BAB II
LANDASAN TEORI
12
atau hal lain yang lebih umum. Dengan demikian, gaya bahasa tertentu dapat
mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa gaya bahasa
itu merupakan suatu kekhasan pengungkapan untuk meningkatkan efek yang
dapat mempengaruhi penyimak dan pembaca. Gaya bahasa merupakan bentuk
retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk
meyakinkan atau mempengaruhi penyimak dan pembaca.
13
14
jenisnya masing-masing.
a. Perumpamaan
Perumpamaan adalah gaya bahasa perbandingan dua hal yang pada
hakekatnya berlainan dan yang sengaja kita anggap sama. Perbandingan ini
secara eksplisit ditandai oleh pemakaian kata seperti, ibarat, bak, laksana dan
sejenisnya.
Contoh: Wajah anak itu sangat cantik laksana bintang film
b.
Metefora
Metefora adalah gaya bahasa perbandingan antara dua hal atau benda untuk
menciptakan suatu kesan mental yang hidup walaupun tidak dinyatakan secara
eksplisit dengan kata-kata seperti, bak, ibarat, seperti perumpamaan.
Contohnya: Dengan pemberian hadiah ini, kami merasa mendapat durian
runtuh.
15
c.
Personifikasi
Personifikasi adalah gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat insani kepada
barang yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak. personifikasi adalah
semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau
barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan.
Contoh: Daun pohon pisang itu melambai-lambai tertiup angin malam.
d.
Depersonifikasi
Merupakan gaya bahasa pengandaian yang dilakukan secara eksplisi dengan
memanfaatkan kata kalau dan sejenisnya sebagai penjelasan gagasan atau
harapan atau merupakan kebalikan dari personifikasi.
Contoh: Andai kamu jadi bunga, maka saya jadi kumbangnya.
e.
Alegori
Alegori merupakan gaya bahasa dalam cerita yang dikisahkan dalam lambanglambang. Merupakan metafora yang diperluas dan berkesinambungan, tempat
atau gagasan yang diperlambangkan.
Contoh: Cerita kancil dengan buaya.
f.
Antitesis
Gaya bahasa yang mengadakan komparasi atau perbandingan antara dua
antonim. Sementara itu, menurut Badudu (1997:29) yang dimaksud dengan
antitesis adalah gaya bahasa pertentangan yang menggunakan paduan kata
yang berlawanan arti. Antitesis adalah sebuah gaya bahasa yang mengandung
gagasan-gagasan yang bertentangan dengan mempergunakan kata-kata atau
kelompok kata yang berlawanan.
Contoh: Ibu pergi bekerja di siang hari dan pulang pada malam hari.
16
g.
Pleonasme/Tautologi
Merupakan gaya bahasa pemakaian kata yang mubazir (berlebihan) yang
sebenarnya tidak perlu. Disebut tautologi kalau kata yang berlebihan itu pada
dasarnnya mengandung perulangan (sebuah) kata yang lain.
Contoh: - Saya melihat kejadian itu dengan mata kepala saya sendiri.
h.
Perifrasis
Merupakan sejenis gaya bahasa yang agak mirip dengan pleonasme (keduaduanya menggunakan kata-kata lebih banyak daripada yang diperlukan).
Perifrasis adalah gaya bahasa perbandingan dengan jalan menggantisebuah
kata dengan gabungan (frase) yang sama artinya dengan kata yang diganti
tersebut.
Contoh: Ketikan matahari masuk ke peraduan, barulah ia tiba. (Ketikan
matahari masuk ke peraduan sama dengan ketika senja)
i.
Antisipasi/Prolepsis
Merupakan semacam gaya bahasa dimana orang menggunakan terlebih dahulu
kata-kata atau sebuah kata sebelum peristiwa atau gagsan yang sebenarnya
terjadi.
Contoh: Kami sangat sedih, minggu depan tetangga kami akan pindah rumah.
perbandingan
meliputi
perumpamaan,
metafora,
personifikasi,
17
sebagai gaya bahasa perbandingan karena isi dan makna gaya bahasa yang
dikandungnya mengandung makna membandingkan.
2. Kelompok Gaya Bahasa Pertentangan
Berikut ini akan dijelaskan kelompok gaya bahasa pertentangan
berdasarkan jenisnya masing-masing.
a. Hiperbola
Merupakan sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebihlebihan jumlahnya, ukurannya atau sifatnya dengan maksud memberi
penekanan pada suatu pernyataan atau simulasi untuk memperhebat,
meningkatkan kesan dan pengaruh. Gaya bahasa ini melibatkan kata-kata,
frase, atau kalimat.
Contoh: sorak sorey penonton sangat menggelegar membelah angkasa.
b. Litotes
Gaya bahasa yang di dalam pengungkapannya menyatakan sesuatu yang
positif dengan bentuk yang negatif atau bertentangan. Litotes mengurangi atau
melemahkan kekuatan pernyataan yang sebenarnya. Litotes adalah semacam
gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan untuk
merendahkan diri. Suatu hal yang dinyatakan kurang dari keadaan sebenarnya,
atau suatu pikiran dinyatakan dengan menyangkal lawan katanya..
Contoh: kapan-kapan anda mampir saja ke gubuk kami.
c.
Ironi
Gaya bahasa yang menyatakan makna yang bertentangan dengan maksud
berolok-olok. Gaya bahasa ironi adalah salah satu gaya bahasa sindiran. Ironi
18
atau sindiran suatu acuan yang ingin menyatakan sesuatu dengan makna atau
maksud berlainan dengan apa yang tekandung dalam rangkaian kata-katanya.
Contoh: Tulisanmu bagus sekali sampai-sampai tidak ada satu orang pun yang
dapat membacanya.
d.
Satire
Sejenis bentuk argumen yang beraksi secara tidak langsung, terkadang secara
aneh, bahkan ada kalanya dengan cara yang cukup lucu yang menimbulkan
tertawan
Contoh: Puisi Seorang Tukang Rambutan pada Istrinya karya Taufik Ismail.
Berdasarkan uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa gaya bahasa
pertentangan meliputi gaya bahasa hiperbola, litotes, ironi, dan satire. Setiap gaya
bahasa tersebut memiliki makna dan ciri yang berbeda-beda.
3. Kelompok Gaya Bahasa Pertautan
Berikut ini akan dijelaskan kelompok gaya bahasa pertautan berdasarkan
jenisnya masing-masing.
a. Metonimia
gaya bahasa yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan
nama orang, barang atau hal sebagai penggantinya.
Contoh: Adik disuruh ayah untuk membeli Gudang Garam dan Djarum
(Rokok).
b.
Sinekdoke
Gaya bahasa yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama
keseluruhannya, atau sebalikanya. Sinekdoke terbagi atas dua bagian, yaitu
19
pars pro toto untuk menyatakan sebagian untuk keseluruhan dan totum pro
parte untuk menyatakan keseluruhan untuk sebagaian.
Contoh: - pars pro toto: Sampai jam segini dia belum nampak batang
hidungnya - totum pro parte: Pertandingan itu dimenangkan oleh Indonesia.
c. Eufemisme
Ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar
yang diangap merugikan atau yang tidak menyenangkan.
Contoh: Ibunya sudak tidak ada lagi di tengah-tengah mereka. (meninggal)
d. Eponim
Semacam gaya bahasa yang mengandung nama seseorang yang begitu sering
dihubungkan dengan sifat tertentu sehingga nama itu dipakai utntuk
menyatakan sifat.
Contoh: Dewi malam untuk menyatakan bulan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa kategori gaya
bahasa pertautan terdiri atas gaya bahasa metonomia, sinekdoke, eufemisme, dan
eponi. Setiap jenis gaya bahasa tersebut memiliki perbedaan baik dari segi makna
maupun strukturnya.
20
a.
Aliterasi
Sejenis gaya bahasa yang memanfaatkan purwakanti atau pemakaian katakata yang permulaannya sama bunyinya (Tarigan 1995:181)
Contoh: Dara damba daku datang dari danau
Duga dua daku diam di diriku.
b. Asonansi
Sejenis gaya bahasa refetisi yang berwujud perulangan vokal yang sama.
Biasanya dipakai dalam dalam karya puisi atau pun dalam prosa untuk
memperoleh efek penekanan atau menyelamatkan keindahan.
Contoh: Ini muka penuh luka siapa punya
Kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu.
c. Antanaklasis
Gaya bahasa yang mengandung ulangan kata yang sama dengan makna yang
berbeda (Ducrot dan Tarigan 2009:182)
Contoh: Karena buah penanya itu dia pun menjadi buah bibir masyarakat.
d. Kiasmus
Gaya bahasa yang berisikan perulangan dan sekaligus pula merupakan inversi
hubungan antara dua kata dalam satu kalimat. Kiasmus (chiasmus) adalah
semacam acuan atau gaya bahasa yang terdiri atas dua bagian, baik frasa atau
klausa, yang sifatnya berimbang dan dipertentangkan satu sama lainnya,
tetapi
frase atau klausanya itu terbalik bila dibandingkan dengan frase atau klausa
lainnya.
21
Contoh: Dia membenarkan yang salah menjadi benar, dan yang benar
menjadi salah.
Berdasarkan uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa gaya bahasa
perulangan terdiri dari aliterasi, asonansi, antanaklasis, dan kiasmus. Setiap gaya
baahasa tersebut memiliki kesamaan dan perbedaan masing-masing.
22
23
dan kreatif. Tugas guru dalam kegiatan pembelajaran hanya sebagai fasilitator
agar siswa dapat memperoleh pengetahuan dengan baik dan aktif.
pembelajaran
dan
para
pengajar
dalam
merencanakan
dan
melaksanakan pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa
model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
24
membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahanbahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih
model
pembelajaran
yang
sesuai
dan
efisien
untuk
mencapai
tujuan
pendidikannya.
25
26
27
2)
3)
4)
5)
28
penggunaan
model
pembelajaran
ARCS
(Attention,
Relevance,
29
untuk
memperluas
wawasan,
memperhalus
budi
pekerti,
serta
30
Kompetensi Inti
Menghargai dan menghayati ajaran
agama yang dianutnya
II. Menghargai dan menghayati perilaku
jujur,
disiplin,
tanggungjawab,
peduli (toleransi, gotong royong),
santun,
percaya
diri,
dalam
berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan
pergaulan
dan
keberadaannya
III. Memahami
pengetahuan
(faktual,
konseptual,
dan
prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata
IV. Mencoba, mengolah, dan menyaji
dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi,
dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung,
menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama dalam
sudut pandang/teori.
Kompetensi Dasar
a. Menghargai
dan
mensyukuri
keberadaan
bahasa
Indonesia
sebagai anugerah Tuhan yang Maha
Esa sebagai sarana menyajikan
informasi lisan dan tulis.
b. Memiliki perilaku jujur dan percaya
diri dalam mengungkapkan kembali
tujuan dan metode serta hasil
kegiatan.
c. Menelaah teks cerita moral/fabel,
ulasan, diskusi, cerita prosedur, dan
cerita biografi
sesuai dengan
karakteristik teks yang akan dibuat
baik secara lisan maupun tulisan
d. Menyusun teks cerita moral/fabel,
ulasan, diskusi, cerita prosedur, dan
cerita biografi
sesuai dengan
karakteristik teks yang akan dibuat
baik secara lisan maupun tulisan
31
karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan. Gaya bahasa
sebagai salah satu unsur yang terdapat dalam teks cerita merupakan salah satu
indikator yang harus dipelajari ketika menalaah teks cerita. Dengan demikian,
secara tidak langsung penguasaan gaya bahasa merupakan keterampilan berbahasa
yang harus dikuasai siswa karena tercantum dalam kompetensi dasar Kurikulum
2013 mata pelajaran Bahasa Indonesia.