Anda di halaman 1dari 13

Seminar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) Grey Edition (without

fifty shades)
Kerjakan 5 dari 6 soal
Open book & laptop
120 menit
Soal:
1. Pdtt jelaskan perbedaan sifat dari 3 jenis pdtt dan berikan contohnya!
Berdasarkan penjelasan undang- undang UU No.15 Tahun
2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negar, pemeriksaan
dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan
khusus, di luar pemeriksaan dan pemeriksaan kinerja. PDTT
bisa bersifat
eksaminasi (pengujian), reviu, atau prosedur yang disepakati (agreed upon
procedures).
Eksaminasi adalah pengujian yang memadai untuk menyatakan simpulan
dengan tingkat keyakinan positif bahwa suatu pokok masalah telah sesuai
atau telah disajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai
dengan kriteria.
Reviu adalah pengujian yang
memadai untuk menyatakan simpulan
dengan tingkat keyakinan negatif bahwa tidak ada informasi yang diperoleh
pemeriksa dari pekerjaan yang dilaksanakan menunjukkan bahwa pokok
masalah tidak sesuai dengan kriteria dalam semua hal yang material.
agreed
upon procedures adalah pengujian yang
memadai untuk
menyatakan simpulan atas hasil pelaksanaan prosedur tertentu yang
disepakati dengan pemberi tugas terhadap pokok masalah.
Contoh
:
BPK
RI Perwakilan Propinsi Sulawesi Utara melakukan Pemeriksaan
Dengan Tujuan Tertentu atas PD Pasar Kota Manado Tahun Buku 2012 dan
2013 (Semester I) dan bertujuan untuk menilai apakah: 1) Regulasi
pemerintah telah mendukung penguatan pasar tradisional yang dikelola PD
Pasar, 2) Pembentukan PD Pasar dan penyertaan modal pada PD Pasar
telah memadai dan sesuai ketentuan yang berlaku, 3) Kerjasama PD Pasar
dengan pihak ketiga telah memperhatikan kepentingan perusahaan dan sesuai
ketentuan yang berlaku, 4) Pengelolaan sumber
daya PD Pasar
telah
dilakukan dengan memperhatikan optimalisasi pendapatan dan efsiensi biaya
operasional serta sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Penentuan
sifat
PDTT
yang
akan
dilakukan
pemeriksa
harus
mempertimbangkan prosedur yang akan dijalankan dan tingkat keyakinan
yang diinginkan pengguna. Apabila PD Pasar belum memiliki standar yang
memenuhi peniaian
tujuan
tersebut, dan
prosedur pemeriksaan belum
disepakati sebelumnya, maka PD Pasar dan
BPK bisa menyepakati
prosedur pelaksanaannya. Pemeriksaaan
akan
bersifat agreen
upon
procedure. Apabila PD Pasar
sudah memiliki kriteria penilaian tujuan
tersebut dan menghendaki tingkat keyakinan tinggi bahwa pokok masalah
telah sesuai dalam semua hal yang material maka dilakukan PDTT yang bersifat
eksaminasi, namun jika PD Pasar menghendaki tingkat keyakinan yang
menengah, maka BPK akan melaksanakan PDTT yang
bersifat reviu.
Sebagian besar pemeriksaan yang dilaksanakan BPK bersifat eksaminasi.
2. Pemeriksaan kinerja a) penilaian atas 3E + rekomendasi; b)
uraikan
langkah2 penentuan kriteria dan target kinerja dalam

pemeriksaan
kinerja!
Berikan
contoh kriteria2 yang diberikan dan
sumbernya (misal PMK,....) sesuai eselon masing2.
Sesuai dengan juknis penetapan kriteria no 200.002/2011, Tahapan yang perlu
dilakukan oleh pemeriksa untuk menetapkan kriteria yang akan digunakan dalam
pemeriksaan kinerja adalah sebagai berikut:

1.
Memahami area kunci dan tujuan
pemeriksaan;
kriteria dikembangkan berdasarkan tujuan pemeriksaan atau frm audit
objective yang telah ditetapkan. Sementara, tujuan dan lingkup pemeriksaan
didasarkan pada area kunci yang telah ditentukan. Oleh karena itu diperlukan
pemahaman area kunci dan tujuan pemeriksaan terlebih dahulu. Hal ini
dapat dilakukan dengan memperoleh data dan informasi sehubungan
dengan area yang diperiksa.
2.
Mengidentifkasi
ketersediaan
kriteria
yang
akan
digunakan
berdasarkan
hasil
pemahaman
atas
tujuan
pemeriksaan;
Identifkasi yang dimaksud adalah dengan mengidentifkasi terkait kondisi
yang mungkin muncul, pertama jika entitas telah memiliki kriteria sendiri
untuk menilai
keberhasilan program/kegiatan, dan kedua jika entitas belum
memiliki kriteria yang sesuai.
3.
Jika
kriteria
telah
tersedia,
pemeriksa
mengidentifkasi
sumber
kriteria tersebut, kemudian menguji apakah kriteria tersebut sesuai dengan
tujuan pemeriksaan dan memenuhi karakteristik kriteria yang baik;
Pada kondisi objek yang diperiksa telah memiliki kriteria sendiri, terdapat
kemungkinan kriteria yang disusun
oleh
entitas berpotensi bias, yang
berarti bahwa kriteria yang telah dikembangkan oleh objek yang diperiksa
memiliki standar di atas kemampuan entitas sehingga sulit untuk dicapai, atau
di bawah kemampuan entitas/standar umum sehingga mudah dicapai. Apabila
entitas belum memiliki kriteria atau kriteria yang ada belum sesuai
dengan karakteristik kriteria yang baik. Beberapa contoh kriteria yang
bersumber dari entitas yang diperiksa antara lain:

Standard operating procedures (SOP) yang dikembangkan


oleh entitas,

Standar pelayanan minimum yang ditentukan


oleh entitas,

Dokumen perencanaan entitas (seperti Renstra atau RKA-KL) atau dokumen


perencanaan
awal
(seperti
studi
kelayakan),

Anggaran yang disusun oleh


entitas,

Indikator kinerja utama (key performance


indicators)
Untuk mengetahui kewajaran dan objektivitas kriteria yang dimiliki oleh
entitas, dapat dilakukan dengan cara membandingkan antara kriteria yang
telah dimiliki entitas dengan beberapa hal di bawah ini:

standar yang telah ditetapkan dalam peraturan


perundang-undangan;

pendapat ahli dan organisasi profesional dan institusi penentu standar


(lembaga pembuat
standar)
;

kriteria yang telah digunakan pada


pemeriksaan sejenis;

kriteria yang digunakan oleh institusi


pemeriksa lain; dan

kriteria
yang
digunakan
oleh
program/kegiatan
sejenis
(jika
dimungkinkan untuk

diperoleh)
.
Jika telah dilakukan
perbandingan,
maka pemeriksa
dapat menilai
kewajaran dan objektivitas kriteria
tersebut
dan
memutuskan
apakah
kriteria tersebut akan
digunakan
dalam pemeriksaan.
4.
Mengembangkan kriteria pemeriksaan, jika kriteria tidak tersedia
atau kriteria yang ada
tidak memenuhi karakteristik kriteria
yang baik;
Apabila pada pelaksanaan pemeriksaan kinerja tidak ada suatu standar
umum yang dapat digunakan sebagai kriteria pemeriksaan, maka pemeriksa
perlu mengembangkan kriteria yang sesuai
dengan
tujuan
pemeriksaan.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh pemeriksa dalam mengembangkan
kriteria adalah:

Mempelajari sumber-sumber kriteria dalam rangka pengidentifkasian


kriteria yang
relevan
dan
memadai.


Melakukan studi atau observasi atas operasional entitas. Misalnya,
dengan melakukan analisis
tren
kinerja
tahun-tahun
sebelumnya
dan
membandingkan kinerja entitas yang diperiksa dengan organisasi lain yang
mirip (jenis organisasi maupun ukurannya) atau disebut benchmarking.

Mengomunikasikan hasil pengembangan kriteria tersebut dengan pihak


berwenang dari
entitas
yang
diperiksa
5.
Mengomunikasikan kriteria tersebut dengan entitas yang
diperiksa; dan
Sebelum pemeriksaan dilaksanakan, pemeriksa
harus mengomunikasikan
kriteria yang akan digunakan kepada entitas yang diperiksa. Hal ini dilakukan
agar diperoleh kesepahaman antara entitas yang diperiksa dengan pemeriksa,
sehingga nantinya tidak ada penolakan terhadap hasil pemeriksaan. Perlu
adanya
kesepakatan
antara
entitas
dan
tim
pemeriksa,
jika
ada
ketidaksepakatan
diantara
keduanya,
maka
tim
pemeriksa
perlu
melakukan
analisa
dan mendisuksikan
dengan
entitas.
Fakta
dan
argumentasi
yang
disampaikan
oleh
entitas
yang diperiksa
perlu
dibandingkan dengan pendapat dari sumber lain yang relevan (misalnya
pendapat ahli). Seiring dengan berjalannya pemeriksaan, pemeriksa dapat
menyempurnakan (mengubah,
menambah,
atau
mengurangi)
kriteria.
Penyempurnaan
ini
juga
perlu dikomunikasikan dengan manajemen entitas
yang diperiksa.
6.
Mengimplementasikan kriteria tersebut dalam program
pemeriksaan.
Ketika kriteria telah terbentuk, selanjutnya adalah dengan menggunakan
kriteria yang telah
disetujui entitas dan tim pemeriksa dalam kegiatan
pemeriksaan.
3. Pemeriksaan investigatif jelaskan konsep 5W+1H atau 5W+2H
dengan matriks dan
berikan
contohnya!
(dari juknis pemeriksaan investigatif
2009)
Pada tahapan pra pemeriksaan investigatif, pemeriksa harus melakukan
penanganan atas informasi awal. Informasi yang diperoleh dapat bersumber
dari intern BPK seperti: Temuan Pemeriksaan (TP), Laporan Hasil Pemeriksaan
(LHP), inisiatif Badan, maupun ekstern BPK seperti permintaan instansi
yang berwenang/Instansi Pemerintah/Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)/Dewan
Perwakilan
Rakyat
Daerah
(DPRD),
LHP
Aparat
Pengawasan
Intern
Pemerintah/SPI, dan laporan/pengaduan masyarakat.
Hasil penanganan atas informasi awal bisa dituangkan
menggunakan
matriks 5W + 2H (who, what, where, when, why, how, and how much). Dalam
hal unsur 5W + 2H tidak terpenuhi, maka terdapat keputusan pemeriksaan
investigatif ditentukan sebagai berikut:
a. Tidak cukup alasan untuk dilakukan pemeriksaan investigatif karena tidak
memenuhi unsur
3W (What, Where, and When) dan indikasi unsur TPKKN
b. Belum cukup alasan untuk dilakukan pemeriksaan investigatif karena
data pendukung belum lengkap untuk memenuhi unsur 3W (What, Where,
and When) dan indikasi unsur TPKKN
c. Cukup alasan untuk dilakukan pemeriksaan investigatif dalam arti bahwa

terpenuhinya unsur 3W (What, Where, and When) dan


beberapa
indikasi
unsur
TPKKN
dengan mempertimbangkan materialiyas dari nilai
kerugian negara.
Format matriks dari 5W + 2H adalah sebagai
berikut:

4. Pemeriksaan BLU jelaskan


pengelolaan BLU! (ambil
contoh BLU)

penyimpangan

yang

terjadi

pada

Hasil
Pemeriksaan
atas
Pengelolaan
Aset
pada
Pusat
Pengelolaan
Komplek
Gelanggang Olahraga Bung Karno (PPKGBK) terdiri dari 19
temuan. Temuan pemeriksaan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
Obyek Kerjasama Pengelolaan Aset Hotel Atlet Century Oleh PPKGBK Dengan
PT Lingga Hamparan Krida (LHK) dan Golf Driving Range Dengan PT Adil
Andaru (AA) Tidak Dirinci Secara Jelas
Perhitungan Kontribusi dan Jangka Waktu Perjanjian BOT dan KSO Dibuat
Tidak Sama
Pusat Pengelolaaan Komplek Gelanggang Olahraga Bung Karno Kurang
Cermat Dalam Menentukan Atau Melepaskan Hak Pengelolaan Asetnya
Ke Pihak Mitra

Hasil Rapat Negosiasi Antara PPKGBK dengan Kajima Overseas Asia


(KOA) Khususnya
Mengenai Kontribusi Variabel Belum Ditindaklanjuti oleh PPKGBK

PT Lestari Bangun Indah Belum Mentaati Sepenuhnya Perjanjian Kerja Sama


Yang Dibuat Dengan PPKGBK
Pemberian Perpanjangan Hak Guna Bangunan (HGB) Oleh Pusat Pengelolaan
Komplek
Gelora Bung Karno (PPKGBK) Kepada PT Ratu Sayang International
(PT.RSI) Belum Memberikan Kontribusi Optimal
Pelaksanaan Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Nomor 276
PK/Pdt/2011atas Sengketa Perpanjangan HGB No. 26/Gelora dan 27/Gelora
Berlarut-larut
PPKGBK belum pernah mengevaluasi atas hasil pengadaan dan/atau
pembangunan yang
dilakukan oleh Mitra BOT
PPKGBK Belum Konsisten dalam Menerapkan Isi Perjanjian dengan PT. MCM
Penggunaan Gedung Menara Olahraga Senayan (MOS) Lantai 11, 16, 17, 18,
dan 19 Belum
ada Perikatan dan Belum Memberikan Kontribusi Kepada PPKGBK
PPKGBK Berpotensi Kehilangan Pendapatan Atas Tertundanya Perjanjian
Kompensasi Peniadaan Media Promosi Luar Ruang di Lingkungan Plaza
Senayan

Obyek Kerjasama Pengelolaan Aset Hotel Atlet Century Oleh PPKGBK Dengan PT
Lingga Hamparan Krida (LHK) dan Golf Driving Range Dengan PT Adil Andaru (AA)
Tidak Dirinci Secara Jelas
Perhitungan Kontribusi dan Jangka Waktu Perjanjian BOT dan KSO Dibuat Tidak
Sama
Pusat Pengelolaaan Komplek Gelanggang Olahraga Bung Karno Kurang Cermat
Dalam Menentukan Atau Melepaskan Hak Pengelolaan Asetnya Ke Pihak Mitra
Hasil Rapat Negosiasi Antara PPKGBK dengan Kajima Overseas Asia (KOA)
Khususnya Mengenai Kontribusi Variabel Belum Ditindaklanjuti oleh PPKGBK
PT Lestari Bangun Indah Belum Mentaati Sepenuhnya Perjanjian Kerja Sama Yang
Dibuat Dengan PPKGBK
Pemberian Perpanjangan Hak Guna Bangunan (HGB) Oleh Pusat Pengelolaan
Komplek Gelora Bung Karno (PPKGBK) Kepada PT Ratu Sayang International
(PT.RSI) Belum Memberikan Kontribusi Optimal
Pelaksanaan Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Nomor 276 PK/Pdt/2011atas
Sengketa Perpanjangan HGB No. 26/Gelora dan 27/Gelora Berlarut-larut
PPKGBK belum pernah mengevaluasi atas hasil pengadaan dan/atau pembangunan
yang dilakukan oleh Mitra BOT
PPKGBK Belum Konsisten dalam Menerapkan Isi Perjanjian dengan PT. MCM
Penggunaan Gedung Menara Olahraga Senayan (MOS) Lantai 11, 16, 17, 18, dan 19
Belum ada Perikatan dan Belum Memberikan Kontribusi Kepada PPKGBK
PPKGBK Berpotensi Kehilangan Pendapatan Atas Tertundanya Perjanjian
Kompensasi Peniadaan Media Promosi Luar Ruang di Lingkungan Plaza Senayan
Besaran Nilai Kontribusi Dari PT Terminal Builder Kepada PPKGBK Belum Mengacu
Pada Perhitungan Indeks Inflasi
Besaran Nilai Kontribusi dari PT Amana Jaya Kepada PPKGBK Belum Mengacu pada
Perhitungan Indeks Inflasi
PT. Interland Citra Mandiri (PT.ICM) Terlambat Membayar Penyetoran Kontribusi
Tetap dan Kontribusi Variable Tidak Dikenakan Denda Senilai Rp1.873.000.000,00
PPKGBK Belum Mengenakan Denda Keterlambatan dan Kurang Bayar Pembayaran
Sewa Lahan Parkir di Senayan Trade Center pada PT MKIS Minimal Sebesar
Rp163.465.620,00
PPKGBK Belum Mengenakan Denda Keterlambatan Pembayaran Kontrusi Variabel
Pada PT Mitra Indotama Karsajaya Sebesar Rp5.248.693,65 68
BPGBK/ PPKGBK Menerima Pengganti Pengusahaan Areal Tanah Seluas 20 Ha
kepada PT KOA Sebesar USD30.300.000 dan tidak diterima dalam bentuk hibah

namun diperhitungkan dalam kepemilikan saham 10%

Terdapat Tunggakan Pembayaran Sewa Pada Unit V PPKGBK Sebesar


Rp286.428.120,00 dan potensi Denda Keterlambatan Pembayaran sebesar
Rp31.836.180,00
Terdapat Selisih Luas Ruangan yang Disewakan Antara Kontrak Perjanjian Dengan
Kondisi Fisik dan Penerimaan Fee Dekorasi dan Fotocopy Aula Gedung Serbaguna
Belum Ditetapkan Tarif

5. SPIP jelaskan konsep 3 lines of defense dan perannya serta berikan


contoh!
Konsep 3 lines of defense merupakan salah satu bentuk model multiple lines
of defense yang banyak digunakan entitas dalam aktivitas assurance nya.
Dengan kesadaran bahwa assurance akan dapat diwujudkan dengan
aktivitas
di
dalam
dan
luar
organisasi,
banyak
organisasi
yang
menerapkan teknik assurance berbentuk layering semacam ini. Secara umum,
konsep 3 lines of
defense
digambarkan
dengan:

P
e
n
j
e
l
a
s
a
n
d
a
n
p

e
r
a
n

t line of defense merepresentasikan aktivitas pengendalian internal


yang dijalankan oleh indvidual dan manajemen. Aktivitas pada layer ini
terdiri dari pengendalian internal dan
pengendalian
manajemen
(yang
mengawasi aktivitas individual). Layer pertama ini sangat penting, namun
dijalankan oeh individu dan manajemen yang bertanggung jawab secara
u
n
langsung pada area pengendalian tersebut, sehingga dianggap sebagai line of
t
defense yang paling kurang independen dan objektif. Contoh:
u b. The second line of defense merepresentasikan aktivitas assurance
k
lainnya seperti yang tertera pada gambar. Aktivitas2 tersebut dijalankan
oleh pelaporan
individual melalui jalur manajemen yang berbeda2,
m
a
bukan
langsung
kepada
yang
bertanggungjawab
atas
aktivitas
s
pengendalian intern. Tingkat independensi dan objektivitasnya dianggap
i
lebih tinggi dari layer pertama. Contoh:
n
g c. The third line of defense merepresentasikan bentuk assurance yang
paling independen dan objektif. Fungsi pada layer ketiga ini dijalankan
-
oleh
unit internal audit entitas. Peran layer ketiga ini melakukan
m
a
monitoring terhadap aktivitas layer pertama dan kedua.
s
i
n
g
li
n
e
a
d
a
l
a
h
s
e
b
a
g
a
i
b
e
ri
k
u
t:
a.
T
h
e
f
r
s

6. Reviu LK oleh APIP jelaskan perbedaan reviu LK APIP dengan pemeriksaan


keuangan!

PENGERTIAN

TUJUAN

RUANG LINGKUP

TIMELINES

REVIU
LAPORAN
KEUANGAN
penelaahan
oleh
Badan Pengawasan
Keuangan dan
Pembangunan (BPKP)
atas proses
konsolidasi dan
penyajian LK untuk
memberikan
keyakinan terbatas
bahwa proses
konsolidasi telah
sesuai dengan
Sistem Akuntansi
Pemerintah dan LK
telah disajikan sesuai
dengan Standar
memberikan
keyakinan terbatas
bahwa laporan
keuangan pemerintah
disusun berdasarkan
sistem pengendalian
intern yang memadai
dan disajikan sesuai
dengan standar

PEMERIKSAAN
KEUANGAN
pemeriksaan yang
bertujuan untuk
memberikan keyakinan
yang memadai
(reasonable assurance)
apakah laporan
keuangan telah
disajikan secara wajar,
dalam semua hal yang
material, sesuai dengan
prinsip akuntansi yang
berlaku umum di
Indonesia atau basis
akuntansi komprehensif
selain prinsip akuntansi
yang berlaku
umum di Indonesia.
memberikan
pernyataan opini
tentang tingkat
kewajaran informasi
yang disajikan dalam
laporan keuangan
pemerintah.

Pemeriksaan laporan
penelaahan atas
keuangan yang
kesesuaian proses
disusun berdasarkan
konsolidasi dengan
SiAP yang
sistem akuntansi
menghasilkan LRA,
pemerintah dan
Neraca, LAK dan
kesesuaian penyajian Catatan atas Laporan
LK dengan
SAP
Keuangan
Reviu
LK dilakukan
Pemeriksaan
pada LK unaudited.
keuangan
Dan biasanya
dilakukan setelah
dilakukan selama
LK direviu APIP.
proses penyusunan
LK.

----Aryo, Ai, Meidiawan, Bayu


Windra XA Khusus
Tidak ada yang abadi di dunia ini, termasuk jawaban kisi-kisi. Maka
tetaplah belajar hal yang
ada di luar kisi-kisi ini.
Kisi-kisi hanya serupa kemah, ia bukan rumah tempat nilai ujianmu nanti
bernaung. Tetaplah

belajar dan bertarung, tetaplah membaca dan merenung.

Anda mungkin juga menyukai