.

Pendidikan

Laki-laki

Perempuan

Tidak sekolah/tidak tamat SD

SD

SMP

SMA

Perguruan Tinggi
9.

Status perkawinan :

10. Pekerjaan:

Kawin

Tidak kawin

Janda

Duda

Pensiunan

Wiraswasta

Pedagang

Tidak Bekerja

Lain-lain, sebutkan...................................................
11. Penghasilan keluarga dalam sebulan :

Rp. 1.400.000,Rp. 1.400.000,-

12. Riwayat penyakit keluarga :

Ada, sebutkan.............................
Tidak ada

13. Apakah ada penghasilan yang disisihkan untuk lansia:


Ada

Tidak ada

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

14. Pelayanan kesehatan yang digunakan oleh keluarga untuk mengatasi kesehatan
lansia
Posbindu

Puskesmas

Rumah sakit

Klinik swasta

Lain-lain, sebutkan.....................

15. Jaminan pelayanan kesehatan yang dimiliki lansia


Askes

Jamsostek

Jamkesmas

Jamkesda

Tidak ada

Lainnya, sebutkan.....................

16. Transportasi yang digunakan untuk mencapai pelayanan kesehatan


Kendaraan pribadi (mobil, motor, sepeda)* -coret yang tidak perlu
Angkutan umum (angkot, Taxi, Ojek)* -coret yang tidak perlu
Lain-lain, sebutkan.....................................................................
17. Anggota keluarga yang tinggal serumah
No Nama

JK

Agama

Hub dg Umur

Pendidikan Pekerjaan

KK

DATA KESEHATAN LANSIA


18. Tinggi badan :...........................Cm
19. Berat badan :.............................Kg
20. Tekanan darah :.................mmHg
21. Kadar asar urat : ..............g/dl
22. Keluhan kesehatan saat ini : .........................................

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

KUESIONER PADA LANSIA DENGAN ASAM URAT


1.

Bagian 1

Isilah kolom berikut dengan memberikan tanda checklist () pada jawaban yang Bapak/ Ibu pilih!
No

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
2.

Pertanyaan

Benar

Salah

Batasan asam urat normal adalah diatas 7 mg/dl


Asam urat dapat disebabkan karena penuaan
Asam urat dapat disebabkan karena faktor keturunan
Makan kacang, emping, atau jeroan berlebihan tidak dapat
menyebabkan asam urat
Kegemukan tidak dapat menyebabkan asam urat
Kebiasaan minum alkohol tidak dapat menyebabkan asam urat
Kurang olahraga atau aktifitas dapat menyebabkan asam urat
Asam urat ditandai dengan nyeri pada sendi
Penderita asam urat dapat mengalami kecacatan/keterbatasan aktivitas
Asam urat dapat diatasi dengan mengontrol pola makanan sehat
Asam urat ditandai dengan terjadinya pembengkakan pada sendi dan
kesulitan untuk bergerak
Asam urat dicegah dengan berolahraga secara teratur
Bagian 2

Isilah kolom berikut dengan memberikan tanda check () pada jawaban yang Bapak/ Ibu pilih!
No

Pertanyaan

1
2

Kadar asam urat perlu dikontrol/di cek secara rutin


Kebiasaan berolah raga sangat baik untuk penderita asam urat
Kenaikan kadar asam urat adalah kodisi yang dapat menggangu
kenyamanan
Kadar asam urat penderita tidak harus dijaga dalam batas normal
Posbindu dapat digunakan untuk periksa asam urat setiap bulannya
Mengabaikan menu makanan tinggi protein purin dan lemak merupakan
hal biasa
Tidak perlu mengganti pola makan untuk mengurangi kadar asam urat
dalam tubuh
Perlu menghindari makanan jeroan dan minuman alkohol untuk
mencegah asam urat
Perlu menghindari kegiatan yang terlalu lelah untuk mengurangi nyeri
sendi
Hanya perlu minum sedikit air terutama saat haus saja untuk
menghindari asam urat
Harus berolahraga rutin tiap minggu
Menurunkan berat badan perlu dilakukan bagi penderita asam urat

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Setuju

Tidak
Setuju

3.

Bagian 3

Isilah kolom berikut dengan memberikan tanda check () pada jawaban yang Bapak/ Ibu pilih!
No

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

4.

Sering
/setiap
waktu

Pertanyaan

Jarang/
sebagian
besar

Pernah
/sedikit
waktu

Tidak
pernah/tidak
sama sekali

Saya mengontrol ke Posbindu/Puskesmas


bila nyeri kambuh pada kaki atau tangan
Saya meminum alkohol dan minuman
bersoda (Coca cola, sprite, fanta)
Saya makan jeroan atau makanan laut (ikan
laut, udang, cumi, remis, kerang, kepiting)
Saya menyukai makan buah alpukat, durian
atau es kelapa
Saya memakan makanan berlemak
(bersantan, mentega, minyak goreng)
Nyeri yang timbul mengganggu kegiatan
sehari-hari saya
Saya memakan makanan yang diawetkan
(seperti sarden, kornet, sosis)
Saya meminum banyak air putih
Saya meminum obat bila nyeri kambuh
Saya suka berolah raga
Saya suka makan makanan yang digoreng
Saya menggunakan obat tradisional untuk
mengurangi nyeri pada sendi
Bagian 4

Berilah tanda check () pada kotak sesuai jawaban yang Bapak/ Ibu pilih!
1. Dimanakah nyeri yang bapak/ibu alami?
Lutut

pergelangan kaki

jari-jari kaki

Siku

bahu

pergelangan tangan

Jari-jari tangan

pinggang

leher

2. Berapakah tingkat nyeri yang Bapak/ibu rasakan saat ini?


Lingkarilah angka sesuai tingkat nyeri yang Bapak ibu rasakan, semakin besar angka
yang dipilih semakin berat nyeri yang dirasakan.
Tidak nyeri (0)

Nyeri sedang (4-6)

Nyeri ringan (1-3)

Nyeri berat (7-10)

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

10

3. Berapa seringkah munculnya kekambuhan nyeri yang bapak/ibu rasakan pada


persendian?
2 kali atau lebih dalam sehari
Satu kali dalam sehari
Lebih dari 6 hari sekali
2 - 6 hari sekali
Tidak ada
4. Apakah bapak ibu melakukan usaha untuk mengatasi asam urat yang dialami
Ya, sebutkan...............................
Tidak
5. Apakah terjadi bengkak dan/atau kemerahan pada persendian Bapak/ibu?
Ya, sebutkan................................................
Tidak
6. Apakah Bapak/ibu pernah mengalami jatuh dalam kurun waktu 3 bulan terakhir ini?
Ya, Berapa kali: ...................................................
Tidak
Penyebabnya : .............................................
7. Berapa jam biasanya bapak/ibu tidur setiap harinya?
< 6 jam
6-8 jam
>8 jam
8. Apakah bapak/ibu terganggu tidurnya akibat nyeri asam urat
Ya
Tidak
9. Apakah bapak/ibu menggunakan obat tradisional untuk mengatasi asam urat yang
dialami?
Ya, sebutkan......................................................
Tidak
10. Bagaimana dukungan keluarga terhadap pemeliharaan kesehatan bapak/ibu
Sangat mendukung
Kurang mendukung
Tidak ada dukungan
11. Apakah ada perubahan kesehatan yang bapak/ibu rasakan setelah mendapatkan
penyuluhan kesehatan dari mahasiswa:
Ada, sebutkan......................................
Tidak ada
12. Apakah kesan yang bapak rasakan dengan adanya pemeriksaan dan pengelolaan
kesehatan yang dilakukan oleh mahasiswa?
Senang
Biasa saja
Tidak ada
Terganggu
lain-lain, sebutkan.........................................
13. Apa harapan bapak/ibu terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah
terkait asam urat?
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
14. Bagaimana kesan dan harapan bapak/ibu terhadap praktik kesehatan yang dilakukan
mahasiswa terhadap kesehatan lansia dengan asam urat?
......................................................................................................................................
...................................................................................................................................

TERIMA KASIH
ATAS KESEDIAAN ANDA MENGISI KUESIONER INI....

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

NO :
*PRETEST/POSTTEST
ANGKET PELAKSANAAN KPM PADA LANSIA
DI KELURAHAN CISALAK PASAR KECAMATAN CIMANGGGIS DEPOK
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA

PETUNJUK PENGISIAN :
1. Berilah tanda ( ) pada jawaban yang bapak/ibu pilih di kotak yang telah tersedia
2. Isilah titik-titik yang tersedia pada pertanyaan dibawah ini dengan singkat dan jelas
3. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti
DATA UMUM KELUARGA
1. Nama kepala keluarga : .
2. Nama Lansia : ..
3. Usia lansia: .................... tahun
4. Alamat : .......
5. Agama : ..................................................................
6. Suku Bangsa : .........................................................
7. Jenis kelamin :
Laki-laki
Perempuan
8. Pendidikan
Tidak sekolah/tidak tamat SD
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Kawin
Tidak kawin
9. Status perkawinan :
Janda
Duda
10. Pekerjaan:
Pensiunan
Wiraswasta
Pedagang
Tidak Bekerja
Lain-lain, sebutkan...................................................
Rp. 1.400.000,11. Penghasilan keluarga dalam sebulan :
Rp. 1.400.000,12. Riwayat penyakit keluarga :
Ada, sebutkan.............................
Tidak ada
13. Apakah ada penghasilan yang disisihkan untuk lansia:
Ada
Tidak ada
14. Pelayanan kesehatan yang digunakan oleh keluarga untuk mengatasi kesehatan lansia
Posbindu
Puskesmas
Rumah sakit
Klinik swasta
Lain-lain, sebutkan.....................
15. Jaminan pelayanan kesehatan yang dimiliki lansia
Askes
Jamsostek
Jamkesmas
Jamkesda
Tidak ada
Lainnya, sebutkan.....................
16. Transportasi yang digunakan untuk mencapai pelayanan kesehatan
Kendaraan pribadi (mobil, motor, sepeda)* -coret yang tidak perlu
Angkutan umum (angkot, Taxi, Ojek)* -coret yang tidak perlu
Lain-lain, sebutkan.....................................................................
17. Anggota keluarga yang tinggal serumah
No Nama
JK Agama Hub dg Umur
Pendidikan Pekerjaan
KK

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

DATA KESEHATAN LANSIA


18. Tinggi badan :...........................Cm
19. Berat badan :.............................Kg
20. Tekanan darah :.................mmHg
21. Kadar asar urat : ..............mg/dl
22. Keluhan kesehatan saat ini : .........................................
23. Dimanakah nyeri yang bapak/ibu alami?
Lutut
pergelangan kaki
jari-jari kaki
Siku
bahu
pergelangan tangan
Jari-jari tangan
pinggang
leher
24. Apakah terjadi bengkak dan/atau kemerahan pada persendian Bapak/ibu?
Ya, sebutkan................................................
Tidak
25. Berapa seringkah munculnya kekambuhan nyeri yang bapak/ibu rasakan pada persendian?
2 kali atau lebih dalam sehari
Satu kali dalam sehari
2 - 6 hari sekali
Lebih dari 6 hari sekali
Tidak ada
26. Apakah bapak ibu melakukan usaha untuk mengatasi asam urat yang dialami
Ya, sebutkan......................................................
Tidak
27. Apakah bapak/ibu terganggu tidurnya akibat nyeri asam urat
Ya
Tidak
28. Apakah bapak/ibu menggunakan obat tradisional untuk mengatasi asam urat yang dialami?
Ya, sebutkan......................................................
Tidak
29. Apakah Bapak/ibu pernah mengalami jatuh dalam kurun waktu 3 bulan terakhir ini?
Ya, Berapa kali: ...................................................
Tidak
Penyebabnya: ..............................................
30. Berapakah tingkat nyeri yang Bapak/ibu rasakan saat ini?
Lingkarilah angka sesuai tingkat nyeri yang Bapak ibu rasakan, semakin besar angka yang dipilih
semakin berat nyeri yang dirasakan.
Nyeri sedang (4-6)

Tidak nyeri (0)

Nyeri ringan (1-3)

10

Nyeri berat (7-10)

KUESIONER PADA LANSIA DENGAN ASAM URAT


1.

Bagian 1
Isilah kolom berikut dengan memberikan tanda checklist () pada jawaban yang Bapak/ Ibu pilih!
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

10

Pertanyaan
KPM adalah kartu catatan tentang perkembangan kesehatan lansia dengan asam
urat
Kadar asam urat 5 mg/dl adalah kadar yang normal bagi lansia laki-laki
Apabila kadar asam urat normal, maka lakukan tindakan pencegahan agar kadar
asam urat tidak naik
Pluit/sempritan dapat digunakan untuk memanggil orang disekitar ketika jatuh
Kegemukan tidak dapat menyebabkan masalah asam urat
Lansia dengan asam urat tidak dapat mengalami kecacatan atau keterbatasan
gerak
Lampu yang redup dapat menyebabkan jatuh
Makan melinjo tidak dapat menyebabkan masalah asam urat
Makan-makanan yang berlemak, digoreng dan bersantan dapat menyebabkan
masalah asam urat
Minum alkohol dapat menyebabkan asam urat
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Benar

Salah

2.

Bagian 2
Isilah kolom berikut dengan memberikan tanda check () pada jawaban yang Bapak/ Ibu pilih!

No

Pertanyaan

Setuju

KPM dibawa setiap berkunjung ke Posbindu


KPM dapat menjadi pedoman untuk melakukan cara perawatan masalah asam
urat
KPM memperlihatkan gambaran kesehatan lansia dengan asam urat
Latihan gerak sendi bisa dilakukan saat waktu senggang
Kompres jahe merah dilakukan ketika muncul nyeri di persendian
Sendi yang mengalami bengkak perlu dipijat
Jika mengalami jatuh, lansia harus segera bangun
Meletakkan keset didepan kamar mandi dapat terhindar dari jatuh
Makan jeroan perlu dihindari untuk mencegah masalah asam urat
Bengkak dan kemerahan pada sendi adalah hal yang tidak berbahaya

2
3
4
5
6
7
8
9
10

Tidak
Setuju

Bagian 3
Isilah kolom berikut dengan memberikan tanda check () pada jawaban yang Bapak/ Ibu pilih!

3.

No

1
2
3
4
5
6
7
8

Pertanyaan

Saya berolahraga setiap hari seperti jalan kaki, naik


sepeda, latihan gerak sendi
Saya makan jeroan atau makanan dari laut (cumi,
udang, remis, ikan laut, kepiting, kerang)
Saya minum air putih minimal 8 gelas sehari
Saya menggunakan ramuan tradisional untuk
mengurangi nyeri sendi
Saya makan buah yang banyak mengandung air,
VitaminA dan Vitamin C (wortel, tomat, semangka,
melon, mentimun, jambu air, pisang)
Saya pergi ke Puskesmas/Posbindu/Yankes terdekat
bila mengalami nyeri persendian
Barang-barang didalam rumah dibersihkan dan
dirapikan setiap hari
Nyeri yang timbul mengganggu kegiatan sehari-hari

Sering
/setiap
waktu

Jarang/
sebagian
besar

Pernah
/sedikit
waktu

Tidak
pernah/tidak
sama sekali

TERIMA KASIH
....ATAS KESEDIAAN ANDA MENGISI KUESIONER INI....

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

*PRETEST/POSTTEST
NO :
ANGKET PELAKSANAAN KPM
PADA LANSIA DENGAN ASAM URAT OLEH KELUARGA
DI KELURAHAN CISALAK PASAR KECAMATAN CIMANGGGIS DEPOK
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK- UI
PETUNJUK PENGISIAN :
1. Berilah tanda ( ) pada jawaban yang bapak/ibu pilih di kotak yang telah tersedia
2. Isilah titik-titik yang tersedia pada pertanyaan dibawah ini dengan singkat dan jelas
3. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti
4. * Coret yang tidak perlu
DATA UMUM KELUARGA
1. Nama Keluarga : ...............
: .................... tahun
2. Usia
3. Alamat
: ............
4. Suku Bangsa : ...........................................................
5. Jenis kelamin : * Laki-laki / Perempuan
6. Pendidikan terakhir : ............................................................
7. Pekerjaan
:.............................................................
8. Penghasilan keluarga dalam sebulan :
Rp. 1.400.000,Rp. 1.400.000,9. Riwayat penyakit keluarga : * Tidak ada / Ada, sebutkan.............................
10. Apakah ada penghasilan yang disisihkan untuk lansia: * Tidak ada / Ada
11. Pelayanan kesehatan yang digunakan oleh keluarga untuk mengatasi kesehatan lansia
Posbindu
Puskesmas
Rumah sakit
Klinik swasta
Lain-lain, sebutkan.......
12. Jaminan pelayanan kesehatan yang dimiliki keluarga:
Askes
Jamsostek
Jamkesmas/Jamkesda
Tidak ada
Lainnya, sebutkan.......
A. Bagian 1
Isilah kolom berikut dengan memberikan tanda checklist () pada jawaban yang Bapak/ Ibu pilih!
No
Pertanyaan
Benar Salah
KPM adalah kartu catatan perkembangan status kesehatan lansia dengan asam urat
1

Kadar asam urat normal bagi lansia laki-laki adalah 2,6 6 mg/dl
2

Makan
jeroan
dapat
meningkatkan
kadar
asam
urat
lansia
3

Olahraga dengan berjalan kaki baik dilakukan oleh lansia dengan masalah asam urat
4

Minum air putih 10 gelas perhari tidak baik bagi lansia


5

Istirahat setelah beraktifitas diperlukan oleh lansia dengan masalah asam urat
6

Posbindu tidak dapat digunakan untuk memeriksakan kesehatan lansia


7

Lantai
yang
licin
dapat
menyebabkan
lansia
mudah
jatuh
8

Buah semangka dapat dimakan untuk menurunkan kadar asam urat lansia
9

10 Kadar asam urat yang dibiarkan tinggi dapat menyebabkan kecacatan pada sendi lansia

B. Bagian 2
Isilah kolom berikut dengan memberikan tanda check () pada jawaban yang Bapak/ Ibu pilih!
No

Pertanyaan

Setuju

1
2
3
4
5

Menyediakan makanan yang tidak bersantan baik bagi lansia dengan masalah asam urat
Menyediakan air putih untuk diminum lansia baik untuk menurunkan kadar asam urat
Jahe merah dapat digunakan untuk menurunkan nyeri persendian pada lansia
Latihan gerak sendi dilakukan hanya pada saat lansia mengeluh nyeri pada persendian
Lansia dengan keluhan nyeri sendi tidak perlu diantar Puskesmas/Posbindu
Lansia dengan kadar asam urat 10 mg/dl diberikan tindakan perawatan sesuai pedoman
KPM
Kelelahan yang dialami lansia dapat meningkatkan nyeri persendian
Keluarga merupakan sumber pendukung kesehatan lansia

6
7
8

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Tidak
Setuju

*PRETEST/POSTTEST
NO :
ANGKET PELAKSANAAN KPM
PADA LANSIA DENGAN ASAM URAT OLEH KADER
DI KELURAHAN CISALAK PASAR KECAMATAN CIMANGGGIS DEPOK
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK- UI
PETUNJUK PENGISIAN :
1. Berilah tanda ( ) pada jawaban yang bapak/ibu pilih di kotak yang telah tersedia
2. Isilah titik-titik yang tersedia pada pertanyaan dibawah ini dengan singkat dan jelas
3. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti
4. * Coret yang tidak perlu
DATA UMUM KADER
1. Nama Kader : ...............
: .................... tahun
2. Usia
3. Alamat
: ............
4. Suku Bangsa : ...........................................................
5. Jenis kelamin: * Laki-laki / Perempuan
6. Pendidikan terakhir : ............................................................
7. Pekerjaan
:.............................................................
A. Bagian 1
Isilah kolom berikut dengan memberikan tanda checklist () pada jawaban yang Bapak/ Ibu pilih!
No
Pertanyaan
Benar Salah
KPM adalah kartu catatan tentang perkembangan kesehatan lansia dengan asam urat
1

KPM dapat diisi setiap kali berkunjung ke Posbindu


2

Apabila kadar asam urat lansia tidak normal maka lansia melakukan tindakan

3
4
5
6
7
8
9
10

pencegahan
Kadar asam urat normal pada lansia wanita adalah 8 mg/dl
Makan makanan tinggi purin dapat menyebabkan masalah asam urat
Kegemukan adalah faktor risiko masalah asam urat
Kompres jahe merah dapat mengurangi nyeri persendian
Latihan gerak sendi dapat dilakukan setiap hari
Rebusan daun sirsak tidak dapat digunakan untuk mengatasi masalah asam urat
Tongkat adalah alat bantu jalan dengan 4 pijakan yang dapat digunakan untuk mencegah
jatuh

B. Bagian 2
Isilah kolom berikut dengan memberikan tanda check () pada jawaban yang Bapak/ Ibu pilih!
No

Pertanyaan

Setuju

1
2

Lansia laki-laki yang memiliki kadar asam urat 9 diberikan KPM


Lansia dengan kadar asam urat tidak normal perlu dipantau seminggu sekali
Kunjungan rumah dapat dilakukan untuk menilai kemampuan lansia memelihara
kesehatannya
Kegiatan KPM adalah kegiatan yang sia-sia untuk menurunkan kadar asam urat lansia
Memandirikan lansia untuk hidup sehat dapat mencegah gangguan pergerakan akibat
asam urat
Lansia yang jatuh akibat nyeri persendian tidak perlu diperiksa ke Puskesmas
Latihan gerak sendi melatih sendi-sendi yang kaku pada lansia
Melakukan deteksi dini pada lansia dengan asam urat lebih baik daripada mengobati
Penyuluhan kesehatan mengenai perawatan asam urat tidak perlu dilakukan setiap bulan
Mendampingi lansia dalam merawat kesehatannya dapat meningkatkan motivasi mereka

3
4
5
6
7
8
9
10

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Tidak
Setuju

Nama Kader : ................................


RW
: ................................
ANGKET PENGAMATAN PELAKSANAAN KPM
OLEH LANSIA DENGAN MASALAH ASAM URAT
DI KELURAHAN CISALAK PASAR KECAMATAN CIMANGGGIS DEPOK
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK- UI
PETUNJUK PENGISIAN :
1. Berilah tanda ( ) pada jawaban yang sesuai dengan hasil pengamatan bapak/ibu
2. Isilah titik-titik yang tersedia pada pertanyaan dibawah ini dengan singkat dan jelas
DATA UMUM LANSIA
1. Nama Lansia : ...............
2. Alamat
: ...............
3. Hari/Tanggal Pemantauan I : ..........................................
PANDUAN PENULISAN HASIL PENGAMATAN
Kode

YA
(1)

Pernyataan

A
B

TIDAK
(0)

Mengenali keluhan kesehatan dan melakukan cara mengatasi keluhan


Tidak makan makanan yang digoreng, bersantan
Tidak makan makanan jeroan, makanan laut (cumi, udang, remis,
C
ikan laut, kepiting, kerang), kacang-kacangan.
D
Minum air putih yang dimasak minimal 8 gelas perhari

Makan buah mengandung banyak air/ Vitamin A/ Vitamin C (wortel,

E
tomat, semangka, melon, blewah, mentimun, jambu air, pisang)
minimal selama 4 hari dalam seminggu
Menyiapkan ramuan tradisional untuk mengatasi masalah asam urat

F
(kompres jahe merah, rebusan daun salam, rebusan daun sirsak, jus
buah delima) minimal selama 4 hari dalam seminggu
Mampu mendemonstrasikan gerakan latihan gerak sendi dengan

G
benar (tuliskan jumlah gerakan yang mampu dilakukan)
H
Menyiapkan diri berada pada lingkungan yang aman dari risiko jatuh

Memeriksakan kesehatan ke pelayanan kesehatan bila muncul

I
keluhan terkait asam urat dan rutin ke Posbindu 1 bulan sekali
*penilaian kode A, B, C, D, E, F diperoleh dari hasil pengamatan langsung dilengkapi dengan
penilaian pada penulisan di buku pintar serta wawancara
HASIL PENGAMATAN
Isilah kolom berikut dengan memberikan nilai untuk jawaban YA/ADA = 1 dan jawaban TIDAK = 0
pada hasil pengamatan yang bapak/ibu lihat pada lansia dengan masalah asam urat
MINGGU KE
Tgl
4
5
6
7
8
9
10
11
12
2
3
1
Kode
A
B
C
D
E
F
G
H
I
TOTAL

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

( )

( )

( )

( )

KATEGORI KEMANDIRIAN
........................................

PENILAIAN KEMANDIRIAN LANSIA

NILAI KATEGORI HASIL PENGAMATAN :


0

= Tidak Melakukan Pengelolaan Kesehatan

1-6 = Dengan Bimbingan


7 = Mandiri

NILAI KATEGORI

= ................................................

KADAR ASAM URAT

= .................mg/dl.

KATEGORI KEMANDIRIAN
-

MERAH (M) : Kadar asam urat tidak normal, dan tidak melakukan pengelolaan
kesehatan
KUNING (K) : Kadar asam urat tidak normal, dan melakukan pengelolaan kesehatan
dengan bimbingan
BIRU (B) : Kadar asam urat tidak normal, dan melakukan pengelolaan kesehatan dengan
mandiri
HIJAU (H) : Kadar asam urat normal, dan melakukan pengelolaan kesehatan dengan
mandiri

Depok, .................... 2013


Penilai,

(.....................................)

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

REKAPITULASI

HASIL PENILAIAN KEMAMPUAN PEMANTAUAN KESEHATAN MANDIRI LANSIA


DENGAN ASAM URAT DI KELURAHAN CISALAK PASAR

NAMA KADER

: ....................................................

ALAMAT

: ....................................................

Petunjuk Pengisian Setiap item yang dinilai diberi warna dengan kriteria yaitu :
- MERAH (M) : Kadar asam urat tidak normal, dan tidak melakukan pengelolaan kesehatan
- KUNING (K) : Kadar asam urat tidak normal, dan melakukan pengelolaan kesehatan dengan
bimbingan
- BIRU (B) : Kadar asam urat tidak normal, dan melakukan pengelolaan kesehatan dengan
mandiri
- HIJAU (H) : Kadar asam urat normal, dan melakukan pengelolaan kesehatan dengan mandiri
NO

NAMA LANSIA

BULAN......................
1

BULAN......................
1

BULAN......................
1

Kesimpulan
Nilai

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Hasil Penilaian Akhir Kemampuan Pemantauan Kesehatan Mandiri Lansia Dengan Asam
Urat
-

Baik (B) jika tidak ada tanda merah dalam 1 bulan terakhir

Cukup (C) jika ada 1 tanda merah dalam 1 bulan terakhir

Kurang (K) jika lebih dari 2 tanda merah dalam 1 bulan terakhir

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Nama Kader : ................................


RW
: ................................
ANGKET PENGAMATAN PELAKSANAAN KPM
PADA LANSIA DENGAN ASAM URAT OLEH KELUARGA
DI KELURAHAN CISALAK PASAR KECAMATAN CIMANGGGIS DEPOK
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK- UI
PETUNJUK PENGISIAN :
1. Berilah nilai pada jawaban yang sesuai dengan hasil pengamatan bapak/ibu
2. Isilah titik-titik yang tersedia pada pertanyaan dibawah ini dengan singkat dan jelas
DATA UMUM KELUARGA
1. Nama Keluarga : ...............
2. Nama Lansia : ...............
3. Alamat
: ...............
4. Hari/Tanggal Pemantauan I : ..........................................
PANDUAN PENULISAN HASIL PENGAMATAN
Kode

Pernyataan

A
B

Lingkungan aman bagi lansia dari risiko jatuh akibat asam urat
Tidak menyediakan makanan yang digoreng, bersantan
Tidak menyediakan makanan jeroan, makanan laut (cumi, udang,
remis, ikan laut, kepiting, kerang), kacang-kacangan.
Menyediakan air putih untuk minum
Menyediakan buah mengandung banyak air/ Vitamin A/ Vitamin C
(wortel, tomat, semangka, melon, blewah, mentimun, jambu air,
pisang) minimal selama 4 hari dalam seminggu
Menyediakan ramuan tradisional untuk mengatasi masalah asam urat
(kompres jahe merah, rebusan daun salam, rebusan daun sirsak, jus
buah delima) minimal selama 4 hari dalam seminggu
Ada keluarga yang mendampingi lansia

C
D
E

F
G

YA
(1)

Mampu mendemonstrasikan gerakan latihan gerak sendi (tuliskan


jumlah gerakan yang mampu dilakukan)

TIDAK
(0)

HASIL PENGAMATAN
Isilah kolom berikut dengan memberikan nilai untuk jawaban YA/ADA = 1 dan jawaban TIDAK = 0
pada hasil pengamatan yang bapak/ibu lihat pada keluarga dengan lansia asam urat
Tgl
Kode
A
B
C
D
E
F
G
H
TOTAL

( )

( )

( )

( )

( )

MINGGU KE
6
7

( )

( )

10

11

( )

( )

( )

( )

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

12

( )

FORMAT PENILAIAN
KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH OLEH KADER DALAM
MEMANTAU KEMAMPUAN LANSIA ASAM URAT MELAKUKAN
PEMANTAUAN KESEHATAN SECARA MANDIRI
DI KELURAHAN CISALAK PASAR
NO
1.

KOMPONEN PENILAIAN
FASE PRA INTERAKSI
- Persiapan alat : Lembar observasi kemandirian lansia, stiker
penilaian, alat tulis, tensi digital, alat cek asam urat
- Persiapan kader : Cek kembali keluarga yang akan
dikunjungi
- Persiapan lingkungan : Persiapkan lingkungan yang
mendukung untuk pelaksanaan kesiapan alat sudah lengkap
dan lingkungan yang aman dan nyaman untuk dilakukan
kegiatan tanpa ada gangguan dari luar
FASE ORIENTASI
- Pemberian salam pada keluarga
- Perkenalan yang melakukan supervisi
- Kontrak waktu selama 30 menit
- Tujuan kegiatan untuk melakukan pemantuan kemampuan
lansia mengelola kesehatan secara mendiri
- Meminta buku pintar dan KPM yang dipegang lansia
FASE KERJA
- Memeriksa TD, kadar asam urat dan komponen pemeriksaan
dalam KPM
- Kegiatan observasi untuk menu makanan yang dikonsumsi
- Kegiatan observasi terhadap pengisian buku pintar
- Kegiatan tanya jawab terkait pengelolaan kesehatan
- Kegiatan penilaian yang dicapai lansia dalam lembar
observasi kemandirian
- Kegiatan pemberian umpan balik pada lansia terhadap
penerapan kemampuan pemgelolaan kesehatan secara
mandiri dengan pemberian warna di stiker
- Kegiatan pemberian saran dan masukan terhadap lansia dan
keluarga untuk penerapan pemantauan dan pengelolaan
kesehatan secara mandiri
FASE TERMINASI
- Evaluasi lansia dan keluarga terhadap kegiatan yang
dilakukan oleh kader
- Rencana tindak lanjut yang akan dilakukan selanjutnya
- Berpamitan
- Dokumentasi
TOTAL JUMLAH

KET :
SKOR : 0 = Tidak dilakukan
1 = dilakukan tidak sempuna
2 = dilakukan sempurna

SKOR

JUMLAH

2
2
2

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

2
2
2
2

Depok, .................20....
Penilai

NILAI = TOTAL JUMLAH


3,8
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

REKAPITULASI PENILAIAN KETERAMPILAN KADER

MINGGU KE / TANGGAL
NO

NAMA

ALAMAT

10

11

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Depok, .................20.....
Penilai

(
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

12

TOTAL

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

PETUNJUK UMUM
KADER DALAM MELAKUKAN KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH
TENTANG PEMANTAUAN KESEHATAN MANDIRI OLEH
LANSIA DENGAN ASAM URAT DI KELURAHAN CISALAK PASAR

NAMA KADER

: .........................................................................

RW

: .........................................................................

PROGRAM SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2013

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

FORMAT PENILAIAN
KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH OLEH KADER DALAM
MEMANTAU KEMAMPUAN LANSIA ASAM URAT MELAKUKAN
PEMANTAUAN KESEHATAN SECARA MANDIRI
DI KELURAHAN CISALAK PASAR

NO
1.

KOMPONEN PENILAIAN
FASE PRA INTERAKSI
- Persiapan alat : Lembar observasi kemandirian lansia, stiker

SKOR
2

penilaian, alat tulis, tensi digital, alat cek asam urat


- Persiapan kader : Cek kembali keluarga yang akan

dikunjungi
- Persiapan

lingkungan

Persiapkan

lingkungan

yang

mendukung untuk pelaksanaan kesiapan alat sudah lengkap


dan lingkungan yang aman dan nyaman untuk dilakukan
kegiatan tanpa ada gangguan dari luar
FASE ORIENTASI
2

- Pemberian salam pada keluarga

- Perkenalan yang melakukan supervisi

- Kontrak waktu selama 30 menit

- Tujuan kegiatan untuk melakukan pemantuan kemampuan

lansia mengelola kesehatan secara mendiri


2

- Meminta buku pintar dan KPM yang dipegang lansia


FASE KERJA
3

- Memeriksa TD, kadar asam urat dan komponen pemeriksaan

dalam KPM
- Kegiatan observasi untuk menu makanan yang dikonsumsi

- Kegiatan observasi terhadap pengisian buku pintar

- Kegiatan tanya jawab terkait pengelolaan kesehatan

- Kegiatan penilaian yang dicapai lansia dalam lembar

observasi kemandirian
- Kegiatan pemberian umpan balik pada lansia terhadap
penerapan

kemampuan

pemgelolaan

kesehatan

secara

mandiri dengan pemberian warna di stiker

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

JUMLAH

- Kegiatan pemberian saran dan masukan terhadap lansia dan

keluarga untuk penerapan pemantauan dan pengelolaan


kesehatan secara mandiri
FASE TERMINASI
4

- Evaluasi lansia dan keluarga terhadap kegiatan yang

dilakukan oleh kader


- Rencana tindak lanjut yang akan dilakukan selanjutnya

- Berpamitan

- Dokumentasi

2
TOTAL JUMLAH

KET :
SKOR : 0 = Tidak dilakukan
1 = dilakukan tidak sempuna
2 = dilakukan sempurna

NILAI = TOTAL JUMLAH


3,8
Depok, .................2013
Penilai

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

KATEGORI KEMANDIRIAN
........................................
LEMBAR OBSERVASI KEMANDIRIAN LANSIA
NAMA KK
:......................................................
NAMA LANSIA
:......................................................
UMUR
: ......................................................
KADAR ASAM URAT: ......................................................
Petunjuk : Berikanlah tanda ceklist () pada item penilaian komponen yang dilakukan lansia
NO
KOMPONEN
Tidak
Dilakukan Dilakukan
KET
Dilakukan
Dengan
Secara
Bimbingan
Mandiri
1
Mengenali keluhan dan
melakukan cara mengatasi
masalah
2
Melakukan pengaturan menu
makanan dan minuman
3
Melakukan olahraga ringan dan/
atau olah gerak sendi
4
Memeriksakan kesehatan ke
pelayanan kesehatan sebulan
sekali
NILAI
TOTAL NILAI
HASIL PENILAIAN = ................................................
KETERANGAN SKOR :
Tidak Dilakukan = 0
Dilakukan Dengan Bimbingan = 1
Dilakukan Secara Mandiri = 2

HASIL PENILAIAN :
0 = Tidak Melakukan Pengelolaan Kesehatan
1-6 = Dengan Bimbingan
7 = Mandiri

KATEGORI KEMANDIRIAN
MERAH (M) : Kadar asam urat tidak normal, dan tidak melakukan pengelolaan kesehatan
KUNING (K) : Kadar asam urat tidak normal, dan melakukan pengelolaan kesehatan dengan
bimbingan
BIRU (B) : Kadar asam urat tidak normal, dan melakukan pengelolaan kesehatan dengan mandiri
HIJAU (H) : Kadar asam urat normal, dan melakukan pengelolaan kesehatan dengan mandiri

Depok, .................... 2013


Penilai,

(.....................................)

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

REKAPITULASI
HASIL PENILAIAN KEMAMPUAN PEMANTAUAN KESEHATAN MANDIRI
LANSIA DENGAN ASAM URAT DI KELURAHAN CISALAK PASAR
NAMA KADER
ALAMAT

: ....................................................
: ....................................................

Petunjuk Pengisian Setiap item yang dinilai diberi warna dengan kriteria yaitu :
- MERAH (M) : Kadar asam urat tidak normal, dan tidak melakukan pengelolaan
kesehatan
- KUNING (K) : Kadar asam urat tidak normal, dan melakukan pengelolaan kesehatan
dengan bimbingan
- BIRU (B) : Kadar asam urat tidak normal, dan melakukan pengelolaan kesehatan
dengan mandiri
- HIJAU (H) : Kadar asam urat normal, dan melakukan pengelolaan kesehatan dengan
mandiri
NO

NAMA LANSIA

BULAN......................
1

BULAN......................
1

BULAN......................
1

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Hasil Penilaian Akhir Kemampuan Pemantauan Kesehatan Mandiri Lansia Dengan


Asam Urat
- Baik (B) jika tidak ada tanda merah dalam 1 bulan terakhir
-

Cukup (C) jika ada 1 tanda merah dalam 1 bulan terakhir

Kurang (K) jika lebih dari 2 tanda merah dalam 1 bulan terakhir

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

REKAPITULASI
HASIL PENILAIAN KEMAMPUAN PEMANTAUAN KESEHATAN MANDIRI LANSIA DENGAN ASAM URAT
DI KELURAHAN CISALAK PASAR
NAMA KADER
ALAMAT
NO

NAMA LANSIA

: ....................................................
: ....................................................
ALAMAT

BULAN......................
1

NO

NAMA LANSIA

ALAMAT

NAMA LANSIA

ALAMAT

NAMA LANSIA

ALAMAT

NAMA LANSIA

ALAMAT

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

KETERANGAN

KETERANGAN

KETERANGAN

BULAN......................
1

KETERANGAN

BULAN......................

BULAN......................
1

BULAN......................

BULAN......................
1

BULAN......................

BULAN......................

BULAN......................
1

BULAN......................

BULAN......................

BULAN......................
1

NO

BULAN......................
1

NO

BULAN......................
1

NO

BULAN......................

KETERANGAN

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

CATATAN PEMANTAUAN (diisi oleh kader)


Kunjungan ke
Tanggal
Tekanan Darah

10

11

12

NILAI-NILAI NORMAL
Tekanan Darah:
120/80 140/90 mmHg

Sistole
Diastole
Tinggi
Normal
Rendah

Nadi
: 80-100 x/menit
Pernafasan : 18-24 x/menit
Suhu
: 36,8oC-37,2oC

Cepat
Normal
Lambat

Kadar asam urat


Laki-laki : 3,5 - 7,2 mg/dl
Perempuan: 2,6 - 6 mg/dl

Cepat
Normal
Lambat

IMT

Nadi

Pernafasan

Suhu
Kadar Asam Urat
Normal
Tidak Normal

Keluhan sendi saat ini


Nyeri
Bengkak sendi
Keterbatasan gerak

Status Gizi
Indeks Masa Tubuh (IMT) = BB(kg)/TB(m)2
Berat Badan (kg)
Tinggi Badan (meter)
Berat badan lebih
Normal
Berat badan kurang
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
Kartu Harap Dibawa setiap
Berkunjung ke POSBINDU

: 18,5 - 25

PERAWATAN ASAM URAT


RENDAH

2,6

Kadar Asam Urat

Kadar normal asam urat perempuan


perempuan
6

3,5

Cara Pencegahan Penyakit Asam urat


TINGGI

7,2

Kadar normal asam urat laki-laki


perempuan
Kadar asam urat normal, rujuk pada kolom PENCEGAHAN
Kadar asam urat tidak normal, rujuk pada kolom PERAWATAN
Kategori menu makanan
yang dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah :
Golongan A
Golongan B
Golongan C
Purin tinggi
Purin sedang
Purin rendah
(100-1000mg/100gr)
(9-100mg/100gr)
(0-50mg/100gr)
a. Jeroan : Hati,
a. Daging sapi dan a. Nasi
Ginjal, Otak,
ikan yang tidak b. Ubi
Jantung, Paru,
termasuk
c. Singkong
Usus.
golongan A
d. Jagung
b. Ikan laut; udang,
b. Ayam
e. Roti
tongkol, sarden,
c. Kacang-kacangan f. Mie/bihun
kerang, kepiting,
d. Tahu
g. Tepung beras
lobster, cumi-cumi e. Tempe
h. Kue kering
dan remis
f. Kembang kol
i. Puding
c. Ekstrak daging
g. Bayam
j. Susu
(abon,kaldu)
h. Asparagus
k. Keju
d. Ragi (tape)
i. Buncis
l. Lemak dan minyak
e. Alkohol
j. Jamur
m. Gula
f. Makanan dalam
k. Daun singkong
n. Sayuran dan buahkaleng
l. Kangkung
buahan selain
g. Durian, nanas
m. Daun pepaya
dalam kategori
h. Melinjo
n. Santan
golongan A dan B.
Sebaiknya tidak
Dapat dikonsumsi
Boleh
dikonsumsi
sekali-kali
dikonsumsi

1. Hindari makan makanan yang tinggi purin


(Golongan A)
2. Berat badan normal/tidak kegemukan
3. Konsumsi buah yang kaya potasium
(pisang, kentang, dan jambu air)
4. Konsumsi buah dan sayur mengandung
Vitamin A dan C
5. Olah raga teratur ROM (Range of
Motion/pergerakan sendi)
6. Olah raga ringan teratur, seperti berjalan
pagi selama 15-30 menit (minimal 3x
seminggu)
7. Minum air putih minimal sebanyak 8
gelas sehari.
8. Hindari minum-minuman soda dan
alkohol

Cara Perawatan Penyakit Asam Urat


1. Pengaturan makanan sehari-hari dengan
menghindari makanan Golongan A dan
mengurangi makanan Golongan B.
2. Berikan kompres air hangat bila nyeri datang
lakukan selama 10 menit setiap pagi dan sore.
3. Berikan kompres air dingin bila sendi bengkak
atau kemerahan (timbul peradangan)
4. Jika nyeri timbul, kurangi aktivitas dan
istirahatkan yang cukup
5. Tidak memijat bagian yang sakit
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

NO KARTU :

KARTU PEMANTAUAN MANDIRI


(KPM)
LANSIA DENGAN MASALAH
PERGERAKAN AKIBAT ASAM URAT

IDENTITAS LANSIA
NAMA
:.........................................
UMUR
:.........................................
AGAMA :.........................................
ALAMAT :.........................................
TINGGAL DENGAN: ........................
PROGRAM SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2012

BUKU PINTAR
LANSIA DENGAN ASAM URAT

DILAKSANAKAN DI :
RW ........ KELURAHAN CISALAK PASAR
PEMILIK
NAMA : .........................................................
ALAMAT :......................................................

PROGRAM NERS SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2012/2013

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

BUKU PINTAR

LANSIA DENGAN ASAM URAT

PEMATERI:
Ns. Putu Ayu Sani Utami, S.Kep., M.Kep

SUPERVISOR:
Dra. Junaiti Sahar SKp, M.App.Sc, Ph.D
Widyatuti, S.Kp., M.Kep.,Sp.Kep.Kom
Etty Rekawati, S.Kp., M.Kes

PROGRAM NERS SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2012/2013

2
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
karunia dan limpahan rahmat-Nya, buku ini dapat tersusun. Buku ini merupakan
buku pelengkap yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan lansia
mengenai asam urat dan juga sebagai buku catatan perkembangan kesehatan.
Gangguan mobilitas merupakan salah satu keluhan yang paling banyak terjadi
pada orang-orang yang telah berusia lanjut. Gangguan mobilitas ini dapat
disebabkan karena penyakit artritis khususnya gout artritis (asam urat) dimana
terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah dan menumpuk di sendi
berupa kristal yang menimbulkan rasa nyeri. Penyakit ini lebih banyak
disebabkan oleh pengaruh gaya hidup dan efek dari penuaan. Apabila tidak
diatasi, tentu saja penyakit asam urat ini membawa dampak permasalahan yang
lebih serius terhadap kesehatan lansia.
Harapannya, dengan adanya buku ini lansia dapat lebih memahami mengenai
penyakit asam urat dan perawatannya, mengetahui perkembangan kesehatannya
serta lebih termotivasi untuk memantau status kesehatannya secara terus menerus
guna mencegah permasalahan kesehatan yang lebih serius.
Penulis menyadari, bahwa buku pintar ini masih jauh dari sempurna, sehingga
masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan.

Depok, 7 November 2012

Penulis

3
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

A. IDENTITAS LANSIA
1. Nama KK

:...............................................

2. Nama Lansia

:...............................................

3. Usia

:...............................................

4. Alamat

:...............................................

5. Suku Bangsa

:...............................................

6. Pendidikan terakhir

:...............................................

7. Jumlah anggota Keluarga dalam satu rumah :...........orang


8. Jaminan Pelayanan Kesehatan yang dimiliki:
Jamkesmas/ Jamkesda/ Askes/ Tidak Ada/ Lainnya...................
*coret yang tidak perlu

B. CATATAN PEMERIKSAAN KADAR ASAM URAT


No

Tanggal

Tempat

Kadar Asam

Pemeriksaan

Urat

Keterangan

Pemeriksa/
TTD

4
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

No

Tanggal

Tempat

Kadar Asam

Pemeriksaan

Urat

Keterangan

Pemeriksa/
TTD

5
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

No

Tanggal

Tempat

Kadar Asam

Pemeriksaan

Urat

Keterangan

Pemeriksa/
TTD

6
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

C. CATATAN PENGUKURAN TEKANAN DARAH


No

Tanggal

Tekanan Darah

Keterangan

Pemeriksa/TTD

7
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

No

Tanggal

Tekanan Darah

Keterangan

Pemeriksa/TTD

8
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

No

Tanggal

Tekanan Darah

Keterangan

Pemeriksa/TTD

9
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

D. CATATAN RIWAYAT KELUHAN/ MASALAH


Tanggal

Keluhan

Cara Mengatasi

10
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Tanggal

Keluhan

Cara Mengatasi

11
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Tanggal

Keluhan

Cara Mengatasi

12
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Tanggal

Keluhan

Cara Mengatasi

13
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

E. CATATAN KONSUMSI MAKANAN DAN MINUMAN


Hari/Tanggal/
waktu

Jenis Makanan
(Nasi/bubur, Lauk,
Sayur, Buah,
Jajanan, dll) yang
dikonsumsi

Porsi Makanan
(Piring/Mangkuk/
Potong/Biji/Buah
/ Gelas/Sendok)

Jenis
Minuman

Jumlah
Minuman
(Gelas/
Botol) yang
dikonsumsi

Ket

PAGI

SIANG

MALAM

PAGI

SIANG

MALAM

PAGI

SIANG

MALAM

14
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Hari/Tanggal/
waktu

Jenis Makanan
(Nasi/bubur, Lauk,
Sayur, Buah,
Jajanan, dll) yang
dikonsumsi

Porsi Makanan
(Piring/Mangkuk/
Potong/Biji/Buah
/ Gelas/Sendok)

Jenis
Minuman

Jumlah
Minuman
(Gelas/
Botol) yang
dikonsumsi

Ket

PAGI

SIANG

MALAM

PAGI

SIANG

MALAM

PAGI

SIANG

MALAM

15
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Hari/Tanggal/
waktu

Jenis Makanan
(Nasi/bubur, Lauk,
Sayur, Buah,
Jajanan, dll) yang
dikonsumsi

Porsi Makanan
(Piring/Mangkuk/
Potong/Biji/Buah
/ Gelas/Sendok)

Jenis
Minuman

Jumlah
Minuman
(Gelas/
Botol) yang
dikonsumsi

Ket

PAGI

SIANG

MALAM

PAGI

SIANG

MALAM

PAGI

SIANG

MALAM

16
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Hari/Tanggal/
waktu

Jenis Makanan
(Nasi/bubur, Lauk,
Sayur, Buah,
Jajanan, dll) yang
dikonsumsi

Porsi Makanan
(Piring/Mangkuk/
Potong/Biji/Buah
/ Gelas/Sendok)

Jenis
Minuman

Jumlah
Minuman
(Gelas/
Botol) yang
dikonsumsi

Ket

PAGI

SIANG

MALAM

PAGI

SIANG

MALAM

PAGI

SIANG

MALAM

17
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Hari/Tanggal/
waktu

Jenis Makanan
(Nasi/bubur, Lauk,
Sayur, Buah,
Jajanan, dll) yang
dikonsumsi

Porsi Makanan
(Piring/Mangkuk/
Potong/Biji/Buah
/ Gelas/Sendok)

Jenis
Minuman

Jumlah
Minuman
(Gelas/
Botol) yang
dikonsumsi

Ket

PAGI

SIANG

MALAM

PAGI

SIANG

MALAM

PAGI

SIANG

MALAM

18
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Hari/Tanggal/
waktu

Jenis Makanan
(Nasi/bubur, Lauk,
Sayur, Buah,
Jajanan, dll) yang
dikonsumsi

Porsi Makanan
(Piring/Mangkuk/
Potong/Biji/Buah
/ Gelas/Sendok)

Jenis
Minuman

Jumlah
Minuman
(Gelas/
Botol) yang
dikonsumsi

Ket

PAGI

SIANG

MALAM

PAGI

SIANG

MALAM

PAGI

SIANG

MALAM

19
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Hari/Tanggal/
waktu

Jenis Makanan
(Nasi/bubur, Lauk,
Sayur, Buah,
Jajanan, dll) yang
dikonsumsi

Porsi Makanan
(Piring/Mangkuk/
Potong/Biji/Buah
/ Gelas/Sendok)

Jenis
Minuman

Jumlah
Minuman
(Gelas/
Botol) yang
dikonsumsi

Ket

PAGI

SIANG

MALAM

PAGI

SIANG

MALAM

PAGI

SIANG

MALAM

20
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Hari/Tanggal/
waktu

Jenis Makanan
(Nasi/bubur, Lauk,
Sayur, Buah,
Jajanan, dll) yang
dikonsumsi

Porsi Makanan
(Piring/Mangkuk/
Potong/Biji/Buah
/ Gelas/Sendok)

Jenis
Minuman

Jumlah
Minuman
(Gelas/
Botol) yang
dikonsumsi

Ket

PAGI

SIANG

MALAM

PAGI

SIANG

MALAM

PAGI

SIANG

MALAM

21
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Hari/Tanggal/
waktu

Jenis Makanan
(Nasi/bubur, Lauk,
Sayur, Buah,
Jajanan, dll) yang
dikonsumsi

Porsi Makanan
(Piring/Mangkuk/
Potong/Biji/Buah
/ Gelas/Sendok)

Jenis
Minuman

Jumlah
Minuman
(Gelas/
Botol) yang
dikonsumsi

Ket

PAGI

SIANG

MALAM

PAGI

SIANG

MALAM

PAGI

SIANG

MALAM

22
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Hari/Tanggal/
waktu

Jenis Makanan
(Nasi/bubur, Lauk,
Sayur, Buah,
Jajanan, dll) yang
dikonsumsi

Porsi Makanan
(Piring/Mangkuk/
Potong/Biji/Buah
/ Gelas/Sendok)

Jenis
Minuman

Jumlah
Minuman
(Gelas/
Botol) yang
dikonsumsi

Ket

PAGI

SIANG

MALAM

PAGI

SIANG

MALAM

PAGI

SIANG

MALAM

23
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Hari/Tanggal/
waktu

Jenis Makanan
(Nasi/bubur, Lauk,
Sayur, Buah,
Jajanan, dll) yang
dikonsumsi

Porsi Makanan
(Piring/Mangkuk/
Potong/Biji/Buah
/ Gelas/Sendok)

Jenis
Minuman

Jumlah
Minuman
(Gelas/
Botol) yang
dikonsumsi

Ket

PAGI

SIANG

MALAM

PAGI

SIANG

MALAM

PAGI

SIANG

MALAM

24
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

MATERI 1

ASAM URAT
A. Pengertian Asam Urat
Asam urat merupakan sisa metabolisme purin (protein) yang berasal dari makanan
dan sukar larut dalam air.
Penyakit asam urat (Gout Arthritis) adalah serangan radang persendian yang
berulang yang disebabkan oleh penimbunan kristal asam urat di dalam persendian.
B. Nilai Normal kadar Asam Urat
Wanita : 2,6- 6 mg/dl
Pria : 3,5 7,2 mg/dl
C. Penyebab Asam Urat
1. Gangguan ginjal
2. Makan makanan yang banyak mengandung asam urat
3. Kekurangan cairan (dehidrasi)
D. Tanda dan gejala Asam urat menurut Smeltzer & Bare (2002)
1. Munculnya rasa sakit yang berat dan sendi yang terkena terlihat bengkak,
kemerahan dan panas.
2. Nyeri dan kaku pada kaki dan jari-jari kaki. Nyeri yang hebat dirasakan
pada satu atau beberapa sendi, seringkali terjadi pada malam hari
3. Serangan cenderung sembuh spontan dalam waktu 10-14 hari meskipun
tanpa terapi.
4. Gangguan dan atau keterbatasan gerak sendi.
5. Pada pemeriksaan asam urat,hasilnya meningkat (pria > 7,2 mg/dl dan
wanita >6 mg/dl)
E. Bahaya jika Asam urat tidak ditangani
Aktivitas terganggu akibat nyeri
Kerusakan/cacat pada persendian dan tulang
Komplikasi (gangguan ginjal, jantung, hipertensi)
F. Cara Pencegahan Asam urat menurut Mahan, L.K., & Escott-Stump (2000),
1. Pembatasan makanan yang mengandung zat tinggi purin (makanan yang
mengandung asam urat tinggi)
2. Berat badan normal/tidak kegemukan
3. Konsumsi makanan tinggi karbohidrat (nasi, roti, singkong, ubi)
4. Olah raga teratur atau melakukan pergerakan ROM (Range of Motion)
25
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

5. Banyak minum air putih (minum minimal sebanyak 2,5 liter atau 10 gelas
sehari.
6. Makan buah yang banyak mengandung air dan vitamin C
7. Menkonsumsi vitamin A dan C
G. Cara Perawatan Asam urat
1. Berikan kompres air hangat bila nyeri datang lakukan selama 10 menit setiap
pagi dan sore.
2. Berikan kompres air dingin bila sendi bengkak atau kemerahan (timbul
peradangan).
3. Kurangi aktivitas pada sendi yang terkena dan istirahat yang cukup
4. Tidak memijat bagian yang sakit.
5. Pengaturan makanan rendah purin
H. Jenis Makanan yang Perlu diperhatikan
Golongan A
Golongan B
Kadar purin tinggi
Kadar purin sedang
100-1000 mg purin/100 gram
9-100 mg purin/100 gr
(Sebaiknya tidak dikonsumsi)
bahan makanan (Dapat
dikonsumsi sekali-kali)
a) Semua makanan dan
minuman yang mengandung
alkohol, yaitu arak, bir, wiski,
anggur, tape ketan, tuak, dan
makanan yang mengandung
ragi
b) Bebek, angsa, ikan kecil, ikan
sarden, makarel, remis,
kerang, kepiting, lobster, dan
telur ikan
c) Makanan yang diawetkan
dalam kaleng seperti kornet,
sarden, dan lain-lain
d) Jeroan, misalnya otak, lidah,
jantung, hati, limpa, ginjal,
dan usus
e) Kaldu daging.
f) Durian, alpukat
g) Melinjo, daun melinjo

Dibatasi maksimal 50-75


gram (1-1 potong) atau
1 mangkuk (100 g)
sayuran sehari.
a) Ikan air tawar
b) Daging sapi, ayam,
udang.
c) Kacang kering dan
hasil olah seperti tahu,
tempe, dan oncom.
d) Sayuran (misalnya
kembang kol, bayam,
jamur, kangkung, daun
singkong, daun
pepaya, kacang
polong, dan buncis)
e) buah nanas

Golongan C
Kadar purin rendah
0-50 mg/100 gr
makanan
(Bebas dikonsumsi)
Nasi, ubi, singkong,
roti,
beras,makaroni,
keju, telur, jagung,
kue kering,
mie/bihun, produk
susu, gula, tomat,
Sayuran dan buahbuahan selain
dalam golongan A
dan B

Dikutip dari Harris, M; Siegel, L; Alloway, J. 1999. Gout and Hyperuricemia. American Academy of
Family Physicians

26
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

I.

Obat Tradisional untuk mencegah penyakit asam urat menurut Beth M. Ley, 2007
1. Terapi obat tradisional (herbal) : Konsumsi takokak menurut selera dan
lakukan secara teratur.
2. Belah 1 buah pare mentah segar, buang bijinya. Setelah itu, cuci bersih dan
potong-potong, lalu rebus dengan 2 gelas air bersih hingga tersisa 1 gelas.
Dinginkan lalu saring. Pemakaian : minum sekaligus, satu kali sehari.
3. 300 gr sirsak, buang bijinya. Blender sirsak, tuangkan ke dalam gelas.
Minum setiap hari 1 gelas.
4. Jus seledri mengandung diuretic untuk mengeluarkan urin.
5. Kunyit dan temulawak mengandung curcumin yang dapat mengurangi
reaksi peradangan pada sendi
6. Pisang (mengandung potasium & B6 yang bermanfaat untukmengurangi
rasa sakit persendian & nyeri otot)
7. Buah mengandung banyak air sangat penting, (semangka, melon,belewah,
belimbing, & jambu air)
8. Rebus 7 lembar daun salam bersama dengan 2 gelas air sampai tersisa 1
gelas ir rebusan. Minumlah selagi hangat pagi dan sore hari
9. Labu siam diparut kemudian disaring diambil airnya diminum tiap hari
10. Makan buah mengandung banyak air seperti semangka, melon, belewah,
belimbing, & jambu air
11. Cuka apel yang sudah jadi & dicampur madu dengan ukuran satu sendok
madu ditambah 2 sendok makan cuka apel tambah air hangat +50cc &
diminum selama 1 minggu pagi bangun tidur &sebelum tidur malam

Untuk mengetahui kadar asam urat dan mendapatkan


pengobatan lebih lanjut serta penyuluhan

Dapat pergi ke

POSBINDU, PUSKESMAS,

atau Klinik serta RUMAH SAKIT

27
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

MATERI 2
LATIHAN GERAK SENDI (ROM)
A. Pelatihan ROM (Range Of Motion)
1. Pengertian
Latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan
peregangan otot, dimana lansia menggerakkan masing-masing persendiannya
sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif.
2. Tujuan
a. Meningkatkan atau mempertahankan kelenturan dan kekuatan otot,
b. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan, mencegah kerusakan dan
kekakuan pada sendi.
3. Manfaat
Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan
pergerakan, memperbaiki kekencangan otot, mencegah terjadinya kekakuan sendi,
memperlancar sirkulasi darah.
4. Kontraindikasi
a. Lansia dengan gangguan pada jantung dan pembuluh darah serta sistem
pernafasan
b. Pembengkakan dan peradangan pada sendi atau tulang
c. Cedera pada tulang disekitar sendi
5. Prosedur Latihan
a. Cuci tangan
b. Atur posisi tubuh senyaman mungkin untuk melakukan latihan, dapat berdiri
atau duduk sambil bersender.
c. Rapatkan kedua kaki dan letakkan lengan pada masing-masing sisi tubuh
d. Lakukan gerakan dengan hitungan 1x8
e. Masing-masing gerakan dapat diulangi sampai 3 kali

28
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

6. Gerakan
a. LEHER
1) Menggerakkan dagu menempel ke dada
2) Mengembalikan kepala ke posisi tegak
3) Menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin
4) Memiringkan kepala sejauh mungkin kearah setiap bahu

Gerakan
a.1, a.2, a.3

Gerakan
a.4

b. BAHU
1) Menaikkan lengan dari posisi di samping tubuh ke depan ke posisi di atas
kepala
2) Mengembalikan lengan ke posisi di samping tubuh
3) Menggerakkan lengan ke belakang tubuh, siku tetap lurus

4) Menaikkan lengan ke posisi samping di atas kepala dengan telapak tangan


jauh dari kepala
5) Menurunkan lengan ke samping dan menyilang tubuh sejauh mungkin

29
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

6) Tekuk siku sejajar bahu, putar bahu dengan menggerakkan lengan sampai
ibu jari menghadap kedalam dan kebelakang

7) Tekuk siku, Gerakkan lengan sampai ibu jari ke atas dan kesamping kepala

8) Menggerakkan lengan dengan lingkaran penuh

c. SIKU
1) Menekuk siku sehingga lengan bawah bergerak ke depan sendi bahu dan
tangan sejajar bahu
2) Meluruskan siku dengan menurunkan tangan

30
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

d. LENGAN BAWAH
1) Memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan menghadap
keatas
2) Memutar lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap ke bawah

e. PERGELANGAN TANGAN
1) Menggerakkan telapak tangan dan jari-jari ke sisi bagian dalam lengan
bawah
2) Menggerakkan telapak tangan dan jari-jari ke sisi bagian atas kearah bahu

Gerakan e.1

Gerakan e.2

3) Menekuk pergelangan tangan miring ke ibu jari


4) Menekuk pergelangan tangan miring kearah lima jari

Gerakan e.3

Gerakan e.4

31
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

f. JARI-JARI TANGAN
1) Mengenggam
2) Meluruskan jari-jari tangan

3) Meregangkan jari-jari tangan satu dengan yang lain


4) Merapatkan kembali jari-jari tangan

g. IBU JARI
1) Menggerakkan ibu jari menyilang permukaan telapak tangan
2) Menggerakkan ibu jari lurus menjauh dari tangan
3) Mengerakkan ibu jari kedepan tangan
4) Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada tangan yang sama

Gerakan g.1

Gerakan g.2

Gerakan g.3

Gerakan g.4

32
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

h. PINGGUL
1) Menggerakkan kaki ke depan dan atas
2) Menggerakkan kembali ke samping tungkai yang lain
3) Menggerakkan tungkai ke belakang tubuh
Gerakan h.1

Gerakan h.2

Gerakan h.3

4) Menggerakkan kaki ke samping menjauhi tubuh


5) Menggerakkan tungkai kembali ke posisi sejajar dengan kaki lainnya
Gerakan h.4

Gerakan h.5

6) Memutar kaki kearah kaki lain


7) Memutar kaki menjauhi kaki yang lain
Gerakan h.6

Gerakan h.7

8) Mengerakkan kaki melingkar

33
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

i. LUTUT
1) Mengerakkan tumit kearah belakang paha
2) Mengembalikan kaki kearah lantai

j. MATA KAKI
1) Mengerakkan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke atas
2) Menggerakkan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke bawah

k. KAKI
1) Memutar telapak kaki ke samping dalam
2) Memutar telapak kaki ke samping luar

34
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

l. JARI-JARI KAKI
1) Melengkungkan jari-jari kaki ke bawah
2) Meluruskan jari-jari kaki

Gerakan l.1

Gerakan l.2

3) Meregangkan jari-jari kaki satu dengan yang lainnya


4) Merapatkan kembali jari-jari kaki bersama-sama

Gerakan l.3

Gerakan l.4

......SELAMAT BERLATIH......

35
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

MATERI 3
KOMPRES JAHE MERAH UNTUK MENURUNKAN NYERI
2.1 JAHE
Pengertian
Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu.
Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Oleh karena
itu kedua bangsa ini disebut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali
memanfaatkan jahe terutama sebagai bahan minuman, bumbu masak dan obatobatan tradisional.
Jenis Tanaman
Jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan warna
rimpangnya. Umumnya dikenal 3 varietas jahe, yaitu :
a) Jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak
Rimpangnya lebih besar dan gemuk, ruas rimpangnya lebih
menggembung dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini bias dikonsumsi baik
saat berumur muda maupun berumur tua. Jahe ini rasanya tidak terlalu
pedas sehingga banyak digunakan sebagai bumbu masakan baik secara
nasional maupun internasional.
b) Jahe putih/kuning kecil atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit
Jahe ini selalu dipanen setelah berumur tua. Jahe ini juga dipakai sebagai
bumbu masakan, ruasnya lebih kecil, agak rata, sedikit agak sedikit
mengembung, rasa lebih pedas, seratnya tinggi dan aromanya cukup tajam.
c) Jahe merah
Rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari pada jahe putih kecil.
sama seperti jahe kecil, jahe merah selalu dipanen setelah tua, dan juga
memiliki kandungan minyak atsiri yang tinggi, sehingga cocok untuk ramuan
obat-obatan. Jahe jenis ini memiliki kandungan gingerol (zat antiradang)
yang lebih tinggi dibanding dua macam jahe lainnya, ukuran rimpangnya
paling kecil dengan kulit warna merah, memiliki serat lebih besar
dibandingkan dengan jahe biasa. Jahe jenis yang ini memiliki kandungan
minyak atsiri tinggi dan rasa yang paling pedas, cocok untuk bahan dasar
farmasi dan jamu.
Manfaat
Adapun manfaat jahe antara lain adalah sebagai karminatif (peluruh
kentut), anti muntah, pereda kejang, anti pengerasan pembuluh darah, peluruh
keringat, anti inflamasi, anti mikroba dan parasit, anti piretik, anti rematik, serta
merangsang pengeluaran getah lambung dan getah empedu.
36
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

2.2 KOMPRES JAHE MERAH


Kompres jahe merah merupakan salah satu terapi hangat dengan
pendekatan terapi herbal. Herbal yang digunakan adalah jahe merah, dimana
jahe jenis ini mengandung komponen minyak atsiri yang bersifat melembabkan
dan mengandung zat aktif shogaol, gingerol, paradol dang zingeron yang
bersifat hangat dan dapat melancarkan peredaran darah. Pemberian jahe pada
pasien asam urat dan gangguan muskuloskleletal sangat bermanfaat dalam
menghilangkan nyeri dan gejala yang berhubungan dengan asam urat.
Selain itu manfaat jahe merah yang memberikan sensasi rasa hangat jika
dilakukan dengan cara kompres yaitu:
a) Memperlancar sirkulasi darah
b) Mengurangi rasa sakit
c) Memberi rasa hangat,nyaman dan tenang pada klien
Kompres jahe merah hangat tidak disarankan bagi orang yang mengalami :
a) Trauma/cedera
b) Perdarahan
c) Gangguan pembekuan darah
d) Pembengkakan
Lokasi Pengompresan
Kompres dapat dilakukan pada area tubuh yang mengalami gangguan.
Misalnya persendian atau punggung.
Cara penggunaan
1) Siapkan satu atau dua ruas rimpang jahe merah.
2) Panaskan rimpang tersebut diatas api atau bara kemudian tumbuklah jahe
tersebut.
3) Lakukan tes alergi : tempelkan sedikit tumbukan jahe merah yang telah
dibakar pada lengan bagian dalam. Tunggu selama 5 menit. Apabila terjadi
kemerahan dan muncul rasa gatal disekitar area penempelan berarti anda
alergi dan jangan diteruskan untuk melakukan kompres jahe merah,
gantilah dengan menggunakan kompres air hangat. Apabila tidak terjadi
kemerahan ataupun gatal berarti anda tidak memiliki alergi terhadap jahe
merah dan anda dapat menempelkan/mengompres tumbukan jahe merah
bakar pada area persendian anda yang mengalami nyeri.
4) Tempelkan atau kompres tumbukan jahe pada daerah yang nyeri karena
asam urat selama 15-30 menit.
5) Untuk pemakaian teratur sebaiknya dilakukan sehari dua kali di pagi dan
sore hari selama 7 hari berturut-turut

37
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

MATERI 4
PEMANTAUAN KESEHATAN DIRI
1. Kurangi Berat Badan bila kelebihan berat badan (capai berat badan ideal)
Obesitas atau kegemukan seseorang dapat diketahui dengan menghitung indek
masa tubuh (IMT) yaitu berat badan dalam kilogram dibagi dengan tinggi
badan dalam m2 (Yuliarti, 2007).
BB (Kg)
I MT =
TB x TB (m)
Pengukuran antropometri yang paling sering digunakan adalah rasio antara
berat badan (kg) dan tinggi badan (m2) kuadrat, yang disebut Indeks Massa
Tubuh (IMT) terlihat dalam sebagai berikut :
Tabel Indeks Massa Tubuh
Status Gizi
Normal
Kegemukan
Obesitas

Wanita
17 - 23
23 -27
>27

Laki-laki
18 - 25
25 -27
>27

2. Rutin periksakan tekanan darah


Waspadai terjadinya kenaikan tekanan darah dengan rutin memeriksakan
tekanan darah sebulan sekali ke pelayanan kesehatan.
Kriteria hipertensi berdasarkan JNC 7
TD sistolik
TD diastolik
(mmHg)
(mmHg)
Normal
< 120
< 80
Prehipertensi
120 - 139
80 - 89
Hipertensi stadium 1
140 - 159
90 - 99
Hipertensi stadium 2
160
100
Sumber: Aziza (2007).

38
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

3. HATI-HATI JATUH!
Lansia dengan masalah keterbatasan gerak akibat penyakit asam urat sangat
berisiko untuk jatuh.
a. Berikut ini adalah cara yang dapat dilakukan lansia setelah jatuh jika masih bisa
bangun adalah:
1) Mengangkat badan dengan bantuan siku

2) Mengangkat tubuh lagi dengan bantuan lutut dan kedua lengan lurus

3) Pegang permukaan kursi/ benda untuk membantu berdiri

4) Hadapkan tubuh ke kursi untuk berdiri

39
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

5) Putar badan pelan-pelan dan duduk di kursi

b. Sedangkan, cara yang dapat dilakukan lansia setelah jatuh jika lansia tidak
bisa bangun adalah:
1) Menarik perhatian dengan memukul benda atau membunyikan alarm
atau menelpon jika bisa.

2) Temukan bantal/ guling/ pakaian yang digulung dan letakkan di bawah


kepala

3) Untuk menjaga kehangatan, selimuti badan dengan pakaian, taplak atau


kain yang ada di sekitar

40
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

4) Untuk menjaga pergerakan, ubah posisi untuk menghindari tekanan


pada luka, gerakkan sendi untuk menghindari kekakuan dan
meningkatkan sirkulasi

TIPS
Sediakan bel/ alarm di dekat Anda dan nomor
telepon darurat
Tinggallah bersama keluarga untuk membantu
Anda
Diskusikan dengan petugas kesehatan setelah
jatuh apalagi jika terjadi masalah kesehatan
bawa ke tempat pelayanan kesehatan terdekat

41
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Cara Merawat Keluarga


denganAsam Urat
1. Pengaturan makanan rendah purin
2. Kompres hangat jika nyeri. Dapat
menggunakan kain atau botol berisi air
hangat
3. Kurangi aktivitas dan istirahat yang
cukup
4. Tidak memijat bagian yang
sakit

7. Kentang mentah & apel malang di


jus.

Makanan apa yang


seharusnya dihindari ??
Golongan A: Makanan yang

sebaiknya tidak dikonsumsi adalah


hati, ginjal, otak, jantung, paru,

Obat Tradisional Asam Urat

jeroan, udang, remis, kerang, sar-

1. Buah sirsak dimakan begitu saja atau di jus (kaya


mineral & vitamin larut air yang
berkhasiat mengobati asam urat serta memperlambat proses penuaan).

din, tongkol, ekstrak daging (abon,


dendeng), ragi (tape), alkohol serta

2. Pisang (mengandung potasium & B6 yang bermanfaat untukmengurangi rasa sakit persendian
& nyeri otot)

Golongan B: Makanan yang

3. Buah mengandung banyak air sangat penting,


(semangka, melon,belewah, belimbing,
& jambu air
4. Daun salam 7 lembar direbus dengan dua gelas
air, sampai tinggal 1 gelas, diminum pagi
& sore
5. Labu siam diparut kemudian disaring diambil
airnya diminum tiap hari
6. Cuka apel yang sudah jadi & dicampur madu
dengan ukuran satu sendok madu ditambah 2
sendok makan cuka apel tambah air hangat
+50cc & diminum selama 1 minggu
pagi bangun tidur &sebelum tidur
malam

KENALI
PENYAKIT ASAM URAT

makanan dalam kaleng.

harus dikurangi adalah daging sapi,


ayam, kacang-kacangan, tahu dan
tempe, kembang kol, bayam, asparagus, buncis, jamur, daun singkong, daun pepaya, kangkung.
Golongan C: Makanan yang

boleh dikonsumsi adalah nasi, ubi,


jagung, keju, susu, telur, sayuran
dan buah-buahan selain golongan
A dan B.
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

PROGRAM NERS SPESIALIS


KEPERAWATAN KOMUNITAS
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA

APA ITU ASAM URAT ???


Asam urat merupakan sisa
metabolisme zat purin yang berasal dari
makanan dan sukar larut dalam air.

Bagaimana tanda dan


Gejalanya ???
1. Nyeri yang hebat dirasakan pada
satu atau beberapa sendi, seringkali

Penyakit asam urat (Gout Arthritis)


adalah serangan radang persendian
yang berulang,yang disebabkan
oleh penimbunan

terjadi pada malam hari


2. Kesemutan dan linu
3. Sendi yang terkena terlihat bengkak,

AKIBAT JIKA ASAM URAT


TIDAK DITANGANI
Aktivitas terganggu oleh nyeri
Cacat pada tulang
Komplikasi (gangguan ginjal,
jantung, hipertensi )

PENCEGAHAN ASAM URAT


1. Makan makanan rendah purin

kristal asam urat di

kemerahan, panas, nyeri

dalam persendian.

2. Banyak minum air putih (min.


8 gelas/hari)

4. Gangguan gerak (ROM)

3. Konsumsi buah yang banyak mengandung vit.C(jeruk, strawberry)

Normal:
Wanita : 2,6- 6 mg/dl
Pria : 3,5 7,2 mg/dl

5. Pada pemeriksaan asam


urat,hasilnya meningkat (pria >

4. Konsumsi makanan kaya akan potasium (pisang,kentang, jambu air)

7,2 mg/dl dan wanita >6 mg/dl)

5. Lakukan latihan pergerakan sendi

Penyebab Asam Urat

6. Olahraga ringan teratur, seperti berjalan


pagiselama 15-30 menit, minimal 3x seminggu dapatmengurangi timbulnya gejala.

Gangguan ginjal
Makan makanan yang
banyakmengandung asam urat

7. Mengurangi berat badan dalam batas


normal dengan diet

Kekurangan cairan (dehidrasi)

8. Hindari minum alkohol


yang berlebihan
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS-FIK-UI-2012

BAGAIMANA MEMBANTU
LANSIA YANG JATUH ???
SEBAIKNYA LANSIA BERUSAHA UNTUK BANGUN SENDIRI,
ANDA HANYA BERTINDAK SEBAGAI PEMANDUNYA

TENANGKAN LANSIA DAN BIARKAN


LANSIA TETAP BERBARING SAMBIL
ANDA MEMERIKSA APAKAH ADA
CEDERA. TANYAKAN KEPADA LANSIA
APAKAH DIA BISA BERGERAK.
TEMPATKAN DUA BUAH KURSI YANG
SALING BERHADAPAN DI DEKAT
LANSIA. JIKA LANSIA BISA BERGERAK,
BANTU LANSIA DENGAN LEMBUT
BERGESER KE SAMPING.
BANTU LANSIA BERPEGANGAN PADA
KURSI DIHADAPANNYA. ARAHKAN
LANSIA UNTUK MENGANGKAT
BADANNYA DENGAN BERTOPANG
PADA LUTUTNYA.
ARAHKAN LANSIA UNTUK
MENGANGKAT BADANNYA
SETENGAH BERDIRI BERTOPANG
PADA KEDUA TANGANNYA DI KURSI
DIHADAPANNYA. DEKATKAN KURSI DI
BELAKANG LANSIA KEARAHNYA.
PERSILAHKAN LANSIA UNTUK DUDUK
DENGAN TENANG. JANGAN
MENINGGALKAN LANSIA SEBELUM
ANDA MEMASTIKAN TIDAK ADA
CEDERA. JIKA PERLU, BAWA LANSIA
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani
FIK UI, 2013
KEUtami,
PELAYANAN
KESEHATAN.
@sani-2012

SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS-FIK-UI-2012

LANSIA WASPADA TERHADAP JATUH!


Lansia dengan masalah keterbatasan gerak akibat
penyakit asam urat sangat berisiko untuk jatuh...
Cara Yang Dapat Dilakukan Lansia
Setelah Jatuh Jika MASIH Bisa Bangun

1. Mengangkat
badan dengan
bantuan siku.
2

2. Mengangkat
tubuh lagi
dengan bantuan
lutut dan kedua
lengan lurus.

Cara Yang Dapat Dilakukan Lansia Setelah


Jatuh Jika TIDAK Bisa Bangun

1. Menarik perhatian dengan memukul


benda atau membunyikan alarm atau
menelpon jika bisa.
2

3. Pegang
permukaan
kursi/ benda
untuk
membantu
berdiri.

2. Temukan bantal/ guling/ pakaian


yang digulung dan letakkan di bawah
kepala.

4. Hadapkan
tubuh ke
kursi untuk
berdiri.

3. Untuk menjaga kehangatan, selimuti


badan dengan pakaian, taplak atau
kain yang ada di sekitar.

TIPS

5. Putar badan
pelan-pelan
dan duduk di
kursi.

4. Ubah posisi untuk menghindari


tekanan pada luka, gerakkan sendi
untuk menghindari kekakuan.

Sediakan bel/ alarm di dekat Anda dan nomor telepon darurat.


Tinggallah bersama keluarga untuk membantu Anda.
Diskusikan dengan petugas kesehatan setelah jatuh apalagi jika terjadi
masalah kesehatan bawa ke tempat pelayanan kesehatan terdekat.
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS-FIK-UI-2012

LATIHAN GERAK SENDI

BAGI LANSIA DENGAN MASALAH KETERBATASAN GERAK AKIBAT ASAM URAT


PETUNJUK LATIHAN
a. Cuci tangan
b. Atur posisi tubuh senyaman mungkin untuk melakukan latihan, dapat berdiri atau duduk sambil
bersender.
c. Rapatkan kedua kaki dan letakkan lengan pada masing-masing sisi tubuh
d. Lakukan gerakan dengan hitungan 1x8. Masing-masing gerakan dapat diulangi sampai 3 kali.
e. Gerakan ini sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum jam 9 dan sore hari sebelum mandi.
f. Urutan gerakan ini dapat dilakukan secara acak.

Gerakkan leher
menunduk dan
menengadah
secara bergantian

Arahkan kepala
menengok ke
kanan dan ke kiri
secara bergantuan

Miringkan kepala
sejauh mungkin
kearah setiap bahu

Latihan ini tidak disarankan bagi:


a. Lansia dengan gangguan pada jantung dan
pembuluh darah serta sistem pernafasan.
b. Pembengkakan dan peradangan pada
sendi atau tulang.
c. Cedera pada tulang disekitar sendi.

Putar kepala searah


jarum jam dan
berlawanan dengan
arah jarum jam secara
bergantian

Angkat dan
turunkan tangan
kanan/kiri di depan
badan secara
bergantian

Angkat dan
turunkan tangan
kanan/kiri di
samping badan
secara bergantian

11

Arahkan tangan
kanan/kiri ke depan
badan dan ke belakang
punggung secara
bergantian
12

10

Tekuk siku sejajar bahu, putar


bahu dengan menggerakkan
lengan sampai ibu jari menghadap
kedalam dan kebelakang

Tekuk siku, Gerakkan lengan


sampai ibu jari ke atas dan
kesamping kepala

Gerakkan lengan
dengan lingkaran
penuh

Tekuk siku sehingga lengan bawah


bergerak ke depan sendi bahu dan
tangan sejajar bahu, kemudian
Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013
luruskan.

Balik lengan bawah


kanan/kiri terlungkup dan
terlentang secara bergantian

13

14

Tekuk ke dalam, luruskan, dan tekuk ke luar telapak


tangan kanan/kiri secara bergantian

15

Tekuk ke samping kanan dan kiri


telapak tangan kanan/kiri secara
bergantian

Buat genggaman dan buka Regangkan jari-jari tangan satu


jari-jari tangan kanan/kiri
dengan yang lain kemudian
secara bergantian
rapatkan

20

18

17

16

21

19

Gerakkan ibu jari menyilang


permukaan telapak tangan,
kemudian luruskansejajar
telapak tangan

Putar ibu jari tangan


kanan/kiri secara bersamaan
searah dan berlawanan
dengan arah jarum jam
secara bergantian

Sentuhkan ibu jari


ke setiap jari-jari
tangan pada
tangan yang sama

Luruskan kaki kanan/kiri dan angkat ke


atas kemudian turunkan kembali dan
gerakkan ke belakang tubuh secara
bergantian.

Luruskan kaki kanan/kiri dan


arahkan ke samping menjauhi
tubuh dan turunkan kembali
secara bergantian

22

23

Putar kaki kearah kaki


yang lain kemudian putar
menjauhi kaki yang lain

Tekuk dan
luruskan lutut
kanan/kiri ke arah
belakang tubuh
secara bergantian

24

25

Arahkan pergelangan
kaki kanan/kiri ke
karah samping luar
dan dalam tubuh
secara berbarengan

Tekuk dan luruskan


pergelangan kaki
kanan/kiri secara
berbarengan

26

Tekuk jari-jari kaki


kanan/kiri ke bawah dan
luruskan

27

Regangkan dan rapatkan


kembali jari-jari kaki kanan/kiri
secara bersamaan

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

@sani_2012

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Kartu pemantauan..., Putu Ayu Sani Utami, FIK UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai