Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Objek Pembahasan
Gambar di atas adalah cover majalah Tempo edisi 4-10 Februari 2008 yang diterbitkan
setelah kematian presiden kedua Indonesia, Soeharto. Gambar ini merupakan peniruan adegan
pada lukisan fresko The Last Supper oleh Leonardo da Vinci pada abad ke-15.
The Last Supper, atau Perjamuan Terakhir, merupakan lukisan yang menggambarkan
Yesus bersama pengikut-pengikutnya sedang berjamu untuk kali terakhirnya. Pada saat
perjamuan ini, Yesus mengatakan bahwa akan ada salah satu dari pengikutnya yang
mengkhianatinya. Dan tidak lama kemudian, salah satu pengikutnya, Judas, mengkhianati
Yesus demi sejumlah harta, yang akhirnya mengakibatkan Yesus disalib.
Pada cover majalah tempo, Soeharto didampingi oleh mantan Ibu Negara Siti Hartinah
dan dikelilingi oleh anak-anak Soeharto dan Ibu Tien (Tutut, Sigit, dan Tommy). Posisi dan
postur tubuh tokoh-tokoh di cover majalah Setelah Dia Pergi ini hampir 100% akurat dengan
posisi dan postur tokoh-tokoh pada fresko da Vinci; perbedaan yang paling jelas (selain
tokohnya sendiri) adalah jumlah tokohnya. Selain itu, suasana dan latarnya sama persis.
Cover majalah ini sempat memunculkan kontroversi di kalangan umum tidak terbatas
pada kaum Kristiani mengenai kemiripan dengan sebuah lukisan religi. Pihak tempo dianggap
tidak sensitif terhadap pemakaian lukisan ini, apalagi karena menggantikan tokoh suci Yesus
dengan karakter seperti Soeharto yang bisa kita anggap sebagai kebalikan sifat-sifat Yesus.
Muncul pertanyaan-pertanyaan seperti mengapa harus menggunakan lukisan The Last
Supper sebagai inspirasi cover majalah ini. Mengapa tidak memakai lukisan lain yang tidak
berhubungan dengan hal sensitif, seperti SARA? Atau, alangkah lebih bagusnya, mengapa
tidak membuat cover yang 100 murni original, tidak mengambil unsur-unsur karya lain?
Semiotika Struktural
Semiotika Struktural merupakan konsep yang dikemukakan oleh beberapa tokoh
semiotika
ternama,
terutama
oleh
Robert
Barthes
yang
mengambil
inspirasi
dan
SIGN/SIGNIFIER: Soeharto sedang bercakap dengan tokohtokoh lain dengan latar mirip dengan lukisan fresko "The Last
Supper"
Relasi Tanda
Metafora
Cover majalah ini merupakan imitasi dari lukisan fresko The Last Supper karya Leonardo
da Vinci pada abad ke-15. Pada fresko aslinya, Perjamuan Terakhir merupakan sebuah
rekayasa pertemuan dan perjamuan Yesus beserta pengikut-pengikutnya sebelum ia disalibkan.
Konon pada saat Perjamuan Terakhir ini, Yesus berkata bawha salah satu dari pengikutnya
(yang sedang berjamu) akan menghianatinya (Judas).
Walaupun dengan latar belakang itu, cover majalah ini tampaknya tidak menggambarkan
atau menyugesti adanya penghianatan dari teman atau kenalan (atau bahkan pihak ketiga) dari
Perjamuan Terakhir ala Soeharto ini. Melihat kronologis kematian beliau, beliau meninggal
dengan tenang dikelilingi keluarga dan teman.
Metonimi
Soeharto sebagai tokoh sentral:
kepemimpinan
kesucian
kejujuran
kemurahan hati
Pada fresko aslinya, terdapat tokoh Mary Magdalene, yang menurut beberapa tokoh
religi bukan hanya sebagai pengikut Yesus, tetapi juga sebagai pasangan.
Relasi Tanda
Denotasi
Gambar di atas merupakan gambar Bapak Soeharto beserta Ibu Tien didampingi oleh
anak-anak mereka dan anak dari anak mereka. Gambar tersebut merupakan imitasi dari
gambar The Last Supper karya Leonardo da Vinci di mana Yesus duduk bersama pengikutnya
pada perjamuan terakhir mereka sebelum Yesus disalib.
Konotasi
Gambar ini merupakan parodi dan sindiran kepada media Indonesia yang menilai tinggi
Soeharto karena kepergiannya. Seperti yang kita tahu, ketika almarhum Soeharto meninggal,
banyak pihak-pihak media yang menganggapnya seperti pahlawan bangsa, suci, dan bebas
dari keselahan. Sebagian warga Indonesia juga
Indonesia yang terpengaruh oleh liputan media massa. Mereka sempat berpikir bahwa
Soeharto patut dijadikan pahlawan bangsa.
Namun pada kenyataannya kita tahu bahwa Soeharto jauh dari kesempurnaan. Walaupun
sang penulis pada sebagian besar masa kekuasaan Soeharto belum lahir, tetapi penulis
merasa dampak dari runtuhnya pasar Indonesia pada tahun 1998. Ini merupakan konsekuensi
langsung dari kebijakan dan tindakan-tindakan Soeharto. Penulis tidak berpendapat bahwa
Soeharto itu merupakan anak iblis penulis sadar akan kekurangan diri penulis sendiri tetapi
Soeharto jauh dari kesucian yang dicerminkan oleh Yesus.
Di sinilah sindiran itu tampak: editorial Tempo menyindir media karena menggambarkan
Soeharto bagaikan tokoh sesuci Yesus. Penggambaran ironi sarkastik yang sempurna.
Semiotika Ruang
Semiotika ruang yang terdapat pada cover majalah ini adalah ruang personal. Ini terlihat
dari ruang makan yang mereka duduki. Terdapat meja perjamuan, piring, cangkir dan gelas,
dan ada seperti asbak rokok. Soeharto juga dikelilingi oleh keluarganya: istri, dan anak-anak
yang lebih menegaskan bahwa poster ini memiliki semiotika ruang pesonal.
Semiotika Waktu
Gambar cover merupakan parodi (atau imitasi) dari lukisan frekso The Last Supper karya
Leonardo da Vinci pada abad ke-15. Namun lukisan ini memiliki unsur-unsur kontemporer yang
kuat, terlihat paling jelas dari tokoh kontemporer Soeharto dan keluarganya. Juga objek-objek
minor pada lukisan tersebut terlihat modern dan tidak mencerminkan objek abad ke-15 yang
ada di fresko aslinya.
Body Language
Secara garis besar, postur dan gesture para karakter dalam gambar cover ini mengikuti
apa yang ada dalam lukisan The Last Supper dengan seksama. Namun tetap ada perbedaanperbedaan yang sengaja dibuat untuk menyesuaikan keadaan Soeharto dan sekelilingnya.
Di sebelah kiri terlihat seorang pria (mungkin Hutomo Mandala Putra) sedang berbisik
kepada kedua wanita di dekatnya. Ini terlihat dari expressive gesture tangannya yang seperti
sedang menyampaikan pesan namun pesan tersebut hanya si penerima yang boleh
mengetahuinya. Hal ini menyiratkan bahwa ada rahasia yang mungkin telah disampaikan dan
tidak seluruh anggota keluarga mengetahuinya. Muka wanita berkerudung (mungkin Ibu Tien)
yang terlihat agak masam mengisaratkan bahwa pesan rahasia yang disampaikan merupakan
berita buruk atau berita yang tidak mengenakan hati. Sedangkan wanita kedua yang
mendengar pesan tersebut melakukan memberikan gesture tangan dengan dua jari terangkat
yang memberikan pesan angka dua. Hal ini mungkin terkait dengan pesan yang disampaikan
sang pembisik, namun tidak bisa dilihat apakah angka dua ini merupakan jawaban untuk pesan
tersebut atau sebaliknya.
Di sebelah kanan terlihat seorang pria berbaju hijau (mungkin Sigit Harjojudanto) yang
sedang menatap Soeharto dengan kaget. Ini dapat terlihat dari gerakan tubuhnya dengan
tangan terbuka dan muka dengan ekspresi kaget, yaitu mata yang melotot dan mulut yang
menganga. Pria kedua disebelah kanan dengan baju biru memperlihatkan ekspresi penasaran
yang terlihat dari ekspresi muka dan gesture tangan yang mengangkat mendekati mulut seakan
ada suatu hal yang tak disangka. Sedangkan wanita yang berada di paling kanan gambar
seakan sedang menunjuk dirinya sendiri bagai seseorang yang ingin dipilih duluan dalam suatu
hal. Ini dapat dilihat dari tangan kanannya yang walau bukan dengan jari telunjuk dengan
tujuan memperlihatkan kelentikan seorang wanita mengarah kepada dirinya sendiri.
Daftar Pustaka
https://en.wikipedia.org/wiki/Semiotics
http://jabrohim.wordpress.com/2009/02/28/strukturalisme-semiotik/
https://www.uio.no/studier/emner/hf/imk/MEVIT2110/v06/undervisningsmateriale/b
arthes.html
http://mulaharahap.wordpress.com/2008/02/06/majalah-tempo-soeharto-dan-
yesus/
Slide-slide bahan mata kuliah Bahasa Visual dan Semiotika oleh Ibu Ira Wirasari
dan Bapak Riksa Belasunda.