Anda di halaman 1dari 25

TINJAUAN TEORI

A. Landasan Teori
Defenisi Hipertensi
Sampai saat ini belum ada definisi yang tepat mengenai hipertensi, oleh
karena tidak ada batasan yang jelas yang membedakan antara hipertensi dan
normotensi. Namun bukti menunjukkan bahwa peningkatan tekanan darah akan
meningkatkan mortalitas dan mordibitas. Secara teoritis, hipertensi sebagai suatu
tingkat tekanan darah, dimana komplikasi yang mungkin timbul menjadi nyata.
Ada beberapa beberapa pendapat lain yang berusaha untuk menjelaskan definisi
hipertensi, diantarannya :
a.

Hipertensi didefinisikan oleh joint national committee on detection,


evaluation and treatment of high blood pressure (JNC) sebagai tekanan
yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat
keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah normal tinggi
sampai

hipertensi

maligna.

Keadaan

ini

dikatagorikan

sebagai

primer/esensial (hampir 90% dari semua kasus) atau sekunder, terjadi


sebagai akibat dari kondisi patologis yang dapat dikenali seringkali dapat
diperbaiki.
b.

Definisi hipertensi adalah tekanan darah sistolik

140 mmHg dan

tekanan darah diasatolik 90 mmHg, atau bila pasien obat antihipertensi.


(Kapita Selecta Kedokteran ,2001, hal.518).
c.

Menurut WHO, hipertensi adalah kenaikan tekanan darah diatas atau


sama 160/95 mmHg.

d.

Menurut Kaplan, Kaplan mendefinisikan hipertensi berdasarkan

atas

perbedaan usia dan jenis kelamin :


1. Pria usia kurang dari 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila
tekanan darah pada waktu berbaring diatas atau sama dengan
130/90 mmHg.
2. Pria usia lebih dari 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila
tekanan darahnya diatas 145/95 mmHg.

3. Pada wanita tekanan darah diatas atau sama dengan 160/95


mmHg dinyatakan hipertensi.
Etiologi
Menurut penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua yaitu:
1. Hipertensi Primer atau Esensial.
Hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga
hipertensi Taropatik terdapat sekitar 95 % kasus. Banyak factor yang
mempengaruhi seperti genetic, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf
simpatis, sistim rennin angiostensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan
Na dan Ca Intraseluler dan factor-faktor yang meningkatkan resiko seperti
obesitas, alcohol, merokok serta polisetemia.
2. Hipertensi Sekunder atau Hipertensi Renal
Hipertensi ini dapat diketahui penyebabnya dan biasnya disertai
keluhan atau gejala-gejala dari penyakit yang menyebabkan hipertensi
tersebut. Penyakit yang dapat menyebabkan hipertensi ini misalnya :
a. Kelainan Hormon
1. Pil KB: kontrasepsi oral yang mengandung estrogen menyebabkan
peningkatan angiostensinogen dan kemudian akan meningkatkan
angiostensin II. Peningkatan angiostensin II ini juga dirangsang oleh
pengeluaran rennin akibart peningkatan stimulasi syaraf simpatis.
Akibat peningkatan angiostensin II ada 2 hal yaitu : aspek konstriktor
arteriola

perifer

dan

peningkatan

sekresi

aldosteron

yang

mengakibatkan reasorbsi Na dan air.


2. Neokromositoma/Tumor Medulla Adrenal atau jaringan pensekresi
ketoalamin di bagian lain tubuh: tumor ini mensekresi epinefrin yang
menyebabkan kadar glukosa plasma dan tingkat metabolisme
meningkat sehinngga memungkinkan terjadinya hipertensi.
3. Sindrom Chusing, hipertensi pada penyakit ini diakibatkan oleh
peningkatan

ACSH

yang

kemudian

merangsang

peningkatan

glukortikod (kortisol) sehingga menyebabkan glukonegenesis dan

perubahan dalam distribusi jaringan adipose. Dua hal tersebut


meningkatkan obesitas.
b. Penyakit Metabolic
Diabetes mellitus : pada DM terjadi netropati diabetic mikroangiopati
diabetic sehingga mengakibatkan nefropati diabetic dan disfungsi filtrasi
glomerulo.
c. Penyakit Ginjal
1. Glomerulo nefritis akut : lesi pada glomerulus menyebabkan retensi air
dan garam sehingga menyebabkan hipertensi.
2. penyempitan arteri renalis
d. Lain-Lain
1. Koarktasio aorta/penyempitan congenital suatu segmen aorta torakalis
hal

ini

meningkatkan

resistensi

aliran

darah

aorta

sehingga

mengakibatkan hipertensi berat.


2. Pre eklamsia, pada pre eklamsia terjadi retensi pembuluh darah disertai
dengan retensi garam dan air.
Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul bervariasi, tergantung dari tinggi rendahnya derajat
hipertensi. Pada hipertensi esensial dapat berjalan gejala dan pada umumnya baru
timbul gejala terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak,
dan jantung yang sering dijumpai berupa:
1. Sakit kepala
2. Vertigo
3. Perdarahan retina
4. Gangguan penglihatan
5. Proteinuria
6. Hematuria
7. Tachhicardi
8. Palpitasi
9. Pucat dan mudah lelah

Tetapi kebanyakan pula pasien yang menderita hipertensi tidak


mempunyai keluhan. Dan ada juga beberapa pasien mengeluh sakit kepala,
pusing, lemas, sesak nafas, kelelahan, kesadaran menurun, gelisah, mual,
muntah, epistaksis, kelemahan otot atau perubahan mental.
Patofisiologi
DM

Penyempitan

Koarktasio aorta

Arteri renalis
Mikroangiopati/
Lesi spesifik diabetic

Penyempitan congenital segmen


Aliran darah

aorta torakalis

pada ginjal
nefropati diabetic

Retensi aliran darah aorta


Tekanan filtrasi
glomerolus
Pre eklamsi

Glomerulo

Sel-sel kapiler

nefritis akut

glomerolus
menyempit

Lesi pada
glomerolus
Disfungsi filtrasi

Feokromositoma

glomerulo
Epinefrin
Perbedaan antara tingkat
filtrasi glomerolus dan

Kadar glukosa dan

tingkat penyerapan

tingkat metabolisme

kembali oleh tubulus


Retensi Na dan air

Efek konstriksi

Volume plasma

Curah jantung

Volume darah

Genetic
Volume plasma
Out put jantung

dan sirkulasi

Volume sirkulasi

Efek konstriksi

Kerusakan vaskuler

HIPERTENSI

arteriola perifer

pembuluh perifer

Patofisiologi
HIPERTENSI

Kerusakan vaskuler
Pembuluh pearifer
Perubahan struktur dalam arteri kecil dan arteriola
Penyumbatan pembuluh/vasokontriksi
Resiko kerusakan perfusi jaringan

Gangguan sirkulasi

Otak

mata

ginjal

ginjal

Peningkatan tekanan

kerusakan sel

nekrosis fibrinoid

cardiac output

Vaskuler serebral

endotel

pada pembuluh

*sakit kepala
*vertigo

aferen+penebalan
robekan/obliterasi

intima arteri

manifestasi klinis
*tachicardi

*Perdarahan retina

*Perdarahan retina

nekrosis kapiler

*pucat

*Gangguan penglihatan

*Gangguan penglihatan

glomerolus

*mudah lelah

sampai dgn kebutaan

sampai dgn kebutaan

*protein uria

*palpitasi

*hematuria

*diaphorosis

Nyeri akut

Resiko injuri

Gagal ginjal akut


(komplikasi)

Intoleransi
aktifits

Diagnosis

Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali


pengukuran, hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada
kunjungan yang berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang lebih tinggi atau gejalagejala klinis. Pengukuran tekanan darah dialakukan dalam keadaan pasien duduk
bersandar, setelah beristirahat selama lima menit, dengan ukuran pembungkus
lengan yang sesuai (menutupi 80% lengan). Tensimeter dengan air raksa masih
tetap dianggap alat pengukur yang terbaik.
Anamnesis yang dilakukan meliputi tingakat hipertensi dan lama
menderitanya, riwayat dan gejala-gejala penyakit yang berkaitan seperti penyakit
jantung koroner, gagal jantung, penyakit serebrovaskuler dan lainnya. Apakah
terdapat riwayat penyakit dalam keluarga, gejala-gejala yang berkaitan dengan
penyebab hipertensi, perubahan aktifitas /kebiasaan (seperti merokok) konsumsi
makanan, riwayat obat-obatan bebas, hasil dan efek samping terapi hipertensi
sebelumnya bila ada, dan factor psikososial lingkungan (keluarga, perkerjaan dan
lain-lain).
Dalam pemerikasaan fisik dialkukan pengukuran tekanan darah dua
kali atau lebih dengan jarak 2 menit, kemudian diperiksa ulang pada lengan
kontralateral. Dikaji berat badan dan tinggi pasien. Kemudian dilakukan
pemeriksaan funduskopi untuk mengetahui adanya retinopati hipertensif,
pemeriksaan leher untuk mengetahui bising carotid, pembesaran vena atau
kelenjar tiroid. Dicari tanda-tanda gangguan gangguan irama dan denyut jantung,
pembesaran ukuran, bising, derap dan bunyi jantung ke tiga atau keempat. Paru
diperiksa untuk mencari ronki dan bronkospasme. Pemeriksaan abdomen
dilakukan untuk mencari adanya masa, pembesaran ginjal dan pulsasi aorta yang
abnormal. Pada ektrimitas dapat ditemukan pulsasi perifer yang menghilang,
edema dan bising. Dilakukan pula pemeriksaan neurology.
Perhimpunan nefrologi Indonesia memilih klasifikasi sesuai
WHO/ISH karena sederhana dan memenuhi kebutuhan, tidak bertentangan
dengan strategi terapi, tidak meragukan karena memiliki sebaran luas dan tidak

rumit, serta terdapat pula unsur unsure sistolik yang juga penting dalam dalam
penentuan.
Klasifikasi sesuai WHO/ISH
Klasifikasi

Sistolik (mmHg)

Diastolic (mmHg)

Normotensi
Hipertensi ringan
Hipertensi perbatasan
Hipertensi sedang dan berat
Hipertensi sistolik terisolasi
Hipertensi sistolik perbatasan

<140
140-180
140-160
>180
>140
140-160

<90
90-105
90-95
>105
>90
<90

Hipertensi sistolik terisolasi adalah hipertensi dengan tekanan sistolik sama atau
lebih dari 160 mmHg. Keadaan ini berbahaya dan memiliki peranan sama dengan
hipertensi diastolic, sehingga harus diterapi.
Klasifikasi pengukuran tekanan darah berdasarkan The Sixth Of The Joint
National Commite On Prevention, Detection, Evaluation, And Treatment Of High
Blood Presure, 1997.
Katagori

Sistolik(mmHg) Diastolic(mmHg) Rekomendasi

Normal
Perbatsan
Hipertensi

<130
130-139
140-159

<85
85-89
90-99

tingkat 1

Periksa ulang dalam 2 tahun


Periksa ulang dalam 1 tahun
Konfirmasi dalam 1 atau 2
bulan
Anjuarkan

modifikasi

gaya

Hipertensi

160-179

100-109

hidup
Evaluasi atau rujuk dalam 1

tingkat 2
Hipertensi

180

110

bulan
Evaluasi

tingkat 3

dalam

atau
1

rujuk

segera

mingguberdasrkan

kondisi klinis
Catatan : pasien tidak sedang sakit atau minum obat antihipertensi. Jika tekanan sistolik dan
diastolic berada dalam katagori yang berbeda, masukkan kedalam katagori yang lebih tinggi.

Pemerikasaan Diagnostik
1. Hemoglobin/hematrokit : bukan diagnostic tetapi mengkaji hubungan dari
sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat menginsikasikan
factor-faktor resiko seperti hiperkoaagulabilitas, anemia.
7

2. BUN/Kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi /fungsi ginjal.


3. Glukosa : hiperglikemia (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan peningkatan ketoalamin (meningkatkan hipertensi).
4. Kalsium serum : peningkatan kadar kalium serum dapat meningkatkan
hipertensi
5. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretic.
6. Kolesterol

dan

trigleserida

serum

peningkatan

kadat

dapat

mengidikasikan adanya pembentukan plak ateromatosa.


7. Pemriksaan tiroid : hipeartiroidisme dapat menimbulkan vasokontriksi
dan hipertensi.
8. Urinalisa : darah, protein, glukosa mengisayaratkan disfungsi ginjal dan /
adanya diabetes.
9. VMA urin (metabolit ketoalamin) : kenaikan dapat mengidikasikan
adanya adanya feokromositoma (penyebab) : VMA urin 24 jam dilakukan
untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
10. Asam urat : hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai factor resiko
terjadimya hipertensi.
11. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,
feokromositoma, atau difungsi pituitary, sindrom cushing, kadar urin
dapat meningkat.
12. Foto thorak : dapat menunjukkan obstruksi pada area katup, deposit pada
dan/ takik aorta, batu ginjal/ureter.
13. CT

Scan

mengkaji

tumor

serebral,

CSU,

enselopati,

atau

feokromositoma.
14. ECG : dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi. Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi.
Penatalaksanaan

Tujuan deteksi dan penatalakasanaan hipertensi adalah merunkan resiko


penyakit kardiovaskuler dan mortabilitas serta morsibitas yang berkaitan. Tujuan
terapi adalah mencapaij dan mempeartahankan tekanan sistolik dibawah 140
mmHg dan tekanan diastolic dibawah 90 mmHg dan mengontrol factor resiko.
Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau dengan obat
antihipertensi.
Kelompok resiko dikategorikan menjadi :
1. Pasiien dengan tekanan darah perbatasan, atau tingkat 1, 2 atau 3 tanpa
gejala penyakit kardiovaskuler, kerusakan organ, factor resiko lainnya.
Bila dengan modifikasi gaya hidup tekanan darah belum dapat diturunkan
maka harus diberikan obat antihipertensi.
2. Pasien tanpa penyakit kardiovaskuler atau kerusakan organ lainnya, tapi
memiliki satu atau lebih factor resiko yang tertera diatas, namun bukan
diabaetes militus. Jika terdapat beberapa factor maka harus langsung
diberikan obat antihipertensi.
3. Pasien dengan gejala klinis penyakit kardiovaskuler atau kerusakan organ
jelas.
Factor resiko : usia lebih dari 60 tahun, merokok, disiplidemia, DM, jenis
kelamin (pria atau wanita menopause), riwayat penyakit kardiovaskuler dalam
keluarga.
Kerusakan organ atau penyakit kardiovaskuler : penyakit jantung
(hipertrofi ventrikel kiri, infark miokard, angina pectoris, gagal jantung, riwayat
revaskularisasi koroner, strok, TIA, nefropati, penyakit arteri perifer, dan
retinopati.

Penatalaksanaan berdasarkan klasifikasi resiko:


Tekanan

Kelompok Resiko A

Kelompok Resiko B

Kelompok Resiko C

Modifikasi gaya hidup


Modifikasi gaya hidup
Dengan obat

Modifikasi gaya hidup


Modifikasi gaya hidup
Dengan obat

Dengan obat
Dengan obat
Dengan obat

Darah
130-139/85-89
140-159/90-99
160/100

Modifikasi gaya hidup cukup efektif, dapat menurunkan resiko


kardiovaskuler dengan biaya sedikit, dan resiko minimal. Tata laksana ini tetap
dianjurkan meski harus dsertai obat antihipertensi karena dapat menurunkan
jumlah dan dosis obat.
Langkah-langkah yang dianjurkan untuk:
1. Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan(indeks masa tubuh
27).
2. Membatasi alcohol.
3. Meningkatkan aktifitas aerobic (30-45 menit/hari).
4. Mengurangi asupan natrium (<100 mmol Na/2,4g Na/6 g NaCl/hari).
5. Mempertahankan asupan kalium yang adekuat (90mmol/hari).
6. Mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat.
7. Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jemuh dan kolesterol
dalam makanan.
Penatalaksanaan dengan obat antihipertensi bagi sebagian besar pasien
dimulai dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan secara titrasi sesuai dengan
umur, kebutuhan dan usia. Terapi yang optimal harus efektif selama 24 jam, dan
lebih disukai dalam dosis tunggal karena kepatuhan lebih baik, lebih murah,
dapat mengontrol hpertensi terus-menerus dan lancar, dan melindungi pasien
terhadap berbagai resiko dari kematian mendadak, serangan jangtung, atau stroke
akibat peningkatan tekanan darah mendadak saat bangun tidur. Sekarang ini
terdapat pula obat yang berisi kombinasi dosis rendah obat dari golongan yang
berbeda. Kombinasi ini terbukti memberikan efektifitas tambahan dan
mengurangi efek samping.
Setelah diputuskan memakai obat antihipertensi dan bila tidak terdapat
indikasi untuk memilih golongan obat tertentu, diberikan deuretik atau beta
bloker. Jika respon tidak baik dengan dosis penuh, dilanjutkan sesuai algoritma.
Dieretik biasanya menjadi tambahan karena dapat meningkatkan efek obat lain.
Jika obat kedua dapat mengontrol tekanan darah dengan baik minimal 1 tahun,
dapat dicoba menghentikan obat pertama melalui
perlahan dan progresif.

10

penurunan dosis secara

Pada beberapa pasien mungkin dapat dimulai dengan terapi dengan lebih
dari satu obat secara langsung. Pasien dengan tekanan darah 200/120 mmHg
harus diberikan terapi dengan segera dan jika terdapat gejala kerusakan organ
harus dirawat di rumah sakit.
B. Askep Teori
Pengkajian
Identitas pasien.
Riwayat keperewatan/kesehatan.
1. Keluhan utama : pada pasien hipertensi biasanya ia merasa sakit kepala.
2. Riwayat kesehatan sekarang
3. Riwayat kesehatan masa lalu: riwayat hipertensi, penyakit jantung, DM
dll.
4. Riwayat kesehatan keluarga : pada klien hipertensi biasa terdapat anggota
keluarga yang mengidap juga (bersifat menurun).
Pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : pada klien hipertensi terdapat
juga kebiasaan untuk merokok, minum alcohol dan penggunaan obatobatan.
2. Pola

aktifitas

dan

latihan

pada

klien

hipertensi

terkadang

mengalami/merasa lemas, pusing, kelelahan, kelemahan otot

dan

kesadaran menurun.
3. Pola nutrisi dan metabolisme : pada pasien hipertensi terkadang
mengalami mual dan muntah.
4. Pola eliminasi : pada pasien hipertensi terkadang mengalami oliguri.
5. Pola tidur dan istirahat.
6. Pola kognitif dan perceptual
7. Pola toleransi dan koping stress : pada pasien hipertensi biasanya
mengalami stress psikologi.
8. Pola seksual reproduktif
9. Pola hubungan dan peran

11

10. Pola nilai dan keyakinan.


Pemeriksaan fisik
Berat badan dan tinggi badan
Mata

: Retina, pupil

Leher

: JVP, bising

Paru

: Pernafasan (irama, frekuensi, jenis suara nafas).

Jantung

:
a.

Denyut nadi

b.

Tekanan darah diukur minimal 2 kali dengan tenggang waktu 2


menit dalam posisi bebaring atau duduk, dan berdiri
sekurangnya setelah 2 menit.

c.

Pengukuran sebaiknya dilakukan pada kedua sisi lengan dan


jika nilainya berbeda makan nilai yang tertingi yang diambil.

d.

Suara jantung.

e.

Bising jantung.

Abdomen : Bising dan peristaltic.


Ekstrimitas : Refleks dan edema.
Pemeriksaan penunjang
EKG : Kemungkinan ada pembesaran ventrikel kiri, pembesaran atrium kiri,
adanya peenyakit jantung atau aritmia.
Laboratorium :
Fungsi ginjal: urin lengkap(urinalisis) Ureum, creatinin, BUN dan
asam urat, serta darah lengkap lainnya.
Foto rontgen :
Kemungkinan ditemukan pembesaran jantung, vaskularisasi atau
aorta yang lebar.
Ekokardiogram :
Tampak penebalan dinding ventrikel, mungkin juga sudah terjadi
dilatasi dan gangguan fungsi diastolic dan sistolik.
Diagnosa keperawatan

12

Kemungkinan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :


a.

Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan exchange


problem

b.

Nyeri akut brehubungan dengan agen injuri (biologi, kimia, fisik


dan psikologi)

c.

Resiko untuk jatuh (injury) berhubungan dengan neuropati


(gangguan penglihatan)

d.

Intoleransi aktivitas berhubunga dengan ketidakseimbangan


antara suplai oksigen dengan kebutuhan

Intervensi
a. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan exchange problem.
Rencanan tindakan :
1. Monitor tekanan darah tiap 4 jam, nadi apical dan neurologis
tiap 10 menit.
R:

Untuk

mengevalusi

perkembangan

penyakit

dan

keberhasilan terapi
2. Pertahankan tirah baring pada posisi semi fowler sampai
tekanan darah dipertahankan pada tingkat yang dapat diterima.
R: Tirah baring membantu menurunkan kebutuhan oksigen,
posisi duduk meningkatkan aliran darah ateri berdasarkan
gaya

grafitasi,

konstruksi

arteriol

pada

hipertensi

menyebabkan peningkatan darah pada arteri.


3. Pantau data laboratorium misal: GDA, kreatinin
R: Indicator perfusi atau fungsi organ.
4. Anjurkan tidak menggunakan rokok atau nikotin.
R: Meningkatkan vasokontriksi.
5. Kolaborasi

pemberian

obat-obatan

antihipertensi

misal

golongan inhibitor simpa (propanolol, atenolol), golongan


vasodilator (hidralazin)

13

R : Golongan inhibitor secara umum menurunkan tekanan


darah melalui efek kombinasi penurunan tahanan perifer,
menurunkan curah jantung, menghambat syaraf simpatis,
dan menekan pelepasan rennin. Golongan vasodilator
berfungsi untuk merilekkan otot polos vaskuler.
Hasil yang diharapkan/evaluasi
Pasien mendemostrasikan perfusi jaringan yang membaik
ditunjukkan:
1. Tekanan darah dalam batas-batas yang dapat diterima
2. Tidak ada keluhan sakit kepala, pusing
3. Nilai laboratorium dalam batas-batas normal
4. Tanda-tanda vital stabil
b. Nyeri akut brehubungan dengan agen injuri (biologi, kimia, fisik dan
psikologi)
Rencana tindakan :
1. Berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit
kepala. Misalkan kompres dingin pada dahi pinjat punggung
dan leher, tenang, redupkan lampu kamar, teknik relaksasi
(distraksi) dan aktivitas waktu senggang
R: Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dan
memperlambat atau memblok respon simpatis, efektif
dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
2. Hilangkan minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala misalkan: mengejang saat BAB,
batuk panjang, membungkuk.
R: Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan
sakit kapala karena adanya peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
3. Anjurkan pasien untuk tirah baring selama fase akut.

14

R: Meminimalkan stimulasi atau meningkatkan relaksasi.


4. Kurangi adanya kurang pengetahuan (jelaskan sebab-sebab
nyeri dan lama nyeri bila diketahui).
R: Meningkatkan pengetahuan
5. Kolaborasi pemberian analgesic (antalgin, asam mefenamat).
R: Menurunkan atau mengontrol nyeri dan menurunkan
rangsang sistim saraf simpatis.
Hasil yang diharapkan :
1. Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala atau sakit
kepala terkontrol.
2. Mengungkapkan metode yang menberikan pengurangan.
c. Resiko untuk jatuh (injury) berhubungan dengan neuropati (gangguan
penglihatan)
Rencana tindakan :
1. Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orng lain.
R:

Memberikan

peningkatan

kenyamanan

menurunkan

kecemasan dan mengurangi resiko injury.


2. Pertahankan tirah baring ketat dalam kondisi terlentang yang
ditentukan.
Posisi lateral kanan (bila robekan retina pada posisi nasal
dari mata kiri atau posisi temporal dari mata kanan).
Posisi lateral kiri (bila robekan retina pada posisi nasal
dari mata kanan atau posisi temporal dari mata kiri).
R:

Untuk memungkinkan viterus humour bekerja sebagai


kekuatan nemostatsi untuk mengontrol perdarahan.

3. Anjurka pesien untuk mengistirahatkan mata agar tidak terlalu


lelah.

15

R:

Mengurangi resiko perlukaan atau pecahnya pembulu


darah retina. Yang akan menyebabkan semakin menurunya
ketajaman penglihatan.

4. Modifikasi lingkungan sekitar pasien, dengan cara :


Pencahayaan yang cukup
Jauhkan benda-benda yang beresiko menyebabkan cidera
Berikan permukaan lantai yang tidak licin
Dekatkan tombol pemanggil
R: Meningkatkan rasa aman, mengurangi resiko injury.
Hasil yang diharapkan :
1. Pasien

mampu

mengidentifikasi

factor-faktor

yang

meningkatkan kemungkinan terhadap cidera


2. Menunjukan

perubahan

perilaku,

pola

hidup

untuk

menurunkan factor resiko dan untuk melindungi diri dari


cidera
3. Pasien tidak mengalami injury
4. Pasien kan mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk
meningkatkan kenyamanan.
d. Intoleransi aktivitas berhubunga dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen dengan kebutuhan.
Rencana tindakan :
1. Berikan dorongan untuk aktivitas atau perawatan diri bertahap
jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
R: Kamajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja
jantung tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya sebatas
kebutuhan dalam melakukan aktivitas.
2. Instruksikan pasien tentang tehnik penghematan energi

16

R: Tehnik menghejmat energi mengurangi penggunaan energi,


juga membantu keseibangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
3. Kaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan prekuensi
nadi lebih dari 20x permenit diatas frekuensi istirahat
meningkatkan tekanan darah yang nyata selama/sesudah
diaforesis, pusing atau pingsan.
R: Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon
psikologi terhadap stres aktivitas dan bila ada merupakan
indicator dari kelebihan kerja yqang berkaitan dengan
tingkat aktivitas.
4. Beri

jarak

waktu

pengobatan

dan

prosedur

untuk

memungkinkan waktu istirahat yang tidak terganggu, berikan


waktu istirahat siang atau sore
R: Istirahat kemungkinan adanya penghematan energi
5. Kolaborasi pemberian obat digoxin.
R: Pemberian digoxin untuk memperkuat kerja jantung
Hasil yang diharapkan
1. Meningkatkan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
2. Menunjukan penurunan gejala-gejala intoleran aktivitas

BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian

17

a. Identitas pasien
Nama

: RD

Umur

: 58 tahun

Agama

: Islam

Jenis kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Wlingi

Suku/bangsa

: Jawa/Indonesia

Perkerjaan

: Petani

b. Riwayat keperawatan/kesehatan
Keluhan utama
Pasien mengatakan pusing/sakit kepala
Riwayat kesehatan sekarang
Pada tanggal 9 Februari 2006, pada hari kamis pagi bapak RD berangkat
kesawah untuk melakukan aktifitasnya sehari-hari, dan ketika pulang diwaktu
sore hari dia mulai mengeluh sakit kepala dan leher terasa kaku sekitar pukul 4
sore. Pada waktu itu keadaan umum bapak RD compos mentis, TD 160/90
mmHg, nadi 90x/menit, pernafasan 24x/menit, pasien mengatakan pusing terasa
diseluruh bagian kepala, kualitas nyeri sedang dengan sekala nyeri 5, sifat
terjadinya nyeri kepala hilang timbul dan lamanya keluhan mulai pukul 3 sore.
Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan pernah menderita hipertensi, pasien pernah berobat di
puskesmas 2 bulan yang lalu dan mendapatkan obat antihipertensi yaitu HCT dan
dengan tekanan darah 165/90 mmHg. Pasien tidak pernah masuk kerumah sakit.
Terkadang pasien membeli obat sendiri untuk mengurngi rasa nyeri yaitu
BODREK dan nyeri kepalanya berkurang.

Riwayat kesehatan keluarga


Didalam keluarga pasien terdapat anggota keluarga yaitu ayah bapak RD yang
menderita hipertensi dan meninggal dengan penyakit stroke.

18

Genogram

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Kawin
c. Pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi - pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan bahwa sakit adalah suatu rasa tidak enak pada badan yang
membuat kita menjadi tidak nyaman dan pasien mengatakan bahwa
kesehatan merupakan suatu keadaan dimana dia dapat melakukan aktifitas
tanpa disertai gangguan pada tubuh dan persaannya (rohani). Pasien
mengatakan bahwa merokok juga dpat merugikan kesehatan, tetapi pasien
merupakan perokok aktif dimana tiap harinya habis 8 batang rokok.
2. Pola aktivitas - latihan
Kemampuan pasien dalam menata dirinya sebelum dan selama sakit adalah
Aktifitas

19

Makan
Mandi
Berpakean
Toileting
Tingkat mobilitas ditempat tidur
Berpindah
Kemampuan ROM
Berjalan
Kekuatan otot

Keterangan :
0

: Mandiri

: Menggunakan alat Bantu

: Dibantu orang lain

: Dibantu orang dan peralatan

: ketergantungan/tidak mampu

Selama sakit pasien mengatakan tidak dapat melakukan aktifitas rutinnya


yaitu pergi ke sawah karena rasa sakit pada kepalanya dan ia merasa lemas/
malaise.
3. Pola nutrisi dan metabolisme
Sebelum sakit, pasien mengatkan bahwa sebelum sakit pasien makan 3x
sehari dengan porsi 1 piring yang isinya nasi, sayur, tempe, tahu, kerupuk dan
ayam terkadang juga makan nasi pecel. Pasien minum sehari 7 gelas/hari,
kadang-kadang pasien minum kopi pada pagi hari. Pasien telah menerapkan
intruksi diet rendah garam.
Selama sakit, pasien tidak mengalami perubahan nafsu makan atau pola
makan, frekuensi makan tetap 3x/hari, minum 6x/hari dan pasien tidak
merasakan adanya mual mual dan muntah.
4. Pola eliminasi
Sebelum sakit, pasien mengatakan bahwa dalam BAB biasbnya 1-3x sehari
dengan konsistensi feses lembek dengan warna kuning dan BAK 3-5x sehari
dengan warna kuning.

20

Selama sakit, pasien mengatakan bahwa dalam BAB frekuensinya 1-3x


sehari dengan konsistensi lembek dan berwarna kuning. Dan BAK 3-4 kali
sehari dengan warna kuning.
5. Pola tidur-istirahat
Sebelum sakit, pasien mengatakan pasien jarang melakukan tidur siang keculi
dalam keadaan lelah/mengalami kelelahan. Biasanya pasien tidur malam
mulai pukul 21.00 WIB sampai pukul 04.30 WIB dam lamanya tidur pasien
8,5 jam.
Selama sakit pasien mengatakan merasa sulit memasuki awal tidur karena
nyeri kepala, terkadang terbangun pada malam hari dan ketika bangun tidur
nyeri kepala berkurang. Dan lamanya tidur 6 jam dan awal tidur malam
mulai pukul 22.00 dan bangun pada pukul 04.00.
6. Pola kognitif perceptual
Pasien selama sakit mampu berkkomunikasi dan mengerti apa yang sedang
dibicarakan, berespon dan berorientasi dengan baik

dengan orang lain.

Terdapat gangguan persepsi sensorik berupa nyeri pada dareah kepala.


7. Pola toleransi - koping stress
Selama menyelesaikan masalah pasien selalu terbuka dengan anggota
keluarga yang lain sehingga ketika ada masalah selalu dipecahkan bersama
terutama dengan istrinya dan anak-anaknya.
8. Persepsi diri/konsep diri
Pasien mengatkan bahwa ia merasa tenang menghadapi masalahnya karena ia
percaya bahwa semua masalah pasti ada jalan keluarnya dan kepercayaan
terhadap anak-anaknya yang dapat menggantikan perannya sewaktu
menyelelesaikan masalah yang terdapat dirumah. Tetapi meskipun demikian
pasien juga merasa cemas terhadap penyakitnya apakah bisa sembuh dengan
total dan tidak terjangkit lagi.
9. Pola hubungan dan peran
Hubungan pasien dengan keluarga baik dan dengan masayarakta sekiter juga
baik.
10. Pola nilai dan keyakinan

21

Sebelum

sakit,

pasien

mengatakan

bahwa

ia

dalam

menjalankan

ibadah/sholat tidak secara rutin dilakukan.


Selama sakit, sama seperti yang dilakukan sebelum sakit.
d. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Pasien tampak memegang kepalanya, ia mengatakan kepalanya terasa pusing
dan lehernya terasa kaku dan ekpresi wajahnya terlihat menahan rasa nyeri
kepala. Pasien dalam keadaan kompos mentis.
2. Pemeriksaan tanda vital
Nadi

: 90x/menit dengan irama regular, cepat agak lemah

Tekanan darah : 160/90 mmHg


Pernafasan

: 24x/menit, irama teratur, suara vesikuler

Suhu tubuh

: 36,8C

3. Pemriksaan kulit dan rambut


Kulit

: Sianosis (-), ikterus (-), pucat (-), turgor baik, edema (-).

Rambut

: Warna hitam keputihan, distribusi merata tidak botak dan


lebat.

4. Pemriksaan kepala dan leher


Kepala

: Mata, reflek pupil (+), konjungtiva tidak anemis, kornea


tidak ikterik. Telinga, pada daun telinga, liang telinga,
membrane timpani, mastoid tidak ada tanda adanya
peradangan dan terlihat bersih, pendengaran baik. Mulut,
bibir gusi dan lidah radang (-), tidak memakai gigi
pasangan, kondisi gigi terdapat caries. Hidung, tidak
terdapat polip, sekrer/lendir (-).

Leher

: Pasien mengatakan lehernyatersa kaku, massa (-), nyeri


telan (-).

5. Pemeriksaan dada

22

Paru-paru

: Bentuk dada simetris, pergerakan nafas teratur, suara nafas


vesikuler.

Jantung

: denyut nadi agak cepat dan iramanya regular/teratur,


frekuensi 90x/menit, tidak ada suara jantung tambahan.
Tekanan darah 160/90 mmHg.

6. Pemeriksaan abdomen
Tidak ada lesi pada dinding/kulit perut, ketegangan dinding perut (-), nyeri
tekan (-), bising usus .., peristaltic..
7. Ektrimitas
Edema (-), rentang gerak baik, kekuatan otot 5
5

e. Pemriksaan penunjang

9 Februari 2006
Pengkaji

(Darmawan Widiyanto)

2. Analisa data
Symtom
Etiologi
DS : *Pasien mengatakan Peningkatan
bahwa kepala terasa vaskuler serebral.
sakit/nyeri kepala.
*Pasien mengatkan

23

Problem
tekanan Nyeri Akut

lehernya terasa kaku


DO : Ekspresi wajah terlihat
menahan sakit
TD : 160/90 mmHg
Nadi : 90x/menit

DS : *Pasien mengatakan ia Exchange problem atau Ketidakefektifan perfusi


tidak

dapat

kesawah
melakukan
rutinnya

pergi gangguan

sirkulasi jaringan

untuk (vasokontriksi)
aktifitas
karena

merasa lemah/malaise
(perubahan
kebiasaan).
*Pasien

merasa

kawatir

penykitnya

tidak dapat sembuh


(perasaan

takdir

terancam/impending
doom)
DO : Denyut nadi cepat tapi
agak lemah dengan
frekuensi

90x/menit.

TD : 160/90 mmHg
3. Prioritas masalah
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningakatan tekanan vaskuler serebral
ditandai dengan nyeri kepala, tekanan darah 160/90 mmHg.
2. Ketidakefektifan

perfusi

jaringan

problem/gangguan sirkulasi.

24

berhubungan

dengan

exchange

25

Anda mungkin juga menyukai