Disusun oleh:
Siti Fatimah
0910712023
LEMBAR PERSETUJUAN
Pembimbing
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pembangunan
Nasional Veteran Jakarta
LEMBAR PENGESAHAN
Penguji II
Penguji III
ii
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, dengan petunjuk dan hidayah-Nya
kepada penulis sehingga proposal dengan judul Fakror-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Terjadinya Infeksi Luka Opersai Di Ruang Bedah RSUP Fatmawati Tahun 2011 dapat
diselesaikan.
Selama proses penyusunan proposal ini penulis banyak
berbagai pihak bersama ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:
Dr. Muhamad Joesro, MM, MARS, selaku dekan Fakultas ilmu-ilmu Kesehatan
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.
3. Mochamad Rachmat, SKM, M. Kes , sebagai dozen mata ajar statistik dan riset
keperawatan.
4. Dr. Andi Wahyuningsih Attas, SpAn, sebagai Direktur Utama RSUP Fatmawati.
5. Agustina, SKM, Mkes, sebagai dozen mata ajar riset keperawatan.
6. Ns. Nani Hernani, Skep, sebagai ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas IlmuIlmu Kesehatan Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
dan sebagai
iii
9. Kesabaran dan perhatian membuka wawasan pemikiran penulis melalui berbagai kajian
akademis.
10. Suami A. Chotib Mz yang selalu membantu memberikan doa, anak-anak tersayang Nurul
Layali dan M.Riyadh Fadhli yang selalu membantu hingga selesainya proposal skripsi ini.
11. RSUP Fatmawati Jakarta, yang telah memberikan kesempatan penulis untuk
melakukan studi pendahuluan dalam penyusunan propposal skripsi ini.
12. Teman-Teman satu bimbingan yang bersama-sama berjuang untuk menyelesaikan
Proposal skripsi ini dengan baik.
13. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
penyelesaian proposal skripsi ini.
Penulis
iv
Ns.SantiHerlina, Skep.
PengujiInstitusi
3.
Ns.AniWidiastuti,SKM.Skep.
Pembimbing
TandaTangan
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Lembar Persetujuan ..............................................................................................
ii
iii
vi
xiii
BAGIAN 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah ............................................................................
1. Tujuan Umum.......................................................................................
10
10
11
vi
13
37
38
B. Hipotesa ....................................................................................................
39
39
41
41
42
42
44
44
45
H. Pengolahan Data ..
45
I. Analisa Data .
46
49
49
50
vii
54
55
56
57
58
60
BAB 6 PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian .............................................................................
62
62
62
62
62
64
64
65
66
viii
67
69
B. Saran ..........................................................................................................
69
71
LAMPIRAN
ix
ABSTRACT
Infection is the entry and growth of microorganisms (bacteria, viruses, fungi, protozoa
rickets) pathogens into the body tissues (MOH, 2001). Nosocomial infections (Hosfital
Infektion Acquired / Nosocomial Infection) is an infection acquired patient when the patient
is hospitalized, or been treated in hospital (Djojosugito, et al, 2001). Currently nosocomial
infections in hospitals around the world more than 1.4 million hospitalized patients (MOH,
2007). Incidence of nosocomial surgical wound infections occurring in the surgical treatment
Fatmawati Hospital Jakarta in March 2011 was 8.8%. The purpose of this study is to obtain
an overview of factors - factors related to the occurrence of nosocomial surgical wound
infection in the operating room Fatmawati Hospital in March 2011. Type a descriptive
analytic study was retrospective, the design used was cross sectional. The variables of this
study is the independent variable and the dependent variable.
Results No significant association between the factors age, sex, nutritional status, category of
surgery, and the classification of the surgical patient with the incidence of nosocomial surgical
wound infections.
Keywords
References : 26 (1993-2011)
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian
Lampiran 3 Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 4 Data Responden
Lampiran 5 Jadwal Bimbingan Penelitian
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial telah mencanangkan visi
Indonesia Sehat 2010 yang salah satunya adalah paradigma Sehat. Sebagai
konsekuensinya hal-hal yang sifatnya preventif menjadi prioritas sangat utama
dari pada hal-hal yang sifatnya kuratif. Berdasarkan riset , hampir semua Infeksi
Nosokomial yang terjadi di rumah sakit dapat dicegah. Pengendalian serta
pencegahan Infeksi Nosokomial yang baik akan sangat mendukung program
Paradigma Sehat di Indonesia di Rumah Sakit ini. (Djojosugito,dkk ,2001).
Rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan yang
mempunyai fungsi utama yaitu menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat
penyembuhan dan pemulihan penderita dari suatu penyakit. Oleh karena itu rumah
sakit dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan
standar yang sudah ditentukan.Masyarakat yang menerima pelayanan medis dan
kesehatan, baik di rumah sakit atau klinik, dihadapkan kepada resiko terinfeksi
kecuali kalau dilakukan kewaspadaan untuk mencegah terjadinya infeksi. Selain
itu, petugas kesehatan yang melayani mereka
sampai lebih dari 40% di Asia, Amerika Latin dan Afrika sub Sahara( Lynch dkk
1997 dalam buku Prawirohardjo, 2004 ).
Infeksi adalah masuknya dan berkembangnya mikroorganisme (bakteri,
virus, jamur, protozoa riketsia) pathogen ke dalam jaringan
tubuh (DepKes,
emerging deseases dan re-emerging diseases). Wabah atau kejadian luar biasa
dari penyakit infeksi sulit diperkirakan datangnya, sehingga kewaspadaan melalui
surveilans dan tindakan pencegahan serta pengendaliannya perlu terus
ditingkatkan.Selain itu infeksi yang terjadi di rumah sakit tidak saja dapat
dikendalikan tetapi dapat dicegah dengan melakukan langkah-langkah yang sesuai
dengan prosedur yang berlaku (Brewer, 2002).
Terjadinya infeksi nosokomial tentunya akan menyebabkan peningkatan
angka morbiditas dan angka mortalitas juga menyebabkan kerugian lain seperti
rasa tidak nyaman bagi pasien, perpanjangan hari rawat (length of stay),
menambah biaya perawatan dan pengobatan yang akhirnya dapat menimbulkan
kesan buruk terhadap citra rumah sakit. Di Negara maju, angka infeksi
nosokomial telah dijadikan salah satu tolok ukur mutu pelayanan rumah sakit.Izin
operasi suatu rumah sakit bisa dicabut karena tingginya angka kejadian infeksi
nosokomial, pihak asuransi tidak mau membayar biaya lebih yang ditimbulkan
akibat infeksi nosokomoal sehingga penderita sangat dirugikan. Infeksi
nosokomial merupakan masalah global dan menjangkau paling sedikit sekitar 9%
(3 %-21 %) dari lebih 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit di seluruh dunia.
Angka ini dilaporkan oleh WHO dari hasil surveinya di 14 negara, meliputi
28.861 pasien di 47 rumah sakit yang berada di 4 wilayah (region) WHO pada
tahun 1986 (Depkes RI, 2001).
Hasil penelitian pada 10 rumah sakit pendidikan di Indonesi tahun 1987 oleh
Direktorat Jendral PPM dan PLP didapat rata rata prevalensi infeksi nosokomial
adalah 9,1 % rentangan nilai antara 6,1 15 % dari 2875 penderita yang dirawat.
Hasil survey point prevalensi dari rumah sakit di DKI Jakarta yang dilakukan oleh
Perdalin Jaya dan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta
pada tahun 2003 didapatkan angka infeksi nosokomial luka operasi 18,9 %, ISK
(Infeksi Saluran Kemih) 15,1 %, IADP (Infeksi Aliran Darah Primer) 26,4 %,
Pneumonia 24,5 %, dan infeksi saluran nafas lain 15,1 %, serta infeksi lain 2,1%
(Sumber Data Sub Komite Pengendalian Infeksi Nosokomial RSUP Fatmawati,
2008). Hasil
Faktor-FaktorYang
Berhubungan
Dengan
Terjadinya
Infeksi
B.
Rumusan Masalah
Angka kejadian infeksi nosokomial luka operasi di ruang bedah RSUP
Fatmawati Jakarta masih cukup tinggi, yaitu infeksi luka operasi 2,3 %
dibandingkan Ventilator Asosiated Pneumonia 1,5 %, infeksi aliran darah primer
5
1,7 % dan infeksi saluran kemih 1,9 %, hal ini disebabkan karena adanya factorfaktor yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi yaitu dari karakteristik pasien
seperti umur dan jenis kelamin, faktor intrinsik
penyerta , serta faktor ekstrinsik seperti kategori operasi, klasifikasi kondisi pasien
dan jenis operasi. Dari data tersebut di atas penulis merumuskan masalah
penelitian faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan terjadinya infeksi
nosokomial luka operasi di ruang bedah RSUP Fatmawati Jakarta Tahun 2011
C.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Diperolehnya gambaran tentang Faktor factor yang berhubungan dengan
terjadinya infeksi nosokomial luka operasi di ruang bedah RSUP Fatmawati bulan
Maret 2011.
2.
Tujuan Khusus
Dapat diidentifikasi :
1. Karakteristik responden pada pasien di ruang bedah RSUP Fatmawati
Jakarta bulan Maret 2011.
2. Gambaran status gizi pada pasien di ruang bedah RSUP Fatmawati
Jakarta yang dilakukan operasi yang berhubungan dengan terjadinya
infeksi nosokomial luka operasi bulan Maret 2011.
3. Gambaran penyakit penyerta pada pasien di ruang bedah RSUP
Fatmawati yang dilakukan operasi bulan Maret 2011.
penyakit
penyerta
pasien
dengan
terjadinya
infeksi
12. Hubungan
Manfaat Penelitian
1.
pembelajaran
3.
F.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
1.
B.
manusia dapat ditemukan pada kulit, saluran pernafasan bagian atas, usus dan
organ genital. Disamping itu mikroorganisme juga dapat hidup pada hewan,
tumbuhan, tanah , air dan udara. Beberapa mikroorganisme lebih patogen dari
11
yang lain, atau lebih mungkin menyebabkan penyakit. Ketika daya tahan manusia
menurun, misalnya pada pasien dengan HIV/AIDS (Depkes, 2007).
Semua manusia rentan terhadap infeksi bakteri dan sebagian besar jenis
virus. Jumlah (dosis) organisme yang diperlukan untuk menyebabkan infeksi pada
pejamu/host yang rentan bervariasi sesuai dengan lokasi. Risiko infeksi cukup
rendah ketika organisme kontak dengan kulit yang utuh, dan setiap hari manusia
menyentuh benda di mana terdapat sejumlah organisme di permukaannya. Risiko
infeksi akan meningkat bila area kontak adalah membran mukosa atau kulit yang
tidak utuh. Risiko infeksi menjadi sangat meningkat ketika mikroorganisme
berkontak dengan area tubuh yang biasanya tidak steril, sehingga masuknya
sejumlah kecil organisme saja dapat menyebabkan sakit (Depkes, 2007).
Agar bakteri, virus dan penyebab infeksi lain dapat bertahan hidup dan
menyebar, sejumlah faktor atau kondisi tertentu harus tersedia. Faktor- faktor
penting dalam penularan mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit dari
orang ke orang dapat dilihat dalam gambar di bawah ini.
Skema B. Siklus penularan infeksi di sarana kesehatan (Depkes RI, 2007)
12
C.
rumah sakit
(kulit dan
Adanya pus yang keluar dari luka operasi atau drain yang
dipasang di atas fasia.
2)
Biakan positif dari cairan yang keluar dari luka yang ditutup
primer.
3)
4)
b.
13
2)
3)
4)
d.
nafas bawah yang mengenai parenkim paru dan terjadi setelah 48 jam
masa perawatan di rumah sakit ( Depkes, 2001 ).
Seorang pasien dikatakan menderita pneumonia bila ditemukan
satu diantara kriteria berikut :
14
1).
Pada
pemeriksaan
fisik
terdapat
ronki
basah
atau
b)
c)
2).
b)
3).
e.
invasif /operatif pada saluran genito urinarius di rumah sakit antara lain,
kateterisasi kandung kemih, sistoskopi, endoskopi, tindakan operatif pada
vagina dan lain-lain (RSMMC, 2003).
ISK dibagi menjadi dua, yaitu ISK simptomatik dan ISK asimptomatik.
1).
b).
c).
f.
dan timbul
setelah 3x24 jam dirawat di rumah sakit. Infeksi ini ditandai dengan rasa
16
2).
3).
Opportunistic
pathogens
Menyebabkan
penyakit
17
Mikroorganisme
Staphylococcus
aureus;
Streptococci
Samonella,
Shigella,
E.coli,
klebsiella,
pseudomonas
acinetobacter,
proteus,
aeruginosa,
flavobacterium
meningosepticum
Bakteri lain
Corynebacterium
diphteriae,
listeria,
cytomegalovirus,
measles,
rubella, rotavirus
Jamur
Parasit
Pneumocytis, toxoplasma
18
h.
yang
menggunakan
kontrasepsi
kombinasi
di
negara-negara
yang
terjadi.Indikator
19
sangat
status
gizi
berkembang
di
mana
buruk
lebih
umum
dapat
dilihat
melalui
dengan
penyakit
kronis
seperti
Diabetes,
penyakit
yang
disebabkan
oleh
Human
Syndrome
(AIDS),
pasien
dengan
berat
badan
normal
dewasa
ditentukan
dan
perempuan
(normal
18,723,8).
Untuk
20
klinis
IMT =
BB (kg)
TB2 (m)
2.
Faktor Ekstrinsik
a.
1).
Persiapan pasien.
(a).
(b).
(d).
(e).
(f).
(g).
(h).
2.
Cuci tangan bedah (surgical scrub) pra bedah paling sedikit 2-5
menit menggunakan antiseptik yang tepat , mencuci tangan dan
22
b.
c.
24
d.
berlaku.
2) Lakukan sterilisasi kilat ( flash sterilization ) hanya untuk alatalat yang segera dipakai (misalnya alat yang jauh). Jangan
lakukan
flash
sterilization
dengan
alasan
kemudahan,
Perlengkapan Bedah.
1) Pakai masker yang menutupi mulut dan hidung sewaktu masuk
kamar operasi, jika operasi sedang berlangsung, atau jika alatalat steril sudah dibuka. Pakailah masker sepanjang operasi.
2) Pakailah topi untuk menutupi seluruh rambut di kepala sewaktu
masuk kamar operasi.
3) Jangan pakai
pembedahan.
4) Pakailah sarung tangan steril setelah memakai baju operasi
steril.
5) Pakailah baju operasi dan duk operasi yang cukup efektif
mencegah basah ( misalnya bahan-bahan terkena cairan ).
6) Ganti pakaian jika kotor atau terkontamonasi dengan darah atau
material infeksi lainnya.
25
f.
g.
Katagori Operasi
1) Operasi bersih
a) Operasi dilakukan pada daerah /kulit yang pada kondisi pra
bedah tidak terdapat peradangan dan tidak membuka traktus
26
27
h.
2)
3)
4)
5)
Faktor-faktor lainnya
a). Perawatan pra bedah terlalu lama memberi kemungkinan
pasien terinfeksi flora Rumah Sakit, termasuk organisme yang
resisten multi obat-obatan . Melengkapi evaluasi pra bedah
secara lengkap dan mengurangi resiko. Juga melakukan bedah
elektif, bila layak dilakukan di poliklinik untuk mengurangi
resiko paparan atas flora rumah sakit.
b). Pembersihan rambut pra bedah sebaiknya dihindari bila tidak
perlu.
Apabila rambut harus dibersihkan, potonglah dengan gunting
segera sebelum pembedahan. Pencukuran terbukti sebagai
faktor resiko terhadap infeksi luka opersi.
28
c). Persiapan kulit yang luas pada tempat insisi yang akan dibuat
dengan larutan antiseptik pra bedah akan menghalangi
mikroorganisme pindah ketempat luka (terobosan ) jika handuk
atau duk penutup tempat pembedahan menjadi basah selama
pembedahan berlangsung.
d). Tehnik bedah yang baik meminimalkan trauma jaringan,
mengontrol perdarahan, mengurangi rongga, mengangkat
jaringan mati dan pertahanan suplai darah, dan oksigenasi yang
memadai. Terutama sangat penting untuk:
(1) Berhati-hati menangani jaringan lembut untuk menghindari
remuk yang dapat mengakibatkan jaringan mati ( nekrosis).
(2) Kurangi penggunaan kauter listrik untuk mengontrol
perdarahan karena meninggalkan jaringan mati sehingga
mudah terinfeksi.
(3) Gunakan benang yang mudah diabsorbsi dari pada benang
permanen seperti silk, untuk mengurangi jumlah bakteri
yang menyebabkan infeksi.
(4) Gunakan drain sedot tertutup yang keluar melalui luka
terpisah untuk mencegah akumulasi cairan jaringan pada
bagian lukia. Hal ini penting terutama pada pasien obesitas
dan dapat mengurangi infeksi luka operasi.
29
30
operasi
- Semua persiapan pemeriksaan dan pengobatan untuk
persiapan operasi dilakukan sebelum rawat inap
-
Perbaikan
keadaan
yang
memperbesar
kemungkinan
31
(2)
(3)
(4)
Mencukur rambut.
Bila tidak menganggu daerah operasi, rambut
tidak perlu dicukur. Dianjurkan memotong rambut
32
rambut
listrik.
Tidak
dianjurkan
infeksi.,
bila
diperlukan
tindakan
kontaminasi
sehingga
dapat
33
34
Penelitian Terkait .
1.
2.
Sedangkan
menurut
Ardiyanto
(2005),
di
RS.
Roemani
36
D.
dengan kejadian infeksi nosokomial luka operasi dapat digambarkan dalam suatu
kerangka teori, seperti dalam skema berikut ini : (Depkes, 2007).
Variabel Bebas.
Variabel Terikat
1. Ya (Terjadi
Infeksi)
2. Tidak
P
KarakteritstikKarakteritstik
Pasien:
1. Umur1. Umur
2. Jenis K
2. Jenis Kelamin
37
BAB III
KERANGKA TEORI, HIPOTESA
DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Teori
Berdasarkan penelusuran perpustakaan faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian infeksi nosokomial luka operasi dapat digambarkan dalam
suatu kerangka teori, seperti dalam skema berikut ini : (Depkes, 2007)
Variabel Bebas.
Variabel Terikat
1. Terjadi infeksi
2. Tidak terjadi
infeksi
Karakteristik pasien:
Umur
Jenis kelamin
38
B. Hipotesa
Ha
C. Definisi Operasional
Variabel
Definisi
Bebas
Operasional
Bahan / cara
Hasil Ukur
Hasil
Laboratorium
Skala
Kategori
Status Gizi
berdasarkan kadar
Ordinal
Hb
Kategori
Penyakit
berdasarkan
0. Tidak ada
Kuesioner
penyerta
penyakit penyerta
Ordinal
1. Ada
yang diderita
Pengelompokan
Kategori
berdasarkan derajat
operasi
kontaminasi
Observasi
0. Bersih
Ordinal
1. Bersih terkontaminasi
operasi
Klasifikasi
Klasifikasi kondisi
Kondisi
pasien berdasarkan
Pasien
American Society
Ordinal
1. Tidak baik (ASA 3-5)
39
of
Anasthesiologists
0. Elektif (dilaksanakan
Pengelompokkan
Jenis
terencana)
berdasarkan jenis
Observasi
operasi
Nominal
1. Cito (dilaksanakan
operasi
segera)
Umur pasien pada
Umur
0. < 40
Kuesioner
saat dirawat
Ordinal
1. > 40
Pembagian
berdasarkan
Jenis
0. Perempuan
perbedaan jenis
Kuesioner
Nominal
1. Laki-laki
kelamin
alat reproduksi
pasien
Variabel
Terikat
Infeksi yang terjadi
Infeksi
Nosokomia
Observasi
Ordinal
1. Ya
Operasi
pembedahan, yang
(ILO)
timbul setelah 2
hari pembedahan
40
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
B. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di ruang perawatan bedah RSUP Fatmawati
Jakarta. Pertimbangannya adalah RSUP Fatmawati adalah Rumah Sakit
pendidikan dan Rumah Sakit rujukan di wilayah Jakarta Selatan, sehingga
memudahkan mencari subyek penelitian.
41
C. Waktu penelitian
Waktu penelitianpenelitian dilakukan selama bulan Maret tahun 2011.
stratifikasi
(stratified
random
sampling).
Sampel
dihitung
42
N
n
1 + N (d)
74
n
1+ 74 x 0,0025
74
1, 185
= 62 + 10 %
= 68
Keterangan:
N = Besarnya populasi
n = Besarnya sampel
d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,05)
43
F. Etika Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti mendapatkan surat izin penelitian dan
memberikan surat izin penelitian tersebut kepada Direktur RSUP Fatmawati
melalui bagian Diklit dan unit kerja terkait pengembilan sampel penelitian.
44
G. Instrumen Penelitian
Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket atau
kuesioner dan lembar observasi. Kuesioner penelitian ini dibuat sendiri oleh
peneliti terdiri dari
1. Karakteristik responden ( Nama, umur, jenis kelamin)
2. Lembar observasi variabel bebas (4 pertanyaan)
3. Lembar observasi variabel terikat (4 pertanyaan)
H. Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul selanjutnya diolah melalui proses dengan tahapan
berikut:
1. Editing
Merupakan kegiatan pengecekan isi formulir surveilans apakah telah diisi
lengkap, jelas terbaca, isi relevan dengan pertanyaan dan konsisten.
2. Coding
Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk
angka/bilangan. Tujuannya adalah untuk memberikan kode pada setiap
pertanyaan yang sudah dikumpulkan pada kolom
45
3. Entri Data
Data yang telah dinilai sesuai dengan kode dan kategori dalam definisi
operasional
berdasarkan
variabelnya
selanjutnya
dientri
dengan
I. Analisa Data
Untuk mencapai tujuan penelitian maka data yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan program komputer dan dilakukan strategi analisis sebagai
berikut:
1. Analisis Univariat
Analisis data secara univariat dilakukan untuk menggambarkan karakteristik
masing-masing variable independen dan dependen. Mengingat data yang
diperoleh adalah kategori maka hasil analisis tersebut disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi.
2. Analisis Bivariat
46
df = ( k1 ) ( b1 )
Keterangan:
O = Nilai Observasi
E = Nilai Ekpektasi (harapan)
k = Jumlah Kolom
b = Jumlah Baris
48
BAB V
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian Gambaran Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Terjadinya Infeksi Nosokomial Luka Operasi di Ruang
Bedah RSUP Fatmawati Jakarta Tahun 2011 kedalam analisis univariat dan
analisis bivariat.
A. Analisis Univariat
Analisis univariat menjelaskan secara deskriptif mengenai variabel-variabel
penelitian yang terdiri dari umur, jenis kelamin, status gizi, kategori operasi,
klasifikasi kondisi pasien, jenis operasi dan kejadian infeksi nosokomial luka
operasi. Data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi.
1. Karakteristik Responden
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kelompok Umur
di Ruang Bedah RS Fatmawati Jakarta Bulan Maret 2011
Variabel
Kategori
Jumlah
Persentase
Umur
< 40 tahun
28
41,2
> 40 tahun
40
58,8
Jumlah
Persentase
Laki-laki
38
55,9
Perempuan
30
44,1
Total
68
100
Dari tabel distribusi frekuensi menurut jenis kelamin diatas dapat dilihat
bahwa jumlah pasien dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 38 orang
(55,9%) dan pasien perempuan berjumlah 30 orang (44,1%). Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar pasien adalah laki-laki.
2. Faktor faktor Penyebab Infksi Nosokomial Luka Operasi
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Gizi
Di Ruang Bedah RS Fatmawati Jakarta Bulan Maret 2011
Status Gizi
Jumlah
Persentase
Normal
46
67,6
Kurang
22
32,4
Total
68
100
Dari tabel distribusi frekuensi menurut status gizi diatas dapat dilihat
bahwa jumlah pasien dengan status gizi normal sebanyak 46 orang
50
(67,6%) dan pasien dengan status gizi kurang (32,4%). Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar pasien berstatus gizi normal.
Jumlah
Persentase
Tidak ada
63
92,6
Ada
7,4
Total
68
100
Jumlah
Persentase
Elektif
47
69,1
Cito
21
30,9
Total
68
100
51
Dari tabel distribusi frekuensi menurut jenis operasi diatas dapat dilihat
bahwa jumlah pasien dengan operasi elektif sebanyak 47 orang (69,1%)
dan pasien dengan operasi cito sebanyak 21 orang (30,9%). Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar pasien adalah dengan operasi elektif.
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kategori Operasi
Di Ruang Bedah RS Fatmawati Jakarta Bulan Maret 2011
Kategori operasi
Jumlah
Persentase
46
67,6
Terkontaminasi Kotor
22
32,4
Total
68
100
Dari tabel distribusi frekuensi menurut kategori operasi diatas dapat dilihat
bahwa jumlah pasien dengan operasi bersih - bersih terkontaminasi
sebanyak 46 orang (67,6%) dan pasien dengan operasi terkontaminasi kotor sebanyak 22 orang (32,4%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
besar pasien adalah dengan operasi bersih bersih terkontaminasi.
Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Klasifikasi Kondisi
Pasien Di Ruang Bedah RS Fatmawati Jakarta Bulan Maret 2011
Klasifikasi kondisi pasien
Jumlah
Persentase
ASA 1 - 2
48
70,6
ASA 3 - 5
20
29,4
Total
68
100
52
Jumlah
Persentase
Ya
8,8
Tidak
62
91,2
Total
68
100
B. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan variabel-variabel
penelitian dengan menggunakan uji kai kuadrat dengan derajat kepercayaan
95%.
53
Kejadian infeksi
Variabel
terikat
Total
Tidak
Ya
OR
95% CI
Value
Variabel
bebas
< 40 tahun
25
89,3
10,7
28
100
> 40 tahun
37
92,5
7,5
40
100 0,676
62
91,2
8,8
68
100
Umur
Total
0,13 3,62
Pada tabel 5.9 diatas dapat dilihat bahwa dari enam pasien yang mengalami
kejadian infeksi nosokomial luka operasi, sebanyak 3 pasien (10,7%) berumur
dibawah 40 tahun, sedangkan 3 pasien (7,5 %) lainnya berumur diatas 40
tahun. Hasil uji statistik kai kuadrat diperoleh nilai P value = 0,684 atau P = >
0,05 sehingga dinyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
umur dengan kejadian infeksi nosokomial luka operasi. Dari hasil analisis
diperoleh pula nilai OR = 0,676 yang artinya usia > 40 tahun mempunyai
54
0,684
peluang 0,676 kali untuk terjadi infeksi nosokomial luka operasi dibanding
usia < 40 tahun.
Kejadian infeksi
Variabel
bebas
Jenis
Variabel
terikat
Total
Tidak
Ya
P
OR
95% CI
Value
Perempuan
28
93,3
6,7
30
100
34
89,5
10,5
38
100
62
91,2
8,8
68
100
1,647
0,28 9,66
0,687
Tabel 5.10 diatas menjelaskan bahwa terdapat 2 dari 30 orang pasien (6,7%)
dengan jenis kelamin perempuan yang mengalami infeksi nosokomial luka
operasi. Sedangkan dari 38 pasien berjenis kelamin laki-laki, terdapat 4
pasien (10,5%) yang mengalami kejadian infeksi nosokomial luka operasi.
Hasil uji statistik diperoleh nilai P sebesar 0,687 maka dapat disimpulkan
tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kejadian
55
infeksi nosokomial luka operasi. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=
1,647 yang artinya jenis kelamin laki-laki mempunyai resiko 1,647 kali untuk
terjadi infeksi nosokomial luka operasi dibanding jenis kelamin perempuan.
Variabel
bebas
Total
P
OR
95% CI
Value
Status
gizi
Baik
44
95,7
4,3
46
100
Kurang
18
81,8
18,2
22
100
62
91,2
8,8
68
100
Total
4,89
0,82 29,1
Pada tabel 5.11. dapat dilihat bahwa terdapat 46 pasien dengan status gizi baik dan
22 pasien dengan status gizi kurang. Kejadian infeksi nosokomial luka operasi
terjadi pada 2 orang pasien (4,3%) dengan status gizi baik, dan 4 pasien (18,2%)
dengan status gizi kurang. Dari hasil uji statistik dengan uji kai kuadrat diperoleh
nilai P value = 0,081 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan
antara status gizi dengan kejadian infeksi nosokomial luka operasi. Dari hasil
56
0,081
perhitungan Odds Ratio diperoleh nilai 4,89 yang artinya status gizi kurang
mempunyai resiko 4,89 kali untuk terjadi infeksi nosokomial luka operasi
dibanding status gizi baik.
Kejadian infeksi
Total
Tidak
Ya
OR
95% CI
Value
Variabel
bebas
60
95,2
4,8
63
100
penyerta Ada
40
60
100
62
91,2
8,8
68
100
Total
30,00
3,55 252,97
Dari tabel 5.12 dapat dilihat bahwa dari 6 pasien yang dioperasi dan memiliki
penyakit penyerta, terdapat 3 pasien (60%) yang mengalami kejadian infeksi
nosokomial luka operasi. Hasil uji statistik diperoleh nilai P = 0,004, karena nilai
P < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan antara penyakit penyerta dengan kejadian infeksi
57
0,004
nosokomial luka operasi. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR= 30,00
artinya pasien dengan penyakit penyerta mempunyai resiko 30 kali untuk terjadi
infeksi nosokomial luka operasi dibanding pasien tanpa penyakit penyerta.
Kejadian infeksi
Total
Tidak
Ya
P
OR
95% CI
Value
Variabel
bebas
42
91,3
8,7
46
100
20
90,9
9,1
22
100
62
91,2
8,8
68
100
Bersih - Bersih
Kategori terkontaminasi
operasi
Terkontaminasi
1,05
0,18 6,62
Kotor
Total
Pada tabel 5.13 terlihat bahwa dari total 68 pasien di ruang bedah dewasa
yang menjalani operasi, terdapat terdapat 4 pasien (8,7%) dengan kategori
operasi bersih bersih terkontaminasi yang mengalami kejadian infeksi
nosokomial lukaoperasi. Sedangkan 2 pasien lainnya (9,1%) dengan
klasifikasi operasi terkontaminasi - kotor. Hasil uji statistik diperoleh nilai P
58
1,000
value = 1,000 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan
antara klasifikasi operasi dengan kejadian infeksi nosokomial luka operasi.
Dari hasil perhitungan Odds Ratio diperoleh nilai OR = 1,05 yang artinya
operasi bersih terkontaminasi mempunyai peluang 1,05 kali untuk terjadi
infeksi nosokomial luka operasi dibanding operasi bersih.
Variabel
bebas
Total
Tidak
Ya
OR
95% CI
Value
ASA 3-5
operasi
Total
47
97,9
2,1
48
100
15
75
25
20
100
62
91,2
8,8
68
100
15,67
1,69 144,8
0,007
7.
Tabel 5.15. Hubungan jenis operasi dengan kejadian infeksi nosokomial luka
operasi di ruang bedah RS Fatmawati Jakarta bulan Maret 2011
Kejadian infeksi
Variabel
terikat
Variabel
bebas
Total
Tidak
P
OR
Ya
95% CI
Value
Jenis
operasi
Elektif
45
95,7
4,3
47
100
Cito
17
81
19
21
100
62
91,2
8,8
68
100
Total
60
5,29
0.89 - 31.6
0,068
Dari tabel 5.15 dapat dijelaskan bahwa terdapat 2 pasien (4,3%) dengan jenis
operasi elektif. Sedangkan 4 pasien (19 %) dengan jenis operasi cito. Hasil uji
statistik diperoleh nilai P value = 0,068 maka dapat disimpulkan bahwa tidak
ada hubungan yang signifikan antara klasifikasi operasi dengan kejadian
infeksi nosokomial luka operasi. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=
5,29 artinya jenis operasi cito mempunyai peluang 5,29 kali untuk terjadi
infeksi nosokomial luka operasi dibanding jenis operasi elektif.
61
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
1. Terhadap rancangan penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan uji kai kuadrat yang
hanya dapat mengetahui ada tidaknya hubungan dua variabel, dan tidak
dapat mengetahui derajat/kekuatan hubungan dua variabel.
2. Terhadap objek penelitian
Karena keterbatasan waktu dan tenaga maka penelitian hanya dilakukan
pada ruang rawat bedah dewasa saja, hasilnya tentu saja tidak dapat
menggambarkan
kadaan
infeksi
nosokomial
luka
operasi
secara
keseluruhan.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Hubungan umur dengan kejadian infeksi nosokomial luka operasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi kejadian infeksi nosokomial
luka operasi pada kelompok umur diatas 40 tahun lebih tinggi dibandingkan
dengan proporsi kejadian infeksi nosokomial luka operasi pada kelompok
umur dibawah 40 tahun.
Analisis terhadap 68 pasien di ruang rawat bedah dewasa menunjukkan
bahwa umur tidak mempengaruhi kejadian infeksi nosokomial luka operasi,
akan tetapi pasien dengan kelompok umur diatas 40 tahun mempunyai
62
penelitian-penelitian
terdahulu,
ditemukan
bahwa
dengan
kurangnya
perhatian
laki-laki
terhadap
kondisi
kesehatan
65
5. Hubungan
antara
klasifikasi
operasi
dengan
kejadian
infeksi
66
67
68
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Kejadian infeksi nosokomial luka operasi yang terjadi di ruang
perawatan
B. Saran
1. Bagi manajemen Rumah Sakit
-
70
DAFTAR PUSTAKA
71
Proverawati, Atikah (2010). Ilmu Gizi Untuk Keperawatan & Gizi Kesehatan.
Nuha : Yogyakarta.
72
Reiping Tang, et.al (2001), Risk Factors For Surgical Site Infection After
Elective Resection of the Colon and Rectum: A Single-Center
Prospective Study of 2,809 Consecutive Patients. National Science
Council, Taiwan
Sastroasmoro,dkk (2002). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.CV.
Sagung Seto: Jakarta.
Harry (2006). Infeksi Nosokomial. Diambil pada bulan Februari 2011 dari
http://klikharry.wordpress.com/2006/12/21/infeksi-nosokomial/
73
74