Kesiapan kita, untuk menyambut kehadiran bandara itu tidak hanya selogan. Kita
juga telah mengupayakan dengan menyiapkan program pemangunan jalan lintas
(high way) dari Siak menuju Kota Pekanbaru yang akan semakin memperlancar arus
transportasi. Jadi, program ini kita nilai sangat urgen dengan program pembangunan
ke depan Siak terutama dalam membuka akses Siak dengan dunia internasional. Kita
optimis bila hal ini teruwujud, Siak akan tumbuh menjadi pusat kota dan pertumbuhan
ekonomi baru di kawasaan persisir yang turut didukung dengan terbukanya Kawasan
Industri Buton, jelas Bupati.
Masih Layak
Meskipun demikian, lanjut bupati, wacana tersebut tentunya baru akan diwujudkan
pemerintah provinsi dalam waktu lama.
Soalnhya, keberadaan Bandara SSK II yang ada di Pekanbaru saat ini masih relevan
untuk 10-15 tahun mendatang. Sehingga pengerjaan relokasi bandara tersebut
bukanlah hal yang sangat mendesak, sebab saat ini Provinsi Riau masih
membutuhkan anggaran cukup besar untuk membamngu berbagai fasiltias publik
yang lain yang lebih mendesak.
Ini baru setakat wacana, dan saya pikir bandara SSK II di Pekanbaru masih layak
untuk 10-15 tahun ke depan. Dan relokasi pembangunan bandara SSK yang baru
tidak terlalu mendesak, akan lebih bagus kalau dana untuk relokasi pembangunan
bandara SSK II tersebut dialokasikan untuk membangun berbagai fasilitas publik yang
lainnya yang lebih mendesak dan dibutuhkan masyarakat, imbuh Bupati Siak Arwin
AS.(izl)
Bisa Anda jelaskan, bandara baru sebagai pengganti Bandara SSK II yang akan
dibangun nanti itu seperti apa?
Dari diskusi-diskusi yang berkembang untuk mempercepat proses pembangunan
bandara baru sebagai pengganti Bandara SSK II existing agar dapat beroperasi pada
tahun 2016-2017. Lokasi dan rancang bangun bandara tersebut harus disiapkan
secara dini sesuai trend bandara masa depan. Bandara yang dibangun itu tidak
hanya disiapkan untuk melayani kelancaran lau lintas udara saja, akan tetapi
dirancang sedemikian rupa menjadi bandara udara internasional yang dilengkapi
dengan fasilitas terintegrasi dengan Central Business District (CBD), pemukiman
perkotaan ekslusif dan sekaligus sebagai sentral budaya dan pariwisata. Ini tentu
sesuai dengan visi dan misi Riau 2020.
Apakah sudah dilakukan penelitian untuk menentukan lokasi bandara baru
nanti?
Dari hasil studi sementara terdapat empat lokasi yang berada di empat kabupaten
kota. Pertama arah ke Siak, yakni Minas, kedua Langgam Pelalawan, ketiga Tapung
(Kampar) dan yang keempat Rumbai (Pekanbaru).
Dari keempat alternatif itu mana yang paling layak?
Inilah yang sekarang itu dimintakan anggaran biaya yang diusulkan ke DPRD untuk
melakukan penelitin pemilihan lokasi. Kita ajukan anggaran 5,6 milyar tapi hanya
disetujui 1,4 milyar. Dan pada tahun-tahun berikutnya bisa dianggarkan lagi. Jadi hasil
studi itu nanti akan menentukan mana dari keempat lokasi yang paling
menguntungkan untuk bandara baru itu secara teknis dan ekonomis, atau mungkin
ada alternatif lain selain empat lokasi itu. Secara teknisnya arah angin, dari bentuk
tanah, sedangkan secara ekonomis kenapa bandara yang akan kita bangun ini tidak
seperti bandara yang sekarang, tapi adalah bandara yang di dalamnya termasuk
sebagai pusat bisnis dan pariwisata. Jadi merupakan satelit baru kotanya. Artinya
apa, terlalu jauh dari ibukota provisi, Pekanbaru, ekonomisnya tadi tidak terpenuhi.
Tentu untuk membangun bandara masa depan itu mengeluarkan biaya yang
sangat besar. Bagaimana cara untuk mengakali hal ini?
Oleh sebab itu pembangunan fisiknya rencananya tidak akan menggunakan APBD
dan APBN, tetapi bisa saja melalui investor. Buat analisa sementara untuk
pembangunan lahan baru itu diperkirakan membutuhkan lahan lebih kurang 800
hektar. Hasil studi yang telah dilaksanakan diperkirakan investasi yang dibutukan
untuk membangun bandara baru tersebut sekitar 3,15 triliun (NPV=212, 8 milyar pada
discount rate 18 persen dihitung sampai tahun 2040. dan tingkat pengembalian
investasi (IRR) sebesar 24 persen, sehingga sangat layak dibangun melalui program
investasi infrastruktur transportasi udara melalui kerja sama dengan pihak swasta
(Private Sector Perticipation (PSP) atau melalui program infrastruktur yang menjadi
kewajiban pemerintah (public service obligation (PSO).
Kalau kita lihat pembangunan bandara ini kan sebenarnya tidak hanya untuk
kepentingan daerah semata, tapi juga nasional. Bagaimana koordinasi dan
sinkronisasi antara daerah dan pusat?
Bahwasanya Gubernur Riau HM Rusli Zainal SE telah melakukan koordinasi yang
baik untuk tercapainya fungsional bandara baru ini. Rencana ini telah dikoordinasikan
ke pusat dan ke semua pihak yang berkompeten di daerah ini. Semua rencana tindak
lanjut (action plan) berada di bawah koordinasi dan bimbingan langsung Dirjen
Perhubungan Udara melalui tim asistensi yang akan ditunjuk untuk memberikan
masukan secara teknis (langkah-langkah tahapan, urutan rangkaian kegiatan
perencanaan yang meliputi, jangka waktu pelaksanaan, plafon dan sumber dana
untuk masing-masing kegiatan) dengan skema yang jelas. Dengan demikian
keterpaduan dan sinkronisasi program pembangunan bandara baru tersebut antara
pemerintah daerah dan pemerintah pusat melalui departemen perhubungan dapat
terlaksana dengan baik, mulai dari tahapan perencanaan sampai dengan
pelaksanaannya sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku.
Pengelolaan bandara baru ini dipercayakan kepada siapa nantinya?
Mengingat proyek tersebut termasuk kategori kegiatan proyek strategis, oleh sebab
itu kita harus melengkapi semua dokumen-dokumen atau penyusunan proposal
proyek yang dapat memenuhi standar kriteria atau persiapan yang layak
dikerjasamakan dengan pihak swasta dengan alternatif pelaksanaan konstruksi
menggunakan kontrak model; tipe Buid Operate Transfer (BOT), tipe Build Own
Operate Transfer (BOOT), tipe Build Lease Transfer (BLT) atau bentuk lain yang
menguntungkan semua pihak. Untuk pembiayaan kegiatan perencanaan kita
berharap alokasi sumber dana APBN, APBD atau sumber dana lainnya, sehingga
pada tahun 2009 s/d 2017 kegiatan fisik bandara baru ini sudah bisa dilaksanakan.***