0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
40 tayangan5 halaman
Hipoglikemia merupakan faktor pembatas utama dalam manajemen diabetes karena meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Hipoglikemia umum terjadi pada pasien diabetes tipe 1 dan tipe 2 lanjut yang menggunakan insulin, serta dapat menyebabkan komplikasi organ jika berulang. Faktor risiko hipoglikemia meliputi dosis insulin berlebih, asupan glukosa rendah, penggunaan glukosa tinggi, sensitivitas insulin meningkat, produksi glukosa endogen rendah,
Hipoglikemia merupakan faktor pembatas utama dalam manajemen diabetes karena meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Hipoglikemia umum terjadi pada pasien diabetes tipe 1 dan tipe 2 lanjut yang menggunakan insulin, serta dapat menyebabkan komplikasi organ jika berulang. Faktor risiko hipoglikemia meliputi dosis insulin berlebih, asupan glukosa rendah, penggunaan glukosa tinggi, sensitivitas insulin meningkat, produksi glukosa endogen rendah,
Hipoglikemia merupakan faktor pembatas utama dalam manajemen diabetes karena meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Hipoglikemia umum terjadi pada pasien diabetes tipe 1 dan tipe 2 lanjut yang menggunakan insulin, serta dapat menyebabkan komplikasi organ jika berulang. Faktor risiko hipoglikemia meliputi dosis insulin berlebih, asupan glukosa rendah, penggunaan glukosa tinggi, sensitivitas insulin meningkat, produksi glukosa endogen rendah,
Hipoglikemia merupakan factor pembatas pada manajemen diabetes. Pertama, karena meningkatkan morbiditas pada pasien DM tipe 1 dan DM tipe 2 tingkat lanjut dan kadang berakibat fatal. Kedua, karena mempersulit pemeliharaan kadar gula seumur hidup sebagaimana untuk manfaat vaskularnya. Ketida, karena pada hipoglikemia yang berulang dapat meningkatkan risiko terjadinya kegagalan organ terkait hipoglikemia- sindrom klinis dari defek regulasi menghambat gluksa dan hipoglikemia yang tidak bergejala. Hipoglikemia dapat terjadi pada DM tipe 1 dimana umumnya terdapat dua episode gejala hipoglikemia yang simptomatik dan dalam seminggu setidaknya ada satu episode hipoglikemia berat. Hipoglikemia lebih jarang terjadi pada DM tipe 2. Namun angka kejadiannya cukup tinggi pada DM tipe 2 yang membutuhkan insulin. Penyuntikan insulin pada pasien DM tipe 2 menigkatkan angka hipoglikemia hingga hampir 70%. Metformin, thiazolidinediones, -glucosidase inhibi- tors, glucagon-like peptide-1 (GLP-1) receptor agonists, and dipeptidyl peptidase-IV (DPP-IV) inhibitors tidak menyebabkan hipoglikemia. Namun obat obat tersebut meningkatkan risiko jika dikombinasi dengan insulin secretagogue, sulfonylurea atau glinid atau dengan insulin sendiri. Faktor risiko konvensional Keadaan hipoglikemia pada pasien DM dapat terjadi karena: 1. dosis insulin (atau insulin secretagogue) berlebih, 2. asupan glukosa eksogen menurun (selama puasa semalaman, atau makan berat/snack yang terlewat) 3. penggunaan glukosa yang meningkat (saat olahraga) 4. sensitivitas insulin meningkat (kadar glukosa terkontrol, setelah olahraga, berat badan yang turun) 5. produksi glukosa endogen menurun 6. klirens insulin turun (pada pasien gagal ginjal)
Hipoglikemia terkait kegagalan otonom
Defek counter-regulasi glukosa
Pada kedaaan defisiensi absolut dari insulin, kadar insulin tidak turun saat gula darah plasma turun; pertahanan pertama terhadap hipoglikemia hilang. Lebih jauh, mungkin disebabkan karena tidak turunnya insulin, maka merupakan sinyal untuk tidak meningkatnya glukagon, sehingga pertahanan kedua terhadap hipoglikemia menghilang. Serta peningkatan level epinefrin, yang dalam rangka sebagai pengingat akan keadaan hipoglikemia melemah. Hal hal tersebut dapat meningkatkan risiko hipoglikemia iatrogenik. Hipoglikemia tidak bergejala Pada keadaan simpatoadrenal yang lemah, maka tanda tanda awal dari hipoglikemia yang harusnya muncul, menjadi tidak tampak (misalnya berkeringat, palpitasi). Hipoglikemia terkait kegagalan otonom (HAAF) Merupakan kejadian yang mengawali keadaan defek mekanisme konter-regulasi glukosa dan hipoglikemi yang tidak bergejala. Berdasarkan patofisiologinya, factor risiko hipoglikemia dalam diabetes meliputi defisiensi absolut insulin yang tidak akan turun sehingga glukagon tidak akan naik pada level gula darah yang rendah; riwayat hipoglikemia berat atau hipoglikemia tanpa gejala sebagaimana saat olahraga atau tidur dimana respon simpatoadrenal melemah dan penuruna level HbA1c atau tujuan gula darah yang terlalu rendah dapat menyebabkan hipoglikemia.
Hipoglikemia tanpa diabetes
Ada banyak macam penyebab hipoglikemia. Karena hipoglikemia umum pada penggunaan insulin maupun terapi insulin sekretagogue,maka gejala gejala hipoglikemia sering dikaitkan pada pasien DM. Namun tidak selalu mengingat pada pasien hipoglikemi dengan trias Whipple (gejala hipoglikemia (+), penurunan kadar GDS <70mg/dL, gejala membaik saat diberi makan). Obat Insulin dan insulin sekretagogue menekan produksi glukosa dan meningkatkan penggunaan glukosa. Etanol memblok gluconeogenesis tapi tidak glikogenolisis, akibatnya hipoglikemi diinduksi alcohol umum terjadi beberapa hari setelah seseorang yang mengkonsumsi alcohol secara berlebih makan sedikit makanan, menyebabkan deplesi glikogen. Banyak obat yang dikaitkan dengan keadaan hipoglikemia, termasik ACE-I, ARA, beta adrenergic receptor antagonis, antibiotic kuinolon, indometachin, quinine dan sulfonamide. Penyakit kritis Diantara pasien yang dirawat inap, penyakit serius seperti ginjal, hepar atau jantung, sepsis dan kelelahan merupakan penyebab kedua hipoglikemia yang tersering. Kerusakan hepar yang cepat, menyebabkan hipoglikemia puasa karena hati merupakan tempat utama pembuatan glukosa endogen. Keadaan sepsis cukup relative dalam menyebabkan hipoglikemia. Hal ini terjadi karena peningkatan penggunaan kadar gula yang diinduksi oleh sitokin pada jaringan kaya makrofag seperti hepar, lien dan paru paru. Hipoglikemia juga dapat terlihat pada pasien yang kelaparan, karena sudah kehilangan cadangan lemak dan deplesi glukoneogenik precursor yang diperlukan dalam penggunaan glukosa intrasel. Defisiensi hormone Defisiensi kortisol menurunkan gluconeogenesis dan dapat mengakibatkan hipoglikemia. Defisiensi growth hormn pada usia muda dapat menyebabkan
hipoglikemia. Hipoglikemia tidak terjadi pada pasien dengan pengangkatan kelenjar
adrenal bilateral selama terapi pengganti glukokortikoid cukup adekuat. Hiperinsulin endogen Hipoglikemia karena hiperinsulin endogen dapat disebabkan oleh kelainan sel beta umumnya insulinoma, kadang multiple insulinoma atau terjadi hipertrofi atau hyperplasia pada sel beta, adanya antibody insolin atau pada insulin reseptor, beta sel yang mengeluarkan fungsi yang sama seperti sulfonylurea, atau insulin ektopik yang sangat jarang terjadi. Baik keadaan hiperinsulin karena kelainan pada beta sel maupun jumlah insulin yang meningkat secara ektopik, dapat dilakukan pemeriksaan plasma insulin, Cpeptide, proinsulin dan kadar gula darah. Diagnosis ditegakkan jika kadar insulin plasma 3U/mL, kadar C-Peptide 5.0 pmol/L dan glukosa plasma 55 mg/dL dengan gejalan hipoglikemia. Kadar plasma beta hidroksibutiran (2.7 mmol/L) dan peningkatan kadar gula darah plasma >25mg/dL diikuti kadar glukagon 1mg menandakan peningkatan kerja insulin. Strategi diagnosis adalah dengan memeriksa kadar gula darah, insulin, C-peptide, proinsulin dan beta hidroksibutirat serta memantau penggunaan OHO. Pada insulinoma, dimana tumor sel beta yang menghasilkan insulin dalam jumal banyak. Insidensinya 1:250.000 namun 90% nya adalah jinak, karena dapat umumnya hipoglikemia yang terjadi masih dapat ditangani, serta presentasi terjadi pada usia 50 tahun, namun umumnya terjadi pada decade ketiga. 99% insulinoma berukuran kecil <2cm. namun walaupun kecil , kadang menjadi perhatian yang cukup besar karena kejadian hipoglikemia tetap dapat terjadi dengan berat.