KEADAAN PADAT
KEADAAN PADAT SISTEM KRISTAL DAN MASSA JENIS
I. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.
Memperlihatkan
bagaimana
besaran-besaran
struktur
kristal
dapat
Suatu struktur kristal dibangun oleh sel unit, sekumpulan atom yang tersusun
secara khusus, yang secara periodik berulang dalam tiga dimensi dalam suatu kisi.
Spasi antar sel unit dalam segala arah disebut parameter kisi (Parker, 2010).
Sistem kristal terbagi atas 7 jenis yaitu :
1.
Sistem Isometrik
Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengan
sistem kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak
lurus satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk
masing-masing sumbunya.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan
sumbu b dan sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi = =
= 90. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( , dan )
tegak lurus satu sama lain (90).
Pada
penggambaran
dengan
menggunakan
proyeksi
orthogonal,
Isometrik
memiliki
perbandingan
sumbu a : b : c = 1 :
3 : 3. Artinya,
sistem
garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c juga
ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut
antar sumbunya a+^b = 30. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 30 terhadap sumbu b.
Sistem isometrik dibagi menjadi 5 Kelas :
Tetaoidal
Gyroida
Diploida
Hextetrahedral
Hexoctahedral
Beberapa contoh mineral dengan system kristal Isometrik ini adalah gold,
pyrite, galena, halite, Fluorite (Pellant, 1992).
2. Sistem Tetragonal
Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu
kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan
panjang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih
pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang.
Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a = b c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b tapi tidak
sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi = = = 90. Hal
ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalografinya ( , dan ) tegak lurus
satu sama lain (90).
Pada
proyeksi
penggambaran
orthogonal,
sistem
dengan
kristal
menggunakan
Tetragonal
: b : c = 1 : 3 : 6.
sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan).
Dan sudut antar sumbunya a+^b = 30. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu
a+ memiliki nilai 30 terhadap sumbu b.
Sistem tetragonal dibagi menjadi 7 kelas:
Piramid
Bipiramid
Bisfenoid
Trapezohedral
Ditetragonal Piramid
Skalenohedral
Ditetragonal Bipiramid
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil,
autunite, pyrolusite, Leucite, scapolite (Pellant, 1992).
3. Sistem Hexagonal
Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus
terhadap ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk
sudut 120 terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama.
Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya
lebih panjang).
4.
Sistem Trigonal
Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain
yaitu Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam
sistem kristal Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama.
Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang
terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik
sudut yang melewati satu titik sudutnya.
Pada kondisi sebenarnya, Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a =
b = d c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan
sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi
= = 90 ; = 120. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut dan saling tegak
lurus dan membentuk sudut 120 terhadap sumbu .
Trigonal piramid
Trigonal Trapezohedral
Ditrigonal Piramid
Ditrigonal Skalenohedral
Rombohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah tourmaline
dan cinabar (Mondadori, 1977).
5.
Sistem Orthorhombik
Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri
kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut
mempunyai panjang yang berbeda.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak
ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut
kristalografi = = = 90. Hal ini berarti, pada sistem ini, ketiga sudutnya
saling tegak lurus (90).
Bipiramid
Beberapa contoh mineral denga sistem kristal Orthorhombik ini adalah
stibnite, chrysoberyl, aragonite dan witherite (Pellant, 1992).
6.
Sistem Monoklin
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu
yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap
sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu
tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling
panjang dan sumbu b paling pendek.
Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak
ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut
kristalografi = = 90 . Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut dan saling
tegak lurus (90), sedangkan tidak tegak lurus (miring).
Prisma
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite,
malachite, colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, 1992).
7.
Sistem Triklin
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak
saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama
panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi =
90. Hal ini berarti, pada system ini, sudut , dan tidak saling tegak lurus
satu dengan yang lainnya.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Logam zinc
Logam magnesium
LogamAluminium
Batukapur (CaCo3)
LogamTembaga (uanglogam)
LogamBesi (paku)
Batangkarbongrafik
Kaca
Aquades
2.
V. HASIL PENGAMATAN
A. TabelPengamatan
No
Nama zat
Volume
Massa
pengamatan
V s
0,26 gr cm-3
5,70 gr cm-3
0,39 gr cm-3
0,025 cm-3
0,071 cm-3
0,974 cm-3
teoritis
1.
2.
3.
Aluminium
Besi
Magnesium
0,5 ml
1 ml
1 ml
0,13 gr
5,70 gr
0,39 gr
4.
5.
6.
7.
8.
Tembaga
Karbon grafit
zink
CaCO3
1 ml
1 ml
2 ml
3 ml
Kaca
3 ml
4,18 gr
1,09 gr
6,75 gr
1,91 gr
cm-3
0,637
3,16 gr
cm-3
1,05 gr cm-3
VI. Perhitugan
A. Massa jenis percobaan
a. Alumunium
M 0,13 gram
0, 65 g / ml
V
0,5 ml
b. Karbon
M 1, 09 gram
1, 09 g / ml
V
1 ml
gr 8, 14r cm-3
4,12 cm-3
c. Kaca
M 3,16 gram
1, 05 g / ml
V
3 ml
d. Tembaga
M 4,18 gram
4,18 g / ml
V
1 ml
e. Besi
M 5, 70 gram
5, 70 g / ml
V
1 ml
f. CaCO3
M 1,9 gram
0, 637 g / ml
V
3 ml
g. Magnesium
M 0,39 gram
0,39 g / ml
V
1 ml
h. Zink
M 6, 75 gram
3,375 g / ml
V
2 ml
V s a3
(4, 04)3
65,93 cm3
1, 6603
gram cm 3
V s
1, 6603
gram cm 3
65,93
0, 025 gr / cm3
2. Besi
V s a3
(2,86)3
23,39 cm3
1, 6603
gram cm 3
V s
1, 6603
gram cm 3
23,39
0, 071 gr / cm3
3. Tembaga
V s a3
(3, 61)3
47, 04 cm3
1, 6603
gram cm 3
V s
1, 6603
gram cm 3
47, 04
0, 035 gr / cm3
4. kaca
= 130,18 (1 + 0,0(-0,5)
= 130,18 (1 + 0
(0)2
(0)2 (-0,5)2)12
(0,25)12
= 130,18 (0,75)12
= 130,18 (0,031676352)
= 4,12 cm3
1, 6603
V s
1, 6603
gr / cm3
4,12
0, 402 gr / cm3
5. Magnesium
V s abc (1 cos cos cos cos 2 cos 2 cos 2 )12
3, 20 .3, 20 .5, 40 (1 cos 900 cos 900 cos 1200 cos 2 900 cos 2 900 cos2 1200 )12
= 53,248 (1 + 0,0(-0,5)
(0)2
(0)2 (-0,5)2)12
= 53,248 (1 + 0
(0,25)12
= 53,248 (0,75)12
= 53,248 (0,031676352)
= 1,68 cm3
1, 6603
V s
1, 6603
gr / cm3
1, 68
0,988 gr / cm3
6. CaCO3
= 257,25 (1 + 0,0(-0,5)
= 257,25 (1 + 0
(0,25)12
= 257,25 (0,75)12
= 257,25 (0,031676352)
= 8,14 cm3
1, 6603
V s
1, 6603
gr / cm3
8,14
0, 203 gr / cm3
7. Karbon grafit
(0)2
(0)2 (-0,5)2)12
= 40,61 (1 + 0,0(-0,5)
= 40,61 (1 + 0
(0)2
(0)2 (-0,5)2)12
(0,25)12
= 40,61 (0,75)12
= 40,61 (0,031676352)
= 1,28 cm3
1, 6603
V s
1, 6603
gr / cm3
1, 28
1,30 gr / cm3
8. Zink
V s abc (1 cos cos cos cos 2 cos 2 cos 2 )12
2, 665 .2, 665 .4,947 (1 cos 900 cos 900 cos 1200 cos 2 90 0 cos2 900 cos 2 1200 )12
=
= 35,13 (1 + 0,0(-0,5)
= 35,13 (1 + 0
(0,25)12
= 35,13 (0,75)12
= 35,13 (0,031676352)
= 1,11 cm3
(0)2
(0)2 (-0,5)2)12
1, 6603
V s
1, 6603
gr / cm3
1,11
1,50 gr / cm3
VII. Pembahasan
Struktur kristal adalah suatu susunan khas atom-atom dalam suatu kristal.
Suatu struktur kristal dibangun oleh sel unit, sekumpulan atom yang tersusun
secara khusus, yang secara periodik berulang dalam tiga dimensi dalam suatu kisi.
Spasi antar sel unit dalam segala arah disebut parameter kisi (Parker, 2010).
2. Pada Paku
Pada perlakuan
menimbang
massa
ini
gram.
memasukkan
kedalam
air
dengan volume 40
ml.
memasukkan
kedalam
Paku
pertama-tama
Kemudian
gelas
ukur
Setelah
itu
gelas
ukur
yang telah berisi air dan menghitung pertambahan volume pada gelas ukur. Nilai
dari pertambahan volume tersebut merupakan volume dari Paku tersebut dan
diperoleh volume dari besi tersebut yaitu 1 ml (Staf Pengajar Kimia Fisik 1,
2013).
Adapun nilai yang diperoleh pada volume unit selnya sebesar 23,39 cm3 dan
nilai massa jenis setelah dilakukan perhitungan teoritis sebesar 0,08 gram/cm3
sedangkan pada hasil percobaan yang di peroleh sebesar 0,071 gram/cm3. Hal ini
menyatakan bahwa terjadi perbedaan yang tidak jauh antara hasil perhitungan
teoritis dengan hasil dari percobaan yang diperoleh setelah melakukan percobaan.
Hal ini dikarenakan kurangnya ketelitian atau pemahaman yang dilakukan
praktikan (Staf Pengajar, 2013).
Besi tergolong dalam sistem kristal kubik. Pada sistem ini nilai panjang sisi
unit selnya yaitu 2,86 dan besar sudut sisi unit selnya adalah = = = 90o. dan
berikut ini gambar sistem Kristal kubik.
3. Pada CaCO3
Pada perlakuan ini pertama-tama menimbang massa dari CaCO3 dan diperoleh
massanya yaitu 1,91 gram. Kemudian memasukkan air kedalam gelas ukur
dengan volume 10 ml. Setelah itu memasukkan CaCO3 kedalam gelas ukur yang
telah berisi air dan menghitung pertambahan volume pada gelas ukur. Nilai dari
pertambahan volume tersebut merupakan volume dari CaCO3 tersebut dan
diperoleh volume dari CaCO3 tersebut yaitu 3 ml (Staf Pengajar Kimia Fisik 1,
2013).
Adapun nilai yang diperoleh pada volume unit selnya sebesar 8,14 cm3 dan
nilai massa jenis setelah dilakukan perhitungan teoritis sebesar 0,047 gram/cm3
sedangkan pada hasil percobaan yang di peroleh sebesar 0,203 gram/cm3. Hal ini
menyatakan bahwa terjadi perbedaan yang sangat jauh antara hasil perhitungan
teoritis dengan hasil dari percobaan yang diperoleh setelah melakukan percobaan.
Hal ini dikarenakan kurangnya ketelitian atau pemahaman yang dilakukan
praktikan (Staf Pengajar, 2013).
Bentuk sistem kristal pada batu kapur (CaCO3) kalsit adalah rombohedral
sedangkan pada (CaCO3) aragonit adalah ortorombik. Pada sistem kristal pada
batu kapur (CaCO3) kalsit nilai panjang sisi unit selnya yaitu 6,36 dan besar sudut
sisi unit selnya adalah = 46o6, = 46o6 dan = 266o8. Dan berikut ini gambar
sistem Kristal ortorombik.
ukur dengan volume 10 ml. Setelah itu memasukkan logam zink kedalam gelas
ukur yang telah berisi air dan menghitung pertambahan volume pada gelas ukur.
Nilai dari pertambahan volume tersebut merupakan volume dari logam tersebut
dan diperoleh volume dari zink tersebut yaitu 1 ml (Staf Pengajar Kimia Fisik 1,
2013).
Adapun nilai yang diperoleh pada volume unit selnya sebesar 1,11 cm3 dan
nilai massa jenis setelah dilakukan perhitungan teoritis sebesar 0,047 gram/cm3
sedangkan pada hasil percobaan yang di peroleh sebesar 1,50 gram/cm3. Hal ini
menyatakan bahwa terjadi perbedaan yang sangat jauh antara hasil perhitungan
teoritis dengan hasil dari percobaan yang diperoleh setelah melakukan percobaan.
Hal ini dikarenakan kurangnya ketelitian atau pemahaman yang dilakukan
praktikan (Staf Pengajar, 2013).
Bentuk sistem kristal pada logam zink adalah kubik. Pada sistem ini nilai
panjang sisi unit selnya yaitu a = b = 2,6665, c = 4,947 dan besar sudut sisi unit
selnya adalah = = = 90o. dan berikut ini gambar sistem Kristal kubik.
5. Pada Tembaga
Pada perlakuan ini pertama-tama menimbang massa dari tembaga dan diperoleh
massanya yaitu 4,10 gram. Kemudian memasukkan air kedalam gelas ukur
dengan volume 10 ml. Setelah itu memasukkan tembaga kedalam gelas ukur yang
telah berisi air dan menghitung pertambahan volume pada gelas ukur. Nilai dari
pertambahan volume tersebut merupakan volume dari tembaga tersebut dan
diperoleh volume dari tembaga tersebut yaitu 1 ml (Staf Pengajar Kimia Fisik 1,
2013).
Adapun nilai yang diperoleh pada volume unit selnya sebesar 47,04 cm3 dan
nilai massa jenis pada percobaan yang di peroleh sebesar 0,061 gram/cm3.
6. Pada kaca
Pada perlakuan ini pertama-tama menimbang massa dari kaca dan diperoleh
massanya yaitu 3,16 gram. Kemudian memasukkan air kedalam gelas ukur
dengan volume 10 ml. Setelah itu memasukkan kepingan kaca kedalam gelas ukur
yang telah berisi air dan menghitung pertambahan volume pada gelas ukur. Nilai
dari pertambahan volume tersebut merupakan volume dari kaca tersebut dan
diperoleh volume dari kaca tersebut yaitu 1 ml (Staf Pengajar Kimia Fisik 1,
2013).
Adapun nilai yang diperoleh pada volume unit selnya sebesar 4,12 cm3 dan
nilai massa jenis pada percobaan yang di peroleh sebesar 0,402 gram/cm3.
7. Pada karbon
Pada perlakuan ini pertama-tama menimbang massa dari karbon dan diperoleh
massanya yaitu 1,09 gram. Kemudian memasukkan air kedalam gelas ukur
dengan volume 10 ml. Setelah itu memasukkan karbon kedalam gelas ukur yang
telah berisi air dan menghitung pertambahan volume pada gelas ukur. Nilai dari
pertambahan volume tersebut merupakan volume dari karbon tersebut dan
diperoleh volume dari karbon tersebut yaitu 1 ml (Staf Pengajar Kimia Fisik 1,
2013).
Adapun nilai yang diperoleh pada volume unit selnya sebesar 1,28 cm3 dan
nilai massa jenis pada percobaan yang di peroleh sebesar 1,30 gram/cm3.
8. Pada magnesium
Pada perlakuan ini pertama-tama menimbang massa dari logam magnesium dan
diperoleh massanya yaitu 3,16 gram. Kemudian memasukkan air kedalam gelas
ukur dengan volume 10 ml. Setelah itu memasukkan logam magnesium kedalam
gelas ukur yang telah berisi air dan menghitung pertambahan volume pada gelas
ukur. Nilai dari pertambahan volume tersebut merupakan volume dari magnesium
tersebut dan diperoleh volume dari tembaga tersebut yaitu 1 ml (Staf Pengajar
Kimia Fisik 1, 2013).
Adapun nilai yang diperoleh pada volume unit selnya sebesar 1,68 cm3 dan
nilai massa jenis pada percobaan yang di peroleh sebesar 0,988 gram/cm3.
Hubungan antara massa jenis () hasil perhitungan teoritis dan volume unit
sel (Vs) dapat ditunjukan melalui persamaan = m / Vs dengan m sebagai
massa. Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa massa jenis berbanding
terbalik dengan volume unit sel. Semakin besar volume unit sel semakin kecil
massa jenisnya.
VIII. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Besaran besaran yang digunakan pada percobaan ini adalah volume molar
(Vm), Volume unit sel (Vs) dan massa jenis ().
2. 2. Jenis jenis sistem kristal :
a. Kubik
b. Heksagonal
c. Tetragonal
d. Orthorombik
e. Rombohedral
f. Monoklin
g. Triklin
3.
DAFTAR PUSTAKA
Mondadori, Arlondo. (1977). Simons & Schusters Guide to Rocks and Minerals.
Milan: Simons & Schusters Inc
Parker.S.P. (1988). Physical Chemistry. Jakarta: Erlangga
Pellant, Chris. (1992). Rocks and Minerals. London: Dorling Kindersley
Staf Pengajar Kimia Fisik1 (2013). Penuntun Praktikum Kimia Fisik 1. Palu:
Universitas Tadulako