Anda di halaman 1dari 13

CHAPTER 19

SOSIAL AND ENVIRONMENTAL REPORTING

Komunitas dan Badan Politik semakin concern terhadap isu sosial dan lingkungan. Terlebih terdapat pada laporan dari United
Nations World Commission on Environment and Development tahun 1987, Our Common Future (Brundland Report).
1.

PELAPORAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN

Fondasi dasar akuntansi yaitu 3 karakteristik berikut:

Entitas Akuntansi
Pengukuran keuangan dari kegiatan ekonomi
Sekelompok pengguna yang concern terhadap posisi keuangan dan kinerja entitas.

Karakteristik ini membatasi pengakuan atas suatu kejadian dan bagaimana dan kepada siapa informasi dilaporkan, didasarkan
pada rangkaian pengambilan keputusan yang tersedia bagi pengguna akhir. Apa yang terjadi ketika ada pertanyaan tentang
waktu kejadian dan hasil konsekuensi keuangan dari suatu kejadian dan kapan user potensial atas informasi tidak penting
secara keuangan untuk berpartisipasi terhadap entitas? Dalam area abu-abu. Ketika konsep tradisional akuntansi tidak
memadai, banyak isu terkait pelaporan sosial dan lingkungan yang diperdebatkan. Gray, Owen, Adams menggambarkan
akuntansi sosial adalah kombinasi dari:

Accounting for different things (other than accounting strictly for economic events)
Accounting in different media (other than accounting in strictly financial terms)
Accounting to different individuals or groups (not necessarily accounting to only the providers of finance)
Accounting for different purposes (not necessarily accounting which enables decision making with success judged only
in financial or cash flow terms)

Akuntansi sosial dan lingkungan seharusnya tidak dibatasi pada konsekuansi keuangan atas interaksi perusahaan dengan isu
sosial dan lingkungan. Ini tidak berarti bahwa pertimbangan keuangan seharusnya dihiraukan, tetapi bahwa mereka hanya
sebuah bagian dari fungsi pelaporan, sebagaimana diungkapkan melalui konsep triple bottom line. Menerima bahwa pelaporan
akuntansi sosial dan lingkungan adalah lebih dari suatu perluasan dari balancing the books akan mengantarkan pada
penerimaan yang lebih besar lagi terhadap pandangan bahwa kriteria akuntansi saat ini untuk pengakuan, pengukuran, dan
pengungkapan belum tentu sesuai atau diinginkan ketika berhadapan dengan masalah sosial dan lingkungan. Pelaporan sosial
dan lingkungan mempunyai banyak bentuk dan tujuan. Guthrie and Parker menjelaskan bahwa tujuan utama pelaporan sosial
yaitu:

Menyediakan satu pandangan komprehensif dari organisasi dan sumber datanya


Memberikan batasan atas perilaku perusahaan yang tidak bertanggung jawab
Memberikan motivasi positif untuk perusahaan untuk ikut dalam tanggung jawab sosial

Masalah yang mungkin didefinisikan sebagai penurunan dalam kriteria pelaporan sosial dan lingkungan mencakup tindakan
yang akan mempengaruhi:

Karyawan
Kesehatan dan keamanan kerja
Isu minoritas dan kesetaraan
Komunitas
Penduduk asli
Lingkungan
Penggunaan energy
Produk

Kegiatan amal, donasi politik dan sponsor olahraga juga termasuk dalam analisis pelaporan sosial.
The Sustainable Entity
Definisi sustainability diinterpretasi dengan beberapa cara. Salah satunya adalah menunjuk pada negara, wilayah, atau ekonomi
yang mana pengembangan kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi masa depan untuk memenuhi
kebutuhan mereka.
Eco-efficiency berorientasi pada lingkungan dan bertujuan untuk meningkatkan kinerja sementara itu mengurangi dampak
keseluruhan terhadap lingkungan. Eco-justice memperhatikan kesetaraan sosial, dan merupakan fungsi dari:
Intragenerational equity
Pengakuan bahwa kita berbagi bumi dan sumber dayanya, concern pada masalah distribusi kesejahteraan global.
Contohnya, Hasil dari Protokol Kyoto dalam gas rumah kaca memiliki perbedaan target pengurangan emisi karbon antara
negara industri berkembang dan negara berkembang di dunia ketiga. (Walaupun mungkin negara industri berkembang dan
negara berkembang di dunia ketiga tetap melanjutkan industrialisasi tanpa kendala).
Intergenerational equity
Pengakuan bahwa generasi masa depan memiliki hak untuk menggunakan sumber daya di bumi, karenanya perlu untuk
menjaga sumber daya alam.
Oleh karena itu, sustainable entity harus mempertimbangkan persaingan tujuan terkait kinerja ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Keseimbangan antar tujuan ini akan terlihat ketika ada trade-off yang dapat memuaskan permintaan stakeholder bisnis,
stakeholder ini termasuk:
Pemegang saham
Pemberi modal
Karyawan
Negara
Konsumen
Seluruh level pemerintah
Pembuat aturan dan badan pemerintahan lainnya
Organisasi lingkungan
Komunitas lokal sampai komunitas global
Generasi mendatang

Perkembangan filosofi sustainability atas perusahaan membutuhkan pemahaman dari stakeholder yang relevan dan permintaan
mereka akan kinerja perusahaan. Sebagai contoh, WMC Ltd, sebuah perusahaan aneka ragam sumber daya asal Australia,
dilaporkan tahun 1997:
Visi WMC untuk keberlangsungan untuk menjadi pengembang sumber daya yang terpilih. Memaksimalkan nilai shareholder
dengan memenuhi kewajiban terhadap orang, lingkungan dan manajemen sumber daya alam. Keberlangsungan adalah tentang
memenuhi kebutuhan pengembangan lingkungan sosial dan ekonomi tanpa mengorbankan kebutuhan generasi masa depan,
Pengambangan ekonomi penting bagi kemampuan perusahaan untuk berkontribusi terhadap perlindungan lingkungan,
konservasi sumber daya alam, dan perilaku sosial yang baik. Untuk membuat kontribusi tersebut perusahaan harus bertahan.
Tujuan perusahaan seharusnya adalah laba dan nilai shareholder yang meningkat melalui perilaku lingkungan dan sosial yang
bertanggung-jawab.
WMC tahun 2002 melaporkan:
Komitmen kami untuk meningkatkan ketahanan reputasi dengan stakeholder. Hal ini dapat membantu menjamin lisensi
perusahaan untuk dapat terus beroperasi dengan baik, mengijinkan kami untuk akses sumber daya yang baru, memberikan
kepada kami akses terhadap modal, mengurangi persyaratan peraturan atau lisensi. Hal ini juga membantu kami menarik
karyawan dengan kualitas tinggi yang mau bekerja untuk kemajuan perusahaan. Kepemimpinan oleh manajemen senior
mengarahkan kami terhadap perkembangan yang berkelanjutan, juga membantu meningkatkan kinerja, lingkungan, dan
kesehatan dan memastikan hubungan dan persekutuan yang lebih baik dengan komunitas tuan rumah.
WMC mengadopsi prinsip pengembangan berkelanjutan karena keuntungan ekonomi diperoleh dari kegiatan sebgai
konsekuensi dari perbaikan hubungan dengan stakeholder. Pada tahun 2005 WMC melaporkan:
WMC telah mendedikasikan secara signifikan waktu dan sumber daya yang terkait dengan makna keberlangsungan bagi
sumber daya perusahaan yang terdiversifikasi. Berkontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup dari karyawan, komunitas dan
sosial, dan melakukannya secara setara di awal. Menjalankan operasi dengan cara yang menghormati ekosistem lokal dan
menjaga serta melindungi sumber daya yang berbagi dengan generasi mendatang adalah hal lain. Tantangan ketahanan adalah
tentang memadukan risiko sosial, ekonomi, dan lingkungan dan manfaat kepada pengambilan keputusan bisnis kami.
Tren debat terbaru saat ini tentang sustainability telah berfokus pada eco-efficiency sebagai lawan dari eco-justice. Contohnya,
The World Business Council for Sustainable Development telah mengadaptasi pernyataan misi sebagai berikut:
Untuk menyediakan kepemimpinan bisnis sebagai katalis untuk perubahan perkembangan yang berkelanjutan, dan untuk
mempromosikan peranan dati eco-efficiency, inovasi, dan corporate sosial responsibility.
2.

MOTIVASI CSR

Peraturan Hukum dan Manajemen Akuntabilitas


Di Australia terjadi peningkatan yang signifikan pada level intervensi oleh pemerintah terkait peraturan dampak lingkungan dan
sosial seperti kesejahteraan karyawan. Intervensi pemerintah pada isu lingkungan mengarah pada siapa yang bertanggung

jawab langsung atas produksi eksternalitas lingkungan (seperti pembuat polusi). Tujuannya untuk memaksa entitas untuk
bertanggung jawab atas dampak mereka. Pengurangan pajak dikenakan kepada mereka yang mengeluarkan biaya prevensi.
Bahkan sekarang ada hukuman personal bagi manajer yang bertanggung jawab atas perusahaannya terkait dampak lingkungan
yang mereka buat sehingga memaksa manajemen untuk bertanggung jawab atas kinerja lingkungan.
Shareholder Activism
Walaupun sudah ada peraturan hukum, ada juga peningkatan perhatian dari shareholder pada dampak sosial
perusahaan.Bagaimanapun, investor individu menjadi lebih agresif dalam CSR. Contohnya pertanyaan kepada dewan direksi
pada saat AGM (Annual General Meeting) perusahaan atau permintaan EGM oleh shareholders dimana manajemen diminta
untuk merespon isu-isu spesifik yang ada. Contoh perusahaan yang telah melakukannya yaitu Amcor, Boral, dan North.
3. A Theoretical Framework for Corporate Sosial Responsibility
Tindakan individual dan event yang menyoroti kinerja perusahaan dan dapat mempengaruhi proses bisnis perusahaan belum
dapat menjelaskan secara menyeluruh mengenai adanya proses perubahan dari tanggung jawab sosial perusahaan. Aktivitas
shareholders dapat merefleksikan perubahan komunitas dan harapan akan kinerja perusahaan. Manajemen perusahaan
mungkin akan menanggapi hal ini dengan berbagai macam reaksi. Misalnya, perubahan tersebut dapat berupa perubahan
dalam proses bisnis untuk mencapai standard best practices, di mana menuntut adanya kesesuaian antara kinerja aktual
perusahaan dengan harapan komunitas masyarakat. Cara lainnya untuk mengubah harapan komunitas (masyarakat) adalah
dengan cara menginformasikan stakeholders (pemegang kepentingan) yang berpengaruh di masyarakat mengenai kinerja
perusahaan saat ini atau bahkan mengubah persepsi masyarakat mengenai harapan akan kinerja perusahaan. Hal ini
dikarenakan, apabila persepsi masyarakat akan harapan terhadap kinerja perusahaan tersebut terlampau tinggi, maka hal ini
akan menyulitkan perusahaan itu sendiri. Beberapa interaksi dan reaksi lanjutan dapat dideskripsikan ke dalam kontrak sosial
yang terjadi di antara perusahaan tersebut dan masyarakat. Berikut ini akan diberikan penjelasan mengenai theoretical
framework akan pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap sosial dan lingkungan sekitar.

Kontrak Sosial

Sebuah kontrak sosial bertujuan untuk menjelaskan batasan dari interaksi-interaksi yang dapat diterima di antara partisipan
dalam sebuah komunitas sosial. Pada awalnya, sebuah kontrak sosial bertujuan untuk memberikan penjelasan mengenai power
(kekuatan pengaruh) dan kewajiban pemerintah dengan mengonsepkan teori kontrak di antara individual atau para pemegang
kepentingan. Kontrak sosial tersebut mencakup beberapa hal penting, termasuk persamaan dan keadilan ( equality),
pembagian pertanggungjawaban dan kekuasaan, dan penentuan dari berbagai macam praktik dan tindakan baik yang dapat
diterima maupun yang tidak dapat diterima dalam tercapainya kebutuhan sosial sebuah masyarakat.
Penjelasan mengenai kontrak sosial tercantum seperti yang dijelaskan oleh Rawls dalam Godfrey (637):
We are to imagine that those who engage in sosial cooperation choose together, in one joint act, the principles that are to
assign basic rights and duties and to determine the division of sosial benefits. Men are to decide in advance how they are to
regulate their claims against one another and what is to be the foundation charter of their society. Just as each person must
decide by rational reflection what constitutes his good, that is, the system of ends that it is rational for him to pursue, so a group
of persons must decide once and for all what is to count among them as just and unjust. The choice which rational men would
make in this hypothetical situation of equal liberty, assuming for the present that this choice problem has a solution, determines
the principles of justice,

Awalnya, konsep dari sebuah kontrak sosial adalah berdasarkan ide dari keadilan bagi setiap individu dalam sebuah komunitas
sosial masyarakat. Bagaimanapun, sebuah kontrak sosial juga mengakui adanya biaya-biaya yang timbul bagi setiap individu,
meskipun keuntungan yang disediakan oleh pimpinan harus melebihi biaya terkait (termasuk biaya finansial dan biaya sosial).
Dikarenakan oleh implicit nature tersebut dari sebuah kontrak sosial, beberapa pihak mungkin tidak setuju dengan perlakuan
pembatasan sosial tersebut. Untuk mengatasi pengaruh negatif dari pembatasan sosial tersebut, komunitas sosial mengijinkan
formasi dari pemerintahan untuk dengan kekuasaannya untuk mengatur dan membatasi individual. Pemerintah dapat
memberikan hukuman atau sebuah struktur sosial di mana mereka juga memberikan suatu hukuman tertentu dan/atau
melakukan pembatasan terhadap aktivitas individual atau kebebasan personal.
Sebuah kontrak sosial dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku dari sebuah perusahaan, seperti yang dijelaskan oleh
Donaldson, sebuah organisasi yang produktif adalah:
Subject to moral evaluation which transend the boundaries of the political systems that contain them. The underlying function off
all such organizations from the standpoint of society is to enhance sosial welfare through satisfying consumer and worker
interests, while at the same time remaining within the bounds of justice. When they fail to live up to these expectations they are
deserving of moral critism.
Dengan kata lain, manajemen korporasi, melalui kontrak sosial mereka dengan pemegang kepentingan lainnya, bertujuan untuk
menunjukkan sebuah tindakan sosial yang ingin diwujudkan oleh perusahaan. Selanjutnya, tingkat responsivitas manajemen
perusahaan pada isu sosial dan lingkungan tercantum dalam pembatasan implisit dalam kontrak sosial; di mana tindakan
manajemen diatur oleh harapan sosial atas kinerja mereka.

Legitimasi organisasional

Berdasarkan teori kontrak sosial, sebuah manajemen perusahaan pertama-tama adalah mencari kecocokan antara komitmen
perusahaan dengan ekspektasi sosial kemudian mereka akan mendapatkan sebuah legitimasi organisasional. Lindblom
mendefinisikan legitimasi sosial sebagai berikut:
A condition or status which exist when an entitys value system is congruent with the value system of the larger sosial system of
which the entity is a part. When a disparity, actual or potential, exists between the two value system, there is a threat to the
entitys legatimacy.
Selain definisi tersebut, Lindblom juga menjelaskan:
1. Legitimasi tidak sama artinya dengan kesuksesan ekonomi atau kesuksesan dalam legalitas.
2. Legitimasi ditentukan untuk muncul ketika tujuan, output dan metode sebuah organisasi dikonfirmasikan dengan norma dan
nilai sosial.
3. Tantangan legitimasi berkorelasi terhadap ukuran organisasi dan banyaknya dukungan sosial dan politik yang didapatkan .
4. Tantangan organisasi dapat berupa sanksi hukum, politik dan sosial.
Kegagalan perusahaan untuk memenuhi ekspektasi masyarakat akan respek terhadap lingkungan sosial dapat mengakibatkan
sanksi sosial yang membatasi aktivitas perusahaan. Sebuah sanksi dalam bentuk yang ekstrem adalah sebuah formulasi dari
harapan implisit komunitas melalui peraturan dan legislasi. Sanksi dapat juga muncul pada bentuk yang random, misalnya:
pemboikotan oleh konsumen, ketidakpuasan karyawan, dan pembatasan terhadap akses keuangan.
Legitimasi organisasional, menggambarkan respon perusahaan untuk menghadapi adanya perubahan-perubahan dalam
harapan sosial dalam tujuannya untuk mencegah pembatasan baik eksplisit (misalnya peraturan pemerintah) maupun implisit
(misalnya efek reputasi) dalam kinerja operasionalnya. Bagaimanapun juga, sebuah legitimasi yang melalui perubahanperubahan dalam proses operasional bukanlah outcome terbaik bagi perusahaan. Dalam hal ini, manajemen dapat
mengusahakan legitimasi organisasional melalui definisi alternatif. Misalnya, manajemen korporasi dapat mencari pembenaran

dari tindakan saat ini dengan mengkomunikasikan komitmen untuk meningkatkan manajemen dan kinerja lingkungan, atau
mereka dapat mencoba untuk mengubah harapan pemegang kepentingan yang tidak masuk akal.
Sebuah sarana yang cukup signifikan sebagai media komunikasi perusahaan, adalah laporan tahunan perusahaan, di mana
melalui laporan ini, perusahaan dapat memberikan sinyalemen mengenai level saat ini mengenai kinerja perusahaan kepada
komunitas sosial. Laporan perusahaan, sebagai media distribusi komunikasi yang dikontrol oleh manajemen, dapat memainkan
peran penting untuk mendapatkan legitimasi perusahaan. Lindblom menjelaskan, ada empat strategi dari legitimasi yang dapat
diadopsi oleh perusahaan, antara lain: mengedukasi dan menginformasikan relevansi publik mengenai perubahan aktual di
dalam kinerja dan aktivitas perusahaan; mengubah persepsi mengenai relevansi publik tanpa mengubah perilaku aktual
perusahaan; memanipulasi persepsi dengan berusaha menghentikan kritikan masyarakat dari isu kepedulian menuju isu;
mengubah harapan eksternal mengenai kinerjanya. Strategi tersebut dapat menggunakan proses pelaporan untuk mengurangi
gap legitimasi antara sistem nilai perusahaan dengan harapan dari komunitas.

Teori Ekonomi Politik

Teori lain yang menyoroti masalah pelaporan aspek sosial dan lingkungan perusahaan adalah perspektif ekonomi politik. Teori
ekonomi politik mengatakan bahwa Accounting system act as mechanism used to create, distribute, and mystify power. Di
mana pelaporan akuntansi serve as a tool for constructing, sustaining, and legitimizing (emphasis added) economic and political
arrangements, institutions and ideological themes which contribute to the corporations private interests. Teori ekonomi politik
memiliki mengadopsi perspektif yang sama dengan teori legitimasi, dengan penekanan kepada kegunaan dari laporan tahunan
dan alasan-alasan perusahaan untuk menyebarkan informasi perusahaan mereka.
Perbedaan dari teori ekonomi politik dengan teori legitimasi bergantung pada interpretasi atas tujuan-tujuan dari konten
informasi. Ekonomi politik menyatakan bahwa penyebaran informasi adalah bersifat pre-emptive dan digunakan untuk
mencegah intervensi. Sedangkan teori legitimasi menyatakan bahwa sebuah perusahaan sangat responsif untuk menunjukkan
bahwa tindakannya terhubung dengan harapan masyarakat. Ketika harapan masyarakat dan kemampuan perusahaan
berbeda, perusahaan mendidik masyarakat, memberi pengertian kepada masyarakat bahwa kemampuan perusahaan
terbatas. Hal ini dilakukan agar masyarakat tidak terlalu berharap terlalu tinggi akan kemampuan perusahaan. Dalam teori
legitimasi, perusahaan menjadi reaktif terhadap perubahan sosial, sementara pada teori ekonomi politik, perusahaan adalah
pihak yang berpartisipasi aktif dan memiliki kekuasaan.

4. Social and environmental reporting


a. Mandatory reporting of social and environmental information

Contingent liabilities

Akuntansi untuk contingent liabilities diatur dalam IAS 37/AASB 137 Provision, Contingent Liabilities, and Contingent Assets
yang mempunyai pengaruh besar dalam pelaporan informasi social and environmental. Sebagai contoh, apabila dalam keadaan
perusahaan berhadapan dengan permasalahan dalam peraturan lingkungan, perusahaan dapat mencatatkan laporannya dalam
catatan atas akun. Bahasan ini berhubungan dengan materialitas. Namun, sifat dasar dari contingent liabilities memperbolehkan
beberapa perusahaan untuk menghindari melaporkan laporan tersebut karena ragu, tidak pasti, atas outcome yang dihasilkan.
Dalam pandangan manajemen, pengakuan utang dapat dilihat sebagai pengakuan terhadap tanggung jawab atas keadaan yang
terjadi. Di sisi lain, informasi tidak memberi detail signifikan tentang implikasi keuangan.

Corporation Act

Amandemen Corporations Law pada tahun 1998 pada Company Law Review Act 1998 menyatakan bahwa perusahaan harus
mencantumkan informasi lingkungan dalam laporan direktur.

International Regulation

Beberapa tahun belakangan terjadi aktivitas pengembangan dan pengenalan peraturan pelaporan lingkungan. Tahun 1999,
pemerintah Denmark melakukan review atas efektivitas legislasi yang membutuhkan perusahaan Denmark untuk menyebarkan
laporan lingkungan dalam format green account. Review menemukan bahwa sekitar 50 % perusahaan yang melaporkan
laporan lingkungan yakin bahwa mereka mendapatkan keuntungan keuangan yang meningkat atas pembuatan akun yang
mengkompensasi biayanya.
b. Voluntary Reporting

Observation of voluntary practices in Australia

Karena terbatasnya peraturan atas pelaporan sosial dan lingkungan, maka keputusan pelaporan sangat sukarela. Terdapat bukti
bahwa beberapa perusahaan Australian secara sukarela melaporkan informasi social and environmental, dan level
pelaporannya meningkat. Hal tersebut menarik perhatian profesi akuntan sejak 1990.

Observation of voluntary Reporting: Finding of international studies

Penelitian di Inggris menemukan bahwa terdapat ruang untuk melakukan improvisasi atas akuntansi sosial dalam laporan
tahunan perusahaan. Penelitian di Amerika menemukan bahwa pelaporan lingkungan secara sukarela sangat tidak konsisten
antar perusahaan, tidak lengkap, dan kadang hanya mencantumkan akun umum atas kinerja lingkungan perusahaan.
Pelaporan lingkungan dalam laporan tahunan membawa implikasi penting ke beberapa isu. Pelaporan juga dapat memeberi
pengaruh pada perilaku komunitas dan reaksi perusahaan. Contohnya penelitian pada bank inggris menemukan bahwa
ditemukan pemahaman yang lebih besar atas peran wanita dalam pekerjaan.

The Sustainability Reportl

Keberlanjutan pelaporanmeningkat pada masa 1990an dalam pelaporan perusahaan secara sukarela. Perkembangan
environmental report juga berkembang dalam sasaran dan kebutuhan informasi. Laporan ini tidak hanya untuk shareholder,
namun jugan untuk kelompok lingkungan, pemerintah, dan beberapa kelompok yang tertarik. Laporan ini juga terdapat
peningkatan pada level pentingnya perusahaan melaporkan informasi tentang komitmen atas keberlanjutan manajemen dan
kinerja.

Web-bassed Corporate Reporting

Terjadi peningkatan pelaporan social and environmental report melalui website perusahaan secara signifikan. Pelaporan melalui
website mempunyai banyak keuntungan seperti: mengurangi biaya pelaporan, lebih ramah lingkungan (tidak menggunakan
kertas dalam laporan), dan dapat meningkatkan jangkauan perusahaan secara internasional. Peningkatan ini berpengaruh
terhadap perkembangan peraturan atas best-practice reporting.
c. Guidelines for Voluntary Environmental Disclosure

International guidelines

Karena terdapat perhatian terhadap pelaporan sukarela, maka terdapat peningkatan untuk membuat panduan atas laporan yang
seharusnya disajikan perusahaan. Pelaporan ini sudah digunakan dalam beberapa penelitian atas environmental reporting.

Dewasa ini, mungkin panduan yang paling unggul adalah dari Global Repporting Initiative (GRI). Beberapa perusahaan
menyatakan menggunakan panduan ini untuk menentukan pelaporannya.

Australian Government Guidelines

Pemerintah Australia juga mengembangkan panduan pelaporan sukarela untuk bisnis. New South Walen Environmental
Protection Authority (NSW EPA) menyatakan beberapa keuntungan environmental reporting, yaitu:
Memuaskan komunitas yang ingin tahu
Membuat kesempatan pasar
Memperoleh akses ke pembiayaan dan asuransi
Meningkatkan komitmen karyawan
Menguatkan negosiasi dengan pemerintah dan komunitas
Dalam pelaporan, disarankan organisasi harus:

Melaporkan secara jujur

Melibatkan stakeholder

Memahami dan memaparkan isi

Meyakinkan bahwa:
o

Ada komitmen dari manajemen

Proses pelaporan dibuat sebagai kesatuan atas siklus manajemen

Format pelaporan sesuai keinginan stakeholder

Tampilan jelas

Laporan benar

Isu dari stakeholder terselesaikan

Menyediakan data kualitatif dan kuantitatif.

Australia pada tahun 2000 menerbitkan Framework for Public Environmental Reporting: An Australian Approach. Tujuan dari
pelaporan adalah:

Menyediakan panduan yang fleksibel pada taraf nasional

Untuk memfasilitasi pelaporan pada sektor privat dan publik

Menyediakan penduan yang efektif dan tidak rumit.

Memfasilitasi pelaporan yang reliable dan relevant

Memfasilitasi transparansi, kredibilitas, dan kensistensi pelaporan.

Kompatibel dengan panduan internasional lainnya.

Industry Guidelines
Panduan industri merupakan efek dari perkembangan panduan oleh pemerintah. Agustus 1998 Minerals Council of Australia
menerbitkan panduan bahwa laporan harus memiliki:

Pendahuluan

Kebijakan dan penerapan lingkungan

Kinerja lingkungan

Ketaatan terhadap peraturan

Keuangan

Tujuan kedepan

Umpan balik.

5.

Triple Bottom Line Reporteing and Accounting

Salah satu pendekatan sosial and environmental reporting yang semakin diperhatikan adalah triple bottom line reporting
contohnya laporan ekonomi, kinerja sosial dan lingkungan suatu entitas. Pendekatan ini secara langsung terikat dengan konsep
pengembangan yang berkelanjutan.
Triple bottom line reporting bertujuan bergerak dari metode pelaporan tradisional yang berfokus pada kinerja keuangan dan
mengadopsi laporan tahunan sebagai alat utama komunikasi. Pertimbangan keuangan bersandar pada perimbangan utama
untuk bisnis (bisnis yang tidak menguntungkan tidak akan bertahan lama), tetapi triple bottom line reporting menyaratkan entitas
mempertimbangkan biaya operasi pada lingkungan dan masyarakat. Hal ini mendukung pendekatan pelaporan yang
menghindarkan beberapa masalah dengan akuntansi sosial, seperti:
1.
2.
3.
4.

Konsep entitas ( sebuah kejadian yang tidak berhubungan secara langsung dengan operasi tidak diakui)
Pengukuran elemen atau kejadian (akurasi memaksa penetuan konsekuensi ekonomi)
Stakeholders (mengidentifikasi dengan benar pengguna informasi dan informasi yang mereka butuhkan)
Media pelaporan (menemukan alternative menghindari informasi melalui pelaporan)

The Institute of Chartered Accountants in Autralian (ICAA) telah mendirikan perkumpulan yang tertarik dengan Triple Bottom Line
untuk menginvestigasi akuntansi lingkungan dan sosial, pelaporan, dan isu verifikasi, dan mempromosikan penggunaan
pelaporan triple bottom line.

Konsep Entitas
Outcome potensial dari triple bottom line reporting adalah perkembangan akuntansi full cost untuk dampak terhadap lingkungan
dan masyarakat. Pembatasan metode akuntansi tradisional adalah kejadian yang tidak terjadi dalam batasan yang telah dibuat
entitas tidak diakui. Meskipun, ada konsekuensi ekonomi yang dapat diamati yang terjadi kepada entitas. Sebagai contoh,
dampak emisi CO2 dari daerah industry akan dihitung hanya untuk penambahan biaya yang berhubungan dengan lisensi,
monitoring, pengurangan emisi, sanksi administrasi dan denda, dan penghentian penanaman karena pelanggaran syarat lisensi.
Kontribusi global warming terhadap daerah tidak dihitung oleh entitas saat ini karena konsekuensinya belum terjadi. Tapi, cost
seperti itu diandang sebagai eksternalitas. Di bawah Kyoto Protocol, pertukaran karbon boleh jadi dikenalkan menggunakan
instrument ekonomi, yang akan menginternalisasi biaya yang berkaitan dengan emisi. Bagaimanapun sampai hal ini terjadi,
analisis dampak lingkungan dan sosial akan terselesaikan dengan basis sukarela menggunakan alat seperti analisis siklus
hidup. Hal ini dapat berkembang lebih jauh sebagai analisis biaya siklus hidup.

Analisis Biaya Siklus Hidup


Secara tradisional, bisnis tidak menghitung dampak produksi perusahaan sebelum bahan baku memasuki gerbang pabrik, atau
setelah barang jadi terjual. Hal ini dianggap sebagai analisis pendekatan gate-to-gate. Konsumen sekarang ini meminta
produsen harus memiliki input yang lebih jauh dalam pembuangan barang akhir. Walaupun efisien menentukan cost yang terjadi
terhadap barang yang terjual, produsen tidak melengkapi untuk menarik mundur dampak cost environmental and sosial stelah
produk meninggalkan pabrik (atau sebelum bahan baku memasuki gerbang). Yang menjadi permasalahan adalah biaya-biaya ini
dari fase pembuangan/pembersihan dan tidak dimasukkan dalam biaya produk.
Tujuan analisis siklus hidup adalah untuk menyediakan pengertian lebih lengkap ketergantungan dan interaksi antara bisnis,
masyarakat dan lingkungan. Langkah selanjutnya dalam proses adalah analisis biaya siklus hidup, yang termasuk
mengidentifikasi semua biaya yang relevan. Dalam analisis dampak terhadap lingkungan, biaya-biaya ini dapat diklasifikasikan
sebagai biaya konvensional, biaya kewajiban dan biaya lingkungan, seperti berikut.
Biaya Konvensional

Biaya Kewajiban

Biaya Lingkungan

Modal

Penasihat hukum

Pemanasan global

Peralatan

Denda dan sanksi administrasi

Penipisan ozon

Tenaga Kerja

Cedera personal

Asap photochemical

Energi

Remediation activities

Endapan asam

Monitoring

Kerugian ekonomi

Endapan sumber daya

Pemenuhan perundang-undangan

Kerusakan peralatan

Polusi air

Dokumen

Perubahan dalam pasar yang akan


datang

Efek penyakit kronis

Pemeliharaan
Asuransi/pajak khusus
Pengendalian emisi udara

Pencemaran citra publik

Efek penyakit akut


Perubahan habitat
Efek kesejahteraan sosial

Pengendalian air pembuangan


Manajemen limbah berbahaya
Bahan baku/persediaan
Pemeliharaan air/biaya pembuangan

Secara internasional, perusahaan termasuk Dow Europe, BSO/Origin (Belanda), Volvo dan IBM telah bereksperimen dengan full
cost accounting. Di Australia, terdapat eksperimen terbatas dengan taksiran siklus hidup yang dari inilah langkah berkutnya akan
dikembangkan model full cost accounting.
Pengukuran

Observasi yang umum pengungkapan yang dibuat oleh perusahaan mengenai isu sosial dan lingkungan adalah bahwa mereka
cenderung kualitatif, bukan financial. Masalah yang menjadi sorotan dengan hubungan dampak lingkungan yang memiliki
konsekuensi ekonomi kepada entitas. Hal ini menjadi bukti selama perdebatan AASB 1037 Self Generating and Regenarating
Assets (yang selanjutnya digantikan oleh IAS 41/AASB 141 Agriculture) pada penilaian penanaman pohon. Walaupun biaya
historis mungkin memberikan pengukuran yang tepat dalam hal

penanaman, prosedur metode penilaian dengan tidak

menghasilkan current value asset. AASB 1037 (sekarang IAS 41/AASB 141) menuju penggunaan fair value (yang didefenisikan
sebagai jumlah dimana sebuah asset dapat ditukar, atau kewajiban dilunasi, antara knowledgeable, willing parties dalam arms
length transaction), yang dimaksudkan menyediakan penilaian yang berarti. Terdapat pengaruh yang dipertimbangkan melawan
prinsip pengukuran yang diadopsi karena kesulitan dalam menilai asset yang banyak. Masalah penilaian ini lebih jauh berlipat
ganda untuk asset sosial dan lingkungan, di mana tidak ada pasar yang aktif, karenanya tidak ada keuntungan ekonomi di masa
datang. (IAS 41/AASB 141 akan memiliki kemampuan yang terbatas untuk digunakan dalam akuntansi untuk asset lingkungan).
Sebagai tambahan, rintangan awal dalam pengukuran adalah menentukan apakah diperlukan mengukur kuantitas isu sosial dan
lingkungan dalam hal keuangan. Argument yang mendukung dan menentang penilaian dijelaskan sebagai berikut.
Argumen yang Menentang Penilaian
Dalam menilai alam kita harus mencari komoditas, sebagai sebuah sumber yang tersedia untuk konsumsi, misalnya kita
mencoba mengkonversi hal ini ke dalam sesuatu yang dapat dimengerti. Kita dalam posisi untuk mengerti kegunaan dan biaya
yang berhubungan dengan baik memelihara maupun mengkonsumsi sumber daya tersebut. Yang dapat dibantah, alam memiliki
nilai intrinsic yang berhubungan mempertahankan planet dan kualitas kehidupan untuk dapat dinikmati generasi sekarang dan
masa depan. Kenikmatan tidak dapat dinyatakan dalam angka-angka keuangan, untuk keuntungan dari alam bukan ekonomi.
Hitungan alam membuat hal ini sumber daya ekonomi lain yang dapt ditukarkan, dan dibuka untuk eksploitasi dan degradasi.
Konservasi harus dilakukan untuk kepentingan konservasi, dan bukan bagian dari proses keuntungan ekonomi.

Argumen yang Mendukung Penilaian


Proses keputusan dalam banyak kasus didominasi oleh implikasi financial. Isu dan konsekuensi dimana pertimbangan keuangan
tidak material atau tidak dihitung dimarginalkan dalam banyak kasus. Oleh karena itu, isu sosial dan lingkungan tidak secara
penuh dipertimbangkan karena implikasi financial tidak dimengerti atau tidak secara langsung berdampak pada entitas, jika kita
menilai alam, kita berada dalam keadaan yang lebih baik untuk memasukkan implikasi dalam proses keputusan dan mendorong
solusi untuk masalah sosial dan lingkungan yang telah ada maupun potensial. Dengan kata lain, melalui penghitungan kita kita
dapat mengidentifikasi biaya dan melaksanakan praktik dengan lebih baik yang menghasilkan simpanan.
Jika isu sosial dan lingkungan dilaporkan tanpa penilaian financial, alat alternative pengukuran akan dieksplorasi. Apa yang
perusahaan cari untuk mendapatkan alat pengukuran kinerja alternatif (pengukuran ekonomi adalah indicator kinerja yang lebih
disukai dalam akuntansi, tapi bukan hanya satu-satunya pilihan, karena itu diskusi bsc dalam pengukuran kinerja). Alternative ini
mungkin akan lebih tepat, sebagai contoh, dalam melaporakan kinerja hasil dari sebuah kebijakan opportunity. Dalam keadaan
ini, statistic jumlah pegawai dalam tingkatan yang berbeda, atau pengungkapan sebuah kebijakan pada orang-orang pribumi
akan lebih berarti daripada ukuran financial. Bagaimanapun, pengungkapan terpisah tingkatan belanja dalam banyak program

akan membuktikan kegunaan penilaian dan perbandingan program, tanpa ukuran kuantitatif akan susah untuk menentukan
komitmen entitas pada program-program ini. Hal yang sama dapai diaplikasikan dalam pengungkapan latar belakang target
kinerja lingkungan dan kinerja melawan target-target ini. Dalam keadaan ini, ukuran kuantitatif akan lebih berarti daripada data
keuangan atau data yang diwakilkan persentase. Pengukuran alternative dapat berupa:

Skala reputasi penerimaan sosial


Jumlah staf yang termasuk dalam training lebih jauh
Magang
Beasiswa
Sponsor program komunitas

Ukuran ekonomi kinerja utama dalam akuntansi berkembang untuk memuaskan informasi yang dibutuhkan stakeholder
keuangan dalam entitas. Bagaimanapun, sebagai stakeholder keuangan menjadi semakin aktif dan mensyaratkan level
informasi yang lebih besar, ukuran non ekonomi kinerja menjadi semakin relevan.
Stakeholder dan Media Pelaporan
Range stakeholder yang menggunakan laporan tahunan diatur dalam SAC 2. Pengguna utama masih tetap pemegang saham,
dan karena mereka memperhatikan kinerja keuangan entitas, laporan keuangan adalah alat yang tepat menyebarkan informasi.
Jika entitas mengidentifikasi tambahan stakeholder dengan kebutuhan inforamsi yang signifikan, media laporan butuh
dievaluasi.
Sebuah entitas yang ingin melebarkan proses pelaporan membutuhkan mengidentifikasi:

Potensial stakeholder yang menginginkan informasi kinerja ( pegawai, komunitas local)


Informasi yang stakeholder syaratkan (sosial dan lingkungan)
Bentuk informasi laporan ( ketika mengakui dampak lingkungan dan sosial, bagaimana mengukur dampak tersebut-

deskriptif, kuantitatif, keuangan)


Cara yang paling baik meyebarkan informasi kepada stakeholder

Sebagai contoh, jika sebuah entitas mengakui bahwa pegawai dan komunitas local yang berada di sekeliling area industry yang
besar adalah stakeholder yang menginginkan informasi tingkat emisi, maka laporan keuangan tidak menjadi media pelaporan
yang tepat. Hal ini mungkin karena:

Siklus pelaporan (tahunan)


Ketepatwaktuan pelaporan ( informasi dibutuhkan denagn segera saat kejadian berlangsung)
Cakupan umum laporan keuangan ( hal ini tidak focus pada daerah spesifik dalam oraganisasi yang besar)
Informasi tidak relevan untuk pengguna spesifik (walaupun emisi dari daerah tersebut tidak material bagi entitas, untuk
orang-orang yang bekerja dan tinggal di sekitar daerah tersebut, informasi seperti ini menjadi informasi yang relevan
yang mereka inginkan dari entitas)

Dalam keadaan ini, entitas mungkin memproduksi koran khusus daerah tersebut atau menyediakan update berkala melalui
situsnya. Banyak perusahaan sekaang mengeksplorasi alat alternative pelaporan sukarela dalam hal kinerja sosial dan
lingkungan. Lebih banyak memproduksi laporan lingkungan, seperti membuat laporan daerah dan mengungkapkan informasi
yang berkaitan dengan sosial dan lingkungan pada situs mereka.

Anda mungkin juga menyukai