Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Agrisistem, Juni 2010, Vol. 6 No.

ISSN 1858-4330

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KENTANG PADA BERBAGAI


DOSIS PEMUPUKAN
GROWTH AND POTATO PRODUCTION ON VARIOUS FERTILIZER DOSAGE
Haris
Jurusan Penyuluhan Pertanian STPP Gowa

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pertumbuhan dan Produksi Kentang pada
Berbagai Dosis Pemupukan. Penelitian dilaksanakan di kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan
pada ketinggian tempat 1.350 m dpl. Berlangsung pada Maret hingga Oktober 2008.
Penelitian ini disusun dalam bentuk Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3
perlakuan pemupukan , yaitu : P1 = 300 kg ha-1 Urea+150 kg ha-1 SP-36+300 kg ha-1 KCl ;
P2 = 400 kg ha-1 Urea+250 kg ha-1 SP-36+400 kg ha-1 KCl ; P3 = 500 kg ha-1 Urea+350 kg
ha-1 SP-36+500 kg ha-1 KCl ; dengan ulangan sebanyak tiga kali sehingga terdapat 9 petak
tanaman. Parameter Pengamatan adalah: tinggi tanaman, jumlah daun, diameter umbi,
berat umbi per petak. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa Pemupukan dengan dosis
400 kg ha-1 Urea+250 kg ha-1 SP-36+400 kg ha-1 KCl menghasilkan rata-rata pertumbuhan
vegetatif maupun produksi yang lebih baik dibandingkan dengan paket pemupukan
lainnya.
Kata kunci: Pertumbuhan, produksi, kentang, pemupukan
ABSTRACT
This research intent to know growth and potato Production on various Dosed Dunging.
Executed research at regency Sinjai, South sulawesi on a high place 1.350 mdpl. Research
conducted on March until October 2008. This research was arranged in Randomised block
design with 3 treatments, e.i.: P 1 = 300 kg ha-1 Urea + 150 kg ha-1 SP-36 + 300 kg ha-1
KCl; P2 = 400 kg ha-1 Urea + 250 kg ha-1 SP-36 + 400 kg ha-1 KCl; P3 = 500 kg ha-1
Urea+350 kg ha-1 SP-36+500 kg ha-1 KCl; with repeated 3 times. The parameter was
measured: plant hight, number of leaf, diameter of corm, corm weight plot-1. Result of
research showed that fertilizing with 400 kg ha-1 Urea+250 kg ha-1 SP-36+400 kg ha-1
KCl results average vegetative growth and also the better production compared to another.
Keywords: Growth, yield, potato, fertilizing

PENDAHULUAN
Upaya mengatasi krisis pangan dapat ditempuh melalui diversifikasi pangan dengan menerapkan agribisnis profesional.
Pada kondisi ini upaya yang dilakukan
harus mampu meningkatkan penyediaan
pangan sekaligus mampu pula meningkatkan pendapatan masyarakat. Oleh karena
itu, pengembangan pertanian harus di-

prioritaskan pada komoditas yang bercirikan memiliki nilai ekonomi tinggi, dapat
dijadikan sebagai bahan pangan alternatif,
toleran pada kondisi Indonesia, dan pemasarannya mudah.
Salah satu tanaman yang cocok dikembangkan untuk mengatasi masalah pangan
dan ekonomi adalah tanaman kentang,
karena berpotensi sebagai sumber karbo15

Jurnal Agrisistem, Juni 2010, Vol. 6 No. 1

hidrat alternatif yang dapat manggantikan


bahan pangan penghasil karbohidrat lain
seperti beras, gandum, dan jagung. Tanaman kentang juga dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat karena dapat dibuat beraneka jenis makanan baik berupa
rebusan, keripik atau gorengan dan bermanfaat sebagai terapi makanan bagi
penderita diabetes, untuk perawatan kecantikan maupun pengobatan lainnya.
Umbi kentang memiliki nisbah protein
terhadap karbohidrat lebih tinggi dibanding tanaman serealia atau tanaman umbiumbian lainnya. Kandungan zat gizi dalam 100 g bahan adalah kalori 347 kal,
protein 0,3 g, lemak 0,1 g, karbohidrat
85,6 g, kalsium 20 mg, fosfor 30 mg, besi
0,5 mg, dan vitamin B 0,04 mg. Sebagai
sumber utama karbohidrat, kentang sangat
bermanfaat untuk meningkatkan energi
dalam tubuh sehingga manusia dapat bergerak berfikir dan melakukan aktivitasaktivitas lainnya. Kondisi topografi Indonesia yang bervariasi dan mempunyai beberapa daerah dengan ketinggian di atas
700 m dpl, menjadikan Indonesia cukup
potensial sebagai areal pertanaman kentang. Potensi penyebaran areal pertanaman kentang di Indonesia untuk peningkatan produksi masih sangat luas yaitu
11.331.700 ha, berada pada ketinggian
lebih 700 m dpl yang umumnya terdapat
di luar pulau Jawa, seperti propinsi Aceh,
Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jambi,
Bengkulu, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Utara dan Papua, namun yang termanfaatkan baru seluas 65.420 ha.
Secara statistik memperlihatkan produktivitas kentang di Indonesia masih tergolong rendah karena pada tahun 2002
hanya mencapai 13,376 ton ha-1 tahun-1.
Total luas panen sebesar 73.069 ha
dengan produksi 977.349 ton ha-1 , lebih
rendah bila dibandingkan dengan produktivitas kentang di negara-negara produsen
lainnya. Hasil ini masih sangat rendah bila
dibandingkan dengan negara-negara pro16

ISSN 1858-4330

dusen kentang seperti Amerika Serikat


dan Negara-negara Eropa Barat yang
mencapai 25 ton ha-1. Hasil kentang di
Australia lebih dari 50 ton ha-1, Korea 20
ton ha-1 dan Jepang 31,7 ton ha-1
(Soelarso, 2001).
Peningkatan produktivitas kentang sangat
ditunjang oleh sistem pemupukan dan
lingkungan tumbuh yang sesuai. Pemupukan sangat diperlukan untuk mencukupi
kebutuhan unsur hara tanaman dan memperbaiki kondisi tanah sehingga perakaran
dapat tumbuh baik serta dapat menyerap
unsur hara dalam jumlah cukup. Hal ini
sangat diperlukan sehubungan dengan
proses pembentukan umbi kentang. Unsur
hara utama yang dibutuhkan tanaman
kentang dalam jumlah besar adalah unsur
hara makro primer yaitu Nitrogen (N),
fosfor (P) dan Kalium (K). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian unsur
hara N, P dan K adalah penting untuk
perkembangan umbi kentang (Rosliani et
al., 1998). Jenis pupuk yang mengandung
unsur hara makro ada dua macam yaitu
pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Rekomendasi pemupukan untuk kentang
yakni 150 sampai 200 kg ha-1 N, 120
sampai 150 kg ha-1 P, dan 100 kg ha-1 K.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai paket pemupukan pada beberapa varietas kentang
yang ditanam di tiga ketinggian tempat di
Kabupaten Sinjai.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan di Kabupaten
Sinjai, Sulawesi Selatan pada ketinggian
tempat 1.350 mdpl. Berlangsung pada
Maret hingga Oktober 2008.
Penelitian menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok dengan perlakuan
pemupukan sebagai berikut :
P1 : 300 kg ha-1 Urea+150 kg ha-1
SP-36+300 kg ha-1 KCl

Jurnal Agrisistem, Juni 2010, Vol. 6 No. 1

ISSN 1858-4330

P2 : 400 kg ha-1 Urea+250 kg ha-1


SP-36+400 kg ha-1 KCl
P3 : 500 kg ha-1 Urea+350 kg ha-1
SP-36+500 kg ha-1 KCl
dengan ulangan sebanyak tiga
sehingga terdapat 9 petak tanaman.

kali

Dilakukan pengolahan tanah sebanyak dua


kali dan pembuatan bedengan sebanyak 9
petak. dengan ukuran 3 m x 4 m Jarak
antara petak yang satu dengan yang lain
50 cm dan jarak antar ulangan 80 cm.
Setelah itu, dibuat garitan-garitan. Jarak
antar garitan disesuaikan dengan jarak
tanam yang akan digunakan, yaitu 70 cm.
Pupuk organik (kandang sapi) 2 t ha-1
diberikan pada saat pengolahan tanah
kedua (satu minggu sebelum tanam). Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanam dahulu dengan jarak 70 cm x
30 cm, kemudian bibit kentang yang
seragam dan sudah bertunas rata-rata 0,5
cm ditanamkan sedalam 5 cm, selanjutnya
umbi ditutup dengan tanah. Pemupukan
pertama sesuai dosis perlakuan dilaksanakan pada saat tanam (SP-36, KCl) diberikan semuanya dan dosis Urea. Pemupukan Urea selebihnya akan diberikan
pada saat 35 hst.
Pemeliharaan dilakukan dengan Pengairan
secara rutin dilaksanakan dengan menyiram apabila pada hari tersebut tidak turun
hujan serta dengan mengaliri selokan
sampai areal lembab (sekitar 15 sampai 20
menit). Pada varietas kentang yang berbunga dilakukan pemangkasan untuk
menghambat terjadinya proses pembentukan umbi karena terjadi perebutan unsur
hara.
Penyiangan dan pembumbunan dilakukan
pada umur 35 hst bersamaan dengan pemberian pupuk Urea. Pembumbunan kedua
dilakukan pada umur 60 hst sehingga
tinggi guludan mencapai 30 cm. Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan tanaman dengan Spontan 400 SL
dan Curacron 500 EC dengan konsentrasi

15 mL 15 L-1 air, sedangkan pengendalian


penyakit yang disebabkan oleh jamur
dengan Acrobat 50 WP konsentrasi 20
ml per 15 L air. (kegiatan ini disesuaikan
dengan serangan HPT).
Panen umbi kentang dilakukan pada saat
umbi telah benar-benar masak. Umur
panen 100 hst dengan kriteria umbi telah
siap dipanen, yaitu daun atau bagian
tanaman di atas permukaan tanah terlihat
menguning serta kulit umbi tersebut telah
melekat dengan daging umbi dan tidak
terkelupas kulitnya jika ditekan.
Parameter Pengamatan adalah :
1. Tinggi tanaman (cm), diukur dari
pangkal batang sampai titik timbuh
terakhir. Pengamatan dilakukan setiap
dua minggu, mulai umur 4 MST
2. Jumlah daun (helai), dihitung jumlah
daun yang terbentuk dilakukan setiap
dua minggu mulai umur 4 MST.
3. Diameter batang (cm), pengamatan
dilakukan setiap dua minggu, mulai
umur 4 MST.
4. Berat umbi per petak (kg) dan per
hektar (ton) diamati segera setelah
tanaman dipanen.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Tinggi Tanaman
Pemupukan dengan dosis 400 kg ha-1 Urea
+250 kg ha-1 SP-36+400 kg ha-1 KCl (p2)
menghasilkan rata-rata tanaman tertinggi
(40,50 cm) pada umur 70 HST dan berbeda nyata dibandingkan dosis pemupukan 300 kg ha-1 Urea+150 kg ha-1 SP36+300 kg ha-1 KCl (p1) dan tidak berbeda
dengan 500 kg ha-1 Urea+350 kg ha-1 SP36+500 kg ha-1 KCl.
Perkembangan tinggi tanaman kentang
dengan berbagai dosis pemupukan pada
umur 28 hst, 42, hst, 58 hst, 70 hst, dan 84
hst dapat dilihat pada Gambar 1.

17

Jurnal Agrisistem, Juni 2010, Vol. 6 No. 1

ISSN 1858-4330

Tinggi Tanaman (cm)

45
40
35
30
25
20
15

p1
p2
p3

10
5
0
0

28 HST 42 HST 56 HST 70 HST 84 HST

Umur Tanaman (Hari setelah tanam)

Gambar 1. Rata-rata tinggi tanaman kentang dengan berbagai pemupukan pada ketinggian
1.350 m dpl.

Jumlah Daun
Pemupukan dengan dosisis 400 kg ha-1
Urea+250 kg ha-1 SP-36+400 kg ha-1 KCl
(v3p2) menghasilkan rata-rata jumlah
daun terbanyak (26,98 helai) pada berbagai pemupukan yang dicobakan, tetapi

tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah


daun tanaman umur 70 hst
Perkembangan jumlah daun tanaman
kentang pada berbagai dosis pemupukan
pada umur 28 hst, 42 hst, 58 hst, 70 hst,
dan 84 hst dapat dilihat pada Gambar 2.

p1

25

Jumlah Daun (helai)

p2
20

p3

15
10
5
0
0

28 HST 42 HST 56 HST 70 HST 84 HST

Umur Tanaman (Hari setelah tanam)

Gambar 2.

18

Rata-rata jumlah daun tanaman kentang dengan berbagai pemupukan pada


ketinggian 1.350 m dpl

Jurnal Agrisistem, Juni 2010, Vol. 6 No. 1

Diameter Batang
Pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang tanaman pada
umur 70 hst. Perkembangan diameter

Gambar 3.

batang tanaman kentang dengan berbagai


dosis pemupukan pada umur 28 hst, 42,
hst, 58 hst, 70 hst, dan 84 hst dapat dilihat
pada Gambar 3.

Rata-rata diameter batang tanaman kentang dengan berbagai pemupukan


pada ketinggian 1.350 m dpl

Berat Umbi Petak-1 (Hektar)


Sidik ragam gabungan berat umbi tanaman kentang petak-1 dan hektar-1 saat
panen pada tiga lokasi dengan ketinggian
yang berbeda disajikan pada Tabel 1.
Sidik ragam gabungan menunjukkan bahwa berbagai varietas dan interaksi varietas

Tabel 1.

ISSN 1858-4330

dengan lokasi sangat berpengaruh nyata,


berbagai paket pemupukan berpengaruh
nyata. Sedangkan interaksi lokasi dengan
pemupukan, interaksi varietas dengan pemupukan serta interaksi antara lokasi,
varietas dan pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap berat umbi tanaman
per petak saat panen.

Rata-rata berat umbi tanaman kentang per petak (kg) dan per ha (ton) pada saat
panen
Lokasi
1.350 (L3)

Perlakuan
Petak (kg)

ha (ton)

p1

23,91b

(28,69)

p2

25,55a

(30,67)

p3

24,93a

(29,91)

19

Jurnal Agrisistem, Juni 2010, Vol. 6 No. 1

Pemupukan dengan dosis (p2) menghasilkan rata-rata umbi tanaman terberat (25,55
kg petak-1 atau 30,67 ton ha-1) pada saat
panen dan berbeda nyata dibandingkan
dosis pemupukan (p1) dan tidak berbeda
nyata dengan pemupukan (p3).
Pembahasan
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa paket pemupukan 400 kg ha-1 Urea+
250 kg ha-1 SP-36+400 kg ha-1 KCl
memberikan hasil terbaik pada komponen
pengamatan vegetatif maupun komponen
produksi dibandingkan paket pupuk lainnya, meskipun pada beberapa kasus tidak
berbeda nyata dengan pempupukan 500
kg ha-1 Urea+350 kg ha-1 SP-36+500 kg
ha-1 KCl. Tetapi hal ini tetap berarti penggunaan pemupukan 400 kg ha-1 Urea+
250 kg ha-1 SP-36+400 kg ha-1 KCl lebih
efisien karena dosisnya lebih rendah.
Nampaknya respon yang ditimbulkan dengan penggunaan pemupukan tersebut lebih optimal dibandingkan dengan pemupukan lainnya. Hal ini berarti ketersediaan
unsur-unsur hara (N, P dan K) dalam
pupuk yang diberikan lebih mendekati
atau bahkan sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkan oleh tanaman kentang.
Purwowidodo (1992), menyatakan bahwa
tanaman secara umum membutuhkan hara
dalam jumlah yang cukup dan seimbang
untuk tumbuh normal.
Respon tanaman terhadap pemberian pupuk akan meningkat bila menggunakan
takaran pupuk yang tepat. Setiap tanaman
perlu mendapatkan pemupukan dengan
takaran yang sesuai agar terjadi keseimbangan unsur hara di dalam tanah yang
dapat menyebabkan tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik serta
menghasilkan produksi yang optimal.
Efesiensi pemupukan yang optimal dapat
dicapai apabila pupuk diberikan dalam
jumlah yang sesuai kebutuhan tanaman,
tidak terlalu banyak dan tidak terlalu
sedikit (Setyamidjaja, 1986).
20

ISSN 1858-4330

Pemupukan dengan 400 kg ha-1 Urea+250


kg ha-1 SP-36+400 kg ha-1 KCl diduga
merupakan takaran yang lebih optimal.
Hal ini didukung dengan hasil yang diperoleh (baik pada pertumbuhan vegetatif
maupun produksi) yang menunjukkan
adanya peningkatan hasil setelah takaran
pemupukan ditingkatkan dari 300 kg ha-1
Urea+150 kg ha-1 SP-36+300 kg ha-1 KCl,
akan tetapi cenderung mengalami penurunan setelah ditingkat-kan menjadi 500
kg ha-1 Urea+350 kg ha-1 SP-36+500 kg
ha-1 KCl. Suseno (1981), menyatakan
bahwa untuk pertumbuhan tanaman yang
optimal diperlukan adanya keseimbangan
antara unsur-unsur hara. Selanjutnya
Setyamidjaja (1986), menambahkan bahwa efesiensi pemupukan yang optimal
dapat dicapai apabila pupuk diberikan
dalam jumlah yang sesuai kebutuhan
tanaman, tidak terlalu banyak dan tidak
terlalu sedikit. Bila pupuk diberikan banyak, maka larutan tanah akan terlalu pekat sehingga dapat mengakibatkan tanaman keracunan.
Pemberian pupuk diharapkan akan meningkatkan hasil tanaman, namun tidak
berarti bahwa semakin banyak pupuk
yang diberikan akan semakin banyak pula
keuntungan yang akan diperoleh, karena
apabila pemberian pupuk telah mencapai
titik optimal maka penambahan pupuk
berikutnya tidak akan diikuti dengan kenaikan hasil seperti pemberian pupuk
sebelumnya bahkan kemungkinan hasil
yang diperoleh menurun (Suriatna, 1988).
Tanaman kentang termasuk tanaman yang
respon (peka) terhadap pemupukan (organik maupun anorganik). Pupuk buatan
diperlukan untuk melengkapi unsur hara
yang dibutuhkan oleh tanaman dalam
jumlah besar dan dalam waktu relatif
pendek. Salah satunya adalah pemupukan
unsur N yang cukup karena ketersediaannya di dalam tanah cukup rendah. Hal
ini sejalan dengan pendapat Rinsema
(1983), bahwa nitrogen merupakan unsur

Jurnal Agrisistem, Juni 2010, Vol. 6 No. 1

hara utama bagi pertumbuhan tanaman


yang mempunyai fungsi meningkatkan
pertumbuhan tanaman, jumlah klorofil
dalam daun, kadar protein dalam tubuh
tanaman. Lebih lanjut Soeroto, et al.
(1990), menyatakan bahwa di antara berbagai jenis unsur hara, nitrogen adalah
yang paling banyak mendapat perhatian.
Hal ini disebabkan karena jumlah nitrogen
yang terdapat di dalam tanah sedikit, sedangkan yang diangkut oleh tanaman berupa panen setiap musim cukup banyak.
Di samping itu senyawa nitrogen anorganik sangat mudah larut dan hilang, sedangkan efeknya bagi tanaman akan cepat
nampak.
Unsur N berguna dalam pembelahan dan
pembesaran sel-sel yang terjadi pada
meristem apikal sehingga memungkinkan
pertambahan tinggi tanaman serta pertumbuhan cabang dapat berlangsung dengan pesat, dimana batang dan cabang
merupakat tempat tumbuh atau melekatnya daun. Hal ini menyebabkan tinggi
tanaman dan jumlah daun dapat terbentuk
dengan pesat, demikian pula dengan adanya perkembangan sel-sel yang menyebabkan pertumbuhan ke samping dan ditandai dengan bertambah lebarnya diameter batang, Gardner et. al. (1991) menyatakan bahwa pertumbuhan merupakan
suatu keadaan terjadinya peningkatan
jumlah sel, peningkatan ukuran sel (bagian tanaman) dan pertambahan protoplasma (pembentukan vakuola). Lebih
lanjut Dwidjoseputro (1984) menyatakan
bahwa pertumbuhan merupakan proses
pembelahan sel, pembesaran sel dan deferensiasi sel. Fase pertumbuhan vegetatif dapat ditunjukkan dengan pertumbuhan panjang batang, jumlah batang
(tangkai), akar, daun dan organ tanaman
lainnya.
Hal tersebut di atas didukung oleh pembentukan akar yang lebih optimal dengan
rangsangan pertumbuhan oleh unsur P.
Unsur P dibutuhkan untuk pertumbuhan

ISSN 1858-4330

awal terutama dalam merangsang perakaran tanaman yang nantinya berguna untuk
menopang tegaknya tanaman dan penyerapan unsur hara dari media tanam. Hal ini
sesuai pernyataan Suseno (1981), bahwa
unsur fosfor bagi tanaman berguna untuk
merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan sejumlah tanaman muda, fosfor juga merupakan bahan mentah
untuk pembentuk sejumlah protein, membantu asimilasi dan pernafasan sekaligus
mempercepat pembungaan dan pemasakan biji dan buah.
Selanjutnya unsur lainnya yang juga
diberikan lewat pemupukan adalah unsur
K. Kalium berperan dalam pertumbuhan
tanaman menjadi kuat dan lebat, meningkatkan ketahanan terhadap penyakit,
meningkatkan sistem perakaran sehingga
tidak mudah roboh, menetralisir efek negatif unsur N, memberikan keseimbangan
terhadap pengaruh N dan P selain itu K
berperan dalam pembentukan butir-butir
hijau daun (Setiyamidjaja, 1986).
Pada fase pertumbuhan tanaman kentang
yang pesat tersebut, tanaman sangat membutuhkan suplai hara yang tentunya tetap
sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Hal
ini disebabkan karena pada tahap ini fase
vegetatif berlangsung sangat aktif oleh
karena takaran pupuk anorganik yang cukup dan ternyata sangat mempengaruhi
tanaman kentang pada awal pertumbuhannya terutama laju pertumbuhan tinggi tanaman. Hal ini terkait dengan pendapat
Soelarso (1997) yang mengatakan pertumbuhan batang paling aktif sekitar umur
2856 HST (1 hari bertambah panjang 3
cm) yang merupakan stadium tertinggi
pertumbuhan. Daun dan cabang tanaman
(cabang utama) mulai tumbuh dan berkembang. Akar berkembang dan stolon
mulai tumbuh, demikian juga proses fotosintesis mulai aktif.
Unsur hara yang cukup dan berimbang
yang tersedia bagi tanaman menyebabkan
aktivitas fisiologi tanaman semakin me21

Jurnal Agrisistem, Juni 2010, Vol. 6 No. 1

ningkat, dalam hal ini proses fotosintesis.


Menurut Gardner et.al. (1991), semakin
tinggi hasil fotosintesis, semakin besar
pula penimbunan cadangan makanan yang
ditranslokasikan ke jaringan penyimpan
cadangan makanan (seperti umbi kentang)
dengan asumsi bahwa faktor lain seperti
cahaya, air, suhu dan hara dalam keadaan
optimal.
Pertumbuhan tanaman dan produksinya
sangat ditentukan oleh jenis dan kualitas
bibit, pengaruh lingkungan tumbuh dan
faktor teknis bercocok tanam. Salah satu
faktor lingkungan tersebut adalah ketersediaan unsur hara di dalam tanah yang
cukup. Kandungan N, P dan K yang diberikan ke tanaman dalam bentuk pupuk
berada dalam keadaan optimal bagi tanaman. Dengan demikian ketersediaan
unsur hara bagi tanaman kurang mencukupi untuk pembentukan dan perkembangan umbi kentang. Figeria et al. (1991)
berpendapat bahwa bobot hasil sangat
dipengaruhi oleh tersedianya unsur hara
dalam tanah dan keseimbangan hara tanah
akan mempengaruhi hasil tanaman. Sebaliknya jika dalam fase atau tahapan
pembentukan dan pengisian umbi terjadi
kekurangan unsur hara maka akan mempengaruhi hasil yang diperoleh. Syarif
(1985) menyatakan bahwa bila tanaman
kekurangan unsur hara yang diperlukan
maka hasilnya akan menurun.

KESIMPULAN
Pemupukan dengan dosis 400 kg ha-1 Urea
+ 250 kg ha-1 SP-36 + 400 kg ha-1 KCl
menghasilkan rata-rata pertumbuhan ve-

22

ISSN 1858-4330

getatif maupun produksi yang lebih baik


dibandingkan

DAFTAR PUSTAKA
Dwijoseputro, D. 1984. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia,
Jakarta.
Gardner, F., RB Pearce., R. L Mitchell.,
1991. Physiology Of Crop Plants
(Fisiologi Tanaman Budidaya:
Terjemahan
Herawati
Susilo).
Penerbit Universitas Indonesia,
Jakarta.
Fageria, N. K. , V. C. Baligar, and C.
Jones. 1991. Growth and mineral
nutrition of field crops. Marcel
Dekker, Inc., New York.
Purwowidodo, M., 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa Bandung.
Rinsema, W.T. 1983. Pupuk dan Cara
Pemupukan. Bharata Karya Aksara,
Jakarta.
Soelarso, RB. 1997. Budidaya Kentang
Bebas Penyakit. Kanisius. Yogyakarta.
Suriatna, S., 1988. Pupuk dan Pemupukan. Mediyatama Perkasa, Jakarta.
Suseno, H. 1981. Fisiologi Tumbuhan.
Metabolisme dasar dan beberapa
Aspeknya. Departemen Botani. Fakultas Pertanian. IPB, Bogor.
Sarief, S., 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka
Buana, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai