Anda di halaman 1dari 30

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Apa kabar heroes hari ini ?


Main tanya-tanya kabar aja, emang kita kenal ya ? Sebagian
heroes mungkin berpikir gitu. :D
Yap.. Ini edisi perdana HERO. Heroes, begitu kami menyebut para
pembaca HERO. Kita kenalan aja dulu ya, karena dari perkenalan akan terjalin sebuah ukhuwah. Kenapa harus berukhuwah?
Karena salah satu di antara tiga unsur kekuatan yang menjadi
karakteristik masyarakat Islam di zaman Rasulullah adalah kekuatan ukhuwah; di samping kekuatan iman dan kekuatan qudwah,
keteladanan.
HERO dibentuk dari 9 orang mahasiswa Politeknik Telkom
yang sama-sama menginginkan sebuah perubahan ke arah yang
lebih baik. *bukan promosi kampus lho ya. :) Dari persamaan
tujuan kita juga ingin mengajak heroes untuk sama-sama lebih
memperdalam pengetahuan kita tentang Islam. Dan kami ingin
memberikan warna berbeda dalam penyampaian pesan yang ada
dalam majalah ini dengan memberikan gelora anak muda banget.

Seperti tagline HERO, Tebarkan Senyum Indah Perubahan. Ya,


berubah itu menyenangkan. Perubahan itu indah, selama perubahan itu ke arah yang lebih baik lho. :)
HERO mempunyai tema besar yang akan dibawa dari edisi
perdana sampai berikut-berikutnya. Amar maruf nahi munkar
tema yang akan kami sebarkan dan tularkan kepada heroes kali
ini. Ada yang keberatan ditularin virus ini ? :)
Semoga HERO bisa diterima keberadaannya. :) Dan semoga
dengan adanya HERO, bisa membawa kita semua kepada perubahan yang lebih baik.
Salam Perubahan
Redaksi HERO

shalat yuukk...,
sisa uangnya disumbangin aja gimana?,
udahin ngerokoknya bro...,
ga boleh berkata ah ke orang tua, hati-hati..
di Al-Quran ada penjelasaanya..
Pernah nggak Heroes mengeluarkan statement atau
ajakan seperti di atas? wah, kalo Ya, Selamat! karena ketika yang mendengarkan mengerjakan ajakan
tersebut, Heroes otomatis dapet pahala yang sama
dengan pahala yang mengerjakan, belum lagi kalau
yang mengerjakan tadi ngajak yang lain juga, pahala
Heroes berlipat ganda, Subhanallah, terus mengalir.
Iya gitu? Iya doong..

Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah RA,



bahwa Rasullah SAW bersabda : Barangsiapa

yang mengajak orang lain untuk mengikuti

petunjuk, niscaya akan mendapatkan pahala yang sama

dengan orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Nggak hanya lewat lisan aja, perbuatan
Heroes yang tiba-tiba menginspirasi yang lain untuk melakukan hal
sama juga kasusnya sama. Dapat pahala! :) Bagaimana dengan ajakan yang nggak benar alias salah? Ya sama juga dong, dosanya juga
berlipat ganda, Naudzubillah.
Contoh kecilnya ada orang yang minta tolong ke Heroes untuk
ditunjukkan jalan menuju tempat maksiat, lalu Heroes memberikan
petunjuk dan kemudian orang tadi ikut melakukan maksiat, berikut dengan orang-orang yang melalui petunjuknya ikut bermaksiat
juga. Wualah wualah Seremnya kalau sampai dosa berlipat ganda, kita mati-matian beramal tapi ternyata dosa pun berlipat ganda,
ibarat mengisi air dalam wadah yang bolong, sekali lagi Naudzubillah.
Makanya mas bro mbak sist Heroes yang ganteng, cantik, pinter, shaleh dan shalehah, kita mesti berhati-hati baik dalam lisan,
perbuatan, ataupun prasangka. Perbanyak istighfar, sering-sering muhasabah, dan
tobat. :) Kembali lagi ke yang di atas,
bersediakah kita sekarang mengajak
yang lain ke kebaikan?

Okeh, insyaAllah ntar kalau inget.


Wah Heroes, sayangnya sayangnya dan ternyata eh ternyata
itu adalah bagian dari kewajiban kita loh.. Allah Subhanahu wa
Taala berfirman: Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang
mungkar, dan beriman kepada Allah. (Ali Imran: 110).
Lalu bagaimana melakukannya? Kalau aku mengajak orang
melakukan kebaikan lantas aku juga belum baik, gimana? Aku
melarang orang untuk melakukan hal mungkar namun aku masih
melakukan juga itu gimana?
Nah, nah, great question! Heroes udah punya niat :)
Firman Allah Subhanahu Wa Taala : Apakah kamu menyeru
manusia untuk berbuat baik dan kamu melupakan dirimu sendiri,
sedangkan kamu membaca Al-Kitab (Al-Quran), apakah kamu
tidak berfikir? (Al-Baqarah: 44). Hendaklah Heroes menyampaikan kebenaran yang benar, yang diperoleh dari pencarian ilmu yang
benar, berdasarkan Al-Quran dan Assunnah. Sulitlah mengajak ke
kebaikan jika sumber ilmunya pun masih diragukan. Hendaklah
pula kita mengamalkan apa yang kita anjurkan untuk orang lain
ilmu yang kita sampaikan benar dan kita pun sedang berusaha untuk mengamalkannya :) hamasah!
Tidakkah kita ingin bersama keluarga dan teman-teman berkumpul
bersama di surga kelak? Lalu siapkah kita mengajak ke kebaikan dan
mencegah perbuatan keji dan mungkar?
Harus siap! No reason :)

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,


Bismillahirrohmanirrohim, Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang selalu melimpahkan rahmat dan
maghfirohnya untuk kita semua. Aamiin ya rabbal alamin.
Dalam Al-Quran surat Ali Imron ayat 110 Allah SWT berfirman :
Kamu (umat islam) adalah umat yang terbaik yang dilahirkan
untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang maruf,
dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara
mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orangorang fasik. (QS.Ali Imron : 110)
Firman Allah SWT dalam surat Ali Imron ayat 110 ini menjelaskan bahwasannya umat yang terbaik adalah umat yang memiliki
tiga ciri. Ciri-ciri tersebut adalah :
1. Amar maruf
Amar maruf yaitu mengajak pada kebaikan. Kebaikan sendiri
terdiri dari dua macam yakni kebaikan menurut sudut pandang manusia dan kebaikan menurut sudut pandang Allah SWT. Kebaikan
yang menurut sudut pandang manusia sifatnya semu sedangkan kebaikan yang menurut sudut pandang Allah SWT bersifat hakiki sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah Kebenaran itu dari
Tuhannmu, karena itu janganlah engkau (Muhammad) termasuk
orang-orang yang ragu. (QS.Ali Imron: 60)

2. Nahi Munkar
Mencegah kemunkaran, kenapa kemunkaran harus dicegah?
Jawabannya adalah karena setiap kemunkaran dapat mendatangkan malapetaka, baik bagi yang melakukan maupun lingkungan
sekitarnya. Dalam hadits di sebutkan Barang siapa diantara kalian
yang melihat kemunkaran maka hendaklah dia mencegah dengan
tangannya, apabila tidak mampu hendaklah mencegah dengan
lisannya dan apabila tidak mampu maka hendaklah mencegah
dengan hatinya dan itu selemah-lemahnya iman. (HR.Muslim)
Dan keharusan kita mencegah suatu kemunkaran ditegaskan pula
dalam hadits lain Rasullullah SAW besabda, apabila ada seorang
umatku yang tidak mengatakan dzholim kepada orang yang berbuat dzholim maka ia bukanlah umatku. (HR.Ahmad)
3. Beriman kepada Allah
Iman kepada Allah SWT adalah dasar dari semua pelaksanaan amar
maruf nahi munkar. Karena iman kita percaya adanya hari pembalasan atas apa yang kita perbuat di dunia yang fana ini.
Wallahualam bissawab.
Oleh : Ustadz Zulkarnaen Zaelani

lo harus pergi?
Kenapa
Bukannya lo bilang kalo lo bakal usaha berubah?
Bukannya lo bilang kalo lo ngga bakal nyerah?
Kenapa, Kak?
Kenapa lo malah ninggalin gue?
Gue kesepian.

Uly menutup buku hariannya sambil menghapus sisa-sisa air


mata. Suara terompet tahun baru, petasan, dan kembang api yang
ramai di luar sana tidak memberikan perubahan apapun pada dunia Uly. Baginya, tidak ada tahun baru, tidak ada euforia deklarasi
resolusi, tidak ada keinginan untuk merubah apapun. Kilas balik
2011? Itu juga hanya membuatnya semakin sakit. Satu hal yang bisa
membuatnya lebih baik hanya bergelung di kasurnya, menutupkan
selimut sampai kepala, dan pergi ke alam mimpi, berharap waktu
bangun nanti dia bisa melupakan semuanya. Semuanya.
Sendirian lagi?
Suara yang sangat dikenalnya itu membuat Uly tersentak keluar
dari lamunan panjang, refleks bangkit dari duduknya dan berbalik
ke sumber suara.
Kak Upi? tanya Uly setengah berbisik, sarat keterkejutan.
Iya, ini gue. Jangan kaget gitu, dong. Upi tersenyum kecil melihat reaksi Uly.
Ngapain lo di sini? Uly bertanya lagi, masih dalam fase terkejut
yang entah kapan baru bisa hilang.
Ngapain? Ngga ngapa-ngapain, cuma ngikutin perasaan gue aja,
lagi pengen jalan-jalan ketemu adik gue yang paling cantik.

Jawaban Upi itu hanya membuat Uly memandang wajah Upi


sejenak lalu tanpa kata-kata mengalihkan tatapannya ke arah rerumputan hijau yang membentang. Kembali dia duduk bersandar
di bawah pohon besar kesukaannya, seperti hari-hari kemarin,
seakan hanya ada dirinya, sendiri. Kebisuan Uly malah membuat
Upi menghempaskan diri pelan di samping gadis itu, ikut bersandar
di pohon yang sama.
Maaf, ya. Gue ngga bisa nepatin janji. Upi angkat bicara.
Uly hanya bisa diam, menunggu kelanjutan kalimat Upi. Entah kenapa kalimat-kalimat yang sangat ingin dia ucapkan malah
mengunci diri di lidahnya, menolak keluar.
Oh iya, udah tahun baru, ya? Lo ada plan apa, Ly? Ada yang
mau lo share ke gue, ngga?
Uly tetap diam, tidak berani berhadapan dengan sosok yang
begitu disayanginya itu, yang pergi meninggalkannya. Yang membuatnya selalu berjalan di masa lalu, bersama memori yang seperti
debu. Walau sudah berusaha dia hapus, datang lagi, datang lagi.
Ly, jangan diem aja, dong. Semakin lo diem, semakin gue tahu
lo berubah, bukan seperti Uly yang gue kenal.
Lo ngga tahu siapa gue, Kak, ngga pernah tahu. Gue yang
dulu, gue yang sekarang, gue yang berubah, gue yang ngga berubah, emang lo tahu apa? emosi Uly mulai terpancing, tetapi
pandangannya tetap pada rerumputan. Tak sudi dia menatap ke arah Upi atau tak sanggup?
Jangan sengaja menenggelamkan diri di masa lalu karena waktu selalu berjalan. Dia ngga akan pernah berhenti sebentar cuma buat nungguin lo. Lo yang harus
ngikutin dia. Hiduplah buat diri lo yang hidup di

masa sekarang, bukan untuk lo yang di masa lalu. Upi berkata


dengan nada datar, sepertinya sengaja mengungkit hal yang sama
sekali tidak ingin Uly bicarakan.
Pergi. Uly lelah dengan pendengarannya.
Jangan kayak anak kecil, Ly. Lo egois. Upi mengacuhkan Uly
yang mengusirnya secara terang-terangan, tanpa basa-basi.
Kayak anak kecil? Egois? Lo bener-bener butuh cermin ya, Kak!
Siapa yang dari awal ngga menuhin janji? Setahun lalu, lo bilang lo
bakal berusaha buat lanjutin hidup lo. Tapi apa? Lo malah pergi.
Uly kesal setengah mati.
Gue berusaha, Uly. Walaupun gue ngga bisa tinggal lebih lama,
setidaknya gue datang hari ini. Upi mulai putus asa, tapi dia harus
menyadarkan Uly. Uly menutup matanya juga mencoba menutup
telinganya dari setiap kata yang Upi ucapkan, tetapi yang terjadi
malah sebaliknya, kata-kata itu semakin merasuki pikirannya.
Gue selalu berusaha untuk bisa nemenin lo, tapi gue ngga bisa
apa-apa. Ada takdir yang harus kita jalani masing-masing. suara
Upi mulai terdengar lelah, tapi Uly belum juga melepas keegoisannya. Dia bersikap seolah tak peduli akan ucapan yang keluar dari
bibir Upi.
Sekarang terserah lo, Ly. Gue harap lo bisa menjalani hidup lo
ke depan dengan baik, jauh lebih baik dari gue. Lupakan tentang
gue, biar aja kenangan kita tersimpan dalam buku tua kehidupan.
Lo harus buat cerita baru tanpa harus ada Upi di dalamnya. Gue
yakin lo mengerti, bahwa ngga semua hal yang kita inginkan bisa
kita miliki. Allah Yang Mahatahu udah ngatur semua ini buat kita.
Dia pasti punya rencana yang terbaik di balik semua ini. Lo harus
yakin, Ly, ini yang terbaik. Upi berkata dalam suara pelan, namun

seakan menampar telak wajah Uly.


Keheningan lalu meraja, tampaknya Upi sudah benar-benar
lelah, tak ada lagi kata yang bisa dia ucapkan. Sementara Uly tetap
berusaha melebur dalam kenyamanan yang dia paksa hadir bersama gelap di matanya yang terpejam. Kata demi kata yang baru
saja diucapkan Upi menembus telinganya, menggema, meresap
ke dalam hatinya, pelan tapi pasti. Uly seketika sadar, akan kebodohannya, keegoisannya, kesalahannya selama ini. Upi benar, ada
takdir masing-masing orang yang harus dijalani. Mengembara di
masa lalu sama saja dengan membunuh dirinya yang hidup di masa
sekarang.
Uly membuka mata, didapatinya langit-langit kamar penuh
bintang glow-in-the-dark yang pernah dipasang Upi dengan susah
payah. Mengingat itu, Uly beranjak dari kasur ke meja belajarnya,
mendapati fotonya sedang tersenyum di samping saudara kembarnya yang juga tersenyum. Upi yang meninggal karena kecanduan narkoba. Bagaimana mungkin dia bisa tidak menyadari kalau
saudara kembarnya terlibat dengan benda haram itu? Bagaimana
mungkin dia baru sadar setelah setahun benda haram itu merusak jiwa dan raga saudara kembarnya? Bagaimana mungkin dia
baru tahu ketika saudara kembarnya sudah setengah hidup,
mengaku, lalu memohon padanya untuk menemaninya pergi ke pusat rehabilitasi? Bagaimana mungkin
dia baru menyesal ketika saudara kembarnya harus
pergi meninggalkannya selamanya di tengah usaha
penuh harapannya untuk berubah?
Bagaimana mungkin semuanya harus terjadi

padanya?
Allah Yang Mahatahu udah ngatur semua ini buat kita. Dia pasti
punya rencana yang terbaik di balik semua ini. Lo harus yakin, Ly,
ini yang terbaik.
Kilasan mimpinya membuat Uly lagi-lagi meneteskan air mata,
memaksanya membuka buku hariannya, lagi-lagi menulis di situ.
Tiba-tiba, di saat gue kangen banget sama lo, lo dateng.
Apa emang Allah sengaja ngirim lo sebentar biar gue sadar?
Lo bener-bener ngeselin! Lagi-lagi sok jadi HERO buat gue.
Tapi makasih, Kak.
Lo bener.
Hidup gue adalah buat gue yang sekarang, bukan buat tenggelam di masa
lalu.
Sampai jumpa di alam sana, semoga Allah Tahu, di akhir hidup lo, lo benerbener pengen berubah.
Uly tahu pasti, kedatangan Upi semata-mata untuk membantunya lepas dari sepenggal memori kelabu. Hanya kunjungan
sejenak, tak cukup lama untuk bincang panjang nostalgia. Besok
memang sudah bukan awal tahun, mungkin terlambat untuk membuat resolusi tahun baru. Tapi Uly yakin, setiap detik yang baru
adalah kesempatan baru bagi siapa pun untuk berubah.
Tanpa momentum apapun, kapan pun, selama kita punya kemauan, kita bisa berubah. Satu kalimat lagi dia
tulis di baris terakhir buku hariannya.
Selamat detik baru! Selamat berubah!

Abdul Ghani Al-Maqdisi adalah seorang Sarjana Sunni Klasik


dan ahli hadits terkemuka serta seorang ulama ahli fikih. Ulama
kelahiran tahun 541 Hijriyah di Jamail ini memberikan pelajaran
tersendiri tentang sebuah jihad amar maruf nahi munkar. Kalau
melihat kemungkaran, ulama hadits ini langsung mencegahnya
dengan tangan atau lisannya. Dalam membela agama Allah, Abdul
Ghani tidak menghiraukan hinaan orang sekitar.
Di mana pun ketika Abdul Ghani mendapati khamar, ia akan
menghancurkan dan membuangnya di jalan. Tak peduli siapa pun
pemiliknya. Suatu kali, tanpa disadari Abdul Ghani, seorang pemilik khamar menghunus pedang. Ketika menyadari itu, ia bukannya
takut, justru lebih bersemangat mendekati sang pemilik. Saat itulah justru si pemilik khamar yang merasa takut dengan keberanian
ulama yang hidup di masa putera Shalahuddin ini.
Abdul Ghani punya rumus sendiri terhadap keberaniannya
mencegah kemungkaran. Ia membacakan firman Allah surah Luqman ayat 17. Dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar
dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Seorang penguasa di zamannya, Al-Adil, pernah mengungkapkan ketakutannya terhadap sosok Abdul Ghani. Kalau ulama ini datang berkunjung ke istana, sang raja langsung berdiri memberikan

16

hormat. Bukan sebaliknya.


Di lain kesempatan, beberapa staf kerajaan mengungkapkan
keheranannya. Wahai raja, Abdul Ghani tak lebih dari seorang ahli
fikih, ucap mereka. Al-Adil mengatakan, Aku tidak takut kepada
seseorang melebihi takutku kepada Abdul Ghani. Bila ia mendatangiku, seolah aku melihat binatang buas mengerikan menghampiriku.
Selain karena penguasaan ilmu hadits yang begitu tinggi, sifat
zuhud syaikh Abdul Ghani juga menguatkan kewibawaannya di
depan orang banyak, termasuk penguasa. Penulis empat puluh satu
kitab ini hampir tidak pernah menyimpan uang satu dirham pun,
kecuali uang itu ia infakkan.
Abdul Ghani kerap membagi-bagikan apa yang ia peroleh kepada orang-orang yang membutuhkan di sekitarnya. Pernah suatu
malam, ia menutup mukanya untuk membagi-bagikan gandum
yang ia miliki kepada masyarakat sekitar. Begitu pun ketika ia mendapatkan beberapa kain, hari itu juga ia membagi-bagikan kepada
orang sekitar, tanpa menyisakan sedikit pun. Padahal, pakaiannya
sendiri sudah sobek.
Tidak ada hari-hari berlalu buat Syaikh Abdul Ghani kecuali ia
isi dengan belajar, mengajar, dan ibadah. Setiap hari, seusai shalat
Subuh, Abdul Ghani langsung menemui murid-muridnya untuk
mengajarkan mereka Al-Quran dan hadits. Setelah selesai, ia

17

berwudhu untuk menunaikan shalat sunnah hingga menjelang


waktu Zhuhur. Ia tidur sebentar, untuk kemudian shalat Zhuhur.
Seorang ulama salaf, Abu Musa Al-Madini mengatakan, Jarang
orang yang datang kepada kami dengan pemahaman ilmu hadits
seperti pemahaman Syaikh Imam Dhiyauddin Abu Muhammad
Abdul Ghani Al-Maqdisi. Ia telah diberi taufik dalam menjelaskan
kesalahan-kesalahan yang ada. Sekiranya Imam Ad-Daruquthni
dan orang-orang sepertinya hidup di zaman Abdul Ghani, mereka
pasti menganggap benar perbuatannya.
(Sumber : www.eramuslim.com)

18

19

20

Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat
terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan)
bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. Jika
mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah, Cukuplah Allah bagiku;
tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia
adalah Tuhan yang memiliki Arsy yang agung. (At-Taubah: 128-129)
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam lahir pada Senin
pagi, 9 Rabiul-Awwal atau bertepatan dengan tanggal 20 atau 22
bulan April tahun 571 M. Ayahnya bernama Abdullah dan ibunya
bernama Aminah binti Wahb bin Abdi Manab bin Zuhrah bin
Kilab. Abdullah wafat di usianya dua puluh lima tahun dan sebelum
anaknya, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, lahir.
Setelah Aminah melahirkan, dia mengirim utusan ke tempat
kakeknya, Abdul-Muthalib, untuk menyampaikan kabar gembira
tersebut. Maka Abdul-Muthalib dengan penuh suka cita, lalu membawa beliau ke dalam Kabah, seraya berdoa kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya.
Dia memilih nama Muhammad bagi beliau. Nama ini belum
pernah dikenal di kalangan Arab. Beliau dikhitan pada hari ketujuh,
seperti yang biasa dilakukan orang-orang Arab.
Tradisi yang berjalan di kalangan bangsa Arab yang relatif sudah
maju, mereka mencari wanita-wanita yang bisa menyusui anakanaknya. Sebagai langkah untuk menjauhkan anak-anak mereka

dari penyakit, agar tubuhnya sehat, dan agar keluarga yang


menyusui dapat melatih bahasa Arab dengan fasih.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam saat itu disusui oleh
Halimah As-Sadiyah. Selama mengasuh Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam, Halimah selalu merasakan keberkahan yang
diterima sejak awal ia mengasuh beliau. Halimah berharap
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tetap berada di
tengah-tengah keluarga mereka agar mereka bisa terus merasakan
barakahnya. Begitulah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
tinggal ditengah Bani Saad, pengasuhnya, hingga tatkala berumur
empat atau lima tahun.
Muslim meriwayatkan dari Anas, bahwa Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam didatangi Jibril, yang saat itu beliau
sedang bermain-main dengan beberapa anak kecil lainnya. Jibril
memegang beliau dan melentangkannya, lalu membelah dada dan
mengeluarkan segumpal darah dari dada beliau, seraya berkata Ini
adalah bagian setan yang ada pada dirimu. Lalu Jibril mencucinya
di sebuah baskom dari emas dengan menggunakan air Zamzam,
kemudian menata dan memasukkan ke tempat semula. Anak anak
kecil lainnya berlarian mencari ibu susunya dan berkata,
Muhammad telah dibunuh!. Mereka pun datang menghampiri beliau yang ketika itu juga wajah beliau semakin berseri.
Dengan adanya peristiwa pembelahan dada itu
Halimah merasa khawatir terhadap keselamatan beliau, hingga dia mengembalikan kepada ibu beliau.

Maka beliau hidup bersama ibunda


tercinta hingga berumur enam tahun.
Allahumma shalli ala sayyidina muhammad wa alihi
wa shahbihi wasallim. (Referensi: Sirah Nabawiyah-Saikh
Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri)
Nah Heroes, mungkin masih ada yang berfikir kenapa kita harus
mempelajari siroh nabi/siroh nabawiyah? Mempelajari siroh nabawiyah ternyata bukan hanya untuk sekedar tahu bagaimana
sejarah nabi pada zamannya, apa saja yang terjadi dahulu kala,
siapa saja tokohnya, dan lain-lain, tetapi dengan mempelajari
siroh, kita dapat memperoleh gambaran tentang hakikat Islam
secara sempurna yang telah digambarkan dalam kehidupan
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dulunya agar menjadi contoh, teladan, ataupun panutan bagi kita umat Muhammad
Shallallahu Alaihi wa Sallam. Maka mari mengkaji bersama siroh
nabawiyah! :)
Sirah nabi akan dilanjutkan di edisi berikutnya.
Semangat! :)

Di bekas WC aku berteduh


Oke heroes yang InsyaAllah soleh dan sholehah. :) Suka ngeh ga
sih kalau di Al-Quran itu Allah sering banget ngingetin kita untuk
sayang sama orang-orang yang membutuhkan? Wah, padahal ayatayat yang membahas itu banyak banget lho !
Ambil contoh seperti ayat di bawah ini:
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat
itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah
beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitabkitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada
kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang
memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang memintaminta. (Q.S Al Baqarah, 2: 177)
Malah ada yang bilang gini lho, Khusyuk dan kehadiran hati
belumlah semua syarat bagi diterimanya shalat seseorang. Karena
Rasulullah SAW mengajarkan: Shalat tidak sempurna melainkan
dengan zakat.
Hayooo.. mau ga tu heroes misalnya shalat wajib dan
sunahnya rajinnnn banget tapi ternyata shalatnya ga sempurna
karena ga pernah zakat?? Naudzubillah
Tapi Subhanallah ya heroes.. Allah itu benar-benar ingin semua
makhluk-Nya dapat mencintai sesamanya. :)

Jadi pada edisi perdana HERO on The


Road kali ini, HERO akan menampilkan
profil seorang nenek dan cucu angkatnya
yang tinggal di sebuah rumah bekas
WC sekolah. Tepat berada di belakang
Puskesmas yang sedang direnovasi di
kawasan Mengger, Kec. Dayeuh Kolot,
Kab. Bandung. Nenek ini bernama Rukiyah dan cucu angkatnya
bernama Herlina atau yang biasa dipanggil Ina.
Mereka sudah tinggal di rumah bekas WC sekolah tersebut
kurang lebih lima tahun. Sebelumnya mereka tinggal bertiga,
bersama kakek, suami nenek. Namun kakek baru saja meninggal
sekitar dua bulan yang lalu.
Ina sekarang berumur 15 tahun, dia diasuh oleh Nenek Rukiyah dan suaminya sejak ia lahir. Ina memiliki kekurangan yang
mengharuskan ia berbaring terus di tempat tidur dan menyebabkan
Ina tidak bisa berbicara dan hanya menggumam jika berinteraksi
dengan orang. Karena kelainan yang dimiliki oleh Ina, orang tuanya
tidak bisa menerima hal tersebut. Ayah Ina pergi meninggalkan Ina.
Nenek dan kakek iba melihat kondisi Ina, dan meminta izin pada
Ibu Ina untuk merawatnya. Setelah itu Ibu Ina menikah lagi dan
sekarang berada di daerah yang jauh dari sini.
Saat ini Nenek Rukiyah tak bisa berbuat banyak, beliau juga tak bisa
keluar mencari penghasilan dengan memulung seperti yang dilakukan almarhum kakek sebelumnya, karena nenek harus menjaga

cucunya. Terkadang ia hanya mengaharapkan bantuan dari


tetangga-tetangga sekitar saja.
Tangannya yang kisut namun lembut, menggapai lengan Hero
dan berkata..
Sering-sering nengokin nenek sama ina ya di sini. suaranya
lirih.
Itu adalah sepenggal percakapan dengan nenek Rukiyah saat
peliputan HERO on The Road perdana ini.
Bagi Heroes yang ingin mengunjungi, bisa menghubungi Redaksi
HERO, kami akan mengantarkan ke tempat nenek Rukiyah tinggal.
Atau yang ingin memberikan bantuan bisa melalui juga bisa melalui
kami.
HERO : 08568568288
No. rek : 130-00-1101599-0 atas nama Fitroh Pinangsari

(Bank Mandiri)

Di bekas WC aku berteduh

Info Film - Delisa (Chantiq Schagerl)


gadis kecil kebanyakan yang periang, tinggal di Lhok Nga desa kecil di pantai Aceh.
Sebagai anak bungsu dari keluarga Abi
Usman (Reza Rahadian), Delisa sangat
dekat dengan ibunya yang dia panggil Ummi (Nirina Zubir), serta
ketiga kakaknya yaitu Fatimah (Ghina Salsabila), dan si kembar
Aisyah (Reska Tania Apriadi) dan Zahra (Riska Tania Apriadi).
26 Desember 2004, Delisa bersama Ummi sedang bersiap
menuju ujian praktek shalat, namun tiba-tiba terjadi gempa, yang
disusul dengan tsunami menghantam, menggulung desa kecil
mereka, menggulung sekolah mereka, dan menggulung tubuh kecil Delisa serta ratusan ribu lainnya di Aceh serta berbagai pelosok
pantai di Asia Tenggara.
Delisa berhasil diselamatkan Prajurit Smith, sayangnya luka
parah membuat kaki kanan Delisa harus diamputasi. Setelah berpisah, Delisa bisa berkumpul lagi dengan ayahnya, walaupun sedih
mendengar kabar ketiga kakaknya telah pergi ke surga, dan Ummi
yang belum diketahui keberadaanya dan keadaanya.
Delisa bangkit, di tengah rasa sedih akibat kehilangan, di
tengah rasa putus asa yang mendera Abi Usman dan juga orangorang Aceh lainnya. Walaupun terasa berat, Delisa telah
mengajarkan bagaimana kesedihan bisa menjadi kekuatan
untuk tetap bertahan dengan ikhlas.
Delisa cinta Ummi karena Allah.

Anda mungkin juga menyukai