6 bulan - 6 tahun
: 11g/100ml
6-14 tahun
: 12 g/100ml
Dewasa laki-laki
: 13 g/100ml
Dewasa wanita
: 12 g/100ml
Wanita hamil
: 11 g/100ml
b. Pemeriksaan khusus
Ditujukan untuk pasien yang dipersiapkan untuk operasi besar dan pasien yang menderita
penyakit sistemik tertentu dengan indikasi tegas.
- Pemeriksaan lab lengkap : fungsi hati, fungsi ginjal, AGD, elektrolit, hematologi dan
faal hemostasis lengkap, sesuai indikasi
- Pemeriksaan radiologi : foto toraks, IVP dan yang lainnya sesuai indikasi
- Evaluasi kardiologi terutama untuk pasien >50 tahun
- Pemeriksaan spirometri pada pasien PPOM
Klasifikasi Status Fisik
Klasifikasi berdasarkan The American Society of Anasthesiologists (ASA):
ASA I : pasien sehat organik, fisiologik, psikiatri, biokimia
ASA II : pasien dengan penyulit sistemik ringan atau sedang
ASA III
: pasien dengan penyakit sistemik berat, sehingga aktivitas rutin terbatas tetapi
tidak mengancam nyawa.
ASA IV
: pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat melakukan aktivitas rutin dan
penyakitnya merupakan ancaman kehidupannya setiap saat.
ASA V: pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan hidupnya tidak akan
lebih dari 24 jam
Pada bedah cito atau emergency biasanya dicantumkan huruf E
Masukan oral
Refleks laring mengalami penuruna selama anastesia. Regurgitasi isi lambung dan kotoran yang
terdapat dalam jalan nafas merupakan resiko utama pada pasien-pasien yang menjalani anastesia.
Untuk meminimalkan resiko tersebut, semua pasien yang dijadwalkan untuk operasi elektif
dengan anastesia harus dipantangkan dari masukan oral (puasa) selama beberapa periode
sebelum induksi anastesia.
3
Dewasa
Anak kecil
Bayi
: 6-8 jam
: 4-6 jam
: 3-4 jam
Premedikasi
Premedikasi adalah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anastesia dengan tujuan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Obat pereda kecemasan biasanya diazepam peroral 10-15mg. Jika disertai nyeri karena
penyakitnya diberikan opioid contohnya petidin 50mg IM. Pemberian antagonis reseptor H2
histamin untuk mengurangi cairan lambung misalnya oral simetidin 600mg atau ranitidin 150mg
1-2 jam. Untuk mengurangi mual muntah diberikan droperidol 2,5-5 mg IM dan ondansetron 2-4
mg IM
Batasan anastesia umum : suatu keadaan tidak sadar yang bersifat sementara yang diikuti oleh
hilangnya rasa nyeri di seluruh tubuh akibat pemberian obat anastesia.
Komponen anastesi menurut Rees dan Gray:
1. Hipnotika : kehilangan kesadaran
2. Analgatik : bebas nyeri
3. Relaksasi : kelumpuhan otot rangka
Hipnotika
V
V
Analgetik
V
Relaksasi
Propofol
Diazepam
Deidrobenzperidol
Midazolam
Petidin
Morfin
Fentanil / Sufentanil
V
V (sedatif)
V (sedatif)
V (sedatif)
V (sedatif)
V (sedatif)
V
V
V
V
V
Hipnotik
++
++
++
++
++
Khasiat
Analgetik
+
+
+
+
+
+
Relaksasi otot
+
+
+
+
+
Anastesi Imbang
Anastesi dengan menggunakan kombinasi obat-obatan baik obat anestesia intravena maupun
obat anatesia inhalasi. Teknik ini dilakukan pada operasi besar dan lama.
Teknisnya :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
15. Ekstubasi PET dilakukan bila pasien sudah bernapas spontan dan adekuat dan jalan napas
(rongga mulut, hidung, pipa endotrakea) sudah bersih.
Persiapan Pasien
Persiapan pasien di ruang perawatan
1. Persiapan psikis
- Berikan penjelasan ke pasien dan atau keluarga pasien agar mengerti perihal rencana
anastesi dan pembedahan yang direncanakan sehingga dengan demikian diharapkan
pasien dan atau keluarga asien dapat tenang
- Nerikan obat sedatif
2. Persiapan fisik
- Hentikan kebiasaan merokok, minum minuman alkohol, obat-obatan tertentu
- Tidak memakai aksesoris
- Tidak menggunakan cat kuku atau cat bibir
- Puasa
- Pasien dimandikan pagi hari menjelang ke ruang bedah
3. Membuat surat persetujuan tindakan medik
4. Persiapan khusus yang bersifat kusus praanastesia
LMA
LMA Standar
Bagian-bagian LMA
Panjang
LMA
8
1.5
2.0
10
11
2.5
3.0
12,5
16
4.0
16
5.0
18
Besar pasien
Volume kaf
Neonatus dan
infant 6,5 kg
Infant 5-10 kg
Infant dan anak
10-20 kg
Anak 20-30 kg
Anak
dandewasa
muda 30-50 kg
Dewasa 50-70
kg
Dewasa > 70 kg
Ukuran ET yang
cukup ke LMA
3,5
7
10
4,0
4,5
14
20
5,0
6,0
30
6,0
40
7,0
5. Ujung LMA dimasukkan pada sisi dalam gigi atas, menyusur palatum dan dengan bantuan
jari telunjuk LMA dimasukkan lebih dalam dengan menyusuri palatum
6. LMA dimasukkan sedalam-dalamnya sampai rongga hipofaring
7. Pipa LMA dipegang oleh tangan yang tidak dominan untuk mempertahankan posisi, dan
jari telunjuk kita keluarkan dari mulut penderita.
8. kaf dikembangkan sesuai posisinya
9. LMA dihubungkan dengan alat pernafasan dan dilakukan nafas bantu. Bila ventilasi tidak
adekuat, LMA dilepaskan dan dilakukan pemasangan kembali
10. Pasang bite-block untuk melindungi pipa LMA dari gigitan, setelah itu lakukan fiksasi