Reinforcer 2007
Outlines
Anemia
Anemia hipokromik mikrositer
Anemia normokromik normositer
Anemia makrositer
Kelainan mieloproliferatif
Polisitemia vera
Anemia
Kriteria anemia berdasarkan kadar Hb
menurut WHO 2001
Laki-laki dewasa < 13 g/dL
Wanita dewasa tidak hamil < 12 g/dL
Wanita hamil < 11 g/dL
Di Indonesia klinisi menggunakan kriteria
kadar Hb < 10 g/dL sebagai awal work up
anemia.
Gejala anemia tampak bila kadar Hb < 7 g/dL
Indeks Eritrosit
Tujuan: untuk memperkirakan ukuran
eritrosit, banyaknya Hb dalam eritrosit, dan
menentukan klasifikasi anemia.
1. Mean corpuscular volume volume
eritrosit rata-rata (nilai rujukan: 80-100 fL)
MCV: [Ht/jumlah eritrosit (juta)] x 10
Anemia Hipokromik
Mikrositer
1. Anemia def besi
2. Thalasemia major
3. Anemia akibat penyakit kronik
4. Anemia sideroblastik
Kriteria anemia hipokromik mikrositer
. MCV < 80 fL
. MCH < 27 pg
Klasifikasi ADB
Deplesi besi (iron depleted state):
cadangan besi menurun tetapi penyediaan
besi untuk eritropoiesis belum terganggu.
Eritropoiesis defisiensi besi (iron deficient
erythropoiesis): cadangan besi kosong,
penyediaan besi untuk eritropoiesis
terganggu, tetapi belum timbul anemia
secara laboratorik.
Anemia defisiensi besi: cadangan besi
kosong disertai anemia.
Etiologi
Perdarahan kronik
Kualitas besi dalam makanan tidak
baik (banyak serat, kurang vit C,
rendah daging)
Kebutuhan besi meningkat (hamil,
menyusui, anak dalam masa
pertumbuhan)
Gangguan absorbsi (tropical sprue,
kolitis kronik, gastrektomi)
Pemeriksaan Laboratorium
1. Jumlah eritrosit, kadar Hb, dan hematokrit
menurun.
2. Indeks eritrosit MCV < 80 fL, MCH < 27 pg.
3. Sediaan apus darah tepi (SADT)
menunjukkan anemia hipokromik mikrositer,
anisositosis, dan poikilositosis ringan hingga
berat.
4. Leukosit dan trombosit pada umunya
normal.
5. Besi serum menurun < 50 g/dL.
Diagnosis Diferensial
ADB
Anemia
Akibat
Penyakit
Kronik
Trait
Thalasemia
Anemia
Sideroblasti
k
Derajat
Anemia
ringan-berat
ringan
ringan
ringan
MCV
menurun
N/menurun
menurun
N/menurun
MCH
menurun
N/menurun
menurun
N/menurun
Besi Serum
menurun
menurun
N/meningkat
N/meningkat
TIBC
meningkat
menurun
N/menurun
N/menurun
Saturasi
Transferin
menurun
N/menurun
meningkat
meningkat
Feritin serum
menurun
meningkat
meningkat
Positif
positif kuat
Positif dg
ring
sideroblast
Terapi
1. Terapi besi oral
Sulfas ferosus 3 x 200 mg, setiap 200 mg mengandung
66 mg besi elemental. Sebaiknya diberikan sebelum
makan, bila terjadi intoleransi bisa diberikan saat
atau setelah makan.
Efek sampingnya mual, muntah, dan konstipasi.
Anemia Normokromik
Normositer
1. Anemia pasca perdarahan akut
2. Anemia aplastik
3. Anemia hemolitik
4. Anemia akibat penyakit kronik
5. Anemia pada keganasan hematologik
Kriteria anemia normokromik normositer
. MCV 80-95 fL
. MCH 27-34 pg
Anemia Aplastik
Standar Kompetensi 2
Patogenesis
Terdapat reaksi autoimun, limfosit T
sitotoksik memerantarai destruksi sel
bakal hematopoietik sehingga terjadi
kegagalan sumsum tulang.
Pada sumsum tulang hampir tidak ada
sel-sel CD34, sehingga jumlah sel-sel
progenitor dari eritrosit, granulosit, dan
trombosit sangat sedikit, tetapi sel-sel
limfosit T dan B umumnya normal.
Kriteria
Berat
Sangat berat
Tidak berat
Pemeriksaan Fisik
1. Pucat 100%
2. Perdarahan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Kulit 34%
Gusi 26%
Retina
20%
Hidung
7%
Saluran cerna 6%
Vagina
3%
3. Demam 16%
4. Hepatomegali 7%
5. Splenomegali dan limfadenopati 0
Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah tepi
a. Pansitopenia: penurunan jumlah eritrosit,
granulosit, dan trombosit.
b. Persentase retikulosit normal/menurun.
c. Limfositosis relatif
Terapi
1. Terapi imunosupresif
a. Antithymocyte globulin (ATG) 15-40
mg/KgBB IV selama 4-10 hari
b. Siklosporin A (CsA) 3-7 mg/KgBB PO selama
4-6 bulan
c. Prednison 1 mg/KgBB PO selama 2 minggu
pertama pemberian ATG.
3. Terapi suportif
a. Bila ada gangguan hemodinamik,
diberikan transfusi packed red cells
hingga kadar Hb 7-8 g/dL.
b. Bila trombosit < 20.000/L, diberikan
transfusi trombosit sebagai profilaksis.
c. Bila terdapat infeksi, diberikan
antibiotik.
Gambaran Klinis
1. Sindrom anemia: gejala anemia sering
tertutup oleh gejala penyakit dasar.
2. Tidak ada kelainan yang khas.
Diagnosis berdasakan hasil laboratorium:
3. Kadar Hb 7-11 g/dL, MCV dan MCH
normal/menurun
4. Besi serum menurun < 30 g/dL
5. TIBC menurun < 200 g/dL
6. Saturasi tranferin normal/menurun
7. Feritin serum normal
Terapi
1. Mengobati penyakit dasar
2. Bila ada gangguan hemodinamik,
diberikan transfusi packed red cell
hingga kadar Hb 10-11 g/dL
3. Eritropoietin (EPO) diberikan pada
pasien anemia akibat kanker, gagal
ginjal, mieloma multipel, artritis
reumatoid, dan infeksi HIV.
Anemia Hemolitik
Standar Kompetensi 3
Terapi
1. Kortikosteroid 1-1,5 mg/kgBB/hari selama 2
minggu, jika terdapat respon dosis
diturunkan 10-20 mg/hari.
2. Splenektomi, bila tidak ada respon setelah
3 bulan terapi steroid.
3. Imunosupresif: azatioprin 50-200 mg/hari,
siklofosfamid 50-150 mg/hari.
4. Bila Hb 3 g/dL, diberikan transfusi packed
red blood cell washed hingga kadar Hb 7-8
g/dL.
Normokromik normositer
Sferosit: sferositosis herediter
Sel target: thalasemia
Schistosit: mikroangiopati
4. Kimia darah:
e. Peningkatan laktat dehidrogenase (LDH2), SGOT, bilirubin indirect
f. Penurunan haptoglobin
Thalasemia
Standar Kompetensi 2
Hemoglobin Normal
Hb normal pada orang dewasa adalah
Hb A (98%), dibentuk dari sebuah
tetramer 22
Hb A2 (1-2%), dibentuk dari tetramer
22
Hb F (< 1%) merupakan Hb utama
pada fetus, dibentuk dari tetramer
22
Tidak ada pengganti untuk rantai
globin dalam pembentukan Hb.
Thalasemia
Etiologi: delesi gen menyebabkan sintesis rantai globin
berkurang
Distribusi persentase Hb A, Hb A2, dan Hb F tidak
berubah,
kelebihan
rantai membentuk
Jumlah
gen terdapat
Sindrom
Hematokrit
MCV
tetramer
4 (Hb H).
globin
Normal
Normal
Normal
Silent carrier
Normal
Thalasemia
minor/trait
thalasemia
Menurun 2840%
Menurun 60-75
fL
Penyakit Hb H
Menurun 2232%
Menurun 60-70
fL
Hydrops fetalis
Trait thalasemia
Gambaran klinis: anemia ringan
Hasil laboratorium
1. Ht 28-40% MCV 60-75 fL
2. SADT: anisositosis ringan (mikrosit
hipokromik), poikilositosis berat (sel
target, acanthocytes)
3. Retikulosit normal
4. Parameter besi normal
Hb H disease
Gambaran klinis: anemia hemolitik
Hasil laboratorium
1. Ht 22-32% MCV 60-70 fL
2. SADT: anisositosis ringan (mikrosit
hipokromik), poikilositosis berat (sel
target)
3. Retikulosit meningkat
4. Elektroforesis Hb: fast migrating Hb
(Hb H) 10-40%
Thalasemia
Penurunan
sintesis rantai
globin
Rantai globin
tidak memiliki
pasangan
Ekspansi sel-sel
eritroid di
sumsum tulang
Sumsum tulang
hiperplastik,
terjadi
ineffective
erythropoiesis
Deformitas
tulang, fraktur
patologis
Kerusakan
membran eritrosit
Hemolisis
intramedular
Gen globin
Hb A
Hb A2
Hb F
Normal
Homozigous 97-99%
1-3%
< 1%
Thalasemia
major
Homozigous
0
0%
4-10%
90-96%
Thalasemia
major
Homozygous
+
0-10%
4-10%
90-96%
Thalasemia
intermedia
Homozygous
+
0-30%
0-10%
6-100%
Thalasemia
minor
Heterozygous
0
Heterozygous
+
80-95%
80-95%
4-8%
4-8%
1-5%
1-5%
Thalasemia minor
Gambaran klinis: anemia ringan
Hasil laboratorium
1. Ht 28-40% MCV 55-75 fL
2. SADT: anisositosis ringan (mikrosit
hipokromik), poikilositosis berat (sel
target), basophilic stippling
3. Retikulosit normal/meningkat
4. Elektroforesis Hb: Hb A2 4-8%, Hb F 15%
Thalasemia intermedia
Gambaran klinis: anemia hemolitik
kronik, membutuhkan transfusi
ketika terjadi eksaserbasi.
Tanda klinis: hepatosplenomegali,
deformitas tulang.
Thalasemia major
Kebanyakan terjadi pada bayi. Saat
lahir terlihat normal, tetapi setelah 6
bulan ketika sintesis Hb berpindah
dari Hb F ke Hb A, terjadi anemia
berat.
Gambaran klinis: anemia berat, gagal
tumbuh, deformitas tulang (fraktur
patologis), hepatosplenomegali,
jaundice, hemosiderosis (overload
besi akibat transfusi)
Hasil laboratorium
1. Ht < 10%
2. SADT: anisositosis ringan (mikrosit
hipokromik), poikilositosis berat (sel
target), basophilic stippling, eritrosit
berinti.
3. Elektroforesis Hb: Hb A 0-10% Hb A2
4-10%, Hb F 90-96%
Anemia Makrositer
Anemia megaloblastik pada defisiensi
asam folat dan/atau vit B12
Kriteria anemia makrositer MCV > 95
fL
Anemia Megaloblastik
Standar Kompetensi 3
Etiologi
1. Def asam folat
a. Asupan tidak adekuat
b. Keperluan yang meningkat: kehamilan, bayi, kanker,
anemia hemolitik kronik
c. Malabsorbsi
d. Metabolisme terganggu: alkohol, metotreksat,
pirimetamin, triamteren, pentamidin, trimetoprin.
Pemeriksaan Laboratorium
1. MCV > 95 fL
2. Darah perifer: anisositosis dan
poikilositosis. Ciri khas: makroovalositosis,
netrofil hipersegmen (inti bersegmen > 5/6
lobus)
3. Sumsum tulang hiperselular
4. Biokimia darah: peningkatan bilirubin tak
terkonjugasi > 1,0 mg/dL dan peningkatan
asam laktat dehidrogenase akibat
inffective erythropoiesis
Terapi
Untuk defisiensi kobalamin
1. Kobalamin 1000 g tiap minggu IM
sampai 8 minggu, kemudian
dilanjutkan kobalamin 1000 g IM
tiap bulan hingga anemia hilang
atau
2. Kristalin kobalamin 2 mg/hari PO
Untuk defisiensi asam folat: asam folat
1-5 mg/hari PO selama 2 bulan
Polisitemia Vera
Standar Kompetensi 2
Klasifikasi Eritrositosis
Eritrositosis relatif
Hemokonsentrasi
Polisitemia spurious
Eritrositosis absolut
Polisiemia primer
Polisitemia vera
Polisitemia familial primer
Polisitemia sekunder
Disebabkan oleh penurunan oksigenasi jaringan
High-altitude erythrocytosis
Cor pulmonal kronik
Peny jantung kongenital sianotik
Sindrom hipoventilasi
Hb abnormal
Disebabkan oleh produksi eritropoietin abnormal
Sindrom paraneoplastik
Polisitemia idiopatik
Gambaran Klinis
1. Gejala awal (sangat tidak spesifik):
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Hipertensi 72%
Sakit kepala 48%
Mudah lelah 47%
Gatal (pruritus) 43%
Telinga berdenging
43%
Ggn penglihatan 31%
Rasa panas pd tangan dan kaki 29%
Sesak napas 26%
Nyeri tulang 26%
Epistaksis, perdarahan lambung 24%
2. Gejala akhir
k. Perdarahan terutama pd lambung
l. Peningkatan asam urat yg menyebabkan gout
m. Trombosis yg dpt menyebabkan kematian
n. Fase splenomegali terjadi kegagalan sumsum tulang (anemia berat, keb
transfusi meningkat) dan disertai hepatomegali
Pemeriksaan Laboratorium
1. Jumlah eritrosit pd laki-laki > 6 x
106/L dan pada perempuan > 5,1 x
106/L
2. SADT: normokromik normositer, bila
tdpt poikilositosis dan anisositosis
menunjukkan transisi ke arah
metaplasia mieloid.
3. Jumlah neutrofil > 10 x 103/L,
basofilia > 200/L
4. Jumlah trombosit > 450.000/L
Kriteria Diagnosis
Kategori A
1. Hematokrit pd laki-laki > 60% dan pd perempuan >
56%
2. Tidak ada penyebab polisitemia sekunder
3. Splenomegali pd palpasi
Kriteria B
4. Trombositosis > 450.000/L
5. Jumlah neutrofil > 10 x 103/L
6. Splenomegali pd pemeriksaan USG
7. Penurunan eritropoietin serum
Dx polisitemia vera: A1+A2+A3 atau A1+A2+ 2 kategori
B