Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Wawasan Nusantara
Cara pandang suatu bangsa memandang tanah air dan beserta lingkungannya
menghasilkan wawasan nasional. Wawasan nasional itu selanjutnya menjadi
pandangan atau visi bangsa dalam menuju tujuannya. Bangsa Indonesia adalah
salah satu contoh bangsa yang memiliki wawasan nasional, yaitu wawasan
nusantara.
Secara etimologis, wawasan nusantara berasal dari kata Wawasan dan
Nusantara. Wawasan berasal dari kata Wawas (bahasa jawa) yang berarti
pandangan, tinjauan dan penglihatan indrawi. Jadi wawasan adalah pandangan,
tinjauan, penglihatan, tanggap indrawi. Wawasan berarti pula cara pandang dan
cara melihat. Nusantara berasal dari kata nusa dan antara. Nusa artinya pulau
atau kesatuan kepulauan. Antara artinya menunjukkan letak antara dua unsur.
Jadi Nusantara adalah kesatuan kepulauan yang terletak antara dua benua, yaitu
benua Asia dan Australia, dan dua samudra, yaitu samudra Hindia dan Pasifik.
Secara terminologis, wawasan menurut beberapa pendapat sebagai berikut :
a. menurut prof. Wan Usman, Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa
Indonesia mengenai diri dan tanah airnya sebagai Negara kepulauan dengan
semua aspek kehidupan yang beragam.
b. menurut GBHN 1998, Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap
bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, dengan dalam
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
c. menurut kelompok kerja Wawasan Nusantara untuk diusulkan menjadi tap.
MPR, yang dibuat Lemhannas tahun 1999, yaitu cara pandang dan sikap
bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba beragam dan
bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta

kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehipan bermasyarakat, berbangsa,


dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, secara sederhana wawasan nusantara
berarti cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungannya.
1.2 Hakikat Wawasan Nusantara
Secara konsepsional wawasan nusantara (wasantara) merupakan wawasan
nasional milik bangsa Indonesia. Perumusan wawasan nasional bangsa Indonesia
yang selanjutnya disebut Wawasan Nusantara itu merupakan salah satu konsepsi
politik dalam ketatanegaraan Republik Indonesia. Sebagai Wawasan nasional dari
bangsa Indonesia maka wilayah Indonesia yang terdiri dari daratan, laut dan
udara diatasnya dipandang sebagai ruang hidup yang satu atau utuh. Wawasan
nusantara sebagai wawasan nasionalnya bangsa Indonesia dibangun atas
pandangan geopolitik bangsa. Pandangan bangsa Indonesia didasarkan kepada
konstelasi lingkungan tempat tinggalnya yang menghasilakan konsepsi wawasan
Nusantara. Jadi wawasan nusantara pada hakikatnya merupakan penerapan dari
teori geo-politik Bangsa Indonesia.

BAB II
RUMUSAN MASALAH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Apa yang dimaksud dengan wawasan nasional?


Bagaimana wawasan nasional negara Indonesia?
Apa yang dimaksud dengan wawasan nusantara?
Apa dasar pemikiran wawasan nusantara?
Apa saja unsur dasar wawasan nusantara?
Apa yang menjadi landasan wawasan nusantara?
Bagaimana perwujudan dari wawasan nusantara?

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Wawasan Nusantara


Secara etimologis, Wawasan Nusantara berasal dari kata Wawasan dan
Nusantara. Wawasan berasal dari kata Wawas (bahasa jawa) yang berarti
pandangan, tinjauan dan penglihatan indrawi. Jadi wawasan adalah pandangan,
tinjauan, penglihatan, tanggap indrawi. Wawasan berarti pula cara pandang dan
cara melihat. Nusantara berasal dari kata nusa dan antara. Nusa artinya pulau
atau kesatuan kepulauan. Antara artinya menunjukkan letak antara dua unsur.
Jadi Nusantara adalah kesatuan kepulauan yang terletak antara dua benua, ian
yaitu benua Asia dan Australia, dan dua samudra, yaitu samudra Hindia dan
Pasifik. Berdasarkan pengertian modern, kata nusantara digunakan sebagai
pengganti nama Indonesia.
Secara terminologis, Wawasan menurut beberapa pendapat sebagai berikut:
a. Menurut prof. Wan Usman, Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa
Indonesia mengenai diri dan tanah airnya sebagai Negara kepulauan dengan
semua aspek kehidupan yang beragam.
b. Menurut GBHN 1998, Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap
bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, dengan dalam
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
c. Menurut kelompok kerja Wawasan Nusantara untuk diusulkan menjadi tap.
MPR, yang dibuat Lemhannas tahun 1999, yaitu cara pandang dan sikap
bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba beragam dan
bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta
kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehipan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, secara sederhana wawasan
nusantara berarti cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri dan
lingkungannya.

3.2 Dasar Pemikiran Wawasan Nusantara


Wawasan Nasional Indonesia dibentuk dan dijiwai oleh pemahaman kekuasaan
bangsa Indonesia yang berlandasakan falsafah Pancasila dan oleh pandangan
geopolitik Indonesia yang berlandaskan pemikiran kewilayahan dan kehidupan
bangsa Indonesia. Untuk itu pembahasan latar belakang filosofi sebagai dasar
pemikiran dan pembinaan nasional Indonesia ditinjau dari :
1. Pemikiran berdasarkan falsafah Pancasila
Wawasan Nasional merupakan pancaran dari Pancasila oleh karena itu
menghendaki

terciptanya

persatuan

dan

kesatuan

dengan

tidak

menghilangkan ciri, sifat dan karakter dari


kebhinekaan unsur-unsur pembentuk bangsa (suku bangsa, etnis dan
golongan).
2. Pemikiran berdasarkan aspek kewilayahan
Dalam kehidupan bernegara, geografi merupakan suatu fenomena yang
mutlak diperhatikan dan diperhitungkan baik fungsi maupun pengaruhnya
terhadap sikap dan tata laku negara ybs.
Wilayah Indonesia pada saat merdeka masih berdasarkan peraturan tentang
wilayah teritorial yang dibuat oleh Belanda yaitu Territoriale Zee en
Maritieme Kringen Ordonantie 1939 (TZMKO 1939), dimana lebar laut
wilayah/teritorial Indonesia adalah 3 mil diukur dari garis air rendah masingmasing pulau Indonesia. TZMKO 1939 tidak menjamin kesatuan wilayah
Indonesia sebab antara satu pulau dengan pulau yang lain menjadi
terpisahpisah,

sehingga

pada

tgl.

13

Desember

1957

pemerintah

mengeluarkan Deklarasi Djuanda.


Luas wilayah laut Indonesia sekitar 5.176.800 km2. Ini berarti luas wilayah
laut Indonesia lebih dari dua setengah kali luas daratannya. Sesuai dengan
Hukum Laut Internasional yang telah disepakati oleh PBB tahun 1982.

Wilayah perairan laut Indonesia dapat dibedakan tiga macam, yaitu Zona
Laut Teritorial, Zona Landas Kontinen, dan Zona Ekonomi Eksklusif.
a. Zona Laut Teritorial
Batas laut Teritorial ialah garis khayal yang berjarak 12 mil laut dari garis
dasar ke arah laut lepas. Jika ada dua negara atau lebih menguasai suatu
lautan, sedangkan lebar lautan itu kurang dari 24 mil laut, maka garis
teritorial di tarik sama jauh dari garis masing-masing negara tersebut.
Laut yang terletak antara garis dengan garis batas teritorial di sebut laut
teritorial. Garis dasar adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik
dari ujung-ujung pulau terluar. Sebuah negara mempunyai hak kedaulatan
sepenuhnya sampai batas laut teritorial, tetapi mempunyai kewajiban
menyediakan alur pelayaran lintas damai baik di atas maupun di bawah
permukaan laut. Deklarasi Djuanda kemudian diperkuat/diubah menjadi
Undang-Undang No.4 Prp. 1960.

b. Zona Landas Kontinen


Landas Kontinen ialah dasar laut yang secara geologis maupun morfologi
merupakan lanjutan dari sebuah kontinen (benua). Kedalaman lautnya
kurang dari 150 meter. Indonesia terletak pada dua buah landasan
kontinen, yaitu landasan kontinen Asia dan landasan kontinen Australia.
Adapun batas landas kontinen tersebut diukur dari garis dasar, yaitu
paling jauh 200 mil laut. Jika ada dua negara atau lebih menguasai lautan
di atas landasan kontinen, maka batas negara tersebut ditarik sama jauh
dari garis dasar masing-masing negara. Di dalam garis batas landas
kontinen, Indonesia mempunyai kewenangan untuk memanfaatkan
sumber daya alam yang ada di dalamnya, dengan kewajiban untuk
menyediakan alur pelayaran lintas damai. Pengumuman tentang batas
landas kontinen ini dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia pada tanggal
17 Febuari 1969.

c. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)


Zona Ekonomi Eksklusif adalah jalur laut selebar 200 mil laut ke arah laut
terbuka diukur dari garis dasar. Di dalam zona ekonomi eksklusif ini,
Indonesia mendapat kesempatan pertama dalam memanfaatkan sumber
daya laut. Di dalam zona ekonomi eksklusif ini kebebasan pelayaran dan
pemasangan kabel serta pipa di bawah permukaan laut tetap diakui sesuai
dengan prinsip-prinsip Hukum Laut Internasional, batas landas kontinen,
dan batas zona ekonomi eksklusif antara dua negara yang bertetangga
saling tumpang tindih, maka ditetapkan garis-garis yang menghubungkan
titik yang sama jauhnya dari garis dasar kedua negara itu sebagai
batasnya. Pengumuman tetang zona ekonomi eksklusif Indonesia
dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia tanggal 21 Maret 1980. Melalui
Konfrensi PBB tentang Hukum Laut Internasional ke-3 tahun 1982,
pokok-pokok negara kepulauan berdasarkan Archipelago Concept negara
Indonesia diakui dan dicantumkan dalam UNCLOS 1982 (United Nation
Convention on the Law of the Sea) atau konvensi PBB tentang Hukum
Laut. Indonesia meratifikasi Unclos 1982 melalui UU No.17 th.1985 dan
sejak 16 Nopember 1993 Unclos 1982 telah diratifikasi oleh 60 negara
sehingga menjadi hukum positif (hukum yang sedang berlaku di masingmasing negara). Berlakunya UNCLOS 1982 berpengaruh dalam upaya
pemanfaatan laut bagi kepentingan kesejahteraan seperti bertambah luas
ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) dan Landas Kontinen Indonesia.
Sebagian besar negara di dunia, termasuk Indonesia, telah meratifikasi Konvensi
Geneva 1944 (Convention on International Civil Aviation) sehingga kita
menganut pemahaman bahwa setiap negara memiliki kedaulatan yang lengkap
dan eksklusif terhadap ruang udara di atas wilayahnya, dan tidak dikenal adanya
hak lintas damai. Jadi tidak satu pun pesawat udara asing diperbolehkan melalui
ruang udara nasional suatu negara tanpa izin negara yang bersangkutan.

3. Pemikiran berdasarkan Aspek Sosial Budaya


Budaya/kebudayaan secara etimologis adalah segala sesuatu yang dihasilkan
oleh kekuatan budi manusia. Kebudayaan diungkapkan sebagai cita, rasa dan
karsa (budi, perasaan, dan kehendak).
Secara universal kebudayaan masyarakat yang heterogen mempunyai unsurunsur yang sama:
- sistem religi dan upacara keagamaan
- sistem masyarakat dan organisasi kemasyarakatan
- sistem pengetahuan
- bahasa
- keserasian
- sistem mata pencaharian
- sistem teknologi dan peralatan
4. Pemikiran berdasarkan aspek kesejarahan
Perjuangan suatu bangsa dalam meraih cita-cita pada umumnya tumbuh dan
berkembang akibat latar belakang sejarah. Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit
landasannya adalah mewujudkan kesatuan wilayah, meskipun belum timbul
rasa kebangsaan namun sudah timbul semangat bernegara. Kaidah-kaidah
negara modern belum ada seperti rumusan falsafah negara, konsepsi cara
pandang dsb. Yang ada berupa slogan-slogan seperti yang ditulis oleh Mpu
Tantular yaitu Bhineka Tunggal Ika. Penjajahan disamping menimbulkan
penderitaan juga menumbuhkan semangat untuk merdeka yang merupakan
awal semangat kebangsaan yang diwadahi Boedi Oetomo (1908) dan Sumpah
Pemuda (1928). Wawasan Nasional Indonesia diwarnai oleh pengalaman
sejarah yang menginginkan tidak terulangnya lagi perpecahan dalam
lingkungan bangsa yang akan melemahkan perjuangan dalam mengisi
kemerdekaan untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sebagai hasil
kesepakatan bersama agar bangsa Indonesia setara dengan bangsa lain.

3.3 Unsur Dasar Wawasan Nusantara


1. Wadah (contour)
Wadah kehidupan bermayarakat, berbangsa, dan bernegara meliputi
seluruh wilayah Indonesia yang memiliki sifat serba nusantara dengan
kekayaan alam dan penduduk serta aneka budaya ialah bangsa Indonesia.
Setelah menegara dalm negara Kesatuan Republik Indonesia, bangsa
Indonesia memiliki organisasi kenegaraan yang merupakan wadah
berbagai kegiatan kenegaraan dalam wujud supra struktur politik,
sedangkan wadah dalam kehidupan bermasyarakat adalah berbagai
kelembagaan

dalam

wujud

infra

struktur

politik.

Dari Penjelasan di atas, dapatlah dilihat bahwa wadah yang dimaksud


dalam unsur pertama ini adalah batas ruang lingkup atau bentuk wujud
dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diumumkan melalui
Dekrit Juanda tanggal 13 Desember 1957. Deklarasi ini menyatakan
bahwa bentuk geografi Indonesia merupakan negara kepulauan yang
terdiri atas ribuan pulau besar dan kecil. Deklarasi ini kemudian disahkan
melalui Perpu No. 4 tahun 1960 tentang perairan Indonesia. Bentuk
wujud ini tidak dapat dipisahkan dari azaz Archipelago yang telah
diperjuangkan pada pertemuan konvensi hukum laut internasional tahun
1982, mengikat semua negara. Oleh karena itu bentuk nusantara batasbatasnya ditentukan oleh laut, sejauh 12 mil dengan di dalamnya terdapat
pulau-pulau serta gugusan pulau, berjumlah 17.508 buah pulau (11.808
diantanya belum mempunyai nama), yang satu sama lain dihubungkan,
tidak dipisahkan oleh air, baik berupa laut dan selat. Dengan demikian
bentuk wujud nusantara sekarang ini terdiri 65% wilayah laut/perairan
dan 35% daratan. Luas seluruhnya kira-kira 5 juta km2 luas daratan,
dengan panjang pantai 81.000 km. Adapun topografi daratannya
merupakan pegunungan dengan gunung-gunung berapi, baik yang masih
aktif maupun yang sudah tidak aktif. Nusantara Indonesia disamping

bentuk wujud di atas, juga mempunyai letak geografis yang khas, yaitu
sebagai inti daripada posisi silang dunia, yang mempunyai pengaruh
yang besar dalam tata kehidupan dan sifat perikehidupan nasionalnya.

2. Isi (content)
Isi adalah inspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan citacita serta tujuan nasional yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945.
Menyadari bahwa untuk mencapai aspirasi yang berkembang di
masyarakat maupun cita-cita dan tujuan nasional seperti tersebut di atas
bangsa Indonesia harus mampu menciptakan persatuan dan kesatuan
dalam kebhinekaan dalam kehidupan nasional yang berupa politik,
ekonomi, sosial budaya, dan hankam. Oleh karena itu isi menyangkut
dua hal yang esensial yakni: Pertama, Realisasi aspirasi bangsa sebagai
kesepakatan bersama dan perwujudannya, pencapaian cita-cita tujuan
nasional, dan Kedua. Persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan yang
meliputi semua aspek kehidupan nasional.
3. Tatalaku (conduct)
Tata laku merupakan hasil interaksi antara wadah dan isi, yang terdiri
dari tata laku batiniah dan lahiriah. tata laku batiniah mencerminkan jiwa,
semangat, dan mentalitas yang baik dari bangsa Indonesia, sedangkan
tata laku lahiriah tercermin dalam tindakan, perbuatan, dan perilaku dari
bangsa Indonesia. Kedua hal tersebut akan mencerminkan identitas jati
diri atau kepribadian bangsa Indonesia berdasarkan kekeluargaan dan
kebersamaan.
Dari ketiga unsur tersebut, jelaslah bahwa pada hakikatnya wanus merupakan
perwujudan ideologi pancasila yang mengarahkan visi bangsa Indonesia untuk
mewujudkan kesatuan dan keserasian dalam berbagai bidang nasional.

Konsepsi wawasan nusatara dituangkan dalam peraturan perundang-undangan, yaitu


dalam ketetapan MPR mengenai GBHN. Ketentuan tersebut adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

TAP MPR No. IV/MPR/1973


TAP MPR No. IV/MPR/1978
TAP MPR No. II/MPR/1983
TAP MPR No. II/MPR/1988
TAP MPR No. II/MPR/1993
TAP MPR No. II/MPR/1998

3.4 Landasan Wawasan Nusantara


a. Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Nasional Indonesia
Sebagai bangsa majemuk yang telah menegara, bangsa Indonesia dalam
membina dan membangun atau menyelenggarakan kehidupan nasionalnya,
baik pada aspek politik, ekonomi, sosbud maupun hankamnya, selalu
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah. Untuk
itu pembinaan dan penyelenggaraan tata kehidupan bangsa dan negara
Indonesia disusun atas dasar hubungan timbal balik antara falsafah, cita-cita
dan tujuan nasional, serta kondisi sosial budaya dan pengalaman sejarah yang
menumbuhkan kesadaran tentang kemajemukan dan kebhinekaannya dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan nasional.
b. Landasan Idiil: Pancasila
Pancasila telah diakui sebagai ideologi dan dasar negara yang terumuskan
dalam Pembukaan UUD 1945. Pada hakikatnya, Pancasila mencerminkan
nilai keseimbangan, keserasian, keselarasan, persatuan dan kesatuan,
kekeluargaan, kebersamaan dan kearifan dalam membina kehidupan nasional.
Perpaduan nilai-nilai tersebut mampu mewadahi kebinekaan seluruh aspirasi
bangsa Indonesia. Pancasila merupakan sumber motivasi bagi perjuangan
seluruh bangsa Indonesia dalam tekadnya untuk menata kehidupan di dalam

Negara Kesatuan Republik Indonesia secara berdaulat dan mandiri. Pancasila


sehagai falsafah, ideologi bangsa, dan dasar negara mempunyai, kekuatan
hukum yang mengikat para penyelenggara negara, para pimpinan
pemerintahan, dan selurula rakyat Indonesia. Pancasila dalam kehidupan
bemnasyarakat,

berbangsa,

dan

bernegara

diaktualisasikan

dengan

mensyukuri segala anugerah Sang Pencipta baik dalam wujud kanstelasi dan
posisi geografi maupun segala isi dan potensi yang dimiliki oleh wiiayah
nusantara untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi peningkatan harkat,
martabat bangsa dan negara Indonesia dalam pergaulan antarbangsa. Hal-hal
tersebut menimbulkan rangsangan dan dorongan kepada bangsa Indonesia
untuk membina dan mengembangkan segala aspek dan dimensi kehidupan
nasionalnya secara dinamis, utuh dan menyeluruh agar ia mampu
mempertahankan identitas, integritas, dan kelang-sungan hidup serta
pertumbuhannya dalam perjuangan mewujudkan cita-cita nasional.
c. Landasan Konstitusional: UUD 1945
UUD 1945 merupakan konstitusi dasar yang menjadi pedoman pokok dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan brnegara. Bangsa Indonesia
bersepakat bahwa Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik
dan

berkedaulatan

rakyat

yang

dilakukan-sepenuhnya

oleh

Majelis

Permusyawaratan Rakyat. Karena itu, negara mengatasi segala paham


golongan, kelompok, dan perseorangan serta menghendaki persatuan dan
kesatuan dalam segenap aspek dan dimensi kehidupan nasional. Artinya,
kepentingan negara dalam segala aspek dan perwujudannya lebih diutamakan
di atas kepentingan golongan, kelompok, dan perseorangan berdasarkan
aturan,

hukum,

dan

perundangan-undangan

yang

berlaku

yang

memperhatikan Hak Asasi Manusia (HAM), aspirasi masyarakat, dan


kepentingan daerah yang berkembang saat ini.
Bangsa Indonesia menyadari bahwa bumi, air, dan dirgantara di atasnya serta
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan

dipergunakan sebesar-besamya untuk kemakmuran rakyat. Karena itu, bangsa


Indonesia bertekad mendayagunakan segenap kekayaan alam, sumber daya,
serta seluruh potensi nasionalnya berdasarkan kebijaksanaan yang terpadu,
seimbang, serasi, dan selaras nntuk mewujudkan kesejahteraan dan keamanan
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah dengan tetap memperhatikan
kepentingan daerah penghasil secara proporsional. Dengan demikian, UUD
1945 seharusnya dan sewajamya menjadi landasan konstitusional dari
Wawasan Nusantara yang merupakan cara pandang bangsa Indonesia dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

3.5 Perwujudan Wawasan Nusantara


Wawasan Nusantara sebagai penghayatan hidup, sebagai pengakuan ciri-ciri dan
tabiat ruang hidup seisinya telah dimiliki oleh nenek moyang bangsa Indonesia,
namun tidak terumuskan secara ekplisit dan sistematis. Hal ini dapat dimengerti
karena titik berat kemampuan nenek moyang bangsa Indonesia terletak pada
budi, karenanya penalurian keyakinan hidup berlangsung, melalui seloka-seloka
atau simbol-simbol maupun nyanyian-nyanyian dengan kata-kata kiasan dan
tuntutan perilaku dengan pengaruh-pengaruh kejiwaan tertentu.
a. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan politik dalam arti:
1) Bahwa kebulatan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya
merupan satu kesatuan wilayah, wadah, ruang hidup dan kesatuan matra
seluruh bangsa, serta menjadi modal dan milik bersama bangsa;
2) Bahwa bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan berbicara
dalam berbagai bahasa daerah, memeluk dan meyakini berbagai agaka
dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa harus merupakan satu
Kesatuan bangsa yang bulat dalam arti yang seluas-luasnya;
3) Bahwa secara psikologis, bangsa Indonesia harus merasa satu, senasib
sepenangggiangan, se-Bangsa dan se-Tanah Air, serta mempunyai satu
tekad dalam mencapai cita-cita bangsa;

4) Bahwa Pancasila adalah satu-satunya falsafah serta ideologi bangsa dan


negara yang melandasi, membimbing dan mengarahkan bangsa menuju
tujuannya;
5) Bahwa seluruh kepulauan Nusantara merupakan satu kesatuan hukum
nasional yang mengabdi kepada kepentingan nasional.
b. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan sosial dan budaya,
dalam arti:
1) Bahwa masyarakat Indonesia adalah satu, peri kehidupan bangsa harus
merupakan kehidupan yang serasi dengan terdapatnya tingkat kemajuan
masyarakat yang sama, merata dan seimbang serta adanya keselaran
kehidupan yang sesuai dengan kemajuan bangsa;
2) Bahwa budaya Indonesia pada hakikatnya adalah satu, sedangkan corak
ragam budaya yang ada menggambarkan kekayaan budaya bangsa yang
menjadi modal dan landasan pengembangan budaya bangsa uang
c.

menjadi modal dan landasan pengembangan budaya bangsa seluruhnya.


Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan ekonomi, dalam arti:
1) Bahwa kekayaan wilayah Nusantara baik potensial maupun efektif
adalah modal dan milik bersama bangsa, dan bahwa keperluan hidup
sehari-hari harus tersedia merata di seluruh wilayah tanah air;
2) Tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh
daerah, tanpa meninggalkan ciri-ciri khas yang dimiliki oleh daerah-

daerah dalam pengembangan kehidupan ekonominya.


d. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan pertahanan dan
keamanan, dalam arti:
1) Bahwa ancaman terhadap satu pulau atau satu daerah pada hakikatnya
merupakan ancaman terhdap seluruh bangsa dan negara;
2) Membangun kesadaran dengan cara persamaan hak dan kwajiaban
bagi setiap warga negara dalam rangka pembelaan negara dan bangsa.
BAB IV
KESIMPULAN
Wawasan nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia di
lingkungannya, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dalam
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hakikat

wawasan nusantara adalah persatuan dan kesatuan wilayah yang bercorak nusantara.
Wawasan nusantara berkedudukan sebagai visi bangsa yaitu agar menjadi bangsa
yang satu dengan wilayah yang satu dan utuh.
Wawasan nusantara diwujudkan dengan kesatuan dalam semua aspek, baik
aspek politik, ekonomi, sosial, budaya,serta pertahanan dan keamanan. Selain itu
pula, terdapat tiga unsur dasar dalam wawasan nusantara yaitu: wadah, isi, dan tata
laku. Wadah, artinya kehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara yang meliputi
seluruh wilayah Indonesia beragam. Isi adalah aspirasi, cita-cita, dan tujuan nasional
masyarakat Indonesia. Selanjutnya, hasil interaksi dari wadah dan isi disebut dengan
tata laku yang mencerminkan jiwa, semangat, dan mentalitas yang baik dari bangsa
Indonesia.
Sebagai masyarakat bangsa Indonesia yang telah mempelajari dan memahami
wawasan nusantara, seharusnya mengubah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia
mengenai diri dan bentuk geografinya berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Hal
tersebut diimplementasikan dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa
serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara, untuk mencapai tujuan nasional. Dengan demikian,
Negara kesatuan Republik Indonesia tetap kokoh.

Daftar Pustaka
Budiarjo, Miriam. 1981. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia.
Erwin, Muhamad. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia.
Bandung: PT. Refika Pratama.
Kaelan dan Achmad. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi.
Yogyakarta: Paradigma.

Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas). 1998. Kewiraan Untuk Mahasiswa.


Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Safitri, Sani dan Alfiandri. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan
Tinggi. Palembang. Unit Pelaksana Teknis Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian Universitas Sriwijaya.
Thaib, Dahlan. 1994. Pancasila Yuridis Kenegaraan. Jakarta: AMP YKPN.
Unit Pengembangan Teknis-MPK. 2010. Buku Ajar Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian (MPK): Pendidikan Kewarganegaraan. Indralaya: Universitas
Sriwijaya.
http://rijalulfata.blogspot.com/2013/04/wawasan-nusantara-sebagai-geopolitik.html
http://kewarganegaraan.wordpress.com/2013/08/geopolitik-dan-strategi.html
http://mygeografi/2000/04/wasantara-dasar.html

TUGAS KELOMPOK
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Geopolitik Indonesia

Anggota:

Ade Kurnia Oprisca


Agrifina Helga Pratiwi
Aprilia Damayanti
Ayu Agustriani
Datchayini Chelvam
Firdhani Yufinta Putri
Herdinta Yudaristi
Indah Wulandari
Miko Sapta Sera
Zahra Kamila

4101401119
4101401120
4101401116
4101401118
4101401135
4101401114
4101401115
4101401113
4101401117
4101401112

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG
2013

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Wawasan Nusantara........................................................................1
1.2 Hakikat Wawasan Nusantara..............................................................................2
BAB II RUMUSAN MASALAH...............................................................................3
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Wawasan Nusantara.........................................................................4
3.2 Dasar Pemikiran Wawasan Nusantara...............................................................5
3.3 Unsur Dasar Wawasan Nusantara....................................................................10
3.4 Landasan Wawasan Nusantara.........................................................................13
3.5 Perwujudan Wawasan Nusantara.....................................................................15
BAB IV KESIMPULAN..........................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................18

Anda mungkin juga menyukai