Disusun oleh:
Yan aditya
Pembimbing:
dr. Hendra Sutapa, Sp.U
FK UNPAD/ FK UNLAM
RSHS/RSUD ULIN
BANJARMASIN
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Tosio testis adalah kegawatdaruratan urologi yang membutuhkan
penegakan diagnosis dan intervensi segera agar viabilitas testis tetap
terjaga. (Schwartz, 2005)
Torsio
testis
merupakan
suatu
keadaan
dimana
funikulus
disebabkan/bersamaan
dengan
virus
yang
menyebabkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Testis
Testis adalah organ genitalia pria yang terletak di skrotum. Ukuran
testis pada orang dewasa adalah 4 x 3 x 2,5 cm dengan volume 15-25 ml
berbentuk ovoid. Kedua buah testis terbungkus oleh jaringan tunika
albuginea yang melekat pada testis. Di luar tunika albuginea terdapat
tunika vaginalis yang terdiri atas lapisan viseralis, yang menempel
langsung ke testis, dan lapisan parietalis, sebelah luar testis yang
menempel ke muskulus dartos pada dinding skrotum. Otot kremaster yang
berada di sekitar testis memuungkinkan testis dapat digerakkan
mendekati organ abdomen untuk mempertahankan temperature testis
agar tetap stabil. (Purnomo,2009)
Secara histopatologis, testis terdiri atas 250 lobuli dan tiap lobules
terdiri atas tubuli seminiferi. Di dalam tubulus seminiferus terdapat sel-sel
spermatogonia dan sel Sertoli, sedang antara tubuli seminiferi terdapat
sel-sel lydig. Sel-sel spermatogonium pada proses spermatogenesis
menjadi sel spermatozoa. Sel-sel Sertoli berfungsi memberi makan pada
bakal sperma, sedangkan sel-sel Leydig atau disebut sel-sel interstisial
testis berfungsi dalam menghasilkan hormone testosterone.(Purnomo,
2009)
Sel-sel spermatozoa yang diproduksi di tubuli seminiferi testis
disimpan dan mengalami permatangan/maturasi di epididimis. Setelah
mature (dewasa) sel-sel spermatozoa bersama-sama dengan getah dari
epididimis dan vas deferens disalurkan menuju ke ampula vas deferens.
Sel-sel itu setelah bercampur dengan cairan-cairan dari epididimis, vas
deferens, vesikula seminalis. serta cairan prostat membentuk cairan
semen atau mani. (Purnomo,2009)
Definisi
Torsio testis merupakan suatu keadaan dimana funikulus
2.2.2 Epidemiologi
Torsio testis diderita oleh 1 diantara 4000 pria yang berumur
kurang dari 25 tahun, dan paling banyak diderita oleh anak pada masa
pubertas (12-20 tahun). (Ringdahl dkk, 2006)
Testis kiri lebih sering terjadi disbanding testis kanan, hal ini
mungkin disebabkan oleh karena secara normal funikulus spermatikus
kiri lebih panjang. (Rupp, 2010)
Pada kasus torsio testis yang terjadi pada periode neonatus,
70% terjadi pada fase prenatal dan 30% terjadi postnatal. (Rupp,
2010)
2.2.3 Etiologi
Penyebab dari torsio testis meliputi kelainan congenital, anomali
bell clapper, testis yang tidak turun, gangguan seksual
atupun
Setengah dari pasien memiliki gangguan ini pada saat tidur. Pada beberapa
kasus, kelainan congenital dari tunika vaginalis atau funikulus spermatikus
muncul. (Cranston,2002)
memungkinkan
untuk
terpluntir
pada
sumbu
funikulus
2.2.4 Patofisiologi
Torsio testis terjadi pada anak dengan insersi tunika vaginalis
tinggi di funikulus spermatikus sehingga funikulus dengan testis dapat
terpuntir dalam tunika vaginalis. Akibat puntiran tungkai, terjadi
pendarahan testis mulai dari bendungan vena sampai iskemia yang
menyebabkan gangren. Keadaan insersi tinggi tunika vaginalis di
funikulus biasanya gambarkan sebagai lonceng dengan bandul yang
memutar dan mengalami nekrosis dan gangren.(Wim De Jong, 2005)
Secara fisiologis otot kremaster berfungsi menggerakkan testis
mendekati dan menjauhi rongga abdomen guna mempertahankan
suhu ideal untuk testis. adanya kelainan sistem penyanggah testis
menyebabkan testis menyebabkan testis dapat mengalami torsio jika
bergerak secara berlebihan. Beberapa keadaan yang menyebabkan
Pembengkakan testis
2.2.6 Diagnosis
Diagnosis secara utama dibuat berdasarkan riwayat dan
pemeriksaan. (Cranston,202). Pasien mengeluh nyeri hebat di daerah
skrotum, yang sifatnya mendadak dan diikuti pembengkakan pada
testis. Keadaan ini dikenal sebagai akut skrotum. Nyeri dapat menjalar
ke daerah inguinal atau perut sebelah bawah sehingga jika tidak
diwaspadai sering dikacaukan dengan appendisitis akut (Purnomo,
2009). Kecurigaan diarahkan pada pasien lelaki muda yang datang
dengan nyeri akut dan pembengkakkan, dimana torsio testis terjadi
pada hampir 90 persen dengan gejala akut skrotum pada kelompok
usia
13
sampai
21
tahun.
Muntah
merupakan
salah
satu
tampak
lebih
besar
bila
dibandingkan
dengan
testis
10
inflamasi, kecuali pada torsio testis yang sudah lama dan telah
mengalami keradangan steril. (Purnomo, 2009)
Teknik investigative biasanya tidak diperlukan dan menunda
eksplorasi (Cranston,2002). Pemeriksaan penunjang yang berguna
untuk membedakan torsio testis dengan keadaan akut skrotum yang
lain adalah dengan memakai : stetoskop Doppler, ultrasonografi
Doppler (Purnomo,2009) (dapat berguna dalam diagnosis namun
dapat salah diartikan, terutama pada kasus torsio intermitten dengan
hyperemia dapat muncul setelah terjadi pemutaran balik secara
spontan (Cranston,2002), dan sintigrafi testis yang kesemuanya
bertujuan menilai adanya aliran darah ke testis. Pada torsio testis
tidak didapatkan adanya aliran darah ke testis sedangkan pada
keradangan akut testis terjadi peningkatan aliran darah ke testis
(Purnomo,2009).
B
(Sumber: http://mymedicineworld.net/?tag=infarction)
11
2.2.7
Diagnosis Banding
Diagnosis bandingnya adalah semua keadaan darurat dan
12
Sumber: (http://www.ebmedicine.net/topics.php?
paction=showTopicSeg&topic_id=173&seg_id=3410)
13
pernah
menjalani
katerisasi
uretra
sebelumnya
(Purnomo,2009).
Jika
dilakukan
elevasi
(pengangkatan)
testis,
pada
epididimo-orkitis,
Ultrasound
Doppler
14
lain
yang
tidak
diketahui
sebabnya
(idiopatik)
(Purnomo,2009)
2.2.8 Penatalaksanaan
A. Detorsi Manual
Detorsi manual adalah mengembalikan posisi testis ke
asalnya, yaitu dengan jalan memutar testis kea rah berlawanan
dengan arah torsio. Karena arah torsio biasanya ke medial
maka dianjurkan untuk memutar testis ke arah lateral dahulu,
kemudian jika tidak terjadi perubahan, dicoba detorsi kearah
medial. Hilangnya nyeri setelah detorsi menandakan bahwa
detorsi telah berhasil. Jika detorsi berhasil operasi harus tetap
dilaksanakan. (Purnomo,2009).
Bila dilakukan detorsi dalam 6 jam setelah onset gejala makan 97%
testis dapat diselamatkan. Dan bila lebih dari 24 jam hanya ada 10%
kemungkinan. (Kass, Lundak, 1997)
B. Operasi
15
nekrosis
dilakukan
pengangkatan
testis
iskemia
menstimulasi
produksi
antitestis
dan
16
17
II.3.1 Etiologi
yang
berpean
berupa
Neisseria
gonorrhea,
Chlamydia
Staphylococcus
dan
Streptococcus.
Penderita
18
usia tersebut dan bilateral pada 10 % kasus. Onset biasanya terjadi pada
3-4 hari setelah berkembangnya parotitis (Meares, 1995).
Tuberkulosis orchitis dapat terjadi dari penyebaran hematogen dari
tuberkel bacilli dari focus infeksi di paru atau lebih sering lagi, secara
langsung dari tuberculous epididimytis (Meares, 1995).
Orkitis luetika jarang ditemukan. Sifilis stadium IV yang merupakan
guma di orgaan ini agak sering terdapat di testis, tetapi setelah penemuan
antibiotik, sifilis stadium IV sangat jarang ditemukan. Pada pemeriksaan
didapatkan pembengkakan seluruh testis yang tidak nyeri, konsistensi
agak kenyal seperti karet dan mungkin terdapat hubungan dengan kulit
depan yang akhirnya membentuk fistel kulit. Diagnosis bandingnya berupa
kanker testis. (Wim De Jong, 2005)
Testis dapat terlibat dalam syphilis, gummas dengan area nekrosis
yang besar terkadang berkomplikasi sebagai tingkat lanjut dari syphilis
(Meares, 1995).
Granulomatous orchitis, proses inflamasi nonspesifik pada testis,
terjadi biasanya pada umur pertengahan dan laki-laki tua. Berasal dari
proses noninfeksi. Bukti menunjukkan bahwa penyakit autoimun dapat
terlihat sebagai respon granulomatos pada spermatozoa (Meares, 1995).
2.3.3 Patogenesis dan patologi
Pada inspeksi menyeluruh, testis yang terlibat dalam orchitis
ninspesifik biasanya membesar, kongesti dan supel; pada bagian tertentu
abses kecil dapat terlihat. Secara histologi, edema dari jaringan ikat dan
infiltrasi neutrofil merupakan karakteristik. Tubulus seminiferus dapat juga
terlibat dan nekrosis dapat muncul. Tubulus seminiferus digantikan
dengan tuberkel kaseosa pada tuberculosis orchitis dan dengan infiltrate
dari sel mononuclear (sel plasma, limfosit, sel mononukleat, dan sel
epiteloid) pada nonspesifik granulomatosa orchitis. Garis luar tubulus
seminiferus tetap ada namun aktivitas spermatogenesis tidak ada. Pada
19
Pada
hidrocele
terdapat
transluminasi
Pada
20
B. Penemuan laboratorium
Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan leukositosis.
Proteinuria ringan dan mikrohematuria telah di gambarkan, namun
urinalisis biasanya normal. Selama episode akut dari viral orchitis,
organism infektif dapat ditemukan pada urin (Meares, 1995).
2.3.5 Diagnosis banding
Saat masih awal, epididimis akut dapat dibedakan dengan mudah
dari orchitis akut karena hanya epididimis yang terlibat dalam reaksi
peradangan.
Kemudian
kongesti
pasif
dari
testicle
berkembang,
21
biasanya
masih
terjaga.
Komplikasi
lainnya
adalah
2.3.7 Pencegahan
Vaksin mumps sangat efektif dalam mencegah parotitis dan
komplikasi orchitis, ini direkomendasikan untuk semua orang yang
kemungkinan terkena pada umur lebih dari satu tahun. Insiden orchitis
menurun dengan diadministrasikan mumps hiperimun globulin, 20 mL,
selama masa inkubasi atau pada tahap awal penyakit. Pemberian
estrogen atau kortikosteroid yang rutin untuk semua laki-laki post pubertal
yang terkena mumps diberikan untuk mencegah orchitis, bagaimanapun
hal ini masih kontroversial (Meares, 1995).
2.3.8 Penatalaksanaan
Orchitis karena bakteri harus diobati dengan obat antimikroba,
sedangkan obat-obatan ini tidak berguna melawan mumps orchitis.
Resolusi yang cepat dan dari pembengkakan dan rasa sakit kadang dapat
dicapai dengan infiltrasi dari funikulus spermatikus secepatnya superior
dari testis yang terlibat dengan 20 mL dari 1% lidocaine. Ini dapat menjaga
22
23
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
Kass EJ, Lundak BL: The acute scrotum. Pediatr Clin North Am
1997;44:1251.
6.
7.
8.
9.
24
Jefferson
University,
available
in
25