Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi seperti ini semua aspek kehidupan dituntut untuk terus maju dan
berkembang dengan cepat. Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia terus
diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman yang semakin maju.
Peningkatan sumber daya manusia tentunya sangat berpengaruh terhadap dunia pendidikan.
Terutama pendidikan di bangsa kita tercinta Indonesia. Pendidikan merupakan ujung tombak
dalam pengembangan sumber daya manusia harus bisa berperan aktif dalam meningkatkan
kualitas dan juga kuantitas. Upaya pengembangan tersebut harus sesuai dengan proses
pengajaran yang tepat agar anak didik dapat merima didikan dengan baik (Nasution, 1989).
Dewasa ini, proses belajar mengajar di sekolah baik SD, SMP, maupun SMA di
Indonesia masih menggunakan cara dan strategi lama, yaitu aktivitas kelas didominasi oleh
peran guru, dimana guru yang lebih aktif dalam mengajar daripada peserta didiknya. Peserta
didik hanya duduk manis sambil mendengarkan penjelasan yang disampaikan guru. Peserta
didik cendrung tidak diajak untuk membangun dan mengembangkan konsep-konsep dan
pengetahuan baru (Nasution, 1989).
Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukannya interaksi yang baik antara
guru dengan murid. Agar tujuan ini dapat tercapai sesuai dengan target dari guru itu sendiri,
maka sangatlah perlu terjadi interaksi positif yang terjadi antara guru dan siswa. Dalam hal
ini guru perlu mengembangkan inovasi-inovasi baru agar interaksi itu berjalan semestinya
sehingga siswa tidak merasa bosan. Hal ini selain agar mencapai target dari guru itu sendiri,
siswa juga lebih menjadi pribadi yang menyenangkan dalam kegiatan belajar mengajar, serta
lebih merasa bersahabat dengan guru yang mengajar. Dengan demikian peran guru sebagai
mediator dan fasilitator dapat trealisasikan dengan baik (Nasution, 1989).
Dalam mengajar diperlukan pendekatan dalam pembelajaran, pendidik harus
pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana. Pandangan guru terhadap anak
didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Berangkat dari kenyataan itulah penyusun ingin
meengungkap lebih jauh tentang pendekatan yang perlu dalam proses belajar mengajar
dengan memfokuskan kepada pendekatan fakta dan pendekatan konseptual. Oleh karena itu
penyusun menyusun makalah yang berjudul Pendekatan Fakta dan Pendekatan Konsep.
1

B. Rumusan Masalah
Makalah ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Apa pengertian dari pendekatan fakta?


Bagaimana aplikasi dari pendekatan fakta?
Apa yang dimaksud dengan pendekatan konsep?
Apa karakteristik dari pendekatan konsep?
Bagaimana aplikasi dari pendekatan konsep?
Apa kelebihan dan kekurangan dari pendekatan konsep?

C. Tujuan
Makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Mengetahui pengertian dari pendekatan fakta


Mengetahui aplikasi dari pendekatan fakta
Mengetahui pengertian dari pendekatan konsep
Mengetahui karakteristik dari pendekatan konsep
Mengetahui aplikasi dari pendekatan konsep
Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari pendekatan konsep

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendekatan Fakta
a. Pengertian
Belajar dengan pendekatan fakta adalah belajar menghafalkan fakta-fakta.
Misalnya menghafalkan nama, definisi, dan gambar. Belajar dengan cara demikaan selain
melelahkan juga data-data yang dihafalkan mudah terlupakan. Hal ini disebabkan daya
ingat orang terbatas (Omar, 2005).
b. Aplikasi Pendekatan Fakta
Dalam aplikasinya pendekatan fakta merupakan pendekatan yang bisa
digolongkan sebagai pendekatan yang primitif karena pendekatan ini hanya menekankan
pada siswa bagaimana menghafalkan nama, definisi, gambar, dan sebagainya. Dengan
sistem pembelajaran yang seperti ini akan membentuk siswa yang berfikiran kurang
kreatif karena siswa tidak dilatih untuk mengembangan suatu materi, memecahkan suatu
masalah, dan pembelajaran-pembelajaran lain yang dapat meningkatkan kemampuan
kognitif dan psikomotor siswa. Dari pendekatan ini pola pikir siswa akan menjadi sempit,
siswa hanya sebatas menghafal materi-materi yang diberikan. Dan belajar dengan cara
seperti ini akan membuat siswa mudah lupa dengan apa yang dipelajarinya karena siswa
tidak melakukan atau tidak mempraktekkannya sendiri (Omar, 2005).
B. Pendekatan Konsep
a. Pengertian
Berdasarkan pemerolehan bahan pembelajaran, secara garis besar pendekatan
pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pendekatan konsep dan pendekatan
proses. Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan yang menekankan pada perolehan
dan pemahaman fakta dan prinsip. Sedangkan pendekatan proses atau dikenal dengan
pendekatan keterampilan proses menekankan pada bagaimana bahan pelajaran itu
diajarkan dan dipelajari (Dahar, 2003).
Pendekatan (approach) memiliki pengetahuan yang berbeda dengan strategi
(Sanjaya Wina, 2007). Pendekatan adalah pola/cara berpikir atau dasar pandangan
3

terhadap sesuatu. Pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang terhadap proses
pembelajaran atau merupakan gambaran pola umum perbuatan guru dan peserta didik di
dalam perwujudan kegiatan pembelajaran. Pendekatan dapat diimplementasikan dalam
sejumlah strategi. Sedangkan, strategi merupakan pola umum perbuatan guru-siswa di
dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Strategi dapat diimplementasikan dalam
beberapa metode. Metode merupakan alat yang digunakan dalam pelaksanaan strategi
pembelajaran. Jadi pendekatan lebih luas cakupanya dibandingkan dengan strategi.
Definisi dari konsep itu menurut Good (dalam Resna, dkk, 1992:6) merupakan
gambaran dari ciri suatu objek sehingga dapat membedakannya dengan objek lain.
Sumber lain mengatakan bahwa konsep merupakan suatu abstraksi yang mewakili suatu
kelas objek-objek kejadian, kegiatan, atau hubungan yang memiliki atribut yang sama
(Rosser, 1994, dalam Ratna WD, 1989 : 80). Pendekatan konsep adalah pendekatan yang
mengarahkan peserta didik meguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak
terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi). Konsep merupakan struktur mental yang
diperoleh dari pengamatan dan pengalaman. Pendekatan Konsep merupakan suatu
pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi
kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.
Pendekatan konsep merupakan pendekatan yang mementingkan hasil daripada
proses perolehan hasil. Untuk itu pendekatan ini terkesan hanya merupakan pemberian
informasi, sehingga hasilnya kurang bermakna dan kurang bertahan lama. Kondisi
demikian cenderung memperlihatkan modus pembelajaran yang lebih expository.
Pendekatan konsep lebih banyak bergantung pada apa yang diajarkan guru berupa bahan
atau isi pelajaran, dan lebih bersifat kognitif. Biasanya belajar konsep diikuti dengan
kadar keaktifan peserta didik yang rendah. Apapun pendekatan yang digunakan
sebenarnya yang diharapkan hasil belajar dari pendekatan tersebut adalah peserta didik
dapat membentuk kerangka kognitif sendiri. Maksudnya, konsep yang dimiliki oleh
peserta didik adalah hasil bangunannya sendiri, sehingga konsep tersebut benar-benar
menjadi milik peserta didik yang pada akhirnya mudah untuk digunakan apabila sewaktuwaktu dibutuhkan.
Dalam strategi expository guru cenderung memberikan informasi yang berupa
teori, generalisasi, hukum atau dalil beserta bukti-bukti yang mendukung. Sedangkan,
4

peserta didik hanya menerima saja informasi yang diberikan oleh guru. Pengajaran telah
diolah oleh guru, sehingga siap disampaikan kepada peserta didik, dan peserta didik
diharapkan belajar dari informasi yang diterimanya itu.
Prosedur expository adalah sebagai berikut:
1. Preparasi, yaitu guru menyiapkan bahan selengkapnya secara sistematis dan rapi.
2. Apersepsi, yaitu guru bertanya atau memberikan uraian singkat untuk mengarahkan
perhatian peserta didik kepada materi yang akan diajarkan.
3. Presentasi, yaitu guru menyajikan bahan dengan cara memberikan ceramah atau
menyuruh peserta didik membaca bahan yang telah dipersiapkan (diambil) dari buku
teks tertentu atau ditulis oleh guru.
4. Resitasi, yaitu bertanya dan peserta didik disuruh menyatakan kembali dengan katakata sendiri pokok-pokok yang telah dipelajari (lisan atau tertulis).
b. Karakteristik Pendekatan Konsep
Karakteristik pendekatan konsep:
1. Pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi
kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.
2. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman melalui generalisasi, dan berpikir
abstrak.
3. Adanya dominasi sumber belajar dalam pembelajaran,
4. Bahan belajar terdiri dari konsep-konsep dasar atau materi yang baru bagi peserta
didik,
5. Materi lebih cenderung bersifat informasi,
Kondisi-kondisi yang dipertimbangkan dalam kegiatan belajar mengajar dengan
pendekatan konsep adalah:
1. Menanti kesiapan belajar, kematangan berpikir sesuai dengan unsur lingkungan.
2. Menyajikan konsep dasar dengan persepsi yang benar yang mudah dimengerti.
3. Memperkenalkan konsep yang spesifik dari pengalaman yang spesifik pula sampai
konsep yang komplek.
4. Penjelasan perlahan-lahan dari yang konkret sampai ke yang abstrak.
Langkah-langkah mengajar dengan pendekatan konsep melalui 3 tahap yaitu,
1. Tahap Enaktif atau tahap kegiatan (Enactive)

Tahap pertama anak belajar konsep adalah berhubungan dengan benda-benda real atau
mengalami peristiwa didunia sekitarnya. Pada tahap ini anak masih dalam gerak Refleks
dan coba-coba, mengutak-atik dan bentuk-bentuk gerak lainnya.
2.

Tahap Ikonik atau tahap gambar bayangan (Iconic)

Pada tahap ini anak telah mengubah, menandai dan menyimpan peristiwa atau benda
dalam bentuk bayangan mental. Dengan kata lain anak dapat membayangkan kembali
atau memberikan gambaran dalam pikirannya tentang benda atau peristiwa yang dialami
atau yang dikenalnya pada tahap enaktif, walaupun peristiwa itu telah berlalu atau benda
real itu tidak lagi berada dihadapannya.
3.

Tahap Simbolik (Symbolik)

Pada tahap terakhir ini anak dapat menggunakan bayangan mental tersebut dalam bentuk
simbol dan bahasa. Apabila ia berjumpa dengan suatu simbol, maka bayangan mental
yang ditandai oleh simbol itu akan dapat di kenalnya kembali. Pada tahap ini anak sudah
memahami simbol-simbol dan menjelaskan dengan bahasanya.
Pada proses pembelajaran matematika perlu diterapkan ketiga tahapan di atas,
karena menurut Bruner, sistem enaktif, sistem ikonik dan sistem simbolik merupakan
suatu media pembelajaran untuk memperlancar proses belajar anak didik. (Murniati, 2007
: 20).
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam merencanakan pembelajaran
dengan pendekatan konsep (Dahar, 2003) :
1. Konsep-konsep yang akan diajarkan harus dinyatakan secara tegas dan lengkap.
2. Prasyarat atau konsep-konsep yang telah diketahui dan diperlukan dapat digunakan
dalam proses pembelajaran
3. Urutan kegiatan pembelajaran seharusnya memberikan pengalaman yang memadai,
sesuai dengan konsep yang akan dipelajari maupun konsep yang telah ada sesuai
dengan konsep yang akan dipelajari maupun konsep yang telah ada
c. Aplikasi Pendekatan Konsep
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep berarti siswa dibimbing
memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya.
Dalam proses pembelajaran tersebut penguasaan konsep dan subkonsep yang menjadi
focus. Dengan beberapa metode siswa dibimbing untuk memahami konsep (Sanjaya,
2005).
6

Sebagai contoh dalam kurikulum 1994, pada GBPP tiap jenjang pendidikan selalu
dimunculkan konsep dan subkonsepnya. Hal ini berarti untuk memahami materi yang
tertera dalam GBPP itu, pendekatan yang direncanakan untuk memahami tiap konsep
yang tercakup di dalamnya. Sebenarnya yang ada dalam GBPP merupakan uraian dari
konsep yang dapat pula dikatakan sebagai suatu prinsip. Aplikasi pendekatan konsep
dalam proses pembelajaran (Sanjaya, 2005) :
1. Konsep-konsep diperoleh dengan cara formasi konsep (concept formation), biasanya
diperoleh pada saat sebelum anak-anak masuk sekolah. Contohnya: pada saat berusia
kanak-kanak (pra sekolah), warna merah dapat dijumpai pada apel, hijau dijumpai
pada daun, kuning dijumpai pada nanas, dsb.
2. Konsep-konsep diperoleh dengan cara formasi konsep (concept formation) yang
disamakan dengan belajar konsep-konsep konkret dan asimilasi konsep, biasanya
diperoleh pada saat selama atau sesudah sekolah. Misalnya guru akan memberikan
konsep bahwa fotosintesis akan menghasilkan oksigen. dalam menyampaikan hal ini,
guru hanya memberikan rumus yang menyatakan bahwa fotosintesis menghasilkan
oksigen:
CO2 + H2O ==> C6H12O6 + O2
d. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Konsep
Kelebihan:
1. Fokus pada penguasaan konsep dan subkonsep
Dalam pendekatan ini, siswa hanya menguasai konsep dan subkonsep saja, tanpa
menguasai pengetahuan lain yang masih berhubungan dengan konsep tersebut.
2. Siswa dibimbing untuk memahami konsep dengan beberapa metode
Dalam pendekatan ini, guru dapat memberikan konsep dengan berbagai metode seperti
metode ceramah (Sukwiyati, 2006).
Kekurangan:
1. Pendekatan ini kurang memperhatikan aspek student centre
Dalam pendekatan ini guru lebih banyak berperan memberikan konsep. Sedangkan
siswa tidak diberi kesempatan untuk menggali sendiri konsep yang ada.
2. Guru terlalu dominan dan siswa tidak dibimbing untuk memahami konsep
Guru yang terlalu dominan menyebabkan siswa pasif. Akibatnya jika siswa pasif, maka
tak jarang siswa mengantuk pada saat pelajaran atau merasa bosan. Guru yang terlalu
banyak menyampaikan konsep hingga lupa apakah konsep tersebut dapat diterima oleh
7

siswanya. Seharusnya konsep dapat dibangun oleh siswa sendiri sedangkan guru hanya
membimbing saja (Sukwiyati, 2006).

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Makalah ini memiliki simpulan sebagai berikut.
1. Pendekatan fakta adalah belajar menghafalkan fakta-fakta. Misalnya menghafalkan
nama, definisi, dan gambar.
2. Dalam aplikasinya pendekatan fakta merupakan pendekatan yang bisa digolongkan
sebagai pendekatan yang primitif karena pendekatan ini hanya menekankan pada
siswa bagaimana menghafalkan nama, definisi, gambar, dan sebagainya.
3. Pendekatan konsep merupakan pendekatan yang mementingkan hasil daripada proses
4.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
5.

perolehan hasil.
Ciri-ciri suatu konsep menurut Sagala (2006) adalah:
Konsep memiliki gejala-gejala tertentu
Konsep diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman langsung
Konsep berbeda dalam isi dan luasnya
Konsep yang diperoleh berguna untuk menafsirkan pengalaman-pengalaman
Konsep yang benar membentuk pengertian
Setiap konsep berbeda dengan melihat ciri-ciri tertentu
Aplikasi pendekatan konsep dalam proses pembelajaran:
a. Konsep-konsep diperoleh dengan cara formasi konsep (concept formation),
biasanya diperoleh pada saat sebelum anak-anak masuk sekolah. Contohnya: pada
saat berusia kanak-kanak (pra sekolah), warna merah dapat dijumpai pada apel,
hijau dijumpai pada daun, kuning dijumpai pada nanas, dsb.
b. Konsep-konsep diperoleh dengan cara formasi konsep (concept formation) yang
disamakan dengan belajar konsep-konsep konkret dan asimilasi konsep, biasanya
diperoleh pada saat selama atau sesudah sekolah. Misalnya guru akan
memberikan konsep bahwa fotosintesis akan menghasilkan oksigen. dalam
menyampaikan hal ini, guru hanya memberikan rumus yang menyatakan bahwa

fotosintesis menghasilkan oksigen:


CO2 + H2O ==> C6H12O6 + O2
6. Kelebihan dan Kekurangan pendekatan konsep:
Kelebihan:
a. Fokus pada penguasaan konsep dan subkonsep
b. Siswa dibimbing untuk memahami konsep dengan beberapa metode
Kekurangan:
a. Pendekatan ini kurang memperhatikan aspek student centre
b. Guru terlalu dominan dan siswa tidak dibimbing untuk memahami konsep
9

B. Saran
Makalah ini memiliki saran yaitu sebagai guru maupun calon guru dapat memilih pendekatan
yang sesuai, karena setiap pendekatan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

10

Anda mungkin juga menyukai