(22 35)
ISSN : 2303-3959
Studi Kualitas Lingkungan di Sekitar Pelabuhan Bongkar Muat Nikel (Ni) dan
Hubungannya dengan Struktur Komunitas Makrozoobentos di Perairan Desa Motui
Kabupaten Konawe Utara
Environmental Quality Study at Nickel Mining Port and Its Relation with Community Structure of
Makrozoobentos in Motui, North Konawe
Wa Ode Asriani *), Emiyarti **), dan Ermayanti Ishak ***)
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK Universitas Halu Oleo
Kampus Hijau Bumi Tridharma Kendari 93232
E-mail: *wa_ode_asriani@yahoo.co.id, **emiyarti@ymail.com, dan *** amekoe_81@yahoo.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kualitas lingkungan perairan disekitar areal pelabuhan hasil galian
tambang nikel (Ni) dan pengaruh kegiatan pertambangan terhadap biota perairan khususnya terhadap struktur
komunitas makrozoobentos. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2012 di Perairan Desa Motui
Kabupaten Konawe Utara. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui
adanya hubungan pelabuhan pertambangan terhadap perubahan kualitas lingkungan perairan disekitar pelabuhan
tersebut dan kaitannya dengan struktur komunitas makrozoobentos. Hasil pengukuran beberapa parameter
menunjukan nilai: suhu berkisar 34,25-35,75oC, kecepatan arus 0,053-0,059 m/det, kedalaman 1,52-1,96 m,
kecerahan 100%, salinitas 26,75-28,75, pH air 7-8, DO 7,54-7,81 mg/l, TSS 0,9-1,13 mg/l, nikel 0,015-0,021 ppm,
pH subtrat 6,10-6,20, tekstur substrat dominan pasir dan kandungan bahan organik substrat 0,16-1,05%.
Makrozoobentos yang ditemukan selama penelitian terdiri dari 2 kelas yakni 18 spesies kelas gastropoda dan 8
spesies kelas bivalvia. Indeks keanekaragaman diperoleh kisaran nilai antara 0,224-0,514. Indeks dominansi
berkisar antara 0,535-0,814. Nilai indeks dominansi ini menunjukkan nilai dominansi yang tinggi.
Kata Kunci : Struktur Komunitas, Makrozoobentos, Logam Berat Nikel (Ni)
Abstract
This research aimed to know the effect of environmental quality around nickel mine port and mining activity to to
community structure of makrozoobentos. This research executed in from Maret-April 2012 in coastal of water
territory of countryside Motui sub-province Konawe Utara. Data obtained in this research analysed descriptively to
know existence of the relation of mining port to change of water territory environmental quality is around by the
port and its the bearing with community structure makrozoobentos. Result of measurement some parameters shows
value: temperature shifts 34,25-35,750C, water current was range 0,053-0,059 m/s, depth of 1,52-1,96 m, water
brightness/clarity 100%, salinity was range 26,75-28,75, pH of water was range from 7-8, DO (Dissolved Oxygen)
was range from 7,54-7,81 mg/l, TSS (Total Suspendend Solid) was range from 0,9-1,13 mg/l, nickel shifts 0,0150,021 ppm, pH of substrate was range from 6,10-6,20, sand dominance substrate texture and substrate organic
material content shifts 0,16-1,05%. Makrozoobentos found during research consisted of 2 class namely 18 class
specieses gastropoda and 8 class species bivalvia. Diversity index is obtained the range of value from 0,224-0,514.
Index dominansi ranges from 0,535-0,814. This dominansi index value shows value dominansi which high.
Keyword : Community Structure, Makrozoobentos, Heavy metal Nickel (Ni)
Pendahuluan
Perairan Desa Motui yang terletak di
Kecamatan Motui Kabupaten Konawe Utara
merupakan daerah yang perairan pantainya
dijadikan tempat penimbunan dari aktivitas
Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UHO
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan
yaitu pada bulan Maret-April 2012 yang
bertempat di Perairan Desa Motui Kabupaten
Konawe Utara.
Variabel yang diamati dalam penelitian ini
terdiri dari parameter pendukung dan parameter
inti. Parameter pendukung yaitu parameter
fisika dan parameter kimia. Parameter fisika
kimia perairan dan kualitas substrat terdiri dari
suhu, kecepatan arus, kedalaman, kecerahan,
salinitas, pH air, oksigen terlarut (DO), TSS,
23
Analisis Data
1. Kepadatan
Kepadatan merupakan jumlah individu dalam
suatu luasan tertentu. Kepadatan digunakan
untuk melihat apakah suatu tempat merupakan
habitat yang sesuai bagi organisme tertentu.
Dengan demikian bila kepadatan tersebut rendah
maka tempat tersebut tidak sesuai bagi
organisme. Untuk menghitung kepadatan
digunakan rumus yang dikemukakan oleh
Soegianto (1994):
Dimana:
Di= Kepadatan makrozoobentos jenis ke-i
(ind/m2);
ni = Jumlah individu makrozoobentos jenis ke-i
(individu);
A = Luas plot yang digunakan (m2) .
2. Keanekaragaman
Menurut
Odum (1993), indeks
keanekaragaman
jenis
adalah
indeks
keanekaragaman yang menunjukkan banyak
tidaknya jenis dan individu yang ditemukan
pada suatu perairan. Adapun persamaannya
adalah sebagai berikut:
H = - pi log pi
Dimana :
H = Indeks keanekaragaman shannonWienner;
Pi = Populasi jumlah individu sampel pada
spesies tersebut (ni/N);
Ni = Jumlah individu ke-I;
N = Jumlah total individu.
Dengan kriteria :
H < 1
: Keanekaragaman rendah;
1 < H < 3
: Keanekaragaman sedang;
H > 3
: Keanekaragaman tinggi.
3. Dominansi
Untuk menghitung dominansi jenis
tertentu dalam suatu komunitas makrozoobentos
digunakan
indeks
Dominansi
Simpson
digunakan rumus yang dikemukakan oleh
(Romimohtarto dan Juwana, 2001).
( )
24
Dimana:
D = Indeks dominansi simpson
S = Jumlah spesies makrozoobentos
ni = Jumlah individu spesies ke-i
N = Jumlah total individu keseluruhan spesies
Dengan kriteria:
D=0 dominansi rendah, artinya tidak terdapat
spesies yang mendominasi spesies lainnya
atau strktur komunitas dalam keadaan
stabil;
D=1 dominansi tinggi, artinya terdapat spesies
yang mendominasi jenis yang lainnya atau
struktur komunitas labil, karena terjadi
tekanan ekologis (stress).
Hasil
1.
Hasil pengamatan kondisi fisika-kimia perairan di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel
2.
Satuan
Stasiun I
Stasiun II
34,5
34,25
Stasiun III
35,75
m/s
0,057
0,053
0,059
1,96
1,52
(%)
ppt
mg/l
mg/l
100
28
8
7,81
0,94
100
28,75
7
7,64
1,13
1,8
100
26,75
7
7,54
0,9
25
Tekstur
Kelas
BO (%)
pH
Nikel (Ni)
99,88
Pasir
0,16
0,021
0,01
99,87
Pasir
0,46
0,015
0,01
99,90
Pasir
1,05
0,017
Debu %
Liat %
Pasir %
0,10
0,01
II
0,12
III
0,09
31%
Gastropoda
69%
Bivalvia
Gambar 2. Komposisi relatif masing-masing kelas makrozoobentos di perairan desa motui selama
penelitian
b. Kepadatan Makrozoobentos
Kepadatan organisme makrozoobentos yang
ditemukan pada setiap stasiun pengamatan
berkisar antara 16,25-24 ind/m2. Untuk melihat
Kepadatan
Satuan
16
ind/m2
II
18
ind/m2
III
24
1nd/m2
26
H'
0,514
0,535
II
0,223
0,814
III
0,292
0,767
Pembahasan
1. Kondisi Fisika-Kimia Perairan
a. Suhu
Parameter
fisika-kimia
perairan
merupakan faktor yang sangat mempengaruhi
kehidupan dan perkembangan organisme dalam
suatu perairan. Kualitas perairan baru dapat
dikatakan baik apabila organisme tersebut dapat
melakukan pertumbuhan dan perkembangbiakan
dengan baik. Organisme perairan dapat hidup
dengan
layak
bila
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya, seperti fisika-kimia perairan
berada
dalam
batas
toleransi
yang
dikehendakinya.Suhu merupakan parameter fisik
yang sangat mempengaruhi pola kehidupan
organisme perairan, seperti distribusi, komposisi,
kelimpahan dan mortalitas (Nybakken, 1988).
Kelarutan berbagai jenis gas di dalam air serta
semua aktifitas biologi dan fisiologi di dalam
ekosistem sangat dipengaruhi oleh suhu. Suhu
mempunyai pengaruh yang besar terhadap
kelarutan oksigen di dalam air. Apabila suhu
naik maka akan mengakibatkan peningkatan
aktifitas
metabolisme
akuatik,
sehingga
kebutuhan akan oksigen juga meningkat
(Sastrawijaya, 2000).
Berdasarkan Tabel 1, didapatkan nilai
rata-rata suhu pada setiap stasiun berkisar antara
34,25-35,75 oC, dimana kisaran suhu tersebut
termasuk suhu yang normal. Suhu pada ketiga
stasiun tersebut relatif sama, tidak mengalami
fluktuasi, karena keadaan cuaca pada saat
pengukuran relatif sama dan jarak pengukuran
setiap stasiun juga tidak terlalu jauh, sehingga
suhu tidak mengalami perubahan yang jauh.
Secara umum kisaran tersebut merupakan
kisaran
yang
normal
bagi
kehidupan
makrozoobentos. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Suriawira (1996), bahwa batas
toleransi hewan bentos terhadap suhu tergantung
pada spesiesnya, umumnya suhu di atas 35oC
Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UHO
d. Kecerahan
Kecerahan
perairan
dipengaruhi
langsung oleh partikel yang tersuspensi
didalamnya, semakin kurang partikel yang
tersuspensi maka kecerahan air akan semakin
tinggi. Selanjutnya dijelaskan bahwa penetrasi
cahaya semakin rendah, karena meningkatnya
kedalaman, sehingga cahaya yang dibutuhkan
untuk proses fotosintesis oleh tumbuhan air
berkurang. Oleh karena itu, secara tidak
langsung kedalaman akan mempengaruhi
pertumbuhan fauna bentos yang hidup
didalamnya. Disamping itu kedalaman suatu
perairan akan membatasi kelarutan oksigen yang
dibutuhkan untuk respirasi (Nybakken, 1988).
Berdasarkan Tabel 1, didapatkan nilai
rata-rata kecerahan pada semua stasiun yaitu
100%. Ini dikarenakan kedalaman perairan
sangat dangkal sehingga cahaya matahari tembus
sampai ke dasar perairan meskipun tingkat
partikelnya cukup tinggi. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Odum (1996), bahwa interaksi antara
faktor kekeruhan perairan dengan kedalaman
perairan akan mempengaruhi penetrasi cahaya
yang masuk ke dalam perairan, sehingga
berpengaruh
langsung
pada
kecerahan,
selanjutnya akan mempengaruhi kehidupan
fauna makrozoobentos.
e. Salinitas
Salinitas merupakan ciri khas perairan
pantai atau laut yang membedakannya dengan
air tawar. Berdasarkan perbedaan salinitas,
dikenal biota yang bersifat stenohaline dan
euryhaline. Biota yang mampu hidup pada
kisaran yang sempit disebut sebagai biota
bersifat stenohaline dan sebaliknya biota yang
mampu hidup pada kisaran luas disebut sebagai
biota euryhaline (Supriharyono, 1978).
Berdasarkan Tabel 1, didapatkan nilai
rata-rata salinitas pada setiap stasiun berkisar
antara 26,75-28,75 ppt. Nilai kisaran salinitas
tersebut relatif sama, tidak menunjukkan
perbedaan yang jauh dan merupakan nilai
salinitas yang rendah bagi kehidupan
makrozoobentos. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Hutabarat dan Evans (1985), bahwa
kisaran
normal
untuk
kehidupan
makrozoobentos yaitu berkisar antara 32-37,5
ppt. Rendahnya salinitas disetiap stasiun
disebabkan karena lokasi penelitian berada pada
pesisir pantai dimana terdapat asupan air tawar
28
pH
dan
Dominansi
Indeks
keanekaragaman
(H')
makrozoobentos sering digunakan untuk
menduga kondisi suatu lingkungan berdasarkan
komponen biologisnya. Sedangkan indeks
dominansi jenis (D) makrozoobentos digunakan
untuk menghitung adanya spesies tertentu yang
mendominasi suatu komunitas makrozoobentos.
Dengan melihat besarnya nilai indeks tersebut
dapat diduga tingkat kestabilan suatu lingkungan
perairan. Kondisi lingkungan suatu perairan
dikatakan masih baik (stabil) apabila diperoleh
nilai indeks keanekaragaman tinggi serta indeks
dominansi rendah. (Emiyarti, 2004).
Berdasarkan Tabel 4, hasil perhitungan
indeks keanekaragaman jenis pada setiap stasiun
pengamatan diperoleh kisaran nilai antara 0,2240,514. Indeks keanekaragaman tertinggi terdapat
pada stasiun I dan indeks keanekaragaman
terendah terdapat pada stasiun II. Terlihat nilai
indeks keanekaragaman jenis makrozoobentos di
Perairan Desa Motui berada pada kriteria rendah
yaitu dibawah 1.
Rendahnya nilai indeks keanekaragaman
spesies disetiap stasiun selain dipengaruhi oleh
sedikitnya jumlah spesies yang menyusunnya
Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UHO
R,S.K.
&
K.H.Mann.
1994.
Fundamental Of Aquatic Ecology.
Backwell
Scientific
Publications.
Oxford.
Barus, T.A. 1996. Metode Ekologi Untuk
Menilai Kualitas Suatu Perairan Lotik.
Program Studi Biologi USU FMIPAUSU, Medan.
_____, T.A. 2004. Pengantar Limnologi Studi
Tentang Ekosisitem Daratan. Program
Studi Biologi USU FMIPA. Medan.
C.K.Yap,
S.M.
Al-Barwani.2012.
A
Comparative Study of Condition
Indices and Heavy Metals in Perna
Viridis Populations at Sebatu and
Muar, Peninsular Malaysia. Journal
Malaysian. Vol (9): 1063-1069.
Dharma, B. 1988. Siput dan Kerang Indonesia
Jilid II. Lipi.
Effendi. H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi
Pengelolaan
Sumberdaya
dan
Lingkungan Perairan.
Kanisius.
Yogyakarta. 258 Hlm.
Efriyeldi,
1997.
Struktur
Komunitas
Makrozoobentos dan Keterkaitannya
dengan Karakteristik Sedimen di
Perairan Muara Sungai Banten Tengah,
Bengkalis. Tesis. Pascasarjana IPB.
Bogor.
Emiyarti. 2004. Karakteristik Fisika Kimia
Sedimen dan Hubungannya dengan
Struktur Komunitas Makrozoobentos
33
35