Anda di halaman 1dari 66

PENGELOLAAN WILAYAH

PESISIR DAN
PULAU-PULAU KECIL

LATAR BELAKANG
Wilayah pantai Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam dan jasajasa lingkungan yang sangat penting untuk dikembangkan
(ekosistem pantai )
Diperkirakan 60% atau 150 juta dari penduduk Indonesia bermukim di
wilayah pesisir.
Diperkirakan 80% lokasi industri di Indonesia terletak di wilayah pesisir,
karena akses transportasinya lebih mudah ke pusat perdagangan.
Pemanfaatan sumberdaya alam di wilayah pesisir telah menimbulkan
ancaman kelestarian ekosistem yang sangat kritis. Sebaliknya, ada
beberapa wilayah, potensi sumberdaya belum dimanfaatkan secara
optimal.
Laju kerusakan sumberdaya pantai telah mencapai tingkat yang sangat
mengkhawatirkan

( DENR, 2001)

AKTIVITAS PESISIR

Keanekaragaman konservasi Hayati Laut

Dikaruniai berbagai macam ekosistem pesisir dan


laut (pantai berpasir, goa, laguna, estuaria, hutan
mangrove, padang lamun, rumput laut, dan terumbu
karang) yang paling indah dan relatif masih
perawan (pristine, unspoiled) (Mann, 1992).
Luas ekosistem terumbu karang mencapai 85.707
km2 (18% dari total luas terumbu karang didunia),.
Dihuni oleh ratusan jenis ikan hias (263 jenis).
Komunitas mangrove terluas di dunia = 4,25 juta
ha (27% luas hutan mangrove dunia = 15,9 juta
ha).
10 ekosistem terumbu karang terindah dan terbaik di
dunia, 6 berada di tanah air : Raja Ampat,
Wakatobi, Taka Bone Rate, Bunaken, Karimun Jawa,
dan Pulau Weh (WTO, 2000).

MORFOLOGI PANTAI
INDONESIA

Rocky Beach

Dune/gumuk pasir

Pantai tebing dan pantai berpasir

Panta i berbatu dan berpasir

Tombolo

Lidah Pasir

PERMASALAHAN DI WP-3-K
DEGRADASI EKOSISTEM DAN SDA
- 42% terumbu karang rusak berat,
29% rusak, 23% baik dan hanya
6% sangat baik
- Kerusakan 40% hutan mangrove
- Berkurangnya stok sumberdaya
ikan
KERAWANAN BENCANA ALAM
- Abrasi. erosi, tsunami, perubahan
iklim, dll.
PENCEMARAN LAUT DAN PESISIR
- Akibat aktivitas di daratan
maupun di laut

PENGELOLAAN KONSERVASI LAUT BELUM OPTIMAL


Punahnya sejumlah spesies SDI
Eksploitasi sumber daya kurang sesuai daya dukung lingkungan
KETIDAKPASTIAN DAN KEKOSONGAN HUKUM
- Konflik antar beberapa produk hukum
KONFLIK PEMANFAATAN RUANG
KEBIJAKAN MASIH BERSIFAT SEKTORAL
KURANG KETERPADUAN
RENDAHNYA KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA

LEMAH PERANAN MASYARAKAT ADAT


7

Degradasi pantai akibat


pembuangan sampah

Padatnya pemukiman di wilayah pesisir

Kemiskinan

ANCAMAN BENCANA
DI WILAYAH PESISIR
DAN PULAU-PULAU KECIL

BENTUK ANCAMAN BENCANA


(AKIBAT ALAM DAN MANUSIA) :
GEMPA BUMI DAN TSUNAMI
SEA LEVEL RISE (KENAIKAN PARAS MUKA
AIR LAUT)
ABRASI PANTAI
BANJIR
BADAI/ANGIN TOPAN TROPIS

Seluruh 33 propinsi di Indonesia memiliki kawasan pantai dan Kota Pesisir.


Peta ini menunjukkan bahwa setiap kota pesisir memiliki potensi kegempaan yang tidak sama. Demikian
juga dengan peluang Tsunami, air laut pasang, maupun kenaikan air laut akibat pemanasan global

Ancaman Bencana

KENAIKAN PARAS MUKA AIR LAUT


(SEA LEVEL RISE / SLR)

EROSI DAN ABRASI


Pengaruh alam
Pengaruh pengikisan pantai
oleh ombak
Perpindahan sedimen/material
pantai

Pengaruh manusia
Penebangan hutan mangove
Pengaruh adanya bangunan pantai
yang menjorok ke laut (jetty,
breakwater, groin, reklamasi)
Penambangan material pantai
Pengaruh pembuatan pemecah
gelombang lepas pantai
Pengaruh pembuatan seawall

BANJIR.....

BADAI / ANGIN TOPAN TROPIS, AMBON 2006

Kerusakan akibat Gelombang Pasang di Parang Tritis, Yogyakarta, 2007

Kerusakan akibat Gelombang Pasang


di Pelabuhan Ratu, Jawa Barat, 2007
Tempat Pengolah Ikan di
Pelabuhan Ratu

Warung di Cisolok

PAMEKASAN - MADURA, JANUARI 2010


Sekitar 40 rumah di
pesisir utara
Pamekasan, Madura,
rusak akibat diterjang
ombak besar dan angin
kencang .
Selain merusak
puluhan rumah,
ombak besar dan angin
kencang ini juga
menjebol tanggul
(dibangun 2004)

Pengelolaan
WP3K

UU 26 / 2007
tentang Penataan
Ruang

UU 27 / 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau
Pulau Kecil

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (Pasal 5,


UU27/2007):
Perencanaan
Pemanfaatan
Pengawasan
Pengendalian
Perencanaan Pengelolaan WP3K (Pasal 7, Ayat 1, UU27/2007):
Rencana Strategis, Rencana zonasi, Rencana Pengelolaan dan
Rencana Aksi Pengelolaan
Pasal 7 ayat 3, UU27/2007:
Pemerintah Daerah wajib menyusun semua rencana
sebagaimana dimaksud sesuai dengan kewenangan masingmasing.

TUJUAN UU PWP-3-K
melindungi, mengonservasi, merehabilitasi, memanfaatkan,
dan memperkaya Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
serta sistem ekologisnya secara berkelanjutan;.
menciptakan keharmonisan dan sinergi antara Pemerintah
dan Pemerintah Daerah dalam pengelolaan Sumber Daya
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
memperkuat peran serta masyarakat dan lembaga
pemerintah serta mendorong inisiatif masyarakat dalam
pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil agar
tercapai keadilan, keseimbangan, dan keberkelanjutan.
meningkatkan nilai sosial, ekonomi, dan budaya Masyarakat
melalui peran serta masyarakat dalam pemanfaatan
Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

PENGATURAN PWP-3-K
PENYUSUNAN RENCANA ZONASI
- Membagi wilayah pesisir ke dalam zona-zona yang sesuai dengan
peruntukan dan kegiatan yang bersifat saling mendukung
(compatible) serta memisahkannya dari kegiatan yang bersifat
bertentangan (incompatible);
- Sbg arahan pemanfaatan ruang di WP3K yg terintegrasi dng RTR
daratan;
- Mewujudkan keterpaduan, ketrkaitan dan keseimbangan dlm
pembangunan wilayah kab/kota;
- Sbg alat koordinasi perencanaan dan pemanfaatan ruang wilayah
kab/kota;
- Implementasi dari kesepakatan antar pemangku kepentingan dalam
pengelolaan khususnya pemanfaatan SDA WP-3-K.
- Sbg pedoman pengendalian pemanfaatan ruang

PENGATURAN KONSERVASI
Tujuan Konservasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil :
untuk menjaga kelestarian Ekosistem Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
melindungi alur migrasi ikan dan biota laut lain;
melindungi habitat biota laut;
melindungi situs budaya tradisional.
Untuk kepentingan konservasi sebagian Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
dapat ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi.

PENGATURAN BIDANG USAHA DI PPK


BOLEH
1.
2.
3.
4.
5.
6.

7.
8.

Konservasi
Pendidikan dan Pelatihan
Penelitian dan
Pengembangan
Budidaya laut
Pariwisata
Usaha perikanan dan
kelautan dan industri
perikanan
Pertanian organik
Peternakan

DILARANG
1. Pengambilan /penambangan
terumbu karang
2. Exploitasi hutan bakau
3. Penambangan pasir
laut/darat
4. Penangkapan jenis ikan
langka dan dilindungi
5. Industri bahan kimia yang
dapat merusak lingkungan
6. Explorasi peninggalan
sejarah/purbakala

REHABILITASI
Rehabilitasi dilakukan dengan cara:
a. pengayaan sumber daya hayati;
b. perbaikan habitat;
c. perlindungan spesies biota laut agar tumbuh dan
berkembang secara alami;
d. ramah lingkungan
Rehabilitasi dilakukan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah
Daerah dan/atau setiap Orang yang secara langsung atau
tidak langsung memperoleh manfaat dari Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil.

Untuk menjamin terselenggaranya Pengelolaan Wilayah


Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil secara terpadu dan
berkelanjutan, dilakukan pengawasan dan/atau pengendalian
terhadap pelaksanaan ketentuan di bidang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, oleh pejabat tertentu
yang berwewenang di bidang pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil sesuai dengan sifat pekerjaaannya dan
diberikan wewenang kepolisian khusus

CONTOH PENGATURAN KEGIATAN DI WILAYAH PESISIR DAN PPK


Konservasi

Resort
Wisata

Mendukung
Konflik

Pelabuhan

Normal
Perikanan
Budidaya

Industri
Berat

Konservasi

Resort
Wisata

Pelabuhan

Perikanan
Budidaya

Industri
berat

PENETAPAN BATAS
SEMPADAN PANTAI
Pasal 31 ayat (1)
Pemerintah Daerah menetapkan batas Sempadan Pantai yang disesuaikan
dengan karakteristik topografi, biofisik,hidro-oseanografi pesisir, kebutuhan
ekonomi dan budaya, serta ketentuan lain.

Penetapan batas Sempadan Pantai mengikuti ketentuan:


a. perlindungan terhadap gempa dan/atau tsunami;
b. perlindungan pantai dari erosi atau abrasi;
c. perlindungan sumber daya buatan di pesisir dari badai, banjir, dan
bencana alam lainnya;
d. perlindungan terhadap ekosistem pesisir, seperti lahan basah,
mangrove, terumbu karang, padang lamun, gumuk pasir, estuaria, dan
delta;
e. pengaturan akses publik; serta
f. pengaturan untuk saluran air dan limbah.

DASAR PENETAPAN BATAS SEMPADAN PANTAI


Dalam UU No. 27/2007 tentang PENGELOLAAN WILAYAH
PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL, pasal 31 ayat 1 3.
1) Pemerintah Daerah menetapkan batas sempadan pantai yang disesuaikan
dengan karakteristik topografi, biofisik, hidro-oseanografi pesisir, kebutuhan
ekonomi dan budaya serta ketentuan lain
2) Penetapan batas sempadan pantai mengikuti ketentuan :
perlindungan terhadap gempa dan/atau tsunami
perlindungan pantai dari erosi dan abrasi
perlindungan sumberdaya buatan di pesisir, dari badai, banjir, dan bencana
alam lainnya
Perlindungan terhadap ekosistem pesisir, seperti lahan basah, mangrove,
terumbu karang, padang lamun, gumuk pasir, estuaria dan delta
pengaturan akses publik; serta
pengaturan untuk saluran air dan limbah
3)

Ketentuan lebih lanjut mengenai batas sempadan pantai


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan
Presiden

PENGERTIAN SEMPADAN PANTAI


Dalam UU No 27/2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan PulauPulau Kecil, disebutkan bahwa sempadan
pantai adalah daratan sepanjang tepian
yang lebarnya proporsional dengan
bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal
100 (seratus) meter dari titik pasang
tertinggi ke arah darat.

WILAYAH PESISIR
Zona Belakang
Pantai

offshore
Zona
Depan Pantai
beach

SEMPADAN
PANTAI

Kawasan lindung
Perlindungan pantai
dari ancaman bencana
Tsunami, badai tropis,
dll
Perlindungan terhadap
aktivitas manusia di
daratan

Terhadap tipe dan


ekosistem pantai
yang khas/unik

FUNGSI KAWASAN SEMPADAN PANTAI


Kawasan Sempadan Pantai dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan:
ruang terbuka hijau;
pengembangan struktur alami dan struktur buatan
untuk mencegah bencana pesisir;
kegiatan rekreasi, wisata bahari dan eko-wisata;
penelitian dan pendidikan; dan
kepentingan adat dan kearifan lokal.
pertahanan dan keamanan;
perhubungan; atau
komunikasi.
Catatan :
1. Kegiatan rekreasi tidak termasuk untuk pendirian bangunan
permanen dan/atau hotel.
2. Kepentingan adat dan kearifan lokal meliputi:
a.upacara adat;
b.upacara keagamaan;
c.hak dan kewajiban masyarakat adat
d.tradisi dan kebiasaan

Kota Ambon

PEMANFAATAN SEMPADAN PANTAI

Portugal

RENCANA PENGELOLAAN
TELUK AMBON DALAM

Latar belakang
Menindaklanjuti implementasi Ambon Waterfront City, dimana
Teluk Ambon Dalam (TAD) merupakan salah satu lokasi prioritas
untuk dikembangkan
Mewujudkan salah satu amanat UU No 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil, yaitu untuk
menyusun Rencana Zonasi, termasuk Rencana Zonasi Rinci
Secara mikro, Teluk Ambon Dalam (TAD) merupakan wilayah pesisir
yang rentan akan degradasi lingkungan dan merupakan wilayah
dengan tekanan yang tinggi akibat lokasinya yang tertutup,
sehingga dibutuhkan penataan ruang yang selaras antara aspek
konservasi dan ekonomi
Menghindari terjadinya konflik pemanfaatan ruang di kawasan
Teluk Ambon Dalam (TAD) dan mengoptimalkan potensi
sumberdaya yang terdapat di Teluk Ambon Dalam (TAD)

Wilayah perencanaan

Permasalahan
Lingkungan

Sedimentasi akibat aktivitas pembukaan lahan, serta curah hujan yang tinggi , rata rata penumpukkan
sedimen 24 mm/th
Sampah dan limbah rumah tangga
Degradasi mangrove, terumbu karang dan lamun akibat proses sedimentasi dan pembukaan lahan oleh
masyarakat
Intrusi air laut di beberapa titik, seperti di Paso dan Lateri
Terdapat beberapa spot limbah minyak dari kapal kapal yang masuk ke Teluk Ambon Dalam

Zona I

Zona II

Ambon wfc

Rencana
Sodetan

Zona III

Zona IV

mari bersama menyelamatkan hari depan


Maluku sebagai Propinsi Kepulauan dengan RTR
yang telah disusun

Sekian
Selamat berdiskusi

Anda mungkin juga menyukai