Anda di halaman 1dari 2

Kesimpulan dari 4 penelitian besar yang melibatkan pasien DM tipe 2,

UKPDS menguji efek lebih melawan kurang intensive dari terapi


glikemik pada pasien DM tipe 2. Didapatkan hasilnya mirip dengan
DCCT dimana pada terapi intensive menunda dan menurunkan angka
albuminuria, retinopati tapi tidak menurunkan angka MI.
observasi selama 10 tahun , ditemukan penurunan angka MI pada
DCCT, walaupun hba1cnya meningkat hingga 8.0% setelah 2 tahun
Penemuan dari UKPDS berbanding kontras dengan data epidemiologic
bahwa peningkatan CVD sebagai akibat dari peningaktan Hba1c. 3
penelitian besar, menggunakan subjek pasien lebih tua dengan DM
tipe 2, dan dengan factor resiko CVD maupun riawyat VCD
sebelumnya, di tes intensive control guldar menurunkan risk CVD.
Pada ACCORD diuji antara terapi intensive dan standard glycemic
control (Hba 6.0, 7.0 hingga 7.9) pada risiko CVD. Pada terapi
intensive, targetnya penelitian adalah 5 tahun, namun dihentikan
setelah rata-rata 3.5 tahun, karena peningkatan kematian terkait CVD.
Pada advance meneliti tentang penurunan HBA1c hingga 6..5 atau
lebih rendah pada efek vascular,
pada VADT, partisipannya (97% pria) dengan DM tipe 2 yang tidak
terkontrol menilai tentang angka CVD pada angka hba1c kurang dari 6,
VS 8.0 9.0.
walaupun ADVANCE dan CADT tidak ditemukan peningkatan
mortalitas, namun dilaporkan bahwa tidak ada efek benefit pada
pengontrolan kadar gula darah terkait makrovaskular. Sebagai
tambahan, peningkatan berat badan meningkatkan 2-3 kali angka
kejadian hipoglikemia berat dengan terapi glikemik yang intensif.
Kontras dengan penemuan CVD, 4 penelitian menyebutkan
pengontrolan gula darah secara intensif mempunyai efek positif pada
variasi mikrovaskular, dengan pencegahan albuminuria. Pengontrolan
secara intensif juga meningkatkan retinopati dan neuropati pada kedua
penelitian UKPDS dan ACCORD.
Penemuan ini membuat peneliti berpikir dampak dari penelitian ini,
peran dari pengaturan kadar gula yang intensive dalam mencegah
komplikasi, bagaimana cara menyeimbangkan potensial benefit dari
pengontrolan kadar gula darah secara intensif, terhadap risiko dari
individu pasien, dan bagaimana cara mencapai target gula darah yang
spesifik untuk setiap pasien. Pertanyaan ini terpapar dari guideline
penulis dari proff. Grup dengan goal Hba1c yang berbeda-beda,
dimana sebagian besarnya berdasarkan hasil dari penelitian yg

terdahulu dan data epidemiologic. Tiap organisasi mendiskusikan


pentingnya
mengindividualisasikan
glikemik
goals
namun
menyediakan sedikit guidline tentang bagaimana seharusnya hal ini
dijalankan.
Sebagai sarana pertimbangan 2 set variable, karakteristik klinis dan
keadaan psikososioekonomik, kudianya yang spesifik pada setiap
pasien. Walaupun kamu mendiskusikan karakteristik klinis pertama
kali, namun psikososioekonomik lah yang sering memerankan peran
penting dalam menentukan target glikemik. Beberapa dari
rekomendasi kami berdasarkan klinikal judgement, daripada bukti yang
kuat, ini dapat terlihat konservatif, namun kami lebih salah yang masih
dalam koridor aman.

Anda mungkin juga menyukai