Anda di halaman 1dari 23

38

BAB II
TOPIK BAHASAN
A. Latar Belakang Pemilihan Topik
PT. Bukit Asam (Persero) Tbk merupakan perusahaan tambang
batubara dengan Izin Usaha Pertambangan (IUP) seluas 15.500 Ha, dan
merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam
usaha pertambangan batubara dan bertugas memasok kebutuhan batubara
ke PLTU Suralaya agar suplai kebutuhan listrik Pulau Jawa dan sekitarnya
dapat terpenuhi. Oleh karena itu jumlah kebutuhan batubara semakin hari
semakin meningkat. Solusi yang tepat yaitu dengan mengoptimalkan
kegiatan produksi batubara.
Penjelasan dalam pemilihan latar belakang topik disini, penulis
akan mengangkat topik tentang Perhitungan Kebutuhan Alat Gali
Muat Dan Alat Gali Angkut Pada Pengupasan Overburden

dan

Batubara di Lokasi PIT Tambang Air Laya (Extension Timur-Selatan)


PT. Bukit Asam (Persero) Tbk, Tanjung Enim, Sumatera Selatan.
Tambang Air Laya (TAL) ini merupakan site terbesar di Izin Usaha
Pertambangan (IUP) PT. Bukit Asam (Persero), Tbk yang beroperasi
dengan teknologi penambangan terbuka secara berkesinambungan
(continous mining) dan shovel and truck, yang mana proses pengerjaannya
dilaksanakan oleh pihak ketiga / kontraktor yaitu PT. Pama Persada
Nusantara.
B. Kajian Teoritis
1. Metode Penambangan
Metode penambangan secara umum terbagi menjadi dua macam
antara lain tambang terbuka38
yang biasa disebut tambang permukaan

39

(surface mining) dan tambang dalam atau juga sering disebut tambang
bawah tanah (underground mining). Tambang terbuka biasanya
dilakukan dengan cara pengupasan overburden atau lapisan tanah
penutup untuk mendapatkan material yang telah direncanakan sebagai
target produksi. Pada surface mining, semua aktivitasnya berhubungan
langsung dengan udara luar. Sedangkan underground mining dilakukan
tanpa

berhubungan

langsung

dengan

udara

luar.

Kegiatan

penambangannya didahului dengan pembuatan jalan masuk tambang


dan juga membuat sirkulasi udara yang sesuai dengan kebutuhan alat
dan kebutuhan manusia. Dibutuhkan perhitungan penyanggaan yang
tepat dalam pembuatan tambang dalam.
Pemilihan kedua metode tersebut di atas yaitu berdasarkan dari
tingkat teknis yang ada saat ini dan keekonomisan bahan galian
tersebut apabila dilakukan penambangan. Terdapat beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi tingkat keekonomisan suatu tambang. Salah
satunya adalah besarnya biaya operasi penambangan untuk melakukan
kegiatan produksi. Pengertian produksi adalah banyaknya material
yang dapat dipindahkan atau digali per satuan waktu. Produktivitas
adalah jumlah produksi per alat. Pada umumnya kapasitas produksi
dihitung berdasarkan volume (m3 atau cuyd), pada batubara kapasitas
produksi dinyatakan dalam ton. Kapasitas alat adalah jumlah material
yang dapat diisi, dimuat atau diangkut oleh suatu alat. Pabrik
pembuatan alat akan memberikan spesifikasi unit alat termasuk
kapasitas teoritisnya. Kapasitas aktual alat berkaitan erat dengan faktor

40

pengembangan material atau sering disebut swell factor. Hal ini


disebabkan adanya penambahan volume akibat pemberaian material
insitu atau pengurangan volume akibat pemadatan material loose.
Dalam perhitungannya, jumlah material umumnya dinyatakan
dalam volume aslinya di tempat (insitu), walaupun yang diangkut atau
dimuat sebenarnya adalah material lepas (loose). Ada tiga bentuk
volume material yang mempengaruhi perhitungan pemindahannya,
yaitu dinyatakan dalam bank cubic meter (BCM) yaitu volume
material sebelum adanya gangguan seperti kegiatan ripping atau
penggaruan, loose cubic meter (LCM) merupakan volume dari
material setelah adanya kegiatan penggalian dan compacted cubic
meter (CCM) adalah volume dari material setelah adanya kegiatan
pemadatan. Densitas merupakan faktor penting yang menentukan berat
bahan yang digali dari alat angkut dengan kapasitas angkut dan
kapasitas gali per BCM.
Banyak faktor yang mempengaruhi kelancaran dari suatu proses
operasi penambangan, yaitu:
a. Ketersediaan Alat
Kesediaan alat berat yang akan dioperasikan berpengaruh
terhadap kelancaran operasi penambangan yang dilakukan. Untuk
menghindari adanya hambatan operasi yang disebabkan oleh
rusaknya alat, maka alat - alat yang digunakan harus selalu
diperiksa

agar

tidak

dioperasikan.
b. Efisiensi Operator.

mengalami

kerusakan

pada

waktu

41

Efisiensi operator (Operator Efficiency) merupakan faktor


manusia yang menggerakkan alat-alat yang sukar untuk ditentukan
efisiensinya, secara tepat, karena selalu berubah-ubah dari hari ke
hari bahkan dari jam ke jam, tergantung dari keadaan cuaca (alam),
kondisi alat yang dikemudikannya, suasana kerja, ketinggian area
kerja, dan lain-lain. Kadang-kadang suatu perangsang dalam
bentuk upah tambahan (incentive) dapat mempertinggi efisiensi
operator.
Sebenarnya efisiensi operator tidak hanya dipengaruhi oleh
kemalasan pekerjaan itu, tetapi juga karena kelambatan-kelambatan
dan hambatan-hambatan yang tak mungkin dihindari, seperti
melumasi

kendaraan,

mengganti

suku

cadang

yang

aus,

membersihkan bagian-bagian terpenting setelah sekian jam alat


dipakai, memindahkan peralatan ke tempat lain, tidak adanya
keseimbangan antara alat-alat angkut dan alat-alat muat, menunggu
suatu peledakan pada daerah yang akan dilalui, perbaikan jalan,
dan lain-lain. Karena hal-hal tersebut di atas, sangat jarang selama
satu jam itu operator benar-benar bekerja penuh selama 60 menit.
Berdasarkan pengalaman, maka bila operator dapat bekerja selama
50 menit dalam satu jam, ini berarti efisiensinya adalah 83%, maka
hal itu dianggap baik sekali jika alatnya menggunakan ban karet.
Jadi dalam menentukan jumlah waktu yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan harus diingat juga efisiensi
pekerja-pekerjanya.
c. Keadaan Lapangan.

42

Bentuk topografi suatu daerah yang akan dilakukan suatu


kegiatan pengupasan akan menentukan pada macam atau jenis alat
yang digunakan untuk pengupasan. Alat gali yang digunakan harus
dapat memanfaatkan gaya gravitasi untuk pendorongan material.
Untuk penggunaan wheel loader

lebih cocok dan baik jika

digunakan untuk menggali permukaan topografi yang landai dan


rata, sedangkan excavator lebih cocok digunakan pada topografi
yang curam ataupun berjenjang.
d. Efisiensi Kerja.
Dalam merencanakan suatu proyek, produktivitas per jam
alat yang diperlukan adalah produktivitas standar dari alat tersebut
pada kondisi ideal dikalikan dengan faktor efisiensi kerja. Efesiensi
kerja tergantung faktor topografi, keahlian operator, pemilihan
standar pemeliharaan, dan sebagainya yang menyangkut operasi
alat.
Dalam kenyataannya memang sulit menentukan besarnya
efisiensi kerja alat, tetapi dengan dasar pengalaman dapat
ditentukan efisiensi yang mendekati kenyataan.
2. Produktivitas Peralatan Mekanis.
Pada produktivitas alat mekanis, maka kita dapat menggunakan
perhitungan kemampuan dari alat-alat mekanis tersebut, menurut para
ahli (Hartman, Howard L, tahun 1992) dapat digunakan persamaan
sebagai berikut:
a. Produktivitas Excavator
Excavator berfungsi sebagai alat gali sekaligus memuat tanah dan
batubara ke dalam dump truck yang akan diangkut ke lokasi
penimbunan

43

Sumber :dokumentasi penulis


Gambar 20. Hydraulic excavator PC 2000

Produktivitas Hyrddaulic Excavator:


Q=q

3600
Cm

Dimana :
: Produktivitas (m3/hr; yd2/hr)

Q
Cm

: Cycle Time (s)

: Efisiensi Kerja

Production per cycle (Kapasitas Efektif)


q= q1 k sf density
Dimana :
q1

Kapasitas Alat Muat (m 3)

: Bucket Fill Factor (Factor Isian Mangkuk)

Sf

: Swell Factor

Catatan :
Jika faktor pengali = 3600, maka satuan waktu cycle time yang
digunakan yaitu detik
Jika faktor pengali = 60, maka satuan waktu cycle time yang
digunakan yaitu menit.

44

b. Produktivitas High Dump

Sumber : dokumentasi penulis


Gambar 21. High Dump HD 785
Produktivitas High Dump:
3600
Cm 60 Et

P=C

Cm
Dimana :
Q

: Produktivitas (m3/hr; yd2/hr)

Cmt : Cycle time (Menit)


Et

: Efisiensi Keja

Production per cycle (Kapasitas Efektif)


C = n q1 k sf density
Dimana :
n
:Jumlah Pengisian (m3)
q1 : Kapasitas Alat angkut
k
: Bucket fill factor (faktor Isian Mangkuk)
sf
: Sweel factor
c. Produktivitas Bulldozer.
Bulldozer (alat - gali) berfungsi sebagai alat bantu bagi
excavator dalam melakukan penggalian dan pengumpulan
batubara dan tanah.

Sumber : dokumentasi penulis


Gambar 22. Bulldozer

45

Produktivitas Ripping Bulldozer:

QR RS RP RD

Keterangan :
Full time ripping (no pushing or dozing assignment)
QR

= Produktivitas Ripping per Cycle (BCM)

RS

= Spasi Ripping (m) = 0,5 m

RP

= Penetrasi Ripper (m) = 1,231m

RD

= Jarak Ripping (m) = 19,68 m

Cmt

= Cycle Time

= Produksi ripping per jam

P QR

3600 s / hr
Cmt

3. Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas


Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas, antara
lain :
a. Pola Pemuatan
Pola pemuatan yang digunakan tergantung pada kondisi
lapangan operasi pengupasan serta alat mekanis yang digunakan
dengan asumsi bahwa setiap alat angkut yang datang, mangkuk
(bucket) alat gali-muat sudah terisi penuh dan siap ditumpahkan.

46

Setelah alat angkut terisi penuh segera keluar dan dilanjutkan


dengan alat angkut lainnya sehingga tidak terjadi waktu tunggu
pada alat angkut maupun alat gali - muatnya. Pola pemuatan pada
operasi pengangkutan di tambang terbuka dikelompokkan
berdasarkan posisi back hoe terhadap front penggalian dan posisi
dump truck terhadap back hoe.
Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan seperti berikut ini :
1) Berdasarkan pada posisi alat gali muat
a) Top Loading
Yaitu kedudukan alat gali muat lebih tinggi dari alat
angkut dimana alat gali muat berada di atas tumpukan
material atau berada di atas jenjang.

Sumber : dokumentasi penulis


Gambar 23. Pola Pemuatan Top Loading
b) Bottom Loading
Pola pemuatan dimana alat gali muat dan alat
angkut terletak pada satu ketinggian yang sama.

Sumber : dokumentasi penulis

47

Gambar 24. Pola Pemuatan Bottom Loading


2) Berdasarkan penempatan posisi alat angkut
a) Single back up
Yaitu alat angkut memposisikan diri untuk dimuat
pada satu tempat dan alat angkut berikutnya menunggu
alat angkut pertama dimuati sampai penuh, setelah alat
angkut pertama berangkat maka alat angkut kedua
memposisikan diri untuk dimuati dan seterusnya.
b) Double back up
Yaitu alat angkut memposisikan diri untuk dimuati
pada dua tempat, kemudian alat gali muat mengisi
salah

satu

alat angkut sampai penuh setelah itu

mengisi alat angkut kedua yang sudah memposisikan


diri di sisi lain sementara alat angkut kedua diisi, alat
angkut ketiga memposisikan diri di tempat yang sama
dengan alat angkut pertamadan seterusnya.
3) Berdasarkan Posisi Pemuatan
a) Frontal Cut
Pada pola ini back hoe memuat pertama pada dump
truck sebelah kanan sampai penuh dan berangkat,
setelah itu dilanjutkan pada dump truck sebelah kiri.
b) Parallel Cut With Turn Drive By
Back hoe bergerak melintang dan sejajar dengan
front penggalian. Pola ini digunakan bila lokasi
pemuatan berdekatan dengan lokasi penimbunan.
4. Faktor Material.
Lapisan tanah penutup(overburden) adalah semua lapisan
tanah/batuan yang berada di atas dan langsung menutupi lapisan bahan
galian berharga sehingga perlu disingkirkan terlebih dahulu sebelum

48

dapat menggali bahan galian berharga tersebut. Lapisan tanah penutup


(overburden)yang dapat ditemui umumnya dikelompokkan menjadi
beberapa sifat yaitu :
a. Material yang sangat mudah digali (sangat lunak)
1) Material yang mengandung sedikit air, misalnya pasir, tanah
biasa, kerikil, campuran pasir dengan tanah biasa.
2) Material yang banyak mengandung air, misalnya pasir
lempungan, lempung pasiran, lumpur dan pasir yang banyak
mengandung air.
b. Material yang lebih keras (lunak)
Misalnya tanah biasa yang bercampur kerikil, pasir yang
bercampur dengan kerikil, pasir yang kasar.
1) Material yang setengah keras (sedang)
Misalnya batubara, shale (clay yang sudah mulai kompak),
batuan kerikil yang mengalami sedimentasi dan pengompakan,
batuan beku yang sudah mulai lapuk, dan batuan - batuan beku
a)

yang mengalami banyak rekahan.


Material yang keras
Misalnya sandstone, limestone, slate, vulcanic tuff,
batuan beku yang mulai lapuk, mineral - mineral penyusun

b)

batuan yang telah mengalami sementasi dan pengompakan.


Material sangat keras
Misalnya batuan-batuan beku dan batuan - batuan
metamorf, contohnya granit, andesit, slate, kwarsit dan
sebagainya.
Keadaan

material

yang

akan

digali

sangat

mempengaruhi suatu proses penambangan. Misalnya


material tanah penutup dijumpai dalam bentuk lapisan
tanah pucuk (top soil) yang mengandung humus, tanah

49

penutup lunak, dan tanah penutup keras. Jenis material


tersebut akan menentukan besarnya produksi alat dan cara
pengoperasiannya. Bentuk lapisan tanah penutup, ukuran
ketebalan

dan

luasnya

akan

menentukan

volume

keseluruhan sehingga dengan faktorpengembangantertentu


dapat digunakan untuk mencari dan menentukan lokasi
penampungan material hasil penggalian.
5. Faktor Isian Mangkuk
Faktor isian mangkuk (fill factor) adalah presentase volume yang
sesuai atau sesungguhnya dapat disikan ke dalam bak (vessel) truk
dibandingkan dengan kapasitas teoritisnya. Suatu bak (vessel) truk
yang mempunyai faktor isi 87%, artinya 13% volume vessel itu tidak
dapat diisi. Mangkuk (bucket) dari excavator memiliki faktor isi lebih
dari 100% karena dapat diisi munjung (heaped).
Vn
Ff =
Vs
Keterangan :
Ft = Faktor isian
Vn = Kapasitas nyata mangkuk alat gali-muat, m3
Vs = Kapasitas baku mangkuk alat gali muat, m3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengisian mangkuk, antara lain :
a. Kandungan air, dimana semakin besar kandungan air maka faktor
pengisian semakin kecil, karena terjadi pengurangan volume
material.
b. Ukuruan material, semakin besar ukuran material maka faktor
pengisian akan semakin kecil.
c. Keterampilan dan kemampuan operator, dimana operator yang
berpengalaman dan terampil dapat memperbesar faktor pengisian

50

mangkuk. Kemampuan operator dalam menangani alat pada


pekerjaan tertentu dibagi menjadi :
1) Operator kelas 1
2) Operator kelas 2
3) Operator kelas 3
6. Waktu Edar (Cycle time).
Waktu edar (cycle time) merupakan waktu yang diperlukan alat
mulai dari aktivitas pengisian atau pemuatan (loading). Pengangkutan
(hauling) untuk truk an sejenisnya atau swing untuk bakchoe dan
shovel, pengosongan (dumping), kembali kosong dan mempersiapkan
posisi (manuver) untuk diisi atau dimuat. Disamping aktivitas-aktivitas
tersebut terdapat pula waktu menunggu (delay time) bila terjadi antrian
untuk mengisi atau memuat. Komponen waktu edar (cycle time) untuk
alat dorong, misalnya bulldozer adalah waktu dorong material sampai
jarak tertentu, waktu kembali mundur, manuver, maupun siap dorong
kembali.
Waktu edar (cycle time) terdiri dari dua jenis, yaitu waktu tetap
(fixed time) dan waktu variabel (variable time). Jadi waktu edar total
adalah penjumlahan waktu tetap dan waktu variabel. Yang termasuk ke
dalam waktu tetap adalah waktu pengisian adalah waktu pengisian atau
pemuatan termasuk manuver dan menunggu, waktu pengosongan
muatan, waktu membelok dan mengganti gigi dan percepatan,
sedangkan waktu variabel adalah waktu mengangkut muatan dan
kembali kosong.
a. Waktu Edar Alat Gali-Muat
Waktu edar alat gali-muat dapat dirumuskan sebagai berikut :
Ctgm = Tm1 + Tm2 + Tm3 + Tm4
Keterangan :
Ctgm
= waktu edar alat gali-muat (detik)

51

b.

Tm1
= waktu menggali material (detik)
Tm2
= waktu putar dengan bucket terisi (detik)
Tm3
= waktu menumpahkan muatan (detik)
Tm4
= waktu putar dengan bucket kosong (detik).
Waktu Edar Alat Angkut
Waktu edar alat angkut dapat dirumuskan sebagai berikut :
Cta = Ta1 + Ta2 + Ta3 + Ta4 + Ta5 + Ta6
Keterangan :
Cta
= waktu edar alat angkut (menit)
Ta1
= waktu mengambil posisi untuk dimuati
(menit)
Ta2
Ta3
Ta4

= waktu diisi muatan (menit)


= waktu mengangkut muatan (menit)
= waktu mengambil posisi untuk

penumpahan (menit)
Ta5
= waktu pengosongan muatan (menit)
Ta6
= waktu kembali kosong (menit).
7. Keserasian Kerja
Untuk mendapatkan hubungan kerja yang serasi antara alat gali
muat dan alat angkut, maka produktivitas alat gali muat harus sesuai
dengan produktivitas alat angkut. Faktor keserasian alat gali muat dan
alat angkut didasarkan pada produktivitas alat gali muat dan
produktivitas alat angkut, yang dinyatakan dalam Match Factor (MF).
Secara perhitungan teoritis, prduktivitas alat gali muat haruslah sama
dengan prduktivitas alat angkut, sehingga perbandingan antara alat
angkut dan alat gali muat mempunyai nilai satu, yaitu :
Produksi alat gali muat = jumlah alat angkut yang beroperasi perjam.

MF =

n x Na x CTm
Nm x CTa

Keterangan :
MF = Match Factor atau Faktor Keserasian
n

= Banyak Pengisian siap satu alat angkut

52

Na = Jumlah Alat angkut dalam kombinasi kerja


(Unit)
Nm = Jumlat Alat gali-muat dalam kombinasi
Kerja (Unit)
CTa = Waktu edar rata rata alat angkut (sekon)
CTm = Waktu edar rata rata alat gali-muat
(sekon)
Bila hasil perhitungan diperoleh :
a. MF < 1, artinya alat muat bekerja kurang dari 100%, sedangkan
alat angkut bekerja 100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi
alat muat karena menunggu alat angkut yang belum datang.
b. MF = 1, artinya alat muat dan angkut bekerja 100%, sehingga
tidak terjadi waktu tunggu dari kedua jenis alat tersebut.
c. MF > 1, artinya alat muat bekerja 100%, sedangkan alat angkut
bekerja <100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat
angkut.
8. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Keserasian Kerja
a. Kondisi Cuaca.
Permasalahan akan cuaca sangat mempengaruhi efisiensi
kerja, baik operator maupun peralatan mekanis yang akan
digunakan. Karena aktivitas pada metode tambang terbuka
berhubungan langsung dengan cuaca. Contohnya pada musim
penghujan, jalan utama, pengangkutan, pemuatan dan sebagainya
akan menjadi licin dan lengket sehingga akan mempengaruhi cycle
time alat angkut batubara ataupun material lainnya. Selain itu,
material yang memiliki nilai kohesivitas yang tinggi seperti clay

53

akan menempel pada bak dump truck sehingga pada saat dumping,
sebagian material akan teringgal dalam bak dan saat pengisian
selanjutnya material yang menempel itu akan terus berada di bak
hingga terlepas dengan sendirinya. Bila hujan terlalu deras, maka
kegiatan penambangan tidak akan dilakukan.
Pada cuaca panas, alat yang bekerja akan bergerak dengan
baik, karena jalan - jalan pengangkutan yang dilalui tidak licin dan
tidak lengket.
Penggalian batubara dan tanah penutup lebih cepat, akan
tetapi jalan - jalan pengangkutan di sekitar lokasi penambangan
akan menjadi berdebu.bila terlalu berdebu maka akan menghalangi
operator excavator, bulldozer dan dump truck yang sedang
beroperasi. Maka dibutuhkan water tank yang berguna untuk
menyiram jalan agar tidak terlalu banyak menerbangkan debu.
b. Effisiensi Kerja
Effisiensi kerja adalah penilaian terhadap pelaksanaan suatu
pekerjaan atau merupakan perbandingan antar waktu yang dipakai
untuk bekerja dengan waktu yang tersedia.
Dari hasil pengamatan di lapangan tentu terdapat keterlambatan
dalam penggunaan jam kerja yaang tersedia, sehingga jam kerja efektif
berkurang. Hambatan-hambatan yang terjadi selama jam kerja dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu hambatan yang dapat dihindari dan
hambatan yang tidak dapat dhindari. Waktu kerja efektif dapat dihitung
dengan rumus :
Wke = Wkt (Whd + Whdt)

54

Sedangkan effisiensi kerja =

Wke
x 100
Wkt

Keterangan :
Wke = waktu kerja efektif (menit)
Whd = waktu hambatan yang dapat dhindari
Wkt = waktu kerja yang tersedia
Whdt= waktu kerja yang tidak dapat dihindari
C. Proses Pelaksanaan Kegiatan / Produksi
Adapun kegiatan yang dilaksanakan penulis di site Tambang Air Laya
(Extension Timur-Selatan) pada kegiatan ini, yaitu :
1. Penulis Melakukan Proses Pengumpulan Data.
Dalam proses pengumpulan data tersebut, penulis melakukan 2
a.

tahapan dalam pengumpulan data, antara lain :


Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung
dari hasil pengamatan di lapangan.
Adapun data-data yang diambil, antara lain :
1) Data Waktu Edar (cycle time).
Merupakan alat gali-muat dan alat angkut, diperoleh
dengan mengukur waktu yang dibutuhkan oleh suatu alat untuk
menyelesaiakan satu siklus kegiatan tanpa memperhatikan
waktu hambatan yang terjadi.
2) Data Faktor Pengisian Alat (fill factor).
Merupakan muat dan jumlah pengisian mangkok ke dalam
alat angkut.
3) Waktu Hambatan
Baik yang dapat dapat ditekan maupun yang tidak dapat

b.

ditekan dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan.


Data Sekunder
Merupakan berupa data pendukung yang berhubungan dengan
pengamatan hasil observasi orang lain, laporan-laporan teknik,
maupun hasil publikasi terdahulu.
Adapun data-data tersebut, antara lain :

55

1) Curah Hujan.
2) Geologi
3) Literatur.
D. Pembahasan / Analisis.
1. Perhitungan Kebutuhan Alat Gali-Muat dan Alat Angkut Untuk
Pengupasan Overburden
a. Perhitungan Produktivitas Alat Gali Muat Hydraulic Escavator PC
2000 untuk Overburden.
Kapasitas Bucket
Efesiensi Kerja
Cycle Time
Bucket Fill Factor
Swell Factor
Q=q

3600
Cm

(q1)
(E)
(Cm)
(K)
(Sf)

= 13,7 m3
= 0,75
= 31,82 Sekon
= 1,1
= 0,82

q = q1 k sf density
= 13,7 1,1 0,82
= 12,36 Bcm/Bucket
Maka ;
3600
Q = q Cm E
= 12,36 3600 0,75
31,82
= 1244,58 BCM/Jam
Maka produktivitas alat gali muat Hydraulic Excavator PC 2000
untuk loading overbuden sebesar 1244,58 bcm/jam.
b. Perhitungan Produktivitas Alat Angkut HD 785 untuk Overburden
Kapasitas Bucket
(q1)
= 13,7 m3
Efesiensi Kerja
(E)
= 0,75
Cycle Time
(Cm) = 31,82 Sekon
Bucket Fill Factor
(K)
= 1,1
Swell Factor
(Sf) = 0,82
P=C

3600
Cm 60 Et
Cm

56

C = n q1 k sf density
= 6 13,7 0,82
= 67,40 Bcm
Maka ;
3600
Cm 60 Et

P=C

Cm
= 67,40 60

0,8

15,48
= 208,99 Bcm/Jam
Maka produktivitas alat angkut HD 785 untuk interburden adalah
sebesar 208,99 bcm/jam
c. Perhitungan Keserasian Kerja Alat Gali Muat dan Alat Angkut
untuk Overburden (1 unit Hydraulic Escavator PC 2000 dengan 5
Unit HD 785)

MF =

n x Na x CTm
Nm x CTa

6 x 5 x 31,82
1 x 928,71
=
= 1,028
Jadi secara aktual karena MF > 1 maka alat angkut yang menunggu
alat muat.
2. Perhitungan Kebutuhan Alat Gali-Muat dan Alat Angkut Untuk
Pengupasan Batubara.
d. Perhitungan Produktivitas Alat Gali Muat Hydraulic Escavator PC
800 untuk Pengupasan Batubara.

57

Kapasitas Bucket
Efesiensi Kerja
Cycle Time
Bucket Fill Factor
Swell Factor

Q=q

3600
Cm

(q1)
(E)
(Cm)
(K)
(Sf)

= 3,4 m3
= 0,75
= 31,82 Sekon
= 0,9
= 0,74

q = q1 k sf density
= 3,4 0,9 0,74 1,3
= 2,94 ton/Bucket
Maka ;
3600
Q = q Cm E
= 2,94 3600 0,75
23,91
= 331,99 ton/Jam
Maka produktivitas alat gali muat Hydraulic Excavator PC 800
untuk loading batubara sebesar 331,99 ton/jam.
e. Perhitungan Produktivitas Alat Angkut Dumptruck Hino 500 Fm
320 Ti untuk Batubara
Kapasitas Bucket
Efesiensi Kerja
Cycle Time
Bucket Fill Factor
Swell Factor

P=C

(q1)
(E)
(Cm)
(K)
(Sf)

3600
Cm 60 Et
Cm

C = n q1 k sf density
= 7 3,4 0,9 0,74 1,3
= 20,61 ton
Maka ;

= 3,4 m3
= 0,75
= 23,91 Sekon
= 0,9
= 0,8

58

P=C

3600
Cm 60 Et
Cm

= 20,61 60

0,8

16,65
= 59,42 Ton/Jam
Maka produktivitas alat angkut Dumptruck Hino 500 Fm 320 TI
untuk batubara adalah sebesar 59,42 Ton/jam
f. Perhitungan Keserasian Kerja Alat Gali Muat dan Alat Angkut
untuk Batubara (1 unit Hydraulic Escavator PC 800 dengan 7 Unit
Dump Truk Hino 500 Fm 320 TI)

MF =

n x Na x CTm
Nm x CTa

7 x 7 x 23,91
1 x 999,22
=
= 1,17
Jadi secara actual karena MF > 1 maka alat angkut yang
menunggu alat muat.

Agar didapat nilai Match Factor (MF) = 1 maka perlu merubah


jumlah alat angkut yang digunakan. Untuk menghitung jumlah alat
angkut yang diperlukan maka dilakukan peritungan sebagai
berikut:

59

MF =

n x Na x CTm
Nm x CTa

Maka jumlah alat angkut (Y) :


7 x Y x 23,91 6 x Y x 30,45
1 x 999,22
1 x 1246,6
1
=
1 = 0,167 Y
1
0,167
Y =
Y = 5,99 = 6 unit
Jadi agar tidak terjadi antrian pada alat angkut maka perlu
merubah jumlah alat angkut yang digunakan yaitu dengan
mengurangi jumlanya menjadi 6 unit.
Dari hasil perhitungan diatas dengan pengurangan jumlah alat
angkut menjadi 6 unit maka dapat kita buktikan apakah
pengurangan alat tersebut akan mendekati nilai match factor (MF)
=1

MF =

n x Na x CTm
Nm x CTa

7 x 6 x 23,91
1 x 999,22
=
= 1,005
Jadi dapat disimpulkan dengan pengurangan alat angkut sebanyak 1
unit menjadi 6 unit maka

60

Anda mungkin juga menyukai