PRESS RELEASE
PENETAPAN TARIF PREMI SERTA KETENTUAN BIAYA AKUISISI PADA LINI USAHA ASURANSI
KENDARAAN BERMOTOR DAN HARTA BENDA SERTA JENIS RESIKO KHUSUS MELIPUTI BANJIR,
GEMPA BUMI, LETUSAN GUNUNG BERAPI DAN TSUNAMI
SERTA HIMBAUAN KEPADA PELAKU INDUSTRI ASURANSI DAN MASYARAKAT PEMEGANG
POLIS ASURANS! BANGUNAN, KENDARAAN DAN HARTA BENDA TERKAIT BENCANA BANJIR
YANG TERJADI SAAT INI
‘A. PENETAPAN TARIF PREMI
1, Sebagaimana kita ketahui bersama, Pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992
tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian, sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008, mengamanatkan bahwa premi
harus ditetapkan pada tingkat yang mencukupi, tidak berlebihan dan tidak diterapkan secara
diskriminatif. Selanjutnya, berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan nomor
422/KMK.06/2003 Pasal 19, premi harus dihitung berdasarkan profil kerugian (risk and loss
profile) selama sekurang-kurangnya lima tahun. Sejelan dengan hal tersebut, sebagai salah
satu upaya untuk mendukung terciptanya persaingan usaha asuransi yang sehat, perlu
kiranya dilakukan penetapan atas tarif premi dan ketentuan biaya akuisisi pada beberapa lini
usaha asuransi dan jenis risiko khusus.
2, Berdasarkan hasil diskusi yang intensif bersama asosiasi-asosiasi perusahaan asuransi serta
para pelaku di industri asuransi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memandang bahwa lini usaha
asuransi yang saat ini memerlukan pengaturan adalah lini usaha asuransi kendaraan bermotor
dan asuransi harta benda. Selain itu, terdapat beberapa jenis risiko asuransi khusus yang juga
memerlukan pengaturan, yakni risiko banjir, gempa bumi, letusan gunung berapi dan
tsunami. Atas dasar pemikiran tersebut, OJK telah menerbitkan Surat Edaran nomor SE-
06/0.05/2013 tanggal 31 Desember 2013 tentang Penetapan Tarif Premi Serta Ketentuan
Biaya Akuisisi Pada Lini Usaha Asuransi Kendaraan Bermotor Dan Harta Benda Serta Jenis
Resiko Khusus Meliputi Banjir, Gempa Bumi, Letusan Gunung Berapi dan Tsunami Tahun
2014.
3. Surat Edaran tersebut mengatur penetapan batas atas dan batas bawah tarif premi, kecuall
untuk asuransi gempa bumi. Tarif batas atas ditetapkan dengan tujuan untuk melindungi
kepentingan masyarakat dari pengenaan premi yang berlebihan (over-pricing). Adapun
penetapan tarif batas bawah dimaksudkan untuk mencegah tarif premi yang tidak memadai
yang dapat menyebabkan perusahaan asuransi tidak mampu_membayar kewajibannya saat
terjadi klaim. Dengan demikian, penetapan tarif batas baweh ini pada akhirnya juga ditujukan
Untuk melindungi kepentingan masyarakat pemegang polls. Selain itu, penetapan tarif batas
atas dan batas bawah int diharapkan tetap memberikan ruang bagi perusahaan asuransi
untuk berkompetisi secara lebih sehat karena dapat lebih difokuskan kepada kompetisi dalam
hal pelayanan (services).
4, Secara lebih spesifik, penetapan tarif premi dalam Surat Edaran tersebut memuat hal-hal
berikut:
a) Untuk tarif kendaraan bermotor, perubahan pengaturan berupa ditetapkannya 3 wilayah,
yaitu Wilayah 1 (Sumatera dan kepulauan sekitarnya), Wilayah 2 (OKI Jakarta, Jawa Baratdan Banten), dan Wilayah 3 (selain Wilayah 1 dan 2) karena data loss profile untuk ketiga
wilayah tersebut menunjukkan karakter risiko yang berbeda,
b) Pengaturan tarif untuk asuransi properti mengacu pada 120 kode okupasi bangunan
dengan jaminan stander berupa FLEXAS (kebakaran, sambaran petir, ledakan, kejatuhan
pesawat dan asap), sedangkan tambahan risiko lainnya yang tidak diatur dalam Surat
Edaran tersebut harus dikenakan premi tambahan berdasarkan kebljakan perusahaan
asuransi.
c)Pengaturan tarf risiko banjir dibedakan atas 2 wilayah, yaitu wilayah OKI Jakarta, Banten,
Jawa Barat dan wilayah di luar DKi Jakarta, Banten, dan Jawa Barat, serta 4 zona yang
dibedakan berdasarkan tingkat ketinggian banjir yang pernah terjadi
d) Pengaturan tarif untuk asuransi gempa bumi ditetapkan sama dengan ketentuan
sebelumnya dimana pengaturan didasarkan atas 5 zona daerah potensi gempa,
5. Dalam rangka mengefektifkan penerapan Surat Edaran tersebut, OJK telah melakukan
sosialisasi kepada perusahaan asuransi umum, perusahaan reasuransi dan perusahaan
pialang asuransi dan reasuransi. Selanjutnya, OJK juga akan segera melakukan sosialisasi
kepada pihak-pihak lain yang terlibat dalam proses bisnis asuransi kendaraan bermotor dan
harta benda, seperti perusahaan pembiayaan, perbankan, dealer/showroom kendaraan
bermotor serta masyarakat luas. Secara simultan, OJK juga akan melakukan pengawasan
terkait pelaksanaan Surat Edaran ini terhadap perusahaan asuransi umum dan perusahaan
reasuransi, termasuk pengenaan sanksi administratif atas pelanggaran yang dilakukan.
Sebagai langkah prevent, OJK juga telah menerbitkan surat nomor $-6/0.05/2014 mengenal
peringatan untuk tidak melakukan upaya tidak mematuhi Surat Edaran tersebut, antara lain.
‘melalui praktik pembatalan polis yang belum jatuh tempo dan menerbitkan kembali di masa
transisi antara penetapan dan pemberlakuan Surat Edaran tersebut,
B. HIMBAUAN TERKAIT BENCANA BANJIR
1. Atas peristiwa bencana alam yang terjadi di Indonesia belakangan ini, baik bencana gunung
meletus, tanah longsor maupun musibah banjir, OJK menyampaikan rasa prihatin yang
mendalam atas musibah yang terjadi dan mendorong perusahaan asuransi agar dapat segera
merealisasikan kewajiban pembayaran klaim pada masyarakat yang menderita kerugian
sesuai jaminan polis. OJK akan terus memantau proses pelayanan klaim masyarakat yang
mengalami kerugian akibat bencana alam agar semua klaim yang liable dapat ditangani
dengan baik dan cepat. OJK juga telah menghimbau agar perusahaan asuransi memberikan
toleransibatas waktu pelaporan klaim sesuai dengan kondisi di lapangan serta
mempermudah proses administrasi terkait persyaratan dokumen klaim apabila dokumen
tidak ditemukan atau mengalami kerusakan akibat bencana,
2. Kepada masyarakat yang memiliki polis asuransi atas bangunan, kendaraan dan harta benda,
O1K mendorong agar segera melaporkan kerugiannya kepada perusahaan asuransi yang
menerbitkan polis dengan perluasan banjir dan meminta perusahgan asuransi untuk segera
menindaklanjuti laporan yang masuk dengan melakukan survel atau bekerja sama dengan
penilai kerugian independen (loss adjuster) guna memastikan kerugian sehingga dapat segera
dilakukan pembayaran sesuai dengan regulasi yang berlaku.
3, Sampai dengan saat ini belum dapat dipastikan rilai kiaim akibat bencana banjir yang terjadi
saat ini. Namun demikian, diperkirakan jumiah klaim pada bencana banjir tahun 2014 lebih
kecil dibandingkan dengan tahun 2013. OJK bekerjasame dengan Asosiasi Asuransi UmumIndonesia (AAU!) tengah mengumpulkan dan mengkompilasi data banjir untuk kebutuhan
pemutakhiran data dalam rangka penyempurnaan penetapan tarif prem.
Demi terciptanya ketaatan terhadap Surat Edaran dimaksud, termasuk ketaatan terhadap ketentuan
lainnya, OJK akan memonitor secara ketat praktik bisnis yang dilakukan perusahaan asuransi dan
Perusahaan reasuransi melalui kegiatan pemeriksaan dan/atau tindakan-tindakan lain yang
diperlukan, antara lain melakukan uji kemampuan dan kepatutan (fit and proper test) ulang bagi
direksi dan komisaris perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi yang melakukan pelanggaran.
Jakarta, 24 Januari 2014
Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank