Anda di halaman 1dari 26

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori
1.

Penelitian Pengembangan
Penelitian pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk

mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada,
yang dapat dipertanggungjawabkan. Produk tersebut tidak selalu berbentuk benda
atau perangkat keras (hardware) seperti buku; modul; alat bantu pembelajaran di
kelas atau di laboratorium, tetapi bisa juga perangkat lunak (software) seperti
program komputer untuk: pengolahan data; pembelajaran di kelas; laboratorium,
ataupun model-model pendidikan, pembelajaran, pelatihan, bimbingan, evaluasi,
manajemen, dan lain-lain (Nana Syaodih Sukmadinata, 2009: 164-165). Borg dan
Gall dalam Anik Ghufron, dkk (2007: 5), mengartikan model penelitian
pengembangan dalam bidang pendidikan sebagai a process used to develop and
validate educational products. Menurut Gay dalam Anik Ghufron, dkk (2007:
5),

model

penelitian

pengembangan

merupakan

suatu

usaha

untuk

mengembangkan produk pendidikan yang efektif berupa materi pembelajaran,


media, strategi, atau materi lainnya dalam pembelajaran untuk digunakan di
sekolah, bukan untuk menguji teori. Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat
dikatakan bahwa penelitian pengembangan dalam bidang pendidikan dan
pembelajaran merupakan model penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan
dan memvalidasi produk pendidikan dan pembelajaran untuk meningkatkan dan
mengembangkan mutu pendidikan dan pembelajaran secara efektif dan adaptable.
9

Produk dari model penelitian ini diharapkan dapat dipakai untuk meningkatkan
dan mengembangkan mutu pendidikan dan pembelajaran.
Penelitian pengembangan dalam bidang pendidikan dan pembelajaran
memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:
1) Bersifat research based development, artinya pengembangan produk
pendidikan dan pembelajaran ditempuh melalui penelitian.
2) Berorientasi pada produk dan bukan menguji teori.
3) Hasil

pengembangan

dipakai

untuk

kepentingan

peningkatan

dan

pengembangan mutu pendidikan dan pembelajaran yang lebih baik.


Penelitian pengembangan lebih difokuskan pada sistem pembelajaran, dimana
banyak digunakan untuk mengembangkan model-model: desain atau perencanaan
pembelajaran, proses atau pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan
model-model program pembelajaran. Penelitian pengembangan juga banyak
digunakan untuk mengembangkan bahan ajar, media pembelajaran serta
manajemen pembelajaran (Nana Syaodih Sukmadinata, 2009: 168).
Menurut Borg dan Gall dalam Anik Ghufron, dkk (2007: 9), model penelitian
ini memiliki sepuluh langkah pelaksanaan penelitian, yaitu: (1) studi pendahuluan
dan pengumpulan data (kaji kepustakaan, pengamatan kelas, membuat kerangka
kerja penelitian); (2) perencanaan (merumuskan tujuan penelitian, memperkirakan
dana dan waktu yang diperlukan, prosedur kerja penelitian, dan berbagai bentuk
partisipasi kegiatan selama kegiatan penelitian); (3) mengembangkan produk awal
(perancangan draft produk awal); (4) ujicoba awal (mencobakan draft produk ke
wilayah dan subjek yang terbatas); (5) revisi untuk menyusun produk utama
10

(revisi produk berdasarkan hasil ujicoba awal); (6) ujicoba lapangan utama
(ujicoba terhadap produk hasil revisi ke wilayah dan subjek yang lebih luas); (7)
revisi untuk menyusun produk operasional, (8) ujicoba produk operasional (uji
efektivitas produk), (9) revisi produk final (revisi produk yang efektif dan
adaptable); dan (10) diseminasi dan implementasi produk hasil pengembangan.
Kesepuluh langkah tersebut dapat diringkas menjadi empat langkah penelitian
yaitu perencanaan, pengembangan, uji lapangan, dan diseminasi.

2.

Pembelajaran Kimia
Belajar dan pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki keterkaitan

yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam proses
pendidikan.

Perbedaan

antara

belajar

dan

pembelajaran

terletak

pada

penekanannya. Pembahasan masalah belajar lebih menekankan pada bahasan


tentang siswa dan proses yang menyertai dalam rangka perubahan tingkah
lakunya. Adapun pembahasan mengenai pembelajaran lebih menekankan pada
guru dalam upaya untuk membuat siswa dapat belajar. Santrock dan Yussen,
dalam Sugihartono, dkk (2007: 74) mendefinisikan belajar sebagai perubahan
yang relatif permanen karena adanya pengalaman. Rebber, dalam Sugihartono,
dkk (2007: 74) mendefinisikan belajar dalam dua pengertian. Pertama, belajar
sebagai proses memperoleh pengetahuan, dan kedua, belajar sebagai perubahan
kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedural yang saling
11

mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik, 1994: 57).


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembelajaran adalah proses, cara
menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Selain itu, beberapa ahli juga telah
mendefinisikan istilah pembelajaran tersebut. Pembelajaran merupakan setiap
upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan
peserta didik melakukan kegiatan belajar (Sudjana, dalam Sugihartono, dkk, 2007:
80). Nasution, dalam Sugihartono, dkk (2007: 80), mendefinisikan pembelajaran
sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya
dan menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar.
Lingkungan dalam pengertian ini tidak hanya ruang belajar, tetapi juga meliputi
guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya yang relevan
dengan kegiatan belajar siswa. Definisi lain tentang pembelajaran dikemukakan
oleh Patricia L. Smith dan Tillman J. Ragan yang mengemukan bahwa
pembelajaran adalah pengembangan dan penyampaian informasi, dan kegiatan
yang diciptakan untuk memfasilitasi pencapaian tujuan yang spesifik (Benny A.
Pribadi, 2009: 9).
Suatu proses pembelajaran yang baik, paling tidak harus melibatkan 3 aspek,
yaitu: aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Ketiga aspek tersebut
sangat berperan dalam tercapainya tujuan pembelajaran. Aspek kognitif berkenaan
dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat
yang lebih tinggi yakni evaluasi. Aspek

kognitif difasilitasi lewat berbagai

aktifitas penalaran dengan tujuan terbentuknya penguasaan intelektual. Aspek


afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai interes, apresiasi (penghargaan) dan
12

penyesuaian perasaan sosial. Aspek afektif dilakukan lewat aktifitas pengenalan


dan kepekaan terhadap lingkungan dengan tujuan terbentuknya kematangan
emosional. Sedangkan aspek psikomotorik berkaitan dengan keterampilan (skill)
yang bersifat manual atau motorik. Aspek psikomotorik dapat difasilitasi lewat
adanya praktikum dengan tujuan terbentuknya keterampilan eksperimental
(Hamzah B. Uno, 2006: 35). Ketiga aspek tersebut bila dapat dijalankan dengan
baik akan membentuk kemampuan berpikir kritis dan munculnya kreatifitas.
Proses pembelajaran kimia merupakan interaksi aktif antara siswa, guru, dan
materi pembelajaran dalam kegiatan pendidikan. Guru, metode, kurikulum dan
sarana disebut dengan faktor instrumental. Sedangkan faktor masukan dalam hal
ini adalah peserta didik. Selain dari faktor yang telah disebutkan, faktor lain yang
berpengaruh dalam proses pembelajaran adalah faktor lingkungan baik
lingkungan alam, sosial dan budaya. Dengan demikian untuk mencapai tujuan
pembelajaran kimia diperlukan kerja sama antar komponen-konponen tersebut.
Tujuan dan fungsi pembelajaran kimia di SMA/MA adalah sebagai berikut
(Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006: 178) :
1. Membentuk sikap positif terhadap kimia dengan menyadari keteraturan dan
keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat
bekerja sama dengan orang lain.
3. Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan
atau eksperimen, dimana peserta didik melakukan pengujian hipotesis dengan
merancang

percobaan

melalui

pemasangan
13

instrumen,

pengambilan,

pengolahan dan penafsiran data, serta menyampaikan hasil percobaan secara


lisan dan tertulis.
4. Meningkatkan kesadaran tentang kimia yang dapat bermanfaat dan juga
merugikan

bagi individu, masyarakat, dan lingkungan serta menyadari

pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan demi kesejahteraan


masyarakat.
5. Memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta saling keterkaitannya
dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari
dan teknologi.

3. Perangkat Pembelajaran Kimia


Perangkat pembelajaran adalah salah satu wujud persiapan yang dilakukan
oleh guru sebelum mereka melakukan proses pembelajaran. Suhadi, (2007: 24)
mengemukakan bahwa Perangkat pembelajaran adalah sejumlah bahan, alat,
media, petunjuk dan pedoman yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa perangkat pembelajaran
adalah sekumpulan media atau sarana yang digunakan oleh guru dan siswa dalam
proses pembelajaran di kelas, serangkaian perangkat pembelajaran yang harus
dipersiapkan seorang guru dalam menghadapi pembelajaran di kelas.
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan Pasal 20, perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus
dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan
pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil
14

belajar. Pada penelitian ini, perangkat pembelajaran yang dikembangkan


meliputi silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan
Siswa (LKS), media powerpoint, dan handout.
a. Silabus
Silabus adalah rancangan pembelajaran yang berisi rencana bahan ajar mata
pelajaran tertentu pada jenjang dan kelas tertentu, sebagai hasil dari seleksi,
pengelompokan,

pengurutan,

dan

penyajian

materi

kurikulum,

yang

dipertimbangkan berdasarkan ciri dan kebutuhan daerah setempat. Menurut


Yulaelawati,

silabus

merupakan

seperangkat

rencana

serta

pengaturan

pelaksanaan pembelajaran dan penilaian yang disusun secara sistematis memuat


komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai penguasaan
kompetensi dasar (Abdul Majid, 2006: 39).
Silabus dapat juga dikatakan sebagai pola dasar kegiatan pembelajaran yakni
menguraikan standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok,
kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Silabus dapat dilakukan pengembangannya oleh para guru secara mandiri atau
berkelompok dalam satu sekolah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP) pada Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas
Pendidikan.

Pada

umumnya

suatu

silabus

memuat

sekurang-kurangnya

komponen: Identifikasi, Standar kompetensi, Kompetensi dasar, Materi pokok,


Pengalaman

belajar,

Indikator,

Penilaian,

(sumber/bahan/alat).

15

Alokasi

waktu,

Media

Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran,


seperti pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran dan
pengembangan sistem penilaian. Silabus merupakan sumber pokok dalam
penyusunan rencana pembelajaran, baik rencana pembelajaran untuk satu standar
kompetensi maupun satu kompetensi dasar. Silabus juga bermanfaat sebagai
pedoman untuk merencanakan pengelolaan kegiatan belajar secara klasikal,
kelompok kecil, atau pembelajaran secara individual. Demikian pula, silabus
sangat bermanfaat untuk mengembangkan sistem penilaian, yang dalam
pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi sistem penilaian selalu mengacu
pada standar kompetensi, kompetensi dasar dan pembelajaran yang terdapat di
dalam silabus.
Silabus yang memenuhi standar kualitas baik setidaknya memenuhi beberapa
aspek penilaian, seperti yang dijabarkan dalam instrumen penilaian kinerja pasca
sertifikasi (diakses dari http://mmursyidpw.files.wordpress.com).
1. Aspek Ketepatan dan Keajegan SK/KD
Rumusan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada silabus
harus sesuai dengan Standar Isi. Jika terjadi perubahan urutan, maka sesuai
dengan hierarki konsep disiplin ilmu atau tingkat kesulitan materi. Harus
terdapat kesesuaian antara KD dengan komponen-komponennya (indikator,
materi, kegiatan belajar, media/sumber, evaluasi).
2. Aspek Keakuratan Materi Pembelajaran

16

Materi pembelajaran yang dicantumkan benar secara teoritis, mendukung


pencapaian KD (selaras dengan KD), serta sesuai

dengan tingkat

perkembangan dan bermanfaat bagi peserta didik.


3. Aspek Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran memuat aktivitas belajar yang berpusat pada
siswa/belajar aktif. Dimana tahapan kegiatan pembelajaran dapat mendukung
tercapainya KD dan kegiatan pembelajaran memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengembangkan kecakapan hidup (personal, sosial). Kegiatan
pembelajaran harus sesuai dengan pengalaman belajar siswa.
4. Aspek Indikator
Rumusan indikator berisi jabaran perilaku untuk mengukur tercapainya KD
dan berupa kata kerja operasional yang dapat diukur dan diobservasi. Terdiri
dari beberapa rumusan indikator (minimal 2 indikator) untuk setiap KD dan
tingkat kata kerja lebih rendah atau minimal sama dengan KD.
5. Aspek Penilaian
Alat penilaian pada silabus harus sesuai dan mencakup seluruh indikator.
Wujud/contoh alat penilaian jelas dan sesuai dengan indikator.
6. Aspek Alokasi Waktu
Alokasi waktu sesuai dengan cakupan kompetensi yang telah ditentukan dan
disesuaikan dengan program semester yang telah disusun.
7. Aspek Sumber Belajar
Sumber belajar sesuai untuk mendukung tercapainya KD dan bervariasi.

17

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah rencana kegiatan guru yang berupa
skenario pembelajaran tahap demi tahap mengenai aktivitas yang akan dilakukan
siswa bersama guru terkait materi yang akan dipelajari siswa untuk mencapai
kompetensi dasar yang telah ditentukan (UPPL UNY, 2011: 7). Penyusunan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dimaksudkan untuk mempermudah guru
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
dapat difungsikan sebagai pengingat bagi guru mengenai hal-hal yang harus
dipersiapkan, mengenai media yang akan digunakan, strategi pembelajaran yang
dipilih, sistem penilaian yang akan digunakan, dan hal-hal teknis lainnya.
Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran meliputi: identitas, indikator,
tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah
pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Langkah-langkah
penyusunan RPP adalah sebagai berikut:
1. Mengisi Identitas.
Identitas memuat nama mata pelajaran, sekolah, kelas/semester, alokasi waktu,
dan standar kompetensi serta kompetensi dasar.
2. Merumuskan Indikator
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh
perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta
didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah, dan dirumuskan
dalam kata kerja operasional yang terukur dan atau teramati.
18

3. Merumuskan Tujuan Pembelajaran


Tujuan pembelajaran berisi penguasaan kompetensi yang operasional yang
ditarget/dicapai

dalam

rencana

pelaksanaan

pembelajaran.

Tujuan

pembelajaran dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang operasional dari


kompetensi dasar.
4. Mengidentifikasi Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Materi pembelajaran dikembangkan dengan mengacu pada
materi pokok yang ada dalam silabus.
5. Menentukan Metode Pembelajaran
Metode dapat diartikan sebagai cara, dapat pula diartikan sebagai model atau
pendekatan pembelajaran, bergantung pada karakteristik pendekatan atau
strategi yang dipilih.
6. Merumuskan Langkah-langkah Pembelajaran
Langkah-langkah pembelajaran memuat unsur kegiatan pendahuluan/pembuka,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk
memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik
melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan,
dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar.
7. Menentukan Sumber Belajar
Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus
yang dikembangkan oleh satuan pendidikan. Sumber belajar mencakup sumber
rujukan, lingkungan, media, narasumber, alat, dan bahan. Sumber belajar
19

merupakan segala sesuatu yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran, yang


dapat berupa: buku teks, media cetak, media elektronika, narasumber,
lingkungan alam sekitar, dan sebagainya.
8. Menetapkan Penilaian
Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen
yang dipakai untuk mengumpulkan data. Penilaian pencapaian kompetensi
dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Ada tiga hal penting
dalam penilaian yaitu teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen
penilaian.
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam mengembangkan RPP, seperti
yang dijabarkan oleh Trianto (2009: 215), adalah:
1.

Memperhatikan perbedaan individu peserta didik.


RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan
awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan
sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar
belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lisngkungan peserta didik.

2.

Mendorong partisipasi aktif peserta didik.


Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk
mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan
semangat belajar.

3.

Mengembangkan budaya membaca dan menulis proses pembelajarn


dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam
bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
20

4.

Memberikan umpan balik dan tindak lanjut.


RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan,
pengayaan, dan remedi.

5.

Keterkaitan dan keterpaduan.


RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK,
KD, materi

pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian

kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman


belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik,
keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman
budaya.
6.

Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi.


RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan
komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai situasi dan
kondisi.

c. Lembar Kerja Siswa (LKS)


Lembar Kerja Siswa adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus
dikerjakan oleh siswa (Abdul Majid, 2006: 176). LKS berisi informasi dan
perintah/instruksi dari guru kepada siswa untuk mengerjakan suatu kegiatan
belajar dalam bentuk kerja, praktek, atau dalam bentuk penerapan hasil belajar
untuk mencapai suatu tujuan. Lembar kerja siswa dapat berupa panduan untuk
latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan
semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi
(Trianto, 2009: 222). Dalam LKS, materi pelajaran biasanya tidak disampaikan
21

dalam bentuk uraian/bacaan, melainkan sudah dalam bentuk rangkuman atau


poin-poin penting saja.
Lembar Kerja Siswa memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus
dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya
pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang
harus ditempuh (Trianto, 2009: 223). Untuk menyusun perangkat pembelajaran
berupa LKS, Depdiknas (2008) menguraikan rambu-rambunya, bahwa LKS akan
memuat paling tidak: judul, kompetensi dasar yang akan dicapai, waktu
penyelesaian peralatan/ bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas,
informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan, dan laporan yang
harus dikerjakan. Langkah-langkah persiapan pembuatan LKS dijelaskan oleh
Depdiknas

sebagai

berikut

(Andi

Rusdi,

2008,

diunduh

dari

http:

//www.anrusmath.wordpress.com):
1. Analisis kurikulum. Analisis ini dilakukan dengan memperhatikan materi
pokok, pengalaman belajar siswa, dan kompetensi yang harus dicapai siswa.
2. Menyusun peta kebutuhan LKS. Peta kebutuhan LKS berguna untuk
mengetahui jumlah kebutuhan LKS dan urutan LKS.
3. Menentukan judul-judul LKS. Judul LKS harus sesuai dengan KD, materi
pokok dan pengalaman belajar.
4. Penulisan LKS. Langkah-langkahnya:
a.

Perumusan KD yang harus dikuasai

b.

Menentukan alat penilaian,

c.

Penyusunan materi dari berbagai sumber,


22

d.

Memperhatikan struktur LKS, yang meliputi: judul, petunjuk belajar,


kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas dan langkahlangkah kerja, dan penilaian.

Keuntungan adanya lembar kerja siswa adalah memudahkan guru dalam


melaksanakan pembelajaran, sementara bagi siswa dapat sebagai sumber belajar
mandiri dalam memahami dan menjalankan suatu tugas tertulis. Dalam
menyiapkan LKS, guru harus cermat serta memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang memadai, karena sebuah LKS harus memenuhi paling tidak
kriteria yang berkaitan dengan tercapai/tidaknya seluruh kompetensi dasar yang
harus dikuasai oleh siswa (Abdul Majid, 2006: 177). LKS yang baik harus
memenuhi berbagai persyaratan, meliputi syarat didaktik, syarat konstruksi, dan
syarat teknis seperti yang dijabarkan dalam Hendro Darmojo dan Jenny R.E.
Kaligis (1992 : 41).
1. Syarat Didaktik
LKS sebagai salah satu sarana yang mendukung proses pembelajaran harus
memenuhi persyaratan didaktik, artinya LKS harus mengikuti asas-asas
pembelajaran yang efektif.
2. Syarat Konstruksi
Syarat konstruksi berkaitan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat,
kosakata, tingkat kesukaran, dan kejelasan yang dapat dimengerti oleh pihak
pengguna.
3. Syarat Teknis
a.

Tulisan
23

1) Tidak menggunakan huruf latin atau romawi


2) Penggunaan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan huruf
biasa yang diberi garis bawah
3) Penggunaan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan
jawaban peserta didik
4) Upaya agar perbandingan besarnya huruf dengan besarnya gambar
serasi
b.

Gambar
Gambar yang baik adalah gambar yang dapat menyampaikan pesan/isi
secara efektif kepada pengguna LKS.

c.

Penampilan
Ada kalanya peserta didik pertama-tama akan tertarik pada penampilan
LKS bukan isi LKS tersebut.

d. Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti
tengah, perantara, atau pengantar. Gerlach & Ely dalam Azhar Arsyad (2004:
3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia,
materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu
memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru,
buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus,
pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-

24

alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan


menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Media pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan atau informasi
yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran
(Azhar Arsyad, 2004: 4). Menurut Hamalik dalam Azhar Arsyad (2004: 4) kata
media pendidikan seringkali digunakan secara bergantian dengan istilah alat bantu
atau media komunikasi dimana ia melihat bahwa hubungan komunikasi akan
berjalan lancar dengan hasil yang maksimal apabila menggunakan alat bantu yang
disebut media komunikasi. Sementara itu, menurut Gagne dan Briggs dalam
Azhar Arsyad (2004: 5), media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik
digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain
buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar
bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Dengan kata lain, media
adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi
instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
Hamalik dalam Azhar Arsyad (2004: 15) mengemukakan bahwa pemakaian
media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan
keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap
siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pengajaran akan
sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi
pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media
pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan
25

data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan


memadatkan informasi. Sementara itu Sudjana & Rivai dalam Azhar Arsyad
(2004: 24) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar
siswa, yaitu:
1. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar.
2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami
oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pengajaran.
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal
melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru
tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.
4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.
Menurut Azhar Arsyad (2004: 175) kriteria dalam menilai media pembelajaran
yang berdasarkan pada kualitas: (1) Mendukung pencapaian kompetensi dasar, (2)
Mendukung pencapaian indicator, (3) Mengacu pada ranah kognitif, (4) Relevan
dengan isi materi, (5) Tidak menimbulkan salah konsep, (6) Mendukung
pemahaman materi, (7) Kemampuan mengaktifan peserta didik dalam proses
pembelajaran, (8) Tampilan huruf dan gambar jelas, (9) Kesesuaian waktu dengan
penggunaan media, (10) Informasi/pesan disampaikan jelas, (11) Informasi/pesan
disampaikan berurutan, dan (12) Ilustrasi/sketsa atau gambar mengarah pada
pemahaman konsep yang dijelaskan.
26

e. Handout
Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk
memperkaya pengetahuan peserta didik. Handout termasuk salah satu media ajar
cetak (printed). Handout berasal dari bahasa Inggris yang berarti informasi, berita
atau surat lembaran. Handout termasuk media cetakan yang meliputi bahan-bahan
yang disediakan di atas kertas untuk pengajaran dan informasi belajar. biasanya
diambil dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang
diajarkan/kompetensi dasar dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta
didik. Istilah handout memang belum ada padanannya dalam bahasa Indonesia.
Handout biasanya merupakan bahan ajar tertulis yang diharapkan dapat
mendukung bahan ajar lainnya atau penjelasan dari guru (Abdul Majid, 2006:
175). Komponen-komponen yang harus ada di dalam handout (Permendiknas
No.41 Tahun 2007): judul/identitas, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar,
materi pembelajaran, informasi pendukung, dan paparan isi materi.

4. Materi Ikatan Kimia


Pada penelitian ini, materi pokok yang dikembangkan untuk ditulis atau
dikemas dalam bentuk perangkat pembelajaran adalah materi Ikatan Kimia.
Materi yang dikembangkan ini termasuk dalam standar kompetensi mata pelajaran
Kimia SMA/MA untuk Kelas XI Semester I yaitu memahami struktur atom untuk
meramalkan sifat-sifat periodik unsur, struktur molekul, dan sifat-sifat
senyawanya. Materi ini dikembangkan dalam bentuk perangkat pembelajaran agar
memenuhi kompetensi dasar yang telah ditetapkan yaitu: 1) Menjelaskan teori
27

jumlah pasangan elektron di sekitar inti atom dan teori hibridisasi untuk
meramalkan bentuk molekul; dan 2) Menjelaskan interaksi antar molekul (gaya
antar molekul) dengan sifatnya.
Atom unsur membentuk molekul senyawa dengan berikatan satu sama lainnya.
Ikatan tersebut dapat berupa ikatan kovalen yang terbentuk karena mempunyai
pasangan elektron yang digunakan bersama. Elektron yang digunakan bersama itu
ditarik oleh kedua inti atom yang berikatan, sehingga kedua atom itu menjadi
saling terikat. Atom-atom yang berikatan secara kovalen akan menghasilkan
molekul-molekul yang dapat bersifat polar atau non-polar. Kepolaran molekul ini
dipengaruhi oleh kepolaran ikatan-ikatan kovalen di dalam molekul dan bentuk
molekul. Bentuk molekul dapat diramalkan menggunakan teori domain elektron
dan teori hibridisasi. Dalam suatu molekul juga bekerja suatu jenis gaya yang
mempersatukan molekul yang satu dengan molekul yang lain yang disebut gaya
antar molekul. Gaya antar molekul tersebut adalah gaya London, gaya tarik dipoldipol, dan ikatan hidrogen. Gaya-gaya ini berpengaruh terhadap sifat fisis zat
seperti titik didih dan titik leleh.
a. Geometri Molekul
Geometri (bentuk) molekul berkaitan dengan susunan ruang atom-atom dalam
molekul. Geometri molekul adalah geometri di sekitar atom pusat apabila
pasangan elektron diganti oleh ikatan atom-atom atau susunan atom. Geometri
molekul dapat ditentukan dengan teori domain elektron dan teori hibridisasi.
1) Teori Domain Elektron

28

Teori domain elektron adalah suatu cara meramalkan geometri molekul


berdasarkan tolak-menolak elektron-elektron pada kulit luar atom pusat. Teori ini
merupakan penyempurnaan dari teori VSEPR (valence shell electron pair
repulsion). Domain elektron berarti kedudukan elektron atau daerah keberadaan
elektron. Jumlah domain elektron ditentukan sebagai berikut.
a. Setiap elektron ikatan (apakah ikatan tunggal, rangkap, atau rangkap tiga)
merupakan satu domain.
b. Setiap pasangan elektron bebas merupakan satu domain.

2) Teori Hibridisasi
Pada pembentukan ikatan kovalen, terjadi penyamaan tingkat energi orbitalorbital yang disebut hibridisasi. Pencampuran orbital-orbital yang berbeda dari
atom yang sama membentuk orbital-orbital baru yang tingkat energinya hampir
sama dan bentuknya sama. Orbital-orbital baru yang terbentuk dari proses
hibridisasi disebut orbital hibrida.
Proses hibridisasi berlangsung dalam tahap-tahap berikut.
a. Elektron mengalami promosi atau perpindahan ke orbital yang tingkat
energinya lebih tinggi.
b. Orbital-orbital bercampur atau berhibridisasi membentuk orbital hibrida yang
ekuivalen.

b. Gaya Antarmolekul
1) Gaya London

29

Gaya London adalah gaya yang ditimbulkan gaya tarik-menarik antara dipol
sesaat dengan dipol terimbas. Gaya London terjadi pada gas mulia dan
molekul-molekul diatomik, seperti H2, N2, dan Cl2. Ikatan dipol sesaat sangat
lemah, tetapi ikatannya akan bertambah kuat dengan bertambahnya elektron,
sehingga titik didih makin tinggi.
2) Gaya Tarik Dipol-Dipol
Gaya tarik dipol-dipol hanya berlaku untuk molekul-molekul yang bersifat
polar, karena pada molekul-molekul polar terdapat dua kutub positif (+) dan
negatif (-) yang merupakan dipol permanen. Dipol-dipol tersebut akan saling
tarik-menarik terhadap kutub-kutub dengan muatan berlawanan dan akan saling
tolak-menolak terhadap kutub yang sejenis.
3) Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen adalah ikatan yang terbentuk antara molekul-molekul yang
sangat polar dan mengandung atom hidrogen. Kutub positif pada kedudukan H
berikatan

dengan

kutub

negatif

pada

kedudukan

atom

yang

keelektronegatifannya besar, seperti fluorin, oksigen, dan nitrogen. Contohnya


ikatan antara sesama molekul H2O, HF, dan NH3.

B. Penelitian yang Relevan


Penelitian yang relevan yaitu penelitian yang dilakukan Ismaryati pada tahun
2006 tentang Pengembangan Paket Media Pembelajaran Ikatan Kimia
Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Proses Pembelajaran Kimia
SMA/MA Kelas X Semester 1. Berdasarkan penelitian tersebut dihasilkan Paket
30

Media Pembelajaran Ikatan Kimia Kelas X Semester 1 yang berupa media


hardware dan media flash. Kualitas paket media pembelajaran yang telah disusun
berdasarkan penilaian reviewer adalah sangat baik dengan skor rata-rata 81,89
untuk media hardware dan skor rata-rata 107,48 untuk media flash.
Penelitian lain yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Shin Queena
Nimas Caesaar pada tahun 2011 tentang Pengembangan Perangkat dan Pemodelan
Pembelajaran Kimia SMA/MA Materi Kesetimbangan Kimia Dengan Pendekatan
Inquiry Based Learning. Berdasarkan penelitian tersebut, dihasilkan perangkat
pembelajaran materi kesetimbangan kimia yang berupa RPP, LKPD, handout, dan
media

pembelajaran.

Kualitas

perangkat

pembelajaran

yang

dihasilkan

berdasarkan penilaian 5 pendidik kimia ditinjau dari komponen RPP, LKPD,


handout, dan media pembelajaran adalah sangat baik (SB) dengan persentase
keidealan tiap komponen sebesar 92%; 92,36%; 91,43%; 89,75%. Kualitas
permodelan pembelajaran kimia SMA/MA berdasarkan penilaian 2 ahli teknologi
pembelajaran kimia adalah baik (B) dengan persentase keidealan sebesar 78,13%.
Relevansi penelitian-penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan adalah
dari perangkat pembelajaran yang dikembangkan yaitu berupa RPP, LKS,
handout, dan media pembelajaran berupa powerpoint. Selain itu, prosedur
penelitian yang saya lakukan juga sama dengan penelitian-penelitian di atas.
Perbedaannya yaitu terletak pada materinya, pada penelitian yang dilakukan oleh
Shin Queena Nimas Caesaar perangkat pembelajaran yang dikembangkan untuk
materi kesetimbangan kimia. Selain itu, pada penelitian tersebut juga
dikembangkan permodelan pembelajaran, sementara pada penelitian saya hanya
31

mengembangkan perangkat pembelajaran. Ismaryati menyusun paket media


pembelajaran untuk materi Ikatan Kimia pada Kimia SMA/MA Kelas X Semester
1 dan paket media pembelajaran yang disusun tersebut berdasarkan pada
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) serta spesifikasi produk yang diharapkan
juga sedikit berbeda, sedangkan penelitian saya untuk materi ikatan kimia kelas
XI dan berdasarkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

C. Kerangka Pikir
Keberhasilan

seorang

guru

dalam

mengelola

kegiatan

pembelajaran

memerlukan adanya kesiapan dari guru itu sendiri. Sebelum memulai memberi
pelajaran, seorang guru diharapkan dapat mempersiapkan bahan ajar yang akan
diajarkan, pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing siswa untuk berpikir dan
belajar aktif, mempersiapkan alat-alat peraga/praktikum yang akan dipergunakan,
mempelajari kesiapan siswa, serta memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk
mengetahui pengetahuan awal siswa. Persiapan-persiapan tersebut dapat
dilakukan dengan

membuat suatu perangkat pembelajaran. Dengan adanya

perangkat pembelajaran diharapkan dapat membantu guru dalam menyampaikan


materi pelajaran agar tepat sasaran dan sesuai dengan yang direncanakan.
Peranan perangkat pembelajaran dalam suatu proses pembelajaran kimia
sangat penting, karena merupakan suatu upaya dari seorang guru untuk
mempersiapkan materi ajar yang akan disampaikan dan menyusun strategi
pembelajaran yang akan diterapkan serta pemilihan media yang tepat untuk proses
pembelajaran.

Perangkat

pembelajaran
32

merupakan

implementasi

dari

pengembangan

kurikulum,

sehingga

dalam

pengembangan

perangkat

pembelajaran harus sesuai dengan isi yang ada dalam kurikulum yang sedang
berlaku. Dengan berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) saat
ini, maka adanya perangkat pembelajaran yang mencerminkan keterlaksanaan
KTSP ini sangat diperlukan, khususnya untuk mata pelajaran kimia. Materi
pembelajaran ikatan kimia merupakan materi pembelajaran yang relatif rumit
karena memuat konsep-konsep yang abstrak dan relatif sulit untuk dipahami
dalam waktu singkat. Dengan demikian, adanya perangkat pembelajaran yang
dapat menjelaskan konsep-konsep yang abstrak tersebut menjadi lebih realistik
sangat diperlukan. Dengan demikian materi tersebut menjadi mudah untuk
dipahami oleh siswa.
Perangkat pembelajaran ini dibuat agar dapat digunakan dan diterapkan dalam
kegiatan pembelajaran kimia sebagai media pembelajaran dengan harapan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa terutama untuk mata pelajaran kimia. Perangkat
pembelajaran yang dibuat meliputi silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), media powerpoint, dan handout. Perangkat
pembelajaran yang dibuat disesuaikan dengan kurikulum yang sedang berlaku,
yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Produk yang dihasilkan
diharapkan memiliki kualitas yang baik sehingga dapat digunakan dan diterapkan
dalam menunjang proses pembelajaran kimia.

33

D. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan dalam penelitian pengembangan ini adalah:
a. Bagaimana mengembangkan perangkat pembelajaran Kimia SMA/MA materi
Ikatan Kimia Kelas XI sesuai dengan aspek penilaian untuk tiap-tiap komponen
perangkat pembelajaran?
b. Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran Kimia SMA/MA materi Ikatan
Kimia Kelas XI berdasarkan hasil penilaian 5 (lima) guru kimia SMA/MA
mencakup aspek-aspek yang tertera pada instrumen penilaian yang terdiri dari:
1. Instrumen Penilaian Silabus, terdiri dari aspek : ketepatan dan keajegan
SK/KD, indikator, keakuratan materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
2. Instrumen Penilaian RPP, terdiri dari aspek : tujuan pembelajaran, materi
ajar,

skenario

pembelajaran,

sumber

pembelajaran,

dan

penilaian

pembelajaran
3. Instrumen Penilaian LKS, terdiri dari aspek : materi, skenario LKS,
kebahasaan, tampilan, dan penilaian.
4. Instrumen Penilaian Media Pembelajaran, terdiri dari aspek : skenario media
pembelajaran, tampilan, penyampaian materi, dan ilustrasi.
5. Instrumen Penilaian Handout, terdiri dari aspek : struktur handout, materi,
ilustrasi dan contoh, dan kebahasaan.

34

Anda mungkin juga menyukai