Jurnal Alwani
Jurnal Alwani
Disusun oleh:
ALWANI
NIM. 08130329
PENDAHULUAN
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan diastolik di
atas 90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal
(Bruner & suddarth, 2001). . Hipertensi banyak dipengaruhi oleh gaya hidup. Faktor gaya hidup
ini merupakan salah satu penyebab hipertensi yang dapat dimodifikasi seperti: nutrisi, obesitas,
alkohol, merokok, kegiatan fisik, stress. Kejadian hipertensi yang bertahap sering disebut silent
killer. Hipertensi dapat muncul setelah setahun atau ditemukan saat sudah terjadi komplikasi
(Tjokroprawiro, 2007).
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang cukup dominan di negara-negara maju.
Prevalensi penyakit hipertensi di negara maju seperti Amerika Serikat rata-rata 20 %. Penyakit
hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat. Menurut AHA ( American heart
association) di Amerika, Hipertensi ditemukan satu dari tiga orang atau 65 juta orang dan 28%
atau 59 juta orang mengidap prehipertensi. Semua orang yang mengidap hipertensi hanya
sepertiganya yang mengetahui keadaannya dan hanya 61% medikasi. Di negara Indonesia rata-rata
6-15%. Persentase ini mungkin masih tinggi karena jumlah anak dibawah 15 tahun di negara
Indonesia lebih kurang 15 % dari populasi (Rahayu, 2000).
Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2001, kematian akibat
penyakit jantung dan pembuluh darah di Indonesia sebesar 26,3%. Sedangkan data kematian di
rumah sakit tahun 2005 sebesar 16,7%. Faktor resiko utama pada penyakit jantung dan pembuluh
darah adalah hipertensi, disamping hiperkolesterollemia dan diabetes melitus.
Dari studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti pada bulan Juni 2011 di
instalasi rawat Jalan RSUP. Dr. Soeradji Tirtonegoro pada tiga bulan terakhir yaitu bulan Januari
sampai dengan bulan Maret 2011, Hipertensi menduduki urutan pertama dengan jumlah
kunjungan sebanyak 1544 pasien.
Mengingat pasien hipertensi tekanan darahnya sering tidak terkontrol, maka dapat kita
pahami kemungkinan perilaku pasien sangat berpengaruh terhadap terkontrolnya tekanan darah
tersebut. Menurut Notoatmojo (2007) menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Pengetahuan seharusnya dimiliki oleh pasien karena pasien adalah orang yang paling bertanggung
jawab terhadap terkontrolnya tekanan darah. Berdasarkan konsep tersebut, faktor pengetahuan
tentang hipertensi kemungkinan mempunyai hubungan dengan terkontrolnya tekanan darah.
Pasien hipertensi primer yang terdaftar di poliklinik penyakit dalam RSUP Dr Soeradji
2.
Tirtonegoro Klaten.
Pasien hipertensi yang rutin kontrol atau periksa minimal tiga bulan dibuktikan dengan
3.
4.
5.
6.
Kriteria Eksklusi
Kriteria Eksklusi dalam penelitian ini adalah :
Pasien hipertensi yang mengalami komplikasi seperti gagal jantung, gagal ginjal, dan
Diabetes mellitus.
Variabel dalam penelitian ini menggunakan skala pengukuran ordinal untuk variabel bebas
dan skala pengukuran nominal untuk variabel terikat. Variabel dalam penelitian ini terdiri
dari:
1.
Variabel bebas (independent) : yaitu variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya
variabel dependen. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel independen adalah tingkat
pengetahuan pasien tentang hipertensi, data dikumpulkan dengan menggunakan lembar
2.
20-50 tahun
51-65 tahun
Total
24
16
40
60%
40%
100,0%
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total
12
28
40
30 %
70 %
100,0%
Pendidikan
SD
SLTP
SLTA
PT
Total
3
8
15
14
40
7,5 %
20 %
37,5 %
35,5 %
100%
Dari tabel 1.4. dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berumur antara 20-50
tahun yaitu sebanyak 24 responden (60%), dan responden yang berumur 51-65 tahun yaitu
sebanyak 16 responden (40%). Berdasarkan jenis kelamin, sebagian besar responden berjenis
kelamin perempuan yaitu 28 responden (70%), dan responden laki-laki 12 responden (30%).
Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar responden berpendidikan SLTA, yaitu sebanyak
15 responden (37,5%), dan yang paling sedikit berpendidikan SD yaitu sebanyak 3 responden
(7,5%).
Tabel 1.5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pada Pasien Hipertensi di RSUP. Dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten
Pengetahuan
Baik
Sedang
Kurang
Total
Frekuensi
9
26
5
40
Persentase
22,5%
60 %
12,5 %
100,0%
Dari tabel 1.5 diketahui tingkat pengetahuan pasien hipertensi di poliklinik penyakit
dalam RSUP. Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten adalah sebagian besar responden mempunyai
pengetahuan kategori sedang yaitu sebanyak 26 responden (60%). Responden paling sedikit
adalah responden yang mempunyai pengetahuan kategori kurang yaitu sebanyak 5 responden
(12,5%).
Tabel 1.6. Distribusi gambaran terkontrolnya tekanan darah pasien hipertensi di poliklinik
penyakit dalam RSUP. Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
Tekanan Darah
Terkontrol
Tidak terkontrol
Total
Frekuensi
28
12
40
Persentase
70 %
30 %
100,0%
Berdasarkan tabel 1.6. diketahui sebagian besar responden mempunyai tekanan darah
terkontrol yaitu sebanyak 28 responden (70 %) dan tidak terkontrol yaitu sebanyak 12
responden (30 %).
Tabel 1.7. Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pengetahuan Pasien tentang Hipertensi dengan
Terkontrolnya Tekanan Darah di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP. Dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten
Pengetahua
Tekanan
n
Baik
Sedang
Kurang
Total
Total
Darah
Terkontrol
F
8
19
1
28
%
20
47,5
2,5
70
pvalue
TidakTerkontrol
F
1
7
4
12
%
2,5
17,5
10
30
f
9
26
5
40
%
22,5
65
12,5
100
7,599
Berdasarkan
mempunyai tingkat
responden (20,0%) dan tekanan darah tidak terkontrol yaitu sebanyak 1 responden (2,5%).
Tingkat pengetahuan sedang dan mempunyai tekanan darah terkontrol sebanyak 19 responden
(47,5 %) dan tekanan darah tidak terkontrol yaitu sebanyak 7 responden (17,5 %). sedangkan
responden yang mempunyai pengetahuan kurang dan tekanan darah terkontrol yaitu sebanyak
1 responden (2,5%) dan tekanan darah tidak terkontrol yaitu sebanyak 4 responden (10 %).
Pembuktian hipotesis penelitian dilakukan yaitu untuk menganalisis hubungan antara dua
0,022
variabel yakni tingkat pengetahuan pasien tentang hipertensi dengan terkontrolnya tekanan
darah adalah menggunakan uji Chi-Square (X2).
Berdasarkan hasil analisis Chi-Square (X2) diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar
7,599 dengan p-value 0,022 (p-value kurang dari 0,05). Ketentuan yang berlaku adalah jika pvalue > 0.05 maka Ho diterima dan apabila p-value < 0.05 maka Ho tolak, yang berarti bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan pasien tentang hipertensi
dengan terkontrolnya tekanan darah di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP. DR. Soeradji
Tirtonegoro Klaten.
PEMBAHASAN
1. Tingkat pengetahuan pasien tentang hipertensi di Poliklinik Penyakit
Dalam RSUP. DR. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
Kuisioner yang ditujukan untuk menggali pengetahuan responden tentang hipertensi
menunjukkan ada tiga tingkatan pengetahuan yaitu baik, sedang dan kurang. Hasil analisis
penelitian diketahui Tingkat pengetahuan pasien tentang hipertensi di Poliklinik Penyakit
Dalam RSUP. DR. Soeradji Tirtonegoro Klaten sebagian besar dalam kategori sedang
yaitu sebesar 26 responden (60%). Hasil analisis ini dapat diartikan bahwa responden
mempunyai pengetahuan yang cukup baik. Pengetahuan adalah suatu bentuk tahu yang
diperoleh dari pengalaman, perasaan, akal, pikiran, dan instuisinya setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Ramli, 2002).
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi
apabila seseorang telah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan yang tercakup didalam domain kognitif mempuyai 6 tingkatan yaitu, tahu,
memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Oleh Karena itu, dalam penelitian ini
didapatkan hasil sebanyak 26 responden mempunyai pengetahuan cukup sehingga sudah
mencapai tingkat aplikasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya adalah pendidikan.
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan
perilaku positif meningkat. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pendidikan responden
sebagian besar SLTA yaitu 15 responden (37,5 %) dan Perguruan Tinggi 14 responden
(35,5%). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa responden mempunyai tingkat
pendidikan tinggi sehingga mempunyai pengetahuan yang baik. Sehingga
juga
2.
Terkontrolnya tekanan darah pasien hipertensi di poliklinik penyakit dalam RSUP. Dr.
Soeradji Tirtonegoro Klaten sebagian besar yaitu terkontrol sebesar 28 responden
(70%)
3.
Berdasarkan hasil analisis Chi-Square (X2) diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar
7,599 dengan p-value 0,022 (p-value kurang dari 0,05). Maka Ho ditolak dan Ha
diterima, yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat
B. SARAN
Saran-saran yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah:
1.
Bagi Perawat
Diharapkan meningkatkan perannya dalam meningkatkan pengetahuan tentang
hipertensi pada pasien hipertensi dengan memberikan penyuluhan maupun
konseling pada pasien.
2.
3.
4.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI.
2.
3.
Hegner, B. R., dan Ester C.(2003). Nursing Assistant: A Nursing process Approach, 6
Edition. Diterjemahkan oleh Jane F.B. dan Allenidekania dengan judul buku Asisten
4.
5.
6.