5. Denaturasi Hemoglobin
Hemoglobin yang terdenaturasi akan mengendap menbentuk
Heinz bodies. Eritrosit dengan Heinz bodies akan cepat
didestruksi oleh limpa. Heinz bodies melekat pada membran
permeabilitas membesar sehingga mengakibatkan lisis osmotik
juga.
1.2
1. Rubriblast
Rubriblast disebut juga pronormoblast atau proeritroblast,
merupakan sel termuda dalam sel eritrosit. Sel ini berinti bulat
dengan beberapa anak inti dan kromatin yang halus. Ukuran
sel rubriblast bervariasi 18-25 mikron. Dalam keadaan normal
jumlah rubriblast dalam sumsum tulang adalah kurang dari 1
% dari seluruh jumlah sel berinti.
2. Prorubrisit
Prorubrisit disebut juga normoblast basofilik atau eritroblast
basofilik. Ukuran lebih kecil dari rubriblast. Jumlahnya dalam
keadaan normal 1-4 % dari seluruh sel berinti.
3. Rubrisit
Rubrisit disebut juga normoblast polikromatik atau eritroblast
polikromatik. Inti sel ini mengandung kromatin yang kasar dan
menebal secara tidak teratur, di beberapa tempat tampak
daerah-daerah piknotik. Pada sel ini sudah tidak terdapat lagi
anak inti, inti sel lebih kecil daripada prorubrisit tetapi
sitoplasmanya lebih banyak, mengandung warna biru karena
asam ribonukleat (ribonucleic acid-RNA) dan merah karena
hemoglobin. Jumlah sel ini dalam sumsum tulang orang
dewasa normal adalah 10-20 %.
4. Metarubrisit
Sel ini disebut juga normoblast ortokromatik atau eritroblast
ortokromatik. Ini sel ini kecil padat dengan struktur kromatin
yang menggumpal. Sitoplasma telah mengandung lebih
banyak hemoglobin sehingga warnanya merah walaupun
3.3
3.8
Tahap ketiga
Disebut sebagai iron deficiency anemia. Keadaan ini terjadi bila
besi yang menuju eritroid sumsum tulang tidak cukup sehingga
menyebabkan penurunan kadar Hb. Dari gambaran darah tepi
didapatkan mikrositosis dan hipokromik yang progresif. Pada
tahap ini telah terjadi perubahan epitel terutama pada ADB yang
lebih lanjut.
4.4 Memahami dan menjelaskan manifestasi klinis
1. Pemeriksaan riwayat penyakit dan fisik.
4.5
4.6
3. Terapi Transfusi
Transfusi sel-sel darah merah atau darah lengkap, jarang diperlukan
dalam penanganan anemia defisiensi Fe, kecuali bila terdapat pula
perdarahan, anemia yang sangat berat atau yang disertai infeksi
yang dapat mempengaruhi respon terapi. Secara umum untuk
penderita anemia berat dengan kadar Hb.
4.8 Memahami dan menjelaskan komplikasi
Anemia berat dapat menyebabkan hipoksemia dan
mempertinggi resiko insufiseinsi koroner dan iskemik miokard,
selain itu dapat memperparah keadaan pasien dengan penyakit
paru kronis.
Intoleransi terhadap dingin ditemukan pada beberapa pasien
dengan anemia defisiensi kronis, dan bermanifestasi sebagai
gangguan vasomotor, nyeri neurologis, atau mati rasa bahkan
rasa geli.
Meskipun jarang, namun pada anemia defisiensi yang berat
berhubungan dengan papilledema, peningkatan tekanan
intracranial, dan bias disapatkan gambaran klinis pseudotumor
cerebri. Manifestasi ini dapat terkoreksi oleh terapi dengan
pemberian preparat besi.
4.9 Memahami dan menjelaskan prognosis
Prognosis dari anemia jika ditangani dengan cepat dan tepat
maka prognosisnya baik. Jika tidak, maka dapat menyebabkan
koma dan meninggal.