Anda di halaman 1dari 4

AISYAH NUR AFIANTI (1206222345)

CELL STRUCTURE IN COLD WORKED AND CREEP


DEFORMED PHOSPHORUS ALLOYED COPPER

Tujuan dari jurnal ini adalah menentukan proses penyiapan sampel yang paling
tepat dan dapat direproduksi untuk pengujian Cu-OFP dengan TEM setelah melalui
proses cold work, menguji sampel yang telah melalui proses cold work dan uji creep
dengan menggunakan TEM, menghubungkan ukuran sel dengan tingkat cold work dan
tegangan pengujian, serta menjelaskan bagaimana cold work mempengaruhi sifat-sifat
creep.
Hasil pengujian tembaga dengan paduan fosfor setelah diuji dalam keadaan cold
work dan terdeformasi akibat fenomena creep diteliti dengan menggunakan
Transmission Electron Microscopy (TEM) untuk mempelajari struktur selnya akibat dua
perlakuan diatas. Ternyata, ukuran selnya menyusut dan diikuti dengan kenaikan
deformasi plastis dalam keadaan tarik. Ukuran sel juga bisa dikorelasikan dengan flow
stress yang terjadi selama pengujian berlangsung. Dinding dislokasi yang padat (Dense
Dislocation Walls/DDW) yang muncul setelah material diuji dalam kondisi cold work
pada keadaan tension menjadi alasan utama mengapa terjadi peningkatan ketahanan
material terhadap creep (creep strength) yang dramatis. Rapatnya dinding dislokasi
berperan sebagai penahan terhadap pergerakan dislokasi sekaligus mengurangi kadar
recovery karena kandungan dislokasi yang tidak seimbang.
Seperti yang telah diketahui, pergerakan dislokasi pada saat terjadinya deformasi
plastis membentuk sel dan sub-butir di banyak paduan. Sel-sel tersebut terbentuk di
wilayah yang bebas dari dislokasi, dibatasi oleh dislokasi-dislokasi yang terajut kusut
secara longgar di sekitarnya. Di sisi lain, sub-butir dibatasi oleh dislokasi yang berjajar
secara parallel.
Diameter sub-butir yang terbentuk saat terjadinya fenomena creep seringkali
berbanding terbalik dengan creep stress (). Dalam dip stress test di mana creep stress
tiba-tiba berkurang sementara susunan mikrostruktur material tidak berubah, dapat
dilihat bahwa laju creep sebanding dengan ukuran sub-butir. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa dengan mengontrol ukuran sub-butir dapat menjadi cara yang

LABORATORIUM METALURGI FISIK DTMM FTUI

AISYAH NUR AFIANTI (1206222345)

ampuh untuk meningkatkan ketahanan material terhadap fenomena creep. Karena


ukuran sub-butir tidak stabil sedangkan untuk meningkatkan ketahanan terhadap creep
dibutuhkan ukuran sub-butir yang pas, maka ukuran sub-butir harus distabilkan, salah
satunya adalah dengan cara penambahan 9-12% Cr-steel.
Cold deformation juga dapat mengurangi ukuran sel dan sub-butir. Dari
penelitian-penelitian terdahulu, ditemukan bahwa cold work yang dilakukan
sebelumnya dapat meningkatkan ketahanan terhadap creep pada paduan FCC. Secara
khusus, penelitian tersebut dilakukan terhadap stainless steel dan paduan austenitik
berbasis nikel.
Material yang digunakan dalam percobaan adalah paduan berupa tembaga murni
yang bebas oksigen yang ditambahkan fosfor. Material tersebut diekstraksi melalui dua
penempaan tertutup, yang diberi identitas TX104 dan TX184. Pada percobaan
berikutnya, yang akan dijadikan pembanding adalah material yang ditempa di TX104,
dimana material tersebut memiliki kekerasan sebesar 32.2 (HV0.5) dan ukuran butir
rata-ratanya 150 m.
Kedua material baik dari penempaan TX104 maupun TX184 mendapat
perlakuan cold work dalam keadaan tension dan compression, lalu dilanjutkan dengan
uji creep. Dengan perlakuan cold work sebesar 12% dan 24% dalam keadaan tension,
dapat dilihat pada gambar yang terlampir berikut ini bahwa ketahanan terhadap creepnya meningkat secara signifikan, sementara jika dilakukan dalam keadaan compression
ketahanannya hanya akan meningkat sedikit. Tetapi dari semua percobaan, dapat
diketahui bahwa perpanjangan retak akibat fenomena creep (creep rupture elongation)
akan berkurang jika dilakukan cold work sebelum pengujian terhadap creep.

LABORATORIUM METALURGI FISIK DTMM FTUI

AISYAH NUR AFIANTI (1206222345)

LABORATORIUM METALURGI FISIK DTMM FTUI

Selanjutnya, material dibagi menjadi 5 spesimen untuk diamati menggunakan


TEM. Spesimen 1 adalah material pembanding tanpa perlakuan cold work setelah
ditempa, spesimen 3 dan 4 diberi perlakuan cold work tetapi tidak diuji creep,
sedangkan spesimen 6 dan 10 diberi perlakuan cold work dan diuji creep, tetapi
spesimen 6 dalam keadaan compression dan spesimen 10 dalam keadaan tension.
Sebelum pengamatan dimulai, material dibuat menjadi seperti lapisan tipis kertas timah
terlebih dahulu. Tahap preparasi sampel juga penting disini agar sampel tidak
terdeformasi secara eksternal dan malah berakibat melencengnya hasil pengamatan,
yaitu memotong sedikit bagian dari sampel secara kasar, pelapisan sampel hingga
mencapai ketebalan 0.1-0.5 mm lalu dicuci dengan air dan etanol, pelapisan sampel
dengan tape anti adhesive-acid, dan melapisinya hingga mencapai transparansi elektron.
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa sub-struktur dengan
sel terbentuk di semua spesimen. Tetapi dengan meningkatnya persentase perlakuan
cold work, DDW yang terbentuk semakin sempit dan keberadaan sub-struktur semakin
jarang. Selain itu, ukuran sel menurun secara linier seiring dengan meningkatnya
deformasi dalam keadaan tension. Dan yang terakhir, umur material terhadap creep
meningkat dikarenakan kehadiran DDW. DDW melibatkan lebih banyak atom dengan
orientasi berbeda dibandingkan dinding sel biasa sehingga memperlambat laju recovery.
Faktor ini juga dipercaya sebagai dasar dari efek positif perlakuan cold work dalam
keadaan tension untuk meningkatkan ketahanan terhadap creep.

Anda mungkin juga menyukai