Anda di halaman 1dari 6

5.

1 Karakteristik Responden
5.1.1 Umur
Pada penelitian yang telah dilakukan, didapatkan bahwa kelompok umur
terbanyak yang menjadi responden adalah kelompok umur antara 32-45 tahun
yakni sebesar 40 orang atau 43,5%.
Distribusi kelompok umur pada penelitian ini adalah berdistribusi normal ,
sehingga hasil dari penelitian ini dapat

di generalisasikan pada

populasi

masyarakat di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Baeat


secara keseluruhan.
5.1.2 Jenis Kelamin
Pada penelitian yang telah dilakukan, didapatkan bahwa jenis kelamin
terbanyak yang menjadi responden adalah laki-laki dengan jumlah 37 orang atau
40,2 % dari keseluruhan jumlah responden. Hal ini dikarenakan, jumlah pasien
yang berkunjung ke Puskesmas Perumnas I dengan jenis kelamin perempuan lebih
banyak dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki, dengan perincian jumlah
kunjungan laki-laki sebanyak orang dan jumlah kunjungan perempuan sebanyak
orang (periode 8 desember 17 desember 2014).
5.1.3 Tingkat Pendidikan
Pada penelitian ini, tingkat pendidikan terbanyak yang didapatkan adalah pada
tingkat SMA dengan jumlah 50 responden (54,3%). Tingkat pendidikan responden
terbanyak ini, sesuai dengan distribusi tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan
Pontianak barat yakni sebanyak 24.485 penduduk, merupakan populasi terbanyak
kedua dalam tingkat pendidikan (Profil puskemas 2013).
Distribusi tingkat pendidikan diatas juga sesuai pada penelitian yang dilakukan
oleh Wati WE. pada tahun 2009, didapatkan tingkat pendidikan responden
sebagian besar adalah SMA sebanyak 30 responden (40%) dari 75 responden yang
menjadi sampel penelitian.

5.2 Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Responden


5.2.1 Pengetahuan Responden
Pada penelitian ini, responden dikatakan memiliki pengetahuan tentang
penyakit DBD yang baik jika nilai total jawabannya 75% dari skor total jawaban
benar kuesioner pengetahuan, sedangkan apabila skor jawaban responden 60-75%
skor total kuesioner, maka dikatakan responden tersebut memiliki pengetahuan
sedang, jika skor jawaban responden < 40 % dari skor total jawaban benar, maka
responden dikatakan memiliki pengetahuan yang kurang.
Pada penelitian ini, didapatkan bahwa dari 92 responden, sekitar 11 responden
(12 %) memiliki pengetahuan yang baik, sebesar 44 responden (47,8%) memiliki
pengetahuan yang sedang, dan 37 responden (40,2%) memiliki pengetahuan yang
kurang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat
pengetahuan yang sedang tentang penyakit DBD.
Responden yang memiliki pengetahuan kurang baik berada pada kelompok
umur 18-31 tahun. Sebaliknya, kelompok umur 32-45 tahun memiliki jumlah
responden pengetahuan baik dan sedang paling besar bila dibandingkan dengan
kelompok umur lainnya . Hal ini bisa disebabkan proses pengalaman yang
diperoleh oleh responden selama hidupnya ini. Menurut Hurlock (1998) dalam
Wawan A, dan Dewi, (2010), menyatakan bahwa semakin cukup umur, tingkat
kematangan

dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan

bekerja. Selain itu, dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa
dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai sesuatu
yang diperoleh dari pengalaman dan kematangan jiwa.
Responden dengan latar belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD) memiliki
tingkat pengetahuan buruk paling tinggi bila dibandingkan dengan kelompok
tingkat pendidikan lainnya yakni sebesar 90% dari seluruh responden dengan
pendidikan terakir pada tingkat Sekolah Dasar. Kelompok yang memiliki tingkat
pengetahuan sedang berada pada kelompok SMA yaitu 50 % diikuti dengan
kelompok perguruan tinggi yaitu 35,7 %. Sedangkan kelompok yang memiliki
pengetahuan baik berada pada kelompok Perguruan Tinggi sebesar 42,8% diikuti

oleh SMA 28%. Persentase dihitung berdasarkan jumlah responden pada tiap
kelompok tingkat pendidikan.
Hasil yang diperoleh ini, disebabkan karena perbedaan latar belakang
pendidikan tiap responden. Menurut Notoadmodjo, 2003, apabila seseorang
memiliki pendidikan yang tinggi, maka ia akan mudah menyesuaikan dengan halhal baru misalnya untuk mendapatkan informasi yang menunjang kesehatan
sehingga dapat meningkatkan kualitas kehidupan. Pendapat lain dari Nursalim
2003 dalam Wawan A, dan Dewi, (2010) menyatakan bahwa pada umumnya
makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.
Menurut Wawan A, dan Dewi, (2010) pengetahuan sangat erat hubungannya
dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi
maka orang tersebut akan semakin luas pengetahuannya. Akan tetapi perlu
ditekankan bahwa, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak
berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan
tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh
melalui pendidikan non formal.
Gambaran Pengetahuan responden tentang DBD diatas, dapat dipengaruhi
oleh beberapa hal yakni dapat berasal dari faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal ini meliputi pendidikan, pekerjaan, umur seseorang, sedangkan
faktor eksternal meliputi faktor lingkungan dan keadaan sosial ekonomi budaya
seseorang.
5.2.3 Perilaku Responden
Pada penelitian yang telah dilakukan, dari 92 responden didapatkan sekitar 21
orang (22,82%) dikategorikan memiliki perilaku baik, sedangkan sebanyak 39
orang (42,39%) dikategorikan memiliki tingkat perilaku sedang dan sisanya
sebanyak 32 orang (34,7 %) memiliki tingkat perilaku yang baik. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar responden belum memiliki perilaku yang
baik tentang penyakit DBD.
Hasil yang didapat diatas, mungkin disebabkan oleh faktor eksternal responden
yang meliputi keadaan sosial, ekonomi dan aktifitas di luar rumah.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Widiyanti (2005), menyebutkan bahwa


faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan masyarakat dalam upaya pencegahan
DBD antara lain pendidikan, pendapatan keluarga, informasi dan partisipasi
sosial.
5.2.4 Kejadian Penyakit DBD pada responden
Pada penelitian yang telah dilakukan, didapatkan bahwa responden yang
pernah menderita DBD sebanyak 44 responden sedangkan yang tidak terkena
DBD sebanyak 48 orang. Jumlah ini didapatkan dari proses pengambilan data
dengan memperhatikan besar sampel serta memperhatikan kriteria inklusi dan
ekslusi.
5.3 Hasil Analisis Bivariat
5.3.1 Hubungan Tingkat Pengetahuan Responden dengan Kejadian
Penyakit DBD di Kecamatan Pontianak Tahun 2014
Hasil penelitian mengenai kejadian DBD dengan tingkat pengetahuan tentang
DBD menunjukkan bahwa faktor pengetahuan mempunyai hubungan terhadap
kejadiaan DBD di Kecamatan Pontianak Tahun 2014 dimana nilai p = 0,022.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho di tolak dan Ha diterima.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Duma N,
Darmawansyah, Arsin AA.(2007) tentang analisis factor

yang berhubungan

dengan kejadian demam berdarah dengue di Kecamatan Baruga Kota Kendari.


Penelitian tersebut mendapatkan kesimpulan bahwa faktor pengetahuan
berhubungan dengan kejadiaan demam berdarah dengue di di Kecamatan Baruga
Kota Kendari.
Penelitian yang dilakukan oleh Usman cit. Yukresna (2004) mendapatkan
bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian DBD dengan OR =
2,78, sehingga responden yang berpengetahuan kurang baik tentang DBD
beresiko terkena DBD 2,78 kali dibandingkan dengan responden yang
berpengetahuan baik.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Cendrawirda (2003) di Gunung Kidul


mendapatkan bahwa pengetahuan yang kurang tentang penyakit DBD 41,6 kali
memiliki resiko lebih besar untuk terjangkit DBD dibandingkan dengan yang
mempunyai pengetahuan yang baik tentang DBD.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Tedy TH tahun 2005 di kelurahan
Helvetia Tengah Medan tahun 2005, juga didapatkan hubungan yang bermakna
antara pengetahuan dengan kejadian DBD dengan nilai p 0,015 dan PR sebesar
2,087 yang berarti bahwa responden yang pengetahuannya kurang baik, memiliki
resiko sebesar 2,087 kali lebih besar mempunyai kemungkinan menderita DBD
jika dibandingkan dengan pengetahuannya baik.
Menurut Notoadmodjo (2003), Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh faktor
pendidikan. Faktor pendidikan ini sangat berpengaruh terhadap pengetahuan
seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka wawasan yang dimilikinya
akan semakin luas sehingga pengetahuan pun juga akan meningkat, sebaliknya
rendahnya pendidikan seseorang akan mempersempit wawasannya sehingga akan
menurunkan tingkat pengetahuan terhadap masalah kesehatan khsususnya dalam
hal ini mengenai pencegahan terhadap kejadian DBD.
5.3.2 Hubungan Tingkat Perilaku Responden dengan Kejadian Penyakit
DBD di Kecamatan Pontianak Tahun 2014
Hasil penelitian mengenai kejadian DBD dengan tingkat perilaku tentang DBD
menunjukkan bahwa faktor perilaku mempunyai hubungan terhadap kejadiaan
DBD di Kecamatan Pontianak Tahun 2014 dimana nilai

p= 0,044. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa Ho di tolak dan Ha diterima.


Penelitian lain yang dilakukan oleh Tedy TH tahun 2005, juga mendapatkan
hubungan antara sikap dengan kejadiaan DBD dengan nilai p sebesar 0,001 dan
nilai Prevalensi Rate (PR) sebesar 2,619 yang berarti bahwa responden yang
tindakannya kurang baik memiliki resiko 2,619 kali lebih besar kemungkinan
menderita DBD jika dibandingkan dengan responden yang tindakannya baik.
Hal tersebut diasumsikan latar belakang pengetahuan dan sikap yang kurang
baik yang akan diikuti oleh tindakan yang kurang baik dalam menanggapi

terjadinya DBD, demikian juga dengan kurangnya inisiatif dari masyarakat untuk
menjaga dan memelihara lingkungan sekitarnya sehingga mengakibatkan
terjadinya DBD dan memudahkan penularannya kepada orang sehat.
5.4 Keterbatasan Penelitian
Penelitian tentang hubungan antara tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat mengenai demam berdarah dengue (DBD) Dengan kejadiannya di di
Kecamatan Pontianak Tahun 2014, memiliki keterbatasan dalam penelitian, yaitu:
1. Peneliti hanya meneliti dua variabel saja yakni pengetahuan dan perilaku
dengan kejadian DBD, sedangkan variabel lainnya mengenai DBD tidak
diteliti.
2. Kurangnya sumber daya manusia
lapangan

dalam proses pengambilan data di

Anda mungkin juga menyukai